Anda di halaman 1dari 9

KOPMA FEST 2023

Tema: Membangun Entrepreneur Muda Modern dalam Berkarir di Era 5.0

Sub Tema: Kewirausahaan

KomPOST : Aplikasi Mobile Pengelolaan Limbah Organik Rumah Tangga


Menjadi Pupuk Kompos untuk Membantu Pencapaian Zero Waste di
Indonesia

Oleh:

Raychan Zalza Ansharullah

F2401211067

IPB University

BOGOR

2023
PENDAHULUAN

Permasalahan yang sering kali dirasakan oleh negara di dunia, yaitu


pertumbuhan penduduk. Pertumbuhan penduduk merupakan penambahan atau
pengurangan jumlah penduduk di suatu negara yang dipengaruhi oleh beberapa
faktor, misalnya kelahiran, kematian, dan migrasi penduduk. Pertumbuhan
penduduk di Indonesia kian meningkat setiap tahun. Menurut Badan Pusat
Statistik (BPS) pada tahun 2022 jumlah penduduk Indonesia mencapai 275,77 juta
jiwa. Jumlah ini naik sebanyak 1,13% apabila dibandingkan dengan tahun 2021
sebanyak 272, 68 juta jiwa (BPS, 2022). Jumlah penduduk Indonesia pada tahun
2021 mendapati peringkat keempat sebagai negara dengan jumlah penduduk
terbesar di dunia setelah Tiongkok, India, dan Amerika Serikat (Kusnandar, 2022).
Pertumbuhan penduduk yang kian meningkat menimbulkan beberapa masalah,
terutama permasalahan lingkungan berupa limbah organik. Peningkatan jumlah
penduduk berbanding lurus dengan meningkatnya produksi limbah organik di
Indonesia. Berdasarkan data dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
tahun 2022, jumlah timbunan limbah di Indonesia sebanyak 68,7 juta ton/tahun.
Timbunan limbah didominasi oleh limbah organik, terkhusus limbah sisa makanan
sebesar 41,27%. Terdapat kurang lebih 38,28% dari jumlah limbah organik
tersebut berasal dari rumah tangga (KLHK, 2023).

Banyaknya limbah organik yang tidak dikelola dengan baik akan


berdampak buruk bagi lingkungan dan kelangsungan hidup masyarakat.
Kontributor terbesar penghasil emisi gas rumah kaca adalah limbah organik yang
tidak dikelola dengan baik. Berdasarkan data Kementerian Lingkungan Hidup dan
Kehutanan pada tahun 2022 sebanyak 65,83% limbah di Indonesia masih
diangkut dan dibuang ke landfill. Limbah organik sisa makanan yang tertimbun di
landfill menciptakan gas metana (CH4). Gas ini menangkap panas lebih besar di
atmosfer dibandingkan dengan karbon dioksida (CO2) (KLHK, 2023). Upaya
pengurangan limbah dengan sistem kelola berupa pemilahan, pengumpulan,
pengangkutan, dan pemrosesan akhir tidak mampu menyelesaikan masalah
timbunan limbah organik yang kian bertambah seiring bertumbuhnya jumlah
penduduk di Indonesia. Hal ini dikarenakan kesadaran masyarakat Indonesia yang
belum mampu dalam mengelola limbah organik rumah tangga. Maka dari itu,

1
perlu adanya solusi dalam pengelolaan limbah organik yang efektif dan
sustainable.

Perkembangan teknologi kian berkembang pesat tiap tahun. Seiring


dengan perkembangan teknologi, kebutuhan masyarakat terhadap layanan digital
kian meningkat. Maraknya penggunaan smartphone pada masyarakat Indonesia,
memperlihatkan kemudahan masyarakat dalam mengakses internet. Berdasarkan
survei oleh Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII), pengguna
internet di Indonesia mencapai 215,63 juta pengguna pada periode 2022 sampai
2023. Jumlah ini meningkat sebanyak 2,67% dibandingkan dengan periode
sebelumnya, yaitu sebanyak 210,03 juta pengguna. Hal ini setara dengan 78,19%
dari total populasi di Indonesia (APJII, 2023). Melihat jumlah masyarakat
Indonesia yang mengakses internet memunculkan inovasi baru mengenai
pengelolaan limbah organik rumah tangga menjadi pupuk kompos. Tujuan dari
inovasi ini, yaitu mengatasi masalah timbunan limbah organik yang berasal dari
rumah tangga dengan mengoptimalkan pengelolaan sampah untuk ditampung dan
diproses menjadi pupuk kompos sehingga dapat mengurangi emisi gas rumah
kaca dan peningkatan produktivitas masyarakat.

ISI

Limbah organik merupakan limbah yang berasal dari sisa kebutuhan


rumah tangga berupa makanan atau sisa bagian makhluk hidup yang dapat didaur
ulang. Limbah organik kian meningkat tiap harinya. Jumlah limbah organik yang
kian menumpuk pada TPA dan tidak mendapatkan perlakuan yang baik akan
menimbulkan berbagai masalah lingkungan. Tumpukan limbah organik akan
mengalami fermentasi anaerob yang akan menghasilkan emisi gas rumah kaca di
atmosfer. Gas yang dihasilkan apabila terus menumpuk akan terus meningkatkan
temperatur udara sehingga lokasi di sekitar TPA akan terasa panas (Puger, 2018).
Oleh karena itu,, diperlukan solusi untuk mengatasi permasalahan limbah organik
tersebut.

KomPOST merupakan start up sociopreneur yang berbasis teknologi


digital untuk menyediakan solusi limbah organik rumah tangga di Indonesia.
KomPOST dapat memberikan edukasi kepada masyarakat mengenai pengelolaan

2
limbah organik rumah tangga. KomPOST memberikan solusi limbah organik
rumah tangga mulai dari pengangkutan limbah oleh KomPOST warrior kepada
pos KomPOST. Limbah organik rumah tangga yang sudah diserahkan kepada pos
KomPOST akan diolah menjadi pupuk kompos yang akan mendatangkan
keuntungan melalui penjualan produk pupuk kompos. Konsumen KomPOST akan
mendapatkan keuntungan berupa pengelolaan limbah organik yang murah dan
efisien serta pupuk kompos dengan harga produk lebih murah untuk keperluan
bercocok tanam.

KomPOST berasal dari dua kata utama, yaitu kompos dan post. Kompos
memiliki arti limbah organik yang mengalami pelapukan akibat adanya interaksi
bakteri pembusuk. Limbah organik yang dimaksud dapat berupa sisa makanan,
kotoran hewan, ranting, dan lain sebagainya (Suhastyo, 2017). Post diambil dari
bahasa Inggris yang berarti pos, di mana nantinya limbah organik rumah tangga
akan disalurkan ke pos-pos yang sudah tersedia. Pos tersebut akan dilakukan
proses pembuatan pupuk kompos yang nantinya akan dijual kembali melalui
aplikasi KomPOST. Kata POST juga merupakan akronim dari tagline aplikasi
KomPOST, yaitu participation in reducing organic waste atau berpartisipasi
mengurangi limbah organik. Maka dari itu, diharapkan dengan adanya aplikasi
KomPOST dapat meningkatkan kepedulian masyarakat untuk mengelola limbah
organik rumah tangga dengan efisien sehingga mampu menjaga lingkungan dan
memberikan kontribusi dengan mengirimkan limbah organik untuk diolah
menjadi pupuk kompos. Berikut merupakan alur teknis aplikasi KomPOST:

Pengiriman Penampungan
limbah organik limbah organik
kepada dalam KomPOST
KomPOST post post

Proses pembuatan
Penjualan produk
pupuk kompos
pupuk KomPOST
pada KomPOST
kepada konsumen
post

Gambar 1 Alur teknis aplikasi KomPOST

3
Layanan yang tersedia pada aplikasi KomPOST memiliki empat layanan
utama. Layanan pertama, yaitu post yang bertujuan untuk mengirimkan limbah
organik ke KomPOST post. Layanan kedua, yaitu shop yang bertujuan untuk
memperjualbelikan pupuk kompos yang dihasilkan dari KomPOST post. Layanan
ketiga berupa KomPOST wallet, yaitu dompet digital untuk menampung poin
yang didapatkan pengguna ketika mengirimkan limbah organik kepada
KomPOST. Terakhir, layanan information, yaitu media informasi untuk
memberikan edukasi kepada pengguna terkait pengelolaan limbah organik.

Gambar 2 Interface Aplikasi KomPOST, Sign In, dan Beranda

Pada halaman awal, pengguna akan diberikan menu sign in dan sign up.
Menu tersebut berfungsi sebagai pendataan akun pengguna KomPOST. Sign in
digunakan ketika pengguna telah memiliki akun dalam aplikasi KomPOST,
sedangkan sign up digunakan untuk registrasi bagi pengguna yang belum
memiliki akun. Terdapat empat menu utama dalam aplikasi KomPOST, yaitu
beranda, KomPOST wallet, post, dan shop. Menu beranda berisikan informasi
jumlah poin pada KomPOST wallet, post, shop, notification, information, account
information, help centre, dan settings. Notification berfungsi sebagai
pemberitahuan akan kedatangan KomPOST warrior untuk mengambil limbah
organik, information berisikan informasi mengenai pengelolaan limbah organik,
account information berisikan informasi akun pengguna berupa email, nomor
handphone, dan alamat rumah, serta help center sebagai pemberi informasi terkait

4
keluhan aplikasi. Menu settings berisikan pengaturan aplikasi berupa bahasa,
tampilan, dan lain sebagainya.

Gambar 3 Menu KomPOST Wallet, Post, dan Shop

Menu utama KomPOST Wallet merupakan menu di mana poin pengguna


yang didapatkan dari pengiriman limbah organik kepada KomPOST post. Pada
menu ini pengguna dapat menggunakan poin untuk membayar jasa pengangkutan
limbah organik, mengirimkan poin kepada akun pengguna lain, dan top up poin
melalui bank account maupun e-wallet lainnya. Selanjutnya, menu utama post,
yaitu menu di mana pengguna menyalurkan limbah organik kepada KomPOST.
Penyaluran limbah organik ini dapat menggunakan dua fitur, yaitu fitur taken at
home dan fitur sent to the post. Apabila pengguna memilih fitur taken at home
maka limbah organik akan diangkut di rumah oleh KomPOST warrior dan
dikenakan biaya jasa sebesar Rp1.000 tiap menyalurkan limbah organik,
sedangkan jika pengguna memilih fitur sent to the post maka pengguna akan
menyalurkan limbah organik secara mandiri ke pos-pos KomPOST terdekat
dengan tanpa dipungut biaya. Terakhir, menu utama shop adalah online shop di
mana KomPOST menjual hasil produk berupa pupuk kompos dari limbah organik
yang dikumpulkan kepada pengguna yang ingin membeli pupuk kompos secara
murah. Terdapat tiga jenis ukuran pupuk KomPOST, yaitu ukuran small (500
gram), medium (1 kg), dan large (20 kg) yang akan dijual belikan kepada
pengguna yang membutuhkan pupuk kompos untuk bercocok tanam. Selain itu,

5
pengguna juga dapat membeli KomPOSTer atau tong untuk membuat pupuk
kompos di rumah sehingga pengguna mampu mandiri mengelola limbah organik.

Penggunaan aplikasi KomPOST dapat dilakukan dengan mengunduh


aplikasi dari Play Store dan App Store. Promosi yang dilakukan KomPOST
dengan memanfaatkan iklan di sosial media berupa Instagram, Twitter, TikTok,
dan YouTube Add untuk menggaet pengguna lebih banyak. Selain itu, pemanfaatan
Play Store dan App Store mampu memberikan kepercayaan bagi pengguna dengan
melihat review atau rating dari aplikasi KomPOST sehingga apabila pengguna
merasa puas akan memberikan review secara sukarela yang akan memberikan
citra baik pada aplikasi KomPOST. Keuntungan yang didapat dari aplikasi
KomPOST berasal dari jasa pengangkutan limbah organik oleh KomPOST
warrior dan penjualan pupuk KomPOST pada menu utama shop. Aplikasi ini
selain memberikan keuntungan bagi start up, juga memberikan keuntungan bagi
pengguna berupa pengelolaan limbah organik yang murah, membuka lapangan
pekerjaan baru, dan produk pupuk kompos yang terjangkau serta ramah
lingkungan.

PENUTUP

Pertumbuhan penduduk di Indonesia kian meningkat dan berbanding lurus


dengan meningkatnya jumlah timbunan limbah organik. Limbah organik yang
tidak dikelola dengan baik akan mengakibatkan terciptanya emisi gas rumah kaca
di atmosfer dan mengakibatkan peningkatan temperatur udara sehingga suhu bumi
terus meningkat. Suhu bumi yang kian meningkat menyebabkan berbagai dampak
negatif bagi lingkungan maupun kelangsungan hidup masyarakat Indonesia.
Aplikasi KomPOST hadir bagi masyarakat Indonesia yang bertujuan untuk
mengelola limbah organik rumah tangga untuk diserahkan kepada tim KomPOST
dan akan dikelola menjadi pupuk kompos. Terdapat empat layanan utama dari
aplikasi KomPOST, yaitu KomPOST wallet, post, shop, dan information.
KomPOST memberikan kemudahan bagi masyarakat untuk mengelola limbah
organik secara murah dan memberikan alternatif pupuk kompos ramah lingkungan
kepada pengguna yang ingin bercocok tanam sehingga menghasilkan keuntungan
bagi start up KomPOST, pengguna, dan lingkungan sekitar.

6
DAFTAR PUSTAKA

APJII. (2023). Survei APJII Pengguna Internet di Indonesia Tembus 215 Juta
Orang. https://apjii.or.id/berita/d/survei-apjii-pengguna-internet-di-
indonesia-tembus-215-juta-orang

BPS. (2022). Jumlah Penduduk Pertengahan Tahun (Ribu Jiwa), 2020-2022.


https://www.bps.go.id/indicator/12/1975/1/jumlah-penduduk-pertengahan-
tahun.html

KLHK. (2023). KLHK Ajak Masyarakat Kelola Sampah Organik Jadi Kompos -
Kementerian LHK. https://www.menlhk.go.id/site/single_post/5308

Kusnandar, V. B. (2022). Ini Negara dengan Penduduk Terbanyak di Dunia,


Indonesia Urutan Berapa? Katadata.
https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2022/09/21/ini-negara-dengan-
penduduk-terbanyak-di-dunia-indonesia-urutan-berapa

Puger, I. G. N. (2018). Sampah Organik, Kompos, Pemanasan Global, Dan


Penanaman Aglaonema Di Pekarangan. Agro Bali: Agricultural Journal,
1(2), 127–136. https://doi.org/10.37637/ab.v1i2.314

Suhastyo, A. A. (2017). Pemberdayaan Masyarakat Melalui Pelatihan Pembuatan


Pupuk Kompos Community Empowerment Through Composting Training.
Jurnal Pengabdian Dan Pemberdayaan Masyarakat, 1(2), 63–68.

7
8

Anda mungkin juga menyukai