Anda di halaman 1dari 4

Teknologi dan Tata Ruang Dalam Mengatasi Pencemaran Lingkungan oleh Sampah

Demetria Dahayu Kayla Didrika 21/479452/TK/52901

Dunia berkembang semakin cepat tiap harinya. Inovasi-inovasi baru mulai


bermunculan untuk memudahkan aktivitas manusia baik dari bidang teknolgi maupun industri.
Linier dengan kemajuan peradaban manusia, permasalahan lingkungan yang merupakan
efek samping aktivitas manusia menjadi suatu hal yang tidak dapat dihindari dan perlu
diperhatikan lebih serius. Berdasarkan Indonesia Environment & Energy City terdapat 10
masalah besar lingkungan yang ada di Indonesia dan ditemukan bahwa sumber
permasalahan lingkungan terbesar disebabkan oleh sampah. (Gambar 1)

Gambar 1
Sumber : environment-indonesia.com

Sampah merupakan sisa kegiatan sehari-hari manusia yang sudah tidak digunakan
dan tidak dapat dimanfaatkan lagi. Sampah sendiri terbagi menjadi 2 (dua) yaitu sampah
organic dan sampah anorganik. Sampah organic adalah sampah yang berasal dari sisa-sisa
makhluk hidup yang dapat terurai secara alami, contohnya daun-daun kering, nasi, kulit
buat, dan lain sebagainya. Sedangkan sampah anorganik merupakan sampah yang sulit
terurai seperti plastik.

Data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan mencatat bahwa tahun 2021
sampah di Indonesia telah mencapai 21,88 juta ton. Walaupun jumlah tersebut turun 33,33%
dari tahun sebelumnya yaitu 32,82 juta ton, volume sampah yang dihasilkan masih tergolong
sangat banyak dan mampu membahayakan lingkungan. Komposisi sampah nasional yang
dihasilkan masyarakat paling banyak bersumber dari rumah tangga (42,23%) yang
selanjutnya diikuti oleh perniagaan (19,11%) dan paling sedikit bersumber dari fasilitas
public dan kawasan (6,42%).

Volume sampah berlebih yang dihasilkan oleh masyarakat ini akhirnya menjadi
sebuah permasalahan lingkungan karena kurangnya pengolahan TPA (Tempat
Pembuangan Akhir) di sebuah kota. Hal ini menyebabkan munculnya perilaku masyarakat
yang membuang sampah sembarangan contohnya seperti di sungai. Permasalahan yang
timbul antara lain seperti pencemaran air sungai, air tanah, pencemaran udara, sampai
rusaknya ekosistem laut akibat sampah-sampah plastic yang sulit untuk terurai. Tidak hanya
bagi lingkungan, dampak negatif yang diberikan dari sampah juga akan berlanjut memberi
efek negatif pada manusia.Contohnya akibat tercemarnya air sungai akan menimbulkan bau
tidak sedap dan akan menganggu aktivitas masyarakat di sekitar sungai. Selain itu, polusi
sampah juga dapat menyebabkan berbagai macam penyakin infeksi saluran perncernaan.
Hal ini disebabkan oleh adanya sampah yang menumpuk tanpa di buang pada tempatnya.
Selanjutnya, binatang pembawa penyakit seperti lalat yang hinggap pada tumpukan tersebut
akan semakin banyak dan dapat menyebarkan bakterinya kepada manusia. Hal ini sangat
rentan terjadi di masyarakat yang tinggal di pemukiman padat yang cenderung kearah
pemukiman kumuh terutama bagi kesehatan masyarakat.

Selain fasilitas pelayanan umum persampahan yang belum menjangkau seluruh


daerah, permasalahan ini juga terjadi akibat kesadaran masyarakat yang masih kurang akan
kondisi lingkungan sekitarnya. Walaupun isu tentang persampahan sudah digaung-
gaungkan sejak lama, namun dalam realitanya jumlah masyarakat yang benar-benar sadar
untuk menjaga lingkungan masih tergolong sedikit. Masyarakat cenderung ingin kemudahan
sesaat saja dan masih mengesampingkan dampak berkelanjutan yang ditimbulkan dari
polusi sampah.

Kita dapat mengintervensi hal tersebut dari segi keruangan dengan 3 sasaran utama
yaitu dalam produksi sampah, distribusi sampah, dan pengolahan sampah. Untuk menekan
volume limbah sampah di suatu kota, kita dapat menerapkan konsep Circular City dimana
kita memperpanjang usia bahan produksi dengan cara melakukan daur ulang dan
pemanfaatan kembali limbah-limbah sampah yang dihasilkan sebelumnya. Selanjutnya
dalam distribusi sampah, kita dapat menerapkan Pneumatic Waste Conveyance System
(PWCS) yaitu automated waste collection system dimana sampah-sampah dari tiap blok
pemukiman ataupun rumah susun nantinya akan disedot menggunakan vacuum dan melalui
pipa bawah tanah menuju truk pembuangan yang disediakan. (Gambar 2)
Gambar 2
Sumber : https://www.hdb.gov.sg/about-us/our-role/smart-and-sustainable-living/hdb-
greenprint/waste-management

Dengan sistem distribusi PWCS, distribusi sampah dari masyarakat ke TPA akan
lebih efisien dan memudahkan kedua belah pihak. Masyarakat tidak perlu repot pergi ke
TPS, pemilahan sampah secara otomatis juga akan jauh lebih mudah, dan tidak ada
penumpukan sampah yang menimbulkan bau tidak sedap ataupun hinggapnya hewan-
hewan pembawa penyakit. Namun, jika ingin menerapkan solusi ini maka kita perlu juga
membenahi tata ruang perkotaan sehingga dapat menciptakan blok-blok pemukiman yang
efektif untuk pendistribusiannya.

Gambar 3
Sumber : https://www.ce.eco/en/products/plasma/how-it-works

Yang terakhir yaitu dalam pengolahan sampah kita dapat menerapkan Plasma Arc
Gasification (PAG) yaitu waste-treatment technology yang menggunakan kombinasi antara
energi listrik dan suhu tinggi untuk menguraikan senyawa organic dan anorganik sampah
menjadi elemen-elemen dasar yang nantinya dapat digunakan kembali dan didaur ulang
(Gambar 3). Kelebihan sistem ini yaitu tidak adanya proses pembakaran yang dapat
menyebabkan polusi udara.

Dengan adanya solusi-solusi tersebut diharapkan dapat mengurangi dampak negatif


dari limbah-limbah sampah yang dihasilkan manusia. Sampah sebagai suatu output yang
tidak dapat dielakkan sudah seharusnya kita hadapi dan kita kelola bersama agar tidak
merusak bumi kita.

DAFTAR PUSTAKA

https://dataindonesia.id/ragam/detail/mayoritas-sampah-indonesia-berasal-dari-rumah-tangga

https://environment-indonesia.com/wp-content/uploads/2018/12/10-Masalah-Besar-
lingkungan-di-Indonesia.jpeg

https://www.hdb.gov.sg/about-us/our-role/smart-and-sustainable-living/hdb-greenprint/waste-
management

https://bijakberplastik.aqua.co.id/publikasi/edukasi/dampak-sampah-plastik-terhadap-
pencemaran-tanah-dan-lingkungan/

Anda mungkin juga menyukai