Anda di halaman 1dari 2

Nama : Aris Farhan Rifa‟i

Nim : 21105520040

Matkul : Administrasi BUMN

Kasus :

“Direktur Jenderal Kekayaan Negara Kementerian Keuangan (Kemenkeu) Rionald


Silaban menyinggung perusahaan-perusahaan pelat merah untuk tidak melulu meminta
suntikan modal dari negara. Salah satu yang disorotinya adalah BUMN yang bergerak di
sektor properti. Hal itu diungkapkannya dalam acara investor gathering yang digelar
Direktorat Jenderal Kekayaan Negara (DJKN) Kementerian Keuangan (Kemenkeu) dan
LMAN di Hotel Borobudur, Kamis (27/10/2022). Acara itu dihadiri investor dari pihak
swasta maupun BUMN.

Mulanya Rionald berpesan kepada para BUMN yang ingin berinvestasi di sektor
properti untuk mengelolanya dengan baik sehingga bermanfaat. Tujuannya agar
menghindari kerugian yang seringkali berakhir dengan meminta suntikan modal melalui
Penyertaan Modal Negara (PMN). Baru-baru ini, dalam acara PLN: Leaders Talk Series #2,
Rabu (26/10/2022), Bendahara Negara itu menyinggung PLN untuk mengelola keuangan
dengan baik agar tak selalu disuntik PMN. Dia meminta para jajaran pimpinan PLN untuk
tak banyak alasan dalam menghadapi berbagai tantangan ketika mengerjakan tugasnya
sebagai perusahaan kelistrikan. Terlebih, di masa kini yang mana dihadapkan banyak
tantangan global, maka perlu kepemimpinan yang tepat untuk bias mengatasinya.”
Kompas.com

Berdasarkan kasus tersebut BUMN adalah salah satu faktor penting dalam sistem
APBN yang banyak mendapat perhatian. Untuk mendukung proses bisnis BUMN,
pemerintah hampir setiap tahun melakukan Penyertaan Modal Negara (PMN). Namun
demikian, PMN ternyata masih belum dapat memenuhi kriteria optimalisasi penggunaannya
sebagaimana diharapkan. Guna mendukung kelangsungan proses bisnis serta menggiatkan
„penyehatan‟ terhadap BUMN yang membutuhkan suntikan modal, pemerintah hampir setiap
tahun melakukan Penyertaan Modal Negara (PMN). terdapat hal – hal yang perlu dibenahi
utamanya terkait dengan pengelolaan dana PMN. Ada dua poin yang layak mendapat atensi
khusus yaitu masalah disharmoni peraturan terkait BUMN dan minimnya perlindungan
hukum terhadap direksi dalam pengambilan keputusan strategis.

Pemerintah sebagai pemegang saham pengendali umumnya menjalankan BUMN


bukan dengan motif ekonomi rasional dimana maksimalisasi laba adalah tujuan utama dari
suatu usaha. Motif sosial-politik yang lebih sensitif cenderung menjadi motivasi utama
pemerintah dalam menjalankan BUMN. Sehingga BUMN kerap sekali menerima beban-
beban kebijakan yang dibebankan oleh pemerintah pusat. Baik literatur empiris dan
teoritis terdahulu sepakat bahwa beban kebijakan tersebut cenderung berdampak negatif
pada keberlangsungan BUMN beserta tingkat efisiensi dan profitabilitasnya.

DAFTAR PUSTAKA

Putera, Bayu Atletiko Yanida. "Menyoal Dilema Inefisiensi Penyertaan Modal Negara pada BUMN.

Muhtar, Muhtar, and Aldy Fariz Achsanta. "Beban Kebijakan di BUMN dan Reformasi BUMN

Anda mungkin juga menyukai