Anda di halaman 1dari 11

NAVIGASI DARAT

Navigasi darat adalah ilmu yang mempelajari cara seseorang menentukan suatu tempat dan memberikan
bayangan medan, baik keadaan permukaan serta bentang alam dari bumi dengan bantuan minimal peta
dan kompas.

Tujuan navigasi darat

- Menentukan posisi (dimanakah saya?)


- Memeperlihatkan jarak (Sudah seberapa jauh? Apakah sudah sampai?)
- Menentukan arah pergerakan
- Membaca peta topografi
- Analisa peta dan orientasi medan (bukit atatu sungai apa dihadapan saya?)
- Deskripsi akan ruang (membayangkan medan dalam bentuk 3 Dimensi)
- Perencanaan perjalanan yang aman (mengambil jalur yang jauh tetapi aman atau memotong tapi
berbahaya)

Perlengkapan Navigasi Darat

Utama : Peta, Kompas,

Tambahan : Roamer, Busur derajat, tebel navigasi, alat tulis.

A. PETA

Peta adalah gambaran permukaan bumi pada bidang datar (kertas) dengan skala tertentu. Fungsi Peta,
diantaranya yaitu:

- Media komunikasi informasi spasial suatu daerah.


- Peta edisi berbeda dapat memberikan informasi bagaimana suatu daerah berkembang.
- Menentukan posisi dan arah tujuan pergerakan.

Jenis Peta

Berdasarkan penampakan rupa bumi, terdapat 3 jenis peta, yaitu:

1. PETA PLANIMETRI

Peta yang menggambarkan fitur/ tanda alam (sungai, jalan, danau) tanpa menunjukkan hubungan
dengan bentukan bumi di sekitarnya. Contoh: Atlas Indonesia

2. PETA TOPOGRAFI

Peta topografi adalah gambaran permukaan bumi yang berketinggian sama dari permukaan laut
yang membentuk garis-garis kontur, dimana satu garis kontur mewakili harga dari satu ketinggian.

TOPO = KETINGGIAN

GRAFI = GAMBAR

Terdapat dua tipe Peta Topografi:


a. Peta Kontur
Contohnya pada Peta BIG seri Rupa Bumi Indonesia (RBI) dan peta AMS
• PETA BIG (Badan Informasi Geospasial)
Untuk keperluan Navigasi Darat Praktis di Indonesia, gunakan Peta BIG seri Rupa Bumi
Indonesia (RBI). Bagian – bagian Peta Topografi BIG seri RBI:

• PETA AMS (U.S. Army Map Service)

Bagian - bagian Peta AMS

1. Muka peta
2. Wilayah peta dan skala
3. Judul peta
4. Nomor peta
5. Standar referensi
6. Diagram reliability
7. Diagram lokasi peta
8. Skala jarak dan kontur
interval
9. Lembaga penerbit peta dan
deklinasi magnet
10. Legenda
11. Tahun pembuatan peta
12. Daftar kata kata (glossary)
b. Peta Relief Berbayang (shaded-relief map)

3. PETA ORTOFOTO

Peta Ortofoto adalah foto/citra satelit yang menggambarkan medan dan tanda alam dalam bentuk foto
udara.

Teknik dalam Membaca Peta

1. Koordinat Peta

adalah kedudukan suatu titik pada peta. Koordinat ditentukan dengan menggunakan sistem sumbu,
yaitu garis-garis yang saling berpotongan tegak lurus. Sistem koordinat yang resmi dipakai ada dua
macam, yaitu:
a. Koordinat Geografis (Geographical Coordinate)

Sumbu yang digunakan adalah gari bujur (bujur barat dan bujur timur)
yang tegak lurus dengan garis khatulistiwa. Dan garis lintang yang sejajar
dengan garis khatulistiwa. Koordinat geografis dinyatakan dalam satuan
derajat, menit, dan detik (DMS).

Pembacaan koordinat sesuai dengan membaca skala dari sumbu vertikal


dan horizontal peta. Contoh pada titik puncak 1278 di atas memiliki
koordinat:

107o 29‟34” BT – 06o 14‟35” LS

b. Koordinat Grid (Grid Coordinate atau UTM)

Dalam koodinat grid, kedudukan suatu titik dinyatakan dalam ukuran jarak terhadap suatu titik acuan.
Garis vertikal diberi nomor urut dari selatan ke Utara, sedangkan horizontal diberi nomor urut dari Barat
ke Timur. Sistem koordinat mengenal penomeran dengan 4 angka, 6 angka, atau 8 angka.

559000m 4281000m (4 digit) 1000m x 1000m area.

559700m 4281100m (6 digit) 100m x 100m area.

559750m 4281170m (8 digit) 10m x 10m area

2. Garis Kontur

Garis kontur adalah garis khayal yang menghubungkan titik berketinggian sama dari muka laut. Garis
kontur wilayah yang lebih tinggi akan selalu dikelilingi garis kontur wilayah yang lebih rendah. Garis
kontur tidak akan pernah berpotongan.
Punggungan Bukit Bukit

Pelana Depresi

Lembah Lembahan

Punggungan Jurangan

3. Skala Peta

Skala peta yaitu perbandingan antara jarak pada peta dengan jarak horizontal di lapangan. Ada dua
macam cara penulisan skala, yaitu:

a. Skala Angka
Contoh:
1: 25.000 berarti 1 cm jarak di peta = 25.000 cm (250 m) jarak horizontal di medan
sebenarnya.
b. Skala Garis
Contoh:
Satu satuan pada skala garis di atas akan bernilai sesuai dengan skala yang tertera pada garis
tersebut.
4. Arah Peta

Area peta yang perlu diperhatikan adalah arah Utara Peta. Cara yang paling mudah yaitu dengan:

a. melihat bagian bawah atau samping kanan peta berupa penunjuk arah Utara Peta
b. memperhatikan arah huruf-huruf dan angka-angka tulisan yang ada pada peta (arah atas tulisan
adalah arah utara peta)

5. Ketinggian tempat

Menentukan ketinggian suatu tempat dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:

a) Lihat interval kontur peta


b) Hitung ketinggian tempat yang ingin diketahui. Memang ada ketentuan umum, interval kontur =
1/2.000 skala peta. Tetapi hal itu tidak selalu benar. Beberapa peta Topografi keluaran Direktorat
Geologi Bandung aslinya berskala 1:50.000 (interval kontur 25 meter) kemudian diperbesar
menjadi skala 1:25.000 dengan interval 25 meter.
c) Pada suatu kondisi tertentu yang mendesak, misalnya SAR gunung hutan, sering kali peta
diperbanyak dengan cara di foto kopi. Untuk itu, interval kontur peta tersebut harus tetap ditulis.
Peta keluaran Bakosurtanal (1:50.000) membuat kontur tebal untuk setiap kelipatan 250 meter,
atau setiap selang 10 kontur. Seri peta keluaran AMS (skala 1:50.000) membuat garis kontur
tebal untuk setiap kelipatan 100 meter. Peta keluaran Direktorat Geologi Bandung tidak seragam
ketentuan ketebalan garis konturnya.
d) Dengan demikian tidak ada ketentuan khusus dan seragam untuk penentuan garis kontur tebal.

Apabila ketinggian kontur tidak dicantumkan, maka kita harus menghitung ketinggian suatu tempat
dengan cara berikut:

a) Cari 2 titik berdekatan yang harganya tercantum


b) Hitung selisih ketinggian antara kedua titik tersebut. Hitung berapa kontur yang terdapat antara
keduanya (jangan menghitung kontur yang sama harganya bila kedua titik terpisah oleh lembah).
c) Dengan mengetahui selisih ketinggian kedua titik tersebut dan mengetahui juga jumlah kontur
yang didapat, dapat dihitung berapa interval konturnya (harus merupakan bilangan bulat).
d) Lihat kontur terdekat dengan salah satu titik ketinggian (bila kontur terdekat itu berada diatas
titik, maka harga kontur itu lebih besar dari titik ketinggian. bila kontur terletak dibagian bawah,
harganya lebih kecil). Hitung harga kontuir terdekat itu yang harus merupakan kelipatan dari
harga interval kontur yang telah diketahui dari poin (c). lakukan perhitungan diatas beberapa kali
sampai yakin harga yang didapat untuk setiap kontur benar. Cantumkan harga beberapa kontur
pada peta anda agar mudah mengingatnya.
B. KOMPAS

Kompas adalah alat penunjuk arah. Karena sifat kemagnetannya, jarum kompas akan selalu menunjuk
arah utara-selatan (jika tidak dipengaruhi oleh adanya gaya-gaya magnet lainnya selain magnet bumi).
Berikut ini bagian-bagian utama yang terdapat pada Kompas:

- Badan kompas adalah tempat komponen-komponen


kompas lainnya berada.
- Jarum kompas selalu menunjuk arah utara-selatan pada
posisi bagaimanapun (dengan syarat, kompas tidak
dipengaruhi oleh medan magnet lain dan jarum tidak
terhambat perputarannya).
- Skala penunjuk kompas untuk menunjukan pembagian
derajat sistem mata angin.

Banyak macam jenis kompas yang dapat dipakai dalam suatu perjalanan. Akan tetapi kompas yang sering
dipakai untuk melakukan navigasi darat pada umumnya ada dua jenis, yaitu: kompas bidik/lensatik dan
kompas base plate.

Kompas bidik Kompas base plate

Untuk mengukur sudut kompas dari dua titik pada peta (titik A dan titik B) dan berjalan sesuai sudut
yang terukur dilakukan dengan cara sebagai berikut:

1. Meletakan kompas berhimpit dengan lintasan dari titik A dan titik B


2. Putar rumah kompas hingga garis utara pada rumah kompas sejajar dengan gari utara pada
peta

3. Pegang kompas secara horizontal dan putar rumah kompas sampai jarum kompas
masuk/sejajar dengan garis pada rumah kompas. Kemudian bidik/berjalanlah mengikuti
panah sasaran pada kompas

C. TEKNIK NAVIGASI

Orientasi Peta

Orientasi peta adalah menyamakan kedudukan peta dengan medan sebenarnya (menyamakan utara
peta dengan utara sebenarnya). Kita perlu mengenal tanda-tanda medan yang ada dilokasi, hal ini bisa
dilakukan dengan mengamati kondisi bentang alam yang terlihat (seperti: sungai, lembah, punggungan,
puncak bukit/gunung, dll.) dan mencocokan dengan gambaran kontur yang ada di peta.

- Langkah-langkah orientasi peta antara lain yaitu:


- Cari tempat yang berpandangan terbuka agar dapat melihat tanda-tanda medan yang menyolok.
- Letakkan peta pada bidang (posisi) datar.
- Samakan utara peta dengan utara kompas sehingga dengan demikian letak peta sebenarnya
akan sesuai denganbentang alam yang dihadapi.
- Cari tanda-tanda yang paling menonjol disekeliling dan temukan tanda-tanda tersebut di dalam
peta. Lakukan dan temukan untuk beberapa tanda medan.
- Ingat hal-hal yang khas dari setiap tanda medan (bentuk dan tempatnya di medan sebenarnya
maupun di peta)

Resection

Prinsip resection adalah menentukan posisi kita di peta dengan menggunakan dua atau lebih tanda
medan yang dikenali. Teknik ini membutuhkan alam yang terbuka untuk dapat membidik tanda medan.
Contoh langkah-langkah resection adalah:

- Lakukan orientasi peta


- Cari tanda medan yang mudah dikenali di lapangan dan di peta, minimal dua buah.
- Bidik tanda-tanda medan tersebut dari posisi kita.
- Dengan busur dan penggaris, pindahkan bidikan yang didapat di peta, dan hitung sudut
pelurusnya (back azimuth).
- Perpotongan garis yang ditarik dari sudut-sudut pelurus tersebut adalah posisi kita di peta.

Intersection

Prinsip intersection adalah menentukan posisi suatu titik (benda) di peta dengan menggunakan dua atau
lebih tanda medan yang dikenal di lapangan. Intersection digunakan untuk mengetahui atau memastikan
posisi suatu benda yang terlihat di lapangan, tetapi sukar untuk dicapai. Langkah-langkah melakukan
intersection diantaranya sebagai berikut:

- Lakukan orientasi dan posisi kita


- Bidik objek yang kita amati
- Pindahkan sudut yang di dapat ke peta
- Bergerak ke posisi lain dan pastikan posisi tersebut di peta
- Perpotongan garis perpanjangan dari dua sudut yang didapat adalah posisi objek yang didapat

Azimuth - Back Azimuth

Azimuth adalah sudut antara satu titik dengan arah utara dari seorang pengamat. Azimuth disebut juga
sudut kompas. Jika kita membidik sebuah tanda medan, dan memperolah sudutnya, maka sudut itu juga
bisa dinamakan sebagai azimuth. Kebalikannya adalah back azimuth. Dalam resection back azimuth
diperoleh dengan cara:

Jika azimuth yang kita peroleh lebih dari 180º maka back azimuth adalah azimuth dikurangi 180º. Misal
anda membidik tanda medan, diperoleh azimuth 200º. Back azimuthnya adalah 200º- 180º = 20º

Jika azimuth yang kita peroleh kurang dari 180º, maka back azimuthnya adalah 180º ditambah azimuth.
Misalkan, dari bidikan terhadap sebuah puncak, diperoleh azimuth 160º, maka back azimuthnya adalah
180º+160º = 340º

Dengan mengetahui azimuth dan back azimuth ini, memudahkan kita untuk dapat melakukan ploting
peta (penarikan garis lurus di peta berdasarkan sudut bidikan). Selain itu sudut kompas dan back azimuth
ini dipakai dalam metode pergerakan sudut kompas (lurus/ man to man-biasa digunakan untuk “Kompas
Bintang”). Prinsipnya membuat lintasan berada pada satu garis lurus dengan cara membidikaan kompas
ke depan dan ke belakang pada jarak tertentu. Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:

1. Titik awal dan titik akhir perjalanan di plot di peta, tarik garis lurus dan hitung sudut yang
menjadi arah perjalanan (sudut kompas). Hitung pula sudut dari titik akhir ke titik awal. Sudut ini
dinamakan back azimuth.
2. Perhatikan tanda medan yang menyolok pada titik awal perjalanan. Perhatikan tanda medan lain
pada lintasan yang dilalui.
3. Bidikkan kompas seusai dengan arah perjalanan kita, dan tentukan tanda medan lain di ujung
lintasan/titik bidik. Sudut bidikan ini dinamakan azimuth.
4. Pergi ke tanda medan di ujung lintasan, dan bidik kembali ke titik pertama tadi, untuk mengecek
apakah arah perjalanan sudah sesuai dengan sudut kompas (back azimuth).
5. Sering terjadi tidak ada benda/tanda medan tertentu yang dapat dijadikan sebagai sasaran.
Untuk itu dapat dibantu oleh seorang rekan sebagai tanda. Sistem pergerakan semacam ini
sering disebut sebagai sistem man to man.
Man to Man

Pergerakan man to man pada prinsipnya hampir serupa dengan sistem azimuth-back azimuth, hanya saja
dilakukan oleh dua orang yang saling menjadi pelurus terhadap sudut tujuan yang mereka tuju. Terdapat
satu orang yang melakukan pengecekan sudut azimuth dan satu lainnya melakukan pengecekan sudut
back azimuth.

Anda mungkin juga menyukai