Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH ISLAM DAN KESEHATAN

“Jiwa Yang Sehat Dalam Islam”


Diajukan dalam rangka menyelesaikan tugas pembelajaran
Dosen Pengampu : Muliani Nasution, S.PdI, M.PdI

Disusun :

Oleh : Kelompok 3

1. Lim Suryani 20284205038


2. Tiara Alda 20284205041
3. Nicha Rossi Prastika 20284205017
4. Rindi Elvira Putri 20284205030
5. Amanda Salsabila Siregar 20284205033
6. Budi Haryansyah Putra M. 20284205023
7. M.DendyFahrezi M 20284205029

AKADEMI KEPERAWATAN MALAHAYATI


MEDAN – SUMATRA UTARA
T.A 2020/2021
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ................................................................................................................................. i

BAB I PEMBAHASAN ................................................................................................................ i

A. Definisi Jiwa Menurut Islam ................................................................................................... 1

B. Istilah Jiwa Dalam Al-Qur’andan Hadist ............................................................................... 2

C. Jiwa Menurut Filosofi Muslim ................................................................................................ 3

BAB II PENUTUP ........................................................................................................................ 4

A. Kesimpulan .............................................................................................................................. 5

B. Saran ........................................................................................................................................ 6

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................... 7


BAB I

U7u6
A. Definisi Jiwa Menurut Islam

1. Pengertian Kesehatan Jiwa Menurut Islam

kesehatan jiwa adalah adanya Hubungan baik manusia dengan Alloh (berserah diri) dengan
menjalankan Sholat dan Berdzikir, manusia dengan dirinya, manusia dengan orang lain dengan
beramal shaleh dan tawadu’ dan manusia dengan alam semesta sehingga Alloh melimpahkan
ketenangan jiwa.1

Kesehatan jiwa dalam pandangan Islam adalah diri manusia itu sendiri, nyawa ( roh ) yang
menyebabkan adanya kehidupan, sifat yang mendorong manusia untuk melakukan suatu
perbuatan, dan perasaan pada diri manusia.2

Kesehatan mental dari perspektif Islam merupakan suatu kemampuan diri individu dalam
mengelola fungsi-fungsi kejiwaan dan terciptanya penyesuaian dengan dirisendiri, orang lain,
maupun lingkungan sekitarnya secara dinamis berdasarkan Al -Qur'andan as -Sunnah sebagai
pedoman hidup laki-lakiuju ke kebahagiaan duniA dan akhirat. Pandangan Islam tentang
gangguan jiwa tidak jauh berbeda dengan pandangan para ahli kesehatan mental pada
umumnya.3

. 2. Konsep Jiwa Menurut Islam

Dalam konsep Islam, Nafs ( jiwa ) di bagi menjadi lima bagian, yaitu
1. NafsSawiyyahMullahamah ( diri manusia yang lurus dan selalu mendapat ilham.
Tuhannya )
2. NafsAmmarahBissu’i ( diri manusia yang selalu cenderung untuk melakukan
perbuatan buruk )
3. NafsLawwamah ( diri manusia yang selalu menyesali dan ragu )
.

1
Asmaya, Enung. Pembentukan Jiwa Manusia Melalui Pesan Tauhidullah. Komunika, ( Vol. 9, No. 1, 2015. )
2
https://kompasiana.com
3
Syifa'MEDIKA, (Vol. 3 ( No 0,2), Maret 2013)
4. Nafs Zakiyyah ( diri manusia yang suci dan tidak terkontaminasi dengan sesuatu ).
5.Nafs Muthmainnah Radhiyah ( diri manusia yang dipenuhi dengan ketenangan hidup).

Jiwa dalam bahasa Arab di kenal dengan istilah Nafs (‫ ) النفس‬merupakan suatu kata yang
memiliki arti banyak, sehingga harus dipahami sesuai dengan penggunaannya. Kata Nafs
(‫ ) النفس‬dalam Alqur’an memiliki beberapa arti, yaitu sebagai berikut

Dalam konsep psikoanalisis, pembagian struktur jiwa manusia menjadi tiga bagianyaitu :
1. Lapisan kesadaran yang berisi hasil pengamatan kita terhadap dunia sekitar.
2. Lapisan bawah sadar, berisi hal-hal yang dilupakan, tetapi jika ada perangsang
atau stimulus akan muncul dalam lapisan kesadaran.
3. Lapisan yang tidak disadari, yang berisi kompleks-kompleks yang terdesak,
seperti Das Es ( id ), Das ich ( ego ) dan Das uber ich ( super Ego ).

Islam telah mengatur beberapa ciri orang yang sehat jiwa antara lain memiliki
Ketaqwaan , selalu Tawakal (kepasrahan), memiliki Kecintaan akan akhirat, memiliki
Kerendahan hati dan Senantiasa bertaubat, berdzikir dan berdoa. Ciri- ciri tersebut
berkaitan erat dengan ciri kesehatan yang di deskripsikan oleh WHO bahwa orang yang
sehat jiwa Mengetahui Potensi diri, Bermanfaat untuk orang lain, Mampu mengatasi
stres/tekanan dalam hidup, Produktif sesuai dengan keahliannya.4

4
Jauhari, Iman. Kesehatan dalam Pandangan Hukum Islam. Kanun Jurnal Ilmu Hukum No. 55, Th. XIII, 2011.
B.Istilah Jiwa Dalam Al-Qur’an dan Hadist

Jiwa dalam al-Quran disebutkan dengan term al-Aql, al-Nafs, al-Qalbu, al-Fuad, al-Lubab dan
al-Ruh. Jiwa mempunyai daya-daya. Jasad hanya sebagai alat, jasad bagai wayang
dan jiwa bagai dalangnya. Jiwalah yang nantinya akan mendapat pembalasan di akhirat apakah
mendapatkan kebahagiaan ataukahkesengsaaan.5

Al-Qur’an memberikan apresiasi yang sangat besar bagi kajian jiwa (nafs) manusia. Hal ini bisa
dilihat ada sekitar 279 kali Al-Qur’an menyebutkan kata jiwa (nafs). Dalam Al-Qur’an kata jiwa
mengandung makna yang beragam (lafzhal-Musytaraq). Terkadang lafaz nafs bermakna manusia
(insan).Kata jiwa berasal dari bahasa arab, nafs’ yang secara harfiah bisa diterjemahkan sebagai
diri atau secara lebih sederhana bisa diterjemahkan dengan jiwa, dalam bahasa Inggris disebut
soul atau spirit.

Ada beberapa penjelasan dan gambaran tentang jiwa (nafs.), diantaranya:

1. Dalam istilah populer digambarkan bahwa jiwa itu dapat melihat,mendengar, mengasihi,
membenci, jiwa itu dapat mengingatperistiwa-peristiwa masa lampau dan dalam beberapa
kasus dapatmeramal kejadian-keajdian yang akan terjadi kemudian. Itu
dianggapmeninggalkan tubuh ketika mati dan pergi ke salah satu langit atauneraka, sesuai
dengan hidup yang pernah dihidupkan oleh sesuatu yangpernah menghidupkan .
2. Para ahli psikologi menggambarkan bahwa di dalam jiwa manusia ituterdapat perasaan,
kemauan, dan akal pikiran. Heymans mengistilahkandengan emosionalitas, aktifitas dan
fungsi skunder. Emosionalitasbersumber dari hati, sedangkan aktifitas bersumber dari
hawa nafsu.Keduanya merupakan inti jiwa. Adapun akal merupakan kulit jiwa.Karena
itu, disebut fungsi skunder.
3. Menurut analisis tasawuf, jiwa adalah perasaan manusia itu sendiridiciptakan dalam suatu
proses, baik batiniyah maupun rohaniyah.Karena itu, disamping pertumbuhan badani
yang berlangsung secaraalamiyah, perasaan manusia juga mengebangkan dan
membangun diripribadinya sesuai dengan fitrah qudrat dan kejadianya.
5
http://journal.uin-alauddin.ac.id
4. Menurut terminologi al-Qur’an, jiwa manusia itu merupakan sisidalam kehidupan
manusia itu sendiri, disebut nafs yang sistemnya bisadisebut sistem nafsani dengan pilar-
pilar sebagai subsistem yang terdiridari; al-fathr (belahan), qalb (hati), bashirah (hati
nurani), `aql
5. (akal).al-ruhu (ruh), syahwat dan hawa (hawa nafsu). Yakni anugrah berupa pilihanatau
kebebasan dalam keterbatasan.

Kesehatan Jiwa dari Al Quran dan Hadits

Rasulullah shalallahu alaihi wa salam juga menyampaikan indikator jiwa yang sehat di dalam
beberapa haditsnya. Rasa aman adalah salah satu indikator tercapainya kesehatan serta kestabilan
mental. Dalam hadits riwayat Tirmidzi beliau shalallahu alaihi wa salam menyampaikan bahwa
seseorang seolah mendapat semua kenikmatan dunia apabila ia bangun di pagi hari dalam
kondisi.

1. Rasa aman mengenai lingkungannya


2. Tubuh yang sehat
3. Adanya makanan untuk dimakan di hari itu

Merasa cukup dan bersyukur akan adanya tiga hal ini akan membuat jiwa seseorang menjadi
sehat dan bahagia. Pasalnya ia tidak lagi merasa kurang dan terus-menerus mengejar dunia yang
tiada habisnya.

Dalam Islam, jiwa yang sehat bisa diperoleh apabila manusia menjalani lifestyle yang sederhana
dan terus bersyukur terhadap penciptanya. Anda juga dapat berperan membantu perekonomian
masyarakat pedesaan dengan menjadi investor di Amartha. Membantu masyarakat untuk
meningkatkan taraf perekonomiannya bisa mendatangkan rasa bahagia
Asy Syams (91 : 7-11)merupakan salah satu rujukan bahwa islam telah mengatur tentang
kesehatan jiwa seseorang.

ٍ ‫﴾ َونَ ْف‬
٧ ﴿ ‫س َو َما َسوَّاهَا‬

َ ٩ ﴿ ‫﴾قَ ْد َأ ْفلَ َح َم ْن زَ َّكاهَا‬٨ ﴿ ‫ُورهَا َوتَ ْق َواهَا‬


َ ‫﴾وقَ ْد َخ‬
١٠ ﴿ ‫اب َم ْن َدسَّاهَا‬ َ ‫﴾فََأ ْلهَ َمهَا فُج‬
ْ َ‫﴾ َك َّذب‬
١١ ﴿ ‫ت ثَ ُمو ُد بِطَ ْغ َواهَا‬

Artinya: Dan Jiwa serta penyempurnaan (ciptaannya), maka Allah mengilhamkan kepada jiwa
itu (jalan) kefasikan dan ketaqwaannya, sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan
jiwa itu. Dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya

B. Jiwa Menurut Filosofi Muslim

Menurut filosuf muslim, jiwa adalah jauhar (substansi) rohani sebagai bentuk bagi jasad.


Hubungan kesatuan jiwa dengan badan merupakan kesatuan secara accident, di mana keduanya
berdiri sendiri dan mempunyai substansi yang berbeda, sehingga binasanya jasad tidak
membawa binasa pada jiwa.6

Menurut al-Kindi, jiwa adalah jauhar basit (tunggal, tidak tersusun, tidak panjang,dalam, dan
lebar). Jiwa berciri Ilahi lagi ruhani, mempunyai arti sempurna dan mulia. Al-Nafs merupakan
jauhar rohani, maka hubungannya dengan tubuh bersifat acciden. Kendatipun al-Nafs bersatu
dengan tubuh, yang dengannya ia dapat melakukan kegiatannya, namun al-Nafs tetap terpisah
dan berbeda dengan tubuh,sehingga ia kekal setelah mengalami kematian.7

6
http://media.nelite.com
7
Nasution, H. (1986). Akal dan Wahyu dalam Islam. Jakarta: Universitas Indonesia Press.
Filsafat al-Nafs (jiwa) yang dikemukakan para filosuf Muslim merupakan rembesanfilsafat
Yunani yang kemudian mereka kembangkan dengan pendekatan teologis normatif (al-Qur’an
dan hadis). Menurut filosuf muslim, jiwa adalah jauhar (substansi) rohani sebagai form bagi
jasad. hubungan kesatuan jiwa dengan badan merupakan kesatuan8

Ibnu Sina mempunyai argumene yang membahas tentang jiwa:

a) Jiwa dapat mengetahui objek pemikiran (ma’qulat) dan ini tidak dapat dilakukan oleh
jasad. Persoalannya bentuk-bentuk yang merupakan objek pemikiran hanya terdapat
dalam akal dan tidak mempunyai tempat.
b) Jiwa dapat megetahui hal-hal yang abstrak (kulliy) dan jiwa zatnya tanpa alat. Sementara
itu, indra dan khayal hanya dapat mengetahui yang konkret (juz’iy) dengan alat. Jadi,
jiwa memiliki hakikat yang berbeda dengan hakikat indra dan khayal.
c) Jasad atau organnya jika melakukan kerja berat atau berulang kali dapat menjadikan letih,
bahkan dapat menjadi rusak. Sebaliknya, jiwa dipergunakan terus menerus berpikir
tentang masalah besar tidak dapat membuatnya lemah atau rusak.
d) Jasad dan perangkatnya akan mengalami kelemahan pada waktu usia tua, misalnya pada
umur 40 tahun. Sebaliknya, jiwa atau daya jiwa akan semakin kuat, kecuali jika ia sakit.
Karenanya, jiwa bukan bagian dari jasad dan keduanya merupakan dua subtasi yang
berbeda.9

Jiwamanusia mempunyai daya-daya sebagaimana berikut:


1. Daya al-Muharrikat (gerak), daya ini yang mendorong untuk makan, memelihara,
dan. berkembang.
2. Daya al-Mudrikat (mengetahui), daya ini yang mendorong untuk merasa dan
berimajinasi.
3. Daya al-Nathiqat (berpikir), daya ini yang mendorong untuk berpikir secara
teoretis dan praktis.

8
Al-Jauziyah, A.-I. S. A. A. I. al-Q. (2000). Al-Ruh. Jeddah: Al-Haramayn.
Al-Syahrastani, M. I. A. A. al-F. (2006). Al-Milal waal-Nihal. Terj. Asywadie Syukur, Al-
Milal waal-Nihal: Aliran-aliran Teologi dalam Sejarah Umat Manusia. Surabaya: Bina
Ilmu.

9
http://tp.iainsurakarta.ac.id/2019/03/22/jiwa-menurut-islam-diambil-dari-pendapat-filosof-muslim-dan-sufi/
Banyak dikalangan ulama mengkajinya, bahkan kaum Sufi dan filosof muslim ikut serta
membahas keilmuan ini. Memang pemahaman kaum Sufi dan filsuf muslim berbeda karena
mendefinisikan jiwa bukanlah menjadi perkara yang mudah. Maka wajar jika terjadi perbedaan
pendapat karena sebenarnya hanya cara metode dan cara pandang yang berbeda antara filosof
dan kaum Sufi. Kaum Sufi menganggap jiwa atau nafs lebih mengarah kepada tindakan nafsu.
Sedangkan filosof muslim menganggap jiwa adalah ruh yang berupa zat atau subtansi.10

Para sufi adalah psikolog dari segi bahwa mereka menggunakan metode introspeksi dan
perenungan diri semendalam mungkin dalam menjelajahi arena rasa. Sedangkan filosof lebih
menggunakan metode yang mengedepankan akal dan logika.

10
Zar, Sirajuddin. 2017.Filsafat Islam. Jakarta: Rajagrafindo Persada.
BAB II

A. Kesimpulan

Jika di ambil kesimpulan bahwa jiwa ituu adalah hasil pertemuan ruh dengan jasmani.
Jiwa itu memiiki jauhar dari ruhaniah dan memiliki sifat jasmani. Jiwa bisa menjadi
jembatan antara ruh dengan jasmani. Maka tak heran dalam dunia tasawuf kita di ajak
untuk membersihakn jiwa. Dengan membersihkan jiwanya maka akan bisa mencapai ruh.
Karena ruh sifatnya yang suci maka dari itu agar bisa menyentuh ruh lebih dahulu
mengolah jiwa. Maka dari itu kita semua tidak bisa menafikan jiwa.

Sehingga secara umum dapat disimpulkan bahwa sehat jiwa bukan sekedar bebas
dari gangguan jiwa, tapi juga memiliki: Perasaan sehat dan bahagia serta mampu
mengatasi tantangan hidup. Sikap yang dapat menerima orang lain sebagaimana adanya.
Sikap positif terhadap diri sendiri maupun orang lain.

B. Saran

Kami sebagai pemakalah meminta maaf apabila ada kesalahan dalam


pembuatanmakalahini yang masih terdapat banyak kekurangan, oleh karena itu saran dan
kritikpembaca sangatmembantu untuk membangun kesempurnaan dalam makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA

Asmaya, Enung. Pembentukan Jiwa Manusia Melalui Pesan Tauhidullah. Komunika, ( Vol. 9, No.
1, 2015. )

https://kompasiana.com

Syifa'MEDIKA, (Vol. 3 ( No 0,2), Maret 2013)

Jauhari, Iman. Kesehatan dalam Pandangan Hukum Islam. Kanun Jurnal Ilmu Hukum No. 55, Th.
XIII, 2011.

http://journal.uin-alauddin.ac.id

http://media.nelite.com

Nasution, H. (1986). Akal dan Wahyu dalam Islam. Jakarta: Universitas Indonesia Press.
Al-Jauziyah, A.-I. S. A. A. I. al-Q. (2000). Al-Ruh. Jeddah: Al-Haramayn.
Al-Syahrastani, M. I. A. A. al-F. (2006). Al-Milal waal-Nihal. Terj. Asywadie Syukur, Al-
Milal waal-Nihal: Aliran-aliran Teologi dalam Sejarah Umat Manusia. Surabaya: Bina
Ilmu.

http://tp.iainsurakarta.ac.id/2019/03/22/jiwa-menurut-islam-diambil-dari-pendapat-filosof-
muslim-dan-sufi/

Zar, Sirajuddin. 2017.Filsafat Islam. Jakarta: Rajagrafindo Persada

Anda mungkin juga menyukai