Anda di halaman 1dari 12

PRAKTIK ANALISIS PENILAIAN PROPERTI

Kelompok 6
Anggota:
1. Berlian Nusa Windyasta (V1721015)
2. Imam Shufianto (V1721036)
3. Imel Ananda Samb (V1721037)
4. Muhammad Thariq Kemal (V1721049)
5. Renita Eritina (V1721059)
6. Septi Wanda Kartika (V1721066)

PERBANDINGAN DATA PROPERTI KOTA SEMARANG DENGAN


KOTA SOLO TAHUN 2022

A. Berdasarkan Indeks Harga Properti, Rumah, dan Apartemen


● Kota Semarang

Pada kuartal keempat tahun 2022, indeks harga mencapai angka 114,7 atau
naik sebesar 2,6 persen secara QoQ. Pasalnya, pada Q3 2022, indeks hanya mampu
meraih angka 111,8. Sedangkan secara YoY, indeks mampu terkerek naik hingga 7,3
persen dibandingkan dengan posisinya pada Q4 2021 di angka 106,8.

Tren serupa juga tercatat pada segmen rumah tapak yang mengalami kenaikan
indeks secara QoQ dan YoY. Indeks ini meningkat 3,2 persen, dari posisi 116,3 pada
Q3 2022 ke posisi 120,1 pada Q4 2022. Dibandingkan Q4 2021, indeks ini bertumbuh
hingga 8,0 persen.

Apartemen tampaknya mengalami situasi yang berbeda. Secara kuartalan,


indeks harga apartemen hanya meningkat 0,1 persen, dari posisi 98,2 pada Q3 2022
ke posisi 98,3 pada Q4 2022. Selama setahun terakhir, indeks harga justru terkoreksi
sebesar -2,7 persen akibat tingginya capaian pada Q4 2021, yakni di angka 101,1.
Perkembangan harga yang berbeda dengan Jawa Tengah ini mungkin didorong oleh
faktor pandemi dan pembangunan infrastruktur yang pesat di wilayah Semarang.
● Kota Solo

Perkembangan properti di Solo juga tidak jauh berbeda dengan situasi di Jawa
Tengah. Secara umum, terjadi pelemahan harga, khususnya pada segmen rumah
tapak.

Indeks harga properti di Solo hanya mampu menorehkan angka 99,8 pada Q4
2022. Capaian ini menyebabkan indeks melemah -3,5 persen secara QoQ dan -3,1
persen secara YoY. Padahal selama empat kuartal ke belakang, indeks ini mampu
bertahan di kisaran 102,3 hingga 103,8.

Dari segmen rumah tapak, terlihat juga tren penurunan harga. Pada kuartal
keempat tahun 2022, indeks ini berada di posisi 100,0 atau melemah -3,2 persen
dibanding kuartal sebelumnya yang menempati angka 103,3. Indeks harga rumah
tapak pun menyusut -2,3 dibanding Q4 2021 yang sempat meraih angka 102,3.

Di sisi lain, tampak tren yang sedikit berbeda pada segmen apartemen. Indeks
harga pada segmen ini meningkat 4,2 persen secara QoQ setelah meraih posisi 129,3
pada Q4 2022. Pada Q3 2022, indeks harga hanya mencetak angka 124,1. Sementara
secara YoY, indeks ini tetap terkoreksi sebesar -1,0 persen dari posisi 130,7 pada Q4
2021.Pelemahan indeks harga mungkin didorong oleh kembalinya pekerja ke kota-
kota metropolitan usai meredanya pandemi Covid-19.

● Kesimpulan

Dari kedua data tersebut dapat disimpulkan bahwa indeks harga properti di
Kota Semarang tahun 2022 mengalami kenaikan sebesar 2,6 persen secara QoQ dari
pada tahun 2021, sedangkan di Kota Solo mengalami penurunan sebesar -3,5 persen
secara QoQ dan -3,1 persen secara YoY. Selain itu dari data kita juga bisa
menafsirkan bahwa di Kota Semarang pada tahun 2022 yang mengalami kenaikan
ialah di segmen properti dan rumah, sedangkan untuk apartemen mengalami
penurunan. Hal ini berbanding terbalik di Kota Solo, yang dimana di segmen properti
dan rumah mengalami penurunan sedangkan di segmen apartemen mengalami
kenaikan.

B. Berdasarkan Indeks Suplai Properti, Rumah, dan Apartemen


● Kota Semarang

Beralih ke sisi suplai, tercatat perkembangan yang cukup menarik, meski tidak
mampu melampaui pertumbuhan harga properti di Semarang. Indeks suplai
menempati posisi 269,0 pada kuartal keempat tahun 2022. Alhasil, indeks ini tercatat
meningkat sebesar 0,5 persen dibanding Q3 2022 dan mengalami pertumbuhan
tahunan sebesar 14,2 persen dibanding Q4 2021.

Untuk segmen rumah tapak, indeks suplainya bertumbuh sebesar 0,6 persen
secara kuartalan, dari posisi 272,2 pada Q3 2022 ke posisi 278,8 pada Q4 2022.
Dalam periode tahunan, indeks ini tercatat meningkat sebesar 14,6 persen dari posisi
243,2 pada Q4 2021.

Lain halnya dengan suplai apartemen, indeksnya justru menurun secara


kuartalan sebesar -2,3 persen karena hanya mampu bertahan di posisi 103,9 pada Q4
2022. Segmen ini juga melemah secara tahunan sebesar -1,8 persen.
● Kota Solo

Dilihat dari indeks suplai pada properti, rumah, dan apartemen di Kota Solo
dari kuartal keempat tahun 2021 hingga kuartal keempat 2022 mulai melambat
walaupun tampak menunjukkan pertumbuhan secara perlahan. Indeks suplai secara
keseluruhan mengalami peningkatan sebesar 0,9 persen dari posisi 158,2 pada Q3
2022 ke posisi 159,6 pada Q4 2022. sedangkan selama setahun terakhir, terjadi
pertumbuhan suplai sebesar 16,4 persen dari posisi 137,1 pada Q4 2021.

Peningkatan suplai juga terjadi pada segmen rumah tapak. Indeks suplai
mengalami kenaikan yang sangat kecil ke posisi 158,9 pada Q4 2022 atau menguat
sebesar 0,8 persen jika dibandingkan dengan kuartal pada sebelumnya yang mana
berada pada posisi 157,6. Indeks ini juga meningkat secara tahunan sebesar 17,2
persen jika dibandingkan dengan Q4 2021 yang sempat menempati angka 135,6.

Dari segmen apartemen, dapat dilihat peningkatan yang lebih signifikan secara
kuartalan yaitu sebesar 3,9 persen. hal ini disebabkan karena indeks suplai pada Q4
2022 mampu mencapai angka 214,9, melampaui capaian indeks pada Q3 2022 di
angka 206,8. Namun, indeks suplai apartemen mengalami penyusutan secara tahunan
sebesar -15,2 persen dibanding dengan Q4 2021 yang menduduki posisi 253,4.
Fenomena ini menggambarkan antusiasme dan harapan yang masih cukup besar dari
pihak pengembang, khususnya para developer apartemen di pusat kota Solo.

● Kesimpulan

Indeks suplai pada properti dan rumah di Kota Semarang mengalami


peningkatan yang sangat menarik dengan pertumbuhan harga properti yang
menempati posisi 269,0 pada kuartal keempat tahun 2022 atau meningkat sebesar
0,85 persen jika dibandingkan dengan kuartal ketiga tahun 2022 dan mengalami
peningkatan secara tahunan sebesar 14,2 persen jika dibandingkan dengan kuartal
keempat tahun 2021. Tidak hanya dari sisi suplainya saja yang mengalami
peningkatan, segmen rumah tapak di Kota Semarang juga mengalami peningkatan
sebesar 0,6 persen dari posisi 272,2 pada kuartal ketiga ke posisi 278,8 pada kuartal
keempat 2022. Walaupun untuk sisi suplai dan segmen rumah tapak menunjukkan
tren peningkatan yang cukup baik, tidak berlaku untuk sisi suplai apartemennya.
Indeks ini mengalami penurunan secara kuartalan sebesar -2,3 persen dan secara
tahunan melemah sebesar -1,8 persen.

Sedangkan untuk indeks suplai properti, rumah, dan apartemen di Kota Solo
mengalami kenaikan yang mana pada sisi suplai properti dan rumah yang tidak jauh
berbeda. Untuk sisi supali properti meningkat sebesar 0,9 persen dari posisi 158,2
pada kuartal ketiga 2022 ke posisi 159,6 pada kuartal keempat 2022. Segmen rumah
tapak sendiri juga mengalami kenaikan yang tidak terlalu besar yang saat ini berada di
posisi 158,9 pada kuartal keempat 2022 dari yang sebelumnya hanya berada di posisi
157,6. Tidak jauh berbeda dengan segmen apartemen. Apartemen di kota Solo ini
merupakan salah satu segmen yang mengalami peningkatan yang cukup signifikan
jika dibandingkan dengan segmen rumah tapak dan property. hal ini disebabkan
karena indeks suplai pada Q4 2022 mampu mencapai angka 214,9, melampaui
capaian indeks pada Q3 2022 di angka 206,8.

C. Berdasarkan Indeks Permintaan Properti, Rumah, dan Apartemen


● Kota Semarang

Secara keseluruhan, indeks permintaan menempati posisi 59,7 pada Q4 2022


atau turun sebesar 24,0 persen dibanding kuartal sebelumnya yang berada di posisi
78,6. Indeks ini juga tercatat melemah sebesar -18,6 persen jika dibandingkan dengan
capaian pada kuartal yang sama di tahun sebelumnya.

Indeks demand rumah tapak ikut terkoreksi sebesar -22,9 persen secara
kuartalan lantaran hanya mampu meraih angka 59,4 pada Q4 2022. Sedangkan secara
tahunan, indeks ini mencetak penurunan sebesar -19,6 persen.Sementara itu, indeks
permintaan apartemen mencatat penurunan kuartalan yang jauh lebih besar, yakni
mencapai -44,9 persen, setelah meraih posisi 72,1. Namun, indeks ini justru
bertumbuh sebesar 25,6 persen secara tahunan. Hal ini disebabkan oleh rendahnya
permintaan pada Q4 2021 yang hanya mampu menorehkan angka 57,4.
Surutnya demand mungkin lebih banyak dipengaruhi oleh siklus properti
tahunan, yakni ketika konsumen lebih sedikit menghabiskan uang di akhir tahun.
Dengan begitu, potensi properti di Semarang pada awal tahun 2023 mungkin akan
kembali meningkat.

● Kota Solo

Dari segi permintaan, properti di Solo tampaknya memang sedang kehilangan


peminat, terutama pada segmen apartemen.

Indeks demand properti di Solo melemah ke posisi 54,2 pada Q4 2022, atau
terkoreksi sebesar -17,7 dibanding kuartal sebelumnya di angka 65,9. Secara tahunan,
indeks ini juga menyusut -22,2 persen dibanding kuartal yang sama di tahun 2021.

Segmen rumah tapak juga mencetak penurunan permintaan sebesar -15,9


persen secara QoQ usai menduduki posisi 54,1 pada Q4 2022. Pelemahan demand
apartemen turut terlihat secara YoY, yakni sebesar -22,8 persen.

Penurunan demand yang dialami segmen rumah tapak ternyata jauh lebih baik
ketimbang segmen apartemen di Solo. Indeks permintaan apartemen menurun tajam
hingga -51,6 persen ke posisi 55,4 pada Q4 2022. Tren tersebut disebabkan oleh
tingginya capaian indeks pada kuartal sebelumnya, yakni di angka 114,8. Adapun
selama setahun terakhir, indeks ini hanya melemah -11,8 persen dari posisi 63,0.

● Kesimpulan

Indeks permintaan pada properti, rumah , dan apartemen di Kota Semarang


mengalami penurunan yang sekarang menempati posisi 59,7 pada kuartal keempat
tahun 2022 atau turun sebesar -24,0 persen jika dibandingkan dengan kuartal ketiga
tahun 2022. Tidak hanya dari sisi suplainya saja yang mengalami penurunan, segmen
rumah tapak di Kota Semarang juga mengalami penurunan sebesar -22,9 persen dari
posisi 78,6 pada kuartal ketiga ke posisi 59,4 pada kuartal keempat 2022. Dan untuk
segmen apartemen tercatat bahwa mengalami penurunan yang paling besar jika
dibandingkan dengan segmen lainnya. Indeks ini mengalami penurunan secara
kuartalan sebesar -44,9 persen. Namun, secara tahunan segmen ini justru bertumbuh
sebesar 25,6 persen.

Sedangkan untuk indeks permintaan properti, rumah, dan apartemen di Kota


Solo juga mengalami penurunan terutama pada segmen apartemen. Untuk segmen properti
menurun sebesar -17,7 persen dari posisi 65,9 pada kuartal ketiga 2022 ke posisi 54,2 pada
kuartal keempat 2022. Segmen rumah tapak sendiri juga mengalami penurunan permintaan
sebesar -15,9 persen dari posisi 64,3 persen pada Q3 2022. Tidak jauh berbeda dengan
segmen apartemen. Apartemen di kota Solo ini merupakan salah satu segmen yang
mengalami penurunan yang cukup curam jika dibandingkan dengan segmen rumah tapak dan
properti. hal ini disebabkan karena indeks permintaan pada Q4 2022 hanya mencapai angka
55,4 persen, dan pada Q3 2022 cukup tinggi sebesar 114,8 persen.

D. Berdasarkan Potensi Investasi


● Kota Semarang
Pada awal tahun, banyak pemilik aset yang tertarik untuk berinvestasi di
properti di Semarang. Hal ini disebabkan oleh pertumbuhan investasi yang
pesat di kota tersebut, meningkat dari Rp 20 triliun pada akhir tahun 2018
menjadi 22,2 triliun pada kuartal IV/2021.

Semarang memiliki posisi strategis dan menarik sebagai tujuan investasi


properti. Pada bulan November 2021, Kementerian Investasi dan BKPM RI
menobatkan Semarang sebagai kota terbaik kedua dalam hal layanan investasi.
Oleh karena itu, tidak mengherankan jika banyak investor yang datang dan
bersaing mencari peluang bisnis, terutama di sektor properti yang semakin
diminati.

Sama seperti Jakarta dan kota-kota metropolitan lainnya, Semarang memiliki


daya tarik dan keunggulan yang membuat investasi properti meningkat.
Berikut adalah beberapa alasan mengapa investasi properti di Semarang pada
tahun 2022 menjadi prospek yang menjanjikan:

1. Program Smart City Semarang: Program "Semarang Kota Pintar" atau


Smart City yang digagas oleh pemerintah kota mendukung
perkembangan industri secara menyeluruh. Kelebihan program ini
adalah penggunaan teknologi modern dan akses yang mudah, yang
juga berdampak positif pada industri properti.

2. Sistem Ramah Investasi Melalui MPP: Proses perizinan yang cepat dan
kemudahan dalam berinvestasi merupakan fokus pemerintah kota.
Dalam waktu dekat, akan diresmikan Mall Pelayanan Publik (MPP)
yang menciptakan iklim kondusif bagi investor, terutama dalam
kegiatan bisnis termasuk investasi properti tanpa hambatan birokrasi.
3. Layanan Akses Berskala Internasional: Fasilitas layanan publik dengan
standar internasional disediakan untuk mendukung kegiatan investasi.
Contohnya adalah Bandara Internasional Ahmad Yani dan Pelabuhan
Internasional yang memudahkan akses barang dan distribusi baik
dalam maupun luar negeri.

4. Infrastruktur Mempermudah Mobilitas: Infrastruktur yang memadai


memudahkan mobilitas dalam kegiatan bisnis. Akses antarkota tidak
lagi menjadi masalah karena Semarang terletak di jalur jalan tol Trans
Jawa, yang merupakan jalur penting untuk transportasi ke Jawa Timur,
Yogyakarta, dan Solo.

5. Fasilitas Publik Lengkap: Kota Semarang terus berinovasi dengan


fasilitas publik yang lengkap. Terdapat fasilitas pendidikan, seperti
universitas negeri unggulan dan sekolah internasional. Selain itu,
tersedia fasilitas kesehatan modern seperti rumah sakit besar dan klinik
yang melayani masyarakat. Juga, adanya pusat perbelanjaan modern
sebagai pusat ekonomi daerah.

6. Ragam Destinasi Wisata: Semarang memiliki beragam destinasi wisata


yang populer, mulai dari wisata sejarah yang kaya hingga wisata
kekinian yang terus berkembang dan menarik minat wisatawan
domestik maupun mancanegara. Wisata budaya dan kuliner juga
menjadi daya tarik bagi para pelancong yang ingin menikmati kota
Semarang. Tingginya tingkat hunian hotel juga menunjukkan potensi
investasi properti di Semarang.

7. Kota Layak Huni: Semarang selalu mendapatkan peringkat tinggi


sebagai kota yang layak huni. Pada tahun 2021, Semarang menempati
peringkat kelima sebagai kota paling nyaman di Indonesia dengan nilai
indeks 65,4%. Hal ini menunjukkan banyaknya keunggulan yang dapat
dinikmati di kota ini, termasuk para investor properti yang terus
mengembangkan bisnis di Semarang.

● Kota Solo
Solo, selain dikenal dengan batiknya, kini telah menjadi sebuah kota yang
memikat dengan kekayaan budaya dan kuliner yang tak tertandingi. Kota ini
juga merupakan sebuah area yang lengkap dan proporsional dalam berbagai
aspek kehidupan, seperti industri, infrastruktur, perdagangan, wisata,
pendidikan, dan masih banyak lagi.

Tak heran, daya tarik ini membuat kota Solo semakin ramai dikunjungi oleh
masyarakat dari luar kota. Dampaknya sangat terasa dalam meningkatkan
prospek kota Solo sebagai salah satu destinasi investasi yang menjanjikan di
Indonesia, terutama dalam bidang investasi properti.

1. Infrastruktur dan Fasilitas yang Lengkap


Salah satu keunggulan Solo adalah hadirnya Jalan Tol Trans Jawa yang
melintasi kota ini. Selain itu, tersedia fasilitas publik yang
menjanjikan, seperti Rumah Sakit Ortopedi Soeharso yang diakui
sebagai yang terbaik di Indonesia dan Universitas Sebelas Maret yang
termasuk dalam jajaran universitas terbaik di negeri ini.

2. Wisata yang Memikat


Salah satu daya tarik utama Solo adalah kekayaan budaya dan kuliner
yang membuatnya selalu menjadi tempat yang menarik bagi
wisatawan, baik dari dalam negeri maupun mancanegara. Wisata
budaya, dengan bangunan-bangunan bersejarah seperti Keraton Solo
Mangkunegaran, Keraton Solo Hadiningrat, Taman Sriwedari
Surakarta, Benteng Vastenburg, dan masih banyak lagi. Selain itu,
kuliner khas Solo juga sangat terkenal, seperti Serabi Notosuman,
Timlo Solo, Gudeg Solo, berbagai masakan kambing, dan lain
sebagainya. Hal ini juga berdampak pada peningkatan peluang bisnis
hotel, penyewaan apartemen, dan properti sebagai tempat menginap.

3. Kota Industri yang Berkembang


Solo merupakan kota industri yang kuat, terutama dalam sektor tekstil.
Dua pabrik tekstil terbesar di Indonesia, yaitu Sritex dan Duniatex,
beroperasi di Solo. Selain itu, Solo juga menjadi pusat industri batik
dengan keberadaan Danar Hadi dan Batik Keris. Di samping itu, ada
juga industri obat seperti Konimex dan Jamu Air Mancur yang menjadi
bagian penting dari perkembangan kota ini.

4. Kota Perdagangan yang Bergairah


Dalam hal perdagangan, Solo memiliki dua pasar yang terkenal dan
legendaris, yaitu Pasar Gede dan Pasar Klewer. Pasar Klewer
merupakan pasar tekstil terbesar kedua di Indonesia setelah Pasar
Tanah Abang di Jakarta. Kehadiran pasar ini menjadikan Solo sebagai
pusat ekonomi yang signifikan. Oleh karena itu, properti seperti ruko
dan pergudangan menjadi pilihan yang menarik.

5. Harga yang Masih Terjangkau


Meskipun rumah dan properti dijual di Solo belum memiliki
popularitas yang sama dengan JABODETABEK dan Surabaya, namun
harganya masih terjangkau. Solo merupakan salah satu dari tiga kota di
Provinsi Jawa Tengah yang memiliki potensi yang baik untuk investasi
properti.
● Kesimpulan
Kota Semarang menarik minat investor properti dengan pertumbuhan investasi
yang pesat dan pengakuan sebagai salah satu kota terbaik dalam layanan
investasi. Beberapa faktor yang membuat investasi properti di Semarang
menjanjikan termasuk program Smart City, sistem ramah investasi, layanan
akses internasional, infrastruktur yang mempermudah mobilitas, fasilitas
publik lengkap, ragam destinasi wisata, dan status sebagai kota yang layak
huni. Semarang memiliki potensi yang baik bagi para investor yang ingin
mengembangkan bisnis properti. Sedangkan untuk Kota Solo, Kota Solo
menarik minat investasi properti dengan kekayaan budaya, kuliner, dan
industri yang berkembang. Infrastruktur dan fasilitas yang lengkap, wisata
yang memikat, industri tekstil dan batik yang kuat, serta kehadiran pasar
perdagangan yang bergairah menjadi alasan mengapa Solo menawarkan
peluang investasi properti yang menjanjikan. Meskipun belum memiliki
popularitas yang sama dengan beberapa kota besar lainnya, harga properti di
Solo masih terjangkau, menjadikannya salah satu pilihan menarik untuk
investasi properti di Jawa Tengah.

E. Berdasarkan kondisi Wilayah


● Kota Semarang
Kota Semarang merupakan ibukota Provinsi Jawa Tengah, berada di
perlintasan jalur jalan Utara Pulau Jawa yang menghubungkan Kota Surabaya
dan Jakarta. Secara geografis, Kota Semarang terletak diantara diantara 109o
35’ – 110o 50’ Bujur Timur dan 6o 50’ – 7o 10’ Lintang Selatan.
Secara topografi, kota ini terdiri dari daerah pantai, dataran rendah dan
perbukitan. Sekitar awal tahun 2000, terjadi fenomena peningkatan
pembangunan perumahan di Kota Semarang bagian atas yang dipicu oleh
adanya anggapan masyarakat bahwa perumahan di Kota Semarang bagian atas
bebas dari banjir yang serta memiliki pemandangan kota bawah yang indah di
malam hari. Selain itu, fenomena tersebut juga diakibatkan oleh tingginya
harga lahan dan meningkatnya kepadatan di pusat kota serta adanya daya tarik
kawasan pendidikan antara lain Undip, Unika dan Unnes. Fenomena ini
menyebabkan para pengembang berlomba untuk membangun perumahan di
Kota Semarang bagian atas dan melupakan aspek-aspek dasar yang harus
diperhatikan dalam pemilihan lokasi perumahan. Sedangkan jika ditinjau dari
RDTRK Kota Semarang, Kota Semarang bagian atas sebagian besar
wilayahnya diperuntukkan sebagai kawasan konservasi sekaligus berfungsi
sebagai daerah resapan air. Permasalahan yang diakibatkan adalah terjadinya
sejumlah kasus longsornya perumahan di Kota Semarang bagian atas karena
pengembang kurang memperhatikan peraturan dan kebijakan mengenai
penentuan lokasi perumahan dan terkesan hanya mempertimbangkan
kepentingan pengemabng sendiri dari adanya peningkatan permintaan
perumahan di Kota Semarang bagian atas. Dengan adanya latar belakang dan
permasalahan dalam penyelenggaraan perumahan di Kota Semarang bagian
atas, maka disusun suatu penelitian yang bertujuan untuk mengkaji faktor-
faktor yang mempengaruhi pengembang dalam menentukan lokasi perumahan
di Kota Semarang bagian atas dengan tahapan antara lain, mengidentifikasi
karakteristik perumahan di Kota Semarang bagian atas ditinjau dari kondisi
fisik, ekonomi dan segmen pasar, mengidentifikasi aspek-aspek yang
mempengaruhi pengembang dalam memilih lokasi perumahan, menganalisis
faktor-faktor yang mempengaruhi pengembang dalam pemilihan lokasi
perumahan di Kota Semarang bagian atas beserta prioritasnya dan
membandingkan prioritas faktor-faktor yang mempengaruhi pengembang
dalam pemilihan lokasi perumahan dengan kebijakan dan peraturan yang
berlaku.
● Solo
Kota Surakarta merupakan dataran rendah dengan ketinggian ± 92 m dari
permukaan laut. Luas wilayah Kota Surakarta 44,04 km², Surakarta juga
terbagi ke dalam 5 kecamatan yaitu: Laweyan, Pasar Kliwon, Serengan,
Jebres, dan Banjarsari. Lima Kecamatan tersebut terbagi menjadi 51
Kelurahan.
Sektor perkembangan perumahan di Kota Surakarta mengalami perkembangan
yang sangat pesat. Pertumbuhan penduduk baik alami maupun migrasi yang
pesat membuat kebutuhan akan lahan di perkotaan semakin menjadi tantangan
serius. Seperti halnya Kota Surakarta dengan lokasi strategis yaitu di tengah –
tengah Pulau Jawa dan menjadi pusat kota dari daerah di sekitarnya
menjadikan pertumbuhan Kota Surakarta menjadi pesat . tujuan dari penelitian
ini adalah mengidentifikasi pola sebaran perumahan untuk melihat kebutuhan
sarana prasarana dan utilitas di Kota Surakarta. Studi ini menggunakan metode
kuantitatif untuk menggambarkan perkembangan pertumbuhan perumahan
terkait pola sebaran di Kota Surakarta. Mengadopsi analisa tetangga terdekat
(nearest neighborhood) untuk mengetahui pola sebaran perumahan. Hal ini
karena segudang permasalahan di berbagai aspek yang perlu dibenahi bersama
mulai dari pemerintah sampai masyarakat.

F. Berdasarkan keadaan penduduk


● Kota Semarang
keadaan penduduk berdasarkan Aspek Ekonomi
1. Proporsi Tenaga Kerja Proporsi
tenaga kerja merupakan banyaknya orang yang bekerja pada suatu
usaha dengan menerima upah/gaji baik berupa uang maupun barang
(pekerja dibayar) maupun pekerja pemilik dan atau pekerja keluarga
yang biasanya aktif dalam kegiatan usaha tetapi tidak dibayar (pekerja
tidak dibayar). Di tahun 2021, proporsi tenaga kerja Kota Semarang
adalah sebesar 71,27%. Angka tersebut dihasilkan atas Jumlah Tenaga
Kerja (Penduduk 15 - 64 Tahun) sebesar 1.202.455 jiwa terhadap
jumlah penduduk sebesar 1.687.222 jiwa.
2. Partisipasi Angkatan Kerja Angka
Partisipasi Angkatan Kerja merupakan persentase penduduk usia 15
tahun keatas yang merupakan angkatan kerja. Gambaran angka
partisipasi kerja Kota Semarang di tahun 2021 adalah 57,82%. Jumlah
penduduk usia produktif (15-64 tahun) yang bekerja mencapai 695.224
jiwa dari total penduduk sebanyak 1.202.455 jiwa.
● Kota Solo
Kota Surakarta merupakan kota terpadat di Jawa Tengah. Luas wilayah
Surakarta hanya 46,72 km persegi, namun jumlah penduduknya mencapai
579.212 jiwa pada Juni 2022. Artinya, setiap 1 km persegi di wilayah Kota
Solo dihuni oleh 12.398 jiwa.
Kualitas Penduduk Bidang Ekonomi
1. PDRB per Kapita Kualitas penduduk dalam satu wilayah dapat dilihat
berdasarkan besaran PDRB perkapita yang dihasilkan dari wilayah
tersebut. PDRB perkapita merupakan nilai PDRB dibagi jumlah
penduduk dalam suatu wilayah pada periode tertentu. PDRB perkapita
ini dijadikan sebagai ukuran untuk mengetahui tingkat kesejahteraan
masyarakat suatu daerah secara umum. Semakin besar angka PDRB
perkapita, maka diperkirakan semakin sejahtera penduduk suatu
wilayah tersebut. Sebagai gambaran, Kota Surakarta memiliki nilai
PDRB pada tahun 2019 sebesar 92.386.932 juta rupiah. Jika dilihat
dari tahun 2015 sebesar 68.271.376 juta rupiah, terlihat setiap tahunnya
mengalami kenaikan. Dengan demikian, dari tahun ke tahun,
masyarakat Kota Surakarta mengalami kenaikan kesejahteraan secara
konsisten.

1. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Perkembangan angkatan


kerja di Kota Surakarta pada tahun 2015 mengalami penurunan hingga
tahun 2018 dari angka 70,12% pada tahun 2015 menjadi 65,62% pada
tahun 2018, kemudian kembali mengalami kenaikan pada tahun 2019,
yaitu 68,93%. Kondisi tersebut tidak relevan dengan Nasional yang
mengalami kenaikan pada tahun 2019, sedangkan Jawa Tengah
bergerak fluktuatif.
2. Persentase kemiskinan Kota Surakarta pada tahun 2019 sebesar 8,70%,
menjadikan persentase kemiskinan Kota Surakarta tertinggi diantara
kota lainnya di Provinsi Jawa Tengah. Namun masih rendah dengan
rata-rata Provinsi Jawa Tengah sebesar 10,80% dan Nasional sebesar
9,41%. Ini menunjukkan bahwa pengentasan kemiskinan Kota
Surakarta masih dirasa kurang.

Anda mungkin juga menyukai