Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Persatuan dan kesatuan bangsa serta kesatuan wilayah, merupakan suatu kondisi
dan cara terbaik untuk mencapai tujuan bersama.  Suatu masyarakat yang didorong oleh
keharusan pemenuhan kebutuhannya perlu bekerja sama atau bersatu dalam bekerja
karena pada dasarnya saling membutuhkannya.  Masyarakat juga perlu bersatu agar dapat
menghimpun kekuatan untuk mencapai suatu tujuan yang tidak dapat dilakukan secara
sendiri-sendiri.  Disamping itu, pencapaian suatu tujuan masyarakat dapat efektif bila
dilakukan dalam satu tatanan atau suatu tata hubungan dalam masyarakat yang berada
dalam satu kesatuan.
Persatuan dan kesatuan tidak saja berlaku secara nasional, tetapi juga diperlukan
dalam lingkup regional dan global, wujudnya seperti Uni Eropa, ASEAN, APEC atau
WTO.Persatuan dan Kesatuan Bangsa Indonesia diwujudkan dalam semboyan pada 
lambang Negara Republik Indonesia yaitu ”BHINNEKA TUNGGAL IKA” yang
keberadaannya berdasarkan pada PP No. 66 Tahun 1951, mengandung arti beraneka
tetapi satu (Ensiklopedia Umum, 1977).  Semboyan tersebut menurut Supomo, meng-
gambarkan gagasan dasar yaitu menghubungkan daerah-daerah dan suku-suku bangsa di
seluruh Nusantara menjadi Kesatuan Raya (ST Munadjat D, 1928).
Keberagaman atau kehidupan dalam lingkungan majemuk bersifat alami dan
merupakan sumber kekayaan budaya bangsa.  Setiap perwujudan mengandung ciri-ciri
tertentu yang membedakannya dari perwujudan yang lain, tidak mungkin satu
perwujudan mengandung semua ciri yang ada, karena bila hal itu terjadi maka dia akan
menjadi maha sempurna, padahal hanya satu maha sempurna yaitu TUHAN.  Tidak
mungkin  pula bila semua perwujudan sama, karena makanisme tesis-antitesis-sintesis
tidak akan terjadi, dalam arti tidak akan ada perkembangan atau kemajuan. Dalam
kehidupan masyarakat yang serba majemuk, berbangsa dan bernegara, berbagai
perbedaan yang ada seperti dalam suku, agama, ras atau antar golongan, merupakan
realita yang harus didayagunakan untuk memajukan negara dan bangsa Indonesia,
menuju cita-cita Nasional kita adalah masyarakat Adil dan Makmur berdasarkan
Pancasila dan UUD 1945 dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia.

B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka masalah yang akan dibahas
dalam makalah ini yaitu :
1. Apakah yang dimaksud dengan Persatuan dan Kesatuan Bangsa?
2. Apakah makna dari Persatuan dan Kesatuan Bangsa?
3. Apa saja yang menjadi landasan hukum Persatuan dan Kesatuan Bangsa?
4. Bagaimana cara untuk mengamalkan nilai – nilai Persatuan dan Kesatuan
serta prinsip – prinsip apa saja yang harus kita hayati dan kita amalkan
dalam Persatuan dan Kesatuan Bangsa?
5. Sikap yang bagaimana yang harus dikembangkan dalam memelihara
semangat / jiwa Persatuan dan Kesatuan?

C. TUJUAN PENULISAN
Makalah ini disusun dengan tujuan :
1. Untuk mengetahui pengertian Persatuan dan Kesatuan Bangsa.
2. Untuk mengetahui makna dari Persatuan dan Kesatuan Bangsa.
3. Untuk mengetahui Apa saja yang menjadi landasan hukum Persatuan dan
Kesatuan Bangsa
4. Untuk mengetahui cara untuk mengamalkan nilai – nilai Persatuan dan
Kesatuan serta prinsip – prinsip apa saja yang harus kita hayati dan kita
amalkan dalam Persatuan dan Kesatuan Bangsa.
5. Untuk mengetahui sikap yang harus dikembangkan dalam memelihara
semangat / jiwa Persatuan dan Kesatuan.

D. MANFAAT PENULISAN
Manfaat yang dapat diambil dari penyusunan makalah ini, antara lain:
1. Untuk menambah wawasan tentang Persatuan dan Kesatuan Bangsa.
2.
BAB III
PEMBAHASAN

1. Pengertian Persatuan dan Kesatuan Bangsa


a. Persatuan
Persatuan berasal dari kata satu yang berarti utuh atau tidak terpecah-belah.
Persatuan mengandung arti “bersatunya macam-macam corak yang beraneka
ragam menjadi satu kebulatan yang utuh dan serasi.”
b. Kesatuan

Kesatuan adalah ke – Esaan, sifat tunggal atau keseutuhan (WJS.


Poerwadarminta, 1987).
Persatuan bangsa berarti gabungan suku-suku bangsa yang sudah bersatu. 
Dalam hal ini, masing-masing suku bangsa merupakan kelompok masyarakat
yang memiliki ciri-ciri tertentu yang bersatu.  Penggabungan dalam persatuan
bangsa, masing-masing bangsa tetap memiliki ciri-ciri dan adat istiadat semula.
Dalam persatuan bangsa, satu suku bangsa menjadi lebih besar dari
sekedar satu suku bangsa yang bersangkutan karena dapat mengatasnamakan
bangsa secara keseluruhan. Misalnya suku Bugis atau suku Batak dapat
menyebutkan dirinya bangsa Indonesia, yang memiliki ciri jauh lebih luas dan
komplek dari pada suku Bugis atau Batak itu sendiri.
Kesatuan bangsa Indonesia berarti satu bangsa Indonesia dalam satu jiwa
bangsa seperti yang diputuskan dalam kongres Pemuda pada tahun 1928 dalam
keadaan utuh dan tidak boleh kurang, baik sebagai subyek maupun obyek dalam
penyelenggaraan kehidupan nasional.  Sedangkan kesatuan wilayah Indonesia
berarti satu wilayah Indonesia dari Sabang sampai Merauke yang terdiri dari
daratan, perairan dan dirgantara diatasnya seperti yang dinyatakan dalam
deklarasi Juanda 1957, dalam keadaan utuh dan tidak boleh kurang atau retak.

2. Makna Persatuan dan Kesatuan Bangsa


Persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia yang kita rasakan ini, terjadi
dalam proses yang dinamis dan berlangsung lama, karena persatuan dan kesatuan
bangsa teerbentuk dari proses yang tumbuh dari unsur-unsur social budaya
masyarakat Indonesia sendiri, yang ditempa dalam jangkauan waktu yang lama
sekali.
Unsur-unsur sosial budaya itu antara lain seperti sifat kekeluargaan dan
jiwa gotong-royong. Kedua unsur itu merupakan sifat-sifat pokok bangsa Indonesia
yang dituntun oleh asas kemanusiaan dan kebudayaan.
Karena masuknya kebudayaan dari luar, maka terjadi proses akulturasi (percampuran
kebudayaan). Kebudayaan dari luar itu adalah kebudayaan Hindu, Islam, Kristen dan
unsur-unsur kebudayaan lain yang beraneka ragam. Semua unsur-unsur kebudayaan
dari luar yang masuk diseleksi oleh bangsa Indonesia. Kemudian sifat-sifat lain
terlihat dalam setiap pengambilan keputusan yang menyangkut kehidupan bersama
yang senantiasa dilakukan dengan jalan musyawarah dan mufakat. Hal itulah yang
mendorong terwujudnya persatuan bangsa Indonesia.
Jadi makna persatuan dan kesatuan bangsa dapat mewujudkan sifat
kekeluargaan, jiwa gotong-royong, musyawarah dan lain sebagainya.

3. Landasan Hukum Persatuan dan Kesatuan Bangsa


a. Landasan Ideal, adalah Pancasila yaitu sila 3 “Persatuan Indonesia.”
b. Landasan Konstitusional, adalah UUD 1945 yang terdiri dari:
1) Pembukaan alinea IV: … Negara Republik Indonesia yang berkedaulatan
rakyat dengan berdasar kepada … persatuan Indonesia.
2) Dalam pasal-pasal UUD 1945:
 Pasal 1 ayat (1) menyatakan bahwa “Negara Indonesia adalah Negara
kesatuan yang berbentuk Republik.”
 Pasal 30 ayat (1) dan (2) menyatakan bahwa:
a) Tiap-tiap warga Negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha
pembelaan Negara.
b) Syarat-syarat tentang pembelaan diatur dengan Undang-undang.
4. Pengamalan Nilai-nilai Persatuan dan Kesatuan
a. Mempertahankan Persatuan dan Kesatuan Wilayah Indonesia
Pepatah mengatakan “bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh”. Oleh karena itu
yang perlu kita tegakkan dan lakukan adalah:
1) Meningkatkan semangat kekeluargaan, gotong royong, dan musyawarah.
2) Meningkatkan kualitas hidup bangsa Indonesia dalam berbagai aspek
kehidupan.
3) Pembangunan yang merata serta berkeadilan social bagi seluruh rakyat
Indonesia.
4) Memberikan otonomi daerah.
5) Memperkuat sendi-sendi hokum nasional serta adanya kepastian hokum.
6) Perlindungan, jaminan serta menjunjung tinggi hak asasi manusia, dan;
7) Memperkuat system pertahanan dan keamanan sehingga masyarakat merasa
terlindungi.
b. Meningkatkan semangat Bhineka Tunggal Ika
c. Mengembangkan Semangat Kekeluargaan
Yang perlu kita lakukan setiap hari usahakan atau “budayakan saling bertegur
sapa.”
d. Menghindari Penonjolan SARA dan lain-lain
Karena bangsa Indonesia terdiri dari berbagai macam suku, bahasa, agama serta
adat istiadat kebiasaan yang berbeda-beda, maka kita tidak boleh melakukan
perbuatan yang dapat menimbulkan perpecahan. Maka dari itu yang harus kita
hindari antara lain:
1) egoisme
2) ekstrimisme
3) sukuisme
4) profinsialisme
5) acuh tak acuh tidak peduli terhadap lingkungan
6) fanatisme yang berlebih-lebihan

Tahap-tahap pembinaan persatuan bangsa Indonesia yang paling menonjol ialah


sebagai berikut:
a. Perasaan senasib sepenanggungan
b. Kebangkitan nasional
c. Sumpah pemuda
d. Proklamasi kemerdekaan
Tetapi apabila hal-hal yang berhubungan dengan arti dan makna persatuan
Indonesia dikaji lebih jauh, terdapat beberapa prinsip yang juga harus kita hayati serta
kita pahami lalu kita amalkan.

Prinsip-prinsip itu adalah sebagai berikut:


1) Prinsip Bhineka Tunggal Ika
Prinsip ini mengharuskan kita mengakui bahwa bangsa Indonesia merupakan
bangsa yang terdiri dari berbagai suku, bahasa, agama dan adat kebiasaan yang
majemuk. Hal ini mewajibkan kita bersatu sebagai bangsa Indonesia.
2) Prinsip Nasionalisme Indonesia
Kita mencintai bangsa kita, tidak berarti bahwa kita mengagung-agungkan bangsa
kita sendiri. Nasionalisme Indonesia tidak berarti bahwa kita merasa lebih unggul
daripada banga lain. Kita tidak ingin memaksakan kehendak kita kepada bangsa
lain, sebab pandangan semacam ini hanya mencelakakan kita. Selain tidak
realistis,sikap seperti itu juga bertentangan dengan sila Ketuhanan Yang Maha
Esa dan Kemanusiaan yang adil dan beradab.
3) Prinsip Kebebasan yang Bertanggungjawab
Manusia Indonesia adalah makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa. Ia memiliki
kebebasan dan tanggung jawab tertentu terhadap dirinya, terhadap sesamanya dan
dalam hubungannya dengan Tuhan Yang Maha Esa.
4) Prinsip Wawasan Nusantara
Dengan wawasan itu, kedudukan manusia Indonesia ditempatkan dalam kerangka
kesatuan politik, social, budaya, ekonomi, serta pertahanan keamanan. Dengan
wawasan itu manusia Indonesia merasa satu, senasib sepenanggungan, sebangsa,
dan setanah air, serta mempunyai satu tekad dalam mencapai cita-cita
pembangunan nasional.
5) Prinsip Persatuan Pembangunan untuk Mewujudkan Cita-Cita Reformasi
Dengan semangat persatuan Indonesia kita harus dapat mengisi kemerdekaan
serta melanjutkan pembangunan menuju masyarakat yang adil dan makmur.
5. Sikap yang harus dikembangkan dalam memelihara semangat / jiwa Persatuan dan
Kesatuan.
Berbagai hambatan dan tantangan yang dihadapi pemerintah saat ini masih
tetap merintangi perjalanan bangsa Indonesia dalam mewujudkan integrasi
nasionalnya, apalagi dalam era globalisasi dan keterbukaan, dimana batas-batas
negara semakin kabur serta adanya semangat reformasi yang berlebihan dapat
menimbulkan kerawanan dalam upaya pembinaan persatuan dan kesatuan bangsa.
Kalau tidak hati-hati dalam menanganinya tidak mustahil terjadi
disintegrasi/perpecahan bangsa. Oleh sebab itu menjaga keutuhan dan kelestarian
bangsa melalui semangat/jiwa persatuan dan kesatuan merupakan kebutuhan mutlak
serta sekaligus merupakan tantangan yang tidak ringan.
Dalam memelihara semangat/jiwa persatuan dan kesatuan, kiranya perlu
dikembangkan dua sikap yaitu :
a. Mengembangkan sikap dilihat dari aspek psikologis yaitu sikap
kekeluargaan yang memungkinkan terjadinya proses dialogis segenap
unsur bangsa sehingga dapat menerima pandangan orang lain walaupun
berbeda pendapat, cara-cara ini dikembangkan dengan azas musyawarah
mufakat.
b. Mengembangkan sikap dilihat dari aspek ideologi, menyangkut upaya
yang menjaga agar dinamika yang dikembangkan tidak keluar dari
Pancasila yang telah disepakati sebagai dasar negara, dan ideologi
nasional.
Dengan mengembangkan dua sikap tersebut, diharapkan semangat
persatuan dan kesatuan bangsa tetap menggelora didada setiap insan Indonesia
sehingga mampu menciptakan kondisi yang kondusip terhadap perwujudan
persatuan dan kesatuan perlu dikembangkan sikap :
1. Memantapkan Ideologi Nasional
Belajar dari pengalaman sejarah, salah satu sebab perpecahan bangsa adalah karena
berbagai golongan dan aliran yang tumbuh dimasyarakat mempunyai ideologi
sendiri-sendiri yang masing-masing ingin menerapkannya dalam kehidupan
bermasyarakat dan berbangsa sehingga menyebabkan sering terjadinya benturan-
benturan sosial dan politik yang memperlemah persatuan dan kesatuan bangsa.
Agar keutuhan bangsa ini tetap kokoh dalam menghadapi segala
tantangan, maka Pancasila dijadikan sebagai Dasar Negara dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara sebagai perekat semua unsur masyarakat
yang majemuk. Setiap perkumpulan dan organisasi baik organisasi
kemasyarakatan maupun kekuatan sosial politik wajib menetapkan Pancasila
sebagai Dasar Negara dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Dengan demikian maka semangat kebersamaan, kekeluargaan dan
keterbukaan yang bertanggung jawab dan bersumber pada nilai-nilai Pancasila
akan tetap kokoh dihati segenap bangsa Indonesia sebagaimana dikehendaki para
pendiri bangsa ini.

2. Meningkatkan Pembauran Kebangsaan.


Salah satu aspek dalam pembinaan persatuan dan kesatuan bangsa adalah
melaksanakan pembauran kebangsaan. Pembauran merupakan bagian proses
pembudayaan bangsa yang harus dipacu kearah yang positif dan harus dijiwai
sikap mawas diri, tahu diri, tenggang rasa, solidaritas sosial ekonomi serta
mempunyai rasa tanggung jawab yang tinggi terhadap kebersamaan dan
kesetiakawanan dalam upaya memajukan dan menyejahterakan kehidupan
masyarakat, bangsa dan negara Indonesia.
Upaya mewujudkan pembauran kebangsaan adalah merupakan tugas nasional
yang harus dilaksanakan pemerintah bersama seluruh warga masyarakat.
Proses pembauran harus menyentuh semua segi kehidupan berbangsa dan
bernegara baik perorangan dan keluarga maupun dalam ikatan kelompok
organisasi dan lembaga kemasyarkatan disemua bidang kehidupan. Upaya
pembauran ini merupakan tugas yang tidak akan pernah selesai dalam kehidupan
bangsa, mengingat adanya perbedaan asal-usul, status kewarganegaran Republik
Indonesia sebagaimana ditegaskan dalam pasal 26 ayat (1) Undang-Undang Dasar
1945 yang menyatakan Bahwa yang menjadi warga negara ialah orang-orang
bangsa Indonesia asli dan orang-orang bangsa lain yang disyahkan dengan
Undang-Undang sebagai warga negara.
Proses adaptasi atau penyatu paduan segenap unsur masyarakat bangsa Indonesia
menjadi satu kebulatan sosiologis yang utuh dalam semua segi kehidupan inilah
yang harus diupayakan melalui kegiatan pembauran.
Suatu prinsip pembauran kebangsaan hanya akan dapat diwujudkan melalui
wadah-wadah pembauran. Oleh karena itu pembinaannya harus dilakukan melalui
jalur-jalur yang memungkinkan individu atau kelompok saling berkomunikasi
dalam rangka mewujudkan kebersamaan.

3. Memantapkan Kerukunan Umat Beragama.


Aspek lain yang sangat penting dalam menunjang tetap kukuhnya persatuan dan
kesatuan bangsa di bumi Indonesia adalah memantapkan kerukunan hidup umat
beragama.
Sebagaimana kita maklumi bahwa setiap agama selalu mengajarkan perdamaian,
keharmonisan dan kerukunan hidup bagi umat manusia, akan tetapi tidak jarang
terjadi bahwa pemahaman ajaran agama yang sempit dapat pula memicu
permusuhan yang menjurus kepada konflik antar pemeluk agama yang pada
gilirannya dapat mengganggu persatuan dan kesatuan bangsa. Konflik yang
dibarengi dengan masalah keagamaan dapat saja terjadi antara intern umat dalam
satu agama ataupun antara umat salah satu agama dengan agama lainnya.
Salah satu aspek yang banyak menjadi penyebab timbulnya perselisihan adalah
masalah pendirian rumah ibadat dan penyiaran ajaran agama. Seiring dengan hal
tersebut, Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri telah mengeluarkan Surat
Peraturan Bersama Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri Nomor 9-8 Tahun
2006 yang mengatur Tugas Kepala Daerah Dalam Pemeliharaan Kerukunan Umat
Beragama dan Pendirian Rumah Ibadat.

4. Memantapkan Kehidupan Politik dan Demokrasi.


Tidak bisa dipungkiri bahwa kehidupan politik yang tidak stabil dapat
menimbulkan gangguan terhadap upaya pembinaan kesatuan bangsa. Pemerintah
telah berupaya mengakomodasikan kepentingan semua kelompok dan golongan
yang dapat lebih menjamin hak-hak demokrasi.
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
1. Persatuan dan kesatuan penting bagi bangsa Indonesia mengingat bahwa
bangsa Indonesia merupakan bangsa yang majemuk.
2. Perilaku yang merugikan persatuan dan kesatuan, yaitu kemiskinan,
kesenjangan sosial, keterbelakangan, ketergantungan, KKN (korupsi, kolusi dan
nepotisme), pencemaran lingkungan hidup, dekadensi moral, apatisme dan
ketidakpedulian sosial.
3. Kesetiaan terhadap bangsa dan negara adalah keteguhan hati dan ketaatan
terhadap tujuan dan cita-cita bangsa dan negaranya.
4. Salah satu wujud kesetiaan bangsa Indonesia saat ini adalah kesetiaan
mempertahankan dan mengembangkan kebersamaan dengan menegakkan nilai-
nilai kesetiaan. Kesetiaan itu mencakup kesetiaan terhadap keutuhan bangsa
Indonesia, Proklamasi Kemerdekaan, Pancasila dan UUD 1945, dan kesetiaan
terhadap Tata Hukum Indonesia.
5. Kesetidakawanan sosial adalah rasa solidaritas yang melandasi hubungan antar
sesama warga masyarakat. Inti solidaritas adalah kesediaan untuk memahami dan
memperhatikan kepentingan dan kebutuhan orang lain.

Anda mungkin juga menyukai