Leliya
Institut Agama Islam Negeri Syekh Nurjati Cirebon
Email: leliya12@yahoo.co.id
Abstract
The Role of Village Women in the Industrial Revolution era must play a role in realizing
empowerment in the Community, but there are still traditional ideas among Village women
who place themselves as second class both in the public and domestic spheres. Even though
there are other laws and regulations providing a place for women to play a direct role in the
development and empowerment of village communities so that women can be useful. This
research uses a qualitative approach. The results of this study are the application of Law No.
6 of 2014 concerning Villages in Cirebon District in enhancing the role of Women through
Community Empowerment, basically it has entered in all fields, especially in Cirebon
District, as evidenced by the presence of women playing a role in the village. After the Act
No. 6 of 2014 concerning Villages towards women's community empowerment, now is very
changing for women to participate so as to provide a very broad opportunity for all aspects
of life to develop villages.
Abstrak
Peran Perempuan Desa dalam era Revolusi Industri harus ikut berperan dalam mewujudkan
pemberdayaan di Masyarakat, namun masih ada pemikiran tradisional di kalangan
perempuan Desa yang menempatkan dirinya sebagai kelas kedua baik di ranah publik
maupun ranah domestik. Padahal sudah ada Undang-Undang dan Peraturan lainnya
memberikan tempat bagi perempuan untuk berperan langsung dalam pengembangan dan
pemberdayaan masyarakat Desa supaya terwujudnya perempuan yang bermanfaat.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Hasil Penelitian ini adalah Penerapan
Undang-Undang Nomor 6 tahun 2014 tentang Desa di Kabupaten Cirebon dalam
meningkatkan peran Perempuan melalui Pemberdayaan Masyarakat pada dasarnya sudah
masuk di segala bidang khususnya di Kabupaten Cirebon dibuktikan dengan adanya
perempuan berperan dalam strukrtur kelembagaan Desa. Setelah adanya Undang-Undang
Nomor 6 tahun 2014 tentang Desa terhadap pemberdayaan masyarakat perempuan, saat ini
sangat memberikan perubahan kepada perempuan untuk ikut berpartisipasi sehingga
memberikan peluang yang sangat luas terhadap semua asfek kehidupan untuk membangun
Desa.
212
93
94
kreatif. Hasil dari penelitian ini adalah Penelitian yang dilakukan oleh peneliti
Perempuan miskin di daerah pedesaaan berbeda dengan penelitian terdahulu yaitu
perlu diberdayakan melalui pengembangan dalam hal Penerapan Undang-Undang
kewirausahaan keluarga menuju ekonomi Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa dalam
kreatif. Model yang diusulkan adalah pro- kaitannya dengan Peran perempuan dan
poor capacity improvement model (PCIM), pemberdayaan masyarakat desa.
komponen utama pemberdayaan perempuan
miskin adalah: (1) adanya dukungan seluruh METODE PENELITIAN
stakeholders untuk melalukan program- Pendekatan Penelitian
program penanggulangan kemiskinan yang Pendekatan dalam penelitian ini adalah
responsive gender, (2) Adanya Achievement pendekatan kualitatif berupa mengkaji
Motivation Training untuk menumbuhkan mendeskripsikan, menganalisis data-data
kesadaran (keberdayaan) akan pentingnya dari subyek penelitian di lapangan dengan
mengembangkan kewirausahaan keluarga dasar penelitian studi kasus di Kabupaten
menuju ekonomi kreatif, (3) Pemantapan Cirebon. Menurut Soemardjono (1989: 6),
jejaring antar sesama perempuan miskin metodologi adalah suatu saran pokok
pelaku usaha serta pengusaha lokal sebagai pengembangan ilmu pengetahuan dan
media learning by doing, (4) Pembentukan teknologi, oleh karena suatu penelitian
kelompok-kelompok usaha bersama atas bertujuan untuk mengungkap kebenaran
dasar kesamaan jenis usaha, (5) secara sistematis, metodologis, dan
Pengembangan kreativitas melalui capacity konsisten dengan mengadakan analisa dan
building agar produk yang dihasilkan konstruksi Pengertian metode penelitian
menarik, (6) Perluasan sistem bapak angkat yang dimaksudkan di sini adalah dalam arti
dengan melibatkan sebanyak mungkin yang umum diterima, yaitu “studi logis dan
usahawan lokal sehingga dapat memperkuat sistematis tentang prinsip-prinsip yang
modal usaha dan pasar bagi perempuan mengarahkan penelitian ilmiah”.
miskin pelaku usaha. Dalam usaha mencari kebenaran,
Ketiga, Wildan Saugi dan Sumarno, salah satunya adalah melalui kegiatan ilmiah
Universitas Negeri Yogyakarta (2015) seperti penelitian di mana dalam penelitian
Pemberdayaan Perempuan melalui Pelatihan tersebut akan mencari data atau bahan-
Pengolahan Bahan Pangan Lokal. Penelitian bahan yang dapat digunakan untuk
ini bertujuan untuk mengetahui pelatihan penulisan ilmiah. Penelitian pada
pengolahan bahan pangan lokal yang dapat hakekatnya merupakan kegiatan
memberdayakan warga perempuan dusun pengumpulan data, pengolahan data, analisa
Pagerjirak, Kejobong, Purbalingga. Hasil data, dan kontruksi data yang semuanya
dari penelitian ini adalah sebagai berikut: (1) dilaksanakan secara sistematis dan
Perencanaan partisipatoris terdiri dari konsisten. Data adalah gejala yang dicari
identifikasi kebutuhan dusun dan penyiapan untuk diteliti, gejala yang diamati oleh
tim pengelola program dusun. (2) peneliti dan hasil pencatatan terhadap gejala
Pelaksanaan proses pemberdayaan melalui yang diamati oleh peneliti.
pelatihan dmulai dengan menyiapkan tim Pada penelitian ini metode penelitian
pengelola dan membentuk kelompok usaha, yang digunakan adalah metode kualitatif.
(3) Indikator Keberhasilan pelatihan Sehingga fokus penelitian kualitatif
diantaranya adalah bertambahnya diidentifikasikan sebagai berikut.
pengetahuan dan keterampilan warga (4) 1. Pengemban ilmu-ilmu sosial.
Keberlanjutan program pemberdayaan 2. Proses kerjanya berlangusng ringkas,
perempuan ditunjukkan dengan telah adanya sempit, dan reduksionistik. Reduksi
pengembangan produk atau variasi produk berarti melakukan pembedahan atas
dan terbentuknya kemandirian tim.
95
96
97
98
99
100
101
102
oleh Bapak Permana, S.SOS. Kasi DPMD 3. Wakil 9 orang ketika keadaan penduduk
Aparatur Desa dan BPD (Badan berjumlah 5001 penduduk.
Permusyawaratan Desa). berdasarkan data Berdasarkan pemaparan di atas maka
statistik bahwa untuk wilayah Kabupaten dapat disimpulkan bahwa lahirnya Undang-
Cirebon Desanya berjumlah 412 Desa, 12 Undang Nomor 6 tahun 2014 tentang Desa
Kelurahan dan 40 Kecamatan. Sampai saat Memberikan Dampak Signifikan terhadap
ini dalam mewujudkan peran dan Perubahan Masyarakat Desa terhadap peran
pemberdayaan perempuan Desa ada 3 perempuan, memang dahulu Perempuan
program besar yaitu sebagai berikut: tertutup akan tetapi setelah adanya Undang-
1. Ekonomi dan Pembangunan Undang Nomor 6 tahun 2014 tentang Desa
2. Pemberdayaan Sosial dan Budaya baru memberikan peluang yang sangat luas
3. Pemerintah Desa bagi Perempuan terhadap semua aspek
Pelaksanaan dalam menjalankan Kehidupan untuk membangun Desa.
roda pemerintahan Desa sampai saat ini
diberikan ruang kepada khalayak
masyarakat yang mau berperan secara KESIMPULAN
langsung khususnya bagi perempuan karena Berdasarkan hasil penelitian yang
keterwakilan perempuan di sekitar dilakukan, dapat diambil 2 (dua) macam
pemerintahan Desa secara terang benderang kseimpulan, yaitu pertama, berdasarkan
dijelaskan pada : penelitian yang didapat dari data serta fakta
1. PERDA Nomor 2 tahun 2015 tentang yang didapat maka dapat disimpulkan
PEMDES dan BPD Jo. Perda Nomor 1 bahwa Penerapan Undang-Undang Nomor 6
tahun 2017 tentang PEMDES dan BPD. tahun 2014 tentang Desa di Kabupaten
2. PERBUP Nomor 118/2015 (telah Cirebon dalam meningkatkan peran
dicabut) pada PERBUP tersebut Perempuan melalui Pemberdayaan
“Manajemen Keterwakilan Masyarakat pada dasarnya sudah masuk di
Perempuan”. PERBUP tersebut diganti segala bidang khususnya di Kabupaten
dengan PERBUP Nomor 64/2018 Cirebon dibuktikan dengan adanya
tentang BPD. perempuan berperan dalam strukrtur
3. PERMENDAGRI Nomor 110/2016 kelembagaan Desa dari mulai Kepala Desa,
tentang BPD Juru tulis, pengurus LPMD, Karang Taruna,
Rt., Rw., dan Hansip.
Pada produk Hukum tersebut sangat Dan kedua, Setelah adanya Undang-
memberikan ruang bagi perempuan supaya Undang Nomor 6 tahun 2014 tentang Desa
ikut serta dalam pelaksanaan kegiatan Desa terhadap pemberdayaan masyarakat
ataupun menjadi perangkat Desa perempuan, saat ini sangat memberikan
sebagaimana dijelaskan dalam peraturan perubahan kepada perempuan untuk ikut
tersbut di atas, Produk Hukum di Atas berpartisipasi sehingga memberikan peluang
terdapat keterwakilan Perempuan dalam yang sangat luas terhadap semua aspek
pengurus BPD terdapat Dua kriteria yaitu : kehidupan untuk membangun Desa.
1. Keterwakilan Wilayah
2. Keterwakilan Perempuan
Jumlah keterwakilan Perempuan
dalam kepengurusan BPD dilihat dari :
1. Wakil 5 orang ketika keadaan
penduduk berjumlah 0-2500 Penduduk
2. Wakil 7 orang ketika keadaan penduduk
berjumlah 2501-5000 Penduduk
103
handle/123456789/3755/fkm-
rozaini.pdf?sequence=1
Nasution, S. (2003). Metode Penelitian
Kualitatif Naturalistik. Bandung:
Penerbit Tarsito.
Poerwadarminta, W. J. S. (2007). Kamus
Umum Bahasa Indonesia Edisi
Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka.
Ramli, S. (2014). Bacaan Wajib Sertifikasi
Ahli Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah. Jakarta: Visi Media.
Scott, J. (2011). Sosiologi: The Key
Concept. Jakarta, Raja Grafindo
Persada.
Sugianto. (2017). Urgensi dan Kemandirian
DAFTAR PUSTAKA Desa dalam Perspektif Undang-
Abercrombie, N., Hill, S., & Turner, B. S. Undang Nomor 6 Tahun 2014.
(2010). Kamus Yogyakarta: CV. Budi Utama.
Sosiologi. Yogyakarta: Pustaka Suharto, E. (2005). Membangun
Pelajar. Masyarakat Memberdayakan Rakyat
Arikunto, S. (1993). Prosedur Penelitian Kajian Strategis Pembangunan
Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan
Rineka Cipta. Sosial. PT Refika Aditama.
Bintarto, R. (1983). Interaksi Desa-Kota Suhendra, K., & Kadmasasmita, A. D.
dan Permasalahannya. Jakarta: (2006). Peranan Birokrasi dalam
Ghalia Indonesia. Pemberdayaan Masyarakat.
Fahrudin, A. (2011). Pemberdayaan, Bandung: Alfabeta.
Partisipasi dan Penguatan Kapasitas Sumardjono, M. S. W. (1989). Pedoman
Masyarakat. Bandung: Humaniora. Pembuatan Usulan
Hubeis, A. V. S. (2011). Pemberdayaan Penelitian. Yogyakarta: Fakultas
Perempuan dari Masa ke Masa. Hukum Universitas Gadjah Mada.
Bogor: IPB Press. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014
Huraerah, A. (2008). Pengorganisasian dan Tentang Desa
Pengembangan Masyarakat: Model Zubaedi. (2007). Wacana Pembangunan
dan Strategi Pembangunan Berbasis Alternatif: Ragam Prespektif
Kerakyatan. Humaniora. Pembangunan dan Pemberdayaan
Iriansyah, H. S. (2017). Tantangan dan Masyarakat. Jakarta: Ar Ruzz
Peluang Perempuan dalam Berpolitik Media.
di Indonesia. Jurnal Ilmu
Pendidikan (JIP) STKIP Kusuma
Negara, 8 (2), 1-14.
Kartasasmita, G. (1996). Pembangunan
Untuk Rakyat: Memadukan
Pertumbuhan Dan Pemerataan.
Jakarta: PT. Pusaka Cisendo.
Nasution, R. (2003). Teknik Sampling. USU
Digital Library. Diakses dari
http://repository.usu.ac.id/bitstream/
104