Anda di halaman 1dari 13

PENERAPAN UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG DESA

TERHADAP PERAN PEREMPUAN MELALUI PEMBERDAYAAN


MASYARAKAT DESA DI KABUPATEN CIREBON

Leliya
Institut Agama Islam Negeri Syekh Nurjati Cirebon
Email: leliya12@yahoo.co.id

Abstract
The Role of Village Women in the Industrial Revolution era must play a role in realizing
empowerment in the Community, but there are still traditional ideas among Village women
who place themselves as second class both in the public and domestic spheres. Even though
there are other laws and regulations providing a place for women to play a direct role in the
development and empowerment of village communities so that women can be useful. This
research uses a qualitative approach. The results of this study are the application of Law No.
6 of 2014 concerning Villages in Cirebon District in enhancing the role of Women through
Community Empowerment, basically it has entered in all fields, especially in Cirebon
District, as evidenced by the presence of women playing a role in the village. After the Act
No. 6 of 2014 concerning Villages towards women's community empowerment, now is very
changing for women to participate so as to provide a very broad opportunity for all aspects
of life to develop villages.

Keywords: Role, Empowerment of Village and Community Women.

Abstrak
Peran Perempuan Desa dalam era Revolusi Industri harus ikut berperan dalam mewujudkan
pemberdayaan di Masyarakat, namun masih ada pemikiran tradisional di kalangan
perempuan Desa yang menempatkan dirinya sebagai kelas kedua baik di ranah publik
maupun ranah domestik. Padahal sudah ada Undang-Undang dan Peraturan lainnya
memberikan tempat bagi perempuan untuk berperan langsung dalam pengembangan dan
pemberdayaan masyarakat Desa supaya terwujudnya perempuan yang bermanfaat.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Hasil Penelitian ini adalah Penerapan
Undang-Undang Nomor 6 tahun 2014 tentang Desa di Kabupaten Cirebon dalam
meningkatkan peran Perempuan melalui Pemberdayaan Masyarakat pada dasarnya sudah
masuk di segala bidang khususnya di Kabupaten Cirebon dibuktikan dengan adanya
perempuan berperan dalam strukrtur kelembagaan Desa. Setelah adanya Undang-Undang
Nomor 6 tahun 2014 tentang Desa terhadap pemberdayaan masyarakat perempuan, saat ini
sangat memberikan perubahan kepada perempuan untuk ikut berpartisipasi sehingga
memberikan peluang yang sangat luas terhadap semua asfek kehidupan untuk membangun
Desa.

Kata Kunci: Peran, Pemberdayaan Perempuan Desa dan Masyarakat.

212

Al-Mustashfa: Jurnal Penelitian Hukum Ekonomi Islam


Vol. 5, No. 2, Desember 2020
Leliya

situasi yang kondusif sebagai motivator dan


akslerasi proses pembangunan. Sehingga
PENDAHULUAN Karls (1995) memandang bahwa
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 pemberdayaan kaum perempuan sebagai
bertujuan untuk mengoptimalkan suatu proses kesadaran dan pembentukan
penyelenggaraan Pemerintahan Desa, kapasitas (capacity building) terhadap
pelaksanaan pembangunan desa, pembinaan partisipasi yang lebih besar, kekuasaan dan
kemasyarakatan desa, dan pemberdayaan pengawasan dalam pembuatan keputusan
masyarakat Desa. Artinya dalam Undang- dan tindakan transformasi agar
Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun menghasilkan persamaan derajat yang lebih
2014 mengatur semua aspek pemerintahan besar antara perempuan dan kaum laki-laki
desa yang berkaitan dengan pemerintahan (Iriansyah, 2017).
desa, pelaksaan pembangunan desa, Diakui selama ini ada anggapan
pembinaan kemasyarakatan desa dan bahwa kualitas perempuan dalam
pemberdayaan masyarakat desa. Undang- pembangunan masih sangat rendah, yang
Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun menyebabkan peran kaum perempuan
2014 merupakan penguatan serta tertinggal dalam segala hal. Maka untuk
pembaharuan dari undang-undang mengatasinya diperlukan upaya dan strategi
sebelumnya, bukan berarti undang-undang mengintegrasikan gender ke dalam arus
sebelum Undang-Undang Republik pembangunan dengan cara menempatkan
Indonesia Nomor 6 Tahun 2014 tidak perempuan sebagai subjek pembangunan
berjalan maksimal tetapi lebih diperkuat lagi dan menghilangkan faktor kendala yang
dengan adanya Undang-Undang Republik dihadapi perempuan dalam pembangunan
Indonesia Nomor 6 Tahun 2014. Desa dengan melakukan kegiatan analisis dan
memiliki hak asal usul dan hak tradisional evaluasi (1) sejauhmana perempuan terlibat
dalam mengatur dan mengurus kepentingan dalam program-program pembangunan (2)
masyarakat setempat dan berperan dalam sejauhmana kualitas tenaga kerja perempuan
mewujudkan cita-cita kemerdekaan (3) hambatan-hambatan apa saja yang
berdasarkan Undang-Undang Dasar Negara dihadapi perempuan dalam kegiatan
Republik Indonesia Tahun 1945. pembangunan (4) upaya-upaya apa saja
Saat ini, Desa dianggap telah yang diperlukan untuk meningkatkan
berkembang dalam berbagai bentuk, kualitas dan peran perempuan (5) faktor apa
sehingga perlu dilindungi dan diberdayakan sajakah yang dominan berpengaruh terhadap
agar menjadi kuat, maju, mandiri, dan hubungan gender dan (6) bagaimana
demokratis. Tujuannya adalah agar Desa pemecahan masalah yang dihadapi
dapat menciptakan landasan yang kuat perempuan. Maka dengan kerangka ini
dalam melaksanakan pemerintahan dan tentunya akan dapat dihasilkan suatu
pembangunan menuju masyarakat yang adil, identifikasi sejauhmana peranan perempuan
makmur, dan sejahtera. Untuk itulah dalam pembangunan dewasa ini.
kemudian terbit Undang-Undang Republik Kondisi ini dapat dipahami begitu
Indonesia Nomor 6 Tahun 2014 tentang besar andil perempuan dalam pembangunan
desa (Ramli, 2014: 137). nasional yang diprediksi akan terus
Konsep pembangunan kemampuan meningkat dari tahun ke tahun. Meskipun
peranan perempuan yang dipergunakan Women In Development Approach (WID)
berkembang menjadi pemberdayaan yang diperkenalkan oleh United States
perempuan yang berarti meningkatkan Agency for International Development
kualitas dan peran perempuan pada semua (USAID) bahwa perempuan merupakan
aspek kehidupan baik secara langsung atau sumber daya yang belum dimanfaatkan
tidak langsung melalui penciptaan situasi- secara optimal untuk memberikan

93

Al-Mustashfa, Vol. 5, No. 2, Desember 2020


Leliya

sumbangan ekonomi dalam pembangunan. masyarakat atas penerapan Undang-Undang


Ini berarti bahwa perempuan dan Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa?
pembangunan telah menjadi sorotan dunia
internasional termasuk lembaga swadaya LITERATURE REVIEW
masyarakat (LSM) dalam kajian yang lebih Setelah penulis melakukan penelusuran
komprehensif. Hubeis (1985) mengatakan, untuk mengetahui berbagai hasil kajian dan
analisis alternatif peran perempuan dalam penelitian terdahulu maka ditemukan
mendorong pembangunan dapat dilihat dari berbagai judul hasil penelitian serupa yang
tiga aspek yakni (1) peran tradisi atau peran telah dilakukan berkaitan dengan Penerapan
domestic yang berkaitan dengan pekerjaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014
rumah tangga. Perempuan yang berhasil Tentang Desa terhadap Peran Perempuan
mengelola rumah tangga dengan baik akan Melalui Pemberdayaan Masyarakat Desa di
menjadi inspirasi dan motivator bagi pelaku Kabupaten Cirebon, antara lain pertama,
pembangunan, (2) peran transisi yang Roosganda Elizabeth, Institut Pertanian
berkaitan dengan garapan lahan pertanian Bogor (2007) Pemberdayaan Wanita
atau bekerja di usaha keluarga dan (3) peran Mendukung Strategi Gender Mainstreaming
kontemporer. Perempuan memiliki peran di dalam Kebijakan Pembangunan Pertanian di
luar rumah tangga atau disebut wanita Pedesaan. Penelitian ini bertujuan
karier. Peran-peran ini menunjukkan bahwa mengemukakan berbagai pemikiran
perempuan baik langsung maupun tidak (teoritis) tentang peran dan peluang wanita
langsung mempunyai kontribusi yang besar tani, serta memposisikan kembali strategi
terhadap pembangunan bangsa (Iriansyah, pengarusutamaan gender (gender
2017). mainstreaming) dalam strategi kebijakan
Pemerintah telah menempatkan pembangunan pertanian di pedesaan. Peran
kaum perempuan sebagai partner yang ganda wanita tani membuktikan sangat
manis bagi pembangunan. Isu gerakan dan penting dan strategisnya pola nafkah ganda,
pemberdayaan perempuan yang berkembang sebagai upaya meningkatkan pendapatan.
berkisar dalam suatu pemikiran bahwa Potensi wanita tani, sebagai istri dan ibu
perempuan sebagai sumber daya rumah tangga, merupakan faktor penting
pembangunan, dengan kata lain politik penentu keberhasilan strategi
gender telah memakai pendekatan Women pengarusutamaan gender tersebut.
In Development dimana perempuan Pemberdayaan perlu dilakukan melalui
terintegrasi sepenuhnya dalam derap teknologi tepat guna dan inovatif,
pembangunan nasional. Konsep ini perlindungan terhadap tenaga kerja wanita,
memberikan porsi kepada kaum perempuan meningkatkan efektifitas penyuluhan dan
untuk lebih eksis meningkatkan peran pelatihan, perbaikan regulasi, fasilitas, dan
sertanya dalam pembangunan menuju tingkat upah, pelatihan dan pembinaan
bangsa yang sejahtera dan penuh keterampilan industry rumahtangga.
kedamaian. Kedua, Sri Marwanti dan Ismi Dwi
Untuk itu maka penulis merasa perlu Astuti, Universitas Sebelas Maret (2012)
untuk mengkaji lebih dalam lagi mengenai, Model Pemberdayaan Perempuan Miskin
yaitu pertama, bagaimana penerapan melalui Pengembangan Kewirausahaan
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Keluaraga menuju Ekonomi Kreatif di
tentang Desa terhadap marginalisasi peran Kabupaten Karanganyar. Penelitian ini
perempuan dalam pembangunan melalui bertujuan untuk menganalisis potensi,
pemberdayaan masyarakat desa di peluang, hambatan, kebijakan, dan
Kabupaten Cirebon? Dan kedua, a dakah merumuskan model pemberdayaan
perubahan dalam masyarakat desa terhadap perempuan miskin dalam mengembangkan
peran perempuan melalui pemberdayaan kewirausahaan keluarga menuju ekonomi

94

Al-Mustashfa, Vol. 5, No. 2, Desember 2020


Leliya

kreatif. Hasil dari penelitian ini adalah Penelitian yang dilakukan oleh peneliti
Perempuan miskin di daerah pedesaaan berbeda dengan penelitian terdahulu yaitu
perlu diberdayakan melalui pengembangan dalam hal Penerapan Undang-Undang
kewirausahaan keluarga menuju ekonomi Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa dalam
kreatif. Model yang diusulkan adalah pro- kaitannya dengan Peran perempuan dan
poor capacity improvement model (PCIM), pemberdayaan masyarakat desa.
komponen utama pemberdayaan perempuan
miskin adalah: (1) adanya dukungan seluruh METODE PENELITIAN
stakeholders untuk melalukan program- Pendekatan Penelitian
program penanggulangan kemiskinan yang Pendekatan dalam penelitian ini adalah
responsive gender, (2) Adanya Achievement pendekatan kualitatif berupa mengkaji
Motivation Training untuk menumbuhkan mendeskripsikan, menganalisis data-data
kesadaran (keberdayaan) akan pentingnya dari subyek penelitian di lapangan dengan
mengembangkan kewirausahaan keluarga dasar penelitian studi kasus di Kabupaten
menuju ekonomi kreatif, (3) Pemantapan Cirebon. Menurut Soemardjono (1989: 6),
jejaring antar sesama perempuan miskin metodologi adalah suatu saran pokok
pelaku usaha serta pengusaha lokal sebagai pengembangan ilmu pengetahuan dan
media learning by doing, (4) Pembentukan teknologi, oleh karena suatu penelitian
kelompok-kelompok usaha bersama atas bertujuan untuk mengungkap kebenaran
dasar kesamaan jenis usaha, (5) secara sistematis, metodologis, dan
Pengembangan kreativitas melalui capacity konsisten dengan mengadakan analisa dan
building agar produk yang dihasilkan konstruksi Pengertian metode penelitian
menarik, (6) Perluasan sistem bapak angkat yang dimaksudkan di sini adalah dalam arti
dengan melibatkan sebanyak mungkin yang umum diterima, yaitu “studi logis dan
usahawan lokal sehingga dapat memperkuat sistematis tentang prinsip-prinsip yang
modal usaha dan pasar bagi perempuan mengarahkan penelitian ilmiah”.
miskin pelaku usaha. Dalam usaha mencari kebenaran,
Ketiga, Wildan Saugi dan Sumarno, salah satunya adalah melalui kegiatan ilmiah
Universitas Negeri Yogyakarta (2015) seperti penelitian di mana dalam penelitian
Pemberdayaan Perempuan melalui Pelatihan tersebut akan mencari data atau bahan-
Pengolahan Bahan Pangan Lokal. Penelitian bahan yang dapat digunakan untuk
ini bertujuan untuk mengetahui pelatihan penulisan ilmiah. Penelitian pada
pengolahan bahan pangan lokal yang dapat hakekatnya merupakan kegiatan
memberdayakan warga perempuan dusun pengumpulan data, pengolahan data, analisa
Pagerjirak, Kejobong, Purbalingga. Hasil data, dan kontruksi data yang semuanya
dari penelitian ini adalah sebagai berikut: (1) dilaksanakan secara sistematis dan
Perencanaan partisipatoris terdiri dari konsisten. Data adalah gejala yang dicari
identifikasi kebutuhan dusun dan penyiapan untuk diteliti, gejala yang diamati oleh
tim pengelola program dusun. (2) peneliti dan hasil pencatatan terhadap gejala
Pelaksanaan proses pemberdayaan melalui yang diamati oleh peneliti.
pelatihan dmulai dengan menyiapkan tim Pada penelitian ini metode penelitian
pengelola dan membentuk kelompok usaha, yang digunakan adalah metode kualitatif.
(3) Indikator Keberhasilan pelatihan Sehingga fokus penelitian kualitatif
diantaranya adalah bertambahnya diidentifikasikan sebagai berikut.
pengetahuan dan keterampilan warga (4) 1. Pengemban ilmu-ilmu sosial.
Keberlanjutan program pemberdayaan 2. Proses kerjanya berlangusng ringkas,
perempuan ditunjukkan dengan telah adanya sempit, dan reduksionistik. Reduksi
pengembangan produk atau variasi produk berarti melakukan pembedahan atas
dan terbentuknya kemandirian tim.

95

Al-Mustashfa, Vol. 5, No. 2, Desember 2020


Leliya

sesuatu menjadi bagian-bagian yang untuk memperoleh data yang diperlukan


bagian itu dapat diuji secara kualitatif. dengan jalan wawancara, yaitu
3. Ketat dalam objektivitas. pengumpulan data dengan melaksanakan
4. Basis pengetahuan kausalistis, yaitu tanya jawab langsung dengan responden
menguji hubungan antar fenomena dan yaitu kepala BPMPD Kabupaten
menentukan kausalitas dari variabel- Cirebon, Kepala Kesbanglinmas
variabel. Kabupaten Cirebon, Kepala Desa,
5. Menguji atau mengubah teori. Penelitian Kepala DPPKBP3A Kabupaten Cirebon,
melakukan kontrol atas variabel Kepala Biro Pusat Statistik Kabupaten
penelitian, menerapkan kontrol yang Cirebon
ketat atas dasar teori, kerangka berpikir, 2. Data Sekunder/ Teoritik
instrumen, teknik analisis, penarikan Menurut Sumardjono (1989: 20),
kesimpulan, penyusunan rekomendasi, sumber ini diperoleh dari buku atau
dan lain-lain. pustaka serta literatur lainnya yang
6. Melakukan generalisasi. berhubungan dengan pokok
permasalahan Penerapan Undang-
Fokus Penelitian Undang Nomor 6 tahun 2014 tentang
Fokus penelitian yang dibahas dalam Desa terhadap Peran Perempuan melalui
penelitian ini adalah Penerapan Undang- Pmberdayaan Desa di Kabupaten
Undang Nomor 6 tahun 2014 tentang Desa Cirebon. Penelitian kepustakaan adalah
di Kabupaten Cirebon terhadap Peran penelitian dengan cara membaca dan
Perempuan melalui Pemberdayaan mempelajari data-data tertulis yang
Masyarakat Desa studi kasus di Kabupaten berupa kitab perundang-undangan,
Cirebon untuk menghindari terlalu buku-buku, majalah-majalah, makalah-
meluasnya masalah yang dibahas maka makalah, kliping, dan surat kabar-surat
fokus masalah penelitian dibatasihanya kabar yang berkaitan dengan
sampai pada: permasalahan yang akan diteliti
1. Penerapan Undang-Undang Nomor 6 (Sumardjono, 1989: 20).
tahun 2014 tentang Desa di Kabupaten
Cirebon terhadap Peran Perempuan Teknik Pengumpulan Data
melalui Pemberdayaan Masyarakat Desa Metode pengumpulan data adalah salah satu
2. Perubahan-perubahan dalam Penerapan proses yang harus dilalui dalam sebuah
Undang-Undang Nomor 6 tahun 2014 penelitian, dengan metode ini maka penulis
tentang Desa terhadap Peran Perempuan diharapkan akan memperoleh data yang
diperlukan. Metode tersebut dilakukan
Data dan Sumber Data Penelitian dengan cara:
Sumber data dalam penelitian adalah subjek Dalam pengumpulan data, penulis
dari mana data tersebut di peroleh. Dalam menggunakan cara sebagai berikut.
penelitian ini terdapat dua sumber data, 1. Wawancara
yaitu sumber data primer dan sumber data Wawancara merupakan suatu
sekunder: proses interaksi dan komunikasi
1. Data Primer/ Empirik semacam percakapan yang bertujuan
Menurut Nasution, sumber ini untuk memperoleh informasi. Dalam
diperoleh penulis dengan terjun penelitian ini wawancara dilakukan
langsung ke objek penelitian serta langsung dengan kepala instansi
informasi-informasi yang didapat di pemerintahan terkait, Kepala Desa.
lokasi penelitian (Nasution, 2003: 143). 2. Dokumentasi
Penelitian lapangan adalah penelitian Dokumentasi yaitu data-data
dengan cara terjun langsung ke lapangan yang diperoleh dari dokumen-dokumen

96

Al-Mustashfa, Vol. 5, No. 2, Desember 2020


Leliya

yang ada di Kabupaten, Kecamatan, populasi. Menurut Arikunto, “untuk


Desa. sekedar ancer-ancer maka apabila
3. Kepustakaan populasinya kurang dari 100, lebih baik
Yaitu teknik pengumpulan data diambil semua sehingga penelitiannya
untuk mencari konsep-konsep yang ada merupakan penelitian populasi,
relevansinya dengan topik pembahasan selanjutnya jika jumlah subjeknya lebih
yang akan dteliti yakni internet, brosur, besar dapat diambil antara 10-15% atau
buku-buku, dan dokumen lainnya yang 20-25% atau lebih”. Adapun sampel
ada di kabupaten, kecamatan, desa. dalam penelitian ini menggunakan
random sampling, yaitu 10% sehingga
Teknik Penentuan Sampel sampel yang diteliti sebanyak dua
Menurut Nasution, penentuan sampel Kecamatan dan Tiga Desa (Arikunto,
dilakukan dengan teknik non random 1993: 107).
sampling, yaitu tidak memberikan Responden yang diharapkan dapat
kesempatan yang sama kepada setiap memberikan data yang dibutuhkan adalah
individu untuk menjadi anggota sampel sebagai berikut.
(Nasution, 2003). Bentuk metode non a. Kepala DPPKBP3A Kabupaten Cirebon
random sampling yang akan dipakai adalah b. Kepala BPMPD Kabupaten Cirebon.
“Purposive Sampling”. Dalam purposive c. Kepala Badan Kesbanglinmas Kabupaten
sampling ini “peneliti menggunakan Cirebon.
pertimbangannya sendiri dengan bekal d. Kantor Statistik Kabupaten Cirebon
pengetahuan yang cukup tentang populasi e. Kepala Desa di Kabupaten Cirebon,
untuk memilih anggota-anggota sampel”. yaitu:
Ukuran yang digunakan dalam penentuan 1) Kepala Desa Pegagan lor Kecamatan
sampel adalah klasifikasi jumlah skore Kapetakan
variabel lemah suatu desa berdasarkan buku 2) Kepala Desa Keraton Kecamatan
petunjuk penentuan desa yang dikategorikan Suranenggala
perdesaaan. Desa-desa tersebut adalah Desa 3) Kepala Desa Grogol Kecamatan
Grogol dengan jumlah skore variabel Gunung Jati
lemahnya tergolong rendah, Desa Pegagan f. Kelompok Masyarakat.
Lor dengan jumlah skore variabel lemahnya
tergolong sedang, dan Desa Keraton dengan Teknik Analisis Data
jumlah skore variabel lemahnya tergolong Bahan-bahan yang diperoleh dari hasil
tinggi. penelitian tersebut, kemudian dikumpulkan
Adapun cara menentukan populasi dan diseleksi untuk diambil data khusus
dan sampel adalah sebagai berikut. yang berkaitan dengan permasalahan yang
1. Populasi adalah keseluruhan objek yang akan dibahas, untuk mendapatkan gambaran
akan diteliti yaitu Penerapan Undang- umum tentang Penerapan Undang-Undang
Undang Nomor 6 tahun 2014 tentang Nomor 6 tahun 2014 tentang Desa terhadap
Desa terhadap Peran perempuan melalui Peran perempuan melalui pemberdaayaan
pembeerdaayaan Masyarakat Desa di Masyarakat Desa di Kabupaten Cirebon.
Kabupaten Cirebon. Populasi dalam Data primer dari hasil wawancara yang
penelitian ini menyangkut tiga dikumpulkan secara benar dan tepat. Setelah
Kecamatan dan tiga Desa. itu dihubungkan dengan data sekunder
2. Sampel adalah bagian dari kumpulan kemudian dianalisis. Sifat analisisnya adalah
obyek penelitian yang dipelajari dan kualitatif, maksudnya disusun secara
diamati. Sampel juga merupakan bagian sistematis, logis, dan yuridis. Sedangkan
dari populasi yang akan diteliti dan yang penelitian ini bersifat deskriptif yaitu
dianggap dapat menggambarkan penelitian yang memaparkan dan bertujuan

97

Al-Mustashfa, Vol. 5, No. 2, Desember 2020


Leliya

memberikan gambaran serta penjelasan dari menginterpretasikan dan menyajikan


variabel yang diteliti untuk mendapatkan informasi. Terdapat enam langkah analisis
gambaran umum Penerapan Undang- data yang berhubungan dengan reduksi data
Undang Nomor 6 tahun 2014 tentang Desa dan interpretasi. Berkaitan dengan reduksi
terhadap Peran perempuan melalui data, langkah-langkah analisis meliputi,
pemberdaayaan Masyarakat Desa di pengorganisasian data, pembuatan kategori
Kabupaten Cirebon. dan tema, dan coding data. Interpretasi data
Teknik analisa data yang digunakan dilakukan melalui penjelasan alternatif, dan
dalam penelitian ini adalah teknik analisa menulis laporan. Pada penelitian ini tahap-
kualitatif dengan mengumpulkan data-data tahap analisis data dilakukan dengan metode
yang diperoleh kemudian dideskripsikan trianggulasi data, kemudian mengorganisir
sehingga dapat memberikan gambaran data, data reduction menentukan kategori,
umum tentang Penerapan Undang-Undang konsep, tema, pola dan terakhir melakukan
Nomor 6 tahun 2014 tentang Desa terhadap interpretasi.
Peran perempuan melalui pemberdaayaan
Masyarakat Desa di Kabupaten Cirebon. KONSEP DASAR
Penelitian ini menggunakan Pengertian Peran Perempuan
pendekatan yuridis kualitatif, Perkembangan dalam berbagai segmen terus
menginvestigasi dan memahami fenomena berkembang kita harus menambah wawasan
seperti apa yang terjadi, mengapa terjadi dan supaya bisa menjadi pribadi yang berilmu,
bagaimana terjadinya sekaligus memahami berpendidikan, cakap dan tanggap terkait
situasi sosial, peristiwa, peran, interaksi dan problematika kehidupan sosial. Seperti
kelompok. Hal ini dikarenakan pada halnya problematika peran dan
penelitian ini peneliti menggunakan perkembangan perempuan seiring
berbagai sumber data, teori, metode, dan berkembangnya zaman. Berbicara terkait
investigator agar informasi yang disajikan peran dalam teori sosial Parson, peran
konsisten. Pengumpulan data dalam didefenisikan sebagai harapan-harapan yang
penelitian kualitatif, kualitas riset sangat diorganisasi terkait dengan konteks interaksi
tergantung pada kualitas dan kelengkapan tertentu yang membentuk orientasi
data yang dihasilkan. Pertanyaan yang selalu motivasional individu terhadap yang lain.
diperhatikan dalam pengumpulan data Melalui pola-pola kultural, cetak biru, atau
adalah apa, siapa, dimana, kapan, contoh perilaku ini orang belajar siapa
bagaimana. Dalam penelitian ini digunakan mereka di depan orang lain dan bagaimana
teknik pengumpulan data yaitu wawancara, mereka harus bertindak terhadap orang lain
dan analisis dokumen kepustakaan. Dalam (Scott, 2011: 228).
penelitian ini wawancara memegang Peran penting dari pemahaman
peranan yang sangat penting, karena metode sosiologi, karena mendemonstrasikan
wawancara yang digunakan peneliti untuk bagaimana aktivitas individu dipengaruhi
mengumpulkan data dan memperoleh secara sosial dan mengikuti pola-pola
informasi. tertentu. Para sosiolog telah menggunakan
Dalam penelitian ini metode peran sebagai unit untuk menyusun
wawancara yang digunakan yaitu kerangka intitusi sosial. Sebagai contoh,
wawancara terbuka dan wawancara sekolah sebagai sebuah institusi sosial bisa
terstruktur. Informan dalam pengumpulan dianalisis sebagai kumpulan peran murid
informasi pada penelitian ini yang menjadi dan pengajar yang sama dengan semua
informan adalah masyarakat desa, tim sekolah lain (Abercrombie, Hill, & Turner,
pelaksana kegiatan, unit pelaksana kegiatan 2010: 480).
dan pemerintah. Dalam melakukan analisis Harapan yang disematkan dalam
data peneliti perlu menangkap, mencatat, perempuan untuk lebih berperan dalam

98

Al-Mustashfa, Vol. 5, No. 2, Desember 2020


Leliya

masyarakat tentu dinilai seharusnya ikut menumbuhkan ketidaknyamanan


berperan dalam problematika masyarakat suasana kehidupan berkeluarga.
baik ditatanan pemerintahan maupun 5. Peran kontemporer adalah dampak
lembaga masyarakat lainnya. Namun dalam pilihan perempuan untuk mandiri dalam
pelaskanaanya masih saja ada yang kesendirian. Jumlahnya belum banyak.
beranggapan bahwa perempuan hanya boleh Akan tetapi benturan demi benturan dari
berperan di lingkungan keluarga saja dan dominasi lelaki atas perempuan yang
tidak diperbolehkan untuk ikut serta dalam belum terlalu peduli pada kepentingan
peroblematika di luar lingkungan keluarga. perempuan mungkin akan
Analisis peran perempuan dapat dilakukan meningkatkan populasinya
dari perspektif posisi mereka dalam
berurusan dengan pekerjaan produktif tidak Pengertian Desa
langsung (domestik) dan pekerjaan Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia
produktif langsung (publik), yaitu sebagai disebutkan desa adalah (1) wilayah yang
berikut (Hubeis, 2011: 145): dihuni oleh sejumlah keluarga yang
1. Peran Tradisi menempatkan perempuan mempunyai sistem pemerintahan sendiri
dalam fungsi reproduksi (mengurus (dikepalai oleh Kepala Desa), (2)
rumahtangga, melahirkan dan sekelompok rumah diluar kota yang
mengasuh anak, serta mengayomi merupakan kesatuan kampong, dusun, (3)
suami). Hidupnya 100% untuk udik atau dusun (dalam arti daerah
keluarga. Pembagian kerja sangat jelas, pedalaman atau lawan dari kota), (4) tempat,
yaitu perempuan di rumah dan lelaki di tanah, daerah (Poerwadarminta, 2007: 286).
luar rumah. Sedangkan dalam Undang-Undang
2. Peran transisi mempolakan peran tradisi Nomor 6 tahun 2014 tentang Desa yang
lebih utama dari peran yang lain. ditindak lanjuti dalam PP Nomor 43 Tahun
Pembagian tugas mengikuti aspirasi 2014 pasal 1 Ayat (1) "Desa adalah
gender, tetapi eksistensi Kesatuan masyarakat hukum yang memiliki
mempertahankan keharmonisan dan batas wilayah yang berwenang untuk
urusan rumah tangga tetap mengatur dan mengurus urusan
tanggungjawab perempuan Pemerintahan, kepentingan masyarakat
3. Dwiperan memposisikan perempuan setempat berdasarkan Perakarsa masyarakat,
dalam kehidupan dua dunia, yaitu hak asal usul, dan/atau hak tradisional yang
menempatkan peran domestik dan diakui dan di hormati dalam sistem
publik dalam posisi sama penting. Pemerintahan Negara Republik Indonesia.
Dukungan moral suami pemicu Pasal 1 Ayat (2) Pemerintahan Desa adalah
ketegaran atau sebaliknya keengganan penyelenggaraan urusan pemerintahan dan
suami akan memicu keresahan atau kepentingan masyarakat setempat dalam
bahkan menimbulkan konflik terbuka sistem pemerintahan Negara Kesatuan
atau terpendam Republik Indonesia (Sugianto, 2017: 2).
4. Peran egalitarian menyita waktu dan Menurut Soetardjo
perhatian perempuan untuk kegiatan di Kartohadikoesoemo, desa adalah suatu
luar. Dukungan moral dan tingkat kesatuan hukum dimana bermukim suatu
kepedulian lelaki sangat hakiki untuk masyarakat yang berkuasa dan masyarakat
menghindari konflik kepentingan tersebut mengadakan pemerintah sendiri.
pemilahan dan pendistribusian peranan. Sedangkan definisi desa menurut
Jika tidak, yang terjadi adalah masing- Talizihudu Ndraha dalam bukunya Dimensi-
masing akan saling berargumentasi Dimensi Pemerintahan Desa, adalah
untuk mencari pembenaran atau kesatuan organisasi pemerintahan yang
terendah, mempunyai batas wilayah

99

Al-Mustashfa, Vol. 5, No. 2, Desember 2020


Leliya

tertentu, langsung dibawah kecamatan, dan mengembangkan potensi itu menjadi


merupakan kesatuan masyarakat hukum tindakan nyata (Zubaedi, 2007: 42).
yang berhak menyelenggarakan rumah Pemberdayaan masyarakat menurut
tangganya. Ginandjar Kartasasmitha merupakan upaya
Berdasarkan definisi desa di atas, untuk meningkatkan harkat dan martabat
maka dapat disimpulkan bahwa desa juga lapisan masyarakat kita yang dalam
dapat dikatakan sebagai suatu hasil kondisi sekarang tidak mampu untuk
perpaduan antara kegiatan sekelompok melepaskan diri dari perangkat kemiskinan
manusia dengan lingkungannya. Hasil dari dan keterbelakangan. Dengan kata lain
perpaduan itu ialah suatu wujud atau memberdayakan adalah memampukan dan
kenampakan di muka bumi yang memandirikan masyarakat (Kartasasmita,
ditimbulkan oleh unsur-unsur fisiografi, 1996: 18).
social, ekonomi, politik dan cultural yang Berdasarkan definisi pemberdayaan di
saling berinteraksi antar unsur tersebut dan atas, maka dapat disimpulkan bahwa
juga dalam hubungannya dengan daerah- pemeberdayaan adalah serangkaiaan
daerah lain (Bintarto, 1983: 11). kegiatan untuk memperkuan kukasaan atau
keberdayaan kelompok rentan dan lemah
Pengertian Pemberdayaan Masyrakat dalam masyarakat, termasuk individu-
Pemberdayaan berasal dari bahasa Inggris individu yang mengalami masalah
“empowerment” yang biasa diartikan kemiskinan, sehingga mereka memiliki
sebagai pemberkuasaan. Secara konseptual keberdayaan dalam memenuhui kebutuhan
emperworment berasal dari kata power hidupnya baik secara fisik, ekonomi,
(kekuasaan atau keberdayaan) (Suharto, maupun sosial seperti: kepercayaan diri,
2005: 57). Dalam arti pemberian atau maupun menyampaikan aspirasi,
peningkatan “kekuasaan” (power) kepada mempunyai mata pencahariaan,
masyarakat yang lemah atau tidak beruntung berpartisipasi dalam kegiatan sosial dan
(Huraerah, 2008: 82). Rappaport (dalam mendiri dalam melaksanakan tugas-tugas
Fahrudin, 2011: 16) mengartikan kehidupanya.
empowerment sebagai suatu cara dimana
rakyat, organisasi dan komunitas diarahkan PEMBAHASAN DAN DISKUSI
agar dapat berkuasa atas kehidupannya. Penerapan Undang-Undang Nomor 6
Menurut Suhendra Pemberdayaan Tahun 2014 tentang Desa di Kabupaten
adalah suatu kegiatan yang Cirebon dalam meningkatkan peran
berkesinambungan, dinamis, secara sinergis perempuan melalui pemberdayaan
mendorong keterlibatan semua potensi masyarakat Desa
masyarakat yang ada secara partisipatif. Seiring dengan perkembangan yang terjadi
Dengan cara ini akan memungkinkan di Masyarakat, Undang-Undang Nomor 6
terbentuknya masyarakat madani yang tahun 2014 memberikan nilai kesepadanan
majemuk, penuh kesinambungan kewajiban antara warga masyarakat di suatu Desa
dan hak, saling menghormati tanpa ada yang untuk turut dalam pemberdayaan
asing dalam komunitasnya (Suhendra & Masyarakat demi mewujudkan Masyarakat
Kadmasasmita, 2006: 74-75). yang tentram. Tanpa membedakan jenis
Sedangkan pemberdayaan menurut kelamin di suatu Desa tersebut, hal ini
Eddy Papilaya merupakan upaya untuk dilakukan supaya semua masyarakat ikut
membangun kemampuan masyarakat, berperan langsung dalam hal pengembangan
dengan mendorong, memptivasi, Desa sehingga ketika semua elemen
membangkitkan kesadaran akan potensi masyarakat ikut serta maka ketentraman di
yang dimiliki dan berupaya untuk Desa tersebut akan muncul dan sangat
sedikit untuk memunculnya konflik antara

100

Al-Mustashfa, Vol. 5, No. 2, Desember 2020


Leliya

masyarkat lainnya. Dalam pelaksananannya masuk ke dalam jajaran pemerintahan


untuk meningkatkan pemberdayaan Desa ataupun ikut berpartisipasi dalam
Masyarakat berdasarkan ketentuan Undang- berbagai kegiatan yang diadakan Desa
Undang Nomor 6 Tahun 2014 Perempuan tersebut. Hal lain yang perlu diberikan
harus terlibat demi menjunjung harkat dan apresiasi bagi penduduk Desa yang
martabat Perempuan. Biasanya di Kota-Kota Perempuan di Desa Pegang Lor bahwa
Besar Peran Perempuan dalam ranah ada beberapa perempuan menjadi
Domestik maupun Publik sudah berjalan Anggota Badan Permusyawaratan Desa.
sehingga perempuan terlibat dalam berbagai Secara keseluruhan maka dapat
hal. disimpulkan peran perempuan dalam
Berdasarkan ketentuan Undang- pemberdayaan masyarakat di Desa
Undang Nomor 6 Tahun 2014 seharusnya di Pegagan Lor jika ditinjau dari Undang-
Seluruh Indonesia khususnya di Undang Nomor 6 tahun 2014
Pemerintahan tingkat Desa bahwasannya memberikan kesempatan penuh kepada
Perempuan harus terlibat dalam berbagai perempuan untuk turut ikut serta
aspek pelaksanaan Pemerintahan Desa. menjadi bagian baik di Jajaran
Sehingga Undang-Undang Nomor 6 Tahun Kepengurusan Perangkat Desa, LPMD,
2014 itu berjalan. Seperti halnya yang BPD dan Lembaga lainnya. Perempuan
dilakukan peneliti dibeberapa Desa yang mempunyai hak untuk berpartisipasi
berada di Kabupaten Cirebon. Terkait peran demi memberdayakan masyarakat
perempuan melalui pemberdayaan khususnya perempuan.
Masyarakat Desa. 2. Desa Keraton
1. Desa Pegagan Lor Desa Keraton Kecamatan
Salah satu Desa yang Berada di Suraneneggala Kabupaten Cirebon. Desa
Kecamatan Kabupaten Cirebon yaitu Keraton jumlah penduduk Laki-Laki
Desa Pegagan Lor luas Wilayahnya yaitu 2316 Jiwa dan Jumlah penduduk
yaitu 41,10 Ha. Jumlah penduduknya perempuan yaitu 2441 jiwa jumlah
dijumlahkan bahwa jumlah penduduk keseluruhan penduduk Desa Keraton
Desa Pegagan Lor untuk Jumlah Laki- yaitu 4754 Jiwa. Tingkatan pendidikan
Laki yaitu 4662 Orang dan Perempuan yang berada di Desa Keraton Kecamatan
4922 Orang Jumlah total penduduk Desa Suranenggala Kabupaten Cirebon terdiri
Pegagan Lor yaitu 9584 Orang untuk dari TK – S2. Dengan adanya Undang-
jumlah Kepala Keluarga sebanyak 3091 undang Nomor 6 tahun 2014 terdapat
KK dan kepadatan Penduduk yaitu perubahan sangat signifikan terhadap
16,11 per KM. Tingkatan pendidikan di peran perempuan hal ini nampak pada
Desa Pegagan Lor dimulai dari TK kepengurusan Lembaga Pemberdayaan
sampai S-2 Sederajat dengan Jumlah Masyarakat (LPM).
keseluruhan yaitu 9.584 Orang. Pemberdayan Masyarakat di Desa
Pemberdayaan Masyarakat Desa Keraton khususnya perempuan secara
yang terjadi di Desa Pegagan Lor garis besar bahwa pemerintahan Desa
Kabupaten Cirebon berdasarkan memberikan tempat kepada permpuan
penelitian yang dilakukan peneliti untuk turut ikut serta dalam berbagai
bahwa dalam pelaksanaan pemerintahan kegiatan mapun dalam kepengurusan
Desa dalam hal ini perempuan turut ikut lembaga yang berada di bawah naungan
serta dalam pemerintahan bahkan Desa. Selain di kepengurusan LPM,
Kepala Desa nya Perempuan. Perempuan di Desa Keraton Juga turut
Desa Pegagan Lor ikut serta dalam kepengurusan Karang
menempatkan perempuan turut ikut Taruna.\
serta dalam kegiatan masyarakat baik

101

Al-Mustashfa, Vol. 5, No. 2, Desember 2020


Leliya

Berdasarkan data di atas maka, c. Aparatur Pemerintah Desa


peran perempuan dalam perkembangan Jumlah Aparat Pemerintah
masyarakat desa khususnya di Desa Desa/Pamong Desa Grogol Tahun
Keraton Kecamatan Suranenggala 2018 seluruhnya sebanyak 11
Kabupaten Cirebon sudah sangat baik (sebelas) orang, terdiri dari 1(satu)
dan dalam hal ini pemerintahan Desa orang Kepala Desa/Kuwu dan 10
memberikan peluang kepada perempuan (sepuluh) orang Perangkat Desa.
untuk ikut serta berperan langsung dalam Pamong Desa terdiri dari 1 (satu)
membangun Desa sehingga ketentuan orang Jurutulis, 2 (dua) Tenaga
yang tertera dalam Undang-Undang Sekretariat, 4 (empat) orang
Nomor 6 tahun 2014 tentang Desa, dalam Pelaksana Teknis Lapangan, Juragan,
hal ini perempuan sudah sangat berperan Raksa Bumi dan Lebe. Serta 4
khususnya dalam pelaksanaan (empat) orang Bekel atau Kepala
pemberdayaan. Dusun
3. Desa Grogol
a. Sejarah Desa Grogol Perubahan dalam masyarakat desa
Secara Administratif Desa terhadap peran perempuan melalui
Grogol adalah salah satu dari 15 pemberdayaan masyarakat atas
Desa di Wilayah Kecamatan Gunung penerapan Undang-Undang Nomor 6
Jati bagian Kabupaten Cirebon, yang Tahun 2014 Tentang Desa
mempunyai luas wilayah  173 Ha Berdasarkan wawancara yang
yang berada diketinggian laut 2 mdl. dilakukan peneliti dengan Nining Wasrini,
Desa Grogol berbatasan dengan S.Sos.M.Si Selaku Kabid DPPKBP3A yaitu
beberapa desa yaitu : bidang DPPKBP3A bahwa Pemberdayaan
1) Sebelah Barat berbatasan Perempuan di Kabupaten Cirebon sudah
dengan Desa Babadan berkembang dengan adanya peraturan
2) Sebelah Timur berbatasan Undang-Undang Nomor 6 tahun 2014
dengan Desa Kalisapu/LautJawa tentang Desa sangat memberikan dampak
3) Sebelah Selatan berbatasan signifikan bagi perkembangan perempuan
dengan Desa Wanakaya baik di ranah Publik maupun Domestik.
4) Sebelah Utara berbatasan Nining melaporkan bahwa ada program
dengan Sungai Bondet. untuk pemberdayaan perempuan membuat
b. Kependudukan program yaitu :
Penduduk Desa Grogol 1. Pembinaan Kelompok Perempuan
berdasarkan data terakhir hasil Indonesia Maju Mandiri (PRIMA)
Sensus Penduduk Tahun 2017 2. Kegiatan Bimbingan Manajemen Usaha
tercatat sebanyak 5084 jiwa. Untuk Bagi Perempuan Dalam Mengelola
lebih jelasnya perkembagan Usaha (PEKKA)
penduduk dapat dilihat dala tabel 3. Kegiatan Pembinaan Organisasi
dibawah ini. Perempuan
Pertumbuhan Jumlah Penduduk 4. Sosialisasi Dan Advokasi Kebijakan
Tahun 2016 – 2017 Penghapusan Buta Aksara Perempuan
No Tahun Jumlah Laju (PBAP)
Jiwa KK pertumbuhan 5. Pemberdayaan Perempuan Melalui
1 2016 4994 123 Pengimbangan Industri Rumahan
6
2 2017 5084 129 0,5 Selain itu, mengenai peran dan
4 perkembangan perempuan Desa di
kabupaten Cirebon, seperti yang dijelaskan

102

Al-Mustashfa, Vol. 5, No. 2, Desember 2020


Leliya

oleh Bapak Permana, S.SOS. Kasi DPMD 3. Wakil 9 orang ketika keadaan penduduk
Aparatur Desa dan BPD (Badan berjumlah 5001 penduduk.
Permusyawaratan Desa). berdasarkan data Berdasarkan pemaparan di atas maka
statistik bahwa untuk wilayah Kabupaten dapat disimpulkan bahwa lahirnya Undang-
Cirebon Desanya berjumlah 412 Desa, 12 Undang Nomor 6 tahun 2014 tentang Desa
Kelurahan dan 40 Kecamatan. Sampai saat Memberikan Dampak Signifikan terhadap
ini dalam mewujudkan peran dan Perubahan Masyarakat Desa terhadap peran
pemberdayaan perempuan Desa ada 3 perempuan, memang dahulu Perempuan
program besar yaitu sebagai berikut: tertutup akan tetapi setelah adanya Undang-
1. Ekonomi dan Pembangunan Undang Nomor 6 tahun 2014 tentang Desa
2. Pemberdayaan Sosial dan Budaya baru memberikan peluang yang sangat luas
3. Pemerintah Desa bagi Perempuan terhadap semua aspek
Pelaksanaan dalam menjalankan Kehidupan untuk membangun Desa.
roda pemerintahan Desa sampai saat ini
diberikan ruang kepada khalayak
masyarakat yang mau berperan secara KESIMPULAN
langsung khususnya bagi perempuan karena Berdasarkan hasil penelitian yang
keterwakilan perempuan di sekitar dilakukan, dapat diambil 2 (dua) macam
pemerintahan Desa secara terang benderang kseimpulan, yaitu pertama, berdasarkan
dijelaskan pada : penelitian yang didapat dari data serta fakta
1. PERDA Nomor 2 tahun 2015 tentang yang didapat maka dapat disimpulkan
PEMDES dan BPD Jo. Perda Nomor 1 bahwa Penerapan Undang-Undang Nomor 6
tahun 2017 tentang PEMDES dan BPD. tahun 2014 tentang Desa di Kabupaten
2. PERBUP Nomor 118/2015 (telah Cirebon dalam meningkatkan peran
dicabut) pada PERBUP tersebut Perempuan melalui Pemberdayaan
“Manajemen Keterwakilan Masyarakat pada dasarnya sudah masuk di
Perempuan”. PERBUP tersebut diganti segala bidang khususnya di Kabupaten
dengan PERBUP Nomor 64/2018 Cirebon dibuktikan dengan adanya
tentang BPD. perempuan berperan dalam strukrtur
3. PERMENDAGRI Nomor 110/2016 kelembagaan Desa dari mulai Kepala Desa,
tentang BPD Juru tulis, pengurus LPMD, Karang Taruna,
Rt., Rw., dan Hansip.
Pada produk Hukum tersebut sangat Dan kedua, Setelah adanya Undang-
memberikan ruang bagi perempuan supaya Undang Nomor 6 tahun 2014 tentang Desa
ikut serta dalam pelaksanaan kegiatan Desa terhadap pemberdayaan masyarakat
ataupun menjadi perangkat Desa perempuan, saat ini sangat memberikan
sebagaimana dijelaskan dalam peraturan perubahan kepada perempuan untuk ikut
tersbut di atas, Produk Hukum di Atas berpartisipasi sehingga memberikan peluang
terdapat keterwakilan Perempuan dalam yang sangat luas terhadap semua aspek
pengurus BPD terdapat Dua kriteria yaitu : kehidupan untuk membangun Desa.
1. Keterwakilan Wilayah
2. Keterwakilan Perempuan
Jumlah keterwakilan Perempuan
dalam kepengurusan BPD dilihat dari :
1. Wakil 5 orang ketika keadaan
penduduk berjumlah 0-2500 Penduduk
2. Wakil 7 orang ketika keadaan penduduk
berjumlah 2501-5000 Penduduk

103

Al-Mustashfa, Vol. 5, No. 2, Desember 2020


Leliya

handle/123456789/3755/fkm-
rozaini.pdf?sequence=1
Nasution, S. (2003). Metode Penelitian
Kualitatif Naturalistik. Bandung:
Penerbit Tarsito.
Poerwadarminta, W. J. S. (2007). Kamus
Umum Bahasa Indonesia Edisi
Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka.
Ramli, S. (2014). Bacaan Wajib Sertifikasi
Ahli Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah. Jakarta: Visi Media.
Scott, J. (2011). Sosiologi: The Key
Concept. Jakarta, Raja Grafindo
Persada.
Sugianto. (2017). Urgensi dan Kemandirian
DAFTAR PUSTAKA Desa dalam Perspektif Undang-
Abercrombie, N., Hill, S., & Turner, B. S. Undang Nomor 6 Tahun 2014.
(2010). Kamus Yogyakarta: CV. Budi Utama.
Sosiologi. Yogyakarta: Pustaka Suharto, E. (2005). Membangun
Pelajar. Masyarakat Memberdayakan Rakyat
Arikunto, S. (1993). Prosedur Penelitian Kajian Strategis Pembangunan
Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan
Rineka Cipta. Sosial. PT Refika Aditama.
Bintarto, R. (1983). Interaksi Desa-Kota Suhendra, K., & Kadmasasmita, A. D.
dan Permasalahannya. Jakarta: (2006). Peranan Birokrasi dalam
Ghalia Indonesia. Pemberdayaan Masyarakat.
Fahrudin, A. (2011). Pemberdayaan, Bandung: Alfabeta.
Partisipasi dan Penguatan Kapasitas Sumardjono, M. S. W. (1989). Pedoman
Masyarakat. Bandung: Humaniora. Pembuatan Usulan
Hubeis, A. V. S. (2011). Pemberdayaan Penelitian. Yogyakarta: Fakultas
Perempuan dari Masa ke Masa. Hukum Universitas Gadjah Mada.
Bogor: IPB Press. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014
Huraerah, A. (2008). Pengorganisasian dan Tentang Desa
Pengembangan Masyarakat: Model Zubaedi. (2007). Wacana Pembangunan
dan Strategi Pembangunan Berbasis Alternatif: Ragam Prespektif
Kerakyatan. Humaniora. Pembangunan dan Pemberdayaan
Iriansyah, H. S. (2017). Tantangan dan Masyarakat. Jakarta: Ar Ruzz
Peluang Perempuan dalam Berpolitik Media.
di Indonesia. Jurnal Ilmu
Pendidikan (JIP) STKIP Kusuma
Negara, 8 (2), 1-14.
Kartasasmita, G. (1996). Pembangunan
Untuk Rakyat: Memadukan
Pertumbuhan Dan Pemerataan.
Jakarta: PT. Pusaka Cisendo.
Nasution, R. (2003). Teknik Sampling. USU
Digital Library. Diakses dari
http://repository.usu.ac.id/bitstream/

104

Al-Mustashfa, Vol. 5, No. 2, Desember 2020

Anda mungkin juga menyukai