Anda di halaman 1dari 8

BUDAYA, NILAI AGAMA, DAN NORMA SOSIAL YANG MENDUKUNG

PEREMPUAN MEMIMPIN DI PEMERINTAHAN KABUPATEN KEDIRI

Tugas

Diajukan Untuk Memenuhi Penilaian Mata Kuliah

Kepemimpinan

Tutor:

Jefri Setyawan, S.Psi., M.A.

Disusun Oleh:

Firda Adelia Catika Putri

NIM : 042734827

FAKULTAS HUKUM, ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

JURUSAN ILMU ADMINISTRASI BISNIS

UNIVERSITAS TERBUKA

2023
Pendahuluan

Kepemimpinan perempuan menjadikan isu dalam publik yang sering


diperbincangkan. Akan tetapi saat ini kepemimpinan perempuan mulai bangkit untuk
mengambil peranan strategis dalam pemerintahan. Peran perempuan memiliki hak dan
kewajiban, serta kesempatan yang sama dengan pria dalam pemerintahan maupun
pembangunan di segala bidang. Jadi, tidak menjadi masalah bagi perempuan untuk
mengembangkan potensinya. Walaupun saat ini masih banyak terjadi diskriminasi terhadap
perempuan. Dalam pemerintahan kabupaten Kediri peranan perempuan dalam jabatan publik
masih di dominasi peran laki-laki. Peran perempuan bisa dikatakan sulit dalam menuju pucuk
pimpinan dalam jabatan publik.

Kepemimpinan perempuan secara normatif mempunyai legistimasi yang kuat secara


filosofis, teologis, maupun hukum. Saat ini telah banyak mengubah pemikiran tentang
perempuan yang bekerja di organisasi publik. Apabila sebelumnya banyak yang berpikir
bahwa perempuan sekedar mengurus rumah dan selalu berada di rumah. Akan tetapi saat ini
telah mengalami perubahan, perempuan telah memiliki peran di dalam lembaga
pemerintahan.

Hal ini menjadi menarik perhatian, karena posisi seorang perempuan di lembaga
eksekutif Pemerintah Kabupaten Kediri yang biasanya domain seorang laki-laki. Pada
pilkada Kabupaten Kediri tahun 2010-2015 dan 2016-2021 yang dimenangkan dr. Hj.
Haryanti Sutrisno berpasangan dengan Drs. H. Masykuri, M.M. Pada periode tersebut dr. Hj.
Haryanti Sutrisno merupakan salah satu perempuan yang mengisi jabatan eksekutif. Dengan
terisinya posisi perempuan pada tahun 2010-2015 dan 2016-2021 ternyata didukung oleh
campur tangan laki-laki (suami) yang merupakan Bupati Kediri pada periode sebelumnya.

Pada periode pemerintahan saat ini keberadaan perempuan pada lembaga eksekutif
sebagai pimpinan mengalami peningkatan. Peningkatan posisi perempuan pada lembaga
eksekutif Kabupaten Kediri akibat berbagai faktor, salah satunya yaitu terjadinya modernisasi
yang terjadi pada kalangan masyarakatnya. Serta dengan adanya teknologi yang
menghubungkan langsung dengan jaringan akses internet akibatnya menjadikan masyarakat
di Kabupaten Kediri lebih memahami perkembangan modernisasi di Kabupaten Kediri.
Serta masyarakat Kabupaten Kediri tidak lagi ada yang menolak terkait kehadiran
perempuan di lembaga pemerintahan Kabupaten Kediri. Akan tetapi, latar belakang
pendidikan dan pengalaman kerja harus dimiliki sebagai salah satu modal bagi perempuan
berhasil mendapatkan posisi sebagai pejabat dalam sektor publik. Kehadiran seorang
perempuan di pemerintahan Kabupaten Kediri menjadi fenomena baru, dimana biasanya
posisi strategis dan jabatan di sektor pemerintahan dominan laki-laki.

Tujuan

Tugas ini saya susun pasti memiliki tujuan, adapun tujuan dari penulisan ini adalah
untuk memenuhi penilaian tugas 3. Selain itu, tugas ini juga bertujuan untuk menambah
wawasan, pengetahuan serta dapat dijadikan sebagai acuan atau pedoman bagi para pembaca
dan juga bagi saya tentang budaya, nilai agama, dan norma sosial yang mendukung
perempuan memimpin pada pemerintahan kabupaten Kediri. Dalam penyusunan tugas ini,
saya menyadari pengetahuan dan pengalaman saya masih sangat terbatas. Oleh karena itu,
saya sangat mengharapkan adanya masukan-masukan dari berbagai pihak untuk membangun
dan melengkapi tugas ini, agar tugas ini menjadi lebih baik dan bermanfaat.

Kajian Pustaka

Pada era modern saat ini, kepemimpinan perempuan masih dianggap sebagai
eksklusif. Sebenarnya di banyak negara sudah banyak pengakuan kesetaraan antara
perempuan. Akan tetapi hanya sebagian perusahaan besar dunia menggunakan perempuan
sebagai pimpinan eksekutifnya.

Di era globalisasi ini terdapat berbagai tantangan, peluang dan hambatan akan
pemberdayaan perempuan. Peran perempuan serta dunia karir semakin memandang ke arah
yang konstruktif secara struktural, karena pemberdayaan perempuan sudah diorganisasikan
secara legal pada banyak negara, yang dipelopori oleh negara maju kemudian diikuti oleh
negara berkembang secara kontekstual. Di era globalisasi dari segi agama dan sosial, jabatan
perempuan sebagai pemimpin dalam ajaran agama dan komunitas sosial mendapatkan tempat
yang sama.
Meskipun pencapaian kualitas pemberdayaan perempuan terdapat banyak perdebatan.
Akan tetapi banyak kepemimpinan perempuan profesional yang bisa bersaing dengan lawan
jenisnya dalam dunia global. Kepemimpinan perempuan pada suatu organisasi adalah aset
penting yang tak diragukan lagi kompetensi dan tindakannya. Namun, kepemimpinan
perempuan harus dapat memenuhi syarat-syarat menjadi pimpinan, seperti halnya yang juga
dilalui oleh kaum laki-laki yang menjadi pemimpin dalam suatu organisasi.

Kepemimpinan perempuan dalam manajemen suatu organisasi, baik organisasi publik


maupun privat, bisa disimpulkan bahwa kepemimpinan perempuan sama halnya dengan
kepemimpinan laki-laki meskipun kepemimpinan perempuan mempunyai keunikan dan
caranya sendiri untuk mencapai keefektifan kepemimpinan. Jadi baik kepemimpinan
perempuan maupun kepemimpinan laki-laki yang mempunyai keahlian dan strategi unggul
maka dialah yang bisa memenangkan persaingan atau pertarungan aspek apapun di dunia
global

Pembahasan

Bermula dengan Megawati Soekarno Putri memimpin Indonesia sebagai presiden


Republik Indonesia, para perempuan perlahan bisa mencapai karir sebagai pemimpin daerah.
Seperti halnya di Jawa Timur, salah satu kabupaten Kediri dipimpin oleh seorang
perempuan. Posisi perempuan pada pemerintahan kabupaten Kediri telah berubah, dengan
meningkatnya posisi perempuan sebagai pejabat di pemerintahan kabupaten Kediri,
diantaranya anggota DPRD bahkan kepala desa. Serta bupati dalam pemerintahan kabupaten
Kediri juga dipimpin oleh perempuan, yaitu Haryanti Sutrisno periode (2010-2015) dan
(2016-2021). Mereka terpilih melalui pemilihan langsung oleh warga Kabupaten Kediri.

Banyak hal yang telah dilakukan oleh bupati Haryanti Sutrisno, salah satunya
menyukseskan program Keluarga Berencana dengan membantu menekan angka kelahiran.
Serta dalam kepemimpinan Haryanti Sutrisno, tak sedikit peninggalan pembangunan yang
telah dilakukannya. Salah pembangunan yang dilakukannya yaitu, monumen SLG meskipun
monumen itu kelanjutan pembangunan bupati sebelumnya. Pembangunan Rumah Sakit
Umum Daerah (RSUD) juga salah peninggalan paling monumental dalam kepemimpinan
Haryanti Sutrisno yang berkomitmen dalam meningkatkan pelayanan kesehatan untuk
masyarakat Kabupaten Kediri.
.Dengan kehadiran Ibu Haryanti Sutrisno menjadi pemimpin di Kabupaten Kediri
adalah salah satu kebanggaan tersendiri, bahwa seorang perempuan mampu dan layak
menjadi pemimpin. Maka masyarakat percaya bahwa perempuan dapat menjadi pemimpin di
daerahnya. Akan tetapi dalam kenyataannya tidaklah mudah bagi perempuan mendapatkan
jabatan publik di kabupaten Kediri. Dengan banyaknya stereotipe yang berpikir bahwa
perempuan hanya bekerja di dapur saja, sehingga perempuan tidak cocok berperan di sektor
publik dan sektor publik lebih cocok apabila diperankan oleh laki-laki saja. Pada era modern
saat ini masyarakat Kabupaten Kediri menjadikan pemikiran negatif mulai memudar. Tetapi
tidak menutup kemungkinan bagi kepemimpinan perempuan di Kabupaten Kediri
mendapatkan tantangan.

Masyarakat memilih kepala daerahnya tidak lagi dari faktor keturunan sebagai
dasarnya, akan tetapi lebih karena kemampuan bersosialisasi, kecakapan, dan kemampuan
melaksanakan berbagai program. Dengan begitu, di dalam kepemimpinan perempuan
dibutuhkan dukungan budaya, nilai agama, dan norma sosial.

a. Dukungan Budaya
Dukungan budaya sangat penting, karena menjadi pemimpin dalam
perilakunya harus bisa mempengaruhi dan mengajak orang lain dalam aktivitasnya.
Sehingga perlu sekali memahami budaya masyarakat yang dipimpinnya. Dalam
budaya Kediri perempuan adalah bagian nomor dua. Stereotipe kepemimpinan
perempuan yang menganggap perempuan hanya berhubungan dengan masalah
mengurus rumah dan dapur. Meskipun demikian masyarakat Kabupaten Kediri,
secara budaya masih menganggap keterlibatan perempuan di organisasi publik
menjadi pantangan.
Bupati perempuan di organisasi publik masih mendapatkan diskriminasi
gender dan menimbulkan stereotip budaya patriarki. Khususnya di Kabupaten Kediri,
masyarakatnya belum sepenuhnya percaya dengan menerima kehadiran perempuan
di organisasi publik karena masih dianggap belum familiar dan masih diragukan.
Dalam pemahaman budaya semacam ini membuat bupati perempuan cukup sulit
untuk maju berjuang memimpin kabupaten Kediri.
Karena faktor modernisasi, banyak masyarakat kediri dalam pemilihan pilkada
memilih Srikandi menjadi bupati perempuan. Manakala beberapa masyarakat Kediri
sebelumnya menyangsikan keberadaan kepemimpinan perempuan, yang akhirnya
bisa melebur karena faktor modernisasi. Maka kalaupun pada awalnya
kepemimpinan perempuan mengalami sedikit tantangan dalam memperoleh
dukungan secara budaya, dengan faktor modernisasi bupati perempuan memimpin
kabupaten Kediri.

b. Dukungan Nilai Agama


Masyarakat Kediri selalu identik dengan Islam dalam melaksanakan roda
kehidupan. Yang banyak diwarnai dari para kyai maupun santri yang memahami
kepemimpinan dalam konteks nilai agama. Saat ini peran elite santri terlibat
memegang kendali pemerintahan dan menduduki posisi yang strategis dalam
pemerintahan. Dalam pilkada di kabupaten Kediri mendapat dukungan dari elite
agama dan bahkan menjadi pelopor atas pencalonan sebagai bupati. Serta
kemenangan pertahanan di kabupaten Kediri dimulai melalui kekuatan dukungan
berbasis agama.
Dan pada akhirnya dari perspektif agama dalam pemilihan bupati pun
kepemimpinan perempuanlah yang memenangkan. Para kyai pun mendukung
keberadaan kepemimpinan perempuan di Kediri dapat dijalankan. Dari perspektif
nilai agama bukan persoalan benar dan salah atau halal dan haram perempuan
menjadi pemimpin sebagai bupati. Akan tetapi secara etika dan moral perempuan
yang juga perlu didukung untuk menjadi bupati.
c. Dukungan Norma Sosial
Dukungan norma sosial sangat penting untuk pencalonan bupati, karena dalam
demokrasi tokoh masyarakat di wilayah pedesaan tidak sama dengan tokoh di
wilayah perkotaan. Dalam wilayah pedesaan harus diimbangi dengan kekuatan
dukungan norma sosial yang sangat kuat. Secara sosial apabila seorang pemimpin
telah cacat, maka sulit untuk bisa memperoleh dukungan massa dari masyarakatnya.
Seperti halnya, bupati kabupaten Kediri memiliki dukungan sosial dari
masyarakat dalam proses pilkada. Sebelumnya Srikandi merupakan istri mantan
bupati kabupaten Kediri. Sebagai istri bupati banyak aktivitas yang mendasar wanita
selalu dikuti dan dimonitornya untuk kelanggengan posisi jabatan bupati, mulai dari
kegiatan sosial keagamaan, kegiatan pembinaan kesejahteraan keluarga, dan juga
kegiatan sosial lainya.
Perilaku kepemimpinan perempuan bupati yang bisa menempatkan diri,
bersosialisasi dengan warga dalam berbagai aktivitas sosial maupun religius
membawa hubungan masyarakat dengan kepemimpinan perempuan bupati. Hingga
akhirnya bupati perempuan bisa diterima dalam masyarakat yang dimulai saat
menjadi istri mantan bupati sebelumnya. Dengan begitu bupati perempuan memiliki
dukungan sosial yang kuat pada masyarakat Kediri. Karena masyarakat berpandang
perempuan mampu secara mental, fisik, dan sosial

Dalam banyak kasus di organisasi publik, perempuan diperlakukan sebagai


penggembira dalam politik. Akan tetapi, saat ini perempuan di Indonesia dalam organisasi
publik menjadi sesuatu yang diperhitungkan karena perempuan semakin menunjukkan sinyal
positif. Dengan kepemimpinan perempuan diharapkan menjadi role model untuk perempuan
di Indonesia lainnya dalam berkarya serta membangun daerahnya baik pusat maupun daerah.
Hal sudah dibuktikan dengan terpilihnya seorang perempuan menjadi bupati dan memiliki
segudang prestasi yang telah mereka torehkan untuk daerahnya.

Kesimpulan

Peran kepemimpinan perempuan tidak hanya mengurus rumah, tetapi juga dituntut
untuk bisa berperan di luar rumah maupun dalam organisasi publik. Saat ini memberi banyak
kesempatan besar bagi perempuan untuk berkecimpung lebih luas, akan tetapi masih tak
sedikit yang mampu untuk memanfaatkan kesempatan ini. Dengan adanya kesetaraan gender
dalam pemerintah akan menempatkan perempuan sebagai subjek.

Dalam konteks budaya, nilai agama, dan norma agama kepemimpinan perempuan di
Kediri mendapatkan dukungan, akibatnya kehadiran Srikandi sebagai salah satu sosok
pemimpin perempuan di kabupaten Kediri dipandang sebagai pembuka peluang lahirnya
pemimpin-pemimpin perempuan Kediri pada waktu yang akan datang.

Perempuan dipandang sebagai sosok pribadi yang menarik yang mampu untuk
melawan arus budaya patriarki. Serta sosok yang mampu menunjukkan bahwa perempuan
Kediri mempunyai kemampuan setara dengan laki-laki dalam memimpin masyarakat.
Sehingga perempuan merupakan sosok yang menjadi cerminan kepada masyarakat lain di
Indonesia bahwa perempuan Kediri bisa maju dan mempunyai kemampuan yang setara
dengan kemampuan laki-laki.

Daftar Pustaka
Enceng, dkk (2022). Kepemimpinan Edisi 2. Tangerang Selatan: Universitas Terbuka.

Jamaludin karim Achmad, “Kepemimpinan Wanita Madura”, Journal Kepemimpinan, Vol 23.
No.2 (2007).

Agustinus Leo. (2009), Pilkada dan Dinamika Politik Lokal. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Itsram (2020), ”Belenggu Budaya Patriarki terhadap Kesetaraan Gender di Indonesia”,


Retrieved From https://www.its.ac.id/news/2020/04/22/belenggu-budaya-patriarki-terhadap-
kesetaraan-gender-di-indonesia/

Lince Napitupulu Ester (2022), “Dukung Perempuan Pemimpin dengan Afirmasi dan
Kesempatan Sama”, Retrieved From
https://www.kompas.id/baca/dikbud/2022/03/07/dukung-perempuan-pemimpin-dengan-
afirmasi-dan-kesempatan-sama/

Anda mungkin juga menyukai