Oleh :
MIA WIDHI ASTUTI
A14102009
2
Data produksi susu UHT PT. Indolakto (tahun 2000-2005) adalah tidak
stasioner, memiliki unsur tren dan musiman. Hal ini ditunjukkan dari sebaran data
produksi yang tidak berada disekitar garis lurus dan memiliki kecenderungan
meningkat serta nilai koefisien autokorelasi yang membentuk suatu siklus yang
memiliki titik tertinggi, terendah dan berulang setiap tahunnya. Metode peramalan
yang digunakan adalah metode dekomposisi aditif. Model ramalan yang terbentuk
adalah Ýt = 503951 + (23683.6 x t) + IMTt.
Penelitian ini menghasilkan beberapa kesimpulan, yaitu sistem pengadaan
dan pengendalian persediaan bahan baku susu UHT di PT. Indolakto belum
optimal dari segi biaya persediaan. Hal ini ditunjukkan dari tingginya biaya
persediaan yang dihasilkan perusahaan dibandingkan sistem pengendalian
menggunakan metode MRP teknik EOQ dan PPB.
Rencana produksi susu UHT untuk periode tahun 2006 diperoleh dari
pengurangan jumlah produksi hasil ramalan dan persediaan akhir (persediaan
pengaman) dengan persediaan awal tahun 2006. Persediaan pengaman dihitung
berdasarkan tingkat pelayanan perusahaan di tahun 2005 yaitu 102.97 persen.
Perencanaan kebutuhan bahan baku SMP dan gula diturunkan dari rencana
produksi susu UHT. Proporsi SMP dan gula dalam 1 kilogram susu UHT masing-
masing sebesar 9 persen dan 6 persen.
Ada suatu rencana yang lebih tepat untuk mengatasi adanya perubahan-
perubahan permintaan konsumen terhadap produk susu UHT pada PT. Indolakto,
yaitu melalui metode peramalan dekomposisi aditif. Metode peramalan tersebut
menghasilkan penyimpangan yang rendah. Perencanaan kebutuhan bahan baku
susu UHT pada PT. Indolakto melalui proyeksi hasil peramalan dekomposisi
aditif untuk periode tahun 2006 menunjukkan adanya peningkatan kebutuhan
bahan baku (SMP dan gula) akibat dari meningkatnya jumlah produksi susu UHT
di tahun 2006. Total produksi susu UHT pada tahun 2006 diperkirakan naik 21.47
persen menjadi 27 983 916.89 kg. Produksi puncak perusahaan diperkirakan
terjadi pada bulan September 2006.
Metode MRP teknik PPB merupakan model alternatif yang digunakan untuk
menganalisis pengendalian persediaan bahan baku berdasarkan hasil ramalan
tahun 2006 karena model tersebut terbukti menghasilkan penghematan terhadap
biaya persediaan dan biaya pembelian perusahaan pada tahun 2005. Sementara
hasil analisis pengendalian persediaan bahan baku pada tahun 2006 dengan
metode PPB masih memberikan penghematan terhadap biaya persediaan dan
biaya pembelian perusahaan Oleh karena itu metode MRP teknik PPB
direkomendasikan sebagai model alternatif dalam sistem pengendalian persediaan
bahan baku yang optimal dilihat dari biaya persediaan bahan bakunya.
Penggunaan metode MRP teknik PPB dapat dijadikan alternatif bagi pengendalian
persediaan perusahaan karena metode ini menghasilkan periode gabungan yang
akan meminimumkan biaya persediaan (biaya pemesanan dan biaya
penyimpanan). Metode ini lebih dinamis dalam menyeimbangkan antara biaya
pemesanan dan biaya penyimpanan yang dikeluarkan perusahaan. Selain itu,
metode PPB dapat lebih fleksibel dalam penggabungan kebutuhan bersih SMP
dan gula selama periode tertentu jika terjadi perubahan biaya persediaan. Metode
PPB juga dapat menggabungkan periode gabungan lebih dari satu periode
kebutuhan bersih bahan baku.
3
PERENCANAAN KEBUTUHAN DAN PENGENDALIAN PERSEDIAAN
BAHAN BAKU SUSU UHT (Ultra High Temperature)
PADA PT. INDOLAKTO - SUKABUMI
SKRIPSI
Oleh :
MIA WIDHI ASTUTI
A14102009
4
Judul Skripsi : Perencanaan Kebutuhan dan Pengendalian Persediaan Bahan
Baku Susu UHT (Ultra High Temperature) Pada PT. Indolakto –
Sukabumi
Nama : Mia Widhi Astuti
NRP : A14102009
Menyetujui,
Dosen Pembimbing
Mengetahui,
Dekan Fakultas Pertanian
5
PERNYATAAN
6
RIWAYAT HIDUP
Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB). Penulis yang bernama lengkap Mia Widhi
Astuti adalah anak kedua dari dua bersaudara pasangan ayahanda I Made Subamia
1990 hingga tahun 1992, kemudian penulis pindah ke SDN 6 Sumbawa Besar
menengah pertama di SLTP Negeri 1 Sumbawa Besar hingga tahun 1999. Pada
tahun 2002 penulis menamatkan pendidikan menengah atas pada SMU Negeri 1
Mataram, kemudian pada tahun yang sama melanjutkan studi di Institut Pertanian
Bogor (IPB) melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) pada Program
Fakultas Pertanian.
2003-2004 sebagai staf divisi Finance, UKM Century periode 2004-2005 sebagai
ketua divisi IT, klub fotografi (LENSA) periode 2004-2005, Badan Eksekutif
7
DAFTAR ISI
UCAPAN TERIMAKASIH.................................................................................. ii
I. PENDAHULUAN
Latar Belakang ............................................................................................... 1
Perumusan Masalah Penelitian ....................................................................... 4
Tujuan Penelitian ............................................................................................ 6
Kegunaan Penelitian........................................................................................ 7
Batasan Penelitian .......................................................................................... 7
8
III. METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian .......................................................................... 32
Jenis dan Sumber Data ................................................................................... 32
Model Analisa Data ........................................................................................ 33
3.3.1 Identifikasi Sistem Pengadaan dan Pengendalian Persediaan
Bahan Baku Perusahaan ............................................................. 33
3.3.2 Analisis Kuantitatif Pengendalian Persediaan Bahan Baku........ 33
3.3.3 Ana lisis Perbandingan Biaya dan Penghematan ........................ 37
3.3.4 Rekomendasi Model Alternatif Pengendalian Persediaan
Berdasarkan Data Historis .......................................................... 37
3.3.5 Peramalan Produksi .................................................................... 38
3.3.6 Metode Dekomposisi .................................................................. 38
3.3.7 Analisis Kuantitatif Pengendalian Persediaan Bahan Baku
Berdasarkan Hasil Ramalan ....................................................... 39
3.4 Definisi Operasional ............................................................................. 40
9
Rekomendasi Alternatif Metode Pengendalian Persediaan Bahan Baku
Berdasarkan Data Historis Perusahaan Tahun 2005 ............................................ 78
LAMPIRAN ........................................................................................................100
10
DAFTAR TABEL
Nomor Hal
Tabel 7. Biaya Pemesanan Bahan Baku PT. Indolakto per Pesanan ................ 60
Tabel 8. Biaya Penyimpanan Bahan Baku PT. Indolakto per tahun ................. 62
Tabel 9. Persediaan Akhir Bahan Baku SMP dan Gula Selama Tahun 2005 ... 69
Tabel 10. Biaya Persediaan Bahan Baku per tahun periode 2005
menggunakan Metode perusahaan ..................................................... 70
Tabel 11. Biaya Pembelian SMP dan Gula dengan Metode Perusahaan
Tahun 2005 ......................................................................................... 71
Tabel 12. Biaya Persediaan SMP dan Gula dengan Metode EOQ Tahun 2005 . 73
Tabel 13. Biaya Persediaan SMP dan Gula dengan Metode PPB Tahun 2005... 75
Tabel 14. Perbandingan Frekuensi, Biaya Persediaan Total SMP dan Gula
Tahun 2005.......................................................................................... 77
Tabel 16. Hasil Peramalan Produksi Susu UHT Periode Tahun 2006
dengan Metode Dekomposisi Aditif ................................................... 83
Tabel 17. Perbandingan Hasil Ramalan dengan Data Aktual Produksi Susu
UHT PT. Indolakto Bulan Januari - Maret 2006................................. 86
Tabel 19. Rencana Produksi (kg) dan Rencana Kebutuhan Bahan Baku (kg)
Hasil Proyeksi Bulanan Tahun 2006 ................................................... 89
11
Tabel 20. Biaya Persediaan SMP dan Gula dengan Metode MRP teknik
PPB tahun 2006 ................................................................................... 92
Tabel 21. Biaya Pembelian SMP dan Gula dengan Metode PPB Tahun 2006 ... 92
Tabel 22. Perbandingan Biaya Persediaan Total SMP dan Gula Metode PPB
Tahun 2006 dengan Metode Perusahaan Tahun 2005 ........................ 93
12
DAFTAR GAMBAR
Nomor Hal
Gambar 1. .................................................................................................................. B
iaya Persediaan ........................................................................................................................13
Gambar 2. .................................................................................................................. P
enggunaan Peramalan Permintaan dalam Subsistem Produksi
Operasi .............................................................................................. 18
Gambar 3. .................................................................................................................. P
ola Permintaan terhadap Suatu Barang atau Jasa .............................. 19
Gambar 4. .................................................................................................................. B
agan Kerangka Pemikiran ................................................................. 27
Gambar 5. .................................................................................................................. B
agan Kerangka Operasional Penelitian ............................................. 31
Gambar 6. .................................................................................................................. P
lot Data Produksi Susu UHT PT. Indolakto Periode 2000-2005 ...... 80
Gambar 7. Plot Data Hasil Peramalan Produksi Susu UHT PT. Indolakto
Periode Tahun 2006 .......................................................................... 84
Gambar 8. .................................................................................................................. P
lot Data Aktual, Ramalan dan Error dari Data Produksi Susu
UHT PT. Indolakto Periode Tahun 2000-2005 ................................. 85
13
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Hal
Lampiran 7. Data Produksi Bulanan Susu UHT PT. Indolakto Tahun 2000-
2005 ............................................................................................... 106
Lampiran 10. Perbandingan Nilai MSE dari Beberapa Model Time Series
yang Diujikan ................................................................................ 110
Lampiran 12. Metode Dekomposisi Model Aditif (L= 12) ................................. 111
Lampiran 13. Penentuan Ukuran Lot dengan Menggunakan EPP untuk Bahan
Baku SMP Tahun 2005 ................................................................. 116
Lampiran 14. Penentuan Ukuran Lot dengan Menggunakan EPP untuk Bahan
Baku Gula...................................................................................... 116
Lampiran 15. MRP untuk Bahan Baku SMP dengan Teknik EOQ Tahun 2005
(EOQ SMP = 36 199.35 kg) (buffer stock = 86 389.30 kg) ................. 117
Lampiran 16. MRP untuk Bahan Baku Gula dengan Teknik EOQ Tahun 2005
(EOQ Gula = 51 683.53 kg) (buffer stock = 28 796.43 kg) .................. 117
Lampiran 17. Biaya Pembelian SMP dan Gula dengan Metode EOQ Tahun
2005
14
Lampiran 18. MRP Teknik PPB yang disesuaikan untuk Bahan Baku SMP Tahun
2005 dengan sediaan pengaman 50% ................................................ 118
Lampiran 19. MRP Teknik PPB yang disesuaikan untuk Bahan Baku Gula Tahun
2005 (buffer 25%) ........................................................................... 118
Lampiran 20. Biaya Pembelian SMP dan Gula dengan Metode PPB Tahun
2005 ............................................................................................... 118
Lampiran 21. Penentuan Ukuran Lot dengan Menggunakan EPP untuk Bahan
Baku SMP Tahun 2006 ................................................................. 119
Lampiran 22. Penentuan Ukuran Lot dengan Menggunakan EPP unt uk Bahan
Baku Gula Tahun 2006 ................................................................. 119
Lampiran 23. MRP Teknik PPB yang disesuaikan untuk Bahan Baku SMP
Tahun 2006 dengan sediaan pengaman 50% ................................ 120
Lampiran 24. MRP Teknik PPB yang disesuaikan untuk Bahan Baku Gula
Tahun 2006 (buffer 25%) .............................................................. 120
15
I. PENDAHULUAN
manfaat, diantaranya mengurangi resiko kanker usus dan rectum (hasil penelitian
susu dirintis oleh Prof. Poorwo Sudarmo (Bapak Gizi Indonesia) yang
Berdasarkan jenisnya, susu yang kini beredar meliputi susu bubuk, susu
kental manis, susu pasteur isasi dan susu Ultra Hight Temperature (UHT). Susu
melalui proses pengolahan pada suhu tinggi dan dalam waktu yang singkat (135-
145 derajat Celsius) selama 2-5 detik 1 . Susu UHT memiliki keunggulan dalam hal
penyimpanan yang lebih tahan lama (lebih dari 6 bulan tanpa disimpan dalam
dan pendinginan. Susu UHT biasanya dikemas dengan kemasan aseptik yang
1
Republika,19 Juli 2005
16
membuat susu dapat dikonsumsi kapan saja tanpa memerlukan alat pendingin
sehari- hari, maka peluang dalam agroindustri susu masih terbuka lebar. Hal ini
juga didukung oleh jumlah konsumsi susu nasional pada Tabel 1 yang
menunjukkan peningkatan meskipun pada tahun 1996, 1997, 1998, dan 2001
mengalami penurunan. Penurunan terbesar terjadi pada tahun 1998, yaitu 219 100
ton dari konsumsi tahun 1997 yang dipengaruhi oleh terjadinya krisis moneter.
Tabel 1. Produksi dan Konsumsi Susu (Indonesia) Tahun 1994-2004 (000 ton)
Tahun Produksi Nasional Impor Ekspor Konsumsi Nasional
1995 433.4 974.7 0.0 1 408.1
1996 441.2 739.4 0.0 1 180.6
1997 423.7 692.8 0.0 1 116.5
1998 375.4 588.0 66.0 897.4
1999 436.0 822.0 142.0 1 116.0
2000 495.7 1 479.8 575.5 1 400.0
2001 479.9 1 476.0 693.0 1 262.9
2002 493.4 1 382.6 609.6 1 266.4
2003 553.4 1 425.2 461.2 1 517.4
2004* 596.3 1 425.2 461.2 1 560.3
Sumber : Deptan, 2004
Keterangan : * Angka sementara 2004
Tabel 1 terlihat bahwa impor susu Indonesia masih terus meningkat. Dengan kata
lain, produksi susu dalam negeri masih belum dapat memenuhi konsumsi dalam
negeri itu sendiri sehingga masih terbuka peluang untuk mengembangkan usaha
mengkonsumsi susu olahan. Selain itu, berdasarkan hasil survei perusahaan riset
2
Kompas, 19 April 2004
17
pasar global Canadean pada tahun 2004 3), konsumsi susu cair penduduk Indonesia
baru mencapai 62 juta liter per tahun. Sementara Amerika Serikat (AS) mencapai
22 350 juta liter, India 42 001 juta liter, Cina 6 345 juta liter, Pakistan 28 671 juta
liter, Spanyol 4 577 juta liter. Hal ini menunjukkan bahwa konsumsi susu cair
kompetitif perusahaan akan menjadi penting untuk dapat bertahan dalam industri
tersebut. Salah satu strategi yang dapat diterapkan untuk mendapatkan keuntungan
produksi dalam rangka memenuhi jumlah persediaan bahan baku, waktu, dan
kualitas yang tepat. Bahan baku industri merupakan sumberdaya yang dapat
efektif. Bahan baku membentuk bagian menyeluruh dari produk jadi sehingga
3
Pikiran Rakyat, 30 April 2005
18
hal, diantaranya proses produksi, pemenuhan permintaan pelanggan, dan
permintaan akan produk atau jasa yang diharapkan akan disediakan organisasi di
masa mendatang (Buffa dan Sarin, 1996). Peramalan atau penaksiran bisnis
manajemen untuk mengurangi ketergantungan pada hal- hal yang belum pasti.
manajemen, karena setiap bagian organisasi berkaitan satu sama lain, baik
al, 1999).
produksi akan dapat tercapai ketika ramalan yang akurat diperoleh sehingga
PT. Indolakto merupakan salah satu produsen susu UHT yang sedang
19
perencanaan kebutuhan dan pengendalian persediaan bahan baku susu UHT. Hal
konsumen akan produk susu UHT, kapasitas gudang bahan baku yang tidak dapat
perusahaan, terlebih ketersediaan untuk bahan baku utama. Skim Milk Powder
(SMP) dan gula merupakan baha n baku utama dalam memproduksi susu UHT.
bahan baku yang menghambat jalannya operasi dan di lain waktu, perusahaan
mengalami kelebihan bahan baku dan produk jadi susu UHT yang disimpan di
itu, masalah yang dikaji dalam penelitian ini adalah bagaimana sistem pengadaan
dan pengendalian persediaan bahan baku susu UHT yang dilakukan oleh PT.
Indolakto.
Pengadaan dan pengendalian persediaan bahan baku susu UHT yang baik
permintaan konsumen yang cepat terhadap produk jadi susu UHT yang di
20
dibutuhkan suatu metode peramalan yang akurat, yaitu metode peramalan yang
aktualnya. Sehingga masalah berikutnya yang dikaji dalam penelitian ini adalah
adakah suatu rencana yang lebih tepat untuk mengatasi adanya perubahan-
perubahan permintaan konsumen terhadap produk susu UHT serta implikasi dari
pengendalian persediaan bahan baku sering kali dihadapkan pada dua kendala,
optimal dilihat dari biaya yang dikeluarkan karena adanya persediaan. Melalui
1. Menganalisis sistem pengadaan dan pengendalian bahan baku susu UHT yang
dilakukan perusahaan.
21
2. Mengetahui apakah ada suatu rencana yang lebih tepat untuk mengatasi
3. Mengetahui implikasi dari hasil perencanaan yang lebih tepat tersebut dalam
periode selanjutnya.
dan model pengendalian persediaan bahan baku yang optimal sehingga dapat
untuk menambah pengalaman dan sarana dalam menerapkan ilmu yang diperoleh
di bangku kuliah. Selain itu diharapkan penelitian ini juga dapat bermanfaat bagi
penelitian selanjutnya.
Secara umum, produk yang dihasilkan oleh PT. Indolakto adalah susu
kental manis (SKM) dan susu Ultra High Temperature (UHT). Penelitian ini
difokuskan pada produk susu UHT dengan formula recombined. Hal ini didasari
22
atas kecenderungan konsumsi masyarakat Indonesia yang meningkat terhadap
susu cair olahan, salah satunya adalah susu UHT. Kajian yang dibahas dalam
khususnya bahan baku skim milk powder (SMP) dan gula yang merupakan bahan
23
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Persediaan
dalam proses dan bahan baku yang digunakan untuk tujuan tertentu seperti untuk
proses produksi atau perakitan, untuk dijual, dan untuk suku cadang dari suatu
peralatan atau mesin (Assauri, 1999; Herjanto, 1999; Rangkuti, 2004). Persediaan
merupakan salah satu unsur yang paling aktif dalam operasi perusahaan yang
secara kontinu diperoleh, diubah, yang kemudian dijual kembali (Assauri, 1999).
bagi suatu perusahaan pabrik yaitu (1) waktu yang dibutuhkan untuk
menyelesaikan operasi produksi dari suatu tingkat ke tingkat proses yang lain dan
dalam perusahaan pabrik, kecuali terdapat bahan-bahan yang secara fisik akan
(Assauri, 1999). Perusahaan yang memiliki penguasaan atas produksi bahan baku
kegiatan yang penting bagi perusahaan karena berkaitan dengan penjadwalan dan
24
2.1.3 Fungsi persediaan
penting persediaan. Menurut Handoko (2000) dan Rangkuti (2004) serta Heizer
and Render (2004), fungsi persediaan terdiri atas (1) fungsi decoupling, dimana
adanya kebebasan dalam operasi internal dan eksternal perusahaan; (2) fungsi
pemesanan.
tersebut di dalam urutan pengerjaan produk, yaitu (1) persediaan bahan baku (Raw
produksi, (2) persediaan bagian produk atau parts yang dibeli (purchased
parts/komponents stock) yang terdiri dari parts yang diterima dari perusahaan
penolong yang diperlukan dalam proses produksi, (4) persediaan barang setengah
jadi atau barang dalam proses (work in process/progress stock) yang keluar dari
tiap-tiap bagian dalam satu pabrik, dan (5) persediaan barang jadi (finished goods
stock) yang telah selesai diproses atau diolah dalam pabrik dan siap untuk dijual
kepada pelanggan atau perusahaan lain (Assauri, 1999; Handoko 2000 dan
Rangkuti 2004).
25
2.1.5 Biaya Persediaan
Menurut Handoko (2000) dan Rangkuti (2004), ada beberapa hal yang
(holding cost/carrying cost) yang terdiri atas biaya-biaya yang bervariasi secara
gudang, biaya utang lancar dan sebagainya, (3) biaya penyiapan (manufacturing)
atau set-up cost yang tediri dari biaya mesin- mesin menganggur, biaya persediaan
tenaga kerja langsung, biaya penjadwalan, biaya ekspedisi dan sebagainya, dan
(4) biaya kehabisan atau kekurangan bahan (shortage cost) yang timbul apabila
penyediaan tingkat layanan yang diminta (Harding, 2001). Untuk mencapai tujuan
26
suatu barang. Permintaan tersebut dapat bersifat independent (bebas) atau
persediaan komponen, bahan baku, dan barang dalam proses yang digunakan
dalam produksi untuk menghasilkan barang jadi. Permintaan untuk jenis barang
dengan permintaan terikat ini sangat tergantung dari permintaan jenis barang
pemesanan tetap, sistem produksi tumpukan (batch), sistem periodik tetap, dan
Beberapa model yang banyak digunakan dalam penentuan lot dalam MRP adalah
model Economic Order Quantity (EOQ), Lot For Lot, dan Part Periode
Balancing (PPB).
dan jumlahnya tertentu pada satuan waktu tertentu pula. Sasaran manajerial dalam
27
menggunakan MRP adalah menghindari kehabisan sediaan sehingga produksi
berjalan mulus, sesuai rencana, dan menekan investasi sediaan bahan baku dan
barang setengah jadi (Buffa, 1996). Jenis-jenis barang yang cocok untuk MRP
adalah komponen produk yang tercantum dalam daftar bahan produk (product’s
sub rakitan terhadap produk akhir (Buffa, 1996 dan Rangkuti, 2004).
akhir, kemudian dikerjakan mundur yaitu menuju bahan baku melalui berbagai
gabungannya (inventory holding cost) karena biaya itu hanya sebesar materi dan
komponen yang dibutuhkan (Rangkuti, 2004). Selain itu, kelebihan MRP dalam
kegunaan fasilitas dan tenaga kerja, (3) perencanaan dan penjadwalan persediaan
yang lebih baik, (4) respon lebih cepat terhadap perubahan pasar, dan (5)
Lebih lanjut Heizer and Render (2004) menegaskan beberapa hal yang
harus diketahui manajer dalam merancang model persediaan terikat yang efektif
berkaitan dengan apa yang harus dibuat dan kapan, (2) spesifikasi daftar
28
pembelian/purchase orders outstanding, (5) waktu ancang-ancang (lead time),
umum dikenal (Herjanto, 1999). Teknik ini sering digunakan dalam persediaan
barang-barang bebas dan dapat juga digunakan dalam teknik penentuan lot.
dalam teknik EOQ antara lain (1) diketahuinya tingkat permintaan dan bersifat
konstan, (2) waktu tenggang (lead time) bersifat konstan, (3) persediaan diterima
dengan segera dalam bentuk kumpulan produk pada satu waktu, (4) diskon tidak
diberikan, (5) biaya variabel yang muncul hanya biaya pemasangan atau
pemesanan dan biaya penahanan atau penyimpanan persediaan, dan (6) keadaan
Biaya Total
Biaya
Total
Biaya Penyimpanan
Biaya Pemesanan
EOQ Q (kuantitas)
29
kebalikannya (inverse cost) pemesanan persediaan (Handoko, 2000).
saat kurva biaya pemesanan dan kurva biaya penyimpanan berpotongan, yaitu
pada saat total biaya pemesanan sama dengan total biaya penyimpanan. Ukuran
lot dengan biaya minimum diperoleh pada saat turunan pertama dari biaya total
terhadap kuantitas (Q) tahunan sama dengan nol (Buffa, 1996; Herjanto, 1999;
Rangkuti, 2004).
Dalam teknik ini, ukuran satu batch yang dipilih untuk memenuhi
kebutuhan bersih satu periode tunggal. Kebijakan Lot For Lot hanya efektif,
tanpa persediaan pengaman dan tanpa antisipasi atas pesanan lebih lanjut.
Prosedur semacam ini konsisten dengan ukuran lot kecil, pesanan berkala,
persediaan tepat waktu rendah, dan permintaan terikat (Heizer dan Render, 2004).
biaya yang ditanamkan dalam persediaan barang terikat dapat ditekan dengan
teknik ini, apabila perusahaan mampu memiliki persediaan dengan kondisi dan
30
sifat yang sesuai. Teknik ini tidak dapat mengambil keuntungan ekonomis yang
sampai nilai bagian periode mencapai Economic Part Period (EPP), yang
periode yang dipilih (Herjanto, 1999). Besar pesanan adalah sebesar kebutuhan
harapan akan diterima tepat pada awal periode gabungan tersebut dan akan
31
2.4 Peramalan dan Perencanaan
yang terjadi di masa lampau ke masa depan. Menurut Sugiarto (2000) peramalan
kecenderungan dan pola sistematis. Peramalan merupakan seni dan ilmu dalam
memprediksi kejadian yang mungkin dihadapi pada masa yang akan datang dan
(Sugiarto et al, 2000). Salah satu peran peramalan adalah penyusunan rencana,
oleh jumlah atau besarnya permintaan akan produk tersebut. Oleh karena itu
sistem dan mengendalikan sistem tersebut yang pada akhirnya akan menentukan
32
Informasi tentang permintaan
yang ada dan produksi
Peramalan Permintaan
untuk Operasi
Keluaran Berupa
Barang atau jasa
Secara umum terdapat dua macam metode peramalan menurut Gaynor dan
Kirkpatrick (1994), yaitu: (1) Peramalan kualitatif, didasarkan pada intuisi atau
bersifat subjektif. Kelemahan metode ini adalah dapat memberikan hasil yang
didasarkan atas ciri-ciri normatif seperti decision matrices atau decisions trees.
(2) Peramalan kuantitatif, didasarkan atas data kuantitatif pada masa lalu,
sehingga lebih bersifat objektif. Kualitas hasil ramalan sangat bergantung pada
kualitas data dan metode yang digunakan, yaitu sangat ditentukan oleh perbedaan
atau penyimpangan antara hasil ramalan dengan kenyataan yang terjadi. Metode
33
yang baik adalah metode yang memberikan nilai- nilai perbedaan atau
peramalan kua ntitatif yaitu (1) tersedia informasi masa lalu, (2) informasi tersebut
dapat dikuantitatifkan dalam bentuk data numerik, dan (3) pola data masa lalu
barang atau jasa membutuhkan informasi tentang pola permintaan terhadap barang
atau jasa tersebut. Pola permintaan terhadap suatu barang atau jasa dapat
berbentuk garis trend linear sesuai dengan perkembangan waktu, dan dapat
berbentuk musiman atau tetap selalu konstan (Gambar 3). Untuk melihat pola
permintaan terhadap barang atau jasa tersebut, maka dibutuhkan informasi tentang
Konstan
Waktu
Identifikasi pola data dilakukan untuk memahami perilaku data time series
Makridakis (1999), pola data kuantitas memiliki empat unsur, yaitu (1) pola
horizontal/konstan, terjadi bila nilai data berfluktuasi disekitar nilai rata-rata yang
konstan; (2) pola musiman, terjadi bila suatu deret dipengaruhi oleh faktor
34
musiman (kuartal tahun tertentu, bulanan, atau hari-hari pada minggu tertentu);
(3) pola siklis, terjadi bila data dipengaruhi oleh fluktuasi ekonomi jangka panjang
seperti yang berhubungan dengan siklus bisnis; dan (4) pola trend, terjadi
bilamana terdapat kenaikan atau penurunan sekuler jangka panjang dalam data.
lain yang berkaitan dengan rangkaian data dan mengembangkan suatu model yang
lalu, tetapi menggunakan data dari variabel yang lain yang menentukan atau
Metode kausal yang dapat digunakan dapat berupa : (1) Metode regresi,
beserta pengaruh mereka terhadap variabel tidak bebas (dependen) yang akan
ekonomi (Pappas & Hirschey, 1995). Menurut Assauri (1999) metode ekonometri
didasarkan atas peramalan pada sistem persamaan regresi yang diestimasi secara
simultan. Metode ini memiliki variabel eksogen dan variabel endogen. Metode ini
35
penawaran. (3) Metode Input – Output, yaitu menganalisis arus barang dan jasa
antar industri dalam perekonomian atau antar departemen dari suatu organisasi
besar yang ditunjukkan oleh tabel input-output. Menurut Assauri (1984) metode
penggunaan metode time series antara lain (1) adanya ketergantungan kejadian
masa yang akan datang dengan masa sebelumnya, (2) aktivitas di masa yang akan
datang mengikuti pola yang terjadi di masa lalu, (3) hubungan atau keterkaitan
masa lalu dan masa kini dapat ditentukan dengan observasi atau penelitian.
dari Brown, pemulusan eksponensial ganda: metode dua parameter dari Holt,
36
triple Exponential Smoothing (Winters), metode dekomposisi, model
yang sangat penting sehingga pemilihan teknik dan metode peramalan yang tepat
sangat diperlukan untuk pemecahan suatu masalah atau keadaan tertentu. Ada
(Assauri, 1984), yaitu : (1) Horison waktu, (2) Pola data, (3) Jenis dari model,
(4) Biaya, (5) Ketepatan (accuracy), (6) Mudah tidaknya penggunaan atau
aplikasinya.
dua bagian besar (Aritonang, 2002), yaitu: ukuran yang bersifat mutlak, terdiri
atas mean error (ME), mean absolute error (MAE), mean squared error (MSE)
dan ukuran yang bersifat relatif terdiri dari mean percentage error (MPE), mean
Average (MBA). Dari semua ukuran tersebut ukuran yang lebih lazim digunakan
adalah MSE, dengan pedoman bahwa semakin kecil nilai MSE berarti model itu
Susu Kental Manis, studi kasus PT. Indolakto, Sukabumi. Penelitian tersebut
37
pemesanan kembali (reorder point). Bahan baku yang menjadi fokus dalam
penelitian tersebut adalah susu segar, gula, skimmed milk powder (SMP). Hasil
bubuk, studi kasus: PT. Mirota KSM Inc., Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman,
yang menjadi fokus penelitian adalah Full Cream Milk Powder (FCMP) dan
Skimmed Milk Powder (SMP) yang masing- masing didatangkan dari Australia
dan New Zealand. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dengan metode EOQ
jumlah pemesanan bahan baku memiliki kuantitas yang lebih kecil dengan
frekuensi pemesanan optimal yang lebih sering dibanding jumlah dan frekuensi
pengaman yang optimal bagi perusahaan adalah 41 255.4 kg untuk FCMP dan
19 834 kg untuk SMP asal New Zealand. Sedangkan FCMP dan SPM asal
Australia masing- masing 38 270 Kg dan 21 261 Kg. Pemesanan kembali kepada
pemasok di New Zealand dilakukan pada saat FCMP dan SMP asal New Zealand
di gudang masing- masing berjumlah 169 304.8 Kg dan 90 972.5 Kg. Sedangkan
pemesanan kembali kepada pemasok di Australia terjadi saat FCMP dan SMP asal
Australia di gudang masing- masing berjumlah 220 804.4 Kg dan 122 669 Kg.
38
Rajagukguk (2004), menganalisis pengadaan dan pengendalian persediaan
bahan baku susu olahan (studi kasus di PT. Indomilk). Penelitian tersebut
baku dengan metode MRP teknik EOQ dan Part Period Balancing (PPB) serta
dan efisien pada perusahaan. Teknik Lot For Lot yang prinsipnya tidak
besar terutama dengan teknik EOQ jika dibandingkan dengan metode yang
persediaan bahan baku kelapa pada PT. Riau Sakti United Plantations. Penelitian
tersebut memperkirakan kebutuhan bahan baku kelapa yang diturunkan dari hasil
Planning (MRP) dengan teknik EOQ, Lot For Lot, dan PPB. Teknik pengendalian
teknik Lot For Lot. Total biaya persediaan terendah diperoleh dengan metode PPB
yaitu sebesar 1.2 miliyar rupiah. Dengan menggunakan metode PBB, perusahaan
39
dapat menghemat biaya persediaan sebesar 6.8 persen yaitu dari 1.271 miliyar
Tekstil Pada PT. Asaputex Nusantara, Tegal, Jawa Tengah” menganalisis sistem
analisis MRP teknik Lot For Lot, EOQ, dan PPB. Selain itu, penelitian tersebut
bahwa metode LFL dan PPB merupakan metode yang dapat direkomendasikan
operasi tahun 2004 karena memberikan penghematan terbesar yaitu 77.67 persen
terhadap biaya persediaan perusahaan dan 6.77 persen terhadap biaya pembelian.
Namun dalam pelaksanaannya, metode PPB lebih sesuai untuk diterapkan karena
benang perusahaan. Selain itu, metode PPB lebih fleksibel dalam penggabungan
kebutuhan bersih benang selama periode tertentu jika terjadi perubahan biaya
umumnya model analisis untuk persediaan bahan baku adalah model MRP. Model
40
MRP teknik LFL cocok digunakan pada perusahaan yang melakukan pemesanan
hanya sejumlah kebutuhan bersihnya atau tanpa sediaan pengaman. Model MRP
periode tertentu dan lebih dinamis dalam menyeimbangkan biaya pemesanan dan
biaya penyimpanan.
PT. Indolakto untuk periode tahun 2005 yang menjadi dasar dalam melakukan
tersebut pada periode tahun 2006. Penelitian ini tidak hanya menganalisis
terhadap kebutuhan bahan baku utama susu UHT dan menganalisis kembali
baku utama diantaranya Skim Milk Powder (SMP) dan gula. Ketersediaan bahan
permintaan konsumen akan susu UHT. Estimasi yang tidak tepat akan
41
Berdasarkan rencana produksi tersebut, perusahaan merencanakan kebutuhan
suatu sistem pengendalian persediaan bahan baku yang tepat agar aktivitas
bahan baku tersebut dapat dianalisis dengan beberapa model- model system
EOQ
Model Sistem
Pengendalian
Persediaan
PPB
persediaan bahan baku susu UHT khususnya bahan baku SMP dan gula yang
optimal dilihat dari biaya yang dikeluarkan akibat adanya persediaan. Oleh karena
itu langkah awal yang dilakukan dalam penelitian ini adalah mengidentifikasi
42
baku. Kegiatan yang termasuk di dalamnya adalah mengidentifikasi fasilitas
penyimpanan dan penanganan bahan baku, jenis dan asal bahan baku, biaya-biaya
baku.
bahan baku susu UHT tidak terlepas dari perhitungan-perhitungan kuantitas dan
pemesanan bahan baku yang optimal melibatkan berbagai jenis biaya yang
terkandung dalam persediaan. Oleh karena itu, perlu diidentifikasi juga mengenai
baku selama tahun 2005 dianalisis dan dibandingkan dengan metode MRP sebagai
alternatif dalam pengendalian persediaan bahan baku khususnya SMP dan gula
yang ditujukan untuk produksi susu UHT. Metode MRP yang digunakan sebagai
teknik EOQ dan PPB. Komponen yang dibandingkan dalam analisis model
biaya pemesanan, biaya penyimpanan dan total biaya persediaan. Hasil analisis ini
bahan baku yang optimal sehingga perusahaan dapat merumuskan suatu alternatif
43
sebagai metode alternatif dalam pengendalian persediaan bahan baku dan akan
digunakan sebagai metode pengendalian persediaan bahan baku SMP dan gula
Setelah itu dilakukan perencanaan bahan baku susu UHT yaitu SMP dan
gula yang didasarkan dari hasil peramalan produksi produk jadi susu UHT untuk
tahun 2006. Data produksi susu UHT selama beberapa tahun ke belakang (tahun
2000 – 2005) akan dianalisis dan diestimasi dengan metode peramalan time series.
2005) tersebut perlu diidentifikasi terlebih dahulu pola datanya. Pola data yang
terjadi dapat berupa pola horizontal, trend, musiman, dan siklis. Pola horizontal
terjadi bilamana nilai data berfluktuasi di sekitar nilai rata-rata yang konstan. Pola
trend terjadi bilamana terdapat kenaikan atau penurunan sekuler jangka panjang
dalam data. Pola musiman terjadi bilamana suatu deret dipengaruhi oleh faktor
musiman (misalnya kuartal tahun tertentu, bulanan, atau hari-hari pada minggu
tertentu). Pola siklis terjadi bilamana datanya dipengaruhi oleh fluktuasi ekonomi
Metode yang memberikan hasil ramalan mendekati kenyataan yang terjadi atau
sekecil mungkin merupakan metode peramalan terbaik. Metode time series yang
digunakan untuk mengestimasi jumlah produksi susu UHT sela ma satu periode ke
44
Dengan mengetahui jumlah produksi susu UHT dari hasil ramalan
dekomposisi aditif, selanjutnya akan diestimasi jumlah bahan baku berupa SMP
dan gula yang dibutuhkan selama satu periode ke depan (tahun 2006). SMP dan
gula merupakan bahan baku yang memiliki sifat permintaan dependen (terikat)
terhadap permintaan produk jadinya, yaitu susu UHT. Hal tersebut merupakan
kebutuhan bahan baku yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
pengendalian persediaan bahan baku menggunakan teknik lot sizing terbaik dari
baku SMP dan gula pada tahun 2005 akan dihasilkan model alternatif untuk
pengendalian persediaan bahan baku SMP dan gula. Model alternatif tersebut
baku SMP dan gula di tahun 2006 berdasarkan perencanaan kebutuhan yang telah
diramalkan sebelumnya.
yang digunakan dalam pengendalian persediaan bahan baku khususnya SMP dan
gula pada tahun 2006 masih memberikan tingkat persediaan bahan baku yang
45
Identifikasi Kondisi Perusahaan dalam Sistem
Pengadaan dan Penanganan Bahan Baku
MRP Teknik
EOQ Analisis Perbandingan
Model Pengendalian Persediaan
MRP Teknik
PPB
Keterangan:
= alat analisis
46
III. METODE PENELITIAN
Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa data kualitatif
dan kuantitatif yang terdiri atas data primer dan data sekunder. Data primer
diperoleh secara langsung dari PT. Indolakto yang terdiri atas: gambaran umum
perusahaan, data produksi dan penjualan produk susu UHT perusahaan, kebijakan
pengadaan dan penanganan bahan baku di perusahaan yang mencakup jenis bahan
baku yang digunakan, jumlah kebutuhan bahan baku, waktu tunggu (lead time)
dilakukan kepada karyawan, manajer, dan kepala divisi yang berkaitan. Pemilihan
Sedangkan data sekunder diperoleh dari (bahan pustaka) buku, hasil laporan
47
penelitian terkait, catatan-catatan yang dimiliki perusahaan, literatur perusahaan
dan instansi terkait serta literatur lainnya, yaitu: artikel-artikel dalam majalah,
Microsoft Excel dan Minitab 14. Software Minitab adalah salah satu program
yang dapat digunakan untuk peramalan. Output data kuantitatif disajikan dalam
bentuk tabel, grafik, dan diuraikan secara narasi. Sedangkan untuk data kualitatif
disajikan dalam bentuk deskriptif dengan gambar dan tabel agar mudah dipahami.
Identifikasi awal ini meliputi identifikasi proses produksi susu UHT dan
identifikasi terhadap fasilitas penyimpanan dan penanganan bahan baku, jenis dan
Tujuan dari analisis kuantitatif ini adalah untuk menentukan waktu pesan
yang tepat dan kuantitas pesanan yang optimal. Dengan demikian diharapkan
48
tingkat persediaan di tangan menjadi lebih optimal dan biaya persediaan bahan
Bahan baku yang diteliti adalah SMP dan gula sebagai bahan baku
pembuatan susu UHT. Sifat permintaan dari bahan baku ini termasuk ke dalam
permintaan terikat (dependen) yang dipengaruhi oleh permintaan produk jadi susu
UHT. Oleh karena itu, model yang digunakan dalam penelitian ini adalah model
menentukan ukuran lot pada sistem MRP diantaranya adalah teknik EOQ, Lot For
Berikut ini beberapa teknik yang digunakan dalam penentuan lot (lot
yang timbul dalam penyediaan adalah minimal. Besar pesanan yang dilakukan
sebesar EOQ atau kelipatan dari EOQ yang lebih besar dan terdekat dengan
49
(graphical approach) dan dengan menggunakan rumus (formula approach).
TC = HQ + SD
2 Q
Dimana:
Ukuran lot dengan biaya minimum diperoleh pada saat turunan pertama
TC min : dTC
=0
dQ
dTC H SD
= −
dQ 2 Q2
H SD
0= −
2 Q2
H SD
=
2 Q2
2 SD
Q2 =
H
2 SD
Sehingga rumus dasar dari EOQ adalah: EOQ =
H
dimana,
50
Pesanan direncanakan akan diterima pada saat dan jumlah yang
Apabila pada awal periode pengamatan terdapat persediaan yang cukup besar,
perusahaan selama waktu tunggu dan tidak dapat lagi memenuhi kebutuhan
sebelumnya dapat ditekan sebesar nol. Besar dan waktu pemakaian bahan
baku secara akurat yang didasarkan pada jadwal produksi master dan waktu
51
bagian periode mendekati nilai Economic Part Period (EPP). Rumus untuk
persediaan untuk setiap model yang digunakan. Variabel yang dibandingkan dari
masing- masing model terdiri atas: frekuensi pesanan, banyaknya pesanan, biaya
pemesanan, biaya penyimpanan dan biaya persediaan total sera biaya pembelian.
suatu model alternatif yang memberikan tingkat biaya persediaan yang paling
rendah dan tepat bagi perusahaan. Model alternatif ini tentunya harus disesuaikan
52
3.3.5 Peramalan Produksi
Metode peramalan yang digunakan adalah deret berkala (time series). Pada
1. Menganalisis data yang lalu, yaitu mengidentifikasi pola yang terjadi pada
masa lalu. Pola data produksi susu UHT PT. Indolakto diidentifikasi dengan
mengamati plot data produksi susu UHT hasil dari program Minitab 14 dan
plot autokorelasinya.
peramalan dengan nilai kenyataan. Standar yang digunakan adalah nilai MAE
(mean absolute error) atau nilai MSE (mean squared error). Metode
Dekomposisi Aditif.
perkembangan teknologi, dan perbedaan antara hasil ramalan yang ada dengan
mengidentifikasi komponen tren (T), musiman (S), siklis (C), dan acak (E) yang
terdapat pada data time series. Model keterkaitan dari keempat komponen tersebut
53
dapat bersifat multiplikatif (perkalian) dan aditif (penjumlahan). Model yang
dipergunakan dalam penelitian ini adalah model dekomposisi aditif dengan rumus
umum Y = T + S + C + E.
komponen yang terdapat pada data time series tetsebut hanya terdiri atas
komponen S dinyatakan dalam bentuk indeks atau Y dibagi dengan T. Bila data
yang tersedia dinyatakan dalam dimensi waktu yang kurang dari satu tahun maka
komponen yang terdapat dalam data time series tersebut terdiri dari komponen T,
ditambah persediaan akhir dan dikurangi persediaan awal atau dengan kata lain
bahan baku untuk tahun 2006 dengan menggunakan model alternatif hasil
rekomendasi model pengendalian persediaan bahan baku tahun 2005. Setelah itu,
dilakukan analisis perbandingan biaya dan penghematan. Hal ini dilakukan untuk
54
Analisis perbandingan biaya diukur berdasarkan hasil analisis biaya
persediaan untuk setiap model yang digunakan. Variabel yang dibandingkan dari
masing- masing model terdiri atas: frekuensi pesanan, banyaknya pesanan, biaya
pemesanan, biaya penyimpanan dan biaya persediaan total sera biaya pembelian.
1. Waktu tunggu (lead time) adalah selang antara pemesanan bahan baku
Waktu tunggu ini diukur dalam satuan hari, minggu atau bulan, tergantung
dari sifat dan kebutuhan bahan yang diperlukan perusahaan. Untuk bahan
3. Biaya pemesanan bahan baku yaitu biaya yang dikeluarkan setiap kali
bahan baku. Biaya penyimpanan bahan baku diukur dalam satuan rupiah
55
IV. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
Negeri) swasta yang bergerak di bidang usaha industri pengolahan susu (IPS).
Perusahaan ini didirikan pada tanggal 3 Juli 1992 atas dasar akte notaris Nomor
20, NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak) 1.596.125.3/011, dengan notaris Benny
PT. Indolakto merupakan bagian dari Dairy Division Group yang terdiri
PT. Ultrindo, PT. Indomurni, PT. Sumber AlamVita dan PT. Dairyville.
Luas tanah yang dimiliki oleh Dairy Group adalah 38 hektar. Tanah ini
hektar untuk bangunan kantor dan pabrik serta dua hektar untuk pusat pengolahan
dimulai pada bulan Januari 1995 dan selesai pada akhir tahun 1996. sedangkan
Kegiatan produksi PT. Indolakto dimulai pada bulan Juni 1997 dengan
produk pertamanya Susu Kental Manis (SKM) full cream dengan merek dagang
Indomilk Putih (IMP), Indomilk Coklat (IMC), dan creamer kental manis “Cap
Enak” yang dikemas dalam kemasan kaleng. PT. Indolakto juga memproduksi
56
susu UHT dengan berbagai ukuran dan rasa. Produksi susu UHT dimulai pada
bulan Oktober 1997 yang terdiri dari rasa coklat, strawberry, manis (sweetened),
melon, tawar (Plain Full Cream), dan madu. Susu UHT dikemas dalam kemasan
tetrapack dengan merek dagang Indomilk dan Indomilk kids berukuran 125 ml,
200 ml, dan 1000 ml. Pada bulan April 1998, PT. Indolakto meluncurkan produk
baru dengan merek dagang sendiri yaitu Krimer Kental Manis (KKM) “Tiga Sapi”
produksinya, yaitu ISO 9002 yang tercatat pada tahun 1998. Penggunaan standar
ini diharapkan dapat lebih menjamin kualitas produk dan pelayanan kepada
masyarakat yang dianggap sebagai mitra usaha perusahaan. PT. Indolakto juga
juga dipasarkan ke pasar ekspor, seperti SKM Corina, KKM Crima dan UHT
sesuai permintaan konsumen. Pemasaran dan distribusi produk susu PT. Indolakto
57
4.2.1 Lokasi Perusahaan
Kecamatan Cicurug, Kabupaten Sukabumi, Propinsi Jawa Barat. Lokasi ini sangat
strategis karena terletak di tepi jalan yang menghubungkan Sukabumi- Bogor dan
akhir. Letak yang strategis ini juga memudahkan penyerapan tenaga kerja. Selain
itu, di lokasi tersebut terdapat sumber daya air yang bagus untuk menunjang
proses produksi. Sebelah barat pabrik PT. Indolakto berbatasan dengan PT.
Yakult Indonesia Persada, PT. Indomeiji dan industri lain yang nantinya ada di
kawasan industri ini. Sebelah timur berbatasan dengan jalan raya Cicurug-
penduduk. Denah lokasi pabrik PT. Indolakto dapat dilihat pada Lampiran 1.
Tata letak bangunan dan susunan ruangan pabrik diatur sedemikian rupa
Bangunan pabrik PT. Indolakto terdiri dari tiga bangunan utama yaitu dairy
Dairy building adalah bangunan pabrik atau ruang produksi yang terdiri
dari dua lantai. Lantai satu terdiri dari ruang pengolahan, ruang pengemasan,
gudang penyimpanan, dan ruang pengendalian mutu. Lantai dua merupakan plan
office yang terdiri dari kantor beberapa departemen. Ruang pengolahan terdiri dari
ruang produksi SKM dan ruang produksi UHT. Ruang pengemasan terdiri dari
58
pengepakan), dan ruang can line (ruang pembuatan kaleng). Gudang penyimpanan
terdiri dari ruang penyimpanan bahan baku dan kemasan (raw material and
pengisian SKM, dan berlanjut dengan ruang pelabelan, ruang pengepakan dan
gudang produk jadi SKM. Untuk ruang proses UHT, ruang pengolahan
Pada bagian luarnya terdapat ruang pengepakan dan ruang produk jadi UHT.
Service building adalah bangunan untuk mekanik dan mesin yang terdiri
dari ruang transformer, ruang boiler, ruang genset, ruang suku cadang (spare
part), ruang kompresor, dan instalasi pengolahan air. Bangunan ini terletak di
belakang pabrik.
Auxiliary building terdiri dari kantor utama (main office) berlantai tiga,
ruang kantin, tiga unit ruang supir, dua unit ruang satpam, ruang pemadam
bagian depan pabrik. Denah tata letak pabrik PT. Indolakto dapat dilihat pada
Lampiran 2.
usaha- usaha dalam organisasi sedemikian rupa hingga usaha tersebut terkoordinir
59
Struktur organisasi yang digunakan oleh PT. Indolakto dalam menjalankan
berlaku.
Alasan yang mendasari pemilihan bentuk ini adalah agar terjaminnya kesatuan
komando. Perusahaan yang dipimpin oleh satu orang cenderung memiliki proses
utuh. Hal ini berati masing- masing karyawan hanya bertanggung jawab kepada
seorang pemimpin.
Chief Executive Officer (CEO) dan Deputy CEO. Pelaksanaannya dipegang oleh
departemen dipimpin oleh seorang manager. Manager tersebut adalah Senior Milk
60
SKM Package Manager, Chief Engineer, Deputy Chief Engineer, Environment
tahun 1998 yang telah disyahkan oleh Departemen Tenaga Kerja Propinsi Jawa
Barat. Peraturan perusahaan PT. Indolakto terdiri dari 41 pasal yang diantaranya
memuat ketentuan hari kerja, jam kerja, waktu shift, sistem pengupahan, kerja
kerja, dan hak serta kewajiban pekerja. Peraturan ini mulai berlaku setiap dua
61
Berdasarkan status hubungan dengan perusahaan, karyawan yang bekerja
di PT. Indolakto terdiri dari karyawan tetap dan karyawan kontrak serta karyawan
harian. Karyawan tetap adalah karyawan yang terikat hubungan kerja untuk waktu
tidak tertentu dengan perusahaan, dan telah melampaui masa percobaan tiga bulan
dengan mendapat upah setiap bulan. Karyawan kontrak adalah karyawan yang
terikat hubungan kerja dengan perusahaan untuk waktu tertentu dan masa
karyawan yang terikat hubungan kerja atas dasar pekerjaan harian yang insidental
(sewaktu-waktu).
manajer dan wakil menejer minimal sarjana, sedangkan untuk supervisor adalah
D3 atau sarjana. Pekerjaan bagian produksi dan bagian pengendalian mutu seperti
operator dan teknisi lab adalah setingkat SLTA dan D3. Strata pendidikan untuk
pekerja di bagian gudang dan pekerja kasar adalah SD, SLTP dan SLTA.
Pekerjaan di bagian administrasi dan keuangan adalah lulusan SLTA dan D3.
Waktu kerja karyawan PT. Indolakto adalah lima hari kerja dalam
seminggu. Jumlah jam kerja adalah delapan jam sehari atau 40 jam seminggu
yang dilakukan dalam dinas normal atau shift. Pekerja kantor/non produksi
62
bekerja mulai dari Senin hingga Jumat dengan jam kerja dari jam 08.00 hingga
16.30 dengan waktu istirahat selama 30 menit. Untuk pekerja pabrik diberlakukan
sistem shift yang dibagi menjadi empat shift yaitu shift malam (jam 22.30 –
07.00), shift pagi (jam 06.30 – 15.00), shift siang (jam 14.30 – 23.00) dengan
waktu istirahat 30 menit, dan shift khusus yang waktunya disesuaikan dengan
karyawan. Hari Sabtu dan Minggu merupakan hari kerja lembur untuk karyawan
non eksekutif, sedangkan untuk pekerja eksekutif yang masuk pada hari tersebut,
maka pada minggu selanjutnya diperbolehkan untuk libur antara hari Senin
sampai Jumat.
Pembayaran gaji karyawan tetap dan kontrak dilakukan setiap bulan antara
tanggal 26 sampai 30, sedangkan untuk karyawan harian dilakukan dua kali dalam
sebulan. Karyawan yang telah menjalani masa kerja selama setahun akan
mendapatkan THR (Tunjangan Hari raya) sebesar satu bulan gaji, sedangkan
untuk karyawan yang masa kerjanya belum satu tahun, besar THR diatur secara
yaitu pekerjaan yang dilakukan melebihi empat jam dari jam yang ditentukan (40
jam seminggu) atau pada hari- hari besar. Perhitungan upah lembur berbeda-beda
63
tergantung dari hari lembur (hari biasa, hari minggu dan hari raya resmi)
Fasilitas yang tersedia bagi karyawan antara lain sarana kantin, tempat
beribadah (masjid), loker, seragam, poliklinik, rawat inap dan rawat jalan, serta
jamsostek. Setiap hari karyawan memperoleh jatah makan satu kali yang sesuai
dengan waktu shifnya. Sedangkan untuk pekerja yang lembur empat jam atau
lebih diberikan uang makan yang besarnya senilai satu kali makan. Selain itu
setiap bulan semua karyawan memperoleh enam kaleng susu kental manis.
dan tutup kepala yang diberikan sesuai kebutuhan serta diberikan juga fasilitas
laundry. Fasilitas lainnya adalah fasilitas antar jemput untuk karyawan tingkat
eksekutif dan karyawan yang bekerja pada shift malam untuk daerah Sukabumi
Fasilitas perumahan hanya diberikan pada pekerja terkait yang harus bisa
kerja, hari tua dan jaminan kematian. Jaminan kesehatan diberlakukan bagi
poliklinik yang terdapat di area PT. Indolakto. Untuk karyawan yang sudah
berkeluarga, apabila istri dan dua orang anak memerlukan perawatan rumah sakit,
rawat inap atau rawat jalan. Rumah sakit yang ditunjuk perusahaan untuk
64
Jaminan kecelakaan kerja, hari tua dan jaminan kematian terhadap pekerja
dikelola oleh PT. JAMSOSTEK. Hal ini disesuaikan dengan peraturan Undang-
undang yang berlaku yaitu UU No. 3 Tahun 1992, tentang jaminan sosial tenaga
yang telah bekerja selama satu tahun berhak atas cuti tahunan selama 12 hari kerja
dan tetap mendapat upah penuh. Bagi karyawati yang hamil diperbolehkan untuk
cuti selama tiga bulan dengan mendapat upah penuh. Selain itu, karyawati yang
PT. Indolakto secara umum memproduksi dua jenis produk yaitu susu
kental manis (SKM) dan susu Ultra High Temperature (UHT). Proporsi produksi
susu UHT terhadap total produksi perusahaan adalah 30.72 persen. Susu UHT
yang diproduksi oleh PT. Indolakto menggunakan dua formula bahan baku yaitu
formula susu segar dan formula recombined. Formula susu segar jarang digunakan
susu segar, selain itu susu segar lebih banyak digunakan untuk produksi SKM.
Oleh karena itu penelitian ini memfokuskan pada produk susu UHT dengan
formula recombined.
segi jumlah dan variasi produk. Tahun 2000 total produksi UHT PT. Indolakto
65
9 695.58 ton pada tahun 2001, 17 259.87 ton pada tahun 2002, 20 710.09 ton pada
tahun 2003, 21 077.37 ton pada tahun 2004, dan 23 037.15 ton pada tahun 2005.
satu cara pengolahan susu yang berlangsung secara kontinyu dengan pemanasan
yang tinggi dan dalam waktu singkat serta diikuti dengan pendinginan secara
cepat untuk menghasilkan produk yang steril secara komersial. Perlakuan panas
yang digunakan adalah secara tidak langsung menggunakan Plate Heat Exchanger
(PHE) dan Tabular Heat Exchanger (THE) atau alat penukar panas dimana
pengepakan (aseptic filling and packing). Diagram alir proses pengolahan susu
yang diperlukan, antara lain Skim Milk Powder (SMP), Anhydrous Milk Fat
(AMF), gula, air dan minor ingredients yang terdiri dari vitamin, flavor, pewarna
dan stabilizer. Proses penyiapan minor ingredients dilakukan oleh bagian Quality
Control (QC) dengan sangat teliti agar menghasilkan mutu produk yang seragam.
2. Proses Dumping
Proses dumping adalah proses penuangan bahan baku utama ke dalam silo
66
dalam tangki. Bahan baku yang tertampung dalam silo tank tersebut kemudian
bahan yang digunakan agar diperoleh suatu campuran yang homogen. Umumnya
perusahaan menggunakan dua mixing tank untuk sekali produksi dengan kapasitas
4. Prosaes Homogenisasi
selama 30 detik.
5. Proses Pasteurisasi
60 000 liter dan bersuhu 4-10 °C, maksimal selama 10 jam yang bertujuan untuk
67
6. Proses Hidrasi
Proses hidrasi dilakukan pada produk yang suhunya masih dibawah 10 °C,
dengan masa hidrasi selama 1-2 jam. Waktu hidrasi adalah waktu yang diberikan
dan lain- lain) dapat menyatu kembali dengan bantuan stabilizer dan membentuk
7. Proses Sterilisasi
yang terkandung dalam susu tanpa merusak kandungan gizi susu tersebut dan
holding tube setelah itu produk dilewatkan ke Flow Diversion tube (FDV) yang
berfungsi sebagai pengecek suhu produk. Jika suhunya < 142 °C setelah
sterilisasi, maka produk akan dialirkan kembali ke balance tank untuk mengalami
proses homogenisasi dan sterilisasi ulang. Jika terjadi sebaliknya, maka produk
Produk yang telah dingin dan steril dimasukkan ke aseptic tank dengan kapasitas
20 000 kg, kemudian produk di dorong dengan udara steril ke aseptic filling
68
8. Proses Pengisian dan Pengemasan
Proses pengisian dilakukan di dalam ruangan khusus yang sangat steril dan
harus selaku dijaga kesterilannya, baik ruangan, pekerja, bahan pengemas, dan
rasa dan penurunan nilai gizi produk sehingga shelf life produk lebih panjang.
Materi pengemasan yang digunakan adalah tetra paper® dan tetap dilakukan
sterilisasi terlebih dahulu. Kemasan yang telah terbentuk dari gulungan kertas
kemasan yang telah dicetak tanggal kadaluarsa dan kode produksinya, kemudian
diisikan dengan produk. Kotak-kotak yang telah terisi dengan rapi dikeluarkan
melalui konveyer dari ruang filling ke ruang packing untuk dikemas karton dan
9. Proses Pengepakan
pak produk jadi dan operator yang bertugas secara bersamaan memasukkan straw
(sedotan) sesuai dengan volume produk yang dibuat ke dalam kemasan karton
suatu box dan akan membubuhkan tanggal kadaluarsa, jenis produk dan kode
mesin. Selanjutnya box akan keluar melalui rak besi dan siap untuk disusun ke
69
V. SISTEM PENGADAAN DAN PENGENDALIAN PERSEDIAAN
BAHAN BAKU PERUSAHAAN
Penyimpanan bahan baku SMP, dan gula dilakukan dalam suatu gudang
yang sama, yaitu gudang raw material (RM) dan packaging material (PM)
menggunakan pallet (alas) agar bahan baku tidak bersentuhan langsung dengan
yang ada, susunan pallet secara vertikal adalah maksimum tiga pallet. Setiap satu
susunan pallet memuat 40 karung untuk gula dan 60 karung untuk SMP.
Luas total area gudang raw material adalah 1 323.75 m2 . Luas area untuk
metrik ton atau 15 600 karung (50 kg/karung). Sedangkan untuk area
360 metrik ton atau 14 400 karung (25 kg/karung). Perusahaan tidak memisahkan
bahan baku SMP dan gula yang ditujukan untuk kebutuhan produksi SKM dan
waktu kedatangan bahan baku tersebut (metode FIFO) sehingga bahan baku yang
lebih dulu disimpan akan lebih dulu digunakan. Layout gudang bahan baku RM
saat ini dirancang untuk kebutuhan dua minggu, sehingga penyimpanan bahan
baku terbatas untuk jumlah tertentu, namun saat ini jumlah bahan baku yang ada
70
dapat menyimpan dalam jumlah yang lebih banyak, mengingat kapasitas produksi
Fasilitas yang dimiliki oleh WH adalah listrik dan forklift. Fasilitas listrik
untuk mengangkut gula dan SMP dari warehouse ke bagian produksi. Jumlah
lampu yang disediakan di dalam gudang raw material adalah sebanyak 30 lampu,
namun yang digunakan hanya 18 lampu dengan daya satu lampunya sebesar 250
watt. Forklift yang digunakan untuk keperluan pemindahan bahan baku tersebut
dilakukan adalah dengan melakukan pest control dan fogging setiap sebulan
petugas WH juga memiliki jadwal rutin untuk membersihkan gudang setiap hari,
yaitu mulai pukul 07.00 hingga pukul 08.00 agar ruang tempat penyimpanan
Bahan baku yang digunakan dalam produksi susu pada PT. Indolakto,
khususnya untuk produk susu UHT bervariasi dan berasal dari pemasok yang
berbeda-beda pula. Secara umum bahan baku yang digunakan dalam produksi
71
1. Susu Segar/Fresh Milk
Susu UHT yang diproduksi oleh PT. Indolakto mempunyai dua alternatif
bahan baku utama dan tanpa menggunakan susu segar/fresh milk biasa disebut
dengan metode rekombinasi. Susu segar yang digunakan oleh PT. Indolakto
pemasok lokal yang dikirim secara rutin setiap hari. Pemasok susu segar ke PT.
Indolakto yang masih aktif sampai saat ini ada lima pemasok dari tujuh pemasok
yang terdaftar. Pemasok tersebut diantaranya KSU Puspa Mekar, KSU Tandang
Sari, Sinar Jaya, Taurus Dairy Farm, dan UPS GKSI (Gabungan Koperasi Susu
Indonesia) Sukabumi. Susu segar yang digunakan sebagai bahan baku produk
susu UHT dan SKM disimpan dalam ruang penampungan/tangki yang dikelola
oleh bagian produksi SKM. Bagian produksi UHT dapat menggunakan susu segar
72
Pasokan susu segar dari pemasok masih dirasa belum mencukupi kebutuhan
bahan baku utamanya. Harga susu segar yang digunakan berdasarkan harga yang
telah ditetapkan oleh GKSI (Gabungan Koperasi Susu Indonesia) yang merupakan
hasil negosiasi dengan para pengusaha pengelola industri pengolahan susu. Harga
susu segar yang diperoleh PT. Indolakto bervariasi sesuai dengan kualitas susu
tersebut. Kisaran harga susu segar selama satu tahun terakhir yaitu mulai dari
tersebut tergantung dari kualitas susu yang dipasok. Sistem pembayaran yang
Susu bubuk yang ditambahkan dalam pembuatan susu UHT terdiri dari tiga
macam, yaitu Skim Milk Powder (SMP), Butter Milk Powder (BMP), Anhydrous
Milk Fat (AMF). Susu bubuk ditambahkan untuk standarisasi mutu susu segar.
(lemak susu) dan menghilangkan air dari susu segar dengan cara dikeringkan
dengan spray dryer sehingga dihasilkan skim bubuk bebas lemak. SMP berbentuk
bubuk, berwarna putih dan tidak menggumpal. Fungsi SMP pada pembuatan susu
UHT adalah untuk meningkatkan total solid non fat. SMP ini dikemas dalam
paper dan polybag ukuran 25 kilogram dan disimpan dalam ruangan kering dan
menggunakannya dalam waktu kurang dari sebulan. SMP ini diperoleh dengan
73
cara mengimpor dari beberapa negara, yaitu dari Fonterra (SEA) Pte. Ltd
(Singapura), James Farrel and Co, Ferjidson Pte. Ltd (Singapura), Interfood B.V
(Belanda), Amberston Pte. Ltd (Singapura). Harga SMP selama satu tahun
terakhir berkisar antara USD 2 150 hingga USD 2 595 per metrik ton. Harga SMP
yang digunakan dalam perhitungan adalah USD 2 372.5 per metrik ton
{(USD 2 150 + USD 2595): 2}. Sistem pembayaran yang diberlakukan adalah
sistem non tunai, yaitu 14 hari sampai 120 hari setelah barang diterima. PT.
SMP yang dipergunakan untuk produksi susu UHT adalah dari jenis medium
heat. Jenis-jenis tersebut ditetapkan berdasarkan jumlah panas yang diterima saat
pengeringan yang dinyatakan dengan nilai WPNI (Whey Protein Nitrogen Index).
Standar SMP yang digunakan oleh PT. Indolakto dapat dilihat pada Tabel 5.
3. Gula/Sugar
menghalangi aktivitas bakteri dan dapat menurunkan aktivitas air. Selain itu
penambahan gula juga dapat mencegah denaturasi protein susu akibat pemanasan
yang berlebihan. Gula yang digunakan adalah disakarida dalam bentuk kristal
sukrosa (C 12 H12O11 ). Gula ini dikemas dalam karung plastik pada bagian luar dan
plastik pada bagian dalam dengan berat 50 kilogram yang disimpan pada suhu
74
ruang yang kering dan tidak lembab. Standar mutu gula yang digunakan oleh PT.
Gula yang digunakan diperoleh dari pemasok lokal, yaitu PT. Indomilk
(trade), PT. Nusa Indah, PT. Angels Products, dan juga diimpor dari ETS
Internasional (Saudi Arabia), Hottlet Sugar Trading N.V (Belgia), dan Ferjidson
perusahaan tidak bisa menyimpan gula dalam jumlah banyak dan terlalu lama
dalam gudang karena khawatir akan mudah mengkristal karena kelembaban yang
tinggi. Harga rata-rata gula selama satu tahun terakhir yaitu sebesar Rp 5 200 per
perusahaan.
Biaya pemesanan total per periode adalah hasil kali antara jumlah pesanan
yang dilakukan setiap periode dengan biaya yang harus dikeluarkan setiap kali
pesan. Biaya ini bersifat agak konstan dimana besarnya biaya yang muncul tidak
75
dipengaruhi besarnya kuantitas bahan yang dipesan oleh perusahaan. Pemesanan
untuk bahan baku produk susu kental manis (SKM) dan UHT digabungkan dalam
baku SMP dan gula untuk kebutuhan produksi susu UHT dapat diuraikan sebagai
berikut:
dari bagian PPIC dan dokumen Purchase Order (PO) dari bagian Purchasing
administrasi per pesanan PT. Indolakto untuk bahan baku SMP adalah
(b) Biaya telepon, email dan correspondent fax , dikeluarkan untuk mengirimkan
dikirim oleh bagian purchasing perusahaan. Biaya ini meliputi biaya telepon
perusahaan yang terkait seperti bagian gudang raw material, bagian PPIC
biaya telepon antara bagian purchasing kepada para pemasok dan pihak-
pihak terkait lainnya. Total biaya telepon, email dan correspondent fax per
pesanan PT. Indolakto untuk bahan baku SMP adalah Rp 115 968.00 dan
16 622.25 untuk gula. Komponen dan besarnya biaya pemesanan per pesanan
76
Berdasarkan Tabel. 7 diketahui bahwa bahan baku SMP memiliki total biaya
pemesanan per pesanan lebih besar dibandingkan bahan baku gula. Biaya
pemesanan total baha n baku SMP yaitu Rp 173 337.6 per pesanan sedangkan
biaya pemesanan total bahan baku gula sebesar Rp 24 813.58 per pesanan.
menyimpan bahan baku di gudang. Biaya ini bervariasi langsung dengan kuantitas
rata-rata dengan biaya penyimpanan bahan baku per unit. Komponen biaya
penyimpanan bahan baku SMP dan gula yang dilakukan oleh PT. Indolakto dapat
(a) Biaya fasilitas penyimpanan, meliputi biaya listrik sebagai penerangan dan
untuk bahan baku SMP sebesar Rp 3.48 per tahun sehingga biaya fasilitas
baku gula memiliki biaya fasilitas per tahun sebesar Rp 0.52 sehingga biaya
77
(b) Biaya pemeliharaan, meliputi biaya fogging dan pest control gudang raw
material (RM) yang dilakukan sebulan sekali. Biaya pemeliharaan per tahun
baku gula per tahun sebesar Rp 0.02/kg. Biaya pemeliharaan memiliki biaya
harus tetap diperhatikan karena akan mempengaruhi kualitas dari bahan baku
kerusakan.
(c) Biaya modal, yaitu biaya yang terjadi karena kehilangan pendapatan berupa
bunga bank yang seharusnya diperoleh tetapi tidak diperoleh karena uang
yang ada digunakan untuk membeli barang. Besarnya biaya ini tergantung
dari lamanya barang disimpan dan tingkat suku bunga yang berlaku. Tingkat
suku bunga yang digunakan adalah rata-rata tingkat suku bunga simpanan
berjangka rupiah bank umum (12 bulan) tahun 2005, yaitu sebesar 8.06
perusahaan. Biaya modal terbesar adalah untuk bahan baku SMP sebesar
99.35 persen dari biaya total penyimpanannya. Bia ya modal SMP ini hampir
mendekati 100 persen. Hal ini mengindikasikan bahwa bahan baku SMP
4
nilai tukar 1 USD = Rp 9 277
78
SMP di gudang, maka akan mempunyai pengaruh yang besar terhadap
peningkatan biaya penyimpana nnya. Biaya modal untuk bahan baku gula
adalah Rp 25.11/kg (Rp 5 200 x 8.06% x 5.99%) per tahun. Biaya ini juga
bahan baku SMP per tahun adalah Rp 548.56/kg sehingga untuk setiap periode
biaya penyimpanan bahan baku gula per tahun adalah Rp 25.65/kg sehingga total
biaya penyimpanan per bulan untuk gula adalah sebesar Rp2.14/kg untuk gula.
pemborosan.
Perolehan bahan baku pada PT. Indolakto dimulai dari adanya kebutuhan
bahan baku untuk produk susu UHT ditetapkan oleh bagian PPIC (Product
79
Order) yang merupakan perkiraan/peramalan dari departemen marketing (PT.
PPIC kemudian membuat rencana produksi dan kebutuhan bahan baku untuk
produksi susu UHT. Perencanaan dibuat per tiga bulan (satu bulan rencana tetap
dan dua bulan ramalan) yang selanjutnya diturunkan menjadi rencana mingguan.
pembelian yang diserahkan ke bagian purchasing. PR ini terdiri dari tiga lembar
material (RM) harus disetujui terlebih dahulu oleh manajer logistik dan PPIC
untuk bahan baku yang dibahas dalam penelitian ini yaitu gula dan SMP diatur
Order) untuk memesan bahan baku dan melakukan negosiasi harga dengan
pemasok. Khusus untuk bahan baku SMP dan gula, negosiasi harga dan pemilihan
pemasok dilakukan oleh Dairy Group pusat yaitu PT. Indomilk. PO terdiri dari
(copy warna putih), dan purchasing (copy warna kuning). Selanjutnya bagian
80
membuat form jadwal kedatangan barang, kemudian menanyakan ke bagian
warehouse (WH), dan konfirmasi ke pemasok. Bahan baku yang dikirim oleh
pemasok akan diterima dan disimpan oleh bagian WH. Pengaturan tata letak
bahan baku diatur oleh bagian gudang agar kualitasnya tidak berkurang.
Prosedur penerimaan bahan baku raw material (RM) yang berlaku di PT.
Kemudian satpam yang bertugas akan menghubungi bagian gudang (WH) yang
perbandingan di surat jalan yang ada dengan hasil penimbangan yang tercetak.
dari supplier. Setelah ditimbang barang tersebut dibawa ke gudang bahan baku
diterima sesuai dengan PO, layak digunakan dalam produksi, dan kuantitasnya
bahan tersebut memenuhi kriteria dan dapat digunakan dalam produksi, kemudian
dilakukan bongkar muat dan pihak WH membuat Surat Penerimaan Barang (SPB)
penyimpanan yang digunakan adalah sistem First In First Out (FIFO). Sebaliknya
QC akan mengeluarkan pernya taan reject apabila kriteria bahan baku tidak
terpenuhi. Alasan untuk bahan baku gula dan SMP yang reject terjadi karena
sudah berjamur, kemasan rusak dan membantu (gula). Bahan baku yang
81
dinyatakan reject oleh QC bisa dikembalikan kepada pemasok, karena sudah ada
perjanjian antara pemasok dengan bagian purchasing. Namun apabila bahan baku
maka bahan baku tidak bisa dikembalikan. Kasus reject karena kesalahan
penyimpanan ini jarang sekali terjadi di PT. Indolakto. Bagan alir prosedur
bahan baku harus memenuhi beberapa kriteria yang telah ditetapkan perusahaan
dan telah lulus seleksi oleh bagian purchasing dan QC. Kriteria PT. Indolakto
1. Kriteria produk, yaitu bahan baku harus memenuhi standar yang ditetapkan.
3. Kriteria harga, yaitu harga bahan baku yang ditawarkan harus bisa bersaing.
kualitas dilakukan melalui berbagai pengujian, mulai dari bahan baku (susu segar,
82
SMP, gula, air, dan bahan-bahan lainnya) sampai produk jadi dengan jenis
ataupun produk jadi. Bahan baku atau produk jadi yang diberikan status reject,
Hanya produk yang berstatus release yang dapat digunakan dan dilepas ke
konsumen.
PT. Indolakto sangat memperhatikan masalah kualitas. Hal ini terlihat dari
1. Produk dan jasa tanpa cacat dan aman saja yang hanya diberikan kepada
pelanggan
pelanggan.
penggunaan terhadap bahan mentah, ruang pengisian, dan produk akhir. Bahan
cenderung melihat aspek fisika karena aspek ini mengandung parameter mutu
yang lebih mudah diketahui dan yang pertama dilihat konsumen. Pengawasan
83
VI. ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU
PERUSAHAAN
pemakaian bahan baku perusahaan adalah sistem FIFO (First In First Out),
dimana bahan baku yang terlebih dahulu masuk gudang akan keluar
Kebutuhan bahan baku perusahaan dalam hal ini SMP dan gula diturunkan
dari rencana produksi susu UHT. Rencana produksi susu UHT ini diperoleh dari
Supply Order (SO) yang perkirakan oleh bagian marketing (PT. Indomilk).
perjanjian dengan pemasok berupa kontrak selama waktu tertentu untuk bahan
84
baku yang dibutuhkan dalam jumlah besar termasuk didalamnya adalah SMP dan
tiga bulan mengingat lead time SMP adalah tiga bulan, namun setiap bulannya
ada penyerahan barang. Sementara pemesanan untuk bahan baku gula dilakukan
sejumlah kebutuhan gula selama sebulan pemakaian, karena lead time gula adalah
satu bulan. Jadi penyerahan/delivery barang tidak dilakukan sekaligus dalam suatu
waktu karena jumlahnya yang sangat besar sedangkan kapasitas gudang terbatas.
Selain itu sifat bahan baku yang tidak tahan lama (perishable ) juga menjadi
Bagian produksi susu UHT menerima jadwal produksi dari PPIC setiap
bahan baku per hari dan mengajukan permintaan bahan kepada bagian
produksi susu UHT untuk kebutuhan setiap hari produksi dan mengeluarkan Surat
masing bahan baku yaitu sejenis kartu yang berfungsi mengetahui jumlah bahan
baku yang diterima, yang keluar dan yang tersisa. Perhitungan secara fisik
terhadap bahan baku yang ada di gudang dilakukan setiap dua minggu sekali oleh
85
Sistem pengendalian persediaan yang dilakukan perusahaan pada
beberapa waktu tertentu (sesuai lead time) yang ditambah dengan persediaan
pengaman. Lead time untuk bahan baku SMP adalah tiga bulan dan untuk bahan
baku gula adalah satu bulan. Perusahaan menetapkan persediaan pengaman untuk
bahan baku SMP sebanyak kebutuhan SMP selama dua minggu produksi
(0.5 bulan) setiap bulannya sedangkan persediaan pengaman untuk bahan baku
gula adalah sebanyak kebutuhan gula selama satu minggu produksi (0.25 bulan).
kebijakan penyerahan/delivery pesanan bahan baku secara bertahap. Hal itu semua
dilakukan untuk menjaga kualitas dan ketersediaan bahan baku agar dapat
Tabel 9. Persediaan SMP dan Gula per Bulan di Gudang Selama Tahun 2005
Bulan SMP Gula
Januari 121 813.91 32 736.63
Februari 196 760.76 62 002.95
Maret 189 096.16 49 033.78
April 8 363.01 60 067.48
Mei 55 902.72 24 291.67
Juni 185 779.51 21 734.54
Juli 90 714.32 20 475.98
Agustus 176 894.36 24 926.55
September 67 245.47 9 942.56
Oktober 60 329.16 14.50
November 46 264.32 2 750.67
Desember 171 624.75 157 232.82
Total 1 370 788.45 465 210.12
Rata-rata 114 232.37 38 767.51
Sumber: PT. Indolakto (diolah), 2006
Persediaan bahan baku SMP dan gula setiap bulannya dapat dilihat pada
Tabel 9. Berdasarkan Tabel. 9 tersebut diketahui bahwa selama tahun 2005, total
86
465 210.12 kg gula. Adanya persediaan ini akan berpengaruh terhadap biaya
Total biaya persediaan bahan baku per tahun adalah total biaya antara
pemesanan bahan baku dan biaya penyimpanan bahan baku. Biaya pemesanan
perusahaan selama tahun 2005 adalah Rp 4 680 115.20 untuk bahan baku SMP
kali pesanan biasanya dilakukan secara bertahap, ya itu beberapa kali dalam
bahan baku gula adalah Rp 818 848.14 dengan frekuensi pemesanan sebanyak 33
kali. Biaya penyimpanan total perusahaan selama tahun 2005 untuk bahan baku
SMP adalah Rp 62 658 740.05 dan Rp 995 549.66 untuk bahan baku gula.
Sehingga biaya persediaan total bahan baku perusahaan selama tahun 2005 adalah
sebesar Rp 67 338 855.25 untuk SMP dan untuk bahan baku gula adalah sebesar
Rp 1 814 397.80. Biaya persediaan total perusahaan untuk bahan baku SMP dan
pemesanan, biaya pemesanan dan biaya penyimpanan bahan baku SMP dan gula
Tabel 10. Biaya Pers ediaan Bahan Baku per tahun periode 2005
menggunakan Metode perusahaan.
Bahan Biaya Pemesanan/tahun Biaya Penyimpanan/tahun Biaya Total
Baku Persediaan
Rp/pesan Frek Total Biaya Rp/kg Jml stock Total Biaya (Rp)
Pemesanan setahun Penyimpanan
per tahun (kg/tahun) per tahun
(Rp/tahun) (Rp/tahun)
SMP 173 337.60 8 1 386 700.80 45.71 1 370 788.45 62 658 740.05 64 045 440.85
Gula 24 813.58 20 496 271.60 2.14 465 210.12 995 549.66 1 491 821.26
Total Biaya Persediaan 65 537 262.11
Sumber: PT. Indolakto (diolah), 2006
87
Selama tahun 2005 perusahaan melakukan pemesanan sebanyak delapan
kali untuk SMP dan dua puluh kali untuk gula. Perusahaan melakukan pemesanan
sebanyak delapan kali untuk SMP karena bahan baku tersebut diperoleh dengan
cara mengimpor dari beberapa negara, dimana biaya pemesanannya yang relatif
pemasok untuk SMP dan tujuh pemasok untuk gula. Dalam rangka memenuhi
Pada Tabel 11. dapat dilihat rincian biaya pembelian bahan baku SMP dan
gula. Kuantitas pembelian bahan baku SMP yang ditujukan untuk produksi UHT
pada tahun 2005 adalah 2 178 414.89 kilogram dengan biaya pembelian sebesar
Rp 47 950 353 659.12. Sedangkan untuk bahan baku gula, kuantitas pembelian
88
Rp 7 859 622 373.48. Biaya pembelian total untuk bahan baku SMP dan gula
yang dilakukan perusahaan pada tahun 2005 adalah Rp 55 809 976 032.60.
dan gula yang digunakan oleh PT. Indolakto merupakan bahan baku untuk
produksi susu UHT yang memiliki sifat permintaan terikat. Sehingga metode
MRP ini dapat digunakan sebagai alternatif bagi perusahaan untuk merencanakan
kebutuhan bahan dan mengelola persediaan bahan baku terutama dalam hal
ukuran lot pemesanan, biaya persediaan, dan besarnya tingkat persediaan. Ada
beberapa macam teknik MRP yang dalam perhitungan besarnya lot yang dipesan.
Teknik MRP tersebut adalah teknik Lot For Lot (LFL), Economic Order Quantity
(EOQ) dan teknik Part Period Balancing (PPB). Namun dalam pembahasan ini
hanya mengkaji teknik EOQ dan PPB sedangkan teknik LFL tidak digunakan
untuk selalu memesan sebesar kebutuhan bersih SMP dan gula yang disesuaikan
dengan waktu tunggu masing- masing bahan tersebut tanpa sediaan pengaman.
rencana penerimaan pesanan. Dalam hal ini, rencana pelaksanaan pesanan sangat
tergantung dari lead time pengadaan bahan baku SMP dan gula tersebut. Dengan
demikian, perusahaan harus memesan SMP dan gula masing- masing pada tiga
bulan dan satu bulan sebelum timbul adanya kebutuhan bersih persediaan bahan
baku tersebut, agar persediaan SMP dan gula tersedia pada saat dibutuhkan.
89
6.2.1 Metode MRP Teknik Economic Order Quantity (EOQ)
pemesanan SMP dan gula sebesar tingkat EOQnya atau sebesar kelipatan dari
EOQ pada setiap kali melakukan pemesanan apabila kebutuhan bersih SMP dan
gula lebih besar dari nilai EOQ. Nilai EOQ untuk bahan baku SMP adalah
sebanyak sembilan kali untuk bahan baku SMP dan sebelas kali untuk bahan baku
gula. Jumlah persediaan di tangan selama tahun 2005 dengan metode EOQ adalah
sebanyak 1 220 357.73 kg untuk bahan baku SMP dan 634 488.53 kg gula.
penyimpanan untuk SMP dan gula masing- masing sebesar Rp 55 782 551.61 dan
Rp 1 357 805.45. Biaya persediaan total SMP dan gula dengan menggunakan
metode EOQ adalah Rp 58 973 344.84. Biaya ini masih lebih kecil dibandingkan
biaya persediaan total yang ditanggung perusahaan. Hal ini disebabkan frekuensi
pemesanan dan jumlah persediaan di tangan selama tahun 2005 dengan metode
Tabel 12. Biaya Persediaan SMP dan Gula dengan Metode EOQ Tahun 2005
Bahan Biaya Pemesanan/tahun Biaya Penyimpanan/tahun Biaya Total
Baku Persediaan
Rp/pesan Frek Total Biaya Rp/kg Jml stock Tot Biaya (Rp/tahun)
Pemesanan setahun Penyimpanan
per tahun (kg/tahun) per tahun
(Rp/tahun) (Rp/tahun)
SMP 173 337.60 9 1 560 038.40 45.71 1 220 357.73 55 782 551.61 57 342 590.01
Gula 24 813.58 11 272 949.38 2.14 634 488.53 1 357 805.45 1 630 754.83
Total 1 832 987.78 57 140 357.06 58 973 344.84
Sumber: PT. Indolakto (diolah), 2006
90
yang relatif tinggi sehingga menyebabkan persediaan perusahaan menjadi besar.
penyimpanan SMP dan gula dengan metode EOQ dapat dilihat pada Tabel 12.
Kuantitas pembelian bahan baku SMP untuk produksi UHT pada tahun
2005 dengan metode EOQ adalah 1 701 369.45 kg dengan biaya pembelian
sebesar Rp 37 449 829 758.23. Sedangkan untuk gula, kuantitas pembelian adalah
1 292 088.25 kg dengan biaya pembelian sebesar Rp 6 721 313 867.68. Kuantitas
pembelian total SMP dan gula dengan metode EOQ adalah Rp 44 171 143 625.91.
Rincian biaya pembelian bahan baku SMP dan gula dengan metode EOQ dapat
baku SMP dan gula sebesar kebutuhan kotor pada suatu periode yang
kumulatif bagian periode yang mendekati nilai Economic Part Period (EPP).
Nilai EPP untuk masing- masing bahan baku diperoleh dari hasil bagi antara biaya
pemesanan per pesanan dengan biaya penyimpanan per kilogram per bulan SMP
dan gula tersebut. Nilai EPP SMP dan gula masing- masing sebesar 3 792.12 dan
11 595.13.
periode bagian yang mendekati nilai EPP untuk bahan baku SMP dan bahan baku
91
gula, yaitu satu periode. Nilai EPP yang menghasilkan periode gabungan satu
selama periode gabungan, dalam hal ini adalah sejumlah kebutuhan kotor satu
pengaman untuk antisipasi terhadap permintaan konsumen, oleh karena itu dalam
Biaya persediaan total selama tahun 2005 dari bahan baku SMP adalah
Rp 48 946 297.45 dan Rp 1 012 441.80 untuk bahan baku gula. Secara
keseluruhan, biaya persediaan total perusahaan selama tahun 2005 dari bahan
baku SMP dan gula dengan teknik PPB adalah sebesar Rp 49 958 739.25. Biaya
persediaan total dengan teknik PPB ini masih lebih rendah bila dibandingkan
pemesanan dan biaya penyimpanan bahan baku SMP dan gula dengan metode
Tabel 13. Biaya Persediaan SMP dan Gula dengan Metode PPB Tahun 2005
Bahan Biaya Pemesanan/tahun Biaya Penyimpanan/tahun Biaya Total
Baku Persediaan
Rp/pesan Frek Total Biaya Rp/kg Jml stock Total Biaya (Rp)
Pemesanan setahun Penyimpanan
per tahun per tahun
SMP 173 337.60 9 1 560 038.40 45.71 1 036 671.60 47 386 259.05 48 946 297.45
Gula 24 813.58 11 272 949.38 2.14 345 557.20 739 492.42 1 012 441.80
Total 1 832 987.78 48 125 751.46 49 958 739.25
Sumber: PT. Indolakto (diolah), 2006
Kuantitas pembelian bahan baku SMP untuk produksi UHT pada tahun
2005 dengan metode PPB adalah 1 686 026.83 kg dengan biaya pembelian
92
sebesar Rp 37 112 114 450.69. Sedangkan kuantitas pembelian bahan baku gula
adalah 1 308 163.72 kg dengan biaya pembelian sebesar Rp 6 804 936 875.66.
Biaya pembelian total SMP dan gula dengan metode PPB adalah sebesar
perusahaan dengan metode MRP teknik EOQ dan PPB selama tahun 2005 dapat
dapat dilihat pada Tabel 14. Perusahaan unggul dalam biaya pemesanan SMP
dibandingkan teknik EOQ dan PPB karena frekuensi pemesanan SMP perusahaan
lebih jarang tetapi berdampak pada biaya penyimpanan yang lebih besar. Hal itu
dilakukan perusahaan lebih sering diband ingkan teknik EOQ dan PPB. Seringnya
penyimpanan yang terlalu lama karena gula mudah membatu. Biaya penyimpanan
teknik EOQ namun masih lebih tinggi dibandingkan dengan teknik PPB.
Metode MRP teknik PPB menghasilkan biaya persediaan total dan juga
biaya pembelian total untuk bahan baku SMP dan gula yang paling kecil bila
Penghematan yang dihasilkan dengan metode PPB tersebut adalah yang terbesar.
Pada Tabel 15 terlihat bahwa penghematan biaya persediaan SMP dan Gula
93
teknik perusahaan. Biaya persediaan gula memiliki persentase terbesar dalam
penghematan dengan metode PPB tersebut. Hal ini dapat dilihat pada Lampiran 6.
Biaya Pembelian Total 55 809 976 032.60 44 171 143 625.91 43 917 051 326.35
Sumber: PT. Indolakto (diolah), 2006
penghematan dari pembelian SMP merupakan yang terbesar. Hal ini terjadi karena
proporsi penggunaan bahan baku SMP untuk pembuatan susu UHT lebih besar
dibandingkan bahan baku gula sehingga sedikit saja perubahan dalam rencana
produksi susu UHT akan berdampak lebih besar terhadap kuantitas kebutuhan
94
6.4 Rekomendasi Alternatif Metode Pengendalian Persediaan Bahan
Baku Berdasarkan Data Historis Perusahaan Tahun 2005
baku SMP dan gula bagi PT. Indolakto. Metode alternatif ini diharapkan dapat
bakunya. Selain itu, tingkat persediaan SMP dan gula perusahaan diharapkan
pengendalian persediaan SMP dan gula perusahaan belum optimal. Hal ini
dibuktikan dengan besarnya biaya persediaan bahan baku SMP dan gula yang
mencapai Rp 65 537 262.11 dan biaya pembelian sebesar Rp 55 809 976 032.60.
lebih sering memesan gula. Sementara metode MRP teknik, EOQ dan PPB
95
Tingginya biaya pembelian SMP dan gula yang ditanggung oleh
perusahaan disebabkan kuantitas selama tahun 2005 yang dibeli perusahaan lebih
banyak diband ingkan dengan metode MRP teknik EOQ dan PPB. Kuantitas
perusahaan adalah 50 persen dari rata-rata kebutuhan bersih SMP setiap periode
(bulan) dan 25 persen dari kebutuhan bersih rata-rata gula setiap periode (bulan).
pemesanan dan biaya penyimpanan yang berdampak pada biaya persediaan yang
kebutuhan bersih lebih dari satu periode. Penggunaan metode PPB ini
(biaya pemesanan dan biaya penyimpanan). Metode ini lebih dinamis dalam
dikeluarkan perusahaan. Selain itu, metode PPB dapat lebih fleksibel dalam
penggabungan kebutuhan bersih SMP dan gula selama periode tertentu jika terjadi
perubahan biaya persediaan. Oleh karena itu metode PPB dapat direkomendasikan
sebagai metode pengendalian persediaan bahan baku SMP dan gula pada
PT. Indolakto.
96
VII. PERENCANAAN BAHAN BAKU
Peramalan dilakukan terhadap angka produksi produk jadi susu UHT PT.
Indolakto. Data historis produksi susu UHT yang digunakan adalah data produksi
bulanan dari tahun 2000 hingga tahun 2005. Metode peramalan yang digunakan
adalah metode terbaik dari beberapa metode yang telah diujikan terhadap data
produksi PT Indolakto dengan kriteria uji yaitu kesesuaian pola data dan nilai
terdapat pada deret data produksi dengan mengamati plot data produksi susu UHT
serta plot autokorelasinya. Berikut ini adalah plot data produksi susu UHT pada
3000
2500
Prod UHT (Ton)
2000
1500
1000
500
0
1 7 14 21 28 35 42 49 56 63 70
Index
Gambar 6. Plot Data Produksi Susu UHT PT. Indolakto Periode 2000-2005
Indolakto tidak stasioner, memiliki unsur tren dan memiliki unsur musiman.
Sebaran data produksi yang tidak berada disekitar garis lurus menunjukkan bahwa
97
data tidak stasioner. Berdasarkan plot autokorelasi (Lampiran 8) menunjukkan
pola data yang tidak stasioner, karena time lag tiga dan empat periode masih
berbeda nyata dengan nol, bahkan sampai periode ke 15 nilai koefisien ACF
masih berada di luar selang kepercayaan (-0.2 s/d 0.2). Data produksi tersebut
ACFnya. Hasil differencing pertama ACF dapat dilihat pada Lampiran 9. Nilai
koefisien ACF setelah differencing pertama menunjukkan bahwa time lag pertama
dan kedua berbeda nyata dengan nol, dan pada time lag ketiga sudah tidak
berbeda nyata dengan nol. Hal tersebut menunjukkan bahwa data sudah stasioner.
Pola data produksi susu UHT PT. Indolakto memiliki kecenderungan yang
positif yaitu memiliki tren yang terus meningkat dari tahun ke tahun. Hal ini
susu UHT. Oleh karena itu, produksi susu UHT perusahaan terus bertambah dari
segi jumlah dan variasi produk. Tahun 2000 total produksi UHT PT. Indolakto
9 695.58 ton pada tahun 2001, 17 259.87 ton pada tahun 2002, 20 710.09 ton pada
tahun 2003, 21 077.37 ton pada tahun 2004, dan 23 037.15 ton pada tahun 2005.
yang memiliki titik tertinggi, terendah dan berulang menandakan adanya unsur
musiman. Hal ini juga terlihat dari data produksi susu UHT pada Lampiran 7 yang
UHT PT. Indolakto mencapai puncaknya pada bulan September dan Oktober
hampir disetiap tahunnya. Hal ini terjadi karena perusahaan memproduksi lebih
banyak untuk mengantisipasi permintaan yang besar menjelang hari raya Idul Fitri
98
dan Natal serta tahun baru. Keadaan ini terus berulang setiap tahunnya sehingga
pola data musiman yang dimiliki oleh data produksi tersebut adalah pola musiman
periode tahun 2006 adalah metode terbaik dari beberapa metode yang telah
bulanan susu UHT periode tahun 2006 karena memberikan nilai MSE terkecil,
yaitu 102 862. Perbandingan nilai MSE pada beberapa model yang diujikan dapat
deret data sehingga dapat dicapai keakuratan peramalan yang lebih baik.
macam yaitu trend, musiman, siklus, dan faktor acak. Apabila dalam suatu deret
memberikan hasil yang optimal dan cukup akurat. Pada deret data produksi susu
UHT PT. Indolakto seperti yang telah dijelaskan sebelumnya terdapat komponen
tren dan musiman sehingga model ini cocok digunakan untuk meramalkan
beberapa periode waktu kedepan dan jika dibandingkan model Winters, model ini
komponen yaitu komponen tren dan musiman. Caranya yaitu dengan menghitung
99
centre moving average (CMA) dengan panjang average 12 (banyaknya periode
dalam satu tahun) sehingga diperoleh data time series yang telah hilang unsur
(Sn+E)t yakni dengan menghitung rata-rata untuk setiap musim. Jumlah indeks
musiman seharusnya sama dengan nol, jika tidak sama dengan nol maka
aktual dengan indeks musiman terkoreksi (IMT), kemudian dapatkan model tren
yang sesuai dengan menggunakan data deseasonalize sebagai variabel tak bebas.
Tabel 16. Hasil Peramalan Produksi Susu UHT Periode Tahun 2006 dengan
Metode Dekomposisi Aditif
Tren Musiman Nilai Ramalan
No Periode
(T) (IMTt) (Y)
73 Januari 2 232 853.80 -514 348.11 1 718 505.69
74 Februari 2 256 537.40 -220 914.01 2 035 623.39
75 Maret 2 280 221.00 64 529.70 2 344 750.70
76 April 2 303 904.60 -204 613.04 2 099 291.56
77 Mei 2 327 588.20 -252 849.45 2 074 738.75
78 Juni 2 351 271.80 136 137.29 2 487 409.09
79 Juli 2 374 955.40 92 828.02 2 467 783.42
80 Agustus 2 398 639.00 -37 582.46 2 361 056.54
81 September 2 422 322.60 552 713.04 2 975 035.64
82 Oktober 2 446 006.20 464 243.77 2 910 249.97
83 November 2 469 689.80 123 482.58 2 593 172.38
84 Desember 2 493 373.40 -203 627.34 2 289 746.06
Total 28 357 363.20 0.00 28 357 363.20
Sumber: PT. Indolakto (diolah), 2006
100
untuk produksi bulanan susu UHT PT. Indolakto periode tahun 2006, yaitu
dengan menjumlahkan komponen tren dan musiman untuk periode tahun 2006
(periode 73 – 84) sehingga diperoleh hasil ramalan seperti pada Tabel 16. Model
jangka pendek (satu tahun). Hal ini didasari oleh perencanaan produksi yang akan
pendek adalah penentuan kegiatan produksi yang akan dilakukan dalam jangka
waktu satu tahun mendatang atau kurang, dengan tujuan untuk mengatur
penggunaan tenaga kerja, persediaan bahan dan fasilitas produksi yang dimiliki
perusahaan pabrik. Oleh karena itu, peramalan yang dilakukan adalah peramalan
produksi susu UHT untuk tahun 2006 yang digunakan untuk merencanakan
2800000
Pro d Hasil Ramalan (kg)
2600000
2400000
2200000
2000000
1800000
1600000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Index
Pola data produksi hasil peramalan tersebut memiliki tren yang meningkat
dari bulan Januari sampai bulan Maret, kemudian mengalami penurunan produksi
pada bulan April sampai bulan Mei. Produksi kembali meningkat pada bulan Juni
101
dan pada bulan Juli menurun kembali sampai bulan Agustus. Produksi mencapai
hingga akhir tahun 2006. Plot data produksi hasil peramalan untuk periode tahun
Produksi susu UHT paling rendah terjadi pada bulan Januari. Hal ini
disebabkan masih tersedianya stock produk jadi susu UHT yang cukup banyak di
akhir tahun 2005. Hal ini menyebabkan perusahaan menetapkan kebijakan untuk
memproduksi lebih sedikit. Selain itu, kapasitas gudang produk jadi masih
2006 produksi mencapai puncaknya, yaitu sebesar 3 063 394.19 kilogram. Hal ini
menjelang hari raya Idul Fitri dan persiapan Natal serta tahun baru 2007.
2000000
Data
1000000
-1000000
1 7 14 21 28 35 42 49 56 63 70
Inde x
Gambar 8. Plot Data Aktual, Ramalan dan Error dari Data Produksi Susu
UHT PT. Indolakto Periode Tahun 2000-2005
pada Gambar. 8. Plot data hasil ramalan menunjukkan sebaran yang mendekati
pola plot data aktualnya. Sedangkan hasil perbandingan antara ramalan dan data
102
aktual produksi susu UHT selama tiga bulan berjalan yaitu dari bulan Januari,
Februari dan Maret tahun 2006 adalah dapat dilihat pada Tabel. 17.
aktual periode tahun 2006 diketahui bahwa selisih data ramalan dan data aktual
produksi pada bulan Januari 2006 adalah sebesar 222 624.31 kg atau sebesar
11.47 persen. Pada bulan Februari, selisih ramalan dan data aktual produksi
adalah sebesar 251 796.61 kg atau sebesar 11.01 persen. Selisih tersebut menurun
hingga pada bulan Maret 2006 selisihnya mencapai 121 590.70 kg atau sebesar
5.47 persen. Ini menunjukkan kecenderungan yang semakin membaik antara hasil
Tabel 17. Perbandingan Hasil Ramalan dengan Data Aktual Produksi Susu
UHT PT. Indolakto Bulan Januari - Maret 2006
Data Ramalan Data Aktual Selisih
Bulan
(Kg) (Kg) (Kg) (%)
Januari 1 718 505.69 1 941 130.00 -222 624.31 11.47
Februari 2 035 623.39 2 287 420.00 -251 796.61 11.01
Maret 2 344 750.70 2 223 160.00 121 590.70 5.47
Total 6 098 879.78 6 451 710.00 -352 830.22 5.47
Sumber: PT. Indolakto (diolah), 2006
tersebut sehingga diperoleh produk yang sesuai dengan target kualitas dan
Namun sering kali hasil peramalan/prakiraan tidak sama persis dengan keadaan
103
aktualnya. Demikian halnya dengan peramalan produksi yang dilakukan dalam
penelitian ini. Ada nilai error yang dihasilkan dari peramalan tersebut yang perlu
diantisipasi. Semakin kecil nilai error tersebut maka peramalan yang dilakukan
semakin baik. Antisipasi persediaan produk jadi susu UHT yang ditetapkan
jumlah penjualan dengan jumlah produksi susu UHT periode tahun 2006. Jumlah
perusahaan di tahun 2005 dengan nilai produksi susu UHT pada tahun 2006. Hasil
Rencana produksi susu UHT untuk periode tahun 2006 diperoleh dari
104
pengaman) dengan persediaan awal tahun 2006. Persediaan awal bulan Januari
tahun 2006 adalah berjumlah 1 215 660 kg. Rencana produksi untuk bulan Januari
2006 didapat dari pengurangan jumlah produksi (hasil ramalan) dan persediaan
Perencanaan kebutuhan bahan baku pada PT. Indolakto untuk produk susu
kemudian perusahaan menentukan berapa bahan baku yang dibutuhkan. Ada dua
formula yang digunakan oleh PT. Indolakto untuk menghasilkan produk susu
UHT, yaitu dengan formula Fresh Milk (FM) dan formula recombined.
Perbedaannya terletak pada penggunaan susu segar sebagai bahan baku dan
menggunakan bahan baku susu segar dan proporsi SMP lebih sedikit. Sedangkan
jika menggunakan formula recombined, maka susu segar tidak digunakan sebagai
bahan baku dan proporsi SMP lebih banyak. Mengingat keterbatasan pasokan
untuk memproduksi susu UHT. Oleh karena itu perencanaan kebutuhan dan
pengendalian persediaan bahan baku pada penelitian ini dikhususkan untuk bahan
baku SMP dan gula yang merupakan komponen utama dalam pembuatan susu
105
Berdasarkan hasil wawancara dengan manajer produksi UHT mengenai
proporsi penggunaan dari masing- masing bahan baku dengan formula recombined
diperoleh bahwa proporsi SMP dalam 1 kilogram susu UHT adalah 9 persen dan
6 persen untuk bahan baku gula. Pada Tabel. 19 dapat dilihat rencana kebutuhan
bahan baku SMP dan gula yang diturunkan dari rencana produksi susu UHT
Tabel 19. Rencana Produksi (kg) dan Rencana Kebutuhan Bahan Baku (kg)
Hasil Proyeksi Bulanan Tahun 2006
Rencana Kebutuhan Bahan Baku
Rencana Produksi (kg)
Bulan Susu UHT (kg) SMP Gula
Januari 553 885.31 49 849.68 33 233.12
Februari 2 096 081.40 188 647.33 125 764.88
Maret 2 414 389.80 217 295.08 144 863.39
April 2 161 640.52 194 547.65 129 698.43
Mei 2 136 358.50 192 272.26 128 181.51
Juni 2 561 285.14 230 515.66 153 677.11
Juli 2 541 076.59 228 696.89 152 464.60
Agustus 2 431 179.92 218 806.19 145 870.80
September 3 063 394.19 275 705.48 183 803.65
Oktober 2 996 684.39 269 701.60 179 801.06
November 2 670 189.60 240 317.06 160 211.38
Desember 2 357 751.52 212 197.64 141 465.09
Total 27 983 916.89 2 518 552.52 1 679 035.01
Rata-rata kebutuhan per bulan 209 879.38 139 919.58
Sumber: PT. Indolakto (diolah), 2006
Rencana kebutuhan bahan baku pada bulan Januari 2006 untuk SMP
adalah sebesar 49 849.68 kg (0.09 x 553 885.31 kg) dan kebutuhan bahan baku
gula adalah sebesar 33 233.12 kg (0.06 x 553 885.31 kg). Kebutuhan untuk bulan
berikutnya didapat dengan cara yang sama seperti perhitungan pada bulan Januari.
Total kebutuhan selama tahun 2006 adalah sebesar 2 518 552.52 kg untuk bahan
baku SMP, dan untuk bahan baku gula sebesar 1 679 035.01 kg. Rata-rata
106
kebutuhan per bulan untuk bahan baku SMP adalah 209 879.38 kg dan untuk
bahan baku gula adalah 139 919.58 kg. Jika dibandingkan kebutuhan bahan baku
SMP dan gula pada tahun 2005, kebutuhan SMP dan gula pada tahun 2006
meningkat sebesar 21.47 persen. Hal ini disebabkan oleh peningkatan produksi
susu UHT tahun 2006 sebesar 21.47 persen dibandingkan produksi tahun 2005.
Bila dilihat dari total kebutuhan bahan baku perusahaan, proporsi bahan
baku gula yang digunakan untuk produksi susu UHT adala h sebesar 5.99 persen
dari total kebutuhan bahan baku gula perusahaan. Sementara 94.01 persen
kebutuhan gula perusahaan ditujukan sebagai bahan baku SKM. Hal ini
bakunya. Sedangkan proporsi bahan baku SMP untuk produksi UHT adalah 30.72
persen dari total kebutuhan bahan baku SMP perusahaan dan sisanya ditujukan
bahan baku SMP dan gula perusahaan pada tahun 2005 menghasilkan
persediaan bahan baku SMP dan gula pada PT. Indolakto. Oleh karena itu,
penelitian ini menganalisis lebih lanjut penggunaan metode MRP teknik PPB
tahun selanjutnya, dalam hal ini tahun 2006. Adapun biaya pemesanan dan biaya
107
Teknik PPB berusaha menyeimbangkan biaya pemesanan dan biaya
bagian yang ekonomis/Economic Part Period (EPP). Metode ini lebih dinamis
daripada metode EOQ karena metode PPB dapat menggunakan jumlah pesanan
yang berbeda untuk setiap pesanan. EPP dihitung dengan rumus sebagai berikut:
S
EPP =
H
Dimana,
S = Biaya pemesanan per pesanan
H = Biaya penyimpanan per unit per periode
EPP bahan baku SMP adalah 3 792.12 dan EPP bahan baku gula adalah
akumulasi periode bagian yang mendekati nilai EPP untuk bahan baku SMP
adalah satu periode dan untuk bahan baku gula adalah satu periode. Hasil tersebut
digunakan dalam perhitungan MRP teknik PPB pada Lampiran 23 dan 24.
Persediaan akhir tahun 2005 merupakan persediaan awal tahun 2006, yaitu
171 624.75 kg untuk SMP dan 156 445.35 kg untuk gula. Dengan tetap
kali dengan biaya pemesanan sebesar Rp 1 560 038.40 selama satu tahun dan
tahun 2006 diperkirakan sebanyak 106 342.64 kg untuk SMP dan 42 332.59 kg
untuk bahan baku gula. Tingkat persediaan tersebut masih berada di atas sediaan
pengaman yang ditetapkan perusahaan yaitu 104 940 kg untuk SMP dan 34 980
108
kg untuk gula. Dengan tingkat persediaan tersebut diharapkan perusahaan tidak
Tabel 20. Biaya Persediaan SMP dan Gula dengan Metode PPB Tahun 2006
Bahan Biaya Pemesanan/tahun Biaya Penyimpanan/tahun Biaya Total
Baku Persediaan
Rp/pesan Frek Total Biaya Rp/kg Jml stock Total Biaya (Rp/tahun)
Pemesanan setahun Penyimpanan
per tahun (kg/tahun) per tahun
(Rp/tahun) (Rp/tahun)
SMP 173 337.60 9 1 560 038.40 45.71 1 276 111.64 58 331 063.10 59 891 101.50
Gula 24 813.58 11 272 949.38 2.14 507 991.09 1 087 100.93 1 360 050.31
Total 61 251 151.80
Sumber: PT. Indolakto (diolah), 2006
Biaya persediaan yang dihasilkan selama tahun 2006 untuk SMP adalah
Rp 59 891 101.50 dan Rp 1 360 050.31 untuk gula dengan frekuensi pemesanan
untuk SMP adalah sebanyal sembilan kali dan sebelas kali untuk gula. Perincian
biaya persediaan yang ditanggung perusahaan dengan metode MRP teknik PPB
Tabel 21. Biaya Pembelian SMP dan Gula dengan Metode PPB Tahun 2006
Kuantitas Harga beli + Biaya Biaya Bongkar Biaya Pembelian
tranportasi Muat Total
(Rp/kg) (Rp/kg)
SMP 2 062 760.43 22 009.68 1.90 45 404 616 226
Gula 1 557 569.57 5 200.00 1.90 8 102 321 127
Biaya Pembelian Total 53 506 937 352
Sumber: PT. Indolakto (diolah), 2006
Pada Tabel 21. dapat dilihat rincian biaya pembelian bahan baku SMP dan
gula dengan metode PPB tahun 2006. Kuantitas pembelian bahan baku SMP
untuk produksi UHT pada tahun 2006 dengan metode PPB adalah 2 062 760.43
kilogram dan 1 557 569.57 kilogram untuk bahan baku gula. Biaya pembelian
total SMP dan gula dengan metode PPB tahun 2006 adalah Rp 53 506 937 352.
109
kontribusi terbesar dalam biaya total pembelian perusahaan karena nilai SMP itu
perusahaan dengan metode MRP teknik PPB untuk periode tahun 2006 dilakukan
Penghematan yang dihasilkan oleh metode PPB pada tahun 2006 adalah
sebesar 6.54 persen terhadap biaya persediaan SMP dan gula, dimana persentase
dari biaya pembelian yang dihasilkan dengan metode PPB adalah sebesar 4.13
Pemboran tersebut terjadi karena dengan me tode PPB, frekuensi pembelian gula
menjadi lebih jarang namun dengan kuantitas yang lebih banyak dibandingkan
Tabel 22. Perbandingan Biaya Persediaan Total SMP dan Gula Metode
PPB Tahun 2006 dengan Metode Perusahaan Tahun 2005
Uraian Perusahaan PPB Penghematan (%)
Biaya Persediaan Total 65 537 262.11 61 251 151.80 4 286 110.31 6.54
Biaya Pembelian SMP 47 950 353 659.12 45 404 616 226 2 545 737 433.00 5.31
Biaya Pembelian Gula 7 859 622 373.48 8 102 321 127 -242 698 753.50 (3.09)
Biaya Pembelian Total 55 809 976 032.60 53 506 937 352.00 2 303 038 681.00 4.13
Sumber: PT. Indolakto (diolah), 2006
110
7.6 Rekomendasi Alternatif Metode Pengendalian Persediaan Bahan
Baku untuk Periode Selanjutnya
bahan baku SMP dan gula PT. Indolakto tahun 2006 yang didukung oleh analisis
pengendalian persediaan bahan baku SMP dan gula pada tahun 2005, maka dapat
yang optimal bagi PT. Indolakto. Metode alternatif ini diharapkan dapat
dan gula untuk periode tahun 2006 menunjukkan bahwa teknik peramalan
untuk pengendalian persediaan bahan baku khususnya bahan baku SMP dan gula
pada PT. Indolakto dapat menggunakan metode PPB sebagai alternatif karena
ini didasarkan atas analisis pengendalian persediaan perusahaan pada tahun 2005.
biaya persediaan yang dihasilkan melalui metode PPB dari pada metode
111
pengendalian yang digunakan perusahaan. Selain itu, hasil analisis pengendalian
persediaan bahan baku SMP dan gula pada tahun 2006 menunjukkan bahwa
dengan metode PPB, perusahaan masih dapat menghemat biaya persediaan dan
ini mempunyai kebijakan untuk selalu mengadakan persediaan bahan baku untuk
biaya penyimpanan. Semakin besar jumlah persediaan, maka semakin besar pula
barang dibuat secara bertahap seperti yang telah dilakukan perusahaan selama ini
biaya pemesanan dan biaya penyimpanan yang dikeluarkan perusahaan. Selain itu,
metode PPB dapat lebih fleksibel dalam penggabungan kebutuhan bersih SMP
dan gula selama periode tertentu jika terjadi perubahan biaya persediaan. Metode
PPB juga dapat menggabungkan periode gabungan lebih dari satu periode
kebutuhan bersih bahan baku. Hal ini tergantung dari penyeimbangan antara biaya
112
VIII. KESIMPULAN DAN SARAN
8.1 Kesimpulan
1. Sistem pengadaan dan pengendalian persediaan bahan baku susu UHT di PT.
Indolakto belum optimal dari segi biaya persediaan. Hal ini ditunjukkan dari
pengendalian menggunakan metode MRP teknik EOQ dan PPB. Metode MRP
perusahaan.
2. Ada suatu rencana yang lebih tepat untuk mengatasi adanya perubahan-
3. Perencanaan kebutuhan bahan baku susu UHT pada PT. Indolakto melalui
akibat dari meningkatnya jumlah produksi susu UHT di tahun 2006. Total
produksi susu UHT pada tahun 2006 diperkirakan naik 21.47 persen menjadi
4. Metode MRP teknik PPB dapat dijadikan model alternatif dalam sistem
persediaan bahan bakunya Analisis dengan metode MRP teknik PPB yang
persediaan rata-rata bahan baku untuk kebutuhan produksi susu UHT setiap
113
bulannya sebesar 106 342.64 kg untuk SMP dan 42 332.59 kg untuk gula.
Frekuensi pemesanan SMP dan gula masing- masing sebanyak sembilan kali
perusahaan adalah 6.54 persen dan 4.13 persen terhadap biaya pembelian SMP
dan gula.
8.2 Saran
1. Metode MRP teknik PPB yang disesuaikan dengan kondisi perusahaan dapat
peningkatan produksi susu UHT di tahun 2006, terutama pada saat produksi
perlu didukung dengan koordinasi yang baik diantara berbagai pihak seperti
114
DAFTAR PUSTAKA
Astuti, Dewi. 2002. Analisis Pengendalian Persediaan Bahan Baku susu (Studi
Kasus: PT. Mirota KSM Inc., Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman,
Daerah Istimewa Yogyakarta. Skripsi. Jurusan Ilmu- ilmu Sosial Ekonomi
Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Buffa, E.S. dan R.K. Sarin. 1996. Manajemen Operasi dan Produksi Modern.
Edisi kedelapan. Jilid I. Binarupa Aksara. Jakarta.
Handoko, T.H. 1997. Dasar-dasar Manajemen Produksi dan Operasi. Edisi kesatu.
BPFE. Yogyakarta.
Herjanto, Eddy. 1999. Manajemen Produksi dan Operasi. Edisi kedua. Grasindo.
Jakarta.
Makridakis, et al. 1999. Metode dan Aplikasi Peramalan. Edisi kedua. Jilid satu.
Binarupa Aksara. Jakarta.
Pappas, J.L. dan Mark Hirschey. 1995. Ekonomi Manajerial. Edisi keenam. Jilid
satu. Binarupa Aksara. Jakarta.
115
Rajagukguk, F.H. 2004. Analisis Pengadaan dan Pengendalian Persediaan Bahan
Baku Susu Olahan (Studi kasus di PT. Indomilk). Skripsi. Departemen
Ilmu- ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Rusell, R.S. dan B.W. Taylor. 2003. Operations management. 4th Edition.
Prentice Hall Inc. New Jersey.
Sary, I.I. 2004. Peramalan Produksi dan Pengendalian Persediaan Bahan Baku
Kelapa Pada PT. Riau Sakti United Plantations. Skripsi. Departemen Ilmu-
Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian
Bogor.
Situs Bank Indonesia. 2005. Tingkat Suku Bunga Pinjaman Berjangka Rupiah
Menurut Kelompok Bank. Bank Umum-12 Bulan.
http://www.bi.go.id/Utama/Data statistik/. [20 Mei 2006]
Sugiarto, et al. 2000. Peramalan Bisnis. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
116
117
Lampiran 1. Denah lokasi pabrik PT. Indolakto
118
Lampiran 2. Denah tata letak pabrik PT. Indolakto
119
Lampiran 3. Stuktur Organisasi PT. Indolakto
SCM Processing
Manager
Senior Milk Prossesing Manager
CEO
Deputy CEO UHT Production
Chief Engineer Manager
Secretary Technical
Advisor Environment Officer
Purchase Manager
Finance Manager
Accounting Manager,
IT Manager
Logistic Manager
120
Lampiran 4. Diagram alir Proses Pengolahan Susu UHT
Persiapan Bahan
Dumping
Mixing
Pasteurisasi 87 o C, 30 detik
Aseptic Tank
Aseptic Filling
Pengemasan
Palletizing
Penyimpanan/Finish Good
121
Lampiran 5. Bagan Alir Prosedur Pengadaan Bahan Baku di Warehouse
Raw Material
Supplier/Pembawa
Barang
Penimbangan OK
Bongkar Muat
Penyimpanan
122
Lampiran 6. Perbandingan dan Penghematan Biaya Antara Metode
Pengendalian Persediaan SMP dan Gula Tahun 2005
B. Pemesanan SMP Per tahun 1 386 700.80 1 560 038.40 1 560 038.40
B. Pemesanan Gula Per tahun 496 271.60 272 949.38 272 949.38
B. Penyimpanan SMP per tahun 62 658 740.05 55 782 551.61 47 386 259.05
B. Penyimpanan Gula per tahun 995 549.66 1 357 805.45 739 492.42
Biaya Pembelian SMP 47 950 353 659.12 37 449 829 758.23 37 112 114 450.69
Biaya Pembelian Gula 7 859 622 373.48 6 721 313 867.68 6 804 936 875.66
Biaya Pembelian Total 55 809 976 032.60 44 171 143 625.91 43 917 051 326.35
123
Lampiran 7. Data Produksi Bulanan Susu UHT PT. Indolakto
Tahun 2000-2005
124
Lampiran 7. Data Produksi Bulanan Susu UHT PT. Indolakto
Tahun 2000-2005 (Lanjutan)
125
Lampiran 8. Plot Autokorelasi (ACF) dan Autokorelasi Parsial (PACF)
Produksi Susu UHT
a. Autokorelasi (ACF) Produksi Susu UHT
ACF Prod UHT
1.0
0.8
0.6
0.4
A utocorrelation
0.2
0.0
-0.2
-0.4
-0.6
-0.8
-1.0
1 5 10 15 20 25 30 35
Lag
1.0
0.8
0.6
Partial A utocorrelation
0.4
0.2
0.0
-0.2
-0.4
-0.6
-0.8
-1.0
1 5 10 15 20 25 30 35
Lag
126
Lampiran 9. Hasil Differensing pertama Autokorelasi (ACF d1) dan Parsial
Autokorelasi (PACF d1)
a. Autokorelasi Differens 1 Produksi Susu UHT
ACF Prod UHT (d1 )
1.0
0.8
0.6
0.4
Autocorre lation
0.2
0.0
-0.2
-0.4
-0.6
-0.8
-1.0
1 5 10 15 20 25 30 35
La g
1.0
0.8
0.6
Par tia l A utocorre lat ion
0.4
0.2
0.0
-0.2
-0.4
-0.6
-0.8
-1.0
1 5 10 15 20 25 30 35
La g
127
Lampiran 10. Perbandingan Nilai MSE dari Beberapa Model Time Series
yang Diujikan.
128
Lampiran 12. Metode Dekomposisi Model Aditif (L= 12)
No Thn Bln Prod UHT Mat CMAt (Sn+E)t IMT Dt Dugaan Ýt [Error]t
(t) (Ton) (Snt) Trend
1 2 3 4 5 6=3-5 7 8=3-7 9 10=9+7 [3-10]
1 2000 Jan 254,331.82 -514,348.11 768,679.93 527,634.60 13,286.49 241,045.33
129
No Thn Bln Prod UHT Mat CMAt (Sn+E)t IMT Dt Dugaan Ýt [Error]t
(t) (Ton) (Snt) Trend
14 Feb 792,160.39 816,568.18 -24,407.78 -220,914.01 1,013,074.41 835,521.40 614,607.39 177,553.01
815,295.17
15 Mart 806,742.11 808,276.33 -1,534.22 64,529.70 742,212.40 859,205.00 923,734.70 -116,992.60
801,257.50
16 Apr 454,503.64 799,442.53 -344,938.89 -204,613.04 659,116.68 882,888.60 678,275.56 -223,771.92
797,627.57
17 Mei 381,338.05 802,566.26 -421,228.22 -252,849.45 634,187.49 906,572.20 653,722.75 -272,384.71
807,504.95
18 Jun 817,524.40 807,734.89 9,789.51 136,137.29 681,387.11 930,255.80 1,066,393.09 -248,868.69
807,964.82
19 Jul 838,758.69 807,084.93 31,673.75 92,828.02 745,930.67 953,939.40 1,046,767.42 -208,008.73
806,205.05
20 Agst 715,459.07 819,929.41 -104,470.34 -37,582.46 753,041.53 977,623.00 940,040.54 -224,581.47
833,653.78
21 Sept 1,199,696.90 866,999.15 332,697.75 552,713.04 646,983.86 1,001,306.60 1,554,019.64 -354,322.74
900,344.51
22 Okt 1,210,890.91 942,641.94 268,248.97 464,243.77 746,647.14 1,024,990.20 1,489,233.97 -278,343.06
984,939.37
23 Nov 1,134,893.75 1,022,462.25 112,431.50 123,482.58 1,011,411.17 1,048,673.80 1,172,156.38 -37,262.63
1,059,985.12
24 Des 870,773.38 1,102,222.72 -231,449.35 -203,627.34 1,074,400.71 1,072,357.40 868,730.06 2,043.31
1,144,460.32
25 2002 Jan 451,719.27 1,174,280.01 -722,560.74 -514,348.11 966,067.38 1,096,041.00 581,692.89 -129,973.62
1,204,099.71
26 Feb 1,121,545.21 1,220,348.69 -98,803.48 -220,914.01 1,342,459.23 1,119,724.60 898,810.59 222,734.63
1,236,597.68
27 Mart 1,607,030.90 1,266,375.54 340,655.36 64,529.70 1,542,501.20 1,143,408.20 1,207,937.90 399,093.00
1,296,153.40
28 Apr 1,469,641.88 1,317,157.41 152,484.47 -204,613.04 1,674,254.92 1,167,091.80 962,478.76 507,163.12
1,338,161.42
130
No Thn Bln Prod UHT Mat CMAt (Sn+E)t IMT Dt Dugaan Ýt [Error]t
(t) (Ton) (Snt) Trend
29 Mei 1,281,887.13 1,367,956.23 -86,069.10 -252,849.45 1,534,736.58 1,190,775.40 937,925.95 343,961.18
1,397,751.05
30 Jun 1,831,226.78 1,418,036.80 413,189.98 136,137.29 1,695,089.49 1,214,459.00 1,350,596.29 480,630.49
1,438,322.56
31 Jul 1,554,431.28 1,476,662.00 77,769.28 92,828.02 1,461,603.26 1,238,142.60 1,330,970.62 223,460.66
1,515,001.44
32 Agst 1,105,434.78 1,535,505.74 -430,070.96 -37,582.46 1,143,017.24 1,261,826.20 1,224,243.74 -118,808.96
1,556,010.04
33 Sept 1,914,365.53 1,570,704.15 343,661.38 552,713.04 1,361,652.49 1,285,509.80 1,838,222.84 76,142.69
1,585,398.25
34 Okt 1,714,987.14 1,587,888.39 127,098.74 464,243.77 1,250,743.37 1,309,193.40 1,773,437.17 -58,450.03
1,590,378.54
35 Nov 1,849,969.29 1,589,235.74 260,733.55 123,482.58 1,726,486.71 1,332,877.00 1,456,359.58 393,609.71
1,588,092.94
36 Des 1,357,631.54 1,590,085.46 -232,453.92 -203,627.34 1,561,258.88 1,356,560.60 1,152,933.26 204,698.28
1,592,077.97
37 2003 Jan 1,371,865.84 1,594,632.80 -222,766.96 -514,348.11 1,886,213.95 1,380,244.20 865,896.09 505,969.75
1,597,187.63
38 Feb 1,613,648.44 1,645,756.30 -32,107.86 -220,914.01 1,834,562.45 1,403,927.80 1,183,013.79 430,634.65
1,694,324.97
39 Mart 1,959,689.36 1,716,359.41 243,329.95 64,529.70 1,895,159.66 1,427,611.40 1,492,141.10 467,548.26
1,738,393.84
40 Apr 1,529,405.34 1,750,689.08 -221,283.74 -204,613.04 1,734,018.38 1,451,295.00 1,246,681.96 282,723.38
1,762,984.32
41 Mei 1,254,459.96 1,757,727.20 -503,267.24 -252,849.45 1,507,309.41 1,474,978.60 1,222,129.15 32,330.81
1,752,470.08
42 Jun 1,879,047.18 1,739,155.47 139,891.71 136,137.29 1,742,909.89 1,498,662.20 1,634,799.49 244,247.69
1,725,840.85
43 Jul 1,615,747.18 1,710,049.76 -94,302.58 92,828.02 1,522,919.16 1,522,345.80 1,615,173.82 573.36
1,694,258.67
131
No Thn Bln Prod UHT Mat CMAt (Sn+E)t IMT Dt Dugaan Ýt [Error]t
(t) (Ton) (Snt) Trend
44 Agst 2,271,082.85 1,676,581.88 594,500.97 -37,582.46 2,308,665.30 1,546,029.40 1,508,446.94 762,635.90
1,658,905.09
45 Sept 2,443,192.00 1,644,013.74 799,178.26 552,713.04 1,890,478.96 1,569,713.00 2,122,426.04 320,765.96
1,629,122.38
46 Okt 2,010,072.92 1,619,580.54 390,492.38 464,243.77 1,545,829.15 1,593,396.60 2,057,640.37 -47,567.45
1,610,038.70
47 Nov 1,723,798.38 1,629,199.40 94,598.98 123,482.58 1,600,315.80 1,617,080.20 1,740,562.78 -16,764.40
1,648,360.10
48 Des 1,038,080.76 1,648,491.78 -610,411.02 -203,627.34 1,241,708.10 1,640,763.80 1,437,136.46 -399,055.70
1,648,623.47
49 2004 Jan 992,879.64 1,671,971.07 -679,091.43 -514,348.11 1,507,227.75 1,664,447.40 1,150,099.29 -157,219.65
1,695,318.67
50 Feb 1,189,405.54 1,660,241.09 -470,835.55 -220,914.01 1,410,319.55 1,688,131.00 1,467,216.99 -277,811.45
1,625,163.52
51 Mart 1,602,296.82 1,624,072.52 -21,775.70 64,529.70 1,537,767.12 1,711,814.60 1,776,344.30 -174,047.48
1,622,981.52
52 Apr 1,300,401.12 1,657,544.37 -357,143.25 -204,613.04 1,505,014.16 1,735,498.20 1,530,885.16 -230,484.04
1,692,107.22
53 Mei 1,714,316.84 1,692,035.38 22,281.46 -252,849.45 1,967,166.29 1,759,181.80 1,506,332.35 207,984.49
1,691,963.55
54 Jun 1,882,207.54 1,724,205.44 158,002.10 136,137.29 1,746,070.25 1,782,865.40 1,919,002.69 -36,795.15
1,756,447.34
55 Jul 2,176,089.60 1,766,511.45 409,578.15 92,828.02 2,083,261.58 1,806,549.00 1,899,377.02 276,712.58
1,776,575.57
56 Agst 1,429,221.08 1,784,765.68 -355,544.60 -37,582.46 1,466,803.54 1,830,232.60 1,792,650.14 -363,429.06
1,792,955.79
57 Sept 2,417,008.02 1,796,323.79 620,684.24 552,713.04 1,864,294.98 1,853,916.20 2,406,629.24 10,378.78
1,799,691.79
58 Okt 2,839,581.28 1,815,460.33 1,024,120.95 464,243.77 2,375,337.51 1,877,599.80 2,341,843.57 497,737.71
1,831,228.87
132
No Thn Bln Prod UHT Mat CMAt (Sn+E)t IMT Dt Dugaan Ýt [Error]t
(t) (Ton) (Snt) Trend
59 Nov 1,722,074.34 1,827,160.25 -105,085.91 123,482.58 1,598,591.76 1,901,283.40 2,024,765.98 -302,691.64
1,823,091.64
60 Des 1,811,886.20 1,822,669.47 -10,783.27 -203,627.34 2,015,513.54 1,924,967.00 1,721,339.66 90,546.54
1,822,247.30
61 2005 Jan 1,234,418.42 1,818,411.07 -583,992.65 -514,348.11 1,748,766.53 1,948,650.60 1,434,302.49 -199,884.07
1,814,574.83
62 Feb 1,385,968.16 1,837,666.26 -451,698.10 -220,914.01 1,606,882.17 1,972,334.20 1,751,420.19 -365,452.03
1,860,757.69
63 Mart 1,683,128.82 1,894,438.39 -211,309.57 64,529.70 1,618,599.12 1,996,017.80 2,060,547.50 -377,418.68
1,928,119.10
64 Apr 1,678,846.12 1,904,312.60 -225,466.48 -204,613.04 1,883,459.16 2,019,701.40 1,815,088.36 -136,242.24
1,880,506.11
65 Mei 1,616,670.10 1,865,916.92 -249,246.82 -252,849.45 1,869,519.55 2,043,385.00 1,790,535.55 -173,865.45
1,851,327.74
66 Jun 1,872,075.46 1,885,544.99 -13,469.53 136,137.29 1,735,938.17 2,067,068.60 2,203,205.89 -331,130.43
1,919,762.24
67 Jul 2,084,019.96 92,828.02 1,991,191.94 2,090,752.20 2,183,580.22 -99,560.26
133
Lampiran 13. Penentuan Ukuran Lot dengan Menggunakan EPP untuk
Bahan Baku SMP Tahun 2005
Periode Kebutuhan Lama Periode-bagian Akumulasi
bersih SMP Penyimpanan Periode Bagian
1 111 097.66 0 0 0
1, 2 124 737.13 1 124 737.13 124 737.13
1, 2, 3 151 481.59 2 302 963.18 427 700.31
4 151 096.15 0 0 0
4, 5 145 500.31 1 145 500.31 145 500.31
4, 5, 6 168 486.79 2 336 973.58 482 473.89
7 187 561.80 0 0 0
7, 8 178 507.38 1 178 507.38 178 507.38
7, 8, 9 290 281.05 2 580 562.10 759 069.48
10 204 140.28 0 0 0
10, 11 123 474.06 1 123 474.06 123 474.06
10, 11, 12 236 979.01 2 473 958.02 597 432.08
EPP SMP = 3 792.12
Lampiran 14. Penent uan Ukuran Lot dengan Menggunakan EPP untuk
Bahan Baku Gula
Periode Kebutuhan Lama Periode-bagian Akumulasi
bersih Gula Penyimpanan Periode Bagian
1 74 065.11 0 0 0
1, 2 83 158.09 1 83 158.09 83 158.09
1, 2, 3 100 987.73 2 201 975.46 285 133.55
4 100 730.77 0 0 0
4, 5 97 000.21 1 97 000.21 97 000.21
4, 5, 6 112 324.53 2 224 649.06 321 649.26
7 125 041.20 0 0 0
7, 8 119 004.92 1 119 004.92 119 004.92
7, 8, 9 193 520.70 2 387 041.40 506 046.33
10 136 093.52 0 0 0
10, 11 82 316.04 1 82 316.04 82 316.04
10, 11, 12 157 986.01 2 315 972.02 398 288.06
EPP Gula = 11 595.13
134
Lampiran 15. MRP untuk Bahan Baku SMP dengan Teknik EOQ Tahun 2005 (EOQ SMP = 36 199.35 kg) (buffer stock = 86 389.30 kg)
Periode (bulan) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Kebutuhan (kg) 111097.66 124737.13 151481.59 151096.15 145500.31 168486.79 187561.80 178507.38 290281.05 204140.28 123474.06 236979.01
Sediaan di tangan a (66 553.80) 114244.14 98105.06 91420.87 121321.47 120618.56 96929.17 90364.12 92853.49 92167.24 105223.06 90347.05 106763.49
b
Penerimaan Terjadwal 158788.00 108598.05 144797.40 180996.75 144797.40 144797.40 180996.75 180996.75 289594.80 217196.10 108598.05 253395.45
Kebutuhan Bersih 44543.86 10492.99 53376.53 59675.28 24178.84 47868.23 90632.63 88143.26 197427.56 111973.04 18251.00 146631.96
Pesanan yang direncanakan 180996.75 144797.40 144797.40 180996.75 180996.75 289594.80 217196.10 108598.05 253395.45 0 0 0
Lampiran 16. MRP untuk Bahan Baku Gula dengan Teknik EOQ Tahun 2005 (EOQ Gula = 51 683.53 kg) (buffer stock = 28 796.43 kg)
Periode (minggu) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Kebutuhan (kg) 74065.11 83158.09 100987.73 100730.77 97000.21 112324.53 125041.2 119004.92 193520.7 136093.52 82316.04 157986.01
a
Sediaan di tangan (28 547.86) 57849.81 78058.78 80438.11 31390.87 37757.72 28800.25 58809.64 43171.78 56385.2 75342.27 44709.76 41774.34
Penerimaan Terjadwal b 103367.06 103367.06 103367.06 51683.53 103367.06 103367.06 155050.59 103367.06 206734.12 155050.59 51683.53 155050.59
Kebutuhan Bersih 45517.25 25308.28 22928.95 20292.66 65609.34 74566.81 96240.95 60195.28 150348.92 79708.32 6973.77 113276.25
Pesanan yang direncanakan 103367.06 103367.06 51683.53 103367.06 103367.06 155050.59 103367.06 206734.12 155050.59 51683.53 155050.59 0
Lampiran 17. Biaya Pembelian SMP dan Gula dengan Metode EOQ Tahun 2005
Kuantitas Harga beli + Biaya Biaya Bongkar Muat Biaya Pembelian Total
tranportasi
(Rp/kg) (Rp/kg)
SMP 1 701 369.45 22 009.68 1.90 37 449 829 758.23
Gula 1 292 088.25 5 200.00 1.90 6 721 313 867.68
Biaya Pembelian Total 44 171 143 625.91
135
Lampiran 18. MRP Teknik PPB yang disesuaikan untuk Bahan Baku SMP Tahun 2005 dengan sediaan pengaman 50%
Periode (bulan) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Kebutuhan (kg) 111097.66 124737.13 151481.59 151096.15 145500.31 168486.79 187561.8 178507.38 290281.05 204140.28 123474.06 236979.01
Sediaan di tangan a (66 553.80 kg) 86389.30 86389.30 86389.30 86389.30 86389.30 86389.30 86389.30 86389.30 86389.30 86389.30 86389.30 86389.30
b
Penerimaan Terjadwal 130933.16 124737.13 151481.59 151096.15 145500.31 168486.79 187561.80 178507.38 290281.05 204140.28 123474.06 236979.01
Kebutuhan Bersih 44543.86 38347.83 65092.29 64706.85 59111.01 82097.49 101172.50 92118.08 203891.75 117750.98 37084.76 150589.71
Pesanan yang direncanakan 151096.15 145500.31 168486.79 187561.80 178507.38 290281.05 204140.28 123474.06 236979.01 0.00 0 0
Lampiran 19. MRP Teknik PPB yang disesuaikan untuk Bahan Baku Gula Tahun 2005 (buffer 25%)
Periode (minggu) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Kebutuhan (kg) 74,065.11 83,158.09 100,987.73 100,730.77 97,000.21 112,324.53 125,041.20 119,004.92 193,520.70 136,093.52 82,316.04 157,986.01
Sediaan di tangan a (28 547.86) 28,796.43 28,796.43 28,796.43 28,796.43 28,796.43 28,796.43 28,796.43 28,796.43 28,796.43 28,796.43 28,796.43 28,796.43
Penerimaan Terjadwal b 74,313.68 83,158.09 100,987.73 100,730.77 97,000.21 112,324.53 125,041.20 119,004.92 193,520.70 136,093.52 82,316.04 157,986.01
Kebutuhan Bersih 45,517.25 54,361.66 72,191.30 71,934.34 68,203.78 83,528.10 96,244.77 90,208.49 164,724.27 107,297.09 53,519.61 129,189.58
Pesanan yang direncanakan 83,158.09 100,987.73 100,730.77 97,000.21 112,324.53 125,041.20 119,004.92 193,520.70 136,093.52 82,316.04 157,986.01 0
Tabel 20. Biaya Pembelian SMP dan Gula dengan Metode PPB Tahun 2005
Kuantitas Harga beli + Biaya Biaya Bongkar Muat Biaya Pembelian Total
tranportasi (Rp/kg)
(Rp/kg)
136
Lampiran 21. Penentuan Ukuran Lot dengan Menggunakan EPP untuk
Bahan Baku SMP Tahun 2006
1 49849.678 0 0 0
1, 2 188647.33 1 188,647.33 188,647.33
1, 2, 3 217295.08 2 434,590.16 623,237.49
4 194547.65 0 0.00 0.00
4, 5 192272.26 1 192,272.26 192,272.26
4, 5, 6 230515.66 2 461,031.33 653,303.59
7 228696.89 0 0.00 0.00
7, 8 218806.19 1 218,806.19 218,806.19
7, 8, 9 275705.48 2 551,410.96 770,217.15
10 269701.6 0 0.00 0.00
10, 11 240317.06 1 240,317.06 240,317.06
10, 11, 12 212197.64 2 424,395.27 664,712.34
EPP SMP = 3 792.12
1 33233.119 0 0 0
1, 2 125764.88 1 125,764.88 125,764.88
1, 2, 3 144863.39 2 289,726.78 415,491.66
4 129698.43 0 0.00 0.00
4, 5 128181.51 1 128,181.51 128,181.51
4, 5, 6 153677.11 2 307,354.22 435,535.73
7 152464.6 0 0.00 0.00
7, 8 145870.8 1 145,870.80 145,870.80
7, 8, 9 183803.65 2 367,607.30 513,478.10
10 179801.06 0 0.00 0.00
10, 11 160211.38 1 160,211.38 160,211.38
10, 11, 12 141465.09 2 282,930.18 443,141.56
EPP Gula = 11 595.13
137
Lampiran 23. MRP Teknik PPB yang disesuaikan untuk Bahan Baku SMP Tahun 2006 dengan sediaan pengaman 50%
Periode (bulan) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Kebutuhan (kg) 49849.68 188647.33 217295.08 194547.65 192272.26 230515.66 228696.89 218806.19 275705.48 269701.60 240317.06 212197.64
Sediaan di tangan a (171,624.75) 121775.07 104940 104940 104940 104940 104940 104940 104940 104940 104940 104940 104940
Penerimaan Terjadwal b 171811.95 217295.08 194547.65 192272.26 230515.66 228696.89 218806.19 275705.48 269701.60 240317.06 212197.64
Kebutuhan Bersih 66872.26 112355.39 89607.96 87332.57 125575.97 123757.20 113866.50 170765.79 164761.91 135377.37 107257.95
Pesanan yang direncanakan 194547.65 192272.26 230515.66 228696.89 218806.19 275705.48 269701.60 240317.06 212197.64 0.00 0.00 0.00
Lampiran 24. MRP Teknik PPB yang disesuaikan untuk Bahan Baku Gula Tahun 2006 (buffer 25%)
Periode (minggu) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Kebutuhan (kg) 33233.12 125764.88 144863.39 129698.43 128181.51 153677.11 152464.60 145870.80 183803.65 179801.06 160211.38 141465.09
Sediaan di tangan a (156,445.35) 123212.23 34980 34980 34980 34980 34980 34980 34980 34980 34980 34980 34980
Penerimaan Terjadwal b 37532.55 144863.39 129698.43 128181.51 153677.11 152464.60 145870.80 183803.65 179801.06 160211.38 141465.09
Kebutuhan Bersih 2552.65 109883.49 94718.53 93201.61 118697.21 117484.70 110890.90 148823.75 144821.16 125231.48 106485.19
Pesanan yang direncanakan 37532.55 144863.39 129698.43 128181.51 153677.11 152464.60 145870.80 183803.65 179801.06 160211.38 141465.09 0.00
138