Anda di halaman 1dari 32

PROPOSAL PENELITIAN

EFEKTIVITAS VARIASI DOSIS ZEOLIT DALAM MENURUNKAN KADAR


KADMIUM PADA AIR LINDI TPA JATIBARANG SEMARANG

Oleh :
ANNISA YASMINE TRISNANINGTYAS
NIM 25010116140278

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2019
228

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN...............................................................................1
A. Latar Belakang....................................................................................1
B. Perumusan Masalah............................................................................4
C. Tujuan Penelitian................................................................................4
D. Manfaat Penelitian..............................................................................5
E. Ruang Lingkup Penelitian..................................................................5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA....................................................................7
A. Sampah ..............................................................................................7
B. Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sampah .....................................9
C. Logam Berat.......................................................................................9
D. Risiko Pencemaran dan Toksisitas...................................................10
E. Air Lindi (Leachate).........................................................................11
F. Kadmium (Cd)..................................................................................13
G. Dampak Kadmium (Cd) Terhadap Kesehatan..................................14
H. Zeolit.................................................................................................15
BAB III METODE PENELITIAN...............................................................17
A. Kerangka Konsep..............................................................................17
B. Hipotesis...........................................................................................17
C. Tempat dan Waktu Penelitian...........................................................18
D. Jenis dan Rancangan Penelitian........................................................18
E. Populasi dan Sampel Penelitian........................................................19
F. Variabel Penelitian, Definis Operasional dan Skala Data................20
328

G. Sumber Data Penelitian....................................................................22


H. Instrumen Penelitian.........................................................................22
I. Teknik Pengumpulan Data...............................................................23
J. Pengolahan dan Analisis Data..........................................................25
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................28
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pertumbuhan penduduk dan perekonomian di Kota Semarang melaju
dengan pesat. Berdasarkan data yang diperoleh dari Kementerian Pekerjaan
Umum dan Perumahan Rakyat Direktorat Jendral Cipta Karya, jumlah
penduduk di Kota Semarang pada tahun 2018 sebesar 1.621.384 jiwa dengan
laju pertumbuhan penduduk sebesar 0,37%.(1) Perkembangan tersebut disertai
dengan bertambahnya berbagai macam kegiatan yang memiliki potensi
menghasilkan sampah dalam jumlah yang besar. Kota Semarang pada tahun
2018 jumlah timbulan sampah satu orang per hari yaitu sebesar 5 liter. (1)
Timbulan sampah tersebut akan terus mengalami peningkatan seiring
bertambahnya jumlah penduduk, peningkatan perokonomian, dan
perkembangan kota.
Komposisi sampah yang dihasilkan Kota Semarang terdiri dari sampah
organik dan sampah anorganik. Sampah organik terdiri dari sampah dedaunan
dan sampah sisa makanan. Sedangkan untuk sampah anorganik terdiri dari
sampah kayu, karet atau kulit, plastik, kertas atau karton, tekstil atau kain, dan
logam besi atau non besi. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik Kota
Semarang sampah anorganik yang dihasilkan pada tahun 2018 adalah sebesar
34,55 persen. Sedangkan untuk sampah organik sebesar 65,45 persen.(2)
Pengolahan sampah sampai saat ini masih menggunakan paradigma
lama, dimana sampah dikumpulkan di tempat pembuangan sementara (TPS),
428

kemudian dilakukan pengangkutan, dan terakhir sampah dilakukan


pembuangan ke tempat pembuangan akhir (TPA). Paradigma tersebut juga
dikenal dengan pendekatan akhir (end of-pipe). Keberadaan tempat
pembuangan akhir (TPA) sampah memiliki fungsi yang sangat penting yaitu
sebagai pengolahan akhir sampah.
TPA Jatibarang berlokasikan di Kelurahan Kedungpane, Kecamatan
Mijen, Kota Semarang. Sistem operasional TPA Jatibarang menggunakan
sistem open dumping, dimana sampah yang masuk ke TPA hanya ditimbun
tanpa ada fasilitas pelindung tanah maupun udara. Sistem TPA yang
menggunakan open dumping memudahkan air hujan untuk masuk ke
timbunan sampah, kemudian air rembesan sampah yang dikenal sebagai air
lindi akan keluar. Air lindi apabila tidak dilakukan pengolahan dengan benar
maka akan dapat mencemari lingkungan sekitar.
Air lindi yang dihasilkan oleh timbunan sampah terbentuk oleh
rembesan kadar air dalam sampah maupun dari luar seperti pengaruh dari air
hujan, sistem drainase dan lain sebagainya yang mengalir melalui timbunan
sampah. Air lindi tersebut mengadung polutan padatan tersuspensi dan
terlarut, zat kimia organik dan anorganik dengan konsentrasi yang cukup
tinggi seperti amoniak, nitrat, nitrit, sulfida, nitrogen maupun logam berat.
Konsentrasi polutan yang tinggi sangat berpotensi dalam mencemari
lingkungan.
Lokasi TPA Jatibarang berada di daerah hulu Sungai Kreo yang aliran
sungainya menuju ke Sungai Kaligarang. Lindi yang dihasilkan oleh
tumpukan sampah di TPA Jatibarang akan mengalir ke tempat yang lebih
rendah, melalui parit – parit kecil dan masuk ke kolam penampungan,
kemudian akan masuk ke Sungai Kreo. Sungai Kreo adalah hulu dari Sungai
Kaligarang yang merupakan sumber bahan baku untuk air minum yang
dikelola PDAM Kota Semarang.
528

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Sudarwin, diketahui


bahwa terdapat pencemaran logam kadmium (Cd) pada sedimen aliran Sungai
Kreo dengan kelas pencemaran tinggi mulai dari jarak 0 meter sampai jarak
143 meter dari outlet lindi, kelas pencemaran sedang dimulai dari jarak 143
meter sampai dengan jarak 365 meter dan kelas pencemaran rendah dimulai
dari jarak 365 meter sampai dengan jarak 580 meter.(3)
Logam kadmium (Cd) dalam organisme hidup (manusia, tumbuhan,
dan hewan) akan mengalami proses biotransformasi dan bioakumulasi. Pada
biota perairan jumlah logam yang terakumulasi dalam tubuh akan terus
mengalami peningkatan (biomagnifikasi) dan dalam rantai makanan pada
biota yang tertinggi akan mengalami akumulasi logam kadmium (Cd) yang
lebih banyak. Kadmium (Cd) dapat terakumulasi dalam tubuh manusia dan
dapat dikeluarkan dalam tubuh namun dalam jangka waktu yang lama yaitu
antara 20 sampai 30 tahun lamanya. Efek yang ditimbulkan dalam tubuh juga
beragam, mulai dari hipertensi sampai kanker.
Kadmium memiliki efek negatif terhadap manusia maupun hewan,
efek negatif tersebut yaitu terganggunya fungsi ginjal yang dapat
menyebabkan gejala glikosuria, proteinuria, aciduria, dan hiperkalsiuria.
Gejala tersebut apabila berlanjut akan menyebabkan gagalnya fungsi ginjal
dan dapat menyebabkan kematian.
TPA Jatibarang Semarang memiliki pengelolaan lindi yang terdiri dari
kolam pengumpul lindi dan kolam penampung lindi. Kolam pengumpul lindi
berfungsi untuk mengatur debit aliran lindi yang akan masuk ke instalasi
pengolahan. Unit pengolahan lindi terdiri dari kolam pengumpul yang
berfungsi untuk menampung lindi yang mengalir secara gravitasi, selanjutnya
terdapat bak equalisasi, bak aerasi, bak sedimentasi, dan bak anaerobic filter.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Nurhasanah mengenai
pengolahan air lindi TPA Galuga Kota Bogor, diketahui bahwa pengolahan air
lindi menggunakan proses aerasi dengan kandungan logam kadmium (Cd)
628

awal sebesar 0,071 mg/l, setelah diolah menggunakan aerator selama 6 jam
dengan kecepatan pengadukan 70 liter/ menit hanya dapat menurunkan kadar
logam kadmium (Cd) sebesar 53,85%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
kadar logam kadmium masih tergolong tinggi.(4)
Salah satu cara yang dapat digunakan untuk mengolah air lindi dengan
kandungan logam berat yang masih tinggi terutama kadmium (Cd) adalah
dengan menggunkan zeolit. Zeolit merupakan aluminosilikat yang memiliki
struktur kerangka berpori dan berhubungan kesegala arah yang menyebabkan
zeolit memiliki permukaan yang luas sehingga dapat digunakan sebagai
penyerap. Kegunaan lain yang dimiliki zeolit berdasarkan kemampuan yang
dimiliki yaitu untuk melakukan pertukaran ion (ion exchanger), adsorpsi
(adsorption), dan katalis (catalyst).(5)
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Sudarwin, diketahui
bahwa terdapat pencemaran logam kadmium (Cd) pada sedimen aliran Sungai
Kreo dengan kelas pencemaran tinggi mulai dari jarak 0 meter sampai jarak
143 meter dari outlet lindi, kelas pencemaran sedang dimulai dari jarak 143
meter sampai dengan jarak 365 meter dan kelas pencemaran rendah dimulai
dari jarak 365 meter sampai dengan jarak 580 meter.(3)
Salah satu cara yang dapat digunakan untuk mengolah air lindi dengan
kandungan logam berat yang masih tinggi terutama kadmium (Cd) adalah
dengan menggunkan zeolit. Berdasarkan uraian latar belakang masalah yang
dijelaskan sebelumnya, dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut:
“Bagaimanakan pengaruh variasi dosis zeolit terhadap penurunan kadar
kadmium (Cd) pad air lindi TPA Jatibarang Semarang?”
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
728

Tujuan dilakukan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh


pemberian variasi dosis zeolit dalam menurunkan kadar cadmium (Cd)
pada air lindi yang dihasilkan oleh TPA Jatibarang Semarang.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui kadar kadmium (Cd) yang terkandung dalam air lindi
TPA Jatibarang Semarang sebelum dilakukan perlakuan pemberian
variasi dosis zeolit.
b. Mengetahui kadar kadmium (Cd) yang terkandung dalam air lindi
TPA Jatibarang Semarang setelah dilakukan perlakuan pemberian
variasi dosis zeolit.
c. Menghitung penurunan kadar kadmium (Cd) setelah dilakukan
pemberian variasi dosis zeolit pada air lindi TPA Jtibarang Semarang.
d. Menganalisis variasi dosis zeolite yang paling efektif dalam
menurunkan kadar kadmium (Cd) pada air lindi TPA Jatibarang
Semarang.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Masyarakat
Sebagai informasi dan pengetahuan bagi masyarakat tentang manfaat
penggunaan zeolit dalam menurunkan kadar kadmium (Cd) pada air lindi
yang dihasilkan di TPA Jatibarang Semarang.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Penelitian ini dapat menambah informasi kepustakaan mengenai zeolit
yang dapat digunakan untuk menurunkan kadar kadmium (Cd) pada air
lindi.
3. Bagi Instansi Terkait
Memberikan informasi dan alternatif solusi dalam pengelolaan air lindi
untuk dapat mengurangi kadar kadmium (Cd) pada air lindi sebelum
dibuang ke badan air.
4. Bagi Peneliti
828

Sebagai sarana dalam meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam


mengaplikasikan ilmu yang diperoleh.
5. Bagi Peneliti lain
Sebagai bahan informasi dalam melakukan penelitian lebih lanjut.
E. Ruang Lingkup Penelitian
1. Lingkup Keilmuan
Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian dalam lingkup ilmu
Kesehatan Masyarakat khususnya di bidang Kesehatan Lingkungan.
2. Lingkup Sasaran
Air Lindi yang dihasilkan oleh TPA Jatibarang Semarang.
3. Lingkup Tempat
Pengambilan sampel air lindi dilakukan di TPA Jatibarang Semarang.
Kegiatan perlakuan terhadap sampel air lindi dilakukan di Laboratorium
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro Semarang. Serta
pemeriksaan kadar kadmium (Cd) pada air lindi TPA Jatibarang Semarang
dilakukan di Laboratorium Kesehatan Masyarakat Cito Semarang.
4. Lingkup Waktu
Penelitian ini dilakukan pada bulan November 2019 sampai dengan Mei
2020.
928

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Sampah
Sampah pada dasarnya mencakup banyak pengertian. Sampah
merupakan semua zat/benda yang tidak dapat dipakai lagi, baik yang berasal
dari rumah tangga maupun sisa hasil produksi. Pandangan mengenai
sampah telah mengalami pergeseran, di mana pada saat ini telah
berkembang dari persampahan yang semula sebagai “waste” sekarang
menjadi pandangan sebagai komoditas yang bernilai ekonomis.
Pandangan tersebut dikembangkan dalam upaya menangani persampahan
sehingga mendorong pelaksanaan pengelolaan sampah secara menyeluruh
atau secara holistik. Pengembangan tersebut diwujudkan dalam model 3R
yaitu : Reduction, Re - use, dan Re - Cycle. Model pengembangan tersebut
menjadi landasan strategi pengelolaan sampah perkotaan.(6)
Penggolongan sampah dapat dikelompokkan menjadi 4 (empat)
kelompok yaitu :
1. Human Excreta, merupakan bahan buangan yang dikeluarkan dari
tubuh manusia yang meliputi tinja dan air seni.
2. Sewage, merupakan air limbah yang dibuang oleh pabrik
maupun rumah tangga/pemukiman. Contohnya air bekas cucian
yang masih mengandung detergen.
1028

3. Refuse, merupakan bahan sisa proses industri atau hasil samping kegiatan
rumah tangga. Pengertian sehari - hari refuse ini sering kali disebut
sebagai sampah. Contohnya adalah botol bekas, kertas bekas
pembungkus bumbu dapur, sisa sayuran, daun tanaman, kertas bekas,
dan lain sebagainya.
4. Industrial waste, merupakan bahan buangan sisa proses industri.(7)
Ahli Kesehatan Masyarakat Amerika memberi batasan bahwa sampah
(waste)merupakan sesuatu yang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak
disenangi atau sesuatu yang sudah dibuang yang berasal dari kegiatan
manusia dan tidak terjadi dengan sendirinya. Batasan ini sampah
merupakan hasil kegiatan manusia yang dibuang karena sudah tidak
berguna.
Laju timbulan sampah adalah jumlah sampah yang dihasilkan
dari buangan domestik dan non domestik. Jadi timbulan sampah adalah
jumlah sampah yang dihasilkan m3 per hari dalam satu periode. Negara
- Negara berkembang seperti Indonesia faktor musim sangat besar
pengaruhnya terhadap berat sampah. Dalam hal ini musim yang dimaksud
adalah penghujan dan kemarau. Disamping hal tersebut berat sampah
juga dipengaruhi oleh faktor sosial budaya lainnya. Penggunaan besaran
timbulan sampah dalam perencanaan sebaiknya berdasarkan sumber
sampah, bukan berdasarkan jenis kotanya.
Pengolahan sampah yang paling banyak digunakan antara lain adalah:
1. Open Dumping
Cara open dumping merupakan cara yang paling mudah dan
murah dilakukan namun banyak menimbulkan dampak pencemaran.
Setelah sampah di lokasi TPA sampah dibuang begitu saja. Dampak
yang ditimbulkan dari cara ini antara lain bau yang tidak sedap,
sampah berserakan, dan dimungkinkannya menjadi sarang bibit
1128

penyakit dan tempat berkembang biak vektor penyakit seperti kecoa,


lalat dan tikus.
2. Incineration
Metode incineration merupakan metode pembakaran sampah yang
perlu diawasi dengan baik, metode ini sangat sederhana dan biaya yang
murah. Pada metode ini zat padat yang tersisa berupa abu yang jumlahnya
relatif lebih kecil dibandingkan volume semula. Demikian juga bau
busuk dan berkembangbiaknya vektor penyakit seperti tikus, lalat dan
kecoa dapat diminimalisasi.
3. Sanitary Landfill
Metode sanitary landfill merupakan metode yang dianjurkan. Pada
metode ini sampah dibuang, ditutup dengan tanah dan bersamaan
dengan ini dipadatkan dengan alat berat agar menjadi lebih mampat.
Lapisan di atasnya dituangkan sampah berikut tanah secara berlapis
dan demikian seterusnya sampai akhirnya rata dengan permukaan
tanah.(8)
B. Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sampah
Prinsip dari pembuangan akhir sampah adalah untuk
memusnahkan sampah domestik atau yang diklasifikasikan sejenis, ke
suatu pembuangan akhir dengan cara sedemikian rupa, sehingga tidak
atau seminimal mungkin menimbulkan gangguan terhadap lingkungan di
sekitarnya, baik setelah dilakukan pengolahan maupun tanpa diolah
terlebih dahulu.(9)
Pada dasarnya kegiatan operasional akhir merupakan kegiatan
yang dapat mengubah bentuk lahan. Kegiatan ini dapat
menimbulkan kerusakan serta kemerosotan sumber daya lahan, air,
dan udara. Lokasi pembuangan akhir sampah sebaiknya sudah tercakup
dalam perencanaan tata ruang kota. Tahapan selanjutnya adalah membuat
1228

konsep perencanaan penataan kembali lokasi pembuangan akhir sampah


yang telah habis masa pakainya.
C. Logam Berat
Logam berat masih termasuk golongan logam dengan kriteria - kriteria
yang sama dengan logam-logam yang lain. Perbedaan terletak pada dari
pengaruh yang dihasilkan bila logam berat ini masuk atau diberikan ke
dalam tubuh organisme hidup.(10)
Semua logam berat dapat dikatakan sebagai bahan beracun yang
akan meracuni makhluk hidup. Sebagai contoh logam berat air raksa (Hg),
kadmium (Cd), timbal (Pb), dan krom (Cr). Namun demikian, meskipun
semua logam berat dapat mengakibatkan keracunan atas makhluk hidup,
sebagian dari logam - logam berat tersebut dibutuhkan oleh makhluk
hidup. Kebutuhan tersebut dalam jumlah yang sangat kecil/sedikit.
Tetapi apabila kebutuhan yang sangat kecil tersebut tidak terpenuhi dapat
berakibat fatal terhadap kelangsungan makhluk hidup. Karena tingkat
kebutuhan yang sangat dipentingkan maka logam - logam tersebut juga
dinamakan sebagai logam - logam esensial tubuh. Bila logam - logam
esensial yang masuk ke dalam tubuh dalam jumlah yang berlebihan,
maka berubah fungsi menjadi racun. Contoh dari logam berat esensial ini
adalah tembaga (Cu), seng (Zn), dan nikel (Ni).(11)
D. Risiko Pencemaran dan Toksisitas
Risiko toksisitas berarti besarnya kemungkinan zat kimia untuk
menimbulkan keracunan. Hal ini tergantung dari besarnya dosis, konsentrasi,
lama dan seringnya pemaparan, juga cara masuk dalam tubuh, (12) serta
gejala keracunan antara lain disebabkan oleh adanya pencemaran/polusi.
Pencemaran merupakan keadaan yang berubah menjadi lebih buruk,
keadaan yang berubah karena akibat masuknya bahan - bahan pencemar.
Bahan pencemar umumnya mempunyai sifat toksik (racun) yang
1328

berbahaya bagi organisme hidup. Toksisitas atau daya racun dari polutan
itulah yang kemudian menjadi pemicu terjadinya pencemaran.(11)
Akibat yang ditimbulkan dari pencemaran adalah terganggunya
aktivitas kehidupan makhluk hidup, terlebih apabila organisme
tersebut tidak mampu mendegradasi bahan pencemar tersebut, sehingga
bahan tersebut terakumulasi dalam tubuhnya. Peristiwa tersebut akan
mengakibatkan terjadinya biomagnifikasi dari organisme satu ke
organisme yang lain yang mempunyai tingkatan yang lebih tinggi.(13)
Risiko apabila mengkonsumsi pakan mengandung bahan toksik setiap
harinya adalah akumulasi bahan toksik tersebut sehingga konsentrasi dalam
tubuh hewan lebih tinggi dari pada konsentrasi yang terkandung dalam
pakan yang dikonsumsi. Bila seekor hewan mengandung bahan toksik
dikonsumsi hewan lainnya maka hewan kedua memiliki konsentrasi
bahan toksik lebih tinggi dari hewan pertama, demikian juga hewan
ketiga yang memakan hewan kedua, rangkaian proses tersebut disebut
”food chain”.(14)
E. Air Lindi (Leachate)
a. Pengertian Umum Air Lindi (leachate)
Air lindi adalah cairan yang dihasilkan dari tumpukan sampah, dan
merupakan salah satu bentuk pencemaran lingkungan yang dihasilkan dari
timbunan sampah. Sampah yang tertimbun di Tempat Pembuangan Akhir
(TPA) mengandung zat – zat organik, jika hujan turun maka air hujan
akan merembes masuk ke timbunan sampah dan menghasilkan air lindi
dengan kandungan mineral dan zat organik yang tinggi.(15)
Air lindi yang berada pada permukaan tanah dapat mencemari air
tanah dan air permukaan. Air permukaan yang tercemar oleh air lindi
dengan kandungan zat organik yang tinggi, pada saat proses penguraian
secara biologis dapat menghabiskan kandungan oksigen yang berada
dalalm air dan dapat mengganggu kehidupan biota perairan. Air tanah
1428

yang tercemar oleh air lindi dengan konsentrasi yang tinggi, maka polutan
tersebut akan tetap berada pada air tanah dalam jangka waktu yang lama,
hal tersebut dikarenakan terbatasnya oksigen terlarut sehingga sumber air
yang berasal dari air tanah kualitasnya tidak sesuai untuk air bersih.(15)
b. Karakteristik Air Lindi
Karakteristik yang terdapat pada air lindi sangat bervariasi tergantung
dari proses yang terjadi pada landfill. Proses yang terjadi meliputi proses
fisik, kimia, dan biologis. Faktor – faktor yang mempengaruhi proses yang
terjadi pada landfill antara lain yaitu lokasi landfill, jenis sampah, sistem
pengoperasian, hidrogeologi. Faktor tersebut sangat bervariasi antara suatu
tempat pembuangan dengan tempat pembuangan lainnya, begitu juga
aktivitas biologis serta proses aerob dan anaerob yang terjadi pada
timbunan sampah. Dengan adanya faktor tersebut maka akan berpengaruh
terhadap produk yang dihasilkan akibat dari proses dokomposisi seperti
kuantitas dan kualitas air lindi serta gas yang dihasilkan. Sebagai contoh
adalah TPS yang menimbun sampah dengan sampah organik lebih banyak
maka karakteristik air lindi yang dihasilkan akan mengandung zat organik
yang tinggi.(15)
Air lindi yang dihasilkan dari timbunan sampah yang masih baru
memiliki kandungan asam lemak volatile dan rasio BOD dan COD yang
tinggi, sementara untuk air lindi yang dihasilkan dari timbunan sampah
yang sudah lama kandungan BOD, COD, dan konsentrasi pencemar lebih
rendah. Hal tersebut dapat disebabkan karena timbunan sampah yang
masih baru proses biodegradasi berlangsung dengan cepat serta ditandai
engan adanya kenaikan produksi asam dan penurunan pH pada air lindi
yang menyebabkan kemampuan pelarutan bahan – bahan pada sampah
menjadi tinggi. Terdapat tiga fase utama aktivitas biologis yang terjadi
yaitu dekomposisi aerobic dengan menggunkan oksigen yang terdapat
pada landfill, dekomposisi anaerobic yang dilakukan oleh organisme
1528

anaerobic dan fakultatif serta menghasilkan komponen yang lebih


sederhana dan dapat larut, serta bakteri methanogenic yang mengkonsumsi
komponen yang lebih sederhana dan menghasilkan methan serta CO2.(!5)
Fase I berlangsung singkat hanya dalam waktu beberapa minggu. Pada
fase ini sering menyebabkan kenaikan temperature dengan cepat pada
landfill.(15)
Fase II pada tahun pertama terjadi proses anaerobic. Temperatur turun
secara berangsur – angsur dikarenakan organisme anaerobic yang
menghasilkan panas menjadi lebih sedikit. Pada fase ini air lindi yang
dihasilkan mengandung asam lemak yang tinggi, berbau, pH rendah,
konsentrasi BOD tinggi, dan rasio BOD/ COD tinggi. Selain hal tersebut,
air lindi juga memiliki konsentrasi amoniak, N-organik, logam berat, Mn,
Ca, Fe, K, Cl, Na, Mg yang cukup tinggi.(15)
Fase III merupakan fase bakteri Methanogenik menghasilkan removal
komponen organik yang terlarut dari air lindi. Removal komponen organik
tersebut terutama asam karboksilat yang menyebabkan kondisi menjadi
asam, berbau, dan memiliki kandungan BOD yang tinggi.(15)
F. Kadmium (Cd)
Kadmium adalah logam berwarna putih perak, lunak, mngkilap, tidak
larut dalam basa, mudah bereaksi, serta menghasilkan Kadmium Oksida bila
dipanaskan. Kadmium biasanya terdapat dalam kombinasi dengan klor (Cd
klorida) atau belerang (Cd sulfit). Kadmium (Cd) memiliki nomor atom 40,
berat atom 112,4, titik didih 767oC, titik leleh 321oC dan memiliki masa jenis
8,65 gr/cm3. Kadmium (Cd) dapat membentuk Cd2+ yang memiliki sifat tidak
stabil.(16)
Logam kadmium (Cd) memiliki karakteristik berwarna putih
keperakan mirip seperti logam aluminium, tahan terhadap panas, dan tahan
korosi. Kadmium dapat digunakan untuk elektrolisis, bahan pigmen untuk
1628

industry enamel, cat, dan plastic. Kadmium biasanya dalam bentuk bercampur
dengan logam lain terutama dengan timah hitam dan seng.(17)
Persebaran logam kadmium sangat luat di alam. Berdsarkan sifat fisik
yang dimiliki, kadmium merupakan logam yang lunak dan memiliki warna
putih keperakan. Logam ini dapat menglami kerusakan apabila terkena uap
amoniak (NH3) dan sulfur hidroksida (SO2). Berdasarkan sifat kimia yang
dimilikinya, logam kadmium memiliki bilangan valensi 2+ sangat sedikit
logam kadmium yang memiliki valensi 1+. Bila dimasukkan kedalam larutan
yang mengandung ion OH, maka ion – ion Cd2+ akan mengalami
pengendapan.(18)
Logam kadmium (Cd) dapat mengalami proses biotransformasi dan
bioakumulasi didalam tubuh organisme hidup (manusia, hewan, dan
tumbuhan). Dalam tubuh biota perairan jumlah logam kadmium (Cd) yang
terakumulasi akan terus mengalami peningkatan (biomagnifikasi) dan didalam
rantai makanan biota yang tertinggi akan mengalami proses bioakumulasi
yang lebih banyak.(18)
G. Dampak Kadmium (Cd) terhadap Kesehatan
Kadmium (Cd) dalam tubuh akan terakumulasi pada hati dan terikat
sebagai metalotionein yang mengandung unsur sistein, dimana kadmium
terikat dalam gugus sufhidril yang terdapat pada enzim seperti karboksil
sisteinil, hidroksil, histidil, dan fosfat dari protein purin. Pengaruh toksisitas
kadmium disebabkan oleh interaksi antara kadmium dan protein tersebut,
sehingga dapat menimbulkan hambatan terhadap aktivitas kerja enzim dalam
tubuh.(20)
Kadmium merupakan salah satu jenis logam berat yang berbahaya
dikarenakan elemennya berisiko tinggi terhadap pembuluh darah. Kadmium
berpengaruh terhadap manusia dalam jangka waktu yang panjang dan dapat
terakumulasi pada hati dan ginjal.(18)
1728

Gejala keracunan kadmium dapat terjadi secara akut dan kronis.


Gejala akut keracunan kadmium yaitu sesak dada, nafas pendek, sakit kepala,
menggigil, nafas terengah – engah, distress, kerongkongan kering, dan
kematian. Sementara gejala kronis keracunan kadmium yaitu nafas pendek,
kemampuan mencium bau menurun, berat badan turun, gigi terasa ngilu dan
gigi berwarna kuning keemasan.(19)
Menurut Palar (2004), efek kronis akibat keracunan kadmium pada
manusia dapat dikelompokkan sebagai berikut : (18)
a. Efek kadmium terhadap ginjal
Kadmium dapat menyebabkan gangguan dan kerusakan pada ginjal.
Kerusakan yang terjadi pada sistem ginjal dapat dideteksi dari tingkat
jumlah kandungan protein yang terdapat dalam urine. Tanda yang dapat
terjadi apabila ginjal mengalami kerusakan yaitu terjadinya asam
amniouria dan glikosuria, serta ketidaknormalan kandungan asam urat
kalsium dan fosfor dalam urine.
b. Efek kadmium terhadap tulang
Keracunan kadmium dapat berefek pada kerapuhan tulang. Gejala rasa
sakit pada tulang dapat menyebabkan sulit untuk berjalan. Hal tersebut
pernah terjadi pada pekerja industry yang menggunakan kadmium.
Penyakit tersebut dinamakai “itai – itai”.
c. Efek kadmiun terhadap paru
Keracunan kadmium melalui terhirupnya uap dan atau debu kadmium
dapat mengakibatkan kerusakan terhadap organ respirasi paru – paru.
Kerusakan paru – paru tersebut dapat terjadi sebagai akibat dari keracunan
kronis yang disebabkan oleh kadmium.
d. Efek kadmium terhadap organ reproduksi
Daya racun yang dimiliki oleh kadmium dapat mempengaruhi sistem
reproduksi beserta organ – organnya. Pada konsentrasi tertentu kadmium
dapat mematikan sel – sel sperma pada laki – laki. Hal tersebut yang
1828

menjadi dasar bahwa terpapar oleh uap kadmium dapat mengakibatkan


impotensi.
H. Zeolit
Zeolite terdapat secara alami didaerah batuan sedimen yang berada di
sekitar daerah gunung api atau mengendap sebagai batuan sedimen.
Komposisi kimia zeolite alam ini banyak tergantung pada kondisi hidrotermal
lingkungan, seperti suhu, komposisi air, dan tekanan uap air setempat. Hal ini
yang menyebabkan zeolite alam dari suatu lokasi memiliki warna dan tekstur
yang sama namun berbeda dalam komposisi kimia.(21)
Zeolite tidak mengalami perubahan struktur yang berarti bila
dipanaskan pada suhu tinggi serta tahan terhadap oksidasi dan reduksi. Pada
pemanasan 6000C, sebagian zeolite tidak memberikan perubahan posisi ion
dalam Kristal, serta tidak menyebabkan perubahan struktur. Beberapa jenis
zeolite tahan terhadap perlakuan kimia pada pH < 3 dan pH > 12.(22)
Penggunaan zeolite dalam bidang industri, akan memerlukan
modifikasi struktur untuk endapan zeolite dengan kualitas yang baik.
Impuritis mineral (kalsit dan felspar) yang terdapat pada zeolite alam harus
dipiskan dengan menggunakan perlakuan secara kimia. Beberapa tahapan
perlakuan secara kimia dapat dilakukan antara lain yaitu pencucian dengan air
bebas mineral secara reflux untuk melarutkan impuritis garam anorganik dan
kalsit, serta perlakuan dengan HCL, NaCl, KCl dan sebagainya untuk
membentuk unikation zeolite, misalnya H – zeolite, Na – zeolite atau K –
zeolite.(23)
Penggunaan zeolite dalam pengolahan limbah industri sangat ideal
karena mencakup proses pengolahan limbah cair, proses immobilisasi limbah
dan sebagai bahan pengisi (backfill material) pada sistem penyimpanan
limbah. Limbah industri merupakan salah satu pencemar air sungai yang
memberikan kontribusi cukup besar disamping limbah domestik rumah tangga
1928

dan pertanian. Zeolite klinoptilolit dan mordernit dapat digunakan untuk


menyerap logam berat salah satunya adalah kadmium (Cd).(23)

BAB III
METODE PENELITIAN
A. Kerangka Konsep

Variabel Bebas Variabel Terikat


Dosis Zeolit : Kadar logam kadmium
(Cd) dalam air lindi

Variabel Pengganggu
Suhu**)
pH**)
Ukuran butir zeolit*)
Kecepatan pengadukan*)
Lama Pengadukan*)
Waktu kontak*)
2028

Keterangan *) : Dikendalikan
**) : Diukur
Gambar 3.1 Kerangka Konsep
B. Hipotesis Penelitian
Hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini adalah terdapat pengaruh
variasi dosis zeolit terhadap penurunan kadar kadmium (Cd) pada air lindi
yang dihasilkan oleh TPA Jatibarang Semarang.

C. Tempat dan Waktu Penelitian


Pengambilan sampel penelitian berupa air lindi dilakukan di TPA Jatibarang
Semarang. Perlakuan terhadap sampel air lindi dilakukan di Laboratorium
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro Semarang, dan
pemeriksaan kadar kadmium dilakukan di Laboratorium Kesehatan
Masyarakat Cito Semarang. Penelitian ini dilakukan pada bulan November
2019 sampai dengan Mei 2020.
D. Jenis dan Rancangan Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan yaitu penelitian true eksperimental, dimana
observasi penelitian dilakukan terhadap efek dari manipulasi terhadap satu
atau sejumlah variabel penelitian. Rancangan penelitian yang digunakan yaitu
pretest and posttest with control group design. Rancangan penelitian dapat
digambarkan sebagai berikut :
Kelompok Kontrol O1 O2
Kelompok Perlakuan O3 X1 O4
O5 X2 O6
O7 X3 O8
O9 X4 O10
O11 X5 O12
Keterangan :
2128

O1 :Kadar awal kadmium (Cd) pada kelompok kontrol


O2 :Kadar akhir kadmium (Cd) pada kelompok kontrol
O3 :Kadar awal kadmium (Cd) air lindi TPA Jatibarang Semarang
sebelum dilakukan perlakuan dengan penambahan gr zeolit.
O4 :Kadar akhir kadmium (Cd) air lindi TPA Jatibarang Semarang setelah
dilakukan perlakuan dengan penambahan gr zeolit.
O5 :Kadar awal kadmium (Cd) air lindi TPA Jatibarang Semarang
sebelum dilakukan perlakuan dengan penambahan gr zeolit.
O6 :Kadar akhir kadmium (Cd) air lindi TPA Jatibarang Semarang setelah
dilakukan perlakuan dengan penambahan gr zeolit.
O7 :Kadar awal kadmium (Cd) air lindi TPA Jatibarang Semarang
sebelum dilakukan perlakuan dengan penambahan gr zeolit.
O8 :Kadar akhir kadmium (Cd) air lindi TPA Jatibarang Semarang setelah
dilakukan perlakuan dengan penambahan gr zeolit.
O9 :Kadar awal kadmium (Cd) air lindi TPA Jatibarang Semarang
sebelum dilakukan perlakuan dengan penambahan gr zeolit.
O10 :Kadar akhir kadmium (Cd) air lindi TPA Jatibarang Semarang setelah
dilakukan perlakuan dengan penambahan gr zeolit.
O11 :Kadar awal kadmium (Cd) air lindi TPA Jatibarang Semarang
sebelum dilakukan perlakuan dengan penambahan gr zeolit.
O12 :Kadar akhir kadmium (Cd) air lindi TPA Jatibarang Semarang setelah
dilakukan perlakuan dengan penambahan gr zeolit.
E. Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh air lindi yang dihasilkan di
Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Jatibarang Semarang.
2. Sampel Penelitian
Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian air lindi pada bagian inlet
Instalasi Pengolahan Air Sampah (IPAS) TPA Jatibarang Semarang.
2228

Pengambilan sampel dilakukan dengan cara grab sampling. Untuk


menghindari adanya kesalahan dalam penelitian, maka dilakukan ulangan
terhadap eksperimen penelitian. Jumlah pengulangan berdasarkan pada
rumus Federer (1983) yang akan dijelaskan sebagai berikut :
(t – 1) (r – 1) ≥ 15
Keterangan :
t = Jumlah perlakuan
r = Jumlah pengulangan
Jika t = 5, maka :
(t – 1) (r – 1) ≥ 15
(5 – 1) (r – 1) ≥ 15
4 (r – 1) ≥ 15
4r – 4 ≥ 15
4r ≥ 19
r ≥ 4,75
Berdasarkan hasil perhitungan diatas didapatkan jumlah pengulangan
sebanyak 5 kali dengan jumlah perlakuan yang akan dilakukan sebanyak 5
kali. Sehingga jumlah sampel yang dibutuhkan sebanyak 25 sampel.
F. Variabel Penelitian, Definisi Operasional dan Skala Data
a. Variabel Penelitian
1. Variabel Bebas
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah variasi dosis zeolit. Variasi
dosis zeolite yang digunakan yaitu 5, 10, 15, 20, dan 25 gram.
2. Variabel Terikat
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kadar kadmium (Cd) yang
terkandung dalam air lindi.
3. Variabel Pengganggu
Variabel pengganggu dalam penelitian ini adalah suhu, pH, ukuran
butir zeolite, waktu kontak, lama pengadukan, dan kecepatan
2328

pengadukan.
b. Definisi Operasional dan Skala Data
1. Variasi Dosis Zeolit
Variasi dosis zeolite adalah jumlah zeolite yang ditambahkan kedalam
sampel untuk menurunkan kadar kadmium (Cd) pada air lindi TPA
Jatibarang Semarang.
Skala : Rasio
Satuan : gram
2. Kadar Kadmium (Cd)
Kadar Kadmium (Cd) adalah konsentrasi kadmium (Cd) yang
terkandung di air lindi TPA Jatibarang Semarang sebelum dan
sedudah dilakukan perlakuan dengan penambahan variasi dosis zeolite
yang diukur melalui uji laboratorium dengan metode SSA.
Skala : Rasio
Satuan : mg/ l
3. Suhu
Suhu adalah derajat panas air lindi yang diukur sebelum dilakukan
penambahan zeolite.
Skala : Rasio
Satuan : Derajat Celcius
4. Nilai pH
Nilai pH adalah derajat keasaman air lindi yang diukur sebelum
dilakukan penambahan zeolite.
Skala : Rasio
Satuan : -
5. Ukuran Butir Zeolit
Ukuran butir zeolite adalah besar butiran zeolite yang lolos pada
ayakan dengan ukuran 100 mesh.
Skala : Rasio
2428

Satuan : mm
6. Waktu Kontak
Waktu kontak adalah waktu yang diperlukan air sampel untuk terjadi
kontak dengan zeolite. Dalam penelitian ini, waktu kontak yang
digunakan adalah 60 menit yang diukur dengan menggunakan
stopwatch.
Skala : Rasio
Satuan : menit
7. Kecepatan Pengadukan
Kecepatan pengadukan adalah banyaknya putaran yang dilakukan
dengan menggunkan pengaduk pada waktu air sampel diberi zeolite
sebesar 100 rpm pada pengadukan cepat dengan menggunakan jar test.
Skala : Rasio
Satuan : rpm
G. Sumber Data Penelitian
1. Data Primer
Data primer dalam penelitian ini adalah hasil pengukuran kadar kadmium
(Cd) pada sampel air lindi TPA Jatibarang Semarang sebelum diberi
perlakuan dan sesudah diberi perlakuan dengan penambahan variasi dosis
zeolit. Selain itu data primer juga didapatkan dari hasil pengukuran suhu,
pH, kecepatan pengadukan, lama pengadukan, dan lama waktu kontak.
2. Data Sekunder
Data sekunder dalam penelitian ini adalah profil TPA Jatibarang
Semarang yang meliputi lokasi TPA, jumlah sampah yang masuk ke TPA,
dan pengolahan air lindi yang dilakukan di TPA Jatibarang dari Unit
Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) TPA Jatibarang Semarang.
H. Instrumen Penelitian
a. Bahan yang digunakan
1. Zeolite
2528

2. Sampel air lindi


3. Aquadest
4. H3PO4 5 M
b. Alat yang digunakan
1. Timbangan
2. Gelas ukur
3. Ayakan 100 mesh
4. Spatula
5. Oven
6. Jar test
7. Beker glass 1000 ml
8. Desikator
9. Botol sampel
10. Stop watch
11. Saringan
12. Thermometer
13. pH meter
14. Label
15. Jerigen
16. Ember 80 L
I. Teknik Pengumpulan Data
1. Tahap Persiapan
a. Studi literatur
b. Pengurusan perijinan penelitian
c. Pengamatan dilapangan
d. Survey laboratorium
e. Persiapan rancangan dan instrument penelitian
2. Tahap Pelaksanaan
a. Pengambilan sampel
2628

Pengambilan sampel dilakukan secara manual dengan cara grab


sampling agar sampel yang diambil dapat mewakili keadaan air lindi
di TPA Jatibarang Semarang.
Pengambilan sampel air lindi dilakukan pada inlet Instalasi
Pengolahan Air Sampah (IPAS) TPA Jatibarang Semarang dan
dimasukkan kedalam jerigen ukuran 30 liter yang sebelumnya telah
dibilas dengan menggunakan air lindi. Jumlah sampel yang diambil
sebanyak 30 liter.
b. Aktivasi Zeolit
Aktivasi dilakukan untuk meningkatkan daya guna atau optimalisasi
zeolit sebagai adsorben. Proses aktivasi juga bertujuan untuk
membersihkan permukaan pada zeolit, membuang senyawa
pengganggu dan menambah luas permukaan spesifiknya. Berikut
adalah langkah aktivasi zeolit :
1. Mempersiapkan alat dan bahan yang digunakan.
2. Zeolit sebanyak 500 gr diayak dengan ayakan ukuran 100 mesh.
3. Zeolit hasil ayakan dicuci dengan aquades kemudian disaring dan
dikeringkan dalam oven pada suhu 1200C selama 3 jam.
1. Zeolit kemudian direndam dalam larutan H3PO4 5 M sebanyak
500 ml selama 24 jam.
2. Zeolit yang telah direndam kemudian dicuci dengan aquadest dan
dikeringkan dalam oven pada suhu 1200C selama 3 jam.
c. Langkah Kerja
1. Empat buah beker glass 1000 ml disiapkan, air sampel sebanyak
1000 ml dimasukkan, kemudian diberi label sesuai dengan dosis
zeolite yang akan dimasukkan
2. Zeolit ditimbang sesuai dengan dosis yang telah ditetapkan
3. Zeolit dimasukkan kedalam masing – masing beker glass yang
berisi air sampel sesuai dengan dosis yang telah ditetapkan.
2728

Sampel yang diberi zeolit disebut kelompok perlakuan dan diberi


kode tertentu, sedngkan yang tidak diberi zeolit disebut kelompok
kontrol atau pembanding.
4. Diaduk dengan kecepatan 100 rpm selama 30 menit kemudian
diendapkan selama 120 menit pada masing – masing sampel.
5. Cairan dipisahkan dari zeolit kemudian dimasukkan ke dalam
botol dan botol diberi tanda sesuai dengan dosis zeolit yang telah
dimasukkan.
6. Dilakukan pengulangan sejumlah 5 kali.
7. Semua sampel yang telah diberi perlakuan, kontrol dan pretest
dibawa ke laboratorium untuk diperiksa kadar kadmium (Cd).
3. Tahap Penyelesaian
a. Pengolahan data dengan menggunkaan komputer. Data yang diperoleh
kemudian dianalisis secara univariat untuk membandingkan hasil
penurunan kadar kadmium (Cd) pada air lindi TPA Jatibarang
Semarang dengan pengolahan menggunakan variasi dosis zeolit.
b. Penyusan laporan dan konsultasi dengan pembimbing.
c. Penyebarluasan laporan penelitian kepada pihak yang berkepentingan.
J. Pengolahan dan Analisis Data
1. Pengolahan Data
Pengolahan data dilakukan dengan bantuan komputer menggunakan
software statistik berupa SPSS dan dibantu dengan Microsoft excel. Data
hasil penelitian yang telah dikumpulkan kemudian dilakukan pengolahan
sebagai berikut :
a. Editing
Editing dilakukan untuk memeriksa kelengkapan data untuk
mengantisipasi kesalahan dalam penelitian, sehingga validitas data
dapat terjamin.
b. Coding
2828

Coding dilakukan dengan memberikan kode atau label pada botol


sampel setiap hasil pengukuran agar tidak tertukar satu dengan yang
lainnya.
c. Entry Data
Entry data dilakukan dengan memasukkan data yang telah diperoleh
dari hasil pengukuran di laboratorium terhadap variabel yang diukur
ke dalam komputer.
d. Tabulating
Tabulating dilakukan dengan menyajikan data ke dalam bentuk tabel
untuk memudahkan dalam analisis data.
2. Analisis Data
a. Analisis Univariat
Analisis univariat dilakukan terhadap masing – masing variabel
penelitian untuk mengetahui nilai rata – rata. Analisis ini
membandingkan hasil penurunan kadar kadmium (Cd) pada air lindi
TPA Jatibarang Semarang dengan pengolahan menggunakan variasi
dosis zeolit.
b. Analisis Bivariat
1. Uji Normalitas Data
Uji normalitas data dilakukan dengan uji Test Shapiro Wilk dan uji
homogenitas menggunakan test homogeneity of variances.
Hipotesis :
Ho : Data berdistribusi normal
Ha : Data berdistribusi tidak normal
Interpretasi :
Jika p > 0,05, maka Ho diterima atau data berdistribusi normal
JIka p ≤ 0,05, maka Ho ditolak atau data berdistribusi tidak normal
2. Uji Beda
2928

Statistik yang digunakan untuk menguji hipotesis dalam penelitian


ini adalah One Way Analysis of Varian (ANOVA) apabila data
berdistribusi normal. Namun, apabila data berdistribusi tidak
normal, uji statistik yang digunakan adalah Kruskal – Wallis. Dari
hasil pengujian ini akan dapat dilihat perbedaan antara kedua
variabel penelitian.
Hipotesis :
Ho : Tidak terdapat perbedaan penurunan kadar kadmium (Cd)
pada air lindi TPA Jatibarang Semarang dengan perlakuan
pemberian variasi dosis zeolit.
Ha : Terdapat perbedaan penurunan penurunan kadar kadmium
(Cd) pada air lindi TPA Jatibarang Semarang dengan perlakuan
pemberian variasi dosis zeolit.
Interpretasi :
Jika nilai p > 0,05, maka Ho diterima atau tidak terdapat perbedaan
penurunan kadar kadmium (Cd) pada air lindi TPA Jatibarang
Semarang dengan perlakuan pemberian variasi dosis zeolit.
Jika nilai p ≤ 0,05, maka Ho ditolak atau Terdapat perbedaan
penurunan penurunan kadar kadmium (Cd) pada air lindi TPA
Jatibarang Semarang dengan perlakuan pemberian variasi dosis
zeolit.
3028

DAFTRA PUSTAKA

1. Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Direktorat Jendral


Cipta Karya. Data Umum Persampahan Provinsi. Kementerian Pekerjaan
Umum dan Perumahan Rakyat Direktorat Jendral Cipta Karya, (Online),
2018.(http://ciptakarya.pu.go.id/plp/simpersampahan/baseline/rosampahdatapr
oplist.php?id=3300&tabid=dataumum Diakses: 22 Oktober 2019)
2. Badan Pusat Statistik Kabupaten Semarang. Persentase Komposisi Sampah
di Kabupaten Semarang Tahun 2018. Badan Pusat Statistik Kabupaten
Semarang, (Online), 2018. (https:/semarangkab.bps.go.id/statictable/
2017/02/23/179/persentase-komposisi-sampah-di-kabupaten-semarang-tahun-
2016.html Diakses: 22 Oktober 2019)
3. Sudarwin. Analisis Spasial Pencemaran Logam Berat (Pb dan Cd) pada
Sedimen Aliran Sungai Dari Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sampah
Jatibarang Semarang. Semarang : ejournal undip, 2008.
4. Nurhasanah & Latifa KD. Efektivitas Pemberian Udara Berkecepatan Tinggi
Dalam Menurunkan Polutan Leachate TPA Sampah : Studi Kasus di TPA
Sampah Galuga Kota Bogor. Bogor : Forum Pascasarjana, 2011, Vol. 34 (1).
5. Siska M & Rudy S. Desain Eksperimen Pengarauh Zeolit Terhadap
Penurunan Limbah Kadmium (Cd). Pekanbaru : Jurnal Ilmiah Teknik
Industri, 2012, Vol. 11 (2).
3128

6. Annonymous, Bantuan Teknis Manajemen Persampahan Kota Semarang


Untuk Anggaran 2005, Laporan Akhir, CV. Rekayasa Jati Mandiri Semarang,
2006.
7. Notoatmodjo, S, Ilmu Kesehatan Masyarakat, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta,
1997.
8. Taufiq Andrianto T, Audit Lingkungan, Global Pustaka Utama Yogyakarta,
2002.
9. Wardhayani, Sutji, Analisis Risiko Pencemaran Bahan Toksik Timbal (Pb)
Pada Sapi Potong Di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sampah
Jatibarang Semarang,Semarang, 2006.
10. Heryanto, Polar, Pencemaran dan Toksikologi Logam Berat, CV. Rineka
Cipta, Jakarta, 2004.
11. Fardiaz,S., Polusi Air dan Udara, Penerbit Kanisius, Yogyakarta, 1995.
12. Kusnoputranto, Haryoto, Toksikologi Lingkungan, Dirjen Dikti, Jakarta,
1996.
13. Darmono, Lingkungan Hidup Dan Pencemaran, Universitas Indonesia,
Jakarta, 2001.
14. Nuarsa, IW, Mengolah Data Spasial Dengan Map Info Profesional, Penerbit
Andi, Yogyakarta, 2004.
15. Ali M. Rembesan Air Lindi (Leachate) Dampak pada Tanaman Pangan dan
Kesehatan. Surabaya : Upn press, 2011.
16. Widowati W, Santiono A, & Jusuf RR. Efek Toksik Logam Pencegahan dan
Penanggulangan Pencemaran. Yogyakarta : Penerbit Andi, 2008.
17. Darmono. Logam dalam Sistem Biologi Makhluk Hidup. Jakarta : UI press,
1995.
18. Palar H. Pencemaran dan Toksikologi Logam Berat. Jakarta : Rineka Cipta,
2004.
19. Sudarmaji, Mukono J & Corie IP. Toksikologi Logam Berat B3 dan
Dampaknya Terhadap Kesehatan. Jurnal Kesehatan lingkungan, 2012, Vol. 2
3228

(2).
20. Darmono. Lingkungan Hidup dan Pencemaran. Jakarta : UI press, 2001.
21. Hardjatmo & Husaini. Study the Properties of some Indonesian Natural
Zeolites. Jakarta : Seminar Mineral Property and Utilization of Natural
Zeolite, 1996.
22. Tsitsishvili GV. Natural Zeolite. New York : Ellis Harwood, 1992.
23. Thamzil L & Husen Z. Penggunaan Zeolit dalam Bidang Industri dan
Lingkungan. Batan : Jurnal Zeolit Indonesia, 2002, Vol. 1 (1).

Anda mungkin juga menyukai