Anda di halaman 1dari 15

Nama : Vincent Coryzon Mangasi Siagian

Tingkat :2

Mata Kuliah : Dogmatika

Tugas : Review Buku “Dasar Yang Teguh”

Bagian A. Asas Pengajaran Tentang Alkitab

Kata "Bible" dalam bahasa Inggris berasal dari kata Yunani Biblos, yang dalam bahasa
Indonesia diterjemahkan menjadi Alkitab. Alkitab bukan sebuah kitab biasa, Alkitab adalah kitab
Allah.

Ada dua bagian dalam Alkitab, Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Perjanjian Lama berisi
riwayat dan panggilan Allah kepada bangsa Yahudi, dan nubuat tentang Mesias yang dijanjikan,
yang akan datang sebagai Juruselamat dunia. Perjanjian Baru berisi berita tentang keselamatan
di dalam Yesus Kristus dan bagaimana manusia dapat memperoleh keselamatan itu. Itulah
sebabnya bagian itu disebut Perjanjian Baru. Alkitab sering disebut Firman Allah, yaitu
perkataan Allah kepada manusia. Bagaimana kita tahu bahwa apa yang ditulis dalam Alkitab
adalah perkataan Allah? Sebab Alkitab adalah pernyataan dari Allah. Pernyataan itu diberikan
oleh Allah kepada manusia dengan cara yang luar biasa. Horne mengatakan, "Pernyataan yaitu
Allah memperkenalkan diri-Nya kepada manusia, atau menyatakan kehendak-Nya kepada
manusia yang sebenarnya tidak dapat mengetahui dengan akal budi atau pikirannya sendiri."

Dalam Alkitab Tuhan Allah memberikan pernyataan yang genap dan sempurna kepada
manusia. Ia membuktikan kebenaran pernyataan itu dengan mujizat (/TB #Yohanes 3:2) dan
nubuat yang digenapi (Yesaya 46:9,10*; /TB #Yohanes 14:29*). Pernyataan itu adalah
pernyataan tentang diri-Nya sendiri yang digenapi dalam Yesus Kristus. Ia adalah penggenapan
dari semua pernyataan Allah Bapa (lihat /TB #Ibrani 1:2,3; 1Timotius 3:16*; /TB #Kolose
2:2,3; 2Korintus 4:6; Yohanes 1:1,18; 14:9; Matius 11:27*). "Agama Kristen timbul sebab Allah
menyatakan diri kepada manusia di dalam diri Yesus, tetapi pengajaran tentang Kekristenan
terdapat di dalam Alkitab yang harus diterima dan dipercayai di dalam hati dan pikiran orang
yang percaya" (McPherson).

Pernyataan yang demikian itu perlu sebab suara hati manusia tidak cukup kuat untuk
membawa dia kepada Allah. Selain itu pernyataan yang direncanakan itu penting supaya dapat
dijadikan suatu ukuran yang benar, yang tepat dan yang pasti. Sejak dahulu Rasul Paulus telah
memberitahukan bahwa akan datang guru-guru sesat di dalam jemaat-jemaat yang tidak
memperdulikan anggota-anggota jemaat-Nya, oleh sebab itulah perlunya penyataan Allah yang
direncanakan. Tetapi bagaimana merencanakan penyataan itu? Penyataan itu diilhamkan Allah
kepada manusia dan ditulis di dalam Alkitab.

Alkitab Diilhamkan Oleh Allah

Diilhamkan artinya, "si penulis Alkitab itu digerakkan dan dipimpin oleh Allah sehingga ia dapat
menuliskan kebenaran-kebenaran yang mungkin si penulis itu sudah mengetahuinya lebih
dahulu, tetapi mungkin juga ia belum mengetahuinya" (Pardington). "Bila dikatakan Alkitab
diilhamkan oleh Allah itu berarti Tuhan Allah menggerakkan serta memimpin pikiran orang-
orang yang menulis Alkitab itu, dengan demikian Alkitab itu adalah suatu undang-undang yang
tidak mungkin salah dan wajib dipercayai serta ditaati" (Strong). "Diilhamkan artinya: Roh
Kudus telah memimpin dan menggerakkan hati para penulis Alkitab sehingga apa yang ditulis
oleh mereka itu merupakan penyataan dari kehendak Allah dan merupakan Firman Allah"
(Wiley). Diilhamkan artinya, "Roh Kudus bekerja di dalam akal budi orang-orang yang menulis
Alkitab itu sehingga pikiran mereka dibukakan dan mereka dapat menuliskan kebenaran-
kebenaran Allah dengan tepat" (Hannah). Perkataan "diilhamkan oleh Allah" dalam bahasa
Yunani berarti "dinafaskan oleh Allah". (Lihat /TB #2Timotius 3:16; 2Petrus 1:21*).

Terjemahan Dr. Shellabear dari /TB #2Timotius 3:16* adalah sebagai berikut: "Adapun
segenap kitab (Alkitab) yang diilhamkan Allah yaitu berguna bagi pelajaran dan teguran, dan
membetulkan kelakuan orang dan mengajar dia dari hal kebenaran. "Terjemahan Dr. Bode
adalah sebagai berikut: "Adapun tiap-tiap kitab yang diwahyukan Allah, berfaedah bagi
pelajaran, bagi hal menyatakan yang salah, bagi hal membaiki yang rusak dan bagi hal
mengajarkan jalan yang benar. "Kedua terjemahan itu tidak tepat sekali dengan bahasa aslinya,
yaitu bahasa Yunani. Bila keduanya diselidiki benar-benar, akan jelas sekali perbedaannya
dengan terjemahan yang sebenarnya. Dahulu dalam bahasa Inggrispun ayat itu kurang tepat
penterjemahannya. Kemudian, setelah dikeluarkan terjemahan yang diperbaharui dari Amerika,
maka ayat itu dibetulkan penterjemahannya. Terjemahan yang tepat dengan bahasa aslinya
menyatakan bahwa segenap Alkitab diilhamkan oleh Allah.

Dalam terjemahan Perjanjian Baru yang berjudul "Injil", diterbitkan oleh percetakan Arnoldus,
Ende, Flores - Cetakan IV, 1971 - /TB #2Timotius 3:16* diterjemahkan dengan tepat sebagai
berikut: "Segala yang tertulis dalam buku-buku kudus diilhamkan oleh Allah dan berguna untuk
mengajar, meyakinkan para penentang, memberi nasihat-nasihat dan mendidik orang dalam
kebenaran. "Baca juga /TB #2Timotius 3:16* dari BIS. Dalam terjemahan yang mengatakan
"yang diilhamkan" seakan-akan menimbulkan pemikiran bahwa ada sebagian dari Alkitab yang
tidak diilhamkan oleh Allah dan ada sebagian yang diilhamkan oleh Allah. Ada sebagian
pengajaran yang berfaedah dan ada sebagian pengajaran yang tidak berfaedah. Sesungguhnya
bukan demikian yang dimaksud Rasul Paulus. "Orang-orang sesat dalam jemaat akan senang
apabila kita membaca terjemahan yang kurang tepat itu supaya di dalam pikiran kita timbul
pertanyaan-pertanyaan untuk menyelidiki dan menentukan mana yang diilhamkan dan mana
yang tidak. Dan dengan demikian seorang akan berkata bahwa ayat itu tidak berfaedah bagi
saya dan orang lain berkata bahwa ayat yang lain lagi yang tidak berfaedah baginya, sehingga
akhirnya segenap Alkitab itu sia-sia sebab tidak ada yang berfaedah" (Evans). Bukan kita yang
menghakimi Alkitab, tetapi Alkitablah yang harus menghakimi kita.

Terjemahan yang sesuai dengan aslinya itu disahkan dan diakui oleh Bishop Moberly, Bishop
Wordsworth, Bishop Trench, Dean Burgon, Dr. Tregelles, dan banyak para ahli bahasa Yunani
yang lain. Jadi, pernyataan bahwa segenap Alkitab itu diilhamkan oleh Allah merupakan satu
hal yang pasti dan tidak perlu diragukan lagi oleh manusia. Kita harus yakin seperti yang
dikatakan oleh Rasul Petrus, "Sebab tidak pernah nubuat dihasilkan oleh kehendak manusia,
tetapi oleh dorongan Roh Kudus orang-orang berbicara atas nama Allah" (/TB #2Petrus 1:21*).
Kita percaya bahwa para penulis Alkitab itu perkataannya benar, Tuhan menjaga apa yang
ditulis oleh mereka itu dari kesalahan, dan perkataan-perkataan mereka itu asalnya dari Allah.
Meskipun sifat para penulis itu berlainan dan berbeda pula cara penulisan mereka, namun kita
tahu bahwa mereka itu digerakkan dan dipimpin oleh Roh Kudus sehingga perkataan-perkataan
mereka telah menjadi Firman Allah.

I. PERJANJIAN LAMA DAN PENULISNYA MENYATAKAN BAHWA ALKITAB DIILHAMI


DAN DIWAHYUKAN ALLAH

Dalam ayat-ayat berikut terdapat pernyataan dari Perjanjian Lama bahwa Alkitab diilhamkan
oleh Allah: /TB #Ulangan 34:10; Keluaran 4:10-17*; /TB #Bilangan 17:2,3; Ulangan 4:2; 6:1;
29:1; Yosua 1:1-8; 2Samuel 23:2*; /TB #Amsal 30:5,6; Yesaya 5:24; 8:1; Yeremia 1:7-9; 7:27;
13:12; 30:1,2*; /TB #Yeremia 36:1-11,27-32; Yehezkiel 2:7; 3:10,11; 24:2; Daniel 12:8,9*;
/TB #Mikha 3:8; Habakuk 2:2; Zakharia 7:8-12*.

Perkataan, "Allah berfirman" atau "Firman Allah" atau kata-kata lain yang menyatakan bahwa
Allah berbicara disebutkan 3808 kali di dalam Perjanjian Lama. Kata-kata itu ditulis untuk
menunjukkan bahwa benar-benar Allah yang berfirman dan banyak juga bukti yang lain bahwa
perkataan mereka sungguh-sungguh Firman Allah.

A. Perkataan Tuhan Yesus tentang Perjanjian Lama

Tuhan Yesus mengakui dan mengesahkan bahwa Perjanjian Lama adalah Firman Allah dan
berasal dari Allah. Perkataan Tuhan Yesus itu telah menjadi bukti yang cukup bagi kita. Tuhan
Yesus mengakui Perjanjian Lama dalam ayat-ayat berikut: /TB #Matius 5:18; Lukas
24:27,44*; /TB #Matius 12:39,40; Lukas 11:29; Matius 8:17; Lukas 4:17,18* dll.

B. Kesaksian Para Rasul

Rasul-rasul Tuhan Yesus mengakui dan mengesahkan Perjanjian Lama dalam ayat-ayat berikut:
/TB #Kisah 1:16; 2Timotius 3:15-17; Roma 16:26*; /TB #Ibrani 10:16,17; 2Petrus 3:2; Wahyu
22:6*.

II. PERJANJIAN BARU DAN PENULISNYA MENYATAKAN BAHWA ALKITAB DIILHAMI


DAN DIWAHYUKAN ALLAH

Para penulis Perjanjian Baru juga mengakui bahwa apa yang mereka tulis itu diilhami oleh
Allah. Hal itu dapat kita lihat dalam ayat-ayat: /TB #2Petrus 1:20,21; 1Petrus 1:10,11; Kisah
1:16; 28:25; 1Korintus 2:13*; /TB #1Korintus 14:37; 1Tesalonika 2:13; 2Petrus 3:1,2; Matius
10:20*; /TB #Lukas 12:12; 21:14,15; Kisah 2:4*. Dari ayat-ayat itu mereka mengakui dan
percaya bahwa perkataan-perkataan mereka itu diilhamkan oleh Allah dan akal budi mereka
dipimpin oleh Roh Kudus.

Bukti dari Alkitab Sendiri dan bukti lain.

Bukti lain: ada buktinya bahwa segenap Perjanjian Baru diakui sah oleh seluruh jemaat sejak
sebelum tahun 200 S.M.

Bagi kita yang sungguh-sungguh percaya dan mentaati Alkitab, ada bukti yang tidak dapat
disangkal yaitu kita telah mendapat hidup kekal dan keselamatan bagi jiwa kita. Alkitab dapat
memberikan kepada kita keselamatan jiwa dan pengampunan dosa. Ini adalah bukti di dalam
batin kita dan tidak dapat disangkal oleh manusia. Dan bukti yang terbesar ialah bahwa Tuhan
Yesus Kristus dinyatakan dalam Alkitab. Ketika Tuhan Yesus akan meninggalkan dunia ini Ia
berkata, "Masih banyak hal yang harus Kukatakan kepadamu, tetapi sekarang kamu belum
dapat menanggungnya. Tetapi apabila Ia datang, yaitu Roh Kebenaran, Ia akan memimpin
kamu ke dalam seluruh kebenaran; sebab Ia tidak akan berkata-kata dari diri-Nya sendiri, tetapi
segala sesuatu yang didengar-Nya itulah yang akan dikatakan-Nya dan Ia akan memberitakan
kepadamu hal-hal yang akan datang. Ia akan memuliakan Aku, sebab Ia akan memberitakan
kepadamu apa yang diterima-Nya dari pada-Ku" (/TB #Yohanes 16:12-14*).

Di dalam kata-kata-Nya itu Ia berjanji akan memberitahukan kebenaran-kebenaran yang lain


kepada rasul-rasul-Nya yang kemudian ditulis oleh mereka menjadi kitab-kitab di dalam
Perjanjian Baru.

III. KEKANONAN DI DALAM ALKITAB

Kita telah membahas bahwa Alkitab diilhamkan oleh Allah melalui pekerjaan Roh Kudus di
dalam hati dan pikiran penulisnya. Tetapi kita patut mengetahui bagaimana kitab-kitab itu
dapat dimasukkan menjadi bagian-bagian dari Alkitab. Dalam bahasa Yunani dan Inggris hal ini
disebut "kanon". Arti sebenarnya dari kata "kanon" ialah "kayu ukuran", yang mengukur
kehidupan dan asas atau undang-undang kepercayaan. Mula-mula kata "kanon" artinya daftar
yaitu daftar kitab-kitab yang disahkan oleh jemaat yang mula-mula. Kanon sebuah kitab artinya
hak kitab-kitab itu untuk dimasukkan di dalam Alkitab.

Diterima tidaknya sebuah kitab dimasukkan di dalam Alkitab ditentukan oleh kesaksian jemaat
yang mula-mula, bukan oleh karena kuasa jemaat itu. Jemaat yang mula-mula tidak lebih
berkuasa atau lebih mulia daripada jemaat yang sekarang, akan tetapi kesaksian jemaat yang
mula-mula lebih autentik. "Jemaat yang mula-mula tidak menggunakan hak mereka untuk
menyelidiki isi Kitab Suci, tetapi jemaat yang mula-mula itu menyaksikan siapa yang menulis
kitab-kitab yang termasuk di dalam Kitab Suci itu" (Shedd). "Kitab-kitab yang disahkan oleh
jemaat yang mula-mula hanyalah kitab-kitab yang ditulis oleh rasul-rasul atau disahkan oleh
seorang rasul Yesus Kristus. Oleh sebab itu Injil Markus dan Injil Lukas diterima dengan baik
karena Injil Markus disahkan oleh Rasul Petrus dan Injil Lukas disahkan oleh Paulus. Bila masih
diragukan siapa penulisnya, maka kekanonan itu dipakai disertai dengan kesaksian jemaat yang
memegang kitab tersebut" (Wiley).

Kita dapat membaca bahwa Yesus Kristus, Nabi yang terbesar, telah mengesahkan segenap
Perjanjian Lama di dalam /TB #Lukas 24:27,44* dan /TB #Yohanes 5:39*.

Yesus Kristus adalah KALAM/Firman Allah, dan Ia adalah Allah dan manusia. Demikian juga
Firman Allah itu adalah perkataan ilahi tetapi juga perkataan dari manusia sebab ditulis oleh
manusia. Bila kita membaca Alkitab, kita akan merasakan "Keilahiannya" sebab alkitab itu
diilhamkan Allah dan merasakan "kemanusiaannya" sebab Alkitab itu ditulis oleh manusia.

A. Kanon Perjanjian Lama

Dahulu Perjanjian Lama dibagi atas tiga bagian, yaitu: 1. Taurat; 2. Kitab Para Nabi; 3. Kitab
Mazmur dan lain-lain. Asal mula Kekanonan Perjanjian Lama masih belum dapat diketahui
dengan pasti. Ada sedikit keterangan mengenai hal itu di dalam Perjanjian Lama. Setelah Musa
menulis Taurat, ia memerintahkan agar menyimpan Taurat itu di samping tabut perjanjian
Tuhan (/TB #Ulangan 31:26*). Di dalam Taurat Musa itu dikatakan bahwa setiap raja bangsa
Israel diharuskan membaca dan mentaati kitab itu (/TB #Ulangan 13:18*). Yusak mengadakan
perjanjian dengan orang-orang Israel dan menuliskannya di dalam Taurat (/TB #Yosua
24:26*). Samuel memberikan penjelasan bagaimana sepatutnya sikap seorang raja kepada
rakyatnya dan hal itu juga ditulis di dalam sebuah kitab (/TB #1Samuel 10:25*). Pada waktu
Yosafat menjadi raja, persembahan orang-orang Yahudi disucikan dan iman-iman serta orang-
orang Lewi mengajarkan Taurat Allah kepada kaumnya (/TB #2Tawarikh 17:9*).

"Tahun yang penting yang berhubungan dengan kanon Perjanjian Lama ialah 621 sebelum
Masehi. Pada waktu itu Hilkia, imam besar, kebetulan menemukan Kitab Taurat di dalam
Kaabah pada waktu Yosia menjadi raja. Lihat /TB #2Raja 22:28,10*. Lalu Raja Yosia
memanggil orang banyak supaya mereka mendengar dan belajar dari kitab itu (/TB #2Raja
23:1-3*). Mereka yakin bahwa itu adalah Taurat Allah. Tahun yang penting berikutnya ialah
kira-kira tahun 500-450 S.M. Yaitu ketika Taurat dinyatakan dan diajarkan kepada orang-orang
Israel. Masa itu adalah masa Ezra dan Nehemia. Pada waktu itu Taurat Allah dibacakan kepada
orang-orang dan dibuat sebuah perjanjian oleh para pemimpin bangsa Israel (/TB #Nehemia
8:1 dst). Kalau kita menyelidiki pasal Nehemia 8:1-10:39* maka akan jelas bahwa Kitab Yosua
disambung dengan Kitab Taurat. Dengan demikian kita dapat mengatakan bahwa Taurat, atau
bagian pertama dalam Perjanjian Lama disahkan dan diteguhkan pada tahun 440 S.M. "(Wiley).

B. Kanon Perjanjian Baru

Kanon Perjanjian Baru juga tidak dapat dipastikan tahunnya karena kekanonan itu terjadi dalam
jangka waktu yang panjang. Yang jelas adalah kekanonan Perjanjian Baru berakhir pada tahun
397. Rupanya kekanonan yang pertama ialah kekanonan dari daftar kitab-kitab yang sah yang
dipakai oleh beberapa jemaat yang mula-mula. /TB #2Petrus 3:16* menunjukkan bahwa surat-
surat Rasul Paulus dikumpulkan dan disusun. Kemungkinan surat Paulus kepada jemaat di
Efesus adalah surat edaran yang dikirimkan kepada beberapa jemaat. Jemaat-jemaat itu
kemudian menyimpan surat-surat yang mereka terima itu lalu surat-surat itu kemudian menjadi
Perjanjian Baru. Di antara anggota-anggota jemaat yang mula-mula itu ada beberapa orang
yang telah membuat daftar kanon dari kitab-kitab yang dianggap sah. Yang pertama dibuat
oleh Origen pada tahun 210. Dalam daftarnya Kitab Yakobus dan Kitab Yudas tidak termasuk,
akan tetapi dalam pernyataannya yang lain ia mengesahkan kedua kitab itu. Kemudian pada
tahun 315 Eusebius mengemukakan daftar kanon yang dibuatnya.

C. Apokripa (Apocrypha): Kitab-kitab yang kekanonannya tidak diakui dalam


Perjanjian Lama.

Telah dijelaskan sebelumnya bahwa kanon Perjanjian Lama dianggap sudah genap pada kira-
kira tahun 100 S.M. Akan tetapi ada juga kitab-kitab tulisan yang lain. Kitab-kitab itu sering
dibaca akan tetapi tidak diakui sebagai Alkitab oleh orang-orang Yahudi di Palestina. Dahulu
orang-orang Yahudi di Yunani dan Alexandria menganggap kitab-kitab itu hampir sama dengan
Alkitab.

Kitab-kitab lain yang jumlahnya ada 14 itu disebut Apokripa. Apokripa artinya "tersembunyi"
atau "tertutup". Kitab-kitab itu tidak pernah dianggap sah baik oleh Perhimpunan orang Yahudi
maupun oleh jemaat yang mula-mula. Jemaat yang mula-mula menerima kanon dari orang-
orang Yahudi yang di Palestina, bukan kanon dari orang-orang Yahudi di Alexandria. Gereja
Roma mengakui sah Apokripa itu dalam perhimpunan Trent pada tahun 1546. Jemaat
Protestan, sama seperti jemaat yang mula-mula, tetap menolak kitab-kitab Apokripa itu dan
tidak menganggapnya sebagai Alkitab. "Bukan manusia yang menjadi hakim atas Alkitab tetapi
Alkitablah yang menghakimi manusia" (Pardington).

D. Alkitab adalah dasar kepercayaan kita.

Alkitab, yaitu Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, adalah dasar kepercayaan orang Kristen.

Perjanjian Baru menyatakan bahwa Perjanjian Baru itu merupakan penggenapan dari Perjanjian
Lama, hal itu dapat dilihat dalam Ibrani 1:2; Galatia 1:8,9; Wahyu 22:18*. Alkitab menjadi
pedoman untuk kita dapat menguji apakah suatu jemaat benar atau murtad kepada Allah.

Jemaat yang mempunyai asas kepercayaan dan perbuatan yang sesuai dengan Alkitab adalah
jemaat yang benar, tetapi jemaat yang asas kepercayaan dan perbuatannya tidak sesuai
dengan Alkitab, jemaat itu adalah jemaat yang murtad. Hal ini dapat diketahui dari ayat-
ayat: /TB #Ulangan 28:58,59*; /TB #Ulangan 32:46,47; Yosua 1:7,8; Yesaya 8:20; 34:16;
Yohanes 5:39*; /TB #Lukas 16:29-31; Kisah 17:11; Yakobus 1:22-24*.

E. Alkitab penting sekali untuk kita.

Dalam /TB #Mazmur 19:8* kita membaca: "Taurat Tuhan itu sempurna, menyegarkan jiwa;
peraturan Tuhan itu teguh, memberikan hikmat kepada orang yang tak berpengalaman. "Dalam
ayat itu dinyatakan bahwa Alkitab itu sempurna, menyegarkan jiwa bagi orang yang
mempercayainya, teguh dan memberikan hikmat kepada orang yang tak berpengalaman
(bodoh). Seluruh /TB #Mazmur 119:1-176* menyatakan pentingnya Alkitab. Demikian juga /TB
#Lukas 11:28* mengatakan, "Yang berbahagia ialah mereka yang mendengarkan firman Allah
dan yang memeliharanya."

F. Hubungan Perjanjian Lama dengan Perjanjian Baru

Persoalan yang pertama-tama timbul dalam jemaat yang mula-mula ialah apakah hubungan
antara Taurat dengan jemaat Yesus Kristus. Kebanyakan orang Yahudi yang sudah percaya
tidak mau melepaskan undang-undang Taurat dan orang-orang bukan Yahudi merasa tidak
perlu mentaati semuanya. Persoalan ini telah menjadi persoalan yang penting sehingga Rasul
Paulus mengatakan bahwa orang-orang bukan Yahudi tidak perlu menjadi orang Yahudi dahulu
sebelum mereka menjadi orang Kristen.

Surat Paulus kepada jemaat Galatia menyatakan bahwa Kekristenan itu bebas dari Taurat.
Pernyataan itu dilanjutkan dan lebih dijelaskan di dalam surat Efesus. Hal itu telah menjadi
perselisihan dalam jemaat sehingga diadakan pertemuan istimewa untuk menyelesaikan hal itu.
Pertemuan itu diadakan di Yerusalem (/TB #Kisah 15:1-41*). Orang-orang Farisi yang sudah
percaya mengatakan bahwa orang-orang bukan Yahudi harus disunat. Petrus mengemukakan
tentang hal-hal yang terjadi di antara orang-orang bukan Yahudi di tempat ia telah
mengabarkan Injil. Yakobus membuat keputusan seperti yang tertulis dalam /TB #Kisah 15:19-
21*.
G. Sedikit keterangan mengenai Alkitab.

Alkitab yang paling tua disalin langsung dari aslinya. Ada tiga salinan yang paling tua, yaitu
Kodex Sinaiticus, Kodex Alexandrinus, dan Kodex Vatikkanus.

H. Terjemahan-terjemahan dalam Bahasa Inggris

Sebelum abad keempat belas Alkitab hanya di dalam bahasa Latin saja, jadi banyak orang yang
tidak dapat membaca Alkitab. Setelah itu barulah ada terjemahan-terjemahan dalam bahasa
Inggris.

Terjemahan John Wycliffe, yang hidup antara 1320-1384. Ia adalah seorang Inggris yang
terpelajar. Ia menyelesaikan terjemahan Perjanjian Baru kira-kira 1380. Sahabat-sahabatnya
meneruskan pekerjaannya setelah ia meninggal. Terjemahannya didasarkan pada Vulgata.

Bagian B. Asas Pengajaran Tentang Allah

I. WUJUD ALLAH

Alkitab mulai dengan perkataan, "Pada mulanya Allah". Lihatlah /TB #Kejadian 1:1 dan /TB
#Yohanes 1:1,2,3*. Tidak ada penulis Alkitab yang mencoba membuktikan bahwa Allah ada.
Manusia di seluruh dunia percaya bahwa Allah ada, karena kepercayaan itu memang diletakkan
oleh Allah dalam hati manusia. "Orang bebal berkata dalam hatinya: 'Tidak ada Allah' "(/TB
#Mazmur 14:1*). Hanya orang bebal yang tidak percaya bahwa Allah ada. Bagi kita sebagai
orang Kristen, kenyataan bahwa Allah itu ada diyakinkan di dalam hati kita, sebab kita dapat
merasakan persekutuan dengan Allah. Oleh karena itu kita tidak perlu mencari bukti-bukti yang
di luar. Dengan iman orang mengetahui bahwa ibunya adalah sungguh-sungguh ibunya.
Walaupun ia tidak dapat membuktikannya, tetapi hal itu dinyatakan di dalam hatinya. Kalau kita
ingin mendapatkan bukti bahwa Allah ada, lebih baik kita melihat kepada Tuhan Yesus Kristus.
Tuhan Yesus telah berkata kepada Filipus, "Barangsiapa telah melihat Aku, ia telah melihat
Bapa" (/TB #Yohanes 14:9 dan /TB #Ibrani 1:3*). Yesus Kristus menyatakan Allah kepada kita
dan Ia sendiri adalah Allah (/TB #Yohanes 1:1*). Kenyataan bahwa Allah ada dibuktikan dalam
sifat kesucian Yesus Kristus. Alkitab juga membuktikan bahwa Allah ada, sebab tanpa
pertolongan Allah manusia tidak mungkin menulis Alkitab. Di samping itu pekerjaan Yesus
Kristus membuktikan bahwa Allah ada. Jemaat Kristus juga membuktikan bahwa Allah ada.

II. ALLAH ADALAH ROH

"Allah itu Roh dan barangsiapa menyembah Dia, harus menyembah-Nya dalam roh dan
kebenaran" (/TB #Yohanes 4:24*). Perempuan Samaria bertanya kepada Yesus, di mana ia
dapat menemui Allah, apakah di Gunung Sion atau di Gerizim. Dan Tuhan Yesus menjawab
bahwa Allah tidak dapat ditempatkan pada suatu tempat. Tuhan Allah harus disembah dengan
roh, dan tidak dapat bergantung pada tempat, rupa atau syarat-syarat lain yang diadakan oleh
manusia. Ia harus disembah dalam kebenaran, dalam pengertian yang benar. Sebab banyak
orang yang menyembah dengan pengertian yang salah karena kurang pengertian, misalnya
orang harus menyembah Allah di Mekhah, atau di Yerusalem, atau di Roma. Segala tempat
adalah suci bagi orang yang menyembah Tuhan dengan roh dan kebenaran. Mengenai Allah
adalah Roh dapat kita lihat dalam /TB #1Korintus 2:10-12*.

III. ALLAH ADALAH SATU PRIBADI

Dalam agama yang benar harus ada persekutuan di antara yang menyembah dan yang
disembah, yaitu antara manusia dan Allah. Demikianlah dalam agama Kristen, yaitu
persekutuan secara pribadi, antara Allah di surga dengan manusia di dunia ini. Bila Allah bukan
satu pribadi tentu manusia tidak dapat bersekutu dengan Dia. Demikian juga kalau manusia
bukan satu pribadi tentu tidak ada persekutuan antara Allah dan manusia. Allah adalah satu
pribadi, dan hal itu banyak dibuktikan di dalam Alkitab.

IV. KEESAAN ALLAH

Asas pengajaran tentang keesaan Allah berlawanan dengan pengajaran yang mengatakan
bahwa ada banyak Allah; dan berlawanan dengan pengajaran yang berpendapat bahwa ada
tiga Allah; yaitu Bapa, Anak dan Roh Kudus. Ada banyak ayat di dalam Alkitab yang
memberikan kepastian bahwa Allah Esa. Bacalah: /TB #Ulangan 4:35; 6:4; Yesaya 44:6;
45:5,14,18; 1Timotius 2:5*; /TB #Markus 10:18; 12:29*. Dari ayat-ayat itu nyata bahwa
sungguh Tuhan Allah kita adalah Allah yang Esa, dan kecuali Dia tidaklah ada Allah lain.
Mustahil ada dua Allah, sebab Allah Mahakuasa dan tidak mungkin ada dua yang Mahakuasa.

Sifat Keesaan Allah

Asas pengajaran tentang keesaan Allah tidak berlawanan dengan Tritunggal dalam keesaan
Allah itu. Memang ada tiga oknum dalam diri Allah, tetapi Allah itu Esa. Perkataan Ibrani
dalam /TB #Kejadian 2:24* dan /TB #Kejadian 11:6* adalah "satu yang Esa", artinya "satu
yang terdiri lebih dari satu unsur yang berhubungan dan bercampur". Misalnya suami dan isteri
menjadi satu daging, artinya satu. Bila bangsa Israel menyebut "satu daging" artinya satu.
Dalam bahasa Yunani ada juga kata yang dipakai untuk menunjukkan arti satu. Lihatlah /TB
#1Korintus 3:6-8*, ia yang menanam dan yang menyiram adalah satu. /TB #1Korintus 12:13*
mengatakan, "... dibaptis menjadi satu tubuh". Juga /TB #Yohanes 10:30* mengatakan, "Aku
dan Bapa adalah satu".

V. ALLAH YANG ESA ADALAH ALLAH TRITUNGGAL

Sesungguhnya ini merupakan satu rahasia yang tidak dapat kita mengerti dengan sejelas-
jelasnya. Akan tetapi hal ini diajarkan kepada kita di dalam Alkitab. Hal ini merupakan suatu
asas pengajaran yang patut dipercayai walaupun kita tidak dapat mengerti dengan jelas.

VI. KEKEKALAN ALLAH

1. Allah itu kekal, /TB #Kejadian 21:33; Yesaya 40:28; Ibrani 1:12*; /TB #Mazmur 90:2-4;
102:25-28*. Dari ayat-ayat itu nyata bahwa Allah itu kekal. Allah tidak ada
permulaannya dan tidak ada kesudahannya. Sebelum zaman-zaman purba, Allah sudah
ada, dan Ia sekarang ada, bahkan Ia selalu akan ada pada segala zaman yang akan
datang. Dalam /TB #Keluaran 3:14* (TKB), Yehova mengatakan, "Aku akan ada, yang
Aku ada".
2. Allah tidak berubah, /TB #Maleakhi 3:6; Yakobus 1:17*. Bagi Allah, waktu yang telah
lalu, yang sedang dijalani sekarang dan yang akan datang adalah sama saja, yaitu sama
dengan sekarang. /TB #1Samuel 15:29* dan /TB #Ibrani 6:17* menunjukkan bahwa
Allah tidak berubah. Allah tidak berubah dalam perkataan-Nya, kehendak-Nya dan sifat
serta tindakan-Nya.

Pertanyaan : /TB #Yunus 3:10*. Dalam ayat ini dikatakan bahwa Allah telah menyesal.
Apa sebabnya? Jawab : Sifat Allah tidak berubah, yaitu Ia tetap membenci dosa dan
harus menghukum orang berdosa, akan tetapi sebagaimana Niniwe itu meninggalkan
dosa mereka dan bertobat, demikian pula Tuhan membatalkan niat-Nya untuk
menghukum orang yang berdosa itu. Tuhan menghukum orang yang berdosa hanya
apabila mereka tidak mau bertobat. Keputusan Allah tidak berubah terhadap dosa dan
kebenaran; oleh sebab itu terhadap orang yang bertobat dan datang kepada kebenaran,
Allah juga mengubah sikap-Nya. Tuhan ingin memberikan rahmat kepada orang yang
meninggalkan dosanya lalu bertobat. Oleh karena itulah sikap dan keputusan Allah tidak
berubah. Akan tetapi hubungan Allah dengan manusia berubah apabila hubungan
manusia dengan dosa berubah. Kalau Allah membenci kejahatan dan mengasihi
kebenaran, Ia harus memberikan balasan kepada manusia sesuai dengan sifat-Nya itu.
Dalam ayat-ayat yang disebutkan di sini dan juga ayat-ayat yang lain, sifat atau
tindakan manusia diterapkan kepada Allah. Tidak ada cara lain untuk mengungkapkan
perasaan Allah, kecuali menyesuaikannya dengan sifat-sifat dan sikap manusia. Bila
tidak demikian, bagaimana manusia dapat mengerti perasaan Allah? Jadi, pikiran yang
fana ini dipakai untuk menerangkan perkara-perkara ilahi. Itulah sebabnya dikatakan
"maka menyesallah Allah". Tetapi bukan berarti Ia menyesal sebab salah dan bukan
karena Ia ingin mengubah maksud dan tujuan-Nya yang semula.

Bagian C. Asas Pengajaran Tentang Yesus Kristus

5. YESUS KRISTUS SUDAH ADA SEBELUM IA DILAHIRKAN

A. Bukti bahwa Yesus Kristus sudah ada sebelum dilahirkan ke dalam dunia

Dengan jelas Alkitab menulis bahwa Yesus Kristus sudah ada sebelum Ia dilahirkan ke dalam
dunia ini. Lihat Yohanes 1:1-5; 8:58; 17:5,24; Kolose 1:13-17; Ibrani 1:2,8; 2:10. Yesus Kristus
tidak pernah diciptakan. Ia selama-Nya ada, yaitu dari kekal sampai kekal. Yesus Kristus ialah
Anak Tunggal Allah Bapa, dari kekal yang telah lalu sampai kekal yang akan datang. Lihat
Yohanes 1:14,18; 3:16,18; 1Yohanes 4:9. Dalam Perjanjian Lama Yehova ialah Yesus Kristus
yang dinyatakan kepada manusia. Hanya Ia saja yang dapat menyatakan Allah kepada
manusia, Yohanes 1:18. Tuhan Yesus berkata, "Sesungguhnya sebelum Abraham jadi, Aku
telah ada" (Yohanes 8:58). Lihat juga Yohanes 3:13. Yesaya menyebut Yesus Kristus "Bapa
Kekekalan", Yesaya 9:5. Lihat juga Kolose 1:17.

B. Kemuliaan Yesus Kristus sebelum Ia dilahirkan ke dalam dunia

Kemuliaan dan wujud Yesus Kristus dinyatakan dalam ayat-ayat yang berikut: Yohanes 17:5,24;
Filipi 2:6,7; Kolose 1:15; Ibrani 1:3. Kita tidak mengetahui semua kemuliaan itu, tetapi Tuhan
Yesus mengatakan bahwa diri-Nya berada "di pangkuan Bapa" (Yohanes 1:18), dan bahwa Ia
telah dikasihi Bapa "sebelum dunia dijadikan" (Yohanes 17:24). Di dalam Allah yang Esa ada
tiga Pribadi yang menjadi satu, dan hubungan antara tiga Pribadi itu tidak dapat kita mengerti
dengan sempurna.

C. Pekerjaan Yesus Kristus sebelum Ia dilahirkan ke dalam dunia

Barangkali pekerjaan-pekerjaan Yesus Kristus sebelum Ia dilahirkan ke dalam dunia ini lebih
banyak dan lebih besar daripada pekerjaan-pekerjaan sesudah Ia dilahirkan (Yohanes 21:25).
Tetapi kita tahu bahwa pekerjaan-Nya yang terbesar dan terindah yaitu menyelamatkan
manusia dari hukuman dosa. Pekerjaan-Nya sebelum Ia dilahirkan ke dalam dunia ini ada dua
macam: menciptakan alam semesta, dan memelihara dan mengaturnya.

1. Menciptakan: Dapat diketahui dari Yohanes 1:3; Kolose 1:16; Ibrani 11:3, dll., Bahwa
alam semesta ini diciptakan oleh Yesus Kristus.
2. Memelihara dan Mengatur: Dapat diketahui dari Kolose 1:17; dan Ibrani 1:3 bahwa alam
ini diteguhkan, diatur dan dipelihara oleh Yesus Kristus.

D. Yesus Kristus menyatakan diri kepada manusia pada masa Perjanjian Lama.

Dari Kitab Kejadian sampai Kitab Maleakhi seringkali ada peristiwa-peristiwa yang menunjukkan
bahwa Yesus Kristus menyatakan diri kepada kaum Israel. Penyataan itu berupa tanda-tanda
yang menyatakan diri-Nya, dan penyataan-penyataan dalam wujud tubuh.

E. Tiga contoh Nubuat mengenai Yesus Kristus

Dalam Perjanjian Lama terdapat tiga contoh yang melukiskan tentang Yesus Kristus:

1. Domba Paskah yang tersembelih. Lukisan ini terdapat dalam Keluaran 12:1-28. Bukti
bahwa Yesus Kristus adalah Domba Paskah kita, terdapat dalam perkataan Yohanes
Pembaptis yaitu "Domba Allah". Lihat Yohanes 1:29. Di pulau Patmos Rasul Yohanes
telah mendapat penglihatan mengenai Yesus Kristus sebagai Domba yang tersembelih,
Wahyu 12:11.

2. Hamba yang Setia. Lukisan ini terdapat dalam Mazmur 40:7-9. (Lihat Ibrani 10:5-10).
Perkataan ini ada hubungannya dengan perkataan yang terdapat dalam Keluaran 21:2-
6, yang di dalamnya hamba itu mencintai tuannya dan tidakmau lepas daripadanya.
Dalam Mazmur 40:7 terdapat perkataan menusuk telinganya, yang sama dengan ditulis
dalam Keluaran 21:6, Hal itu melukiskan Tuhan kita Yesus Kristus yang digenapkan
dalam Injil Markus, yang menunjukkan Yesus Kristus sebagai Hamba Allah.
3. Anak Kekasih. Lukisan ini terdapat dalam tiga ayat yang berikut: 2Samuel 7:14-16;
Mazmur 2:7; 89:26-30. Pada waktu Tuhan Yesus Kristus dibaptiskan Allah Bapa
menyebut Dia "Anak-Ku yang Kukasihi". Lihat dalam Alkitab TKB: Matius 3:17; Markus
1:11, Lukas 3:22. Pada waktu Yesus Kristus dipermuliakan di atas gunung, sekali lagi Ia
disebut, "Anak-Ku yang Kukasihi", Matius 17:5 (TKB); Markus 9:7 (TKB); Lukas 9:35
(TKB/LAI). Lihat juga Yesaya 42:1 dan Efesus 1:6.
Bagian D. Asas Pengajaran Tentang Roh Kudus

14. PRIBADI ROH KUDUS

Tuhan Yesus, yang telah bangkit dari antara orang-orang mati, yang telah naik ke sorga serta
dipermuliakan disebelah kanan Allah, ialah yang mengutus Roh Kudus agar tinggal di dalam hati
orang-orang saleh. Roh Kudus itu tidak mempunyai tubuh bagi dirinya sendiri, kecuali orang-
orang yang ditebus oleh Kristus menyerahkan tubuhnya kepada-Nya untuk menjadi tempat
kediaman roh itu. Pada hari Pentakosta Roh Kudus mulai tinggal di dalam hati orang-orang
yang ditebus oleh Kristus, yaitu yang menjadi tubuh Kristus dan jemaat-Nya. Pelajaran
mengenai Roh Kudus penting sekali bagi jemaat Kristus. Marilah kita menyelidiki hal itu.

I. KEPRIBADIAN ROH KUDUS

Roh Kudus bukan suatu kuasa yang tidak memiliki kepribadian, dan bukan hanya suatu
gerakan, Roh Kudus ialah satu pribadi yang pasti. Hal ini diajarkan dalam Alkitab seperti
berikut:

A. Sebutan Ia dan Dia dipakai untuk Roh Kudus

Sebelum Ia dan Dia biasa dipakai hanya kepada suatu pribadi, dan dalam Yohanes 14:16,17;
15:16; 16:7-14; dua perkataan itu dipakai untuk Roh Kudus, yang membuktikan bahwa Ia
adalah satu pribadi yang pasti.

B. Sifat-sifat suatu pribadi ada pada Roh Kudus

Roh Kudus mempunyai pengetahuan - 1Korintus 2:10,11.


Roh Kudus berkehendak - 1Korintus 12:11.
Roh Kudus mempunyai kasih - Roma 15:30.
Roh Kudus mempunyai pikiran - Roma 8:27.
Nyata bahwa sifat-sifat penting yang ada pada satu pribadi dimiliki oleh Roh Kudus.

C. Perbuatan Roh Kudus yang menyatakan Ia adalah satu pribadi

Roh Kudus menyelidiki segala sesuatu yang tersembunyi dalam diri Allah - 1Korintus 2:10.
Roh Kudus dapat berkata-kata kepada manusia - Wahyu 2:7; Kisah 13:2; 21:11.
Roh Kudus bersaksi tentang Kristus - Yohanes 15:26.
Roh Kudus memohon untuk kita - Roma 8:26.
Roh Kudus mengajarkan segala kebenaran - Yohanes 14:26; 16:12,14.
Roh Kudus memimpin orang-orang saleh - Kisah 16:6; Roma 8:14.
Roh Kudus memerintah - Kisah 16:6,7.
Roh Kudus memanggil manusia serta memberi jabatan kepada mereka Kisah 13:2; 20:28.
Roh Kudus telah melakukan banyak hal yang hanya dapat dilakukan oleh satu pribadi.
D. Hal-hal yang dapat dilakukan oleh manusia terhadap Roh Kudus

Roh Kudus dapat didukacitakan dan didurhakai - Kejadian 6:3; Yesaya 63:10; Kisah 7:51;
Efesus 4:30. Roh Kudus dapat diolok-olok - Ibrani 10:29. Kepada Roh Kudus orang dapat
berdusta - Kisah 5:3. Roh Kudus dapat diterima atau disambut - Yohanes 20:22; Kisah 19:2.
Roh Kudus dapat dihujat - Matius 12:31-32. Sikap semacam itu hanya dapat dilakukan kepada
satu pribadi.

E. Roh Kudus Menggantikan Tuhan Yesus di atas Bumi ini

Memang Tuhan Yesus adalah satu pribadi, dan ketika Ia di dunia ini orang-orang mengakui
bahwa Ia adalah satu pribadi. Oleh sebab Tuhan Yesus mengutus Roh Kudus untuk
menggantikan Dia (Yohanes 14:16-18), maka hal itu membuktikan bahwa Roh Kudus adalah
satu pribadi; sebab hanya satu pribadi yang dapat menggantikan Tuhan Yesus. Roh Kudus
bukan hanya satu kuasa yang melaluinya Allah bekerja, melainkan Ia adalah satu pribadi yang
pasti. Satu pribadi mempunyai pengetahuan, kehendak dan niat dalam dirinya. Tuhan Yesus
telah mengatakan bahwa Roh Kudus sebagai satu pribadi akan mengajarkan segala perkara
kepada kita serta menyaksikan tentang Yesus Kristus. Kita patut menganggap Roh Kudus
sebagai satu pribadi sama seperti kita memikirkan Tuhan Yesus adalah satu pribadi.

Bagian E. Asas Pengajaran Tentang Manusia

18. PENCIPTAAN MANUSIA

A. Manusia diciptakan oleh Allah

Alkitab menyatakan dengan jelas dan tegas bahwa manusia diciptakan oleh Allah, manusia
diciptakan dalam jangka waktu yang singkat dan berlangsung sebagai manusia dewasa yang
sempurna, Kejadian 1:27; 2:7. Dalam bahasa Ibraninya, kata "menciptakan" dalam Kejadian
1:27 yang dipakai adalah "bara", tetapi dalam ayat Kejadian 1:25 kata yang dipakai adalah
"asah", yang berkenan dengan binatang, yang liar dan yang jinak. Kedua kata itu tidak
mengandung arti "bertumbuh" atau "berubah rupa" atau "menjadi lain". Perkataan "asah"
berarti "membuat dengan memakai bahan-bahan" seperti membuat meja dari kayu. Istilah
"bara" berarti "menjadikan dengan tidak memakai bahan apa-apa". Jadi, Alkitab tidak
mengemukakan alasan apa pun sehingga ilmu pengetahuan atau manusia dapat berpikir bahwa
tubuh manusia adalah keturunan dari binatang, apalagi pikirannya dan jiwanya. Alkitab
menerangkan bahwa Allah menciptakan manusia langsung, Kejadian 1:27; 5:1,2. Cara Tuhan
menjadikan manusia diterangkan dalam Kejadian 2:7 dan Kejadian 2:21,22. "Pelajaran evolusi
(suatu jenis berkembang dan berubah sampai menjadi jenis baru yang lebih tinggi
tingkatannya) tidak dapat didasarkan pada pasal Kejadian 1:1-2:25. Pengarang kitab Kejadian
juga memakai perkataan Ibrani "yatsar" yang berarti "membuat", bukan bertumbuh atau
bertambah-tambah... Tidak ada binatang yang dijadikan menurut gambar dan rupa Allah;
badan binatang tidak dibuat atau diciptakan seperti badan manusia." Leader S. Keyser.
B. Semua manusia adalah keturunan Adam dan Hawa

Di dalam Alkitab ada banyak bukti bahwa semua manusia adalah keturunan Adam dan Hawa,
Kejadian 1:27,28; 9:19. Akan tetapi ada bukti yang lain di samping bukti dari Alkitab. Ada bukti
dari sejarah dunia: Sejarah negara-negara dan bangsa-bangsa dari seluruh dunia menunjukkan
bukti bahwa segenap manusia asalnya dari satu pasang suami isteri di Asia. Ada pula bukti dari
bahasa-bahasa manusia: Menurut para ahli yang menyelidiki asal-usul bahasa-bahasa di dunia,
maka ada banyak tanda-tanda yang membuktikan bahwa semua bahasa yang terkenal di dunia
ini berasal dari satu bahasa. Dan tidak ada bukti bahwa bahasa-bahasa yang tidak terkenal
tidak berasal dari satu bahasa. Bukti dari ilmu jiwa manusia: Semua bangsa dan suku-suku
bangsa di dunia ini, memiliki cara berpikir yang sama. Ini nyata dari adanya persamaan di
dalam pepatahnya, adat-istiadatnya, budi pekertinya, dongeng-dongeng nenek moyang, dan
kemungkinan segala bangsa menjadi orang Kristen. Ini membuktikan bahwa semua manusia
hanya satu asalnya. Bukti dari ilmu tubuh manusia: Segala bangsa dapat mengadakan
perkawinan antara bangsa dan mereka dapat memperoleh keturunan. Suhu tubuh segala
bangsa sama panasnya. Segala bangsa mempunyai nadi yang sama banyaknya. Segala bangsa
dapat diserang segala macam penyakit. Hal-hal demikian tidak dapat terjadi pada binatang, dan
darah manusia selalu dapat dibedakan dari darah binatang, kalau dilihat dengan mikroskop.

C. Manusia diciptakan atas gambar dan rupa Allah

Alkitab menyatakan dengan jelas sekali bahwa manusia diciptakan menurut gambar dan rupa
Allah, Kejadian 1:26,27; 1Korintus 11:7. Dalam dua hal manusia dijadikan menurut gambar dan
rupa Allah, yaitu (1) hal kesucian, (2) sebagai suatu pribadi. Dalam hal kesucian berarti bahwa
manusia dijadikan dengan pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat; manusia dijadikan
suci dan tidak berdosa, Pengkhotbah 7:29; Efesus 4:24; Kolose 3:10. "Adam dijadikan dengan
perangai yang suci, yaitu dengan kerinduan akan Allah: semua orang yang lahir setelah dia,
dilahirkan dengan kerinduan untuk menjauhkan diri daripada Allah". Farr. Sebagai suatu pribadi
berarti bahwa manusia dijadikan satu pribadi seperti Allah adalah satu pribadi; dan manusia
mempunyai pengetahuan tentang dirinya sendiri, dan mempunyai kehendak diri sendiri. Ia
mempunyai pengetahuan, perasaan dan kehendak. Tidak ada binatang yang demikian. Manusia
mempunyai hati nurani yang dapat memberitahukan mana yang baik dan yang jahat. Akan
tetapi bisikan kalbu bukan suatu ukuran atau patokan yang sempurna, sebab hati nurani
mungkin diabaikan dan dimatikan. Oleh sebab itu perlu sekali kita selalu membaca Firman
Tuhan supaya hati nurani kita disesuaikan dengan Firman itu.

D. Hasil penciptaan manusia

Hasil dari penciptaan manusia ada tiga. Secara jasmani manusia elok dan mulia, Mazmur
139:14. Secara jiwa, pikirannya tidak dihalangi. Manusia telah mengetahui banyak hal dari
sebab akal budinya. Karena pikirannya tidak dihalangi maka manusia dapat menamai segala
jenis binatang, dan hal itu menandakan bahwa Adam pandai dan luas pengetahuannya. Secara
rohani, ia mempunyai kesadaran yang tidak dihalangi dosa; ia mempunyai keinsafan akan hal-
hal rohani dan mempunyai persekutuan dengan Allah yang tidak dihalangi. Secara jasmani, jiwa
dan rohani manusia itu sempurna. Manusia yang diciptakan itu sungguh amat baik, Kejadian
1:31.

Bagian F. Lampiran
I. PREMILLENNIALISME

Kedatangan Tuhan Yesus adalah sebelum kerajaan Seribu Tahun

Penjelasan yang tegas tentang Premillennialisme sangat perlu untuk jemaat Tuhan pada
dewasa ini.

Premillennialisme berarti kita percaya kepada "pengharapan kita yang penuh bahagia" (Titus
2:13), yaitu kedatangan Tuhan Yesus Kristus Juruselamat kita yang terjadi sebelum kerajaan
seribu tahun, dan Ia sendiri yang akan datang. Hal itu akan terjadi pada saat kapan saja, dalam
waktu yang tidak lama lagi.

Premillennialisme mengajarkan bahwa kerajaan Tuhan Yesus akan didirikan di atas bumi ini
selama seribu tahun, dan kerajaan itu akan berlangsung pada waktu Tuhan Yesus kembali ke
dunia ini. Sebaliknya, Postmillennialisme (post = sesudah, millennium = 1000 tahun)
mengajarkan bahwa Tuhan Yesus akan datang sesudah seribu tahun itu. Sedangkan
Amillennialisme (tak ada millennium) mengatakan bahwa tak ada kerajaan seribu tahun,
melainkan masa itu akan selesai dengan hukuman akhir, dan barulah akan terjadi bumi yang
baru dan langit yang baru.

"Perlu diketahui bahwa Premillennialisme ialah salah satu cara menafsirkan Alkitab, bukan
merupakan bagian dari keselamatan kita. Seseorang dapat juga dilahirkan kembali dengan tidak
memegang ajaran Premillennialisme. Jadi orang yang berpegang pada paham Premillennialisme
janganlah menyebut orang yang bukan Premillennial itu "bidat". Dan sebaliknya kelompok
Postmillennialisme janganlah menyebut orang Premillennial itu "bidat".

Alkitab dan sejarah gereja menyatakan dengan terus terang bahwa jemaat yang mula-mula
pasti berpegang pada Premillennialisme. Kedatangan Tuhan Yesus yang kedua kali merupakan
"pengharapan yang penuh bahagia" bagi jemaat yang mula-mula pada waktu mereka
menderita aniaya dan siksa di bawah pemerintahan kerajaan Romawi. Pada zaman Agustinus
terjadilah perubahan pada penafsiran nubuat Alkitab; kemudian dalam abad-abad kegelapan
(sebelum Reformasi) pengharapan akan kedatangan Tuhan yang akan terjadi pada waktu yang
tak disangka-sangka itu menjadi kabur. Pada waktu Reformasi mereka tidak memperhatikan
pengajaran itu. Tetapi dalam tiga abad yang terakhir ini pengajaran tentang ajaran
Premillennialisme dihidupkan kembali.

Postmillennialisme mengatakan bahwa orang-orang Kristen dengan usaha sendiri akan


mencapai masa keemasan itu (kerajaan 1000 tahun) tanpa Tuhan hadir di dunia ini secara
badani. Mereka mengatakan bahwa orang Kristen sendiri akan menyediakan dan memperbaiki
dunia ini untuk kedatangan Tuhan.

"Ajaran Premillennialisme menekankan bahwa kita, orang Kristen, memiliki dua


kewarganegaraan. Alkitab mengatakan bahwa kita adalah warganegara dari suatu negara,
tetapi juga warganegara dari kerajaan Allah. Prinsip-prinsip kewarganegaraan dunia ini
diterangkan dalam Roma 13:1-7 dan 1Petrus 2:13-17. Pemerintahan manusia dibentuk oleh
Allah untuk kebaikan manusia, dan mereka yang memerintah harus bertanggung jawab kepada
Allah. Orang Kristen wajib mentaati undang-undang negara, menghormati yang berwajib serta
menjadi warganegara yang baik, sebagai saksi Kristen.
"Ajaran Premillennialisme memberikan pandangan yang patut mengenai penciptaan dan
kesudahan segala sesuatu, memberikan arti kepada sejarah dunia, memberikan dorongan bagi
pelayanan, menyatakan perbedaan nilai hal-hal yang kekal dengan yang tidak kekal,
menginsafkan kita akan tanggung jawab dunia ini dan juga sebagai warganegara kerajaan
Allah, serta memberikan dorongan kepada kita untuk hidup suci dan untuk tetap berpegang
kepada pengharapan kita pada akhir zaman ini.

Anda mungkin juga menyukai