Anda di halaman 1dari 87

KONSULTAN MANAJEMEN WILAYAH (KMW) BSPS TAHUN 2020 WILAYAH I

2.1. TANGGAPAN DAN SARAN TERHADAP KERANGKA ACUAN KERJA


2.1.1. Tanggapan dan Saran Terhadap Latar Belakang
Negara bertanggung jawab melindungi segenap bangsa Indonesia melalui
penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman agar masyarakat mampu
bertempat tinggal serta menghuni rumah yang layak dan terjangkau di dalam
perumahan yang sehat, aman, harmonis, dan berkelanjutan di seluruh Indonesia.
Dukungan pemerintah dalam upaya pemenuhan kebutuhan perumahan salah satunya
ditunjukkan melalui pemberian kemudahan pembangunan dalam bentuk stimulan
rumah swadaya. Bentuk bantuan ini dimaksudkan untuk mengungkit keswadayaan
masyarakat dalam melakukan pembangunan/peningkatan kualitas rumah secara
mandiri.

Kegiatan ini dalam rangka penyelenggaraan Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya,


disamping itu untuk mendorong pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota,
memberikan perhatian lebih banyak dalam memfasilitasi masyarakat berpenghasilan
rendah agar dapat memenuhi kebutuhan rumah layak huni dalam lingkungan yang
sehat. Saran Penyedia Jasa dalam hal ini adalah perlu dilakukan pengawasan selektif
dan benar terhadap penerima BSPS sehingga sasaran yang dimaksud benar-benar
tepat sasaran kepada yang lebih berhak.

2.1.2. Tanggapan dan Saran Terhadap Kegiatan Yang Dilaksanakan


Kegiatan yang dilaksanakan yang telah diuraikan dalam KAK secara garis besar telah
sesuai dengan lingkup kegiatan yang juga telah diuraikan dalam KAK, Penyedia Jasa
dalam hal ini perlu memberikan saran dalam hal koordinasi tim dilapangan nanti
dengan pihak pemberi pekerjaan, sebagaimana yang telah dilakukan kegiatan
terdahulu bahwa koordinasi ini sangat penting dan perlu dilakukan secara intensif
agar tidak timbul permasalahan ketika kegiatan berlangsung.

PT. MAXITECH UTAMA INDONESIA BAB II 1


Engineering and Management Consultants
Mengenai batasan kegiatan didalam KAK belum diuraikan secara detail, sehingga
dalam hal ini Penyedia Jasa belum bisa tergambar lokasi/wilayah yang dimaksudkan
dalam kegiatan ini, untuk itu Penyedia Jasa akan memberikan data-data Rumah
Tidak Layak Huni pada tiap-tiap lokasi.

Realisasi BSPS Tahun 2010-2013

Sebaran Realisasi Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya (BSPS) 2014

PT. MAXITECH UTAMA INDONESIA BAB II 2


Engineering and Management Consultants
Sebaran Pendataan BSPS Tahun 2015

2.1.3. Tanggapan dan Saran Terhadap Lingkup Pekerjaan


Lingkup kegiatan yang tercantum dalam KAK cukup jelas, dalam hal ini pihak
konsultan akan coba menelaah dan merinci lebih detail kegiatan yang akan dilakukan
berdasarkan pengalaman konsultan dan tidak terlepas dari arahan pekerjaan yang
tertuang dalam KAK tersebut. Saran Penyedia Jasa dalam hal ini perlu adanya atau
dibuatnya pedoman kegiatan ini sehingga tupoksi yang akan dilakukan searah dan
sesuai berdasarkan kebijakan dan peraturan yang ada.

2.1.4. Tanggapan dan Saran Terhadap Maksud dan Tujuan


Selain maksud kegiatan adalah melakukan pengawasan dan pengendalian,
tanggapan dan saran Penyedia Jasa adalah mendorong MBR membangun sendiri
rumah yang layak huni dalam lingkungan yang sehat dan aman yang dilaksanakan
dengan cara:
1. pelaksanaan kegiatan;
2. adanya pendampingan dan pemberdayaan dalam rangka peningkatan kapasitas
keswadayaan MBR; dan
3. mengoptimalkan sumber daya lokal untuk kesejahteraan yang berkelanjutan.

PT. MAXITECH UTAMA INDONESIA BAB II 3


Engineering and Management Consultants
Tujuan yang tercantum dalam KAK dari kegiatan ini adalah tersalurnya dana BSPS
dan terlaksananya pembangunan, oleh karena itu Penyedia Jasa ingin memberikan
saran bahwa selain tujuan yang telah diuraikan dalam KAK, perlu juga diperhatikan
tujuan kegiatan ini sebagai berikut:
1. Menyediakan instrumen penyelenggaraan perumahan swadaya yang dapat diacu
oleh oleh seluruh pemangku kepentingan dalam mendukung, memfasilitasi dan
mendorong masyarakat untuk membangun rumah dan lingkungannya secara
swadaya;
2. Menyediakan program dan kegiatan yang dapat membantu mendorong,
memfasilitasi dan mendukung pembangunan dan pengembangan perumahan
yang dilakukan secara swadaya;dan
3. Mempercepat tersedianya rumah layak huni dalam lingkungan sehat, tertib aman
dan nyaman dengan cara terjangkau.

2.1.5. Tanggapan dan Saran Terhadap Indikator Keluaran dan Keluaran


Keluaran yang diuraikan dalam KAK sesuai dengan maksud dan tujuan kegiatan yang
telah disebutkan sebelumnya, mengenai keluaran pelaporan disini Penyedia Jasa
akan berupaya semaksimal mungkin proses tahap awal sampai akhir akan senantiasa
berkoordinasi dengan Pihak Pengguna Jasa dalam hal asistensi substansial
pelaporan, sehingga laporan yang dihasilkan dapat diselesaikan dengan baik dan
sesuai dengan yang diharapkan.

2.1.6. Tanggapan dan Saran Terhadap Cara Pelaksanaan Kegiatan


Tahapan kegiatan yang telah diuraikan dalam KAK menurut kami masih bersifat
umum, disini Penyedia Jasa akan berupaya memberikan yang terbaik yaitu
melakukan tahapa-tahapan berdasarkan studi terdahulu maupun pedoman-pedoman
yang telah ditetapkan, sehingga dalam proses perjalanan pengerjaan nanti tidak
menyelisihi aturan yang telah ditetapkan, oleh karena itu perlu adanya bimbingan
secara substansial dari Pengguna Jasa terhadap Penyedia Jasa agar tahapan demi
tahapan kegiatan ini dapat berjalan dengan lancar dan terkendali.

2.1.7. Tanggapan dan Saran Terhadap Pelaporan


Pelaporan yang tertuang dalam KAK sudah terhitung lengkap, pihak konsultan akan
menyelesaikan dan menyerahkan berdasarkan jadwal schedule yang telah disepakati
bersama. Sehingga dalam hal ini perlu ditekankan asistensi secara terstruktur waktu

PT. MAXITECH UTAMA INDONESIA BAB II 4


Engineering and Management Consultants
dan jadwalnya agar hasil produk laporan yang dihasilkan dapat memenuhi
persyaratan sesuai dengan yang telah ditetapkan.

2.1.8. Tanggapan dan Saran Terhadap Pelaksana Kegiatan


Personil yang telah dijelaskan dalam KAK sudah cukup lengkap, pihak konsultan
akan menyiapkan tenaga personil yang berpengalaman dalam bidangnya sesuai
dengan yang tercantum dalam KAK, sehingga hasil output yang diinginkan akan
tercapai.

Untuk melaksanakan seluruh rangkaian kegiatan sesuai lingkup pekerjaan secara


optimal, tim harus saling berkoordinasi dan didukung oleh pihak pemberi pekerjaan.
Pihak Konsultan akan menyediakan tenaga ahli sesuai dengan kualifikasi yang
ditentukan dalam Kerangka Acuan Kerja yang dibantu tenaga penunjang, dimana
secara detail untuk keahlian, kualifikasi, nama-nama tenaga ahli berikut uraian tugas
dan pengorganisasian tim konsultan baik hubungan eksternal maupun internal akan
diuraikan dalam struktur organisasi, sedangkan jadual penugasan tenaga ahli akan
diuraikan dalam Sub bab jadwal Tenaga Ahli.

2.1.9. Tanggapan dan Saran Terhadap Waktu Kegiatan


Jangka waktu pelaksanaan kegiatan selama 11 bulan, menurut Penyedia Jasa telah
sesuai dan sudah mencukupi kebutuhan dalam pekerjaan ini, pihak konsultan akan
memanfaatkan waktu tersebut dengan baik sehingga dapat menghasilkan keluaran
(output) yang sesuai dalam KAK dan seperti yang diharapkan Pengguna Jasa.

Jangka waktu pelaksanaan yang telah ditetapkan akan lebih optimal ketika secara
administrasi dihitung semenjang SPMK dikeluarkan pihak Pengguna Jasa, sehingga
Penyedia Jasa dapat menyelesaikan pekerjaan dengan baik dan tepat waktu, serta
dapat memanajemen pengaturan jadwal sistematis yang disusun oleh Ketua Tim/ Tim
Leader, baik dalam delegasi pekerjaan maupun dalam strategi pelaksanaan
pekerjaan, sehingga output kegiatan ini dapat berjalan dengan baik dan hasil akhir
yang optimal sesuai dengan jangka waktu pelaksanaan yang telah ditetapkan dalam
KAK.

2.1.10. Tanggapan dan Saran Terhadap Jadwal Pelaksanaan

PT. MAXITECH UTAMA INDONESIA BAB II 5


Engineering and Management Consultants
Dengan diuraikannya jadwal pelaksanaan dalam KAK sangat membantu sekali kami
sebagai Penyedia Jasa dalam menyelesaikan pekerjaan sesuai yang telah ditentukan
KAK, diharapkan Jadwal Pelaksanaan yang telah dicantumkan dalam KAK ini dapat
dijadikan panduan kami dalam melaksanakan pekerjaan hingga selesai.

2.2. PENDEKATAN, METODOLOGI DAN PROGRAM KERJA


2.2.1. Pendekatan Teknis
Pendekatan merupakan kerangka pikiran dalam penyelesaian pekerjaan berdasarkan
apresiasi dan inovasi konsultan terhadap pekerjaan. Pendekatan ini akan menjadi
dasar pembuatan metodologi pelaksanaan.

Pendekatan substansif adalah pendekatan penyelesaian pekerjaan dengan


mendapatkan alternatif solusi penanganan baik secara stuktur, non struktur maupun
gabungan solusi kedua dengan pertimbangan aspek teknis, lingkungan, dan kondisi
wilayah. Secara diagramatis, kerangka pikir pelaksanaan pekerjaan dapat dilihat pada
Gambar 2.1.

PT. MAXITECH UTAMA INDONESIA BAB II 6


Engineering and Management Consultants
Start

TAHAP PERSIAPAN

Pemahaman
terhadap
KAK/ToR

Bulan Ke-1
Administrasi
& Penerbitan
SPMK

Mobilisasi Tenaga Ahli

Penyusunan Penyusunan
Strategi Pelaksanaan Rencana Kerja
Pekerjaan

Perumusan
Masalah
KOORDINASI

TAHAP PERENCANAAN

Penyiapan Materi Pembekalan


Kepada Fasilitator

Pemberdayaan Pendampingan
Masyarakat Teknis Konstruksi

Penyiapan, Pembekalan Dan

Bulan Ke-2 s/d Bulan Ke-11


Mobilisasi Asisten Tenaga Ahli

TAHAP PELAKSANAAN

Pembinaan, Pengawasan dan Pemberian Arahan dan Memeriksa Kualitas


Pengendalian di 10 Evaluasi Teknis Serta dan Progres
Pelatihan, Kab/Kota Administrasi Pembangunan
Pengawasan dan
Pengendalian
Terhadap
Pelaksanaan
Pendampingan

Kelompok Penerima Koordinator Tenaga Fasilitator


Bantuan (KPB) Fasilitator (KorFas) Lapangan (TFL)

TAHAP
MONITORING

Administrasi Pemanfaatan Pengaduan


SIM Dana Masyarakat

PELAPORAN

End

Gambar 2.1 Diagram Flowchart Tahap Persiapan

PT. MAXITECH UTAMA INDONESIA BAB II 7


Engineering and Management Consultants
2.2.2. METODOLOGI PELAKSANAAN PEKERJAAN
A. Tahap Persiapan
1. Pemahaman Terhadap KAK/TOR
Dalam persiapan awal dan untuk menyatukan tujuan bersama dalam
pelaksanaan kegiatan yang akan dilakukan, perlu dipahami dengan benar
maksud dan tujuan dari kegiatan ini, oleh karena itu sebelum pelaksanaan
kegiatan dimulai maka ada baiknya melakukan evaluasi dan pemahaman lebih
mendalam terhadap KAK.
2. Administrasi dan Penerbitan SPMK
Surat Perintah Mulai Kerja merupakan surat dari PPK kepada Konsultan agar
pekerjaan dimulai dengan kontrak, dan dijadikan sebagai awal dari
pelaksanaan pekerjaan dimulai selambat-lambatnya 14 hari sejak tanggal
penandatanganan kontrak PPK sudah harus menerbitkan surat perintah mulai
kerja ( SPMK ) atau Commencement of work(COW).
3. Mobilisasi Tenaga Ahli
Kegiatan mobilisasi ini meliputi mobilisasi personil inti dan penunjangnya untuk
melaksanakan pekerjaan ini, selain itu para tenaga ahli dan pendukungnya
menyusun rencana kerja dan dan strategi pelaksanaan pekerjaan
4. Perumusan Masalah
Sebelum pelaksanaan kegiatan dilakukan, Tim bersama-sama merumuskan
masalah terhadap rencana kerja yang akan dilakukan jika ditemukan
permasalahan ataupun rencana kerja yang tidak sesuai dengan tupoksi yang
telah ditentukan oleh Pengguna Jasa.
5. Program Pelaksanaan Kegiatan
Setelah permasalahan yang ada ditemukan solusinya, maka tindak
selanjutnya Tim akan membuat program pelaksanaan kegiatan yang
diharapkan dalam pelaksanaan dilapangan nanti tidak keluar jalur dari
rencana kerja yang telah disepakati bersama.

KMW melakukan pembinaan kepada koordinator kabupaten/kota dan fasilitator


dalam rangka memberikan pembekalan tentang pemberdayaan dan kemampuan
teknis yang diperlukan dalam melaksanakan tugas penyiapan dan pendampingan
masyarakat. Proses penyiapan masyarakat mengikuti mekanisme pemberdayaan
masyarakat.

PT. MAXITECH UTAMA INDONESIA BAB II 8


Engineering and Management Consultants
Sebelum melakukan kegiatan penyiapan masyarakat ditingkat desa/kelurahan
pemerintah kabupaten/kota bersama koordinator kabupaten/kota memberikan
data calon penerima bantuan yang diperoleh dari KMW kepada fasilitator sebagai
pelaku kegiatan penyiapan masyarakat ditingkat desa/kelurahan.

Bantuan Stimulan Pembangunan Keterpaduan Kegiatan


Perumahan Swadaya (BSP2S) dan dengan Instansi Terkait
Peningkatan Kualitas Perumahan
(PKP) bagi MBR

Sosialisasi Kegiatan Penunjukan


Tingkat Pusat KMP

Lingkup
Penetapan Lokasi Oleh Pembentukan Kegiatan
Pemerintah Kab/Kota POKJA Pusat KMW
PUSAT

Pembentukan Sosialisasi Penunjukan


POKJA Provinsi Tingkat Provinsi KMW
PROVINSI

Konfirmasi Pembentukan Sosialisasi


Penetapan Lokasi POKJA Kab/Kota Tingkat Kab/Kota

KABUPATEN/KOTA

Lembaga Keuangan Mikro/


Lembaga Keuangan Non Bank/ Sosialisasi
Kelompok Masyarakat Tingkat Desa/Kel
(LKM/LKNB/POKMAS)

Garis Pelaksanaan
Penyusunan Usulan Masyarakat
melalui Rembug Warga Garis Koordinasi

Penetapan Kesepakatan
KOMUNITAS PELAKSANAAN KEGIATAN
Prioritas Kegiatan

Gambar 2.2 Mekanisme Kegiatan BSPS

B. Tahap Pelaksanaan BSPS


Pelaksanaan Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya diberikan guna
mendukung pembangunan perumahan swadaya, dimulai dari tahapan pendataan
hingga tahapan pengembangan mandiri paska konstruksi. Untuk lebih lengkap
urutan tahapan pelaksanaan BSPS tersebut adalah sebagai berikut:
1. Penyiapan Masyarakat
Penyiapan masyarakat dilakukan dalam rangka memperkuat tingkat partisipasi
masyarakat dalam pelaksanaan kegiatan BSPS. Partisipasi masyarakat
meliputi :

PT. MAXITECH UTAMA INDONESIA BAB II 9


Engineering and Management Consultants
a. Penyelenggaraan rembug warga sebagai tempat berhimpun dan
menyalurkan aspirasi masyarakat;
b. Penetapan dukungan swadaya (bahan bangunan, tenaga, alat, tanah);
c. Penyediaan dana pendamping, tenaga, dan/atau berupa bentuk lain;
d. Pengambilan keputusan penting, berupa penyusunan kesepakatan sosial,
penyusunan rencana tindak komunitas, dan penetapan aturan main; dan
e. Pelaksanaan pengawasan dan pengendalian mandiri.

Penyiapan masyarakat dilakukan oleh pemerintah kabupaten/kota. Dalam


melakukan penyiapan masyarakat, pemerintah kabupaten/kota dapat
difasilitasi oleh pemerintah pusat dalam bentuk penyediaan Konsultan
Manajemen Wilayah (KMW).

KMW melakukan pembinaan kepada koordinator kabupaten/kota dan


fasilitator dalam rangka memberikan pembekalan tentang pemberdayaan dan
kemampuan teknis yang diperlukan dalam melaksanakan tugas penyiapan
dan pendampingan masyarakat. Proses penyiapan masyarakat mengikuti
mekanisme pemberdayaan masyarakat.

Sebelum melakukan kegiatan penyiapan masyarakat ditingkat desa/kelurahan


pemerintah kabupaten/kota bersama koordinator kabupaten/kota memberikan
data calon penerima bantuan yang diperoleh dari KMW kepada fasilitator
sebagai pelaku kegiatan penyiapan masyarakat ditingkat desa/kelurahan.

a. Sosialisasi (rembug 1)
Sosialisasi di tingkat Kelurahan/Desa dilakukan oleh Fasilitator bersama
Kepala Desa/Lurah dan tim teknis kabupaten/kota dengan sasaran
lembaga masyarakat, tokoh masyarakat/tokoh agama, RT, RW, dan Calon
Penerima Bantuan dengan materi sosialisasi meliputi:
1) Penjelasan tentang kebijakan BSPS tahun 2015;
2) Tahapan pelaksanaan BSPS;dan
3) Kriteria dan persyaratan penerima BSPS.

PT. MAXITECH UTAMA INDONESIA BAB II 10


Engineering and Management Consultants
Dalam rangka menumbuh kembangkan kejujuran dan keterbukaan,
memperlancar pelaksanaan kegiatan BSPS yang berkualitas serta
mencegah dan memberantas korupsi, kolusi dan nepotisme, diperlukan
komitmen bersama, yang dituangkan dalam bentuk Pakta Integritas. Pakta
Integritas ini ditandatangani oleh seluruh pemangku kepentingan yang
hadir dalam kegiatan sosialisasi.

b. Klarifikasi Hasil Pendataan


Dalam rangka memastikan ketepatan sasaran penerima bantuan,
dilakukan kegiatan klarifikasi calon penerima bantuan dengan pendekatan
pemberdayaan. Klarifikasi di tingkat kelurahan/desa dilakukan oleh
Fasilitator yang dapat didampingi oleh Tim Teknis dengan sasaran Calon
Penerima Bantuan hasil pendataan sebelumnya. Klarifikasi dilakukan
langsung ke rumah calon penerima bantuan.

Tujuan klarifikasi adalah untuk memastikan data Calon Penerima Bantuan


tepat sasaran. Unsur – unsur yang diklarifikasi :
1) Identitas diri (nama, alamat, jenis kelamin, nomor KTP);
2) Kelayakan Komponen Rumah;
3) Kelayakan fungsi rumah;
4) Tingkat kerusakan;
5) Kesanggupan berswadaya;dan
6) Keterangan atau catatan yang dapat mempengaruhi rekomendasi
pemberian bantuan.

Hasil klarifikasi ditandatangani calon penerima bantuan dan fasilitator.


Hasil klarifikasi ini akan dibahas dalam rembug warga untuk menetapkan
calon penerima bantuan definitif.

c. Penyepakatan Calon Penerima Bantuan (rembug 2)


Pelaksanaan penyepakatan Calon Penerima Bantuan di tingkat
Kelurahan/Desa difasilitasi oleh Fasilitator. Penyepakatan Calon Penerima
Bantuan dilakukan melalui rembug yang dihadiri oleh CPB hasil dari
klarifikasi. Rekapitulasi hasil klarifikasi yang telah ditandatangani oleh
Fasilitator yang diketahui oleh Kepala Desa/Lurah sebagai dasar dalam

PT. MAXITECH UTAMA INDONESIA BAB II 11


Engineering and Management Consultants
rembug. Substansi dari Rembug untuk menyepakati hasil klarifikasi dan
hasilnya ditetapkan sebagai calon penerima bantuan BSPS definitif.

Hal-hal yang dapat menentukan direkomendasikannya calon penerima


bantuan adalah:
1) Kesesuaian identitas calon penerima bantuan dengan kepemilikan
rumah;
2) Kelayakan komponen rumah kurang dari dua komponen;
3) Tingkat kerusakan antara rusak sedang dan rusak berat, dan
4) Ada kesediaan berswadaya.

d. Pembentukan Kelompok
Pembentukan kelompok dilaksanakan di Kelurahan/Desa setelah rembug
penyepakatan calon penerima bantuan. Pembentukan kelompok didasari
atas kesamaan tujuan, kepentingan dan kebutuhan. Fasilitator
mendampingi proses pembentukan kelompok. Anggota KPB maksimum
berjumlah 15 orang dan disusun kepengurusan kelompok yaitu Ketua
merangkap anggota, sekretaris merangkap anggota, bendahara
merangkap anggota dan anggota. Untuk membedakan antara kelompok
satu dengan yang lainnya Kelompok diberi nama dan tujuan yang lain
sebagai ciri khas dari kelompok. Pada rembug ini kelompok diberi
pembekalan mengenai reviu Gambar Kerja dan Rencana Penggunaan
Dana (RPD) dan penyusunan proposal.

e. Penyepakatan Sosial
Kesepakatan sosial dilaksanakan setelah KPB terbentuk dengan
difasilitasi fasilitator masing-masing KPB melakukan kesepakatan
kelompok. Kesepakatan sosial adalah kesepakatan yang dibangun oleh
anggota kelompok KPB sebagai wujud keseriusan dalam melaksanakan
kegiatan BSPS tanpa ada paksaan dari manapun.

Isi Kesepakatan Kelompok KPB :


1) Bersungguh-sungguh dalam pelaksanaan program BSPS sesuai
ketentuan;

PT. MAXITECH UTAMA INDONESIA BAB II 12


Engineering and Management Consultants
2) Bersedia berswadaya dalam melaksanakan
pembangunan/peningkatan kualitas;
3) Bertanggungjawab atas penggunaan dana bantuan untuk
pembangunan/peningkatan kualitas rumah sesuai dengan ketentuan
waktu;
4) Bergotong-royong, bekerjasama dan saling mengawasi pelaksanaan
BSPS;
5) Menepati waktu pelaksanaan konstruksi sesuai ketentuan;
6) Bersedia membuat laporan hasil pelaksanaan dan dievaluasi oleh
pihak berwenang;
7) Bersedia mengembalikan bantuan apabila tidak melaksanakan
ketentuan BSPS;dan
8) Memberikan kuasa kepada bank/pos penyalur untuk menyampaikan
informasi isi rekening tabungan kepada PPK sewaktu-waktu diperlukan
dan melakukan pendebetan sesuai perintah PPK.

Dalam penyepakatan sosial KPB diberikan ruang tambahan apabila ada


kesepakan yang lain dari kesepakatan yang sudah ada.

f. Penyusunan Dokumen Penyiapan Masyarakat


Dokumen Penyiapan Masyarakat dilakukan oleh Fasilitator sebagai bukti
proses pelaksanaan kegiatan penyiapan masyarakat. Pelaporan
dibuktikan berupa pengisian-pengisian format yang terdiri format :
1) Sosialisasi;
2) Pakta Integritas;
3) Klarifikasi dan rekap Klarifikasi;
4) Rembug Penyepakatan;
5) Pembentukan Kelompok KPB;dan
6) Kesepakatan Sosial.

Dokumen Penyiapan Masyarakat akan digunakan sebagai dasar


penyusunan SK Lurah/Kepala Desa tentang SK penetapan KPB penerima
Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya (BSPS) yang akan diterbitkan
sesudah perhitungan RPD dikeluarkan.

PT. MAXITECH UTAMA INDONESIA BAB II 13


Engineering and Management Consultants
2. Penyiapan Proposal dan Pengusulan Penetapan Penerima Bantuan
Pada dasarnya penetapan penerima bantuan dapat dilakukan apabila berkas
Usulan Penetapan Penerima Bantuan (UPPB) per desa yang diusulkan Tim
Teknis Kabupaten/Kota telah diterima PPK. Berkas UPPB tersebut terdiri atas
beberapa Proposal BSPS yang dibuat oleh masing-masing KPB yang berada
di satu desa tersebut.

UPPB yang disusun Fasilitator dan Proposal yang dibuat oleh KPB antara lain
terdiri dari dokumen Penyiapan Masyarakat dan dokumen Perencanaan
Teknis yang dihasilkan dari kegiatan perencanaan teknis yang dilakukan
Calon Penerima Bantuan dan Kelompok Penerima Bantuan dengan
didampingi oleh Fasilitator.

Kegiatan Perencanan Teknis bermakna sebagai media pembelajaran untuk


menumbuh kembangkan kemampuan serta proses bekerja dan belajar
masyarakat dalam merencanakan pembangunan/peningkatan kualitas rumah
tidak layak huni, sehingga hasil dari perencanaan pembangunan rumah layak
huni nantinya merupakan rumah yang sesuai dengan kebutuhan penerima
bantuan, yaitu rumah yang berfungsi sebagai rumah tinggal yang dapat
melayani fungsi-fungsi sebagai tempat tinggal seperti: tidur, makan, belajar
dan lain-lain, aman, nyaman, sehat, selaras, lestari dan menjunjung nilai-nilai
budaya lokal.
a. Pembekalan Perencanaan Teknis Rumah (rembug 3)
Tahap awal dari kegiatan perencanaan teknis ini adalah memberikan
pembekalan penguatan kelompok agar kelompok dapat memahami fungsi
dan arti perencanaan teknis. Selanjutnya sebagai media pembelajaran,
kegiatan rembug dilanjutkan dengan pembekalan materi perencanaan
teknis terkait dengan materi survey kondisi rumah, survey keswadayaan,
survey harga bahan bangunan, materi reviu dan penyusunan Gambar
Kerja (GK) dan Rencana Penggunaan Dana (RPD) sampai dengan materi
rencana teknis dalam penyusunan proposal.

Rencana Teknis Bangunan dapat terdiri dari Gambar Kerja (GK),


Spesifikasi Teknis dan Rencana Anggaran Biaya atau Rencana
Penggunaan Dana (RPD). Jika Gambar Kerja, Spesifikasi Teknis dan RPD

PT. MAXITECH UTAMA INDONESIA BAB II 14


Engineering and Management Consultants
sudah tersedia dari hasil perencanaan teknis sebelumnya, maka kegiatan
yang dilakukan adalah melakukan reviu atau peninjauan kembali. Usaha
reviu ini secara sederhana dapat dikatakan sebagai upaya untuk meninjau
kembali hasil perencanaan sebelumnya sebagai usaha pemenuhan
kebutuhan penerima bantuan dalam pembangunan baru atau peningkatan
kualitas rumah secara swadaya sehingga tercapai kecukupan minimal
luas, kualitas, dan kesehatan bangunan yang dibutuhkan. Kriteria tersebut
dipersyaratkan dalam upaya memenuhi standar minimal rumah sehat
layak huni.

Proses kegiatan perencanaan teknis rumah swadaya dimulai dengan


kegiatan survey dan investigasi terhadap kondisi rumah, swadaya
masyarakat dan harga bahan bangunan. Survey terhadap kondisi rumah
akan mempengaruhi Gambar Kerja atau Spesifikasi Teknis yang
dibutuhkan.

Investigasi terhadap kemampuan swadaya masyarakat dilakukan melalui


rembug kesepakatan swadaya, sedangkan survey harga dilakukan melalui
rembug kesepakatan harga dan penunjukan toko/penyedia bahan
bangunan. Hasil rembug kesepakatan swadaya masyarakat dan rembug
kesepakatan harga dan penunjukan toko akan mempengaruhi Rencana
Penggunanan Dana (RPD). RPD ini nantinya akan digunakan oleh
Kelompok Penerima Bantuan sebagai organisasi pelaksana
pembangunan.

Gambar Kerja dan/atau Spesifikasi Teknis, Rencana Penggunaan Dana


dan KPB sebagai organisasi pelaksana hasil kesepakatan rembug disusun
menjadi Rencana Teknis Proposal. Secara keseluruhan proses
perencanaan teknis proposal dapat dilihat pada diagram alir perencanaan
teknis penyusunan proposal seperti tercantum pada Gambar 2.3.

PT. MAXITECH UTAMA INDONESIA BAB II 15


Engineering and Management Consultants
Gambar 2.3 Diagram Alir Perencanaan Teknis Penyusunan Proposal

b. Survey dan Investigasi


1) Survey Lokasi Bank/Pos Penyalur
Dalam rangka penentuan lokasi kantor layanan bank/pos penyalur
yang terdekat dengan lokasi penerima bantuan, maka diperlukan
survey yang hasilnya akan dimuat di dalam proposal yang diajukan
oleh KPB. Kantor layanan bank/pos penyalur tersebut dapat berada
pada tingkat desa/kelurahan, kecamatan, atau kabupaten/kota. Pelaku
survey adalah Fasilitator.

2) Survey Kondisi Rumah


Sebelum dilakukan perencanaan teknis terlebih dahulu dilakukan
survey teknis kondisi rumah untuk mendapatkan data/informasi
kondisi/situasi awal lokasi pembangunan/ peningkatan kualitas rumah
yang sebenarnya. Jenis data/informasi yang diperlukan tergantung
pada jenis pekerjaan yang akan dilakukan dalam
pembangunan/peningkatan kualitas rumah, seperti: kondisi fisik
bangunan (lantai, dinding, atap), kondisi tanah (keras/lunak) dan lain
lain.

Pelaksanaan survey ini dilakukan secara partisipatif dengan


melibatkan anggota kelompok KPB. Oleh karena itu, sebelum
melakukan survey, anggota KPB yang akan terlibat perlu dibekali
dengan pemahaman teknik, terutama mencakup: ukuran, kondisi
rumah, material bahan yang dibutuhkan dan ketersediaannya.

PT. MAXITECH UTAMA INDONESIA BAB II 16


Engineering and Management Consultants
Data/informasi yang diperoleh dari hasil survey dan pengukuran ini
harus dicatat dan disimpan/diarsipkan.
Pada kegiatan survey teknis ini, dapat digunakan untuk membuat
dokumentasi/photo awal (0%) kondisi rumah. Jumlah titik lokasi yang
diambil/potret disesuaikan dengan kondisi lapangan dan jenis bantuan.

Untuk kegiatan peningkatan kualitas rumah, foto yang diambil adalah


sisi dalam khususnya untuk melihat lantai, sedangkan pengambilan
foto sisi luar akan mempelihatkan dinding dan atap.

Untuk kegiatan pembangunan baru cukup diambil keadaan lokasi


tanah kosongnya. Penting untuk diperhatikan bahwa titik lokasi dan
arah pengambilan gambar kondisi 0% ini, nantinya akan menjadi
pengambilan gambar pada saat pelaksanaan konstruksi, yaitu kondisi
minimal 30% dan 100%.

3) Survey Swadaya Masyarakat


Sasaran dari survey & investigasi swadaya masyarakat ini adalah
untuk memperoleh data keswadayaan masyarakat dalam memenuhi
kebutuhan pendanaan pembangunan/peningkatan kualitas rumah.
Indikator keluarannya adalah untuk mengetahui siapa pelakunya, apa
bentuknya dan berapa besarnya swadaya yang akan diberikan oleh
masyarakat.

Jenis dan nilai dari swadaya yang dikontribusikan oleh masyarakat


pada dasarnya tidak dibatasi, namun demikian sesuai dengan
kebijakan dan mekanisme program maka komponen keswadayaan
masyarakat yang dapat diperhitungkan untuk pembangunan rumah
berupa tenaga kerja, bahan/material bangunan, peralatan kerja, dana
tunai, konsumsi dan lain-lain.

Waktu survey swadaya ini dapat dilaksanakan bersamaan dengan


survey calon tenaga kerja dan survey harga satuan bahan.

PT. MAXITECH UTAMA INDONESIA BAB II 17


Engineering and Management Consultants
Tatacara pelaksanaannya adalah Fasilitator dan anggota KPB secara
langsung mendatangi semua warga disekitar calon penerima bantuan
dan melakukan wawancara/dialog langsung, sekaligus memastikan
kesanggupan untuk merealisasikannya. Hal-hal yang perlu ditanyakan
adalah nama, alamat, jenis kelamin warga yang berswadaya, bentuk
dan jumlah swadaya yang akan diberikan. Seluruh informasi hasil
kegiatan tersebut dicatat sekaligus untuk dilaporkan/disampaikan pada
rembug kesepakatan swadaya KPB nantinya.

4) Survey dan Kesepakatan Harga Satuan Bahan Bangunan


Sesuai dengan prinsip-prinsip transparansi dan akuntabilitas
pemanfaatan dana kegiatan maka harga-harga satuan bahan yang
akan dipergunakan dalam pelaksanaan kegiatan harus merupakan
hasil survey sekurang-kurangnya dari 3 toko/penyedia bahan
bangunan setempat/terdekat dan disepakati bersama melalui rembug
warga.

Walaupun RPD dari perencanaan teknis sebelumnya sudah ada,


namun untuk memeriksa kesesuaian harga, perlu dilakukan survey
harga pasar bahan bangunan yang berlaku saat ini. Apabila seluruh
harga satuan bahan terendah hasil survey KPB adalah sama dengan
harga satuan terendah yang telah disepakati bersama dalam rembug
pada saat perencanaan teknis sebelumnya, maka KPB dapat langsung
menggunakan harga hasil kesepakatan tersebut tanpa perlu
melakukan rembug kesepakatan harga kembali dari hasil survey yang
dilaksanakan. Akan tetapi bila terdapat satu atau lebih harga satuan
terendah yang berbeda maka harus dilakukan kesepakatan hasil
survey dan dibuat justifikasi/alasannya secara realistis.

Kebenaran harga tiap jenis bahan bangunan yang akan dibeli


berpedoman pada harga satuan pasar di tingkat kabupaten/kota dan
harga satuan kabupaten/kota yang dikeluarkan dinas terkait menjadi
acuan harga tertinggi.

PT. MAXITECH UTAMA INDONESIA BAB II 18


Engineering and Management Consultants
Kesepakatan penunjukan toko/penyedia bahan bangunan oleh KPB
berdasarkan kriteria penyedia bahan bangunan dapat berupa
toko/penyedia bahan bangunan adalah sebagai berikut:
a) Memiliki SIUP;
b) Memiliki tempat/alamat sesuai dengan SITU;
c) Melakukan usaha nyata bahan bangunan dan diketahui oleh
masyarakat umum;
d) Memiliki rekening bank yang sama dengan bank/pos penyalur;
e) Memiliki sarana angkutan bahan bangunan;
f) Diutamakan toko/penyedia bahan bangunan yang tempat/alamat
usahanya pada kecamatan yang sama atau dekat dengan
desa/kecamatan penerima bantuan;dan
g) Membuat kesepakatan dengan KPB.

Toko/penyedia bahan bangunan yang ditunjuk KPB adalah


toko/penyedia bahan bangunan yang sanggup menyediakan bahan
bangunan dengan ketentuan:
a) Menyediakan bahan bangunan yang kualitas dan kuantitasnya
sesuai dengan DRPB2;
b) Bersedia mengirim bahan bangunan paling lambat 3 hari sejak toko
menerima kopi DRPB2;
c) Harga yang disepakati tidak melebihi harga standar bahan
bangunan yang ditetapkan oleh pemerintah kabupaten/kota;
d) Harga yang disepakati termasuk biaya pengiriman bahan
bangunan sampai ke alamat masing-masing penerima bantuan;
e) Dalam hal alamat penerima bantuan tidak dapat dijangkau dengan
sarana angkutan yang lazim digunakan masyarakat umum
setempat, pengangkutan bahan bangunan menjadi tanggungan
penerima bantuan secara kelompok; dan
f) Membuat kwitansi bermaterai, nota pembelian dan tanda terima
penyerahan bahan bangunan sesuai dengan DRPB2 yang harus
diserahkan kepada penerima bantuan; dan
g) Melayani paling banyak 10 KPB.

PT. MAXITECH UTAMA INDONESIA BAB II 19


Engineering and Management Consultants
Dalam hal toko/penyedia bahan bangunan tidak sanggup menyediakan
bahan bangunan sesuai dengan kualitas, kuantitas dan batas waktu
yang telah disepakati, maka KPB dapat memilih toko/penyedia bahan
bangunan lain.

Toko/penyedia bahan bangunan yang memenuhi kriteria tersebut di


atas dapat dipilih oleh KPB sebagai penyedia bahan bangunan dan
selanjutnya diikat dengan kontrak kesepakatan dengan format PT.03.

c. Reviu Gambar Kerja dan Rencana Penggunaan Dana.


1) Reviu dan Membuat Gambar Kerja (GK)
Reviu Gambar Kerja dilakukan dengan cara membandingkan antara
Gambar Kerja yang dihasilkan dari proses pendataan yang dilakukan
sebelumnya dengan kondisi rumah saat ini. Riviu ini dilakukan oleh
calon penerima bantuan didampingi oleh fasilitator, dimaksudkan untuk
memperoleh spesifikasi teknis yang sesuai dengan kondisi terkini dari
masing-masing calon penerima bantuan. Calon penerima bantuan
sebelumnya dibekali dengan cara membaca Gambar Kerja, komponen
dan bahan bangunan, cara menentukan spesifikasi teknis bangunan
untuk peningkatan kualitas atau pembangunan baru. Kegiatan reviu
Gambar Kerja yang dilakukan pada saat ini adalah terhadap:
a) Rencana Teknis Peningkatan Kualitas
Yang dimaksud dengan kegiatan peningkatan kualitas rumah
swadaya adalah kegiatan memperbaiki kondisi rumah yang
memiliki spesifikasi bahan lantai, dinding, atap yang tidak layak
atau memperbaiki rumah yang memiliki tingkat kerusakan sedang
atau berat. Peningkatan kualitas dilakukan terhadap rumah yang
sudah ada, dengan demikian pada peningkatan kualitas tidak
terjadi perubahan bentuk bangunan, sehingga dinilai tidak
memerlukan gambar kerja.

Untuk meningkatkan kualitas bangunan yang diperlukan adalah


spesifikasi teknis bahan /material yang akan digunakan. Dalam
perencanaan teknis bangunan untuk kegiatan peningkatan kualitas
hanya diperlukan deskripsi kondisi rumah awal bagian luar dan

PT. MAXITECH UTAMA INDONESIA BAB II 20


Engineering and Management Consultants
bagian dalam rumah (0%) dan spesifikasi teknis rencana
peningkatan kualitas berikut dengan volume satuannya, tanpa
perlu dilengkapi dengan gambar kerja.

b) Rencana Teknis Pembangunan Baru


Kegiatan Pembangunan Baru yang belum direncanakan
sebelumnya, diperlukan perencanaan teknis yang dilengkapi
dengan Gambar Kerja (GK) beserta spesifikasi teknisnya. Gambar
Kerja yang diperlukan pada pembangunan baru terdiri dari: Denah,
Tampak Depan, Tampak Belakang, Tampak Samping Kiri, Tampak
Samping Kanan, Potongan Memanjang dan Potongan Melintang.

Tata Cara Pembuatan Gambar Kerja (GK) dapat dilihat pada uraian
berikut ini:
(1) Mencantumkan informasi tentang identitas penerima bantuan;
(2) Mencantumkan foto keadaan awal (0%) rumah yang akan
dibangun dalam bentuk foto tanah kosong atau pondasi
terpasang;
(3) Gambar diambil dalam skala lebih kurang 1 : 100 (satu
berbanding seratus);
(4) Mencantumkan gambar kerja keadaan rumah yang diinginkan
sebagai hasil pembangunan;
(5) Gambar kerja harus menjelaskan rencana bahan bangunan
untuk atap, dinding, dan lantai yang diinginkan;
(6) Gambar kerja harus ditambah dengan penjelasan informasi
mengenai:
(a) Ukuran panjang, lebar dan tinggi sisi bangunan;
(b) Ukuran pintu, jendela dan ventilasi yang ada pada sisi
bangunan; dan
(c) Keterangan jenis bahan bangunan yang diinginkan pada
lantai, atap, dan masing-masing sisi bangunan.

2) Reviu dan Membuat Rencana Penggunaan Dana (RPD)


Kegiatan Reviu Rencana Penggunaan Dana (RPD) dilakukan terhadap
perencanaan teknis peningkatan kualitas yang telah dilakukan

PT. MAXITECH UTAMA INDONESIA BAB II 21


Engineering and Management Consultants
sebelumnya, sedangkan membuat RPD dilakukan terhadap rencana
rumah pada kegiatan Pembangunan Baru.

Pada kegiatan reviu RPD atau membuat RPD dilakukan pemeriksaan


mengenai kebutuhan RPD yang sesungguhnya. Pemeriksaan RPD
meliputi item sebagai berikut:
a) Kebutuhan komponen rumah yang akan diperbaiki;
b) Jenis bahan bangunan yang digunakan;
c) Volume bahan bangunan yang dibutuhkan untuk meningkatkan
kualitas atau untuk memperbaiki kerusakan;dan
d) Harga satuan bahan yang digunakan.

Dalam reviu atau membuat baru RPD diperlukan pengetahuan tentang


konstruksi rumah yang kuat dan aman, pengetahuan bahan bangunan
yang nyaman, awet dan ekonomis serta perhitungan volume bahan
bangunan yang tepat dan tidak boros, jika diperlukan dapat
menggunakan perhitungan volume yang terdapat pada Analisa Harga
Satuan Pekerjaan. Pemeriksaan berikutnya adalah mengenai
kesesuaian harga satuan bangunan dengan harga pasar yang ada
saat ini. Untuk itu digunakan data harga bahan bangunan hasil survey.

Dengan memahami uraian di atas, maka Maksud dan Tujuan


digunakannya RPD untuk memberi arahan kepada penerima bantuan
agar tepat di dalam menggunakan dana BSPS dan dana swadaya
dapat tercapai.

Rencana Penggunaan Dana (RPD) disusun dengan tata cara sebagai


berikut:
a) Memuat informasi tentang identitas;
b) Memuat informasi tentang jenis pekerjaan/bahan bangunan,
volume per jenis bahan bangunan, harga satuan dan jumlah biaya
per jenis bahan bangunan, total biaya membangun, sumber dana
yang berasal dari BSPS dan swadaya penerima bantuan;
c) Jenis bahan bangunan harus sama dengan jenis bahan bangunan
yang tertuang dalam GK;

PT. MAXITECH UTAMA INDONESIA BAB II 22


Engineering and Management Consultants
d) Harga satuan per jenis bahan bangunan yang digunakan adalah
harga satuan bahan bangunan dari toko/penyedia bahan bangunan
yang ditunjuk oleh KPB;dan
e) Total biaya membangun merupakan seluruh biaya yang diperlukan
untuk mencukupi minimal luas, kualitas dan kesehatan bangunan
rumah terbangun, yang merupakan penjumlahan dari nilai bantuan
dan keswadayaan.

d. Perencanaan Pembelian Bahan Bangunan


Dalam perencanaan pembelian bahan bangunan diperlukan dokumen
Daftar Rencana Pembelian Bahan Bangunan (DRPB2) yang dimaksudkan
untuk mengendalikan penerima bantuan dalam penarikan dana tabungan
dan pembelian bahan bangunan sehingga tercapai penggunaan dana
yang sesuai untuk membangun atau meningkatkan kualitas rumah menjadi
layak huni atau sesuai dengan RPD.

Penerima bantuan harus membuat DRPB2 secara bersama-sama dalam


KPB sebelum menarik dana bantuan dari rekening tabungan, yang dibuat
untuk masing-masing penerima bantuan. DRPB2 ini dibuat setiap tahapan
penarikan dana bantuan yaitu tahap I dan tahap II dengan prosentase
masing-masing adalah 50% dari nilai RPD. Dan dalam pembuatan DRPB2
ini didampingi dan dibimbing oleh Fasilitator. Penyusunan tahapan DRPB2
didasarkan atas prioritas pembangunan/peningkatan kualitas rumah.

DRPB2 harus berisi:


1) Jenis dan jumlah bahan bangunan yang akan dibeli;
2) Harga bahan bangunan menurut jenisnya;
3) Nama toko/pabrik/grosir penyedia bahan bangunan yang ditunjuk oleh
KPB;
4) Nomor rekening dan nama bank yang digunakan oleh
toko/pabrik/grosir penyedia bahan bangunan untuk menerima
pembayaran pembelian bahan bangunan;
5) Alamat toko/pabrik/grosir penyedia bahan bangunan sesuai tempat
usaha sebagaimana alamat yang tertuang dalam SITU;

PT. MAXITECH UTAMA INDONESIA BAB II 23


Engineering and Management Consultants
6) Komponen upah kerja dan nama penerima bantuan yang memenuhi
kriteria yang dapat menggunakan dana BSPS untuk biaya upah kerja;
dan
7) Nama KPB.

Ketentuan dana BSPS dapat digunakan untuk biaya upah kerja, dimana
penerima bantuan tidak memiliki swadaya disebabkan oleh lanjut usia
(jompo), cacat permanen, janda tua yang tinggal sendiri. Besaran upah
kerja paling banyak 15% (lima belas persen) dari jumlah yang dituangkan
dalam DRPB2.

DRPB2 harus ditandatangani oleh penerima bantuan dan pemilik


toko/penyedia bahan bangunan diketahui oleh ketua KPB dan fasilitator,
diperiksa oleh Koordinator Kabupaten/Kota, serta disahkan oleh Tim
Teknis kabupaten/kota. DRPB2 merupakan bentuk kesanggupan
toko/penyedia bahan bangunan untuk menyediakan bahan bangunan
sesuai kebutuhan menurut jenis, jumlah dan harga bahan bangunan.

Dokumen DRPB2 tahap I dan tahap II dibuat dalam rangkap 4 (empat)


untuk diberikan kepada:
1) 1 (satu) rangkap asli untuk penerima bantuan;
2) 3 (tiga) rangkap copy, masing-masing untuk toko/penyedia bahan
bangunan, koordinator kabupaten/kota dan tim teknis kabupaten/kota.

e. Penetapan SK Kepala Desa/Lurah tentang Pembentukan KPB


SK Kepala Desa/Lurah tentang Pembentukan KPB yang diajukan
Fasilitator kepada Kepala Desa/Lurah terdiri atas:
1) SK Kepala Desa/Lurah tentang Pembentukan KPB;dan
2) Pembentukan Kelompok KPB.

f. Penyusunan Proposal BSPS


Proposal per KPB disusun oleh KPB dengan susunan sebagai berikut:
1) Lembar Verifikasi Kelengkapan Dokumen Proposal;
2) Kesepakatan Sosial;

PT. MAXITECH UTAMA INDONESIA BAB II 24


Engineering and Management Consultants
3) SK Kepala Desa/Lurah tentang Pembentukan Kelompok Penerima
Bantuan;
4) Resume penggunaan dana;
5) Berita acara review GK dan RPD;
6) Rencana Teknis Peningkatan Kualitas/Pembangunan Baru:
a) Spesifikasi Teknis Peningkatan Kualitas per penerima bantuan;dan
b) Gambar Kerja Pembangunan Baru per penerima bantuan.
7) Rencana Penggunaan Dana (RPD) per penerima bantuan.

Proposal diserahkan oleh ketua KPB kepada fasilitator untuk dimasukkan


kedalam berkas Pengusulan Penetapan Penerima Bantuan.

g. Pengusulan Penetapan Penerima Bantuan


Berkas Usulan Penetapan Penerima Bantuan per desa disusun oleh
fasilitator dengan susunan sebagai berikut:
1) Lembar Verifikasi Kelengkapan Dokumen Pengusulan Penetapan
Penerima Bantuan;
2) Permohonan Penetapan Penerima BSPS;
3) Surat Pernyataan Tanggung Jawab Mutlak /SPTJM;
4) Draft Lampiran SK PPK;
5) Berita Acara Sosialisasi;
6) Pakta Integritas;
7) Hasil Klarifikasi Lapangan;
8) Berita Acara Rembug Penyepakatan Penerima Bantuan;
9) Lampiran :
a) Proposal KPB 1;
b) Proposal KPB 2;dan
c) dst

Permohonan Penetapan Penerima Bantuan diajukan oleh tim teknis


kabupaten/kota secara tuntas desa per desa. Dokumen ini disampaikan ke
PPK untuk diproses lebih lanjut.

3. Penyaluran Bantuan

PT. MAXITECH UTAMA INDONESIA BAB II 25


Engineering and Management Consultants
a. Penetapan Penerima Bantuan
Setelah dokumen asli permohonan pencairan BSPS yang diajukan oleh
tim teknis kabupaten/kota diterima serta dinyatakan lengkap dan benar,
selanjutnya PPK menerbitkan SK Penetapan Penerima BSPS per desa
yang disahkan oleh Kepala Satuan Kerja.

SK penetapan penerima bantuan selanjutnya disampaikan kepada :


1) Gubernur melalui Tim Koordinasi Provinsi;
2) Bupati/Walikota melalui Tim Teknis Kabupaten/Kota;
3) Bank/Pos penyalur untuk proses pembuatan rekening;dan
4) KMW, Koordinator Kabupaten/Kota dan Fasilitator

Setelah Koordinator Kabupaten/Kota menerima SK Penetapan Penerima


Bantuan, kemudian Koordinator Kabupaten/Kota melakukan inputting ke
website.

b. Pencairan Dana
Dana Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya dicairkan langsung dari
KPPN atas permintaan Satuan Kerja Bantuan Rumah Swadaya ke
Rekening Giro Penampungan Satuan Kerja, yang ada di Bank/Pos
Penyalur. Pencairan dana BSPS dilaksanakan dalam satu tahap (100%)
dengan mekanisme sebagai berikut:
1) PPK menyampaikan SK Penetapan Penerima BSPS kepada Tim
Teknis BSPS Kabupaten/Kota atau SKPD yang menangani bidang
perumahan di kabupaten/ kota sebagai pemberitahuan bahwa telah
ditetapkan penerima BSPS dan permintaan dilakukannya pemantauan
pelaksanaan BSPS di lapangan;
2) PPK menerbitkan SPP kepada PP-SPM untuk diterbitkan SPM kepada
KPPN;dan
3) SP2D diterbitkan oleh KPPN atas dasar SPM yang diajukan oleh PP-
SPM.

Mekanisme pembuatan/penerbitan Surat Perintah Pembayaran (SPP),


Surat Perintah Membayar (SPM) mengikuti aturan yang berlaku sesuai
dengan surat Peraturan Direktur Jenderal Pembendaharaan Nomor

PT. MAXITECH UTAMA INDONESIA BAB II 26


Engineering and Management Consultants
57/PB/2010 tentang Tata Cara Penerbitan Surat Perintah Membayar dan
Surat Perintah Pencairan Dana.

c. Penyaluran Dana ke Masyarakat


Penyaluran dana BSPS dilakukan oleh Unit Kerja Bank/Pos penyalur di
tingkat pusat dengan tahapan sebagai berikut:
1) PPK menyerahkan SK Penetapan Penerima BSPS kepada Bank/Pos
penyalur;
2) Bank/Pos Penyalur melakukan pembuatan rekening perorangan
secara massal berdasarkan SK Penetapan Penerima BSPS yang
diberikan oleh PPK;
3) Pelaksanaan penyaluran BSPS ke rekening penerima dilaksanakan
dalam 1 (satu) tahap oleh Bank/Pos Penyalur;
4) Penerbitan buku tabungan penerima bantuan dilakukan oleh Kantor
layanan Bank/Pos Penyalur, dengan ketentuan sebagai berikut:
a) Kantor layanan Bank/Pos Penyalur memeriksa data penerima
bantuan yang dikirimkan secara online dari Bank/Pos Penyalur
pusat;dan
b) Kantor layanan Bank/Pos Penyalur menerbitkan buku tabungan
sesuai rekening penerima bantuan.
5) Penyerahan buku tabungan oleh Kantor layanan Bank/Pos Penyalur
kepada penerima bantuan paling lambat 7 hari kaleder sejak dana
masuk dalam rekening tabungan, dengan syarat penerima bantuan:
a) Memperlihatkan KTP asli;
b) Menandatangani header Buku Tabungan;
c) Menandatangani tanda terima buku tabungan.
6) Penyerahan buku tabungan dapat dilakukan bersamaan dengan
penarikan dana tahap 1 oleh penerima bantuan.

4. Pelaksanaan Konstruksi Tahap 1


Tujuan dari Pelaksanaan Konstruksi Tahap 1 adalah tercapainya bobot
pekerjaan minimal 30%.

Pelaksanaan Konstruksi Tahap 1 terdiri atas dua kegiatan, yaitu.:


a. Kegiatan persiapan pelaksanaan ;dan

PT. MAXITECH UTAMA INDONESIA BAB II 27


Engineering and Management Consultants
b. Kegiatan pelaksanaan konstruksi

Adapun mekanisme kegiatan pada tahap pelaksanaan sebagaimana terlihat


pada Gambar 2.4. diagram alir pelaksanaan kegiatan pembangunan
perumahan.

Konstruksi Tahap 1 Konstruksi Tahap 2


Persiapan Pelaksanaan Pelaksanaan Sertifikasi

Rembug 4
Pembekalan Pelaks Kons, Pelaks Kons,
Penetapan Pelaksanaan (Pre Penc. Dana, Penc. Dana,
KPB Constr. Meeting) Laporan Laporan,
Mobilisas (rembug 5), (rembug 6) Surat
i Alat Administrasi, Pernyataan
Tenaga Photo, Administrasi, Penyelesaian
Kerja Bobot Min Photo, Pekerjaan
Tim Pelaksana Material 30% Bobot (SP3)
Rencana Kerja GK, Pendampingan 100%
RPD, Jadwal Pelaks. (Coaching)
(Teknis, Pelaporan, Adm)

Gambar 2.4 Diagram Alir Pelaksanaan Pembangunan Konstruksi Rumah

Masing-masing kegiatan pada diagram tersebut dapat diuraikan sebagai


berikut.
a. Persiapan Pelaksanaan Konstruksi
1) Penyiapan Tim Pelaksana Konstruksi (rembug-4)
Penyiapan organisasi pelaksana konstruksi disini mencakup kegiatan
pembentukan Struktur Organisasi termasuk penentuan orang-orang
yang akan bertanggungjawab pada setiap unit kerja. Penyelenggaraan
penyiapan organisasi pelaksana konstruksi ini dilakukan oleh KPB
melalui rembug KPB yang difasilitasi oleh Fasilitator.

2) Penajaman Rencana Kerja


Rencana kerja hendaklah dibuat serinci mungkin agar lebih mudah
untuk dipahami dan dilaksanakan. Untuk mencapai hal tersebut tidak
cukup mudah, apalagi ada keterbatasan kemampuan teknis personil
dalam menyusun perencanaan dan keterbatasan waktu yang tersedia
untuk merencanakan kegiatan.

PT. MAXITECH UTAMA INDONESIA BAB II 28


Engineering and Management Consultants
Untuk mengantisipasi adanya kelemahan-kelemahan dalam
perencanaan tersebut maka perlu dilakukan penajaman kembali
rencana kerja sebelum pelaksanaan dimulai. Penajaman rencana kerja
yang dilakukan oleh KPB ini antara lain adalah rencana jadwal
pelaksanaan, rencana pengadaan/mobilisasi tenaga kerja/ bahan/alat,
rencana tim pelaksana lapangan, rencana Calon Tenaga Kerja yang
akan terlibat, termasuk rencana pelatihan administrasi dan teknis
konstruksi bagi tim pelaksana lapangan. Keseluruhan hasil penajaman
rencana ini akan menjadi masukan dalam penyelenggaraan Pre
Construction Meeting difasilitasi oleh Fasilitator.

3) Pre Construction Meeting (PCM)


Pre Construction Meeting (PCM) adalah rembug KPB dalam rangka
Persiapan Pelaksanaan Konstruksi. Rapat ini diselenggarakan
sebelum dimulainya kegiatan pembangunan prasarana/fisik.
Penyelenggara kegiatan PCM ini adalah KPB yang difasilitasi oleh
Fasilitator dan dihadiri oleh seluruh anggota KPB yang akan
melaksanakan kegiatan pembangunan rumahya.

Hasil yang diharapkan dari pelaksanaan PCM


a) Adanya Tim Pelaksana yang paham akan tugasnya;
b) Adanya Jadwal Penerimaan Bahan Bangunan;
c) Adanya Calon Tenaga Kerja yang akan dimobilisasi;
d) Adanya kesepakatan Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan;dan
e) Meningkatnya pemahaman KPB untuk melaksanakan kegiatan
secara tepat waktu, tepat kualitas, tepat biaya, tertib administrasi,
dan tidak bertentangan dengan ketentuan BSPS.

Penyelenggara kegiatan PCM adalah KPB dengan difasilitasi oleh


Fasilitator. Peserta Tim Pelaksana dari KPB yang ada.

4) Pembekalan KPB tentang Administrasi dan Teknis Pelaksanaan


Konstruksi
Pembekalan diberikan oleh Fasilitator tentang teknik-teknik
pelaksanaan konstruksi, administrasi penarikan dana atau pelaporan

PT. MAXITECH UTAMA INDONESIA BAB II 29


Engineering and Management Consultants
kegiatan pembangunan rumah yang akan dilakukan KPB selama
pelaksanaan konstruksi.

Kegiatan ini harus dilakukan sesederhana mungkin dengan bahasa


yang mudah dimengerti oleh KPB sehingga mereka benar-benar
mampu dan siap untuk melaksanakan kegiatan fisik dan
pengadministrasiannya. Adapun cakupan substansi materi kegiatan ini
mengacu pada standar teknis dan administrasi yang telah ada dalam
BSPS dan dapat disesuaikan dengan kebutuhan setiap KPB.

b. Pelaksanaan Pembangunan Rumah Tahap 1


1) Klarifikasi Keberadaan Rekening Penerima Bantuan
Dalam rangka memastikan lokasi unit kerja bank/pos penyalur terdekat
dengan penerima bantuan, fasilitator melakukan klarifikasi keberadaan
rekening penerima bantuan di kantor layanan bank/pos penyalur
terdekat. Jika lokasi bank/pos penyalur dinilai jauh dari lokasi penerima
bantuan maka bank/pos penyalur dapat dipindahkan ke lokasi terdekat
meskipun berbeda wilayah kecamatan. Apabila letak bank/pos
penyalur dinilai jauh dari lokasi penerima bantuan maka fasilitator
menghubungi Koordinator Kabupaten/Kota untuk diusulkan
perubahannya kepada PPK.

2) Pembelian Bahan Bangunan dan Penarikan Dana Bantuan Tahap 1


Setelah Penerima Bantuan menerima buku tabungan, maka KPB
segera menyiapkan DRPB2 tahap 1 untuk disahkan oleh Tim Teknis
Kabupaten/Kota Penarikan dana bantuan tahap 1 dapat dilakukan
apabila DRPB2 tahap 1 sudah disahkan oleh Tim Teknis Kabupaten.

Setelah KPB menerima DRPB2 asli tahap 1 yang sudah disahkan,


maka kemudian KPB mengirim kopi DRPB2 tahap 1 yang sudah
disahkan kepada Toko/Penyedia Bahan. Jumlah kopi DRPB2 tahap 1
yang dikirim ke toko/penyedia bahan bangunan sama dengan jumlah
anggota KPB.

PT. MAXITECH UTAMA INDONESIA BAB II 30


Engineering and Management Consultants
Sesuai dengan surat kesepakatan antara Toko/Penyedia bahan
bangunan dengan KPB, maka kemudian dalam waktu paling lambat 3
(tiga) hari Toko/Penyedia bahan bangunan mengirimkan bahan
bangunan yang dipesan ke lokasi rumah penerima bantuan dan
setelah bahan bangunan sampai di rumah penerima bantuan dengan
disaksikan oleh pengurus KPB, maka penerima bantuan
menandatangani tanda terima bahan bangunan.

Setelah semua bahan bangunan yang dipesan dapat diterima oleh


Penerima Bantuan, maka KPB kemudian mengirimkan form transfer,
kopi DRPB2 tahap 1, kopi tanda terima bahan bangunan kepada
Bank/Pos Penyalur untuk melakukan transfer uang kepada
Toko/Penyedia bahan bangunan.

Penarikan dana BSPS dilakukan secara langsung oleh penerima


bantuan secara berkelompok sesuai kelompoknya dengan mendatangi
kantor bank/pos penyalur. Bank/Pos Penyalur kemudian mentransfer
dana ke rekening Toko Bahan Bangunan sebesar nilai DRPB2 tahap 1
yang dipesan.

3) Pelaksanaan Pembangunan Rumah


KPB kemudian melakukan pembangunan baru rumah atau
peningkatan kualitas rumah tahap 1 secara gotong royong. Setelah
nilai progress minimal 30%, Penerima Bantuan bersama sama dengan
anggota KPB lainnya membuat Laporan Penggunaan Dana Tahap 1.

4) Penyusunan Laporan Penggunaan Dana Tahap 1 (rembug 5).


Laporan Penggunaan Dana tahap 1 disampaikan oleh Penerima
Bantuan kepada Kelompok Penerima Bantuan (KPB) dan disusun
bersama-sama anggota kelompok lainnya menjadi satu.

Laporan Penggunaan Dana tahap 1 yang juga memuat Laporan


Progres Fisik minimal 30% terdiri atas:
a) Lembar verifikasi kelengkapan laporan;
b) Laporan Progres Fisik minimal 30%;

PT. MAXITECH UTAMA INDONESIA BAB II 31


Engineering and Management Consultants
c) Kwitansi Pembelian Bahan Bangunan tahap 1 (asli);
d) Bukti Transfer Penerima Bantuan ke Toko/Penyedia Bahan
Bangunan;
e) Nota Pembelian Bahan Bangunan tahap 1 yang dikeluarkan oleh
toko bahan bangunan (asli);
f) Tanda Terima Bahan Bangunan Tahap I;
g) Daftar Rencana Pembelian Bahan Bangunan (DRPB2) Tahap 1;
h) Berita Acara Kesepakatan Pemilihan Toko/Penyedia Bahan
Bangunan;dan
i) Kontrak Kesepakatan Pembelian Bahan Bangunan.

Laporan Penggunaan Dana Tahap 1 kemudian dikirim kepada


Koordinator Kota untuk diverifikasi dan selanjutnya kepada Tim Teknis
Kabupaten/Kota untuk disahkan.

Laporan Penggunaan Dana tahap 1 dibuat dalam bentuk hardcopy


berjumlah1 (satu) asli dan 2 (dua) kopi yang diperuntukkan bagi:
a) 1 (satu) asli untuk PPK;
b) 1 (satu) kopi untuk Tim Teknis Kabupaten/Kota;dan
c) 1 (satu) kopi untuk Kelompok Penerima Bantuan.
.
c. Supervisi Pelaksanaan Konstruksi
Pengawasan/supervisi dapat diartikan sebagai tindakan yang dilakukan
untuk menjadikan segala kegiatan di proyek berlangsung dan berhasil
sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan.

Dengan demikian maka Supervisi pelaksanaan pekerjaan konstruksi


mencakup kegiatan/tindakan mengawasi pelaksanaan pekerjaan sesuai
standar konstruksi/rencana yang telah ditetapkan, kemudian mengadakan
pengukuran/penilaian pelaksanaan sesuai standar pengukuran kegiatan
tersebut dan membandingkan antara hasil pelaksanaan yang dicapai
dengan standar/rencananya untuk mengetahui apakah ada penyimpangan
(evaluasi).

PT. MAXITECH UTAMA INDONESIA BAB II 32


Engineering and Management Consultants
Standar yang dipergunakan adalah mencakup standar konstruksi itu
sendiri atau spesifikasi/persyaratan teknis pekerjaan, seperti kuantitas,
dimensi/ukuran, kualitas, cara pengerjaan atau rencana kerja yang telah
ditetapkan sebelumnya seperti biaya atau jadwal/waktu pelaksanaan
kegiatan, dan lain-lain.

Sedangkan penyimpangan disini dapat merupakan hasil yang sesuai atau


lebih baik (hal ini merupakan suatu prestasi) dan penyimpangan yang
negatif atau tidak sesuai/dibawah standar yang telah ditetapkan
(merupakan suatu masalah yang harus diselesaikan).

Sasaran pengawasan pekerjaan konstruksi adalah untuk melihat apakah


terjadi penyimpangan negatif dari standar teknis atau rencana yang telah
ditetapkan, seperti apakah kualitas bahan yang dipergunakan kurang,
apakah volume atau ukuran/dimensi pekerjaan kurang atau apakah cara
pengerjaan salah, atau apakah waktu pelaksanaan pekerjaan terlambat,
dll, yang bisa berakibat pada kualitas dan kuantitas bangunan yang
hendak dibangun tidak terpenuhi sesuai standar teknis/rencana awalnya.

Sedangkan tujuannya adalah agar dilakukan tindakan perbaikan atau


penyelesaiaan (pengendalian) bilamana ditemukan adanya kesalahan
atau kukurangan dari pekerjaan yang sedang dilaksanakan sehingga
tujuan untuk mewujudkan bangunan/infrastruktur yang berkualitas baik
(kuat) dan dapat berfungsi/dimanfaatkan lebih lama dapat tercapai dengan
baik.

Pengawasan secara teratur merupakan cara yang diperlukan untuk


menghindari hasil yang tidak dapat diterima yang disebabkan oleh faktor-
faktor seperti bentuk/ukuran konstruksi yang dibuat dilapangan tidak
sesuai dengan desain/gambar kerja, ketrampilan kerja yang kurang,
perubahan bahan (bermutu jelek), peralatan yang tidak sesuai atau tidak
memadai, kuantitas yang kurang dan kondisi lain yang
merugikan/menghambat kelancaran pekerjaan di lapangan.

PT. MAXITECH UTAMA INDONESIA BAB II 33


Engineering and Management Consultants
Pengawasan pelaksanaan pembangunan/peningkatan kualitas pada
prinsipnya dilakukan terhadap semua aspek kegiatan, namun demikian
dalam proses pengawasan ini dapat difokuskan pada 5 (lima) aspek-aspek
pengawasan pelaksanaan berikut:
1) Volume pekerjaan;
2) Mutu/Kualitas pekerjaan;
3) Waktu pelaksanaan;
4) Biaya;dan
5) Administrasi pelaksanaan.

Pengawasan dilakukan oleh Koordinator Kabupaten/Kota dan Konsultan


Manajemen Wilayah (KMW) dengan melibatkan Tim Teknis
Kabupaten/Kota.

5. Pelaksanaan Konstruksi Tahap 2


Tujuan dari Pelaksanaan Konstruksi Tahap 2 adalah tercapainya bobot
pekerjaan 100% dan dikeluarkannya Surat Pernyataan Penyelesaian
Pekerjaan (SP3).
a. Pelaksanaan Pembangunan Rumah Tahap 2
1) Pembelian Bahan Bangunan dan Penarikan Dana Bantuan Tahap 2
Berdasarkan laporan penggunaan dana tahap I atau progres fisik
minimal 30% yang telah disampaikan, dapat diketahui penerima
bantuan yang berhak melakukan penarikan dan konstruksi tahap 2.
Kelompok Penerima Bantuan yang telah memenuhi syarat melakukan
penarikan dana tahap 2, melakukan rembug untuk menentukan
toko/penyedia tempat pembelian bahan bangunan yang akan ditunjuk.
KPB dapat menunjuk toko/penyedia bahan bangunan lain apabila
kinerja toko/penyedia bahan bangunan tahap 1 tidak berkinerja baik.
Selanjutnya dilakukan penyusunan DRPB Tahap 2 dan pengusulan
pengesahan DRPB2. Proses penunjukkan toko/penyedia bahan
bangunan dan penyusunan DRPB2 tahap 2 mengikuti ketentuan
sebagaimana tahap 1.

PT. MAXITECH UTAMA INDONESIA BAB II 34


Engineering and Management Consultants
Setelah Tim Teknis menerima Penggunaan Dana tahap 1 yang
memuat juga Laporan Progress Fisik minimal 30%, maka Tim Teknis
segera mengesahkan DRPB2 tahap 2.

Setelah KPB menerima DRPB2 asli tahap 2 yang sudah disahkan,


maka kemudian KPB mengirim kopi DRPB2 tahap 2 yang sudah
disahkan kepada Toko/Penyedia Bahan. Jumlah kopi DRPB2 tahap 2
yang dikirim ke toko/penyedia bahan bangunan sama dengan jumlah
anggota KPB.

Selanjutnya sesuai dengan prosedur pembelian dan pengiriman


barang pada tahap 1, maka penerima bantuan dan disaksikan oleh
pengurus KPB menerima bahan bangunan dan menandatangani tanda
terima bahan bangunan.

Setelah semua bahan bangunan yang dipesan dapat diterima oleh


Penerima Bantuan, maka KPB kemudian mengirimkan form transfer,
kopi DRPB2 tahap 2, kopi tanda terima bahan bangunan kepada
Bank/Pos Penyalur untuk melakukan transfer uang kepada
Toko/Penyedia bahan bangunan.

2) Pelaksanaan Pembangunan Rumah Tahap 2


KPB kemudian melanjutkan kegiatan pembangunan rumah baru atau
peningkatan kualitas rumah tahap 2 secara gotong royong sampai
mencapai progress 100%. Penerima Bantuan bersama sama dengan
anggota KPB lainnya membuat Laporan Penggunaan Dana Tahap 2.

3) Penyusunan Laporan Penggunaan Dana Tahap 2 (rembug 6).


Laporan Penggunaan Dana tahap 2 disampaikan oleh Penerima
Bantuan kepada Kelompok Penerima Bantuan (KPB) dan disusun
bersama-sama anggota kelompok lainnya menjadi satu.

Laporan Penggunaan Dana tahap 2 yang juga berisi Laporan Progress


Fisik 100% meliputi:

PT. MAXITECH UTAMA INDONESIA BAB II 35


Engineering and Management Consultants
a) Lembar verifikasi kelengkapan Laporan Penggunaan Dana Tahap
2;
b) Laporan Progres Akhir Pekerjaan Pembangunan/Peningkatan
Kualitas Rumah;
c) Berita Acara Pemeriksaan Pekerjaan (BAP2);
d) Surat Pernyataan Penyelesaian PEKERJAAN (SP3);
e) Surat Pernyataan Kesanggupan Menyelesaikan Pembangunan
(SPKMP);
f) Laporan Progres Fisik 100%;
g) Kwitansi Pembelian Bahan Bangunan tahap 2 (asli);
h) Nota Pembelian Bahan Bangunan tahap 2 yang dikeluarkan oleh
toko bahan bangunan (asli);
i) Kopi identitas buku tabungan masing-masing penerima bantuan;
j) Kopi lembar mutasi buku tabungan;
k) Daftar Rencana Pembelian Bahan Bangunan (DRPB2) T-2;
l) Tanda Terima Bahan Bangunan Tahap 2;
m) Berita Acara Hasil Kesepakatan Pemilihan Toko/Penyedia Bahan
Bangunan;dan
n) Kontrak Kesepakatan Pembelian Bahan Bangunan

Laporan Progress Fisik minimal 100% dan Penggunaan Dana Tahap 2


kemudian dikirim kepada Koordinator Kota dan Tim Teknis
Kabupaten/Kota untuk disahkan.

Laporan Penggunaan Dana tahap 1 dibuat dalam bentuk hardcopy


berjumlah1 (satu) asli dan 2 (dua) kopi yang diperuntukkan bagi:
a) 1 (satu) asli untuk PPK;
b) 1 (satu) kopi untuk Tim Teknis Kabupaten/Kota;dan
c) 1 (satu) kopi untuk Kelompok Penerima Bantuan.

b. Rapat Evaluasi Kemajuan Lapangan


Kegiatan evaluasi pada prinsipnya merupakan bagian dari proses
pengawasan/pengendalian pelaksanaan kegiatan, hanya umumnya
dilakukan untuk periode waktu tertentu, meskipun juga dapat dilakukan
sewaktu-waktu (mendesak).

PT. MAXITECH UTAMA INDONESIA BAB II 36


Engineering and Management Consultants
Rapat Evaluasi Kemajuan Pelaksanaan Kegiatan adalah merupakan
pertemuan yang dilaksanakan oleh KPB (tim pelaksana kegiatan) pada
setiap setiap periode waktu tertentu (biasanya mingguan atau sesuai
periode waktu yang disepakati) untuk mengevaluasi sejauh mana
kemajuan pelaksanaan kegiatan telah dicapai, termasuk penyelesaiaan
masalah yang muncul. Rapat ini dihadiri oleh semua pengurus/pelaksana
kegiatan (termasuk dapat mengundang pihak-pihak terkait lainnya yang
diperlukan).

Beberapa hal penting yang perlu menjadi agenda evaluasi berkaitan


dengan pelaksanaan kegiatan dilapangan, antara lain:
1) Apakah Volume pekerjaan (kemajuan pelaksanaan) yang telah dicapai
sesuai dengan yang direncanakan?
2) Apakah Realisasi Volume Pengadaan Bahan/Alat/Tenaga Kerja
sampai saat ini sesuai atau apakah masih cukup/memungkinkan untuk
menyelesaikan seluruh pekerjaan sesuai dengan yang direncanakan?
Coba bandingkan total Volume dari hasil pengadaan
Tenaga/Bahan/Alat sampai saat ini;
3) Apakah Realisasi Biaya Pengadaan Bahan/Alat/Tenaga Kerja sampai
saat ini sesuai dan cukup/masih memungkinkan untuk menyelesaikan
seluruh pekerjaan sesuai dengan yang direncanakan?
4) Apakah Realisasi Swadaya Masyarakat sesuai rencana swadaya ?
5) Apakah Administrasi/laporan-laporan sudah dibuat dan diarsipkan?

Hasil pembahasan setiap agenda/permasalahan hendaknya dapat


memberikan/ menyepakati apa bentuk penyelesaian, siapa yang
bertanggung jawab untuk pelaksanaannya, bagaimana cara
pelaksanaannya dilapangan dan kapan akan dilakukan tindakan tersebut.

Hasil-hasil kesepakatan/pembahasan tersebut dicatat pada


Notulen/Catatan Hasil Rapat Mingguan dan diarsipkan dengan baik.

c. Dokumentasi (Photo-photo) kondisi minimal 30%, dan 100%


Dokumentasi dilakukan dengan kegiatan potret kondisi atau keadaan
pertengahan pelaksanaan pekerjaan (kira-kira pada progress minimal

PT. MAXITECH UTAMA INDONESIA BAB II 37


Engineering and Management Consultants
mencapai 30%) atau keadaan akhir setelah pekerjaan selesai 100% pada
lokasi dibangun bangunan. Jumlah titik lokasi yang diambil/potret minimal
sama dengan titik lokasi pengambilan potret kondisi nol (0%) sebelumnya.
Penting untuk diperhatikan bahwa titik lokasi dan arah pengambilan
gambar kondisi minimal 30% dan 100% ini harus sama dengan titik dan
arah pengambilan gambar kondisi awal (0%) sebelumnya.

d. Perubahan Pekerjaan di Lapangan


Dalam pelaksanaan pekerjaan pembangunan perumahan, seringkali tidak
dapat dihindari adanya perubahan pekerjaan karena kesalahan desain
atau perubahan kondisi/pekerjaan yang mengakibatkan perubahan
Gambar Kerja (GK).

Dalam hal penerima bantuan ingin melakukan perubahan GK, perubahan


tersebut dapat dilakukan sepanjang kualitas dan nilai konstruksinya lebih
meningkat dari kualitas dan konstruksi yang ada dalam GK, Dengan
persetujuan PPK.

e. Penyelesaian pekerjaan KPB


Penyelesaian pekerjaan adalah pencapaian realisasi pelaksanaan
pekerjaan dilapangan sesuai kuantitas/volume dan nilai/biaya pekerjaan
sebagaimana dicantumkan dalam RPD.

Dengan demikian maka Pekerjaan hanya dapat dikatakan selesai apabila


dana bantuan yang diusulkan oleh KPB sesuai masing-masing RPD
penerima bantuan. Jadi ukuran untuk menyatakan bahwa kegiatan
Pembangunan rumah telah selesai adalah bahan bangunan yang sudah
habis (tidak ada sisa) dan jumlah volume pekerjaan yang dibuat
dilapangan sudah dicapai sesuai dengan rencana (dinyatakan dalam
lembar progres).

Setelah pekerjaan selesai 100% atau minimal 97%, KPB berhak


mengajukan secara tertulis kepada Fasilitator untuk melakukan Sertifikasi
Pekerjaan. Hasil Sertifikasi Pekerjaan yang dilaksanakan secara bersama-

PT. MAXITECH UTAMA INDONESIA BAB II 38


Engineering and Management Consultants
sama oleh kedua belah pihak dan ini dituangkan dalam Berita Acara
Penyelesaian Pekerjaan (BAP2).

Bagaimana jika hasil pelaksanaan pekerjaan tidak sama dengan


perencanaan teknis awal?
Jika hasil pekerjaan melebihi rencana volume pekerjaan awal maka
kelebihan itu merupakan prestasi KPB dan dapat dicatat sebagai
keswadayaan yang dilakukan.

Namun jika hasil pelaksanaan pekerjaan tidak sesuai dengan yang


Gambar Kerja, Spesifikasi Teknis dan Rencana Penggunaan Dana maka
pihak KPB selaku pelaksana pekerjaan wajib memperbaiki
ketidaksesuaian tersebut dengan cara swadaya, dan dalam waktu yang
disepakati antara KPB dengan tim teknis. Masa perbaikan/penyempurnaan
ini selambat-lambatnya harus selesai sebelum laporan
pertanggungjawaban KPB dilaksanakan.

f. Sertifikasi/Pemeriksaan Hasil Konstruksi rumah


Sertifikasi disini merupakan kegiatan yang dilakukan oleh tim teknis untuk
menyatakan bahwa pembangunan rumah baru atau peningkatan kualitas
rumah sudah selesai dan dapat ditempati oleh penerima bantuan.
Selanjutnya, untuk memastikan bahwa hasil yang diharapkan benar-benar
telah memenuhi ketentuan program dan teknis (kualitas baik dan
berfungsi) maka Tim Teknis melakukan sertifikasi hasil konstruksi rumah
tersebut dengan menyertakan Penerima Bantuan dan Kelompok Penerima
Bantuan serta diketahui oleh koordinator Kabupaten/Kota dan Fasilitator.
1) Tujuan dan Hasil Yang diharapkan
Tujuan sertifikasi adalah untuk mengetahui apakah hasil pelaksanaan
kegiatan pembangunan rumah telah memiliki kualitas yang baik dan
dapat berfungsi.

Sedangkan hasil yang diharapkan dari kegiatan Sertifikasi ini adalah


adanya rekomendasi atas kesesuaian dengan rencana teknis dan
kelayakan hunian terhadap standar pelayanan minimal rumah yang
telah dibangun/ditingkatkan kualitasnya tersebut.

PT. MAXITECH UTAMA INDONESIA BAB II 39


Engineering and Management Consultants
2) Materi Sertifikasi
Pelaksanaan Sertifikasi hasil pembangunan bangunan rumah
dilakukan terhadap aspek capaian kualitas proses, kualitas konstruksi,
manfaat dan pemanfaatan dana. Sedangkan uraian secara terinci dari
masing-masing aspek tersebut dapat dilihat pada Formulir Sertifikasi
sebagai berikut:
a) Laporan Progres Akhir Pekerjaan Pembangunan/Peningkatan
Kualitas Rumah;
b) Berita Acara Pemeriksaan Pekerjaan (BAP2);
c) Surat Pernyataan Penyelesaian PEKERJAAN (SP3);dan
d) Surat Pernyataan Kesanggupan Menyelesaikan Pembangunan
(SPKMP).

3) Mekanisme Pelaksanaan Sertifikasi Kegiatan


Pendekatan pelaksanaan Sertifikasi ini dilakukan langsung di lapangan
oleh tim teknis dan perwakilan KPB bersangkutan. Adapun
mekanismenya dapat dijelaskan secara ringkas sebagai berikut:
a) Berdasarkan laporan kemajuan pekerjaan KPB yang menunjukan
bahwa kemajuan pekerjaan telah selesai 100%, selanjutnya Tim
Teknis Kabupaten/Kota melakukan Sertifikasi hasil pekerjaan;
b) Tim Teknis bersama perwakilan KPB dan Fasilitator melakukan
pemeriksaan dan penilaian atas semua aspek sertifikasi. Hasil
Penilaian masing-masing aspek sertifikasi disepakati bersama-
sama oleh Tim (termasuk KPB);
c) Setelah seluruh pemeriksaan aspek selesai, maka dilanjutkan
dengan membuat kesimpulan dan rekomendasi. Adapun alternatif
bentuk kesimpulan dan rekomendasi, yaitu :
(1) Pekerjaan dinyatakan Layak/Selesai (berkualitas baik &
berfungsi);
Apabila pekerjaan dinyatakan selesai 100% dan dinyatakan
layak, maka dilanjutkan dengan pembuatan Surat Pernyataan
Penyelesaian Pekerjaan (SP3).
(2) Pekerjaan dinyatakan Belum Selesai/Layak dengan
Penyempurnaan;

PT. MAXITECH UTAMA INDONESIA BAB II 40


Engineering and Management Consultants
Apabila pembangunan dinyatakan belum selesai 100% atau
masih ada kerusakan yang perlu diperbaiki dan pembangunan
masih belum mencapai batas akhir tahun anggaran, maka
penerima bantuan dan kelompok penerima bantuan diberi
kesempatan untuk menyelesaikan atau memperbaiki
pembangunannya. Namun, jika sampai akhir tahun anggaran
pembangunan masih belum diselesaikan, maka penerima
bantuan dan kelompok penerima bantuan diminta
menandatangani Surat Pernyataan Kesanggupan
Menyelesaikan Pekerjaan (SPKMP).

Selanjutnya Penerima Bantuan dan KPB harus melakukan


perbaikan atau menyelesaikan pekerjaannya. Penyempurnaan
ini harus dievaluasi kembali oleh Tim Sertifikasi. Dan setelah
hasil perbaikan/penyempurnaan dinyatakan diterima baru
dapat dilanjutkan dengan pembuatan SP3.

4) Langkah – langkah Pelaksanaan Sertifikasi Kegiatan


a) Persiapan Tim Sertifikasi:
(1) Fasilitator memperoleh penjelasan cara melaksanakan
Sertifikasi (termasuk cara pengisian formulir) dari Koordinator
kab./kota /TA. Perumahan;
(2) Fasilitator menginformasikan jadwal sertifikasi kepada Tim
Teknis dan KPB;
(3) Membawa laporan kemajuan pekerjaan terakhir yang
disampaikan oleh KPB;dan
(4) Menyiapkan Formulir Sertifikasi yang diperlukan.
b) Pelaksanaan Sertifikasi:
Langkah-langkah pelaksanaan Sertifikasi:
(1) Kegiatan Sertifikasi dilakukan dengan melakukan pemeriksaan
ke lokasi rumah penerima bantuan dari anggota KPB yang
akan disertifikasi;
(2) Metode yang digunakan dapat mencakup pemeriksaan
terhadap dokumen yang diperlukan, pemeriksaan langsung
dilapangan (fisik) maupun wawancara langsung dengan pihak

PT. MAXITECH UTAMA INDONESIA BAB II 41


Engineering and Management Consultants
KPB (yang terkait langsung dengan pelaksanaan kegiatan
dilapangan);
(3) Acuan proses Sertifikasi adalah formulir Berita Acara
Pemeriksaan Pekerjaan (BAP2);
(4) Perlu diperhatikan bahwa kesimpulan atau rekomendasi yang
dimasukan dalam hasil sertifikasi ini agar disepakati bersama
oleh seluruh Tim dengan pihak KPB selaku penanggungjawab
pelaksana.
(5) Hasil Pemeriksaan merupakan bagian dari Berita Acara Hasil
Pemeriksaan Pekerjaan (BAP2);
(6) Berdasarkan BAP2 Fasilitator dapat menyiapkan SP3 atau
SPKMP yang diperlukan;
(7) Selanjutnya jika dinilai sudah selesai, maka SP3 ditanda
tangani oleh tim sertifikasi. Lembar Asli SP3 diserahkan kepada
Penerima Bantuan dan kopi SP3 diserahkan kepada KPB untuk
disertakan pada Laporan Penggunaan Dana Tahap 2 oleh
KPB;
(8) Jika sampai dengan batas akhir tahun anggaran belum selesai,
maka SPKMP ditandatangani oleh KPB, Penerima Bantuan dan
Tim Sertifikasi. Asli SPKMP dipegang oleh KPB untuk
disertakan di dalam Laporan Penggunaan Dana Tahap 2 oleh
KPB, sedangkan kopi SPKMP dipegang oleh Penerima
Bantuan;dan
(9) Kopi SP3 dan asli SPKMP yang sudah ditandatangani
disertakan di dalam Laporan penggunaan Dana Tahap 2.

5) Dokumen BAP2
Berita Acara Pemeriksaan Pekerjaan disingkat BAP2, adalah bukti
secara administrasi bahwa telah dilakukan pemeriksaan pekerjaan
KPB, BAP2 dibuat bersama-sama oleh tim sertifikasi setelah
melakukan pemeriksaan/sertifikasi pekerjaan dilapangan. Jadi
pengisian BAP2 dilakukan melalui pemeriksaan pekerjaan di lapangan
bersama-sama.

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam BAP2 adalah:

PT. MAXITECH UTAMA INDONESIA BAB II 42


Engineering and Management Consultants
a) Pengisian tabel bobot pekerjaan (%) dapat mengacu kepada
Laporan Progres Pelaksanaan Pembangunan/Peningkatan
Kualitas BSPS Tahap 2 yang sudah dibuat;
b) Pengisian hasil pemeriksaan terkait dengan pemeriksaan terhadap
kesesuaian volume dan kesesuaian spesifikasi teknis komponen
rumah yang meliputi atap, dinding dan lantai dapat mengacu
kepada rencana teknis terhadap rumah tersebut yang dimuat di
dalam proposal KPB yang sudah disetujui Tim Teknis;
c) Pengisian hasil pemeriksaan terhadap kelayakan hunian dilakukan
dengan mengacu kepada standar minimal hunian yang digunakan
sebagai contoh adalah;
(1) Kelayakan kecukupan luas minimal rumah adalah 9 m2 per
jiwa;
(2) Kelayakan kehandalan bangunan adalah bangunan cukup
kuat dan aman terhadap beban atap, beban angin dan hujan
serta cukup awet terhadap cuaca hujan dan sinar matahari,
akan lebih bagus bila mengikuti standar bangunan tahan
gempa (terdapat ikatan-ikatan segitiga pada sudut-sudut
bangunan).dan tahan di dalam umur teknis yang diperkirakan,
yaitu 20 tahun;dan
(3) Kelayakan terhadap kesehatan adalah terdapat kecukupan
ruang terhadap aliran udara dan cahaya, sehingga ruangan
cukup kering, tidak lembab dan tidak terlalu gelap. Sangat
diutamakan jika terdapat KM/WC sederhana yang sehat dan
cukup air.
d) Pengisian kolom rekomendasi dengan kata Selesai apabila seluruh
aspek pemeriksaan dianggap Layak atau Ya, sedangkan
rekomendasi Belum Selesai dilakukan apabila masih ada hal-hal
yang dianggap perlu diperbaiki atau disempurnakan.
e) Batasan waktu penyelesaian kekurangan/penyempurnaan yang
ditetapkan, hendaknya disepakati bersama antara Tim Teknis
dengan pihak KPB selaku penanggungjawab pelaksananya.

6. Pengembangan Mandiri Pasca Kegiatan

PT. MAXITECH UTAMA INDONESIA BAB II 43


Engineering and Management Consultants
Pengembangan mandiri pasca konstruksi adalah kegiatan swadaya
pembangunan perumahan setelah selesainya program BSPS, dilakukan atas
inisiatif/prakarsa dan dengan dana dari masyarakat sendiri. Keberhasilan
tersebut ditentukan oleh proses pemberdayaan masyarakat sejak persiapan
hingga paska konstruksi yang dilakukan oleh KPB secara swadaya.

Tata cara pengembangan mandiri untuk memenuhi kebutuhan perumahan


bagi MBR antara lain:
a. Menghimpun diri dalam wadah yang telah ada dengan tujuan dan cita-cita
yang sama untuk meningkatkan kesejahteraan dan kebersamaan yang
diwujudkan dalam kesepakatan sosial lanjutan sebagai acuan bersama.
Isi kesepakatan sosial lanjutan antara lain :
1) Mekanisme dan kewajiban bersama;
2) Aturan main pelaksanaan lanjut di tingkat lokal pasca BSPS;dan
3) Rencana tindak komunitas (community action plan) lanjut berdasarkan
hasil survey kampung sendiri (SKS) dan aspirasi masyarakat.
b. Melalui tokoh masyarakat atau penggerak masyarakat setempat
melanjutkan kegiatan fasilitator masyarakat dalam pendampingan dan
pemberdayaan.
c. Menghimpun potensi lokal untuk melanjutkan kegiatan BSPS secara
mandiri.

Dalam wadah lanjutan ini seharusnya setiap kelompok yang ada di


masyarakat dapat terwakili.

Sasaran dan obyek kemandirian pasca konstruksi meliputi :


a. Replikasi dengan mengambil contoh hasil penanganan PB dan PK oleh
masyarakat secara swadaya sesuai keinginan masyarakat;dan
b. Perluasan kegiatan rehabilitasi, peningkatan layanan dan penyediaan PSU
yang tercantum dalam dokumen perencanaan desa/kelurahan.

Pencapaian mutu teknis pengembangan mandiri ini dilakukan secara


fungsional oleh dinas teknis perumahan Kabupaten/Kota dan perangkat
desa/kelurahan. Untuk memudahkan perencanaan dan pelaksanaan

PT. MAXITECH UTAMA INDONESIA BAB II 44


Engineering and Management Consultants
konstruksi PSU mandiri digunakan desain prototype yang disediakan oleh
SKPD terkait.

Dukungan pemerintah Kabupaten/Kota untuk pengembangan mandiri berupa :


a. Pengembangan jejaring kemitraan (Channeling) yang dikaitkan dengan
sumber pendanaan dari program coorporate social responsibility (CSR);
b. Akses ke sumber pendanaan lain yang tidak mengikat;
c. Penyediaan PSU bagi pembangunan perumahan yang dilakukan secara
swadaya;dan
d. Integrasi dengan program terkait lain yang komplementer/menunjang dari
instansi lain dalam kabupaten/kota.

C. Tahap Pengawasan dan Pengendalian


1. Penyelenggaraan Pengawasan dan Pengendalian
Pengawasan dan pengendalian penyelenggaraan BSPS diatur dengan
ketentuan sebagai berikut :
a. Dilakukan dalam rangka tertib administrasi dan keuangan, pencapaian
mutu teknis pembangunan baru atau peningkatan kualitas rumah dan
untuk memperoleh hasil yang efektif, efisien, akuntabel dan transparan.
b. Dilakukan secara berjenjang berdasarkan wewenang dan tanggung jawab
pemerintah pusat, pemerintah propinsi, pemerintah kabupaten/kota, dan
kecamatan/kelurahan/desa.
c. Dilakukan oleh masyarakat dengan cara menyampaikan pengaduan untuk
mendapatkan penyelesaian dan tindak lanjut melalui perangkat
pemerintahan setempat kepada institusi yang berwenang.
d. Obyek pengawasan dan pengendalian oleh masyarakat ditujukan kepada
kegiatan yang dilakukan oleh Kelompok Penerima Bantuan untuk
komponen rumah.

Khusus pengawasan dan pengendalian terhadap tertib administrasi dan


keuangan dilakukan oleh lembaga audit internal ataupun eksternal.

Koordinator kabupaten/kota melakukan pengawasan dan pengendalian


pelaksanaan pendampingan oleh fasilitator kepada Kelompok Penerima
Bantuan, yang meliputi:

PT. MAXITECH UTAMA INDONESIA BAB II 45


Engineering and Management Consultants
a. Pembentukan Kelompok Penerima Bantuan (KPB);
b. Identifikasi potensi kelompok;
c. Identifikasi kebutuhan pembangunan rumah;
d. Peninjauan kembali (review) dan penyusunan kembali Gambar Kerja (GK)
dan Rencana Penggunaan Dana (RPD);
e. Penyusunan berkas pengajuan proposal BSPS;
f. Pemilihan toko dan rencana pembelian bahan bangunan;
g. Penyusunan Daftar Rencana Pembelian Bahan Bangunan (DRPB2);
h. Penarikan dana;
i. Pembangunan/peningkatan kualitas rumah;
j. Laporan kemajuan (progress) pembangunan/peningkatan kualitas rumah
oleh penerima bantuan.

2. Pengawasan
Pengawasan adalah proses pengamatan dan pencatatan yang dilakukan
secara terus menerus terhadap seluruh tahapan program untuk mencapai
hasil (kuantitas dan kualitas) yang diharapkan. Hasil pengawasan merupakan
input untuk menyempurnakan peraturan perundangan dan kebijakan dasar
serta bahan pembinaan kepada pelaku pembangunan dan masyarakat.

Pengawasan dilakukan melalui kegiatan:


a. Pengumpulan data dan informasi terhadap:
1) Proses Sosialisasi kepada Masyarakat;
2) Proses Pemberdayaan Kelompok;
3) Kualitas bahan dan material;
4) Kualitas dan volume pekerjaan;
5) Ketepatan rencana, waktu, dan jadwal pelaksanaan;
6) Optimasi biaya pembangunan;
7) Tertib administrasi dan keuangan BSPS;dan
8) Pemanfaatan sumbangan / swadaya masyarakat, pengawasannya
dilakukan dalam rangka memelihara kepercayaan dan iklim
membangun dalam masyarakat.
b. Pemberian masukan untuk tindak turun tangan terhadap penyimpangan
dan / atau permasalahan pemanfaatan hasil pembangunan sesuai dengan
perencanaan dan aspirasi masyarakat, meliputi pengawasan terhadap:

PT. MAXITECH UTAMA INDONESIA BAB II 46


Engineering and Management Consultants
1) Hasil fisik penyelenggaraan BSPS yang sesuai dengan tujuan
pembangunan, baik out put maupun out come / kemanfaatannya untuk
masyarakat;
2) Pencapaian mutu teknis rumah paska konstruksi yang tidak boleh
mengalami penurunan kualitas dan kuantitas pemanfaatannya sesuai
dengan keinginan dan kebutuhan masyarakat;dan
3) Terbangunnya mekanisme pengembangan dan pemeliharaan mandiri
dan berkelanjutan oleh masyarakat.

Penanganan permasalahan dan kesulitan yang dihadapi dan memerlukan


tindak turun tangan adalah:
1) Yang berkaitan dengan laporan pencairan atau penyaluran dana dan
bantuan setiap tahap;
2) Penyimpangan terhadap rencana;
3) Penyimpangan waktu penyelesaian pekerjaan fisik;dan
4) Kendala medan yang tidak dapat diprediksi.

Pengawasan dlakukan oleh seluruh pemangku kepentingan terhadap


kegiatan BSPS diwilayah yang menjadi tanggung jawabnya.

Provinsi melakukan pengawasan sesuai dengan mekanisme pengawasan


yang ditetapkan pemerintah provinsi. Kabupaten/kota melakukan
pengawasan secara berkala di setiap desa/kelurahan lokasi BSPS. Dalam
melakukan pengawasan, PPK dapat melakukan pengawasan secara
ramdom sampling dengan koresponden per desa/kelurahan minimal 5
orang/rumah. KMP dan KMW melakukan pengawasan sesuai dengan
dalam kerangka acuan kerja dan RAB dalam kontrak.

3. Pengendalian
Pengendalian dilakukan melalui evaluasi penilaian berkala secara terukur dan
obyektif terhadap pembangunan perumahan swadaya yang dilaksanakan
pemerintah bersama masyarakat, dilakukan dalam rangka mencari masukan
untuk memperbaiki kebijakan dan pemberian dukungan program BSPS
berdasarkan parameter evaluasi keberhasilan :
a. Pertambahan kesadaran masyarakat terhadap kondisi rumah;

PT. MAXITECH UTAMA INDONESIA BAB II 47


Engineering and Management Consultants
b. Peningkatan kualitas fisik rumah yang diukur dari bertambahnya rumah
layak huni, menurunnya angka backlog;
c. Peningkatan kesejahteraan penduduk yang dapat diukur dari
meningkatnya pendapatan ekonomi masyarakat membaiknya layanan
kesehatan dan pendidikan;dan
d. Peningkatan kapasitas pemerintah daerah.

Dalam rangka mengendalikan kemajuan pekerjaan di tingkat masyarakat,


penerima bantuan dibekali dengan kartu kendali mandiri.

Dalam rangka mengendalikan kelayakan proposal, maka perlu dilakukan


pemeriksaan terhadap proposal terkait dengan:
a. Keberadaan SK Kepala Desa/Lurah tentang Penetapan Kelompok
Penerima Bantuan (KPB);
b. Keberadaan dokumen Kesepakatan Sosial;
c. Keberadaan dokumen surat kesepakatan pembelian bahan bangunan
antara KPB dengan toko/penyedia bahan bangunan;
d. Keberadaan dokumen Berita Acara Riviu GK dan RPD;
e. Kebenaran dokumen spesifikasi teknis peningkatan kualitas atau GK untuk
pembangunan baru;
f. Kebenaran harga setiap jenis bahan bangunan yang digunakan pada
pembuatan dokumen Rencana Penggunaan Dana yang berpedoman pada
harga satuan pasar dengan batas tertinggi harga satuan bahan bangunan
yang ditetapkan oleh Pemerintah Kabupaten/Kota;dan
g. Keberadaan dokumen dan kesesuaian data dalam Resume Penggunaan
Dana

Dalam rangka mengendalikan persetujuan DRPB2, maka perlu dilakukan


pemeriksaan terhadap DRPB2 terkait dengan:
a. Kesesuaian jenis dan jumlah bahan bangunan serta jumlah harga bahan
bangunan dalam DRPB2 yang akan dibeli dalam setiap tahap dengan
RPD;
b. Kecocokan jumlah harga bahan bangunan dengan jumlah uang yang akan
ditarik dalam setiap tahap;

PT. MAXITECH UTAMA INDONESIA BAB II 48


Engineering and Management Consultants
c. Kebenaran harga setiap jenis bahan bangunan yang dibeli berpedoman
pada harga satuan pasar dengan batas tertinggi harga satuan bahan
bangunan yang ditetapkan oleh Pemerintah Kabupaten/Kota;
d. Keberadaan toko dari penyedia bahan bangunan, jenis usaha sesuai
dengan SIUP dan tempat usaha/alamat sesuai dengan SITU;
e. Nama Bank rekening toko/penyedia bahan bangunan sesuai dengan nama
bank/pos penyalur;dan
f. Khusus pengesahan DRPB2 tahap 2, PPK/pihak ketiga yang ditunjuk
harus mengevaluasi laporan progress pembangunan fisik paling sedikit
30% serta nota pembelian dan tanda terima pembelian bahan bangunan
tahap 1.

Dalam rangka mengendalikan kemajuan pekerjaan BSPS, maka dilakukan


koordinasi dan sinkronisasi kegiatan Konsultan Manajemen melalui:
a. Pertemuan Koordinasi Konsultan Manajemen yang dilaksanakan secara
berkala.
Pertemuan koordinasi dilakukan oleh pihak Direktorat dengan difasilitasi
oleh Konsultan Manajemen Pusat. Pertemuan membahas kinerja BSPS,
permasalahan yang dihadapi dan Rencana Tindak Turun Tangannya.
b. Pelaksanaan Monitoring/pemantauan ke lokasi kegiatan.
Pelakanaan monitoring dilakukan konsultan dalam rangka melakukan
pemantauan kinerja BSPS di lokasi penerima bantuan. Pekerjaan
monitoring dilakukan dalam rangka mengevaluasi atau memperbaiki
konsep untuk kegiatan BSPS yang akan datang.

4. Pengelolaan Manajemen Asset.


Bantuan stimulan yang diberikan pemerintah kepada Masyarakat
Berpenghasilan Rendah (MBR) melalui BSPS adalah asset yang tersimpan di
masyarakat. Agar masyarakat yang sudah menerima bantuan tidak lagi
menerima bantuan pada masa kurun waktu 20 tahun, maka Kantor Desa /
Kelurahan harus menyimpan data masyarakat yang sudah menerima bantuan
tersebut.

Selanjutnya kepada masyarakat yang sudah menerima BSPS dan rumahnya


sudah selesai dibangun dipesankan agar:

PT. MAXITECH UTAMA INDONESIA BAB II 49


Engineering and Management Consultants
a. Tidak akan memindahtangankan rumah tersebut dalam waktu 5 (lima)
tahun;dan
b. Dapat bersyukur dengan memelihara bangunan tersebut sehingga dapat
bertahan sesuai dengan umur teknis yang diperkirakan yaitu selama 20
tahun.

5. Pengelolaan Pengaduan Masyarakat dan Tindak Turun Tangan (PPM-T3)


a. Prinsip Penanganan PPM-T3
Dalam menangani pengaduan masyarakat dan melakukan tindak turun
tangan, pihak terkait BSPS harus memperhatikan prinsip-prinsip
penanganan pengaduan dan tindak turun tangan sebagai berikut:
1) Mudah Penyampaian, yaitu melakukan penyampaian pengaduan
dengan menggunakan media elektronik yang tepat;
2) Cepat Penyelesaian, yaitu melakukan pengelolaan pengaduan
masyarakat dilakukan secara bersungguh-sungguh;
3) Tepat Penanganan, yaitu melakukan penanganan substansi
pengaduan dengan pelaku yang tepat;
4) Memuaskan Pengadu, yaitu pengadu menerima informasi bahwa
pengaduannya telah ditindaklanjuti;dan
5) Tuntas, yaitu penanganan suatu kasus harus dapat diselesaikan
dengan tidak menimbulkan dampak negative.

b. Manajemen PPM-T3
Untuk menangani pengaduan masyarakat dan melakukan tindak turun
tangan, pihak terkait BSPS harus menjalankan manajemen penanganan
pengaduan dan tindak turun tangan sebagai berikut:
1) Pembentukan Unit Pengaduan Masyarakat (UPM)
Unit Pengaduan Masyarakat (UPM) dibentuk di KMP dan KMW. Unit
Pengaduan Masyarakat (UPM) yang dibentuk di masing masing
konsultan manajemen terdiri dari:
a) Penanggung Jawab UPM terdiri dari Ketua Tim masing-masing
konsultan manajemen;
b) Pengelola Kegiatan UPM dilakukan oleh Tenaga Ahli Kebijakan
Publik untuk KMP dan Tenaga Ahli Pemberdayaan Masyarakat
untuk KMW;

PT. MAXITECH UTAMA INDONESIA BAB II 50


Engineering and Management Consultants
c) Pelaku Tindak Turun Tangan (T3) terdiri dari :
 Fasilitator;
 Koordinator Kota/Kabupaten;
 Tim Teknis Kabupaten/Kota;
 Ketua Tim dan Tenaga Ahli KMW;
 Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) Wilayah;
 Ketua Tim dan Tenaga Ahli KMP;
 Pejabat Pembuat Komitmen (KMP) Pusat;
 Tim Teknis Pusat / Wilayah;dan
 Kepala Satuan Kerja (Ka Satker)
d) Tenaga Administrasi UPM dipegang oleh tenaga administrasi
masing-masing KMW dan KMP.

2) Penyediaan Media Komunikasi Pengaduan Masyarakat


Daftar Media Komunikasi Pengaduan Masyarakat yang dapat
digunakan terdiri dari:
a) Alamat Surat Menyurat, meliputi alamat kantor dari masing-masing
KMW;
b) No Telepon Kantor, meliputi nomer telepon kantor dari masing-
masing KMW;
c) Alamat Email, meliputi alamat email dari masing-masing KMW;
d) Alamat Website BSPS;dan
e) No SMS (Short Messenger Service) hotline, yaitu no hp khusus
untuk pengaduan masyarakat yang disediakan oleh masing-
masing KMW.

Daftar Media Komunikasi Pengaduan Masyarakat diumumkan melalui


leaflet atau poster di papan pengumuman masing-masing kantor
Lurah / Kepala Desa dari lokasi penerima BSPS.

3) Lingkup Bidang Pengaduan


Agar substansi pengaduan masyarakat yang dilayani sesuai dengan
lingkup kegiatan BSPS, maka lingkup pengaduan masyarakat pada
Kegiatan BSPS ini meliputi bidang-bidang sebagai sebagai berikut:
a) Kebijakan BSPS;

PT. MAXITECH UTAMA INDONESIA BAB II 51


Engineering and Management Consultants
b) Proses Penyiapan Masyarakat;
c) Penyusunan Proposal;
d) Masalah rekening;
e) Masalah Pencairan;
f) Pemanfaatan dana;
g) Penyaluran Bahan Bangunan;
h) Pelaksanaan Konstruksi;
i) Partisipasi Masyarakat;
j) Fasilitator;
k) Penerima Manfaat;
l) Aparat Pemerintah;
m) Ucapan Terimakasih;dan
n) Hal Lainnnya terkait BSPS.

4) Pelayanan dan Jawaban Pengaduan serta Keluhan


Penyampaian pengaduan masyarakat yang dilayani adalah
penyampaian pengaduan masyarakat yang terkait dengan kebijakan
dan pelaksanaan kegiatan BSPS.

Penyampaian pengaduan masyarakat yang mencantumkan identitas


pribadi pengadu akan mendapatkan pelayanan, sedangkan yang tidak
mencantumkan identitas prribadi substansi materi akan disikapi
dengan klarifikasi dan investigasi tanpa kewajiban untuk menjawab
kepada pengadu. Selanjutnya jawaban terhadap pengaduan dilakukan
melalui media yang digunakan pada saat pengirim pengaduan, yaitu
sms dengan sms, surat dengan surat, email dengan email.
.
5) Pengadministrasian Pengaduan
Substansi yang dilaporkan dalam media pengaduan masyarakat yang
diterima oleh masing-masing kantor manajemen dicatat di dalam
sebuah file computer dengan program excell dan nama file :
PM_T3_(nama KMW).xls. Pencatatan substansi pengaduan disusun
secara tabelaris dengan susun kolom terdiri dari:
a) No.;
b) Nama Pengadu;

PT. MAXITECH UTAMA INDONESIA BAB II 52


Engineering and Management Consultants
c) Nama Media Pengaduan;
d) Isi Pengaduan;
e) Katagori Pengaduan (Pertanyaan, Kritik, Masalah atau Saran);
f) Lingkup Pengaduan;
g) Alamat Pengadu;
h) Pelaku Tindak Lanjut;
i) Status Penerimaan Pengaduan oleh Pelaku;
j) Status Tindak Lanjut oleh Pelaku;dan
k) Status Informasi kepada Pengadu.

6) Pengidentifikasian dan Penentuan Pelaku Tindak Turun Tangan


Pengidentifikasian terhadap pengaduan yang masuk dari masyarakat
diidentifikasi dari jenis pengaduaan dan dikelompokkan dalam empat
katagori pengaduan, yaitu:
a) Pertanyaan;
b) Kritik;
c) Permasalahan;dan
d) Saran.

Penentuan pelaku Tindak Turun Tangan (T3) Pengaduan Masyarakat


dilakukan oleh Pengelola UPM dengan memperhatikan substansi
pengaduan dan penyelesaiannya dilakukan secara berjenjang mulai
dari tingkat desa/kelurahan. Jika tidak dapat diselesaikan, maka
penyelesaian dilakukan oleh pelaksana penanganan di tingkat
berikutnya sesuai dengan diagram penanganan pengaduan seperti
tertera dalam Gambar 2.5.

7) Penyelesaian Pengaduan
Pelaksanaan penyelesaian pengaduan dilakukan oleh pelaku T3
sesuai kewenangannya setelah pelaku menerima laporan tertulis dari
pertugas administrasi UPM. Penyelesaian dapat dilakukan dengan
memperhatikan katagori dan substansi pengaduan. Pelaku T3 dapat
melakukan peninjauan ke lapangan dan koordinasi dengan pihak
terkait, jika diperlukan.

PT. MAXITECH UTAMA INDONESIA BAB II 53


Engineering and Management Consultants
Ya
Dapat
Satker
diselesaikan ?
Tidak

Ya
Dapat
Tim Teknis/PPK Pusat
diselesaikan ?
Tidak

Ya
Dapat
KMP BSPS
diselesaikan ?
Tidak

Ya
Dapat
KMW/PPK
diselesaikan ?

Tidak

Ya
Dapat
Tim Teknis Kab/Kot
diselesaikan ?
Tidak

Ya
Koord Kota/Kab Dapat
diselesaikan ?
Tidak

Ya
Dapat
Fasilitator
diselesaikan ?

Pengaduan Masyarakat Laporan


Masyarakat Pengadu Penyelesaian

Gambar 2.5 Diagram Penanganan Pengaduan

8) Penyelesaian Secara Hukum


Pelaksanaan penyelesaian pengaduan dilakukan oleh pelaku T3
dilakukan secara hukum apabila terdapat hal-hal yang dinilai
merupakan tindak pidana. Hal ini perlu dilakukan dengan segera untuk
menghindari terjadinya tuntutan kepada pelaku T3 apabila hal tersebut
tidak segera dilaporkan ke pihak yang berwenang dan diselesaikan
secara hukum. Pelaku T3 melaporkan nomor pengaduan polisi.

9) Penyampaian Laporan kepada Pengadu

PT. MAXITECH UTAMA INDONESIA BAB II 54


Engineering and Management Consultants
Apabila pelaksanaan pengaduan telah dilaksanakan pentesaiannya,
maka pelaku T3 segera melaporkan hasilnya kepada petugas UPM
dan petugas administrasi UPM akan segera melaporkan hasilnya
kepada masyarakat yang menyampaikan pengaduan.

Secara ringkas Pengelolaan Pengaduan Masyarakat dan Tindak Turun


Tangan (PPM-T3) oleh Unit Pengaduan Masyarakat (UPM) dapat
dilihat pada segitiga UPM seperti tercantum pada Gambar 2.6.

Gambar 2.6. Segitiga penanganan PPM-T3 oleh UPM

6. Database Manajemen System


Sistem informasi manajemen yang akan digunakan untuk databasenya adalah
model Database Integrity Management Information System dengan
menggunakan MYSQL Server, sedangkan model program yang digunakan
adalah PHP yang merupakan Web Based Application. Model Arsitektur
Management information System ini dapat dilihat pada Gambar 2.7.

PT. MAXITECH UTAMA INDONESIA BAB II 55


Engineering and Management Consultants
Web Apps

CRUD

BSPS
Database

INTERNET

Programming : PHP (Web Based Application)


Database : My SQL Server (Database Integrity)
CRUD adalah Create Insert Update Delete

Gambar 2.7. Model Arsitektur MIS

User Konsultan Manajemen Wilayah (User KMW)


a. Berwenang memberikan dan menonaktifkan user untuk level User
Koordinator kab./kota;
b. Melakukan approval/persetujuan terhadap data yang telah dibuat oleh
Koor Koordinator kab./kota;
c. Membatalkan setiap approval/persetujuan yang telah dibuat oleh K
Koordinator kab./kota;
d. Memonitor atau mengontrol proses CRUD yang dilakukan oleh
Koordinator kab./kota;dan
e. User KMW hanya bisa masuk ke Manajemen aplikasi SIM untuk
melakukan CRUD seperti approval/persetujuan terhadap data yang telah
dibuat oleh Koordin Koordinator kab./kota.

2.2.3. GAGASAN IDE


Dalam pengendalian dan pengawasan yang dilakukan belum terlihat secara signifikan
penggunaan teknologi dalam lingkup kerja yang dilakukan, apabila memungkinkan
Database Sistem Informasi Manajemen BSPS ini tidak digunakan hanya untuk
database pelaporan berupa foto saja tapi bisa digunakan juga pelaporan untuk data
penggunaan video berdurasi pendek tentang progress pelaksanaan pembangunan
BSPS, yang meliputi:
1. Calon Penerima

PT. MAXITECH UTAMA INDONESIA BAB II 56


Engineering and Management Consultants
Perlu adanya data visualisasi terhadap Kriteria calon penerima/subjek penerima
dana BSPS:
a. Warga negara Indonesia;
b. MBR dengan penghasilan dibawah upah minimum provinsi rata–rata nasional
atau masyarakat miskin sesuai dengan data dari Kementerian Sosial;
c. Sudah berkeluarga;
d. Memiliki atau menguasai tanah;
e. Belum memiliki rumah atau memiliki rumah tetapi tidak layak huni, merupakan
rumah pertama dan satu-satunya;
f. Belum pernah mendapat bantuan perumahan dari Pemerintah atau
pemerintah daerah, termasuk yang terkena bencana alam, kebakaran atau
kerusuhan sosial;
g. Didahulukan yang telah memiliki rencana membangun atau meningkatkan
kualitas rumah yang dibuktikan dengan:
• Memiliki keswadayaan dalam bentuk tabungan bahan bangunan;
• Telah mulai membangun rumah sebelum mendapatkan bantuan stimulan;
• Memiliki aset lain yang dapat dijadikan dana tambahan BSPS; atau
• Memiliki keswadayaan dalam bentuk tabungan uang yang dapat dijadikan
dana tambahan BSPS;
h. Bersungguh-sungguh mengikuti program bantuan stimulan perumahan
swadaya; dan
i. Dapat bekerja secara kelompok.

2. Aliran Dana
Aliran dana sangat wajib divisualisasikan agar meminimalisir tindakan
penyelewengan.

Gambar 2.8.Diagram Aliran Dana

PT. MAXITECH UTAMA INDONESIA BAB II 57


Engineering and Management Consultants
3. Pembelanjaan
Sesuai dengan prinsip-prinsip transparansi dan akuntabilitas pemanfaatan dana
kegiatan maka harga-harga satuan bahan yang akan dipergunakan dalam
pelaksanaan kegiatan harus merupakan hasil survey sekurang-kurangnya dari 3
toko/penyedia bahan bangunan setempat/terdekat dan disepakati bersama
melalui rembug warga, oleh karena itu perlu adanya visualisasi terhadap DRPB2
yang berisi:
a. Jenis dan jumlah bahan bangunan yang akan dibeli;
b. Harga bahan bangunan menurut jenisnya;
c. Nama toko/pabrik/grosir penyedia bahan bangunan yang ditunjuk oleh KPB;
d. Nomor rekening dan nama bank yang digunakan oleh toko/pabrik/grosir
penyedia bahan bangunan untuk menerima pembayaran pembelian bahan
bangunan;
e. Alamat toko/pabrik/grosir penyedia bahan bangunan sesuai tempat usaha
sebagaimana alamat yang tertuang dalam SITU;
f. Komponen upah kerja dan nama penerima bantuan yang memenuhi kriteria
yang dapat menggunakan dana BSPS untuk biaya upah kerja; dan
g. Nama KPB.

4. Proses Pembangunan
Ada yang perlu diperhatikan dan dipertimbangkan dalam proses pembangunan
ini, diantaranya selain data visualisasi, perlu juga untuk mempertajam masalah
kontruksi fisik yang akan dilakukan dalam pembangunan harus mengacu kepada
standar SNI dan persyaratan yang telah ditetapkan, selain itu ketersediaan ruang
harus berdasarkan acuan kepada kenyamanan dan kesehatan, sehingga ventilasi
dan pencahayaan juga termasuk dalam persyaratan rumah layak huni ini.

5. Waktu
Dalam segi waktu perlu dilakukan juga pembuktian melalui visual bahwasanya
pekerjaan dilakukan mulai dari 0% sampai dengan 100% dalam ketetapan waktu
yang sudah ditentukan dalam KAK.

PT. MAXITECH UTAMA INDONESIA BAB II 58


Engineering and Management Consultants
2.2.4. PROGRAM KERJA
Untuk melaksanakan Pekerjaan Konsultan telah membuat suatu pedoman/ prinsip
umum yang akan menjadi dasar pelaksanaan pekerjaan. Adapun pedoman/ prinsip
dalam pelaksanaan pekerjaan ini adalah sebagai berikut:

 Koordinasi antara Tim


Tim Konsultan di bawah pimpinan Team Leader akan selalu melakukan koordinasi
antara sesama anggota Tim. Hal ini perlu dilakukan agar seluruh anggota Tim dapat
melakukan pekerjaan dengan baik, mengetahui perkembangan kemajuan pekerjaan
dan pada akhirnya pekerjaan studi dapat diselesaikan dengan tepat waktu dan sesuai
dengan KAK.

 Koordinasi dengan Pemberi Tugas


Selama proses pelaksanaan studi, Konsultan akan selalu, melakukan koordinasi dan
diskusi dengan Pemberi Tugas. Hal ini dimaksudkan untuk menjamin agar hasil
pekerjaan sesuai dengan Kerangka Acuan Kerja (KAK), serta jadwal pelaksanaan
pekerjaan terpenuhi.

 Koordinasi dengan Instansi terkait


Selama proses pelaksanaan studi, Konsultan akan selalu melakukan koordinasi dan
diskusi dengan Instansi Terkait. Hal ini dimaksudkan agar Konsultan mengetahui
perkembangan yang berkaitan isu pokok dan kebijakan yang ada di lingkungan kerja
Instansi terkait, sehingga hasil studi yang dihasilkan sudah mengakomodasi isu/
kebijakan tersebut.

Untuk memperoleh hasil pekerjaan yang memenuhi syarat sebagaimana


dipersyaratkan dalam Kerangka Acuan Pekerjaan, maka pelaksanaan pekerjaan ini
perlu ditunjang oleh suatu Program Kerja (Rencana Kerja) yang tersusun, terinci dan
sistematis berdasarkan urutan prioritas pekerjaan serta pengerahan tenaga
profesional yang berpengalaman dengan profesi masing-masing sesuai dengan yang
dibutuhkan dalam penyelesaian pekerjaan.

Sebagai dasar lain dalam penentuan langkah pelaksanaan pekerjaan adalah ruang
lingkup pekerjaan yang termaktub dalam Kerangka Acuan Kerja sebagai jenis-jenis
kegiatan yang akan dilaksanakan.

PT. MAXITECH UTAMA INDONESIA BAB II 59


Engineering and Management Consultants
Secara umum jenis kegiatan yang akan dilaksanakan sesuai dengan KAK dengan
beberapa penambahan sehingga hasil yang akan dicapai dapat terpenuhi dengan
baik adalah :
1. Tahap Persiapan
a. Pemahaman Terhadap KAK & TOR;
b. Administrasi dan Penerbitan SPMK;
c. Mobilisasi Tenaga Ahli;
d. Penyusunan Strategi Pelaksanaan Kegiatan;
e. Penyusunan Rencana Kerja;dan
f. Perumusan Masalah.

2. Tahap Perencanaan.
a. Penyiapan materi pembekalan kepada para fasilitator terkait pemberdayaan
masyarakat dan pendampingan teknis konstruksi dalam program BSPS sesuai
kebutuhan peserta;dan
b. Penyiapan, pembekalan dan mobilisasi asisten tenaga ahli.

3. Tahap Pelaksanaan
a . Pelaksanaan pembinaan, coaching , OJT , pengawasan dan pengendalian
terhadap pelaksanaan pendampingan yang dilakukan oleh Koordinator
Fasilitator dan Tenaga Fasilitator Lapangan (TFL) kepada masyarakat calon
penerima bantuan dan penerima bantuan;
b . Pelaksanaan kunjungan lapangan dalam rangka pengawasan dan
pengendalian terhadap pelaksanaan kegiatan BSPS di setiap kabupaten/kota;
c . Pemberian arahan dan evaluasi teknis serta administrasi terhadap
pelaksanaan pendampingan yang dilakukan oleh Koordinator Fasilitator
(Korfas) dan Tenaga Fasilitator Lapangan (TFL) kepada Kelompok Penerima
Bantuan (KPB);dan
d . Memeriksa kualitas hasil pelaksanaan peningkatan kualitas maupun
pembangunan baru.

4. Tahap Monitoring
a . Melakukan pengawasan dan pengendalian administrasi tahapan pelaksanaan
kegiatan;

PT. MAXITECH UTAMA INDONESIA BAB II 60


Engineering and Management Consultants
b . Memantau proses pemanfaatan dana BSPS dilaksanakan sesuai ketentuan;
c . Menerima dan melakukan pengecekan dan tindak turun tangan sesuai
kewenangan atas laporan atau pengaduan masyarakat serta menyampaikan
kepada PPK;
d . Mendampingi secara intensif dan mengarahkan Korfas dan TFL dalam
pelaksanaan program BSPS pada setiap tahapannya serta melakukan
supervise terhadap kinerja Korfas dan TFL

5. Pelaporan
a . Laporan Pendahuluan (5 rangkap)
Laporan pendahuluan disampaikan paling lambat 1 (satu) bulan setelah
diterbitkannya Surat Perintah Kerja, dengan memuat rencana kerja master
schedule, metodologi dan jadwal kerja tenaga ahli, skema dan metode
penanganan keluhan, materi pembekalan, strategi pengendalian kegiatan, dan
rencana pelaksanaan pembekalan fasilitator lapangan, serta uraian kegiatan
konsultan dalam merekrut asisten tenaga ahli. Laporan pendahuluan terlebih
dahulu dibahas oleh tim teknis dan diserahkan ke Pejabat Pembuat Komitmen
Rumah Swadaya Wilayah II dan tembusan disampaikan kepada Tim Teknis.
Laporan pendahuluan dibuat 5 rangkap dengan menggunakan format kertas
ukuran A4, untuk semua rangkap dijilid
b . Laporan Bulanan (5 rangkap)
Laporan bulanan disampaikan paling lambat tanggal 10 setiap bulannya.
Laporan bulanan terlebih dahulu dibahas oleh Tim Teknis dan diserahkan
secara rutin setiap bulan ke Pejabat Pembuat Komitmen Rumah Swadaya
Wilayah II dan tembusan disampaikan kepada Tim Teknis. Laporan bulanan
mencakup progress pelaksanaan BSPS dan analisis permasalahan serta
upaya penyelesaianya baik yang dilaksanakan oleh Satuan Kerja Penyediaan
Rumah Swadaya Laporan bulanan dibuat 5 rangkap dengan menggunakan
format kertas ukuran A4, untuk semua rangkap dijilid.
c . Laporan Wasdal (5 rangkap)
Laporan wasdal disampaikan paling lambat 7 (tujuh) hari kalender setelah
pelaksanaan wasdal. Laporan wasdal memuat dokumentasi kegiatan
pelaksanaan BSPS, foto progres 0% dan 100%, dan tindak turun tangan atas
permasalahan yang ada di lapangan. Laporan wasdal dibuat 5 rangkap
dengan menggunakan format kertas ukuran A4,untuk semua rangkap dijilid.

PT. MAXITECH UTAMA INDONESIA BAB II 61


Engineering and Management Consultants
d . Laporan Progres Pelaksanaan (14.000 unit)
Laporan progress pelaksanaan terdiri atas hasil pemeriksaan atas pemenuhan
syarat proposal calon penerima bantuan yang disampaikan sesuai jadwal
penerbitan SK Penetapan Penerima Bantuan dari PPK dan pemeriksaan
terhadap kemajuan fisik bangunan/rumah baik pada tahap I (30%) dan tahap II
(100%). Disampaikan paling lambat 11 bulan setelah diterbitkannya Surat
Perintah Mulai Kerja (SPMK).
e . Laporan Profil dan Evaluasi Kinerja Fasilitator (5 rangkap)
Laporan profil dan evaluasi kinerja fasilitator diserahkan selambat-lambatnya 7
(tujuh) hari kalender sebelum kontrak berakhir. Laporan profil dan evaluasi
kinerja fasilitator disampaikan sebanyak 5 rangkap dengan menggunakan
format kertas ukuran A4, untuk semua rangkap dijilid. Database tenaga
pendamping Korfas dan TFL dalam bentuk soft copy.
f . Laporan Profil BSPS (5 rangkap)
Laporan Profil BSPS berisikan kegiatan per Kabupaten/Kota, dokumentasi
progress 0% dan 100%, progres penarikan, pencairan, pembangunan dan
tindak turun tangan. Profil BSPS diserahkan selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari
kalender sebelum kontrak berakhir. Laporan profil BSPS disampaikan
sebanyak 5 rangkap dengan menggunakan format kertas ukuran A4, untuk
semua rangkap dijilid.
g . Laporan Akhir (5 rangkap)
Laporan akhir berisikan laporan progres fisik dan keuangan 100% serta
besaran nilai keswadayaan dari setiap penerima bantuan yang disertai analisa
secara umum terhadap pelaksanaan BSPS tahun 2020 serta rekomendasi
untuk pelaksanan BSPS tahun berikutnya. Laporan akhir diserahkan ke
Pejabat Pembuat Komitmen Rumah Swadaya Wilayah II dan tembusan
disampaikan kepada Tim Teknis. Laporan akhir disampaikan sebanyak 5
rangkap dengan menggunakan format kertas ukuran A4, untuk semua
rangkap dijilid.

Seluruh laporan disajikan dalam bentuk hard copy, soft copy serta pemutakhiran
data (update) pada aplikasi sistem informasi yang sudah dikembangkan oleh
Direktorat Rumah Swadaya.

PT. MAXITECH UTAMA INDONESIA BAB II 62


Engineering and Management Consultants
2.3. PRA RENCANA KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA KONTRAK
(PRA-RK3K)
1. Kebijakan K3
Saya selaku direktur PT. MAXITECH UTAMA INDONESIA, saya berkomitmen
penuh menerapkan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(SMK3).

Sesuai dengan Undang-Undang No.13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan


menjelaskan tentang pentingnya perlindungan terhadap keselamatan dan
kesehatan pekerja. Undang-undang tersebut didukung oleh UU No. 1 tahun 1970
tentang keselamatan kerja. UU No.1 Tahun 1970 tersebut menjelaskan bahwa
pentingnya keselamatan kerja baik itu di darat, di dalam tanah, di permukaan air,
di dalam air, dan di udara di wilayah Republik Indonesia. Implementasi K3
diberlakukan di tempat kerja yang menggunakan peralatan berbahaya, bahan B3
(Bahan Beracun dan Berbahaya), pekerjaan konstruksi, perawatan bangunan,
pertamanan dan berbagai sektor pekerjaan lainnya yang diidentifikasi memiliki
sumber bahaya.

Menurut permenaker PER.05 / MEN / 1996 Bab I, salah satu upaya dalam
mengimplementasikan K3 adalah SMK3 (Sistem Manajemen Kesehatan dan
Keselamatan Kerja). SMK3 meliputi struktur organisasi, perencanaan, tanggung
jawab, pelaksanaan, prosedur, proses, dan sumber daya yang dibutuhkan bagi
pengembangan penerapan, pencapaian, pengkajian dan pemeliharaan kebijakan
keselamatan dan kesehatan kerja dalam rangka pengendalian resiko yang
berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman,
efisien dan produktif penerapan, pencapaian, aman, produktif.

SMK3 merupakan upaya integratif yang harus dilakukan tidak hanya dilakukan
oleh pihak manajemen tetapi juga para pekerja yang terlibat langsung dengan
pekerjaan.

Perundang-undangan yang dihasilkan tentu saja harus selalu diawasi dalam


proses implementasinya. Proses pengawasan tersebut diharapkan bisa menekan
angka kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang pada akhirnya
menghasilkan angka zero accident.

2. Perencanaan

Tabel 2.1 Identifikasi Bahaya dan Pengendalian Risiko Bahaya

PT. MAXITECH UTAMA INDONESIA BAB II 63


Engineering and Management Consultants
Jenis/Type Identifikasi Jenis Bahaya &
No. Pengendalian Risiko K3
Pekerjaan Risiko K3
1 Survey Lapangan a. Tertabrak kendaraan berat Perhatikan rambu-rambu keselamatan kerja
dilapangan
Fokus dan Konsentrasi Kerja serta menjaga
kesehatan Jasmani dan Rohani
Persiapkan alat keselamatan kerja seperti
helm, sepatu, jaket, dsb.
b. Kejatuhan peralatan kerja Perhatikan rambu-rambu keselamatan kerja
dilapangan
Fokus dan Konsentrasi Kerja serta menjaga
kesehatan Jasmani dan Rohani
Persiapkan alat keselamatan kerja seperti
helm, sepatu, jaket, dsb.
c. Kejatuhan material bangunan Perhatikan rambu-rambu keselamatan kerja
dilapangan
Fokus dan Konsentrasi Kerja serta menjaga
kesehatan Jasmani dan Rohani
Persiapkan alat keselamatan kerja seperti
helm, sepatu, jaket, dsb.
d. Tertimbun tanah galian Perhatikan rambu-rambu keselamatan kerja
dilapangan
Fokus dan Konsentrasi Kerja serta menjaga
kesehatan Jasmani dan Rohani
Persiapkan alat keselamatan kerja seperti
helm, sepatu, jaket, dsb.
e. Tergigit Binatang Liar dan Perhatikan rambu-rambu keselamatan kerja
Beracun dilapangan
Fokus dan Konsentrasi Kerja serta menjaga
kesehatan Jasmani dan Rohani
Persiapkan alat keselamatan kerja seperti
helm, sepatu, jaket, dsb.

4 Pengelolaan a. Hindari posisi duduk didepan Duduk dalam posisi yang nyaman dan sesuai
Data dan laporan' komputer dengan posisi duduk dengan prosedur kesehatan kerja
melengkung
Pilih tempat duduk yang bisa membuat
nyaman dalam bekerja didepan komputer
b. Hindari terkontaminasi radiasi Pasang filter radiasi pada layar komputer
komputer
Istirahat dengan cukup

c. Hindari kebakaran wajib disediakan tabung pemadam kebakaran

Perhatikan tempat stop kontak yang tersedia


tidak boleh melebihi beban kapasitasnya.

3. Pemenuhan Perundang-Undangan Dan Persyaratan Lainnya


Daftar Peraturan Perundang-undangan dan Persyaratan K3 yang wajib dipunyai
dan dipenuhi dalam melaksanakan paket pekerjaan ini adalah :
a. Undang-undang Nomor 14 tahun 1969 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok
mengenai Tenaga Kerja;

PT. MAXITECH UTAMA INDONESIA BAB II 64


Engineering and Management Consultants
b. Undang-undang Nomor 1 tahun 1970 tentang keselamatan kerja;
c. Undang-undang Nomor 18 Tahun 1999 tentang jasa Konstruksi;
d. Undang-Undang No.13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan;
e. Peraturan Pemerintah No. 11 Tahun 1979 Tentang : Keselamatan Kerja
Pada Pemurnian Dan Pengolahan Minyak Dan Gas Bumi;dan
f. Peraturan menteri PU No. 09/PRT/M/2008 tentang Pedoman Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) Konstruksi Bidang
PU.
4. Sasaran K3 Dan Program K3
K3 adalah suatu program yang dibuat pemerintah yang di tujukan bagi pekerja
maupun pengusaha dalam rangka mengupayakan pencegahan timbulnya
kecelakaan kerja. K3 diatur dalam UU No.1 tahun 1970. Sehingga bagi siapapun
yang melanggar akan mendapatkan sanksi tertentu. Tempat kerja ialah tempat
seseorang bekerja yang terdapat sumber berbahaya, baik di dlm ruangan
maupun di luar ruangan.

Tujuan adanya k3 yaitu melindungi pekerja dan pengusaha dari hal yang tidak di
inginkan,seperti kecelakaan atau bahkan kematian.
A. Sasaran K3
Sasaran K3 yang hendak dituju meliputi atas :
i. Menciptakan suatu sistem keselamatan dan kesehatan kerja di
tempat kerja dengan melibatkan unsur manajemen, tenaga kerja,
kondisi dan lingkungan kerja yang terintegrasi dlam rangka mencegah
dan mengurangi kecelakaan dan penyakit akibat kerja serta
terciptanya tempat kerja yang aman, efisien, dan efektif;
ii. Tidak ada kecelakan kerja yang berdampak korban jiwa (Zero Fatal
Accident);
iii. Tingkat penerapan elemen SMK3 minimal 80 %;dan
iv. Semua pekerja wajib memakai APD yang sesuai bahaya dan risiko
pekerjaannya masing-masing.

B. Program K3
Pelaksanaan Program K3 pada pelaksanaan sebuah pekerjaan dapat di
jabarkan sebagai berikut:

PT. MAXITECH UTAMA INDONESIA BAB II 65


Engineering and Management Consultants
i. Melaksanakan Rencana K3 dengan menyediakan sumber daya K3
(APD, Rambu-rambu, Spanduk, Poster, pagar pengaman, jaring
pengaman, dsb) secara konsisten;
ii. Melakukan inspeksi secara rutin terhadap kondisi dan cara kerja
berbahaya;
iii. Memastikan semua pekerja untuk mematuhi peraturan yang telah
ditetapkan;
iv. Pelatihan secara umum, dengan materi pelatihan tentang panduan K3
di proyek, misalnya:
− Pedoman praktis pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja
pada proyek;
− Penanganan, penyimpanan dan pemeliharaan material;
− Keselamatan dan kesehatan kerja dalam pekerjaan sipil;
− Keselamatan dan kesehatan kerja dalam pekerjaan finishing luar;
− Keselamatan dan kesehatan kerja dalam pekerjaan mekanikal
dan elektrikal;
− Keselamatan dan kesehatan kerja dalam pekerjaan bekisting;
− Keselamatan dan kesehatan kerja dalam pekerjaan pembesian;
− Keselamatan dan kesehatan kerja dalam pekerjaan sementara;
− Keselamatan dan kesehatan kerja dalam pekerjaan rangka baja;
− Keselamatan dan kesehatan kerja dalam pekerjaan struktur khusus;
− Keselamatan dan kesehatan kerja dalam pekerjaan pembetonan;
− Keselamatan dan kesehatan kerja dalam pekerjaan pondasi pile dan
strutting;dan
− Keselamatan dan kesehatan kerja dalam pekerjaan pembongkaran.
v. Pelatihan khusus proyek, yang diberikan pada saat awal proyek dan di
tengah periode pelaksanaan proyek sebagai penyegaran, dengan
peserta seluruh petugas yang terkait dalam pengawasan proyek,
dengan materi tentang pengetahuan umum tentang K3 atau Safety
plan proyek yang bersangkutan.

C. Organisasi K3 :
Struktur organisasi petugas K3 sesuai dengan struktur organisasi yang
diusulkan yaitu :

PT. MAXITECH UTAMA INDONESIA BAB II 66


Engineering and Management Consultants
Gambar 2.9 Struktur Organisasi K3

Penanggung jawab
K3

Emergency/
Kebakaran Kedaruratan P3K

2.4. ORGANISASI DAN PERSONIL


Pelaksanaan pekerjaan, akan melibatkan tenaga ahli dari beberapa disiplin ilmu yang
seluruhnya akan merupakan satu kesatuan kerja. Dan untuk menjamin
terselenggaranya kelancaran pekerjaan, diperlukan suatu organisasi kerja dan tata
hubungan kerja diantara semua personil/tenaga ahli termasuk dengan Pihak Owner
atau Pengguna Jasa.

Selanjutnya Struktur Organisasi Pelaksanaan Pekerjaan untuk menangani pekerjaan


ini dapat dilihat pada Gambar 2.10 berikut

PT. MAXITECH UTAMA INDONESIA BAB II 67


Engineering and Management Consultants
SATUAN KERJA PENYEDIAAN RUMAH
SWADAYA
DIREKTORAT JENDERAL
PENYEDIAAN PERUMAHAN

PT. MAXITECH UTAMA


Pejabat Pembuat INDONESIA KSO. PT
Komitmen CITRA YASA PERSADA

Project Officer TIM LEADER


(Tim Teknis)

Tenaga Ahli

Ahli Pemberdayaan Ahli Ahli


Masyarakat Konstruksi Perumahan

Asisten Tenaga Ahli

Asisten Ahli Asisten Ahli Asisten Ahli


Tenaga Pendukung  Sekretaris;
Pemberdayaan Perumahan Konstruksi
 Operator Komputer;dan
 Operator BNBA dan
Operator Laporan SIM

Keterangan :
Garis Konsultasi
Garis Manajemen
Gambar 2.10 Struktur Organisasi Pelaksanaan Pekerjaan
Garis Konsultasi/Substansi

PT. MAXITECH UTAMA INDONESIA BAB II 68


Engineering and Management Consultants
2.5. KOMPOSISI TIM DAN PENUGASAN
Tugas masing-masing personil baik tenaga ahli maupun tenaga penunjang pekerjaan
ini akan disampaikan pada Tabel 2.2 sebagai berikut:

PT. MAXITECH UTAMA INDONESIA BAB II 69


Engineering and Management Consultants
Tabel 2.2 Komposisi Tim dan Penugasannya
Tenaga Ahli (Tenaga Ahli)
Jumlah
Tenaga Ahli
Nama Personil Perusahaan Lingkup Keahlian Posisi Diusulkan Uraian Pekerjaan Orang
Lokal/Asing
Bulan
 Bertanggungjawab kepada Pejabat Pembuat Komitmen Rumah Swadaya
Wilayah I;
 Berkoordinasi secara intensif dan menjalankan instruksi dari PPK dalam
 pelaksanaan lingkup tugas;
 Menyusun strategi pelaksanaan pekerjaan dan rencana kerja;
 Memberikan masukan dan rekomendasi untuk setiap permasalahan teknis
 maupun non teknis yang ada;
 Memastikan pemahaman pembangunan rumah yang dilakukan oleh
masyarakat sesuai dengan standar rumah layak huni;
 Berperan aktif dalam memberikan bantuan, baik substantif maupun teknis
yang dibutuhkan dalam pelaksanaan kegiatan BSPS kepada PPK;
 Memberikan pemahaman terkait teknis pelaksanaan Program BSPS
kepada para penyelenggara program di daerah seperti pemerintah
provinsi, pemerintah kabupaten/kota, dan para pihak terkait;
 Menyiapkan materi dan memberikan pembekalan kepada para fasilitator
terkait pemberdayaan masyarakat dan pendampingan teknis konstruksi
dalam program BSPS sesuai kebutuhan peserta;
Teknik Sipil/
 Melakukan kunjungan lapangan dalam rangka pengawasan dan
Arsitektur/ Planologi/
Harry Tamtama, ST PT. Maxitech Lokal Team Leader pengendalian terhadap pelaksanaan kegiatan BSPS di setiap 11
Teknik Lingkungan/
kabupaten/kota;
Manajemen Proyek
 Melakukan pembinaan, coaching, OJT, pengawasan dan pengendalian
terhadap pelaksanaan pendampingan yang dilakukan oleh Koordinator
Fasilitator dan Tenaga Fasilitator Lapangan (TFL) kepada masyarakat
calon penerima bantuan dan penerima bantuan;
 Memberikan arahan teknis dan administrasi terhadap pelaksanaan
pendampingan yang dilakukan oleh Koordinator Fasilitator (Korfas) dan
Tenaga Fasilitator Lapangan (TFL) kepada Kelompok Penerima Bantuan
(KPB);
 Memeriksa kualitas hasil pelaksanaan peningkatan kualitas maupun
pembangunan baru;
 Melakukan pengawasan dan pengendalian administrasi tahapan
pelaksanaan kegiatan;
 Memantau proses pemanfaatan dana BSPS dilaksanakan sesuai
ketentuan;
 Menerima dan melakukan pengecekan dan tindak turun tangan sesuai
kewenangan atas laporan atau pengaduan masyarakat serta
menyampaikan kepada PPK;

PT. MAXITECH UTAMA INDONESIA BAB II 70


Engineering and Management Consultants
Tenaga Ahli (Tenaga Ahli)
Jumlah
Tenaga Ahli
Nama Personil Perusahaan Lingkup Keahlian Posisi Diusulkan Uraian Pekerjaan Orang
Lokal/Asing
Bulan
 Mendampingi secara intensif dan mengarahkan Korfas dan TFL dalam
pelaksanaan program BSPS pada setiap tahapannya serta melakukan
supervise terhadap kinerja Korfas dan TFL;
 Menghimpun pengumpulan berkas kelengkapan administrasi kegiatan
BSPS dari Kelompok Penerima Bantuan meliputi proposal calon penerima
bantuan, Surat Penetapan Penerima Bantuan, identitas penerima bantuan,
Daftar Rencana Pemanfaatan Bantuan (DRPB) Tahap I dan II, Pencairan
Upah Tukang Tahap 1 dan 2, Laporan Penggunaan Dana (LPD) Tahap I
dan II, serta laporan progress fisik pembangunan 30% dan 100% dalam
bentuk hard copy dan soft copy;
 Menghimpun laporan Korfas dan TFL melalui buku kerja fasilitator untuk
diserahkan kepada PPK;
 Menyusun laporan secara periodik kepada PPK yang bersifat aktual dan
mutakhir, dan menyampaikan setiap permasalahan dan tindak lanjut dan
hal-hal yang terkait tahapan proses pada bulan berjalan;dan
 Menyusun laporan dan dokumentasi pelaksanaan kegiatan BSPS untuk
keperluan pengisian aplikasi Sistem Informasi Rumah Swadaya (SIRUS).
 Memberikan arahan teknis dan administrasi terhadap pelaksanaan
pendampingan yang dilakukan oleh Koordinator Fasilitator (Korfas) dan
Tenaga Fasilitator Lapangan (TFL) kepada Kelompok Penerima Bantuan
(KPB) yang antara lain meliputi :
- identifikasi kebutuhan perbaikan dan pembangunan rumah;
Lokal Tenaga Ahli - penyusunan Rencana Anggaran Biaya (RAB); 11
Andryadi, ST PT. Maxitech Teknik Sipil/Arsitektur
Perumahan - penyusunan Daftar Rencana Pemanfaatan Bantuan (DRPB) Tahap I
dan II;
- pembangunan/peningkatan kualitas rumah;
- pelaporan progres pembangunan/peningkatan kualitas rumah oleh
penerima bantuan;dan
- penyusunan Laporan Penggunaan Dana (LPD) Tahap I dan Tahap II.
 Memeriksa kualitas hasil pelaksanaan peningkatan kualitas maupun
pembangunan baru yang meliputi :
- Aspek keselamatan berupa struktur bangunan mengikuti kaidah yang
sesuai dengan standar;
Teknik Tenaga Ahli
Andriyanto, ST PT. Maxitech Lokal - Aspek kesehatan berupa terpenuhinya standar pencahayaan, 11
Sipil/Konstruksi Konstruksi
penghawaan dan apabila dana swadaya ada terpenuhinya sarana
sanitasi;dan
- Aspek kecukupan ruang berupa terpenuhinya standar minimal
kebutuhan ruang per orang

PT. MAXITECH UTAMA INDONESIA BAB II 71


Engineering and Management Consultants
Tenaga Ahli (Tenaga Ahli)
Jumlah
Tenaga Ahli
Nama Personil Perusahaan Lingkup Keahlian Posisi Diusulkan Uraian Pekerjaan Orang
Lokal/Asing
Bulan
 Melakukan pembinaan, coaching, OJT, pengawasan dan pengendalian
terhadap pelaksanaan pendampingan yang dilakukan oleh Koordinator
Fasilitator dan Tenaga Fasilitator Lapangan (TFL) kepada masyarakat
calon penerima bantuan dan penerima bantuan yang meliputi :
Tenaga Ahli - sosialisasi, penyuluhan, dan pembekalan masyarakat;
Islahul Amal, S.Sos PT. Maxitech Lokal Ilmu Sosial Pemberdayaan - verifikasi terhadap calon penerima bantuan; 11
Masyarakat - pembentukan kelompok penerima bantuan;
- pencairan upah tukang tahap 1 dan 2;
- membimbing dan membantu masyarakat dalam memutuskan tindakan;
- menjadi motivator untuk mendorong dan menggerakan keswadayaan
masyarakat.
Tenaga Ahli Sub Profesional
1. Irene Sysphiatin,
ST.

2. Ir. Nurhambali

3. Ir. Adi Barcon

4. Yogi Kurniawan,
ST

5. Heri Raspati, ST
 Membantu Tenaga Ahli Konstruksi mengkoordinasikan para Korfas dan
Lokal Teknik Asisten Tenaga 153
PT. Maxitech TFL di wilayah kerjanya lingkup kabupaten/kota dalam 1 provinsi untuk
6. Zulfiani, ST Sipil/Arsitektur Ahli Konstruksi
menjamin kualitas pelaksanaan konstruksi penerima BSPS
7. Muhammad
Irhamna, SST

8. Nandang
Ridwan, ST

9. R. Yudianto Dwi
Putra. S, ST

10. Hasanuddin, ST
Rina Gartina, ST PT. Maxitech Lokal Teknik Sipil/Arsitektur Asisten Tenaga  Membantu Tenaga Ahli Perumahan dalam hal penyiapan pembekalan, 10

PT. MAXITECH UTAMA INDONESIA BAB II 72


Engineering and Management Consultants
Tenaga Ahli (Tenaga Ahli)
Jumlah
Tenaga Ahli
Nama Personil Perusahaan Lingkup Keahlian Posisi Diusulkan Uraian Pekerjaan Orang
Lokal/Asing
Bulan
Ahli Perumahan supervisi dan pendampingan teknis perumahan layak huni kepada Tenaga
Fasilitator Lapangan dan Koordinator Fasilitator dengan tugas utama
menjamin kualitas administrasi dokumen proposal dan pelaporan
penerima bantuan stimulan
Asisten Tenaga  Membantu Tenaga Ahli Pemberdayaan dalam penyiapan pembekalan,
Sofwan Abdul Lokal 60
PT. Maxitech Ilmu Sosial Ahli supervisi dan pengkoordinasian Korfas/TFL di wilayah kerjanya dalam
Hanan, S.Sos
Pemberdayaan pemberdayaan masyarakat
Tenaga Pendukung
 Mempelajari standar, pedoman dan prosedur kerja yang berkaitan dengan
tugas pengetikan sebagai dasar untuk melaksanakan tugas-tugas yang
telah diberikan;
 Mengumpulkan dan menyiapkan bahan, konsep-konsep surat, naskah,
daftar, matrik yang akan diketik atas perintah atasan;
 Menyiapkan sarana prasarana yang diperlukan untuk melakukan
pengetikan meliputi mesin ketik, komputer, kertas, korektor, pita, tinta dan
lainya untuk pelaksanaan tugasnya;
 Membaca dan mempelajari konsep-konsep yang akan diketik untuk
kelancaran tugas pengetikan;
Operator
Windya Ben Yuliana PT. Maxitech Lokal SMA  Menanyakan kepada pembuat konsep yang akan diketik untuk menghidari 11
Komputer
kesalahan dalam pengetikan;
 Mengoreksi hasil pengetikan dan memperbaiki apabila masih ada
kesalahan ketik agar mendapatkan hasil ketikan yang baik dan rapi;
 Menyusun dan menyampaikan hasil-hasil ketikan kepada atasan;
 Menyimpan dengan rapi arsip hasil-hasil pengetikan pada tempat yang
telah disediakan;
 Melaporkan bila ada kerusakan mesin ketik dan atau komputer kepada
atasan agar segera mendapatkan perbaikan;
 Menyampaikan informasi, usul dan saran yang berkaitan dengan tugas
pengetikansebagai masukan bagi atasan;
 Bertanggung jawab langsung kepada Ketua Tim atas penyelenggaraan
administrasi kantor dan proyek.;
 Melaksanakan pembuatan surat-surat keluar serta menerima surat masuk
Dini Rachmawati, Lokal baik dari pengguna jasa maupun instansi lain yang terkait dengan 11
PT. Maxitech SMA Sekretaris
A.Md pekerjaan ini;
 Menyiapkan berkas tagihan termin dan melaksanakan penagihan;
 Melaksanakan pengadaan bahan dan peralatan kantor dan lapangan,
serta menyiapkan surat perijinan dan surat jalan bagi personil dan

PT. MAXITECH UTAMA INDONESIA BAB II 73


Engineering and Management Consultants
Tenaga Ahli (Tenaga Ahli)
Jumlah
Tenaga Ahli
Nama Personil Perusahaan Lingkup Keahlian Posisi Diusulkan Uraian Pekerjaan Orang
Lokal/Asing
Bulan
peralatannya;
 Memfasilitasi pengurusan tiket perjalanan dinas;dan
 Mengkoordinir pelaksanaan reproduksi laporan-laporan dan gambar serta
pengiriman kepada pihak pengguna jasa.
 Berwenang memberikan dan menonaktifkan user untuk level User
Koordinator kab./kota;
 Melakukan approval/persetujuan terhadap data yang telah dibuat oleh
1. Jatra Randura
Koor Koordinator kab./kota;
Pasapada, A.Md
Operator BNBA  Membatalkan setiap approval/persetujuan yang telah dibuat oleh K
2. Adhitya Riezki Lokal 50
PT. Maxitech SMA dan Operator Koordinator kab./kota;dan
Sularto, A.Md
laporan SIM  Memonitor atau mengontrol proses CRUD yang dilakukan oleh
3. Dedy Darisman,
Koordinator kab./kota;dan
A.Md
 User KMW hanya bisa masuk ke Manajemen aplikasi SIM untuk
melakukan CRUD seperti approval/persetujuan terhadap data yang telah
dibuat oleh Koordin Koordinator kab./kota.

PT. MAXITECH UTAMA INDONESIA BAB II 74


Engineering and Management Consultants
2.6. JADWAL PELAKSANAAN PEKERJAAN
Jadwal pelaksanaan pekerjaan digunakan sebagai kontrol sekaligus untuk monitoring
progres atau kemajuan pelaksanaan pekerjaan, sehingga diharapkan pekerjaan
selesai sesuai jadwal dan batas waktu yang telah ditentukan yaitu 11 bulan. Jadwal
Pelaksanaan Kerja dapat diperiksa pada Tabel 2.3 sebagai berikut.
Tabel 2.3 Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan
Bulan/Minggu ke-
Rincian Pekerjaan I II III IV V VI VII VIII IX X XI
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Persiapan
a Pemahaman terhadap KAK/ToR
b Mobilisasi Tenaga Ahli dan penyusunan
strategi pelaksanaan pekerjaan dan
rencana kerja
c Koordinasi secara intensif dan
menjalankan instruksi dari PPK dalam
pelaksanaan lingkup tugas

2 Perencanaan
a Penyiapan materi pembekalan kepada
para fasilitator terkait pemberdayaan
masyarakat dan pendampingan teknis
konstruksi dalam program BSPS sesuai
kebutuhan peserta
b Penyiapan, pembekalan dan mobilisasi
asisten tenaga ahli

3 Pelaksanaan
a Pelaksanaan pembinaan, coaching ,
OJT , pengawasan dan pengendalian
terhadap pelaksanaan pendampingan
yang dilakukan oleh Koordinator
Fasilitator dan Tenaga Fasilitator
Lapangan (TFL) kepada masyarakat
calon penerima bantuan dan penerima
bantuan
b Pelaksanaan kunjungan lapangan dalam
rangka pengawasan dan pengendalian
terhadap pelaksanaan kegiatan BSPS di
setiap kabupaten/kota
c Pemberian arahan dan evaluasi teknis
serta administrasi terhadap pelaksanaan
pendampingan yang dilakukan oleh
Koordinator Fasilitator (Korfas) dan
Tenaga Fasilitator Lapangan (TFL)
kepada Kelompok Penerima Bantuan
(KPB)
d Memeriksa kualitas hasil pelaksanaan
peningkatan kualitas maupun
pembangunan baru

4 Monitoring
a Melakukan pengawasan dan
pengendalian administrasi tahapan
pelaksanaan kegiatan
b Memantau proses pemanfaatan dana
BSPS dilaksanakan sesuai ketentuan
c Menerima dan melakukan pengecekan
dan tindak turun tangan sesuai
kewenangan atas laporan atau
pengaduan masyarakat serta
menyampaikan kepada PPK
Mendampingi secara intensif dan
mengarahkan Korfas dan TFL dalam
pelaksanaan program BSPS pada setiap
tahapannya serta melakukan supervisi
terhadap kinerja Korfas dan TFL

5 Pelaporan
a Pendahuluan
b Progres Bulanan
c Laporan Wasdal
d Laporan Profil dan Evaluasi Kinerja
Fasilitator
e Laporan Profil BSPS
f Laporan Akhir

PT. MAXITECH UTAMA INDONESIA BAB II 75


Engineering and Management Consultants
2.7. JADWAL PENUGASAN TENAGA AHLI
Jadwal penugasan Tenaga Ahli disusun berupa Bar Chart yang menunjukkan
lamanya penugasan, mulainya penugasan sampai berakhir penugasan yang setiap
personil mempunyai jadwal yang berbeda sesuai dengan rencana kerja. (lihat Tabel
2.4).

PT. MAXITECH UTAMA INDONESIA BAB II 76


Engineering and Management Consultants
Tabel 2.4
Jadwal Penugasan Tenaga Ahli

Jumlah Bulan Ke-1 Bulan Ke-2 Bulan Ke-3 Bulan Ke-4 Bulan Ke-5 Bulan Ke-6 Bulan Ke-7 Bulan Ke-8 Bulan Ke-9 Bulan Ke-10 Bulan Ke-11
No. Personil Status MM
Orang 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
A TENAGA AHLI
Tenaga Ahli
1 Harry Tamtama, ST Manajemen 1 11
Proyek
Tenaga Ahli
2 Andryadi, ST 1 11
Perumahan
Tenaga Ahli
3 Andriyanto, ST 1 11
Konstruksi
Tenaga Ahli
4 Islahul Amal, S.Sos Pemberdayaan 1 11
Masyarakat
B TENAGA AHLI SUB PROFESIONAL
Asisten Tenaga
1 Irene Sysphiatin, ST 1 9
Ahli Konstruksi
Asisten Tenaga
2 Ir. Nurhambali 1 9
Ahli Konstruksi
Asisten Tenaga
3 Ir. Adi Barcon 1 9
Ahli Konstruksi
Asisten Tenaga
4 Yogi Kurniawan, ST 1 9
Ahli Konstruksi
Asisten Tenaga
5 Heri Raspati, ST 1 9
Ahli Konstruksi
Asisten Tenaga
6 Zulfiani, ST 1 9
Ahli Konstruksi
Muhammad Asisten Tenaga
7 1 9
Irhamna, SST Ahli Konstruksi
Asisten Tenaga
8 Nandang Ridwan, ST 1 9
Ahli Konstruksi
R. Yudianto Dwi Asisten Tenaga
9 1 9
Putra. S, ST Ahli Konstruksi
Asisten Tenaga
10 Hasanuddin, ST 1 9
Ahli Konstruksi
Asisten Tenaga
11 Rina Gartina, ST Ahli 1 10
Perumahan
Asisten Tenaga
Sofwan Abdul
12 Ahli 1 10
Hanan, S.Sos
Pemberdayaan
B TENAGA PENDUKUNG
Dini Rachmawati,
1 Sekretaris 1 11
A.Md
Operator
2 Windya Ben Yuliana 1 11
Komputer
Operator BNBA
Jatra Randura
3 dan Operator 1 10
Pasapada, A.Md
laporan SIM
Operator BNBA
Adhitya Riezki
4 dan Operator 1 10
Sularto, A.Md
laporan SIM
Operator BNBA
Dedy Darisman,
5 dan Operator 1 10
A.Md
laporan SIM
Total 21 206

PT. MAXITECH UTAMA INDONESIA BAB II 77


Engineering and Management Consultants
2.8. FASILITAS PENUNJANG
Kebutuhan fasilitas penunjang yang dimiliki oleh pihak Konsultan akan disesuaikan
dengan kegiatan yang akan dilakukan, berbekal pengalaman dan kondisi fasilitas yang
mendukung, maka diharapkan kegiatan yang dilaksanakan nanti akan berjalan dengan
lancar dan dapat memudahkan mobilisasi tim maupun kegiatan yang dilakukan. Untuk
lebih jelasnya mengenai fasilitas penunjang yang disediakan oleh penyedia jasa, dapat
dilihat pada Tabel 2.5.

PT. MAXITECH UTAMA INDONESIA BAB II 78


Engineering and Management Consultants
Tabel 2.5
Fasilitas dan Peralatan Penunjang yang dimiliki Konsultan

Kapasitas atau
Jenis Fasilitas/Peralatan / Tahun Kondisi Lokasi Bukti
No. Jumlah Output Pada Merk dan Tipe
Perlengkapan Pembuatan (%) Sekarang Kepemilikan
Saat Ini

1 2 3 4 5 6 7 8 9
I. Peralatan

1 Motor 4 100% Honda Supra X, Honda 2010, 2014 95% Jakarta Milik Sendiri
Vario 125

2 Mobil 14 95% KIA Carens 2003 95% Jakarta Milik Sendiri


95% Kijang 1999 95% Jakarta Milik Sendiri
95% Sedan Eterna 1992 95% Jakarta Milik Sendiri
95% Sedan Infinity 2000 95% Jakarta Milik Sendiri
95% Opel Blazer 2001 95% NAD Milik Sendiri
95% Avanza (2) 2005 95% Jakarta Milik Sendiri
95% Honda New Stream 2007 95% Jakarta Milik Sendiri
95% Nissan Teana 2007 95% Jakarta Milik Sendiri
95% Volvo S-80 2007 95% Jakarta Milik Sendiri
95% Ssangyong Rexton 2005 90% Jakarta Milik Sendiri
100% Avanza (3) 2014 100% Jakarta Milik Sendiri
3 PC Komputer 20 100% PC PIII & PIV GHz Asus 2001 95% Jakarta Milik Sendiri
6 100% PC PIV GHz Asus 2006 95% Jakarta Milik Sendiri

PT. MAXITECH UTAMA INDONESIA BAB II 79


Engineering and Management Consultants
Kapasitas atau
Jenis Fasilitas/Peralatan / Tahun Kondisi Lokasi Bukti
No. Jumlah Output Pada Merk dan Tipe
Perlengkapan Pembuatan (%) Sekarang Kepemilikan
Saat Ini

1 2 3 4 5 6 7 8 9
4 100% Desk-Top HP Pavilliun 2002 95% Jakarta Milik Sendiri
4 100% Compaq EVD D530 2003 95% Jakarta Milik Sendiri
3 100% PC PIV GHz Asus 2005 95% NAD Milik Sendiri
4 Note Book 20 100% HP/14-DO12TU 2013 95% Jakarta Milik Sendiri
2 100% Acer TravelMate 632XV 2005 95% Jakarta Milik Sendiri

4 100% Acer Travel mate 273 XV 2002 95% Jakarta Milik Sendiri

1 100% Nec Versa 2004 95% Jakarta Milik Sendiri


5 Note Book 2 100% HP Pavilion dv5000 2006 95% Jakarta Milik Sendiri
4 100% Toshiba 2006 95% Jakarta Milik Sendiri
3 100% Acer Aspire 3620 2005 95% Jakarta Milik Sendiri
6 Plotter (A0) 1 100% HP Designjet 500Ps (A0) 2006 95% Jakarta Milik Sendiri

7 Printer dan Printer 10 100% Printer HPLaserjet 1000 2001 95% Jakarta Milik Sendiri
Multifungsi
8 100% HP-Laserjet 1200 2002 95% Jakarta Milik Sendiri
2 100% HP Deskjet 1280 A3 2006 95% Jakarta Milik Sendiri
1 100% Epson 1170 2006 95% Jakarta Milik Sendiri

PT. MAXITECH UTAMA INDONESIA BAB II 80


Engineering and Management Consultants
Kapasitas atau
Jenis Fasilitas/Peralatan / Tahun Kondisi Lokasi Bukti
No. Jumlah Output Pada Merk dan Tipe
Perlengkapan Pembuatan (%) Sekarang Kepemilikan
Saat Ini

1 2 3 4 5 6 7 8 9
15 100% Canon iP 1900 2012 95% Jakarta Milik Sendiri
15 100% Canon IP-2770 2014 95% Jakarta Milik Sendiri
1 100% HP Color Laserjet 2600n 2006 95% Jakarta Milik Sendiri

1 100% HP 3920 2006 95% Jakarta Milik Sendiri


5 100% Canon MX-450 2014 95% Jakarta Milik Sendiri
1 100% HP Color Laserjet 2605 2007 95% Jakarta Milik Sendiri
2 100% HP Color Office Jet K- 2013 95% Jakarta Milik Sendiri
7100
8 Theodolit 5 100% TOPCON DT-101, 1995 95% Jakarta Milik Sendiri
TOPCON TL10G

9 Transite Theodolite (TO) 3 100% Wild/73957 1999 95% Jakarta Milik Sendiri

10 Universal Theodolite (T2) 3 100% Wild/109763 1999 95% Jakarta Milik Sendiri

11 Waterpass 3 100% Nak-2 Wild/503335 1998 95% Jakarta Milik Sendiri


12 Global Positioning System 1 100% Leica CR-333 1995 95% Jakarta Milik Sendiri
(GPS) receiver
13 Global Positioning System 4 100% GARMIN/GPSmap 62SC 2014 100% Jakarta Milik Sendiri
(GPS)

PT. MAXITECH UTAMA INDONESIA BAB II 81


Engineering and Management Consultants
Kapasitas atau
Jenis Fasilitas/Peralatan / Tahun Kondisi Lokasi Bukti
No. Jumlah Output Pada Merk dan Tipe
Perlengkapan Pembuatan (%) Sekarang Kepemilikan
Saat Ini

1 2 3 4 5 6 7 8 9
14 Waterpas 3 100% Wild NA-2002 1998 95% Jakarta Milik Sendiri
15 Kamera Digital 6 100% OLYMPUS/STYLUS VG- 2014 100% Jakarta Milik Sendiri
180
II. PERALATAN KANTOR

1 Filling Kabinet 4 Laci 4 100% ERA 2000 95% Jakarta Milik Sendiri
5 100% ALBA 2001 95% Jakarta Milik Sendiri
1 100% ALBA 2005 95% NAD Milik Sendiri
2 Lemari Buku 15 100% Standing Besar 2001 95% Jakarta Milik Sendiri
1 100% Standing Besar 2004 95% NAD Milik Sendiri
30 100% Modera 2007 95% Jakarta Milik Sendiri
10 100% Fittech 2007 95% Jakarta Milik Sendiri
3 Lemari Buku Kaca 2 100% BC-13 Mahoni 2006 95% Jakarta Milik Sendiri
4 Brangkas 3 100% Power Ston 2000 95% Jakarta Milik Sendiri
1 100% Power Ston 2004 95% NAD Milik Sendiri
1 100% Power Ston 2007 95% Jakarta Milik Sendiri
5 Meja 1 Biro 10 100% Olympic 1998 95% Jakarta Milik Sendiri
2 100% Olympic 2003 95% NAD Milik Sendiri
1 100% Olympic 2006 95% Jakarta Milik Sendiri
1 100% Modera 2007 95% Jakarta Milik Sendiri
6 Meja 1/2 Biro 50 100% Olympic 2001 95% Jakarta Milik Sendiri

PT. MAXITECH UTAMA INDONESIA BAB II 82


Engineering and Management Consultants
Kapasitas atau
Jenis Fasilitas/Peralatan / Tahun Kondisi Lokasi Bukti
No. Jumlah Output Pada Merk dan Tipe
Perlengkapan Pembuatan (%) Sekarang Kepemilikan
Saat Ini

1 2 3 4 5 6 7 8 9
6 100% Olympic 2003 95% NAD Milik Sendiri
4 100% Olympic 2006 95% Jakarta Milik Sendiri
3 100% Chitose 2007 95% Jakarta Milik Sendiri
7 Meja Rapat 1 100% Modera 2007 95% Jakarta Milik Sendiri
8 Meja Resepsionis 1 100% Modera 2007 95% Jakarta Milik Sendiri
9 Kursi Direktur 4 100% Chitose 2002 95% Jakarta Milik Sendiri
1 100% Chitose 2007 95% Jakarta Milik Sendiri
10 Kursi 64 100% Chitose NBK 2000 95% Jakarta Milik Sendiri
13 100% Chitose NBK 2003 95% NAD Milik Sendiri
2 100% Chitose NBK 2006 95% Jakarta Milik Sendiri
20 100% Chitose NBK 2007 95% Jakarta Milik Sendiri
11 Kursi Sofa 4 100% Lokal 2000 95% Jakarta Milik Sendiri
1 100% Lokal 2006 95% Jakarta Milik Sendiri
12 Kursi Lipat 18 100% Chitose 2000 95% Jakarta Milik Sendiri
13 Meja Tamu 4 100% Lokal 2000 95% Jakarta Milik Sendiri
14 White Board 8 100% Sakura 2000 95% Jakarta Milik Sendiri
2 100% Sakura 2004 95% NAD Milik Sendiri
2 100% Sakura 2007 95% Jakarta Milik Sendiri
15 Calculator 12 100% Citizen 2000 95% Jakarta Milik Sendiri
2 100% Citizen 2004 95% NAD Milik Sendiri

PT. MAXITECH UTAMA INDONESIA BAB II 83


Engineering and Management Consultants
Kapasitas atau
Jenis Fasilitas/Peralatan / Tahun Kondisi Lokasi Bukti
No. Jumlah Output Pada Merk dan Tipe
Perlengkapan Pembuatan (%) Sekarang Kepemilikan
Saat Ini

1 2 3 4 5 6 7 8 9
16 Faximile 4 100% Panasonic KXFM-131 2000 95% Jakarta Milik Sendiri
1 100% Panasonic KXFM-131 2004 95% NAD Milik Sendiri
17 Mesin Tik Elektrik 2 100% IBM, Selectric III 2001 95% Jakarta Milik Sendiri
1 100% IBM 2006 95% Jakarta Milik Sendiri
1 100% IBM 2007 95% Jakarta Milik Sendiri
18 Mesin Fotokopi 2 100% Ricoh Aficio 80/Aficio 25 2012 95% Jakarta Milik Sendiri

19 Paper Cutter 1 100% Daico 2007 95% Jakarta Milik Sendiri


20 Staples Jilid 2 100% Kenko 2007 95% Jakarta Milik Sendiri
21 Perforator Besar 2 100% Tata 2007 95% Jakarta Milik Sendiri
22 Binding Machine 2 100% G-Met 21 H 2007 95% Jakarta Milik Sendiri
23 AC Split 20 100% National 1.5 PK 2000 95% Jakarta Milik Sendiri
4 95% National 2 PK 2001 95% Jakarta Milik Sendiri
2 95% LG 2 PK 2007 95% Jakarta Milik Sendiri
1 95% Toshiba 1 PK 2006 95% Jakarta Milik Sendiri
6 95% LG 1 PK 2007 95% Jakarta Milik Sendiri
24 Dispenser 6 95% Aqua 2000 95% Jakarta Milik Sendiri
1 95% Aqua 2003 95% NAD Milik Sendiri
25 Kulkas 2 95% Mitsubishi MR147 2001 95% Jakarta Milik Sendiri
1 95% Toshiba 2003 95% NAD Milik Sendiri
26 Televisi 5 95% Hitachi 21" 2001 95% Jakarta Milik Sendiri

PT. MAXITECH UTAMA INDONESIA BAB II 84


Engineering and Management Consultants
Kapasitas atau
Jenis Fasilitas/Peralatan / Tahun Kondisi Lokasi Bukti
No. Jumlah Output Pada Merk dan Tipe
Perlengkapan Pembuatan (%) Sekarang Kepemilikan
Saat Ini

1 2 3 4 5 6 7 8 9
1 95% Sony 14" 2003 95% NAD Milik Sendiri
1 95% LG 21" 2007 95% Jakarta Milik Sendiri
III. PERALATAN STUDIO & SURVEY

27 Meja Gambar & Mesin 5 100% Mutoh 1998 95% Jakarta Milik Sendiri
28 Planimeter 2 100% President 1998 95% Jakarta Milik Sendiri
29 Lettering Set 5 100% Kent 1998 95% Jakarta Milik Sendiri
30 Overhead Projector 3 100% Xerox 1998 95% Jakarta Milik Sendiri
31 Rafidograft 2 100% Steadler 1998 95% Jakarta Milik Sendiri
35 Automatic Level 1 100% Mikasa 1999 95% Jakarta Milik Sendiri
37 EDM-3 3 100% DMC-3 Topcon/B.20088 1999 95% Jakarta Milik Sendiri

40 Plane Table 1 100% S.5 - 32 Tamura 1999 95% Jakarta Milik Sendiri
41 Rantai ukur 1 100% Simron/ Tajima 2000 95% Jakarta Milik Sendiri
42 Prisma Roelef 1 100% GSP-1 2000 95% Jakarta Milik Sendiri
43 Altimeter 1 100% No. 1426 1999 95% Jakarta Milik Sendiri
44 Bak Ukur 5 100% Lokal 2000 95% Jakarta Milik Sendiri
45 Mesin Bor 1 100% YH-3 2000 95% Jakarta Milik Sendiri
46 Yalon 15 100% Lokal 2000 95% Jakarta Milik Sendiri

PT. MAXITECH UTAMA INDONESIA BAB II 85


Engineering and Management Consultants
Kapasitas atau
Jenis Fasilitas/Peralatan / Tahun Kondisi Lokasi Bukti
No. Jumlah Output Pada Merk dan Tipe
Perlengkapan Pembuatan (%) Sekarang Kepemilikan
Saat Ini

1 2 3 4 5 6 7 8 9
47 Echosounder 1 100% TOPCON 2002 95% Jakarta Milik Sendiri
48 Current Meter 2 100% TOPCON 2002 95% Jakarta Milik Sendiri
49 Peil Schall 5 100% TOPCON 2002 95% Jakarta Milik Sendiri
50 Eikman Grab 5 100% TOPCON 2002 95% Jakarta Milik Sendiri
51 Range Finder 2 100% Magellan 2001 95% Jakarta Milik Sendiri
52 Bor Tangan 2 100% Hitachi 2001 95% Jakarta Milik Sendiri
53 PH Soil Tester 2 100% Hamilton 2002 95% Jakarta Milik Sendiri
54 Kompas 4 100% Fryka 2001 95% Jakarta Milik Sendiri
55 Water Test Kitt 2 100% Merck 2001 95% Jakarta Milik Sendiri
56 Refractometer / 2 100% Attago 2001 95% Jakarta Milik Sendiri
Salinometer
57 Rapido 10 100% Steadler/ Rotring 1999 95% Jakarta Milik Sendiri
IV. PERALATAN KHUSUS

63 Scanner 10 100% HP Scanjet, CanoScan 2000 95% Jakarta Milik Sendiri


D646Uex, CanoScan LiDE
25
64 Viewer 4 100% Toshiba 2003 95% Jakarta Milik Sendiri
65 Digitzer (A1) 1 100% Graphtec 1998 95% Jakarta Milik Sendiri

PT. MAXITECH UTAMA INDONESIA BAB II 86


Engineering and Management Consultants
Kapasitas atau
Jenis Fasilitas/Peralatan / Tahun Kondisi Lokasi Bukti
No. Jumlah Output Pada Merk dan Tipe
Perlengkapan Pembuatan (%) Sekarang Kepemilikan
Saat Ini

1 2 3 4 5 6 7 8 9
66 Digitzer (A3) 3 100% Numories 1998 95% Jakarta Milik Sendiri
V. PERALATAN PENGOLAHAN DATA

67 Perangkat lunak GIS 1 100% ESRI 1994 95% Jakarta Milik Sendiri
Arc/Info 3.4D
68 Perangkat lunak GIS 1 100% ESRI 1998 95% Jakarta Milik Sendiri
Arcview 2
69 Perangkat lunak Remote 1 100% IDRISI 1998 95% Jakarta Milik Sendiri
Sensing Idrisi Versi 2.0

70 Perangkat lunak Remote 1 100% ERMapper 1997 95% Jakarta Milik Sendiri
Sensing ER Mapper Versi
5.5

71 Perangkat lunak Remote 1 100% PCI 2003 95% Jakarta Milik Sendiri
Sensing PCI Versi 9

72 Perangkat Lunak Microsoft 1 100% Microsoft 2004 95% Jakarta Milik Sendiri
Office
73 Perangkat Lunak GIS- 1 100% Open Source 2000 95% Jakarta Milik Sendiri
Remote Sensing Open
Source GRASS

PT. MAXITECH UTAMA INDONESIA BAB II 87


Engineering and Management Consultants

Anda mungkin juga menyukai