Anda di halaman 1dari 14

LIFE CYCLE ANALYSIS BIOETANOL DARI MOLASE

1. LATAR BELAKANG
Persediaan minyak bumi di dunia semakin lama semakin menipis, sedangkan
kebutuhan bahan bakar minyak bumi sebagai sumber energi terus meningkat
sejalan dengan perkembangan kegiatan industri dan transportasi. Untuk tetap
dapat memenuhi kebutuhan energi tersebut, dunia industri dan transportasi
memerlukan bahan bakar alternatif yang sifatnya dapat diperbaharui (renewable)
dan lebih ramah lingkungan. Seperti yang tertera pada Peraturan Presiden Tahun
2006, tentang kebijakan energi nasional untuk mendorong pengembangan sumber
energi alternatif sebagai pengganti bahan bakar minyak, yang disajikan pada
diagram bauran energi ini.

Dari diagram bauran energi tersebut terlihat bahwa penggunaan minyak bumi
yang awalnya sekitar 53%, diharapkan pada tahun 2025 penggunaan minyak bumi
menurun menjadi 20 %, dan digantikan sumber energi lainnya seperti batubara,
gas alam, dan energi terbarukan. Salah satu energi terbarukan yang telah banyak
diteliti dan dikembangkan adalah bioetanol.
Bioetanol (C2H5OH) dikenal sebagai bahan bakar dari minyak nabati yang
memiliki sifat menyerupai minyak premium yang ramah lingkungan karena bersih
dari emisi bahan pencemar. Bioetanol merupakan hasil fermentasi biomassa dari
sumber karbohidrat dengan menggunakan bantuan mikroorganisme. Secara umum
etanol/bioetanol dapat digunakan sebagai bahan baku industri turunan alkohol,
campuran untuk miras, bahan dasar industri farmasi, dan campuran bahan bakar
untuk kendaraan. Mengingat pemanfaatan bioetanol beraneka ragam sehingga
grade etanol yang dimanfaatkan harus berbeda sesuai dengan penggunaanya.
Untuk bioetanol yang mempunyai grade 90-96,5 % vol dapat digunakan pada
industri, sedangkan bioetanol 96-99,5 % vol dapat dengan besarnya grade yang
dimanfaatkan sebagai campuran bahan bakar untuk kendaraan yang harus betul-
betul kering dan anhydrous supaya tidak korosif sehingga bioetanol memiliki
grade sebesar 99,5-100 % vol.
Bioetanol dapat diproduksi dari tiga jenis bahan baku, yaitu berbasis gula,
berbasis pati, dan berbasis selulosa. Penilaian terhadap bahan baku energi
alternatif harus memperhatikan keunggulan dari bahan baku guna mengurangi
dampak terhadap lingkungan. Untuk menganalisis dampak lingkungan dari setiap
bahan baku dan proses produksi bioetanol, maka perlu dilakukan analisis lifecycle.
Dalam uraian ini, akan diuraikan mengenai produksi bioetanol dari bahan baku
gula sederhana, yaitu molase. Kelebihan yang dimiliki dari bahan baku ini adalah
yakni dapat difermentasi langsung oleh yeast menjadi etanol tanpa pretreatment.
Molase merupakan produk sampingan dari industri pengolahan gula tebu
atau gula bit yang masih mengandung gula dan asam-asam organik. Molase yang
dihasilkan dari industri gula tebu di Indonesia dikenal dengan nama tetes tebu.
Kandungan sukrosa dalam molase cukup tinggi, berkisar 25-55% sehingga dapat
digunakan sebagai sumber yang baik untuk pembuatan etanol. Molase berbentuk
cairan kental berwarna cokelat ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku etanol,
alkohol, pembentuk asam sitrat, MSG, dan gasohol.
Molase didapatkan dari hasil pemisahan dengan kristal gula pada
pengolahan gula tebu. Proses pengolahan diawali dengan penggilingan tebu untuk
mengeluarkan nira mentah yang berbentuk jus, setelah itu nira mentah akan
memasuki proses pemurnian untuk mendapatkan nira jernih dengan cara
mengendapkan nira kotor, selanjutnya nira jernih memasuki proses penguapan
yang bertujuan untuk meningkatkan konsentrasi sampai dengan tingkat jenuhnya.
Sampai tahap ini nira kental hasil dari proses penguapan akan melalui proses
pembentukan kristal gula melalui pemasakan, setelah kristal terbentuk dan melalui
tahap pendinginan, dilakukan pemisahan menggunakan alat sentrifugasi dan
penyaring sehingga didapatkan gula mentah dan tetes tebu.
II. METODOLOGI
Metodologi LCA digunakan dalam penelitian ini didasarkan pada
kerangka kerja ISO 14040. Langkah-langkah metodologi yang berlaku adalah
tujuan dan definisi ruang lingkup, persediaan analisis, penilaian dampak dan
interpretasi hasil.
1. Penentuan Tujuan dan Cakupan
Sebagai batasan yang menjadi fokus pada uraian ini adalah dilakukan
kajian hanya pada proses pembuatan bioetanol dari molase dan dampak
lingkungan yang dihasilkan dari proses ini. Cakupan dari analisis LCA ini
dilihat dari sistem dan lingkungan. Tahapan proses pembuatan produk, kondisi
operasi, hasil utama dan hasil samping dari proses merupakan segala sesuatu
yang berada di dalam sistem. Perolehan bahan baku, serta segala sesuatu yang
dilepaskan seperti emisi atau energi termasuk cakupan jika dilihat dari
lingkungan.
2. Life Cycle Inventory Analysis
Secara garis besar proses pembuatan bioetanol dari fermentasi molase,
yaitu;
a. Penyaringan bahan baku
Molase dimurnikan terlebih dahulu dengan proses penyaringan lewat
screening 200 mesh yang bertujuan untuk menghilangkan abu. Abu yang
telah dipisahkan dari molase selanjutnya ditampung untuk selanjutnya
dibuang.
b. Tahapan pencampuran
Setelah bebas dari abu, molase kemudian diencerkan dengan air untuk
mencapai konsentrasi gula yang optimum (100 Brix).
c. Fermentasi
Fermentasi dilakukan didalam fermentor dengan penambahan
Saccharomyces cerrevisiae. Bahan nutrisi yang digunakan pada fermentasi
adalah (NH4)2SO4. pH dijaga pada rentang 4 – 5 dengan penambahan
H2SO4. Fermentasi alkohol, dilakukan pada kondisi anaerob untuk
mengubah molase menjadi alkohol. Pada proses fermentasi ini diperlukan
pendinginan untuk menjaga temperatur tetap pada 300C selama proses
fermentasi yang berlangsung selama 30 jam. Pada akhir fermentasi, kadar
alkohol yang dihasilkan 8-10 %. Reaksi fermentasi yang terjadi adalah
sebagai berikut :
C6H12O6 2 C2H5OH + 2 CO2
Pada Fermentor, selain terbentuk etanol, juga akan terbentuk produk
samping, yaitu :Asam asetat, Fusel oil, dan Asetaldehid. Menurut Kosaric
dkk., fusel oil akan terbentuk sebesar 20 L/m3 etanol yang dihasilkan.
Reaksi samping yang terjadi pada fermentor adalah :
C6H12O6 C3H8O3 + CH3CHO + 2CO2
C6H12O6+ H2O 2C3H8O3 + CH3COOH + C2H5OH + 2CO2
Pada Life Cycle Assesment ini, produk samping yang akan tertampil dalam
perhitungan neraca massa adalah fusel oil. Komponen yang terdapat pada
fusel oil adalah : propanol 12.5%, isobutil alkohol 15%, etanol 10 %, amil
alkohol 30%, isoamil alkohol 32.5 %.
d. Tahap pemisahan padatan yang tersisa dari fermentasi
Untuk mendapatkan etanol murni, maka Saccharomyces cerevisiae yang
terikut harus dipisahkan dengan filter press dan ditampung pada bak
penampungan.
e. Tahap pemurnian etanol
Karena konsentrasi etanol yang didapatkan dalam fermentasi masih sangat
rendah, (berkisar 8-12%), maka etanol tersebut harus didistilasi untuk
memperoleh kadar yang sesuai standar (96.2%). Setelah diperoleh etanol
sesuai dengan kadar yang diinginkan, kemudian etanol dikondensasi untuk
mengubah fasa etanol menjadi fasa cair. Dalam proses ini, ada 3 kolom
distilasi yang digunakan untuk pemurnian etanol. kolom distilasi pertama
berfungsi untuk memisahkan alkohol dari mash (cairan hasil fermentasi).
Kolom Distilasi kedua dan ketiga berfungsi untuk menghasilkan alkohol
dengan kadar yang diinginkan, yaitu 96.2%.
f. Tahap penampungan stillage
Sisa hasil dari fermentasi (seperti yeast, (NH4)2SO4, H2SO4), dan hasil dari
bagian bawah kolom distilasi 1, 2, dan 3 akan ditampung di bak
penampungan stillage. Pada bak ini akan dilakukan proses pengolahan
limbah agar memenuhi standar baku mutu jika dibuang ke lingkungan.

Data Input-Output
Data input-output menunjukkan deskripsi sistem yang diamati, yang meliputi
penggunaan material yang ada. Data tersebut akan digunakan untuk penilaian
dampak lingkungan. Untuk mendapatkan keseluruhan input dan output dalam
sistem yang diamati tidak mudah terutama mengenai jumlah emisi yang
dihasilkan untuk setiap proses dan bahan yang digunakan. Input terdiri dari
bahan baku molase, bahan-bahan kimia yang diperlukan, dan fresh water.
Sedangkan output terdiri dari limbah stillage dan emisi.

Neraca Massa
Komposisi yang terkandung dalam molase yaitu: 21.7% glukosa, 34.19%
sukrosa, 26.49% air dan 17.62% abu dengan laju alir umpan masuk 10,000
kg/jam.
Neraca Massa Alat:
1. Screening
Masuk Keluar
Komponen
1 2 3
2170.0
Glukosa 2170.00 0 0
3419.0
Sukrosa 3419.00 0 0
1649.0
Air 2649.00 1000 0
1762.0
Abu 1762.00 0 0.00
10000.0 2762.0 7238.0
0 0 0
Jumlah
10000.0
0 10000.00

2. Mixing Tank
Asumsi kadar glukosa yang diharapkan adalah 10 0 Brix = 10%. Dari
asumsi ini, maka air yang ditambahkan untuk mengencerkan glukosa
hingga 10% adalah
massa glukosa
10 %= x 100 %
massa glukosa+massa air
2170
0.10= ×1
2170+ x
x=9765 kg
Massa air yang ditambahkan untuk mengencerkan glukosa hingga 10%
adalah :
Massa air dari perhitungan diatas – massa air dari aliran 3 = 6476 kg.
Masuk Keluar
Komponen
3 4 5
Glukosa 2170.00 0 2170.00
Sukrosa 3419.00 0 3419.00
Air 1649.00 6467.00 8116.00
7238.00 6467.00 13705.00
Jumlah
13705.00 13705.00

3. Fermentor
Pada fermentor, asumsi glukosa yang terkonversi memebentuk etanol dan
CO2 adalah 96%.
Reaksi pembentukan etanol :
C6H12O6 2C2H5OH + 2CO2
Glukosa dan sukrosa yang masuk pada aliran 5 adalah 2170 kg + 3419 kg
= 5589 kg.. Jika yang terkonversi 96%, maka sisa glukosa yang tidak
bereaksi adalah
4
×5589 kg=223.56 kg
100
Produk fermentasi
Dari reaksi pembentukan etanol, maka jumlah mol etanol yang dihasilkan
adalah 2 x mol glukosa dan sukrosa. Massa etanol yang didapatkan dari
hasil perhitungan adalah 2742.336 kg.
Produk yang dihasilkan selain etanol adalah gas CO 2. Dari reaksi
pembentukan etanol, maka jumlah mol CO2 yang dihasilkan adalah 2 x
mol glukosa dan sukrosa.
Selain produk utama, ada produk samping yang terbentuk, yaitu fusel oil.
Menurut Kosaric dkk., fusel oil akan terbentuk sebesar 20 L/m3 etanol
yang dihasilkan, atau 2 % dari etanol yan terbentuk.
Karena ada produk samping yang terbentuk, maka kami asumsikan produk
etanol yang dihasilkan dari fermentor adalah 2742.336 kg – (2% x
2742.336 kg) = 2687.49 kg

Penambahan yeast dan nutrien :


Nutrien yang digunakan adalah (NH4)2SO4. Sedangkan asam yang
digunakan untuk mengatur pH adalah H2SO4.
Asumsi yang digunakan dalam perhitungan adalah :
(NH4)2SO4 = 0.4% x total substrat
H2SO4 = 0.4% x total substrat
S. Cereviseae = 0.5 % x total substrat

Masuk Keluar
Komponen
5 6 7 8 9 10
Glukosa 2170.00 0 0 0 0 223.56
Sukrosa 3419.00 0 0 0 0 0.00
Air 8116.00 0 0 0 0 8116.00
Yeast 0 68.525 0 0 0 68.53
(NH4)2SO4 0 0 54.82 0 0 54.82
H2SO4 0 0 0 54.82 0 54.82
Etanol 0 0 0 0 0 2687.49
CO2 0 0 0 0 2623.10 0
Fusel oil 0 0 0 0 0 54.85
13705.00 68.53 54.82 54.82 2623.10 11260.06
Jumlah
13883.17 13883.17
4. Tangki Penampungan Hasil Fermentasi
Kompone Masuk Keluar
n 10 11
Glukosa 223.56 223.56
Air 8116.00 8116.00
Yeast 68.53 68.53
(NH4)2SO4 54.82 54.82
H2SO4 54.82 54.82
Etanol 2687.49 2687.49
Fusel oil 54.85 54.85
11260.0 11260.0
Jumlah 6 6

5. Filter press
Asumsi yang digunakan dalam perhitungan pada Filter press adalah :
Air yang keluar bersama yeast dan nutrien : 10% x aliran air yang masuk.
Yeast dan nutrien yang terpisah adalah : 100% x aliran yeast dan nutrien
yang masuk.

Kompone Masuk Keluar


n 11 12 13
Glukosa 223.56 0 223.56
811.6
Air 8116.00 0 7304.40
Yeast 68.53 68.53 0
(NH4)2SO4 54.82 54.82 0
H2SO4 54.82 54.82 0
Etanol 2687.49 0 2687.49
Fusel oil 54.85 0 54.85
Jumlah 11260.0 989.7 10270.3
6 7 0
11260.0
6 11260.06

6. Distilasi I
Kompone Masuk Keluar
n 13 14 15
Glukosa 223.56 0 223.56
7062.5
Air 7304.40 241.87 3
2445.6
Etanol 2687.49 2 241.87
Fusel oil 54.85 54.85 0
10270.3 2742.3 7527.9
0 4 6
Jumlah
10270.3
0 10270.30

7. Distilasi II
Kompone Masuk Keluar
n 14 16 17
Glukosa 0 0 0
Air 241.87 146.74 95.14
2445.6 146.7
Etanol 2 2298.88 4
Fusel oil 54.85 54.85 0
2742.3 241.8
4 2500.46 7
Jumlah
2742.3
4 2742.34

8. Distilasi III
Kompone Masuk Keluar
n 16 18 19
Glukosa 0 0 0
Air 146.74 87.36 59.38
2298.8
Etanol 8 2211.52 87.36
Fusel oil 54.85 54.85 0
2500.4 146.7
6 2353.73 4
Jumlah
2500.4
6 2500.46

9. Tangki Penampungan Stillage


Kompone Masuk Keluar
n 12 15 17 19 20
Glukosa 0 223.56 0 0 223.56
8028.6
Air 811.6 7062.53 95.14 59.38 4
Yeast 68.53 0 0 0 68.53
(NH4)2SO4 54.82 0 0 0 54.82
H2SO4 54.82 0 0 0 54.82
Etanol 0 241.87 146.74 87.36 475.97
8906.3
989.77 7527.96 241.87 146.74
4
Jumlah
8906.3
8906.34
4

3. Life Cycle Impact Assessments


Pada tahap ini penilaian dampak life cycle dilakukan untuk mengevaluasi
dampak yang dihasilkan dari produksi bioetanol. Dampak yang dianalisis pada
uraian ini adalah dampak lingkungan. Namun, penggolongan dampak lingkungan
dari suatu produk, proses, atau jasa tidak dilakukan. Hal ini dikarenakan jumlah
limbah dan emisi berikut jumlah bahan baku dan energi yang dibutuhkan secara
keseluruhan harus dipertimbangkan bersama dengan potensi masing – masing
dalam memberikan dampak bagi lingkungan.
Tabel 1. Impact Category
Selain menghasilkan etanol, gas CO2, fusel oil, dan stillage juga dihasilkan
dari proses fermentasi. Secara keseluruhan impact yang paling besar dalam
konstribusi dampak lingkungan adalah hasil bawah produk kolom distilasi, yaitu
stillage. Hasil lainnya yang juga mengakibatkan dampak lingkungan adalah asam
sulfat, yeast, dan (NH4)2SO4, yang merupakan sisa dari fermentasi. Dalam LCA
ini, stillage, asam sulfat, yeast, dan (NH4)2SO4, air dan etanol dari produk hasil
bawah kolom distilasi 1, 2, dan 3 dialirkan ke tangki penampungan stillage, untuk
selanjutnya diolah ke pengolahan limbah.
 Stillage
Menurut Willington dan Gerald, stillage hasil produk bawah kolom
distilasi mengandung beberapa komponen seperti yang tertera pada tabel di bawah
ini..
No. Parameter Nilai
1 pH 4.8
2 Specific Gravity 1.05
3 Temperature 90
4 BOD 45,000 mg/L
5 COD 113,000 mg/L
6 Dissolved Solids 10%
7 Suspended Solids 11%
8 Ash 3%
9 Organic matter 8%

Jumlah BOD dan COD yang terkandung di dalam stillage besar. Dari perhitungan
neraca massa jumah stillage yang dihasilkan adalah 8906.34 kg. Jika nilai ini
dikonversi kedalam satuan liter, maka akan dihasilkan BOD yang sangat besar.
Sehingga diperlukan pengolahan terlebih dahulu. Contoh pengolahan stillage
yang terdapat pada salah satu pabrik pembuatan bioetanol dari molase adalah
sebagai berikut:
Stillage murni diencerkan empat kali, kemudian masuk ke 3 bak anaerob secara
paralel. Dalam bak anaerob tersebut, limbah didiamkan supaya mengalami
degradasi secara biologis untuk selanjutnya masuk ke bak maturasi. Pada bak
maturasi, limbah juga mengalami proses yang sama dengan di bak anaerob.
Limbah di recycle sebagian ke bak anaerob untuk digunakan sebagai pengencer,
dan sisanya didistribusikan ke lahan pertanian dan dijual sebagai pupuk cair.
 CO2
Gas CO2 yang dihasilkan dari fermentor adalah 2623 kg, yang mana bisa
diolah lebih lanjut menjadi CO2 cair untuk kemudian dijual sebagai produk
samping.
 Fusel oil
Sedangkan fusel oil yang dihasilkan dari produksi bioetanol ini adalah
54.85 kg. Fusel oil bisa dimanfaatkan sebagai bahan bakar untuk boiler, seperti
yang dilakukan pada PT. Indo Acidatama, Tbk. Komposisi yang terkandung dalam
fusel oil adalah propanol (12,5%), etanol (10%), isobutil alkohol (15%), amil
alkohol (30%), dan isoamil alkohol (32.5%).

Dasar Analisis Ekonomi


Dalam membangun sebuah pabrik, harus diawali dengan kelayakan
analisis ekonomi yang digunakan sebagai acuan untuk sebuah pabrik layak atau
tidak dibuat. Dasar analisis ekonomi tersebut diperlukan untuk memperkirakan
biaya investasi sehingga dapat mengetahui besarnya modal yang diperlukan dalam
membangun sebuah pabrik. Dasar ekonomi yang dibutuhkan meliputi biaya bahan
baku, biaya pembelian alat, dan kapasitas produksi. Dari data harga pasar didapat
biaya harga bahan baku yang digunakan dalan produksi dan harga produk yang di
hasilkan dari pabrik ini.

Kebutuhan Harga bahan Harga Total


Bahan
(Kg/jam) (Rp/kg) (Rp/tahun)
Molase 10,000 800 57,600,000,000
S. cereviseae 68.53 36,400 17,959,032,000
H2SO4 54.82 3,125 1,233,450,000
Amonium sulfat 54.82 39,000 15,393,456,000
Total biaya bahan baku Rp 92,185,938,000

Produksi Produksi Harga Produk Harga Jual Produk


Bahan
(kg/jam) (L/jam) (Rupiah/L) (Rupiah/tahun)
Etanol
(96,2%) 2211.52 2802.94 9,200 185,666,854,200.67

Dari data berikut dapat dilihat nilai GPM (Gross Profit Margin) nya untuk
mengetahui kelayakan pabrik bioetanol ini.
Rp 185,666,854,200.67−Rp 92,185,938,000
GPM= =50.35 %
Rp 185,666,854,200.67
Dalam uraian ini, biaya kebutuhan energi, utilitas, harga alat, gaji, dan lain-lain
tidak termasuk dalam hitungan GPM. Sehingga masih belum bisa dikatakan
pabrik ini layak atau tidak untuk dibangun.
DAFTAR PUSTAKA

Amin, Ruhul ,dkk. 2013. Simulation of Ethanol Production by Fermentation of Molases. Journal
of Engineering (JOE), Vol.1 No. 4: 69-73.
Anonim. 2006. Blueprint Pengelolaan Energi Nasional 2006-2025. ESDM: Jakarta.
John. (2013). Global Agricultural Information Network Report. Diakses 5 Desember 2015.
Kosaric, N, dkk. 2001. The Biotechnology of Ethanol: Classical and Future Applications.
WILEY-VCH Verlag GmbH: Weinheim.
Ruslina, Maya. 2012. Laporan Kerja Praktek PT. Indo Acidatama Tbk. Departemen Produksi
Unit Fermentasi. UI: Depok.
Susantris, M dan Gamayanti, N. 2013. Simulasi Proses Produksi Etanol dari Molases Melalui
Beberapa Konfigurasi Alternatif Proses. ITS: Surabaya.
Willington, I.P, dan Marten, G.G. 1982. Options for Handling Stillage Waste from Sugar-Based
Fuel Ethanol Production. Resources and Conservation, 8: 111-129.

Anda mungkin juga menyukai