Anda di halaman 1dari 7

FENOMENA HIPEREALITAS JEAN BAUDRILLARD SEBAGAI SUMBER

PENCIPTAAN KARYA PUISI TAK ADA SESUATU YANG BARU


DIBAWAH MATAHARI

Oleh :

Latar Belakang

Di era globalisasi ini masyarakat memasuki fase baru dalam menjalani


realitas, realitas yang awalnya hanya dimaknai sebagai sebuah keadaan, suasana atau
objek-objek yang di anggap benar – benar ada didalam kehidupan. Kini mulai
berjalan ke arah yang lebih luas, pergerakan ini terjadi akibat adanya perkembangan
ilmu pengetahuam dan teknologi canggih. Yang juga mengakibatkan berbagai
pemahaman baru mengenai realitas, jika fiksi, ilusi dan khayalan digunakan dalam
pembuatan sebuah karya sastra atas realita ,maka pemahaman atas realitas akan mulai
bergeser dan jutru meluluhkan keduanya.

Kini realitas telah menyatu dengan dunia virtual, pergeseran dunia realitas
telah membawa masyarakat ke dunia tanpa batas. Dunia yang mulai kehilangan
tumpuan atas realita itu sendiri, fenomena realitas merupakan cara masyarakat dalam
menjalani realita yang dihadapi. Realita yang dipenuhi dengan pemenuhan harapan
simbolik terhadap sebuah benda yang melebihi ketentuannya, realitas yang mulai
kehilangan tumpuan atas realitasnya merupakan realitas oleh Jean Baudrillard atau
yang disebut hiperealitas.

Hiperealitas merupakan keadaan dimana menjalani realitas karena realita yang


sesungguhnya telah diambil oleh realitas baru, yang dipenuhi oleh objek yang disebut
Baudrillard sebagai objek artifisial. Hiperealitas merupakan kondisi dimana
ketegangan antara realitas dan khayalan, antara realitas sebagaimana adanya dan
realitas sebagaimana mestinya hilang. Dengan demikian ilusi merupakan kesadaran
atas realita yang ada.

Pembahasan

A. Ilusi Atas Realitas

Seringkali orang berpikir bahwa Ilusi merupakan suatu hal yang abstrak.
Sebuah angan-angan, sebuah khayalan akan sesuatu yang ada. Suatu hal yang akan
dipatahkan ketika menghadapi realitas yang ada namun seringkali tidak sesuai yang
dikhayalkan. Realitas dan ilusi adalah dua konsep yang sering kali sulit dibedakan.
Mereka memiliki perbedaan yang mendasar, namun keduanya bisa terjalin secara
kompleks dalam pengalaman manusia. Menurut Sarlito W. Sarwono dalam buku
pengantar Psikologi Umum (2010), illusi merupakan gejala normal yang dialami oleh
manusia dan setiap orang pasti merasakannya.

Realitas merujuk pada keberadaan yang obyektif dan independen dari persepsi
atau pikiran kita. Sementara itu, ilusi adalah kesalahan persepsi atau interpretasi
terhadap realitas. Dalam istilah sederhana, realitas adalah "apa adanya", sedangkan
ilusi adalah "yang kita kira ada". Untuk mengetahui apakah sesuatu itu realitas atau
ilusi, kita perlu mempertimbangkan beberapa faktor:

1. Konsistensi: Realitas cenderung memiliki konsistensi yang lebih tinggi


antara pengalaman berbeda dan individu yang berbeda. Jika suatu objek
atau situasi diakui dan dialami oleh banyak orang dengan cara yang sama,
kemungkinan besar itu adalah realitas.
2. Verifikasi: Realitas dapat diverifikasi melalui metode ilmiah dan pengujian.
Jika suatu fenomena dapat diukur, diuji, dan dikonfirmasi oleh berbagai
sumber, maka kemungkinan besar itu adalah realitas.
3. Kesadaran: Mempertanyakan realitas kita sendiri dan mengenali bahwa
persepsi kita mungkin terbatas atau salah adalah langkah penting untuk
membedakan antara realitas dan ilusi. Kita harus selalu mencari bukti,
logika, dan penjelasan yang rasional untuk pengalaman kita.
4. Fleksibilitas: Realitas sering kali lebih fleksibel daripada ilusi. Dalam arti
bahwa, jika kita menemukan bukti baru atau informasi yang bertentangan
dengan pemikiran kita, kita harus siap untuk mengubah persepsi kita
tentang realitas.
5. Kesehatan mental: Kondisi kesehatan mental tertentu, seperti gangguan
psikotik, dapat menyebabkan seseorang mengalami ilusi atau halusinasi.
Dalam situasi ini, penting untuk berkonsultasi dengan profesional kesehatan
mental untuk membantu membedakan antara realitas dan ilusi.
B. Karya Puisi
Puisi merupakan karya sastra yang banyak diminati oleh semua
kalangan. Bahasanya yang indah dan penuh makna menjadi salah satu
alasan puisi selalu menarik perhatian. Selain itu, tak jarang seseorang
menggunakan media puisi untuk mengutarakan rasa sayangnya terhadap
orang yang mereka cintai. Menurut Waat-Dunton Situmorang (dalam
Samosir, 2013) puisi merupakan ungkapan nyata melalui kata-kata indah
yang muncul dari benak manusia. Wujud karya sastra dinamakan puisi
jika di dalamnya tercapai efek estetik dalam berbagai unsur bahasa.
(Nurgiyantoro, 2010). Selain media pencurahan hati, puisi juga berperan
sebagai ekspresi dari pemikiran pengarangnya guna menarik perhatian
pembaca. Bahasa penyair harus mewakili rasa dan pesan yang
sampaikan. Selain itu, secara umum puisi juga memiliki beberapa ciri
sebagai berikut:
1. Bahasa yang digunakan dalam puisi lebih padat daripada
naskah drama atau prosa.
2. Puisi memiliki rima atau sajak yang teratur
3. Puisi terdiri dari kesatuan sintaksis atau gatra
4. Puisi memiliki makna konotatif
5. Puisi memiliki sifat yang simetris

Sebagai karya sastra yang memiliki banyak makna puisi mempunyai


beragam jenis, namun umumnya puisi dibagi menjadi tiga jenis, di antaranya
puisi lama, puisi baru dan puisi kontemporer. Masing-masing jenis puisi
tersebut memiliki karakter yang berbeda-beda, berikut penjelasannya :

1. Puisi Lama

Puisi lama merupakan puisi yang dihasilkan sebelum abad ke-20.


Sehingga puisi ini cenderung memiliki aturan dan bermakna yang
sering digunakan saat upacara adat. Puisi ini terbagi menjadi beberapa
jenis, seperti pantun, talibun, syair, dan gurindam.

2. Puisi Baru
Puisi baru merupakan sebuah karya sastra yang mengungkapkan
perasaan serta pikiran yang menggunakan bahasa dengan
memperhatikan irama, mantra, penyusunan lirik hingga makna di
dalam puisi tersebut. Puisi baru memiliki beberapa ciri-ciri, seperti
menggunakan puisi empat seuntai, tiap barisnya atas sebuah gatra
yang terdiri dari 4-5 suku kata.

3. Puisi Kontemporer
Puisi kontemporer adalah puisi yang selalu berusaha menyesuaikan
perkembangan zaman atau keluar dari ikatan konvensional. Umumnya
jenis puisi ini tidak lagi mementingkan irama serta gaya bahasa seperti
puisi lama dan puisi baru. Adapun klasifikasi puisi kontemporer meliputi
puisi konkret, puisi lama dan puisi mbeling atau puisi yang tidak
mengikuti aturan umum.

C. Teori Hiperrealitas
Hiperealitas merupakan dunia yang dipenuhi dengan citraan dan ilusi.
Dunia yang di dalamnya terdapat kesenjangan. Ilusi dianggap sebagai suatu
kebenaran dalam hidup masyarakat. Sebagaimana yang dijelaskan Baudrillard
Ilusi yang sebenarnya berlawanan dengan ilusi penampilanya. Tidak ada yang
disembunyikan di sana, tidak ada rahasia, tak ada ketiadaan. Tujuanya adalah
mengkloning realitas, mengkloning yang nyata lewat hiperealnya dan
memusnahkan yang nyata lewat penggandaannya.
Dunia hiperealitas merupakan dunia pengganda. Dunia yang
diciptakan dari salin menyalincopy. Akan tetapi, pengganda ini tidak lagi
memiliki rujukan akan realitas sehingga masyarakat kehilangan pondasi
realitasnya. Sebagaimana yang diungkapkan Baudrillard dalam Piliang, bahwa
realitas masyarakat, bagi Baudrillard tak lagi memiliki pondasi yang pejal.
Basisnya adalah tak lain salinan citrawi. Inilah yang kemudian ia sebut
simulakrum, yakni salinan yang tidak lagi memiliki hubungan sama sekali
dengan hal asli yang disalinnya. Dunia hiperealitas seperti yang dikatakan
oleh Baudrillard ini akan digunakan sebagai teori pendekatan dalam melihat
perilaku masyarakat, khususnya masyarakat di Indonesia.

Penutup

Sebagai karya sastra puisi bersumber pada fenomena hiperealitas ,yang mana
merupakan sebuah proses kreatif yang tidak sederhana. Proses kreatif yang melewati
pengamatan dan rasa pada fenomena sosial. Penciptaan yang berdasar pada fenomena
sosial biasanya mengacu pada pengalaman yang bersifat pribadi, persoalan
hiperealitas sangat mungkin dialami oleh semua orang pada era postmodern ini.
Hanya saja kesadaran dalam memahami kesenjangan dalam fenomena tersebut tidak
dimiliki oleh semua orang. Kenyataan bahwa hampir setiap orang tentunya memiliki
ilusi terhadap realitas yang ada. Kenyataan-kenyataan tersebut yang meyakinkan
pilihan untuk tidak menghadirkan fenomena hiperealitas dalam satu sisi yang stagnan.
Permasalahan di dalam fenomena hiperealitas sangat mungkin berkembang dengan
cepat sebagaimana perkembangan dalam hidup kita yang juga sangat cepat. Akhirnya
pembicaraan mengenai fenomena hiperealitas tidak akan berhenti di dalam sebuah
karya puisi. Sebab, fenomena hiperealitas adalah sebuah kenyataan baru yang
memungkinkan perubahan-perubahan dalam setiap detik di dalam dunia simulasi
yang diciptakan teknologi canggih saat ini.

Sumber Pustaka
Anonim. 2023. Apa yang membedakan antara realitas dan ilusi? Bagaimana kita
tahu bahwa apa yang kita anggap sebagai realitas benar-benar nyata?.
https://id.quora.com/Apa-yang-membedakan-antara-realitas-dan-ilusi-
Bagaimana-kita-tahu-bahwa-apa-yang-kita-anggap-sebagai-realitas-benar-
benar-nyata. Diakses pada 13 mei 2023.

Jaconiah, Iwan. 2022. Tak Ada Sesuatu Yang Baru Dibawah Matahari.
https://m.mediaindonesia.com/sajak-kofe/462705/tak-ada-sesuatu-yang-
baru-di-bawah-matahari. Diakses pada 13 mei 2023.

Nughara, Jevi. 2020. Puisi Adalah Karya Sastra yang Memiliki Makna, Kenali Jenis
dan Cara Membuatnya. https://www.merdeka.com/jateng/puisi-adalah-
karya-sastra-yang-memiliki-makna-kenali-jenis-dan-cara-membuatnya-
kln.html. Diakses pada 13 mei 2023.

Nurgiyantoro, B. (2010). Penilaian Pembelajaran Bahasa. Yogyakarta: BPFE

Sarwono, Sarlito W. Pengantar Psikologi Umum, Jakarta: Rajawali Pers, 2010.

Samosir, Tiorida 2013. Apresiasi Puisi. Bandung : Yrama Widya.

Suharno, Ahmad. 2020. Fenomena Hiperrealitas Sebagai Sumber Penciptaan


Naskah Drama Dengan Judul Dongeng Seputar Menara dan Ritus –
Ritus. Yogyakarta : Institut Seni Indonesia Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai