Diterjemahkan dari bahasa Inggris ke bahasa Indonesia - www.onlinedoctranslator.

com

Jurnal Penyakit dan Perlindungan Tanaman

https://doi.org/10.1007/s41348-018-0180-6

(0123456789().,-volV)(0123456789().,-volV)
KERTAS PERSPEKTIF

''Birational'' dalam strategi pengelolaan hama terpadu

Ewa Matyjaszczyk1

Diterima: 29 Juni 2018 / Diterima: 26 Juli 2018

- Penulis 2018

Abstrak
Preferensi metode non-kimia daripada metode kimia jika metode tersebut memberikan pengendalian hama yang memuaskan
adalah salah satu aturan pengelolaan hama terpadu, yang diwajibkan di Uni Eropa sejak 2014. Pengguna pestisida profesional
didorong untuk beralih ke praktik dan produk dengan biaya terendah. risiko bagi kesehatan manusia. Produk asal biologis yang
dapat berdampak positif bagi kesehatan tanaman sangat bervariasi dalam hal asal, komposisi dan cara kerjanya serta sangat tidak
homogen dalam hal status hukum dan jalur penempatan pasarnya. Makalah ini menjelaskan dengan cara apa mereka dapat
digunakan dalam strategi pengelolaan hama terpadu.

Kata kunciPengendalian hama terpadu - Biologis - Perlindungan tanaman - Biostimulan - Risiko rendah - Zat dasar

pengantar strategi perlindungan tanaman yang lebih luas (Feldmann2018). Banyak

Makalah ini menyajikan isi kuliah yang disampaikan selama
Simposium Internasional ke-8 ''Perlindungan Tanaman dan
Kesehatan Tanaman di Eropa'' dengan topik ''Efikasi dan risiko
''biorasional''. Simposium yang diadakan di Braunschweig pada
13 dan 14 Desember 2017 ini diselenggarakan bersama oleh
Deutsche Phytomedizinische Gesellschaft, Julius Kühn-Institut
dan Humboldt University, Berlin.
Istilah ''biorasional'' telah digunakan dalam judul simposium sebagai
ekspresi operatif untuk berbicara tentang jenis komponen tertentu
dalam strategi perlindungan tanaman, yang di satu sisi dianggap
memiliki keunggulan dalam hal karakteristik risiko sementara di sisi lain.
pada saat yang sama memberikan kemanjuran yang dapat diterima
dalam mengurangi dampak hama. Produk sering diturunkan secara
biologis; namun, jika sintetis, mereka secara struktural serupa dan
secara fungsional identik dengan bahan yang terjadi secara biologis. Ini
termasuk mikroorganisme, ekstrak tumbuhan, zat dasar, serta produk
nonpestisida seperti biostimulan, penambah hasil biologis, promotor
kesehatan tanaman, dan kondisioner tanah. Beberapa dari mereka
mungkin tidak menunjukkan kemanjuran yang cukup terhadap hama
ketika sendirian, tetapi mungkin berguna ketika diintegrasikan ke dalam
dari mereka dapat digunakan dalam pertanian organik (Matyjaszczyk
2018).
Tanpa memaksakan penggunaan istilah ''biorasional'', perlu
ditekankan bahwa produk dari kelompok yang dijelaskan di
atas mungkin memiliki dampak positif pada kesehatan
tanaman dan sangat bervariasi dari sudut pandang asal,
komposisi dan cara kerjanya juga. sebagai sangat tidak
homogen dalam hal status hukum mereka dan jalur
penempatan pasar. Penggunaannya dalam produksi tanaman
juga sangat berbeda: beberapa bekerja langsung melawan
hama dan sangat selektif dan kemanjurannya setara dengan
produk perlindungan tanaman kimia (Bereś2016), sementara
beberapa yang lain sebagian besar bekerja pada tanaman yang
meningkatkan ketahanannya terhadap sejumlah faktor, baik
biotik maupun abiotik. Kemanjuran kelompok terakhir dalam
hal hama dan penyakit, dan khususnya setiap organisme
berbahaya, sering kali tidak dapat dipertimbangkan.
Tujuan dari makalah ini adalah untuk menyajikan cara-cara di mana
berbagai jenis produk biologis atau turunan biologis masuk ke dalam
aturan pengendalian hama terpadu (PHT) dan bagaimana mereka dapat
berguna dalam produksi tanaman, mengurangi ketergantungan pada
pengendalian kimia.

&Ewa Matyjaszczyk
e.matyjaszczyk@iorpib.poznan.pl

1
Lembaga Perlindungan Tanaman – Lembaga Penelitian Nasional,
Ul. Władysława Węgorka 20, 60-318 Poznan, Polandia

123

Ketentuan hukum tentang pengendalian
hama terpadu
Aturan pengelolaan hama terpadu adalah wajib dan harus
dipatuhi oleh semua pengguna profesional produk
perlindungan tanaman di Uni Eropa (UE) sejak Januari 2014.
Dua tindakan hukum secara paralel memberlakukan
pengelolaan hama terpadu wajib di UE: Peraturan
1107/2009 tentang penempatan produk perlindungan
tanaman di pasar dan pencabutan Council Directive 79/117/
EEC dan 91/414/EEC serta Directive2009/ 128/EC
menetapkan kerangka kerja untuk aksi Komunitas untuk
mencapai penggunaan pestisida yang berkelanjutan.
Pengarahan2009/ 128/EC juga menetapkan definisi dan
prinsip umum pengelolaan hama terpadu yang mengikat
secara hukum di UE.
Menurut definisi yang diberikan oleh Arahan tersebut di atas,
''pengelolaan hama terpadu'' berarti pertimbangan yang cermat
dari semua metode perlindungan tanaman yang tersedia dan
integrasi tindakan yang mencegah perkembangan organisme
berbahaya, tetap menggunakan produk perlindungan tanaman dan
bentuk intervensi lainnya. ke tingkat yang secara ekonomi dan
ekologis dibenarkan dan mengurangi atau meminimalkan risiko
terhadap kesehatan manusia dan lingkungan.
Juga Direktif2009/128/EC menekankan bahwa tujuannya adalah
untuk mengurangi dampak penggunaan pestisida terhadap
lingkungan dan mempromosikan penggunaan pengendalian hama
terpadu dan pendekatan atau teknik alternatif seperti alternatif
non-kimiawi untuk pestisida.
Bagaimana ''biorasional'' cocok dengan aturan
pengelolaan hama terpadu?
Prinsip-prinsip PHT yang mengikat secara hukum di UE
tercantum dalam Lampiran III Arahan2009/128/EC, dan versi
lengkapnya dapat diakses dengan mudah secara online (
https://eur-lex. europa.eu/LexUriServ/LexUriServ.do?
uri=OJ:L:2009:309: 0071:0086:en:PDF). Di bawah ini, versi
singkat diberikan untuk tujuan praktis, dikutip setelah
Matyjaszczyk (2015a). Tampaknya setidaknya beberapa produk
biologis dan identik secara biologis yang dibahas dalam
makalah ini mungkin berguna dalam penerapan prinsip-prinsip
tersebut, yang digarisbawahi di bawah ini. Masing-masing
prinsip yang digarisbawahi dibahas secara rinci.
1.Pencegahan dan/atau penindasan organisme berbahaya.
Aturan pertama PHT adalah pencegahan dan penekanan
perkembangan organisme berbahaya. Metode
pencegahan seperti rotasi tanaman, teknik budidaya yang
memadai, penggunaan kultivar tahan dan bahan tanam
yang sehat, pemupukan berimbang, mencegah
penyebaran organisme berbahaya dan pelestarian
123
Jurnal Penyakit dan Perlindungan Tanaman
keanekaragaman hayati digunakan dalam pertanian selama
ratusan tahun (Bak dan Gaj2016; Tratwal dan Bocianowski
2018).
Sejumlah produk mikroba serta produk nonpestisida
lainnya yang berasal dari biologi dipromosikan oleh
produsennya sebagai tindakan pencegahan pengendalian
hama. Dapat diperdebatkan apakah ini benar-benar sejalan
dengan maksud pembuat undang-undang Perpres 129/2009.
Namun, fakta bahwa beberapa dari mereka mungkin memiliki
dampak positif pada kesehatan tanaman bila diterapkan
secara preventif. Efek ini dapat diperoleh dengan cara yang
berbeda. Beberapa produk dari kelompok ini dapat menekan
perkembangan hama, beberapa merangsang sistem
pertahanan tanaman, dan lainnya dengan meningkatkan
kondisi pertumbuhan tanaman atau ketersediaan nutrisi
memungkinkan tanaman tumbuh lebih baik dan lebih tahan
terhadap tekanan hama (Yakhin et al.2017; Kocira dkk.2018;
Przybysz dkk. 2014; Kazada dkk.2015; Ghorbanpour dkk.2018;
Danilčenko dkk.2017).
Tampaknya dari sudut pandang undang-undang UE
saat ini, efek pencegahan adalah satu-satunya yang dapat
diklaim secara hukum untuk biostimulan yang tidak
dipasarkan sebagai produk perlindungan tanaman.
Peraturan 1107/2009 secara eksplisit mendefinisikan
bahwa, terlepas dari komposisinya, semua produk yang
bertindak melawan organisme berbahaya adalah produk
perlindungan tanaman dan harus didaftarkan seperti itu.
Juga preparat yang mempengaruhi proses kehidupan
tanaman, selain sebagai nutrisi, termasuk dalam definisi
produk perlindungan tanaman. Untuk produsen
biostimulan, itu berarti bahwa bahkan klaim tentang sifat
penguatan tanaman biostimulan harus dirumuskan
dengan memperhatikan kata-kata Peraturan 1107/2009,
kecuali jika mereka ingin biostimulan didaftarkan dan
dipasarkan sebagai produk perlindungan tanaman.
2.Pemantauan organisme berbahaya.
3.Penerapan tindakan perlindungan berdasarkan pemantauan
organisme berbahaya dan tingkat ambang batas
Berdasarkan hasil pemantauan, pengguna profesional
harus memutuskan apakah dan kapan harus menerapkan
tindakan perlindungan tanaman. Jika aplikasi diperlukan, maka
produk yang paling cocok dipilih. Pilihan produk harus
didasarkan pada tekanan hama. Beberapa produk
perlindungan tanaman biologis memiliki kemanjuran yang
lebih rendah daripada yang kimia. Namun, efektivitas moderat
dalam beberapa kasus cukup untuk menjaga hama pada
tingkat yang dapat diterima.
Baru-baru ini pedoman EPPO PP 1/296 (1) untuk
spesialis yang melakukan penilaian kemanjuran untuk
pendaftaran produk perlindungan tanaman telah
diterbitkan oleh Organisasi Perlindungan Tanaman
Eropa dan Mediterania (EPPO).2017). Ini menyediakan
Jurnal Penyakit dan Perlindungan Tanaman
kerangka kerja untuk persyaratan data kemanjuran minimum
yang diperlukan untuk menunjukkan bahwa produk
perlindungan tanaman berisiko rendah cukup efektif dan
aman untuk tanaman untuk otorisasi. Ini juga mengomentari
kemanjuran, menekankan bahwa efektivitas moderat dari
produk berisiko rendah dapat diterima.
4.Preferensi metode non-kimia atas metode kimia jika mereka
memberikan pengendalian hama yang memuaskan.
Aturan ini tampaknya merupakan dorongan langsung untuk
penggunaan kelompok produk yang dijelaskan dalam makalah ini.
Dalam kasus ketika produk perlindungan tanaman biologis dan
kimia terdaftar untuk lingkup penggunaan yang sama dan
menunjukkan kemanjuran yang serupa, produk biologis harus
dipilih dalam PHT daripada bahan kimia.
Saat menerapkan aturan ini, perhatian juga harus
diberikan pada biaya dan pengetahuan petani.
Pertama untuk menerapkan metode non-kimia,
petani harus menyadari bahwa metode tersebut
tersedia. Untuk memanfaatkannya, mereka harus
diyakinkan bahwa mereka juga hemat biaya.
Perusahaan kimia menyelenggarakan banyak
pelatihan bagi petani dan penasihat untuk mendidik
mereka tentang cara menggunakan pestisida baru
dan untuk mengingatkan mereka tentang pestisida
yang sudah dikenal. Dalam hal metode biologis,
kesadaran harus dibangkitkan tentang keberadaan
mereka. Selain itu, petani perlu diajari tentang cara
menggunakannya dan bahwa mereka efisien dan
hemat biaya. Aplikasi yang tepat dari produk
mikroba dan biologis seringkali lebih menantang
daripada produk kimia, tetapi pada saat yang sama
seringkali bahkan lebih penting untuk memastikan
keefektifannya. Faktor-faktor seperti suhu,
kelembaban,
5.Preferensi pestisida tertentu dan pestisida dengan efek samping
paling sedikit dibandingkan yang lain.
Aturan PHT ini sebenarnya merupakan dorongan yang sangat kuat
untuk penggunaan produk perlindungan tanaman biologis dan
mikroba. Pestisida berdasarkan zat yang dihasilkan oleh mikroba
(seperti spinosad) serta mikroorganisme yang terdaftar sebagai
produk perlindungan tanaman biasanya sangat spesifik. ''Spesifik''
berarti bahwa mereka hanya mempengaruhi kelompok hama yang
sangat sempit dan tidak mempengaruhi kelompok organisme lain,
baik hama lain maupun menguntungkan.
Mikro-organisme dan zat biologis bukannya tanpa efek
samping (Deising2018), tetapi yang terdaftar sebagai
produk perlindungan tanaman dipelajari dengan sangat
baik dan keamanannya serta kurangnya efek samping
yang tidak diinginkan dipastikan dengan proses
pendaftaran. Juga mereka biasanya mudah terurai dan
kurang persisten dibandingkan pestisida kimia (OECD2008;
Koch dkk. 2018).
6.Menjaga penggunaan pestisida pada tingkat yang
diperlukan.
7.Pencegahan perkembangan resistensi.
Jika tingkat organisme berbahaya memerlukan aplikasi
pestisida berulang-ulang pada tanaman, strategi anti-
resisten yang tersedia harus tersedia. Produk
perlindungan tanaman yang berasal dari biologi dan
mikroorganisme biasanya memiliki sifat dan cara kerja
yang berbeda dari bahan kimia (FRAC2018; IRAC 2018).
Penggunaannya yang dapat dipertukarkan dengan
pestisida kimia dapat membawa hasil yang baik dalam
strategi pencegahan resistensi.
Namun, penting juga untuk menekankan bahwa produk
perlindungan tanaman mikroba dan biologis itu sendiri
tidak bebas dari risiko pengembangan resistensi (Amorim
et al.2010; Crespo dkk.2011; Boyer dkk.2012). Oleh karena
itu, aplikasi produk mikroba atau ekstrak tumbuhan yang
sama secara terus-menerus tidak sejalan dengan ukuran
PHT ini.
8. Memeriksa hasil proteksi.
Kesalahpahaman tentang penggunaan
produk biologis berdasarkan aturan PHT
Fakta bahwa kelompok produk yang dibahas dalam makalah ini
sangat cocok dengan strategi PHT harus ditekankan. Namun, tidak
hanya penggunaan produk perlindungan tanaman, tetapi juga
semua bentuk intervensi lainnya harus dibenarkan.
Oleh karena itu, mengingat aturan PHT, penggunaan produk
apa pun di bidang pertanian, tidak peduli apakah kimia atau
biologis, harus dipikirkan dengan baik. Tentu saja, tidak ada produk
yang boleh digunakan tanpa alasan. Bahkan, produk biologis dalam
beberapa kasus dapat menjadi beban bagi tanaman dan bakteri
dapat menghasilkan zat yang berbahaya bagi manusia (Deising et
al. 2017; Zitko dkk.1991). Bahkan jika suatu produk aman bagi
lingkungan seperti air bersih, penerapannya masih membutuhkan
sejumlah operasi mesin pertanian di pertanian dan, oleh karena itu,
menyebabkan kerusakan mekanis korelatif tanaman dan
pemadatan tanah serta penggunaan bahan bakar ( Matyjaszczyk
2017).
Penting untuk memperhatikan perlunya moderasi, karena
tampaknya IPM wajib digunakan dalam strategi pemasaran
banyak produsen berbagai persiapan. Ada manfaat yang jelas
dari menggunakan beberapa dari mereka. Namun, jika satu-
satunya atau argumen utama untuk menggunakan produk
tertentu adalah bahwa produk tersebut aman bagi lingkungan,
tampaknya argumen seperti itu tidak cukup kuat.
Selain itu, dalam kasus setidaknya beberapa produk
yang dipromosikan sebagai ''biologis'' atau ''ramah
lingkungan'' komposisi dan cara kerjanya tidak diketahui;
123

oleh karena itu, tidak cukup yakin bahwa mereka benar-benar aman dan
efektif. Beberapa dari mereka mungkin tidak pernah terdaftar, karena
ada celah dalam undang-undang tentang penempatan pasar dari
beberapa produk yang digunakan dalam pertanian di setidaknya
beberapa Negara Anggota UE (Traon et al.2014). Oleh karena itu,
setidaknya di beberapa Negara Anggota UE, keamanan atau
kemanjuran sejumlah produk yang dijual dan dipromosikan untuk
digunakan dalam pertanian tidak dikonfirmasi (Matyjaszczyk2015b).
Menghadapi kurangnya hambatan apapun untuk penempatan pasar
mereka, jumlah produk yang dipasarkan memiliki potensi pertumbuhan
yang cepat. IPM dan fakta bahwa mereka "biologis" adalah argumen
yang masuk akal dan semboyan yang terdengar baik, digunakan untuk
kampanye pemasaran mereka. Namun, berdasarkan definisi IPM,
argumentasi semacam itu secara inheren keliru. Untuk
direkomendasikan dalam PHT, suatu produk tidak hanya harus aman
tetapi juga efektif dan berguna dalam hal penerapannya.
Selain itu, perlu ditekankan bahwa:
1. Klaim seperti ''Produk X harus digunakan dalam strategi PHT''
adalah penyalahgunaan. Menurut aturan PHT, tidak ada
keharusan menggunakan produk komersial apa pun di
bidang pertanian.
2. Promosi pupuk atau produk yang tidak terdaftar sebagai alat
untuk mengendalikan hama bertentangan dengan hukum UE.
Berdasarkan definisi Peraturan 1107/2009, semua produk yang
diterapkan untuk mengendalikan hama, terlepas dari
komposisinya, adalah produk perlindungan tanaman dan
harus terdaftar.
Kesimpulan
Kelompok besar produk yang dibahas dalam makalah ini, yaitu
mikroorganisme, ekstrak tumbuhan, zat dasar, serta produk
non-pestisida seperti biostimulan, penambah hasil biologis,
promotor kesehatan tanaman, dan kondisioner tanah, memiliki
tempat dalam strategi PHT. sebagaimana disajikan dalam
Directive 128/2009.
Namun, penggunaan persiapan yang tidak perlu tidak sejalan
dengan prinsip-prinsip PHT. Sebelum merekomendasikan penggunaan
produk apa pun di bidang pertanian, ada baiknya memastikan bahwa
produk tersebut benar-benar dibutuhkan, selain aman dan efektif.
Kepatuhan dengan standar etika
Konflik kepentinganPenulis menyatakan tidak ada konflik kepentingan.
Hak asasi manusia dan hewanPasal tersebut tidak mengandung hak asasi manusia
dan hewan.
Akses terbukaArtikel ini didistribusikan di bawah ketentuan
Lisensi Internasional Creative Commons Attribution 4.0 (http://
123
Jurnal Penyakit dan Perlindungan Tanaman
creativecommons.org/licenses/by/4.0/), yang mengizinkan penggunaan,
distribusi, dan reproduksi tanpa batas dalam media apa pun, asalkan Anda
memberikan kredit yang sesuai kepada penulis asli dan sumbernya,
memberikan tautan ke lisensi Creative Commons, dan menunjukkan jika ada
perubahan.
Referensi
Amorim L, de Barros RA, de Melo Diogo, Chalegre K, Fontes de
Oliveira C, Regis L, Silva-Filha M (2010) Stabilitas resistensi Culex
quinquefasciatus terhadap Bacillus sphaericus dievaluasi dengan
alat molekuler. Biochem Mol Biol Serangga 40:311–316
Bak K, Gaj R (2016) Pengaruh diferensiasi fosfor dan
pemupukan kalium terhadap hasil biji jagung dan status nutrisi
tanaman pada tahap pertumbuhan kritis. J Elementol 21(2):337–
348. https://doi.org/10.5601/jelem.2015.20.3.996
Bereś P (2016) Khasiat spinosad dan Bacillus thuringiensis var.
Kurstaki dalam pengendalian hayati penggerek jagung Eropa pada
jagung manis. Acta Sci Pol Hortorum Cultus 15(6):19–35
Boyer S, Zhang H, Lempérière G (2012) Sebuah tinjauan metode kontrol
dan mekanisme resistensi pada serangga produk yang disimpan.
Banteng Entomol Res 102(2):213–229.https://doi.org/10.1017/
S0007485311000654
Crespo ALB, Rodrigo-Simon A, Siqueira HAA, Pereira EJG, Ferre J,
Siegfried BD (2011) Resistensi silang dan mekanisme resistensi
terhadap toksin Cry1Ab dari Bacillus thuringiensis dalam galur
turunan penggerek jagung Eropa, Ostrinia nubilalis. J Invertebr
Pathol 107:185–192
Danilčenko H, Dabkevičius Z, Jariene_ E, Tarasevičiene_ , Televičiūte_ D,
Tamošiūnas A, Jeznach M (2017) Pengaruh ekstrak jelatang dan
ekor kuda lapangan pada sintesis senyawa aktif biologis dalam biji
kacang polong dan biji quinoa yang berkecambah. Zemdirb-Agric
104(4):337–344.https://doi.org/10.13080/za.2017.104.043 Deising
HB (2018) Meninjau kembali angan-angan: kebutuhan molekuler
alat untuk secara akurat menilai risiko yang terkait dengan agen
biokontrol mikroba. J Plant Dis Prot 125:131-132
Deising HB, Gase I, Kubo Y (2017) Risiko tak terduga yang dikenakan
oleh metabolit sekunder mikroba: seberapa amankah pengendalian
hayati penyakit tanaman? J Tanaman Dis Prot 124:413–419.https://
doi.org/10.1007/s41348-017-0109-5
Arahan 2009/128/EC Parlemen Eropa dan
Dewan 21 Oktober 2009 menetapkan kerangka kerja untuk aksi
Komunitas untuk mencapai penggunaan pestisida yang
berkelanjutan. Off J Eur Union L 309. Diakses 3 Agustus 2018
EPPO Gudeline PP 1/296 (1) (2017) Prinsip-prinsip evaluasi kemanjuran
untuk produk perlindungan tanaman berisiko rendah. Buletin OEPP/EPPO 47,
297–304https://doi.org/10.1111/epp.12396
Feldmann F (2017): Khasiat dan risiko ,,biorasional'' dalam organik
dan pengendalian hama terpadu – dapat diterima? Buku abstrak
simposium internasional ke-8 perlindungan tanaman dan
kesehatan tanaman di Eropa, Braunschweig, 13–14 Desember
2017.http:// plant-protection.net/fileadmin/Tagungen/PPPHE/2017/
Docu ments/PPPHE2017_Report.pdf. Diakses 3 Agustus 2018
Fungisida Diurutkan berdasarkan Mode Tindakan (termasuk Kode FRAC
Penomoran). [On line]. Komite Aksi Perlawanan Fungisida
(2018). http://www.phi-base.org/images/fracCodeList.pdf.
Diakses pada 8 Juni 2018
Ghorbanpour M, Omidvari M, Abbaszadeh-Dahaji P, Omidvar R,
Kariman K (2018) Mekanisme yang mendasari efek perlindungan
jamur menguntungkan terhadap penyakit tanaman. Pengendalian
Biol 117:147-157.https://doi.org/10.1016/j.biocontrol.2017.11.006
Skema Klasifikasi MoA IRAC, Versi 8.4. [On line]. Insektisida
Komite Aksi Perlawanan (2018).http://www.irac-online. org/
documents/moa-klasifikasi/. Diakses pada 8 Juni 2018
Jurnal Penyakit dan Perlindungan Tanaman
Kazda J, Herda G, Spitzer T, ičařová V, Przybysz A, Gawrońska H
(2015) J Pest Sci 88:235.https://doi.org/10.1007/s10340-014-
0603-5
Koch E, Becker O, Berg G, Hauschild R, Jehle J, Köhl J, Smalla K
(2018) Biokontrol penyakit tanaman bukanlah teknologi yang tidak
aman! J Plant Dis Prot 125:121–125
Kocira S, Szparaga A, Kocira A, Czerwińska E, Wójtowicz A,
Bronowicka-Mielniczuk U, Koszel M, Findura P (2018) Pemodelan
sifat biometrik, hasil dan sifat nutrisi dan antioksidan benih tiga
kultivar kedelai melalui aplikasi biostimulan yang mengandung
rumput laut dan asam amino. Ilmu Tanaman Depan.https://
doi.org/10.3389/fpls.2018.00388 Matyjaszczyk E (2015a) Produk
yang mengandung mikroorganisme sebagai
alat dalam pengelolaan hama terpadu dan aturan penempatan
pasar mereka di Uni Eropa. Ilmu Pengendalian Hama
71(9):1201–1206.https://doi.org/10.1002/ps.03986
Matyjaszczyk E (2015b) Pengenalan biostimulan pada
Pasar Polandia Situasi saat ini dan persyaratan hukum. Przem
Chem 10:1841–1844.https://doi.org/10.15199/62.2015. 10.40
Matyjaszczyk E (2017) Perbandingan antara benih dan daun
pengobatan sebagai alat dalam pengendalian hama terpadu. J
Agric Food Chem 65 (30): 6081–6086.
https://doi.org/10.1021/acs.jafc.
7b01095
Matyjaszczyk E (2018) Perlindungan tanaman berarti digunakan dalam organik
pertanian di seluruh Uni Eropa. Ilmu Pengendalian Hama
74:505–510.https://doi.org/10.1002/ps.4789
Dokumen Kerja OECD tentang Evaluasi Mikroba untuk Hama
Kontrol ENV/JM/MONO (2008)36. [On line]. Organisasi untuk
Kerjasama Ekonomi dan Pembangunan, Paris, Prancis (2008).
http://www.oecd.org/env/ehs/pesticides-biocides/41946259.pdf.
Diakses 27 Juni 2018
Przybysz A, Gawrońska H, Gajc-Wolska J (2014) Modus biologis
aksi biostimulan berbasis anitrophenolates: studi kasus.
Tanaman Depan Sci 5:713.https://doi.org/10.3389/
fpls.2014.00713 Peraturan (EC) No 1107/2009 Parlemen Eropa dan
Council tanggal 21 Oktober 2009 tentang penempatan produk
perlindungan tanaman di pasar dan mencabut Council
Directive 79/117/EEC dan 91/414/EEC Off J Eur Union L 309.
Diakses 3 Agustus 2018
Traon D, Amat L, Zotz F, du Jardin P (2014) Kerangka hukum untuk
biostimulan tanaman dan aditif pupuk agronomi di UE,
Laporan untuk Direktorat Perusahaan & Industri Komisi
Eropa—Jenderal, Arcadia International
Tratwal A, Bocianowski J (2018) Campuran kultivar sebagai bagian dari
perlindungan terintegrasi dari jelai musim semi. J Tanaman Dis Prot
125:41–50.https://doi.org/10.1007/s41348-017-0139-z Yakhin OI,
Lubyanov AA, Yakhin IA, Brown PH (2017) Biostim-
ulan dalam ilmu tanaman: perspektif global. Tanaman Depan Sci
7:2049.https://doi.org/10.3389/fpls.2016.02049
Zitko SE, Timmer LW, Sandler HA (1991) Isolasi dariPhytophthora
palmivorapatogen untuk jeruk di Florida. J Tanaman Dis
75:532–535
123