Anda di halaman 1dari 24

PEDOMAN

PEDOMAN MANAJEMEN RISIKO

PENYUSUN
TIM MANAJEMEN RISIKO

KABUPATEN …………
PUSKESMAS ………..
2017

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa yang
telah melimpahkan berkat dan rahmat-Nya sehingga penyusunan Pedoman
Manajemen Risiko Puskesmas ABC Kabupaten XYZ tahun 2017 dapat
terselesaikan. Keberadaan Pedoman Manajemen Risiko ini bagi Puskesmas ABC
sangat penting sekali karena akan memberikan panduan secara rinci terhadap
seluruh gerak langkah yang terkait dengan Sistem Manajemen Mutu di Puskesmas
ABC
Pedoman Manajemen Risiko ini juga merupakan sebuah persyaratan yang
sangat penting bagi pelaksanaan Akreditasi Puskesmas ABC sebagai sebuah
puskesmas dengan menjalankan sistem puskesmas akreditasi. Secara umum
ruang lingkup Pedoman Manajemen Risiko ini meliputi seluruh penataan Sistem
Manajemen Mutu di Puskesmas ABC mulai dari perencanaan, pelaksanaan
sampai terhadap evaluasinya.
Penyusunan Pedoman Manajemen Risiko ini tentu masih memerlukan
perbaikan karena memang Pedoman Manajemen Risiko adalah bersifat dinamis
dan bahkan harus selalu diperbaiki secara terus menerus seiring dengan
perkembangan di Puskesmas ABC Kabupaten XYZ Harapannya Pedoman
Manajemen Risiko yang dimiliki Puskesmas ABC ini benar-benar
diimplementasikan oleh seluruh penanggung jawab dan unit/program serta
pelaksana terkait pada Puskesmas ABC Kabupaten XYZ.

XYZ,12 Januari 2017


TIM MANAJEMEN RISIKO PUSKESMAS
KETUA

………………

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................2

DAFTAR ISI........................................................................................................3

BAB I

PENDAHULUAN.................................................................................................4

BAB II

GAMBARAN UMUM PUSKESMAS....................................................................5

BAB III

VISI,MISI,TUJUAN,MOTTO DAN TATA NILAI PUSKESMAS............................6

BAB IV

STRUKTUR ORGANISASI PUSKESMAS..........................................................7

BAB V

STRUKTUR ORGANISASI TIM MANAJEMEN RISIKO....................................8

BAB VI

TUGAS, TANGGUNG JAWAB DAN WEWENANG...........................................9

BAB VII

TATA HUBUNGAN KERJA................................................................................10

BAB XI

KEGIATAN ORIENTASI.....................................................................................20

BAB X

PERTEMUAN DAN EVALUASI.........................................................................21

BAB XI

PELAPORAN.....................................................................................................22

3
BAB I

PENDAHULUAN

Keselamatan (safety) telah menjadi isu global termasuk keselamatan


Puskesmas . Ada lima isu penting yang terkait dengan keselamatan (safety)
Puskesmas yaitu : keselamatan pasien (patient safety), keselamatan
pekerja atau petugas kesehatan, keselamatan bangunan dan peralatan
Puskesmas yang bisa berdampak terhadap keselamatan pasien dan
petugas, keselamatan lingkungan (green productivity) yang berdampak
terhadap pencemaran lingkungan dan keselamatan “bisnis” Puskesmas
yang terkait dengan kelangsungan hidup Puskesmas . Kelima aspek
keselamatan Puskesmas ebut sangat penting untuk dilaksanakan di setiap
Puskesmas , yang harus dikelola secara professional, komprehensif dan
terintegrasi.

Di Puskesmas terdapat ratusan macam obat, berbagai macam


bahan, beragam alat kesehatan dengan berbagai teknologi yang semakin
canggih dan berkembang dengan pesat, bermacam jenis tenaga profesi dan
non profesi yang memberikan pelayanan . Keberagaman dan kerutinan
pelayanan tersebut apabila tidak dikelola dengan baik, berisiko
menimbulkan insiden. Karena itu Puskesmas ABC perlu melakukan
pengelolaan risiko dalam suatu manajemen risiko yang professional,
komprehensif dan terintegrasi, agar insiden dapat diminimalisasi dan
dicegah sedini mungkin.

4
BAB II

GAMBARAN UMUM PUSKESMAS

1. Profil Organisasi
a. Gambaran Umum Organisasi
Puskesmas ABC terletak di desa ABC Kecamatan
Banyuanyar Kabupaten XYZ, memiliki letak yang kurang strategis,
karena lokasi jauh dengan jalan raya. Berdekatan dengan instansi atau
kantor lain seperti bangunan SDN ABC II, Kantor Pertanian, Koramil
Kecamatan ……….. dan Pasar ABC. Puskesmas ABC beralamat di
Jalan Raya ABC Kecamatan ......... Kabupaten XYZ, Kode Pos
67275. Secara geografis batas-batas wilayah kerja Puskesmas ABC
Kabupaten XYZ,wilayah timur berbatasan dengan Kecamatan .......,
wilayah selatan berbatasan dengan Kecamatan ........, wilayah barat
berbatasan dengan Kecamatan ........., dan wilayah utara berbatasan
dengan Kecamatan ............

5
BAB III

VISI,MISI,TUJUAN,MOTTO DAN TATA NILAI PUSKESMAS

1. Visi
Visi Puskesmas ABC adalah:
“Terwujudnya Kemandirian Masyarakat Untuk Hidup Sehat”.
2. Misi
Dalam rangka mewujudkan visi sebagaimana tersebut di atas, Puskesmas
ABC memiliki 3 (tiga) misi sebagai berikut:
1. Meningkatkan pemberdayaan masyarakat untuk hidup sehat;
2. Mencegah dan mengurangi risiko kesehatan;
3. Memelihara dan meningkatkan mutu penyelenggaraan pelayanan
kesehatan;
3. Tujuan
Dalam penyelenggaraan pelayanan dan program, Puskesmas ABC
memiliki budaya kerja sebagai dasar pelaksanaan kinerja. Budaya kerja
Puskesmas ABC adalah :Bersih, Responsif, Ramah, Informatif ( BERSERI)
4. Moto Puskesmas
Moto Puskesmas ABC adalah:
“DISIPLIN DALAM BEKERJA, PRIMA DALAM PELAYANAN”
5. Tata Nilai
Tata nilai yang disepakati oleh seluruh karyawan Puskesmas ABC adalah:
Kami bangga dipercaya menjadi petugas yang bertanggung jawab dalam
memberikan pelayanan kepada masyarakat, oleh karena itu kami mempunyai
tata nilai:
1. CEPAT : Cepat dalam bertindak
2. EFISIEN : Efisien dalam memanfaatkan sumberdaya dan sumber
dana yang ada;
3. RESPONSIF : Peka dalam menanggapi masalah kesehatan
masyarakat
4. DISIPLIN : Disiplin dalam menjalankan tugas
5. AKUNTABEL : Mempertanggungjawabkan setiap pekerjaan yang
dilakukan.
6. SOPAN : Sopan dalam memberikan pelayanan

6
BAB IV

STRUKTUR ORGANISASI PUSKESMAS

7
BAB V

STRUKTUR ORGANISASI TIM MANAJEMEN RISIKO

No Jabatan Nama Keterangan

1. Ketua AINI ULFAH Bidan

2. Sekertaris ULIN NIKMAH Bidan

3. Anggota AIDA FIRIANI Bidan

SRI ANTIK Bidan

TAUFIQURROHMAN Ka.Rekam medik

8
BAB VI

TUGAS, TANGGUNG JAWAB DAN WEWENANG

A. TugasTim Manajemen Risiko


1. Mengembangkan mekanisme identifikasi risiko seperti laporan insiden,
rujukan staf,tinjauan rekam medik, tinjauan keluhan pasien.
2. Mengembangkan dan memelihara hubungan kolaborasi dengan unit
layanan terkait seperti: manajemen mutu, kepelayanan, staf medis dan
kontrol infeksi.
3. Mengembangkan statistik dan laporan kualitatif, trend dan pola
manajemen risiko
4. Mengembangkan aturan dan prosedur di area yang rentan terjadi risiko
seperti informed consent, kerahasiaan dan penanganan kejadian
sentinel.
B. Fungsi Tim Manajemen Risiko
1. Untuk mengurangi mortality dan morbidity, dengan memperbaiki
pelayanan kepada pasien, melalui identifikasi dan analisa, untuk
mengurangi risiko yang dapat mencegah pasien dari cedera atau
kecacatan terkait keselamatan pasien.
2. Untuk meningkatkan pelayanan pasien dengan mencegah
penyimpangan hasil, melalui pendekatan sistematis, terkoordinasi dan
berkesinambungan untuk meningkatkan keselamatan pasien.
3. Untuk melindungi orang dan asset serta keuangan Puskesmas akibat
kehilangan karena terjadinya insiden, akibat manajemen yang tidak
efektif, dengan meningkatkan perbaikan berkesinambungan pada
proses pelayanan pasien melalui lingkungan yang diciptakan dengan
aman.

C. WEWENANG

1. Dinas Kesehatan Kabupaten …….. selaku pemilik puskesmas : memiliki


tanggung-jawab utama menjamin penyediaan lingkungan yang aman
untuk memberikan pelayanan kesehatan. Dinas Kesehatan Kabupaten
XYZ mendelegasikan kewenangan kepada Kepala Puskesmas ABC
untuk membentuk organisasi manajemen risiko yang komprehensif dan
berperan secara luas.

9
2. Satuan tugas manajemen risiko bertanggung jawab mengkoordinasikan
kegiatan manajemen risiko dengan Kepala Puskesmas , semua anggota
staf medis, semua pegawai dan dengan pihak luar Puskesmas .

10
BAB VII

TATA HUBUNGAN KERJA

1. PROGRAM MANAJEMEN RISIKO

Program manajemen risiko dirancang untuk mengidentifikasi, menilai,


mencegah dan mengontrol kerugian yang timbul akibat cedera pada
pegawai, kewajiban pembayaran hutang, properti, kepatuhan terhadap
peraturan dan kerugian lain yang timbul dalam proses kegiatan.

Program manajemen risiko mencakup pencegahan kehilangan,


kontrol dan kegiatan peningkatan mutu berkesinambungan. Upaya tim untuk
melaksanakan program manajemen risiko mencakup dokter, administrator,
manajemen, pengawas dan karyawan front line untuk mengidentifikasi,
meninjau, mengevaluasi dan pengendalian risiko yang mengganggu mutu
pelayanan pasien, keselamatan. Layanan diberikan untuk melakukan
tindakan korektif dan pencegahan tepat yang diperlukan.

A. Cakupan/ ruang lingkup manajemen risiko:

1. Terkait dengan pelayanan pasien

2. Terkait dengan staf medis

3. Terkait dengan karyawan

4. Terkait dengan property

5. Keuangan

6. Lain – lain

B. .Risiko terkait pelayanan pasien:

1. Berhubungan langsung dengan pelayanan pasien.


2. Konsekuensi hasil pengobatan yang tidak sesuai dengan yang diharapkan.

3. -Kerahasiaan dan pemberian informasi yang sesuai.

4. -Perlindungan dari pelecehan, kelalaian dan serangan

5. -Pasien diberitahu tentang risiko


11
6. -Pengobatan yang non diskriminatif.

7. -Perlindungan barang berharga pasien dari kerugian atau kerusakan

B. Risiko terkait staf medis.

1. Apakah telah dilakukan kredensial terhadap staf medis ?

2. Apakah tindakan medis dilakukan sesuai kompetensi dan prosedur baku ?

3. Apakah pasien dikelola dengan benar?

4. Apakah staf yang kita miliki telah cukup dilatih?

C. Risiko terkait pegawai.

1. Menjaga lingkungan yang aman.

2. Kebijakan kesehatan pegawai.

D. Risiko terkait property.

1. Melindungi aset dari kerugian akibat kebakaran, banjir, dll


2. Catatan rekam medik pasien non-elektronik , dan catatan keuangan,
dilindungi dari kerusakan atau perusakan.

3. Ikatan kerja sama dan asuransi untuk melindungi fasilitas dari kerugian

E. Risiko lain-lain:

1. Manajemen bahan puskesmas ABC lainnya: kimia, radioaktif, bahan


biologis menular, manajemen limbah.

2. Risiko terkait hukum dan peraturan

12
2. PROSES MANAJEMEN RISIKO

Manajemen risiko adalah proses yang berkesinambungan dan


berkelanjutan. Risiko mungkin terpapar kepada pasien, staf, pengunjung
dan organisasi yang terus-menerus berubah dan harus diidentifikasi.

Program manajemen risiko menggunakan 5 tahapan proses yaitu:

1.Tetapkan konteks.

2.Identifikasi risiko.

3.Analisis risiko.

4.Evaluasi risiko.
 
5.Kelola risiko.  
13
RISK MANAGEMENT PROCESS

1. TAHAP 1: TETAPKAN KONTEKS.

Pada tahapan ini:

a) Identifikasi dan pahami kegiatan operasional di lingkungan Puskesmas dan


strategi program manajemen risiko layanan kesehatan yang efektif.
b) Tetapkan parameter organisasi dan lingkungan di mana proses manajemen
risiko harus ditempatkan, tujuan dari aktivitas risiko dan konsekuensi
potensial yang dapat timbul dari pengaruh internal dan eksternal.

c) Tujuan, sasaran, strategi, ruang lingkup, dan parameter kegiatan, atau


bagian dari organisasi Puskesmas dimana proses manajemen risiko
sedang diterapkan, harus ditetapkan. Proses harus dipertimbangkan
dengan seksama sesuai kebutuhan untuk menyeimbangkan biaya, manfaat
dan peluang. Perlu ditentukan pula kebutuhan sumberdaya dan catatan
yang harus didokumentasikan dan dipelihara.

d) Ketika menentukan ruang lingkup program manajemen risiko secara


mendalam, harus dipertimbangkan apakah proses manajemen risiko
mencakup pelayanan yang banyak masalah, atau terbatas pada area
praktik klinis spesifiik, unit pelayanan, fungsi, atau area proyek.

2. TAHAP 2: IDENTIFIKASI RISIKO.

a) Identifikasi risiko internal dan eksternal yang dapat menimbulkan ancaman


sistem kesehatan, organisasi Puskesmas , unit pelayanan Puskesmas ,
atau pasien.
b) Identifikasi risiko komprehensif sangat penting dan harus dikelola
menggunakan proses sistematis yang terstruktur dengan baik, karena
14
potensi risiko yang tidak diidentifikasi pada tahap ini akan dikecualikan dari
analisis dan pelayanan lebih lanjut. Semua materi risiko harus diidentifikasi,
apakah mereka berada di bawah kontrol organisasi manajemen risiko.

c) Dari waktu ke waktu, semua risiko yang signifikan di tingkat nasional (sistem
kesehatan), tingkat Puskesmas , unit pelayanan atau tingkat tim harus
diidentifikasi, dinilai, dikelola dan dipantau. Untuk memulai proses, perlu
dilakukan identifikasi dan penentuan prioritas risiko pelayanan kesehatan
internal dan eksternal yang dapat menimbulkan ancaman.

d) Identifikasi risiko memerlukan pemahaman yang mendalam dari para


eksekutif layanan kesehatan terhadap komponen-komponen berikut:

1. sumber risiko atau bahaya yang berpotensi menimbulkan kerugian.

2. .Insiden yang terjadi dan dampaknya pada Puskesmas atau


stakeholder internal / eksternal.

3. .Identifikasi konsekuensi, hasil dan dampak klinis risiko atau insidendi


Puskesmas atau pihak-pihak yang berkepentingan dengan pelayanan
Puskesmas.

4. Faktor kontributor (apa dan mengapa) terhadap terjadinya risiko klinis


atau bahaya dan insiden yang terjadi.

5. Kapan dan di mana risiko klinis atau bahaya dapat terjadi.

e) Identifikasi adalah elemen yang penting dalam manajemen risiko karena


risiko tidak akan efektif ditangani bila tidak dilakukan identifikasi. Satuan
tugas manajemen risiko dapat menggunakan berbagai informasi untuk
mengidentifikasi potensi risiko. Identifikasi risiko dapat dilakukan secara
reaktif dan proaktif. Beberapa sumber informasi untuk identifikasi risiko yang
dapat dipakai seperti:

1. -Daftar keluhan pasien,

2. -Hasil survei kepuasan,

3. -Diskusi dengan pimpinan unit layanan serta staf dan mitra kerja,

4. -Laporan insiden.

3. TAHAP 3: ANALISIS RISIKO.


15
Tahap analisis dilakukan setelah tahap identifikasi.

Organisasi manajemen risiko harus melakukan analisa secara


sistematis terhadap system kesehatan, organisasi Puskesmas , unit
pelayanan dan semua unit layanan, untuk memahami risiko, mengidentifikasi
tugas agar dapat menentukan tindakan lebih lanjut.

Perlu proses sistematis untuk memahami sifat risiko dan


menyimpulkan tingkat risiko, memisahkan risiko kecil yang dapat diterima
serta risiko besar, serta menyediakan data untuk membantu evaluasi dan
pelayanan.

Pada umumnya risiko yang berpotensi menyebabkan kerugian


keuangan akan menjadi prioritas intervensi. Makin besar kerugian yang
akan terjadi, makin segera tindakan harus dilakukan. Analisis dilakukan
dengan melakukan risk grading/ tingkatan risiko untuk menentukan
keparahan dari tiap risiko dengan cara memeriksa kecenderungan
terjadinya risiko dan akibatnya bila hal ini terjadi.

Analisis risiko harus mempertimbangkan bahwa telah ada kontrol


atas risiko saat ini, termasuk kemungkinan keparahan apabila risiko
tersebut muncul menjadi sebuah insiden (risiko yang potensial menjadi
insiden), dan kemungkinan terjadinya insiden.

Penilaian dan rangking risiko dilakukan menggunakan kategori


kemungkinan dan konsekuensi.

16
17
18
MATRIKS GRADING RISIKO
Probabilitas/ Frekuensi Kejadian
Level Frekuensi Kejadian Aktual
1 Sangat jarang Dapat terjadi dalam lebih dari 5 tahun
2 Jarang Dapat terjadi dalam 2-5 tahun
3 Mungkin Dapat terjadi tiap 1-2 tahun
4 Sering Dapat terjadi beberapa kali dalam setahun
5 Sangat sering Terjadi dalam minggu/ bulan

Keterangan warna (tindak lanjut yang dilakukan):


1 Pita biru: Dapat diatasi dengan prosedur rutin, dilakukan Investigasi
sederhana
2 Pita hijau: Manajer/ pimpinan klinik harus menilai dampak terhadap biaya
mengatasi
3 risiko dengan supervisi dan dilakukan Investigasi sederhana.
4 Pita kuning: Dilakukan RCA dan dimonitoring oleh Ketua Tim PMKP
5 Pita merah: Dilaporkan segera ke Kepala Puskesmas dan lakukan RCA

4. TAHAP 4: EVALUASI DAN RANGKING RISIKO.


Mengevaluasi risiko dan membandingkan kriteria risiko yang diterima
untuk dikembangkan dalam daftar prioritas risiko yang akan ditindak lanjuti.
Melakukan evaluasi risiko dan prioritas risiko dengan cara membandingkan
tingkat risiko yang ditemukan selama analisis dengan kriteria risiko yang
ditentukan sebelumnya, dan mengembangkan daftar prioritas risiko untuk
menentukan tindak lanjut.
Saat menyusun evaluasi kriteria layanan kesehatan, harus dilakukan
identifikasi untuk menentukan tingkat risiko secara internal maupun
eksternal yang siap diterima puskesmas.
Kriteria risiko digunakan untuk menilai dan menentukan peringkat risiko,
yang menunjukkan bahwa bila risiko diterima puskesmas, maka harus
berhasil dilaksanakan.
Dalam mengevaluasi kriteria risiko mungkin dipengaruhi oleh persepsi
internal, eksternal dan persyaratan hukum.Penentuan kriteria sejak awal
merupakan hal yang sangat penting.

19
5. TAHAP 5: PENGELOLAAN RISIKO.
Bila memungkinkan paparan risiko perlu dieliminasi. Contohnya
memperbaiki alat yang rusak, memberikan pendidikan pada staf medis yang
belum mendapatkan edukasi tentang prosedur pengoperasian alat. Bila
risiko tidak dapat dieliminasi, maka perlu dicari teknik lain untuk
menurunkan risiko kerugian.
Setelah dilakukan identifikasi dan analisa risiko, maka satuan tugas
manajemen risiko harus menangani dan mengendalikan risiko tersebut.
Ada dua pendekatan dasar:
1. Mengendalikan risiko (risk control).
Risiko sedapat mungkin dihindari karena puskesmas tidak berani
mengambil risiko dengan metode berikut.
2. Menghindari risiko (risk avoidance),
Adalah menghindarkan harta, orang atau kegiatan dari pajanan terhadap
risiko dengan cara:
3. Menolak risiko atau menerima dan melaksanakan suatu kegiatan
walaupun hanyauntuk sementara
4. Meninjau kembali risiko yang telanjur diterima atau segera
menghentikan kegiatan itu begitu diketahui mengandung risiko.
5. Mengendalikan kerugian dengan mencegah dan mengurangi
kemungkinan terjadinya insiden yang menimbulkan kerugian dengan
cara :
6. Mengurangi kemungkinan terjadinya kerugian
7. Menanggung risiko (risk retention). Risiko diterima dan ditangani sendiri
oleh puskesmas. Artinya puskesmas mentolerir terjadinya kerugian
untuk mencegah terganggunya kegiatan operasional puskesmas dengan
menyediakan sejumlah dana untuk menanggulanginya

20
BAB IX

KEGIATAN ORIENTASI

Kegiatan orientasi dilakukan terhadap semua pegawai baik pegawai yang


baru maupun lama, dengan ketentuan sebagai berikut;

1. Orientasi pegawai baru

Orientasi pegawai baru dilakukan terhadap pegawai yang baru


diangkat yang berasal dari Puskesmas Klenang maupun dari luar. Juga
orientasi dilakukan terhadap pegawai yang baru dipindahkan dari
puskesmas lain ke Puskesmas ABC. Lama orientasi dilakukan terhadap
pegawai baru selama 7 hari dengan ketentuan :

a. hari pertama dilakukan orientasi oleh Kepala Puskesmas dengan


menjelaskan hal-hal strategis berupa Visi,Misi,Tujuan,Tata Nilai dan
Peran Puskesmas.

b. Orientasi hari ke dua dilakukan oleh Kepala bagian Tata usaha dengan
materi yang diberikan adalah terkait dengan hal-hal kepegawaian, Tata
Tertip Kedisiplinan serta Hak dan Kewajiban Pegawai.

c. Orientasi hari ke tiga dan Ketujuh dilakukan oleh unit /program masing-
masing sesuai dengan bidan tugas pelaksana yang dilakukan orientasi.

2. Orientasi pegawai lama

Orientasi pegawai lama dilakukan kepada seluruh pegawai yang


telah bekerja di Puskesmas ABC yang mendapatkan perubahan atau tugas
tambahan sebagai pelaksana dan penaggung jawab yang baru.

Orientasi dilakukan selama tiga hari yaitu terhadap program/unit


sesuai dengan bidang tugas pelaksana /penaggung jawab yang
bersangkutan .

21
BAB X

PERTEMUAN DAN EVALUASI

Memantau dan meninjau risiko yang sedang berjalan, penting untuk


memastikan bahwa rencana organisasi manajemen risiko puskesmas tetap
relevan. Mengingat bahwa banyak faktor yang dapat mempengaruhi perubahan
“kemungkinan dan dampak risiko” setiap saat, maka manajemen risiko harus
melakukan pemantauan berulang kali, serta meninjau kembali setiap langkah
dalam proses manajemen risiko.
Penentuan prioritas risiko dan perencanaan kegiatan, memperhitungkan
laporan insiden internal, informasi audit, keluhan dan isu-isu perorangan, serta
persyaratan dan panduan tingkat nasional.
Pimpinan unit layanan secara sistematis harus menyusun prioritas risiko
menurut keparahan risiko (sesuai warna/ bands risiko), dan melakukan kontrol di
tingkat unit layanan. Tindak lanjut dilakukan oleh manajer level tertentu tergantung
tingkat keparahan risiko (sesuai warna/ bands risiko).
Tujuan utama pemantauan adalah:
1. Untuk mengembangkan sebuah daftar risiko (risk register) secara
komprehensif yang diprioritaskan untuk membuat rencana tindakan
terhadap risiko yang signifikan dan moderat.
2. Untuk mengembangkan daftar risiko internal dan rencana kegiatan
untuk semua unit layanan.
3. Untuk mengembangkan profil utama risiko dan risiko signifikan yang
mungkin timbul dari kegiatan puskesmas serta untuk menganalisis risiko
yang berdampak terhadap keuangan, kemungkinan risiko yang mungkin
muncul menjadi insiden dan kemungkinan untuk mengontrol.

22
BAB XI

PELAPORAN

Laporan Insiden adalah laporan secara tertulis setiap keadaan yang


tidak konsisten dengan kegiatan/ prosedur rutin yang berlangsung di
puskesmas terutama untuk pelayanan kepada pasien. Saat ini laporan
insiden diwajibkan bagi setiap RS dan puskesmas seperti tercantum dalam
UU RS no 44 tahun 2009 pasal 43 dan Standar Akreditasi RS - KARS.
Secara umum maksud laporan insiden adalah untuk mengingatkan kepada
manajemen risiko bahwa ada keadaan yang mengancam terjadinya klaim.
Identifikasi akan membantu langkah langkah yang akan diambil puskesmas
terhadap risiko tersebut.
Tujuan umum laporan insiden (KKP Puskesmas):
Menurunnya Insiden Keselamatan Pasien (KTD, KTC, KNC) dan Kondisi
Potensial cedera (KPC) untuk meningkatkan mutu pelayanan dan
keselamatan pasien.
Tujuan Khusus Laporan Insiden (KKP Puskesmas) :
1) Puskesmas (Internal)
a. Terlaksananya sistem pelaporan dan pencatatan insiden di
Puskesmas
b. Diketahui penyebab insiden sampai pada akar masalah
c. Pembelajaran dan perbaikan asuhan kepada pasien untuk mencegah
kejadian yang sama terulang kembali
2) KKP-RS (Eksternal)
a. Diperolehnya data peta nasional angka insiden
b. Pembelajaran untuk meningkatkan mutu pelayanan dan keselamatan
pasien bagi puskesmas lain.
c. Ditetapkannya langkah2 praktis.

23
3) Laporan insiden terdiri dari :
a. Laporan insiden RS (Internal): Pelaporan secara tertulis setiap
kondisi potensial cedera dan insiden yang menimpa pasien,
keluarga, pengunjung, maupun karyawan yang terjadi di puskesmas.
b. Laporan insiden keselamatan pasien eksternal: Pelaporan secara
anonim dan tertulis ke KKP-RS setiap kondisi potensial cedera dan
insiden keselamatan pasien, dan telah dilakukan analisa penyebab,
rekomendasi, dan solusinya.

Mengetahui Probolinggo, 12 Januari 2017


KEPALA PUSKESMAS KLENANG KIDUL TIM AUDIT MANAJEMEN RESIKO

SUMISIH
AINI ULFAH

24

Anda mungkin juga menyukai