Bekti Setiya Budi Tugas AKT INTERNASIONAL 4
Bekti Setiya Budi Tugas AKT INTERNASIONAL 4
A. PENGAKUAN AWAL
PSAK 58 (revisi 2009) mengatur bahwa suatu aset tidak lancar harus diklasifikasikan
sebagai aset tidak lancar yang dimiliki untuk dijual, ketika entitas tidak akan menggunakan
aset tersebut dalam kegiatan operasi berkelanjutan, namun berniat untuk menjualnya dan
memulihkan nilai aset tersebut melalui aset tersebut melalui penjualan. Untuk dapat
diklasifikan sebagai dimiliki untuk dijual, aset harus memenuhi dua syarat, yaitu sebagai
berikut.
1. Berada dalam keadaan dapat dijual
Artinya aset ini sudah dalam kondisi siap dijual dengan syarat – syarat yang biasa dan
umum diperlukan dalam penjualan aset tersebut. Misalnya, suatu entitas yang telah
mendapatkan pembeli,bermaksud mengalihkan gedung kepada pembeli setelah
menggosongkan gedung tersebut. Waktu yang diperlukan untuk menggosongkan
gedung merupakan hal umum dan biasa yang disyaratkan dalam suatu penjualan
gedung.
2. Penjualannya harus sangat mungkin terjadi
Penjualan dikatakan sangat mungkin terjadi, jika:
Manajemen berkomitmen terhadap rencana penjualan aset
Memulai suatu program aktif untuk mencari pembeli dan menyelesaikan rencana
tersebut
Aset harus dipasarkan secara aktif pada harga yang pantas sesuai dengan nilai
wajar kininya
Penjualan diperkirakan memenuhi ketentuan pengakuan sebagai penjualan dalam
waktu satu tahun dari tanggal klasifikasi aset
Tidak mungkin terjadi perubahan signifikan atau pembatalan atas rencana
penjualan Kondisi yang harus tercapai agar termasuk ke dalam kriteria penjualan
yang sangat mungkin terjadi yaitu penjualannya harus diharapkan dapat terjadi
paling lambat dalam 1 (satu) tahun ke depan.
B. PENGUKURAN
Sebelum suatu aset tidak lancar di klasifikasikan sebagai aset tidak lancar yang di miliki
untuk di jual, nilai tercatat aset tersebut diukur seduai dengan PSAK terkait, misalnya
aset tetap, berarti diukur sesuai PSAK 16 Aset Tetap. Pada saat aset tersebut
diklasifikasikan menjadi aset tidak lancar yang dimiliki untuk dijual, aset tersebut diukur
pada nilai yang lebih rendah antara nilai tercatat atau nilai wajar neto. Nilai tercatat
adalah nilai terakhir yang diakui pada laporan posisi keuangan. Nilai wajar neto adalah
nilai wajar di kurangi biaya untuk menjual. Biaya untuk menjual adalah biaya yang akan
terjadi ketika entitas melepas asetnya. Sebagai contoh, PT Ciliwung Persada membeli
mesin yang diakui sebagai aset tetap pada 1 Januari 2008 pada biaya perolehan Rp
100.000.000. Aset ini diestimasi akan mempunyai nilai residu Rp 10.000.000 dan masa
manfaat 10 tahun. Pada tanggal 1 Januari 2011 aset tersebut di klasifikasikan sebagai
dimiliki untuk dijual. Nilai wajarnya Rp 60.000.000 dan di perkirakan akan
mengeluarkan biaya ongkos angkut ke tempat pembeli sebesar Rp 2.000.000. Pada
tanggal 1 Januari 2011, mesin tersebut diklasifikasikan sebagai aset tidak lancar yang
dimiliki untuk dijual dan diukur pada mana yang terendah antara nilai tercatat dengan
nilai wajar neto. Nilai tercatat aset = Rp 100.000.000-((Rp 100.000.000-Rp
10.000.000)x3/10))= Rp 73.000.000 Nilai wajar neto = Rp 60.000.000-Rp 2.000.000 =
Rp 58.000.000 Nilai yang harus diakui adalah yang lebih rendah, yaitu Rp 58.000.000.
Dengan demikian entitas harus mencatat rugi penurunan nilai untuk menurunkan nilai
tercatat ke nilai wajar netonya, yaitu sebesar Rp 73.000.000-Rp 58.000.000=Rp
15.000.000. Jurnalnya adalah sebagai berikut :
Rugi penurunan nilai Rp 15.000.000
Mesin Rp 15.000.000
Jurnal pengakuan rugi penurunan nilai juga dapat dikreditkan sebagai cadangan
penurunan nilai, tidak langsung mengurangi nilai aset.
Kemudian entitas juga membuat jurnal reklasifikasi aset sebagai berikut : Mesin dimiliki
untuk dijual Rp 58.000.000
Mesin Rp 58.000.000
Sekarang, jika diasumsikan nilai wajar neto adalah Rp 75.000.000, maka nilai yang lebih
rendah adalah nilai tercatat aset sebesar Rp 73.000.000. Dengan demikian, entitas tidak
perlu mengakui rugi penurunan nilai, namun tetap perlu membuat jurnal reklasifikasi ke
aset tersedia untuk di jual.
C. PENGUKURAN SELANJUTNYA
Sebagai ilustrasi, masih melanjutkan ilustrasi sebelumnya pada PT Ciliwung Persada,
misalnya pada tanggal 31 Januari, akhir periode pelaporan bulanan, nilai wajar neto
mesin menjadi Rp 55.000.000, maka entitas membuat jurnal penyesuaian pada 31 Januari
2011 sebagai berikut :
Rugi penurunan nilai Rp 3.000.000
Mesin dimiliki untuk dijual Rp 3.000.000
Selanjutnya jika pada 30 Juni 2011, nilai wajar neto aset tersebut mengalami kenaikan
menjadi sebesar Rp 57.000.000, dan diasumsikan antara 31 Januari 2011 sampai 30 Juni
2011 tidak terdapat perubahan nilai, maka PT Ciliwung Persada harus membuat jurnal
penyesuaian pada 30 Juni 2011, sebagai berikut :
Mesin dimiliki untuk dijual Rp 2.000.000
Keuntungan dari pemulihan rugi penurunan nilai Rp 2.000.000
Entitas dapat mengakui keuntungan dari pemulihan rugi penurunan nilai karena
pemulihan tersebut masih belum melampaui akumulasi rugi penurunan nilai yang telah
diakui sebelumnya atas nilai aset pada awal klasifikasi sebesar Rp 58.000.000.
klasifikasi sebesar Rp 58.000.000.
D. ASET TIDAK LANCAR YANG DIUKUR MENGGUNAKAN MODEL
REVALUASI
Ketika Perusahaan menggunakan model revaluasi dalam mengukur aset tidak lancar yang
kemudian diklasifikasi sebagai aset dimiliki untuk dijual, maka aset tersebut harus
direvaluasi ke nilai wajarnya sesaat sebelum di reklasifikasi. Setelah reklasifikasi,
Sebagai contoh, PT ABC mempunyai aset tetap berupa tanah dan mengukur tanahnya
menggunakan model ravaluasi. Sebidang tanah tersebut mempunyai nilai tercatat sebesar
Rp 120.000.000. Tanah tersebut pada 1 Januari 2010 diklasifikasikan sebagai aset tidak
lancar dimiliki untuk dijual, dan diketahui nilai wajarnya sebesar Rp 140.000.000 dab
estimasi biaya menjual sebesar Rp 4.000.000. Aset tersebut terjual pada 30 Juni 2010
pada harga Rp 134.000.000. Pada tanggal 1 Januari 2010, tanah tersebuut harus
direvaluasi ke nilai wajarnya sebesar Rp140.000.000. Keuntungan Rp 20.000.000 diakui
sebagai surplus revaluasi pada pendapatan komprehensif lain. Selanjutnya tanah tersebut
diklasifikasikan sebagai aset tidak lancar dimiliki untuk dijual. Kemudian,biaya menjual
sebesar Rp 4.000.000 akan diakui di laba rugi periode berjalan sebagai rugi penurunan
nilai sehingga nilai tercatatnya menjadi Rp 136.000.000.
Pada saat penjualan tanggal 30 Juni 2010 terdapa rugi sebesar Rp 2.000.000 yang diakui
sebagai rugi pelepasan aset karena harga jual lebih rendah dari pada nilai tercatat ( Rp
136.000.000 – Rp 134.000.000). Pada saat ini surplus revaluasi telah terealisasi dan
ditransfer seluruhnya ke saldo laba