Anda di halaman 1dari 8

ASET TIDAK LANCAR DAN PENURUNAN NILAI ASET

A. PENGAKUAN AWAL
PSAK 58 (revisi 2009) mengatur bahwa suatu aset tidak lancar harus diklasifikasikan
sebagai aset tidak lancar yang dimiliki untuk dijual, ketika entitas tidak akan menggunakan
aset tersebut dalam kegiatan operasi berkelanjutan, namun berniat untuk menjualnya dan
memulihkan nilai aset tersebut melalui aset tersebut melalui penjualan. Untuk dapat
diklasifikan sebagai dimiliki untuk dijual, aset harus memenuhi dua syarat, yaitu sebagai
berikut.
1. Berada dalam keadaan dapat dijual
Artinya aset ini sudah dalam kondisi siap dijual dengan syarat – syarat yang biasa dan
umum diperlukan dalam penjualan aset tersebut. Misalnya, suatu entitas yang telah
mendapatkan pembeli,bermaksud mengalihkan gedung kepada pembeli setelah
menggosongkan gedung tersebut. Waktu yang diperlukan untuk menggosongkan
gedung merupakan hal umum dan biasa yang disyaratkan dalam suatu penjualan
gedung.
2. Penjualannya harus sangat mungkin terjadi
Penjualan dikatakan sangat mungkin terjadi, jika:
 Manajemen berkomitmen terhadap rencana penjualan aset
 Memulai suatu program aktif untuk mencari pembeli dan menyelesaikan rencana
tersebut
 Aset harus dipasarkan secara aktif pada harga yang pantas sesuai dengan nilai
wajar kininya
 Penjualan diperkirakan memenuhi ketentuan pengakuan sebagai penjualan dalam
waktu satu tahun dari tanggal klasifikasi aset
 Tidak mungkin terjadi perubahan signifikan atau pembatalan atas rencana
penjualan Kondisi yang harus tercapai agar termasuk ke dalam kriteria penjualan
yang sangat mungkin terjadi yaitu penjualannya harus diharapkan dapat terjadi
paling lambat dalam 1 (satu) tahun ke depan.

B. PENGUKURAN
Sebelum suatu aset tidak lancar di klasifikasikan sebagai aset tidak lancar yang di miliki
untuk di jual, nilai tercatat aset tersebut diukur seduai dengan PSAK terkait, misalnya
aset tetap, berarti diukur sesuai PSAK 16 Aset Tetap. Pada saat aset tersebut
diklasifikasikan menjadi aset tidak lancar yang dimiliki untuk dijual, aset tersebut diukur
pada nilai yang lebih rendah antara nilai tercatat atau nilai wajar neto. Nilai tercatat
adalah nilai terakhir yang diakui pada laporan posisi keuangan. Nilai wajar neto adalah
nilai wajar di kurangi biaya untuk menjual. Biaya untuk menjual adalah biaya yang akan
terjadi ketika entitas melepas asetnya. Sebagai contoh, PT Ciliwung Persada membeli
mesin yang diakui sebagai aset tetap pada 1 Januari 2008 pada biaya perolehan Rp
100.000.000. Aset ini diestimasi akan mempunyai nilai residu Rp 10.000.000 dan masa
manfaat 10 tahun. Pada tanggal 1 Januari 2011 aset tersebut di klasifikasikan sebagai
dimiliki untuk dijual. Nilai wajarnya Rp 60.000.000 dan di perkirakan akan
mengeluarkan biaya ongkos angkut ke tempat pembeli sebesar Rp 2.000.000. Pada
tanggal 1 Januari 2011, mesin tersebut diklasifikasikan sebagai aset tidak lancar yang
dimiliki untuk dijual dan diukur pada mana yang terendah antara nilai tercatat dengan
nilai wajar neto. Nilai tercatat aset = Rp 100.000.000-((Rp 100.000.000-Rp
10.000.000)x3/10))= Rp 73.000.000 Nilai wajar neto = Rp 60.000.000-Rp 2.000.000 =
Rp 58.000.000 Nilai yang harus diakui adalah yang lebih rendah, yaitu Rp 58.000.000.
Dengan demikian entitas harus mencatat rugi penurunan nilai untuk menurunkan nilai
tercatat ke nilai wajar netonya, yaitu sebesar Rp 73.000.000-Rp 58.000.000=Rp
15.000.000. Jurnalnya adalah sebagai berikut :
Rugi penurunan nilai Rp 15.000.000
Mesin Rp 15.000.000
Jurnal pengakuan rugi penurunan nilai juga dapat dikreditkan sebagai cadangan
penurunan nilai, tidak langsung mengurangi nilai aset.
Kemudian entitas juga membuat jurnal reklasifikasi aset sebagai berikut : Mesin dimiliki
untuk dijual Rp 58.000.000
Mesin Rp 58.000.000
Sekarang, jika diasumsikan nilai wajar neto adalah Rp 75.000.000, maka nilai yang lebih
rendah adalah nilai tercatat aset sebesar Rp 73.000.000. Dengan demikian, entitas tidak
perlu mengakui rugi penurunan nilai, namun tetap perlu membuat jurnal reklasifikasi ke
aset tersedia untuk di jual.

C. PENGUKURAN SELANJUTNYA
Sebagai ilustrasi, masih melanjutkan ilustrasi sebelumnya pada PT Ciliwung Persada,
misalnya pada tanggal 31 Januari, akhir periode pelaporan bulanan, nilai wajar neto
mesin menjadi Rp 55.000.000, maka entitas membuat jurnal penyesuaian pada 31 Januari
2011 sebagai berikut :
Rugi penurunan nilai Rp 3.000.000
Mesin dimiliki untuk dijual Rp 3.000.000
Selanjutnya jika pada 30 Juni 2011, nilai wajar neto aset tersebut mengalami kenaikan
menjadi sebesar Rp 57.000.000, dan diasumsikan antara 31 Januari 2011 sampai 30 Juni
2011 tidak terdapat perubahan nilai, maka PT Ciliwung Persada harus membuat jurnal
penyesuaian pada 30 Juni 2011, sebagai berikut :
Mesin dimiliki untuk dijual Rp 2.000.000
Keuntungan dari pemulihan rugi penurunan nilai Rp 2.000.000
Entitas dapat mengakui keuntungan dari pemulihan rugi penurunan nilai karena
pemulihan tersebut masih belum melampaui akumulasi rugi penurunan nilai yang telah
diakui sebelumnya atas nilai aset pada awal klasifikasi sebesar Rp 58.000.000.
klasifikasi sebesar Rp 58.000.000.
D. ASET TIDAK LANCAR YANG DIUKUR MENGGUNAKAN MODEL
REVALUASI
Ketika Perusahaan menggunakan model revaluasi dalam mengukur aset tidak lancar yang
kemudian diklasifikasi sebagai aset dimiliki untuk dijual, maka aset tersebut harus
direvaluasi ke nilai wajarnya sesaat sebelum di reklasifikasi. Setelah reklasifikasi,
Sebagai contoh, PT ABC mempunyai aset tetap berupa tanah dan mengukur tanahnya
menggunakan model ravaluasi. Sebidang tanah tersebut mempunyai nilai tercatat sebesar
Rp 120.000.000. Tanah tersebut pada 1 Januari 2010 diklasifikasikan sebagai aset tidak
lancar dimiliki untuk dijual, dan diketahui nilai wajarnya sebesar Rp 140.000.000 dab
estimasi biaya menjual sebesar Rp 4.000.000. Aset tersebut terjual pada 30 Juni 2010
pada harga Rp 134.000.000. Pada tanggal 1 Januari 2010, tanah tersebuut harus
direvaluasi ke nilai wajarnya sebesar Rp140.000.000. Keuntungan Rp 20.000.000 diakui
sebagai surplus revaluasi pada pendapatan komprehensif lain. Selanjutnya tanah tersebut
diklasifikasikan sebagai aset tidak lancar dimiliki untuk dijual. Kemudian,biaya menjual
sebesar Rp 4.000.000 akan diakui di laba rugi periode berjalan sebagai rugi penurunan
nilai sehingga nilai tercatatnya menjadi Rp 136.000.000.
Pada saat penjualan tanggal 30 Juni 2010 terdapa rugi sebesar Rp 2.000.000 yang diakui
sebagai rugi pelepasan aset karena harga jual lebih rendah dari pada nilai tercatat ( Rp
136.000.000 – Rp 134.000.000). Pada saat ini surplus revaluasi telah terealisasi dan
ditransfer seluruhnya ke saldo laba

E. PENGHENTIAN PENGAKUAN DAN PERUBAHAN RENCANA


Aset tidak lancar yang dihentikan pengklasifikasiannya sebagai dimiliki untuk dijual,
maka selanjutnya harus diukur pada nilai yang lebih rendah antara :
1. Nilai tercatat aset tersebut sebelum aset diklasifikasi sebagai dimiliki untuk dijual,
disesuaikan dengan penyusutan , amortisasi atau penilaian kembali yang telah diakui
jika tersebut tidak diklasifikasikan sebagai dimiliki untuk dijual,atau Nilai terpulihkan
pada saat tangga keputusan untuk tidak dijual.
Misalnya diketahui bahwa nilai terpulihkan aset Rp 57.000.000, sama dengan nilai
tercatat aset saat ini pada 31 Desember 2011 sebelum penyesuaian adalah Rp
57.000.000. Nilai tercatat aset jika tidak diklasifikasikan sebagai aset tersedia dijual
dapat dihitung = Rp 100.000.000 – (Rp 100.000.000 – Rp 10.000.000) x 4/10))= Rp
64.000.000. Nilai yang lebih rendah adalah nilai terpulihkan sebesar Rp57.000.000
akan digunakan sebagai nilai aset pada 31 Desember 2011.Dengan demikian , tidak
ada jurnal penyesuaian atas nilai tercatat yang perlu dibuat pada 31 Desember 2011,
kecuali jurnal reklasifikasi sebagai berikut. Mesin Rp 57.000.0000

F. DEFINISI PENURUNAN NILAI


Penurunan nilai dari asset merupakan suatu kondisi di mana nilai tercatat asset
(carrying amount ) melebihi jumlah terpulihkan (recoverable amount) .
1. Perbedaan dengan IFRS
PSAK 48 penurunan nilai aset telah megadopsi seluruh pengaturan dalam IAS 36
impairment of assets per fektif 1 januari 2014, kecuali:
a. IAS 36 paragraf 2 (g) tentang ruang lingkup.
b. IAS 36 paragraf 4 (a) tentang ruang lingkup yang mencakup entitas anak
c. IAS 36 paragraf 5 tengtang ruang lingkup.
d. IAS 36 paragraf 12 (h) tentang sumber informasi penurunan nilai atas
entitas anak, entitas asosiasi dan pengendalian bersama entitas
e. IAS 36 paragraf 12 (h) (i) tentang sumber informasi penurunan nilai dalam
laporan keuangan tersendiri tidak diadopsi
f. IAS 36 paragraf 139 tentang tanggal efektif dan ketentuan transisi.
g. IAS 36 paragraf 140 – 140 D tentang tanggal efektif dan ketentuan transisi
tidak diadopsi karena tidak relevan.
h. IAS 36 paragraf 140 E – 140 J tentang tanggal efektif dan ketentuan
transisi.
i. IAS 36 paragraf 140 E tentang tanggal efektif dan ketentuan transisi.
j. IAS 36 apendik B tentang amandemen terhadap PSAK 16: asset tetap tidak
diadopsi karena tidak relevan.
2. Ruang lingkup
Pernyataan ini diterapkan untuk akuntansi penurunan nilai seluruh aset, kecuali:
a. Persediaan (PSAK 14: Persediaan);
b. Aset yang timbul dari kontrak konstruksi (PSAK 34: Kontrak Konstruksi);
c. Aset pajak tangguhan (PSAK 46: Pajak Pengahsilan);
d. Aset yang timbul dari imbalan kerja (PSAK 24: Imbalan Kerja);
e. Aset keuangan yang termasuk dalam ruang limgkup PSAK 55:
Instruen Keuangan: Pengakuan dan Pengukuran;
f. Properti investasi yang diukur pada nilai wajar (PSAK:Properti Investasi)
g. Biaya akuisisi tangguhan dan aset tak berwujud yang timbul dari hak
kontraktual asuradur berdasarkan kontrak asuransi yang termasuk dalam
ruang lingkup PSAK 62: Kontrak Asuransi;
h. Aset tidak lancar (atau kelompok lepasan) yang diklafisikasikan sebagai
dimiliki untuk dijual sesuai dengan PSAK 58: Aset tidak Lancar yang
Dimiliki untuk Dijual dan Operasi yang Dihentikan.
3. Identifikasi Aset Yang Mengalami Penurunan Nilai
Pada setiap akhir periode pelaporan, entitas menilai apakah terdapat indikasi aset
mengalami penurunan nilai. Jika terdapat indikasi tersebut, maka entitas
mengestimasi jumlah terpulihkan aset tersebut. Terlepas apakah terdapat indikasi
penurunan nilai, entitas juga:
a. Menguji penurunan aset tak berwujud dengan masa manfaat tak
terbatas atau aset tak berwujud yang belum dapat digunakan, secara tahunan,
dengan membandingkan jumlah tercatatnya dengan jumlah terpulihkannya.
Pengujian penurunan nilai ini dapat dilakukan kapan saja dalam suatu periode
tahunan asalkan dilakukan pada saat yang sama setiap tahunnya
b. Menguji penurunan nilai goodwill yang diperoleh dalam kombinasi bisnis
secara tahunan.Perusahaan dapat mengindikasi terjadinya penurunan nilai.

G. PENGUKURAN JUMLAH TERPULIHKAN


1. Pengukuran Jumlah Terpulihkan Aset Takberwujud dengan Manfaat Umur
Takterbatas aset takberwujud dengan masa manfaat takterbatas diuji penurunan
nilainya setiap tahun dengan mebandingkan jumlah tercatatnya dengan jumlah
terpulihkannya.
2. Nilai wajar dikurangi biaya pelepasan.
Biaya pelepasan aset, selain dari biaya yang telah diakui sebagai liabilitas, adalah
pengurang dalam menukur nilai wajar dikurangi biaya pelepaasan.
3. Nilai pakai.
Elemen-elemen berikut, tercemindalam penghitungan nilai pakai aset:
 Estimasi arus kas masa depan yang diharapkan entitas akan diperoleh dari aset
Harapan tentang kemungkinan variasi dari jumlah atau waktu arus kas
masa depan tersebut;
 Nilai waktu uang, direspresentasikan oleh suku bunga pasar bebas resiko yang
berlaku;
 Harga untuk menanggung ketidakpastian yang mendekat pada aset; dan
 Faktor lain, seperti ketidaklikuiditasan, yang akan dipertimbangkan oleh pelaku
pasar dalam menilai arusk kas masa depan yang diharapakan entitas akan
diperoleh dari aset tersebut.

H. PENGAKUAN DAN PENGUKURAN RUGI PENURUNAN NILAI


Rugi penurunan nilai terjadi apabila jumlah terpulihkan aset lebih kecil dari pada jumlah
tercatatnya, maka jumlah tercatat tersebut diturunkan menjadi jumlah
terpulihkan. Rugi penurunan nilai segera diakui dalam laba rugi kecuali aset yang
dinyatakan dalam jumlah revaluasian sesuai dengan pernyataan lain.
1. Unit Penghasil Kas dan Goodwil
Unit Penghasil Kas (UPK) asset adalah kelompok terkecil dari asset yang termasuk
asset tersebut dan menghasilkan arus kas masuk yang independen dari asset atau
kelompok asset lain. Jika terdapat indikasi bahwa suatu asset turun nilainya, jumlah
terpulihkan diestimasi untuk asset individual. Jika tidak mungkin mengestimasi
jumlah terpulihkan asset individual, entitas menentukan nilai terpulihkan dari UPK
yang mana asset tercakup (asset dari unit penghasil kas).
2. Rugi Penurunan Nilai Unit Penghasil Kas
Rugi penurunan nilai diakui unit penghasil kas (kelompok terkecil dari unit penghasil
kas yang telah memperoleh alokasi goodwill atau aset korporat) jika, dan hanya
jika, jumlah terpulihkan dari unit tersebut (kelompok dari unit) lebih kecil dari
jumlah tercatatnya.

I. PEMBALIKAN RUGI PENURUNAN NILAI


Dalam menilai apakah terdapat indikasi bahwa rugi penurunan nilai yang telah
diakui atas aset (selain goodwill) pada periode sebelumnya mungkin tidak ada lagi atau
mungkin telah menurun, entitas mempertimbangkan minimal indikasi berikut ini:
Informasi dari sumber eksternal
a. Terdapat indikasi yang dapat diobservasi bahwa nilai aset meningkat
secara signifikan selama periode.
b. Perubahan signifikan yang berdampak menguntungkan bagi entitas
telah terjadi selama periode, atau akan terjadi dalam waktu dekat, dalam
hal teknologi, pasar, kondisi ekonomik maupun hukum tempat entitas
beroperasi ataupsartempat aset itu digunakan.
c. Suku bunga pasar atau tingkat imbal hasil pasar lain atas investasi telah
menurun selama periode tersebut, dan penurunan tersebut akan
mempengaruhi tingkat diskonto yang digunakan dalam menghitung nilai
pakai aset sehingga meningkatkan jumlah terpulihkan secara material.
Informasi dari sumber Internal
a. Perubahan yang siknifikan berdampak menguntungkan bagi entitas telah
terjadi selama periode, atau diharapkan akan terjadi dalam waktu dekat,
terkait bagaimana atau cara aset tersebut digunakan atau diperkirakan
untuk digunakan. Perubahan ini termasuk biaya yang timbul selama
periode untuk memperbaiki atau meningkatkan kinerja aset atau
merestrukrisasi operasi di tempat aset tersebut tercakup
b. Bukti terdia dari pelaporan internal yang mengidentifikasikan bahwa
kinerja ekonomik aset lebih baik atau akan lebih baik daripada yang
diperkirakan.
Macam macam pembalikan rugi
a. Pembalikan Rugi Penurunan Nilai Aset individual
Jumlah tercatat aset yang meningkat selain goodwill yang dapat ke
pembalikan rugi penurunan nilai, tidak boleh melebihi jumlah
tercatat (neto setelah amortisasi atau penyusutan) seandainya aset tidak
mengalami rugi penurunan nilai
b. Pembalikan Rugi Penurunan Nilai Unit Penghasil Kas
Pembalikan rugi penurunan nilai unit pengjasil kas dialokasikan pada
aset dari unit tersebut (kecuali untuk goodwill) secara prorata dengan
jumlah tercatat aset tersebut.
c. Pembalikan Rugi Penrunan Nilai Goodwill
Rugi penurunan nilai yang diakui atas goodwill tidak dapat dibalik pada
periode selanjutnya
J. PENGUNGKAPAN
Untuk setiap kelas aset, entitas mengungkapkan hal berikut ini:
1. Jumlah rugi penurunan nilai yang diakui dalam laba rugi selama periode dan pos
laporan laba rugi dan penghasilan komprehensif lain yang didalamnya tercakup rugi
penurunan nilai.
2. Jumlah pembalikan rugi penurunan nilai yang diakui dalam laba rugi selama
periode dan pos laporan laba rugi dan penghasilan komprehensif lain yang
didalamnya tercakup rugi penurunan nilai yang dibalik.
3. Jumlah rugi penurunan nilai atas aset revalusian yang diakui dalam penghasilan
komprehensif lain selama periode.
4. Jumlah pembalikan rugi penurunan nilai atas aset revalusian yang diakui dalam
penghasilan komprehensif lain selama periode.

Anda mungkin juga menyukai