Pada tahun matinya Uzia, raja Yehuda, Nabi Yesaya melihat suatu penglihatan spektakuler tentang
kemuliaan Tuhan.Ia melihat Tuhan dudk di tahta yang tinggi dan menjulang, dan ujung jubahNYA
memenuhi Bait Suci.
Yesaya juga melihat para Serafim, yakni para malaikat, berdiri di sebelah atasNYA.
Dan mereka berseru seorang kepada yang lain “ Kudus, kudus, kuduslah TUHAN semesta alam, seluruh
bumi penuh dengan kkemuilaan-Nya!” Maka bergoyanglah alas ambang pintu disebabkan leh suara para
Serafim tersebut, dan ruangan itu pun penuh dengann asap.
Mendapat penglihatan tentang kemuliaan dan kekudusan Tuhan yang spektakuler tersebut, Yesaya pun
menjadi takut. Ia menganggap dirinya celaka dan binasa, sebab dia telah melhat Tuhan, padahal tidak
ada seseorang manusia pun yang boleh melihat Tuhan.
Di sisi lain, Yesaya juga menyadari keberadaan dirinya yang tidak kudus, apalagi jika dibandingkan
dengan kekudusan Tuhan, seperti yang diserukan oleh para Serafim tersebut. Yesaya merasa dirinya
adalah seorang yang berdosa, orang yang najis bibir serta tinggal di antara orang-orang yang najis bibir
(Yesaya 6:1-7).
Tentu hal ini tidak berarti bahwa Tesaya adalah seorang yang jahat secara normal. Dia hanya menyadari
kekudusan Tuhan yang luar biasa seta membandingkannya dengan kekudusan dirinya sendiri.
Kesadaran Nabi Yesaya akan keberdosaannya adalah bentuk kerendahan hatinya di hadapan Tuhan.
Perlu diketahui bahwa ketika melihat penglihatan ini Yesaya sudah melayani sebagai nabi Tuhan. Sebab
ia sudah melayani pada masa pemerintahan raja Uzia (Yesaya 1:1) atau seelum Uzia meninggal.
Sementara penglihatan ini dilihatnya pada tahun kematian Uzia, atau Uzia meninggal (Yesaya 6:1).
Sebagai seorang nabi Tuhan, sudah pasti Yesaya dekat dengan Tuhan serta sering mendapat pesan
dariNYA untuk disampaikan kepada umat . Namun hal itu tidak membuatnya menjadi sombong rohani,
merasa lebih dekat denga Tuhan disbanding orang-orang lainnya.
Sebaliknya, Yesaya menyadari kelemahannya sebagai nabi, yang merasa belum mencapai level
kekudusan yang Tuhan inginkan.
Tetapi selama Saul masih hidup, Daud tidak bisa langsung merasakan kursi kerajaan, sekalipun ia telah di
urapi menjadi rasa Israel. sebab Saul belum mau turun tahta, sekalipun ia telah ditolak tuhan sebagai
raja umat nya, israel.
Sebaliknya, Daud menjadi hamba Saul di istana. Ia bermain kecapi setiap kali roh jahat menghinggapi
Saul, sebab sejak roh Allah undur dari Saul, roh jahat menghinggapinya, dan roh jahat itu keluar dari Saul
setiap kali Daud bermain kecapi (1 Samuel 16:14-23)
Bayangkan lah, seorang raja yang telah di urapi Tuhan masih bekerja sebagai pelayan dari raja yang telah
di lengserkannya
Tetapi Daud tidak pernah memprotes Tuhan mengapa ia tidak langsung duduk di tahta kerajaan Israel.
Dengan rendah hati ia menjalani hidup nya sebagai bawahan Saul, orang yang sebenarnya telah ia
gantikan posisinya sebagai raja israel
Kerendahan hati Daud juga terlihat dari sikap nya yang tidak mau membalas Saul sekali pun ada
kesempatan untuk itu. Daud tetap menghargai/menghormati Saul sebagai orang yang di urapi Tuhan,
sekali pun Saul sudah tuhan tolak (1 Samuel 24:7, 11; 26:9-11
Juga ketika Daud di kutuki oleh simei, bahkan melemparinya dengan batu, dan mengatainya secara
kasat, Daud tidak menghiraukannya, Daud malah melihat "suara Tuhan" dalam kata kata kutuk simei
tersebut
Dengan rendah hati Daud merespons cacian dan kritik simei (2 Samuel 16:5-13)
Yohanes baru saja mencelupkan Yesus ke dalam air Sungai Yordan. Demikianlah caranya seseorang
dibaptis. Pertama-tama, ia dicelupkan ke dalam air, dan kemudian dikeluarkan dari dalam air. Karena
begitulah yang dilakukan oleh Yohanes kepada orang banyak, maka ia disebut Yohanes Pembaptis.
Tetapi mengapa Yohanes membaptis Yesus?
Ya, Yohanes melakukannya karena Yesus datang dan meminta Yohanes membaptis dia. Yohanes
membaptis orang-orang yang ingin memperlihatkan bahwa mereka menyesal atas hal-hal buruk yang
mereka lakukan. Tapi apakah Yesus pernah melakukan sesuatu yang buruk sehingga ia perlu menyesal?
Tidak, tidak pernah, sebab Yesus Anak Allah dari surga. Jadi ia meminta Yohanes membaptis dia karena
alasan lain. Mari kita lihat alasan apa itu.
Sebelum Yesus menemui Yohanes di sini, tadinya ia bekerja sebagai tukang kayu. Tukang kayu membuat
barang-barang dari kayu, seperti meja dan kursi dan juga bangku. Yusuf suami Maria juga tukang kayu,
dan ia mengajar Yesus menjadi tukang kayu, Tetapi Yehuwa mengutus Putranya ke bumi bukan untuk
menjadi tukang kayu. Ada pekerjaan istimewa yang harus ia lakukan, dan waktunya telah tiba bagi Yesus
untuk mulai melakukannya. Jadi untuk memperlihatkan bahwa ia telah datang untuk melakukan
kehendak Bapanya, Yesus meminta Yohanes membaptis dia. Apakah Allah senang akan hal ini?
Ya, Allah senang, sebab setelah Yesus keluar dari air, suara dari surga mengatakan: ‘Inilah Putraku, yang
Aku perkenan.’ Juga, seakan-akan surga terbuka dan burung merpati ini turun atas Yesus. Tetapi itu
bukan burung merpati yang sungguh-sungguh. Hanya kelihatan saja seperti burung merpati.
Sesungguhnya itu adalah roh suci Allah.
Sekarang banyak yang harus dipikirkan oleh Yesus, maka ia pergi ke tempat yang sunyi selama 40 hari. Di
sana Setan datang kepadanya. Tiga kali Setan mencoba mempengaruhi Yesus untuk melakukan sesuatu
yang bertentangan dengan hukum-hukum Allah. Tetapi Yesus tidak mau melakukannya.
Setelah itu Yesus kembali dan bertemu dengan beberapa orang lelaki yang menjadi pengikutnya atau
murid-muridnya yang pertama. Beberapa dari mereka bernama Andreas, Petrus (juga dipanggil Simon),
Filipus dan Natanael (juga disebut Bartolomeus). Yesus bersama murid-murid yang baru ini berangkat
menuju distrik Galilea. Di Galilea mereka berhenti di kota kediaman Natanael yaitu Kana. Di sana Yesus
pergi ke pesta perkawinan yang besar, dan melakukan mujizatnya yang pertama. Tahukah kau mujizat
apa itu? Ia membuat air menjadi anggur.
Matius 3:13-17;
Kejadian 37 : 1 – 36
Yesus Kristus
Yesus adalah Tuhan, turun dari singgasanaNya di sorga dan datang ke bumi dengan cara berinkarnasi,
mengambil rupa seorang manusia dan tinggal di antara manusia (Yohanes 1:1,14).
Dia adalah Tuhan/Allah, yang pada hakekatnya setara dengan Allah Bapa, namun Ia rela mengosongkan
diriNya dan mengambil rupa seorang manusia/hamba agar bisa mati bagi dosa-dosa dunia (Filipi 2:5-8).
Ketika Yesus datang ke dunia, Ia lahir di kota kecil Betlehem, di dalam keluarga tukang kayu yang
sederhana, Yusuf dan Maria.
Jika Ia mau, sebenarnya Ia bisa saja memilih lahir di kota besar saat itu, seperti Yerusalem atau Roma,
atau lahir di keluarga kaya atau bangsawan, bukan di dalam keluarga tukang kayu yang sederhana.
Namun Ia tidak melakukannya, karena Ia mau merasakan penderitaan manusia.
Yesus rela meninggalkan istanaNya yang paling mewah di sorga dan rela datang ke bumi untuk melayani
dan berkorban bagi umatNya.
Dan dalam pelayananNya di bumi, Yesus lebih banyak menghabiskan waktuNya dengan orang-orang
sederhana. Sebagian besar dari murid-muridNya adalah orang sederhana, seperti nelayan.