Anda di halaman 1dari 134

BAB I

ERNESTINEWIEDENBACH

A. Pendahuluan
Wiedenbach adalah seorang nurse-midwife yang juga teoris di
bidang keperawatan. Ia berkualifikasi sebagai perawat pada tahun
1925, dan menjadi nurse-midwife pada tahun 1946. Salah satu karya
besarnya adalah kolaborasi dengan filsuf Dickoff dan James tahun
1960 ketika ia menjadi mahasiswa di Yale University School of
Nursing.
Ernestine Wiedenbach sudah pernah bekerja dalam suatu
proyek yang mempersiapkan persalinan berdasarkan teori Dr.
Grantley Dick Read. Wiedenbach mengembangkan teorinya secara
induktif berdasarkan pengalaman dan observasi dalam praktik.
Model Wiedenbach memenuhi kriteria kejelasan karena
konsep dan definisinya jelas, konsisten, dan dapat dimengerti.
Konsep utama dalam teori ini cenderung konkret dan tidak berobah,
misalnya kenyamanan, validasi, dan kebutuhan akan bantuan
(Aligood, M.R., 2014). Karena nyaman atau tidaknya pasien
tergantung pada persepsi pasien. Kekuatan deskriptif dari teori
tersebut tertahan oleh kurangnya kejelasan. Prinsip bantuan terbuka
untuk proposisi. Misalnya, ketika perawat mengamati inkonsistensi
dalam tindakan pasien, mereka menggunakan ketekunan dalam
mengidentifikasi kebutuhan bantuan dan menawarkan bantuan
(Aligood, M.R., 2014).
B. Biografi Wiedenbach
Ernestine Wiedenbach lahir pada tahun 1900 di Hamburg,
Jerman, dan keluarganya pindah ke New York pada tahun 1909. Ia
memperoleh gelar Bachelor of Arts dari Wellesley College pada
tahun 1922 dan lisensi Perawat Terdaftar dari John Hopkins School
of Nursing pada tahun 1925. Ia memperoleh gelar Master of Arts
dari Teachers College, Columbia University pada tahun
1934(Alligood, M.R., 2010; Wiedenbach, Ernestine, 1963).
Pada tahun 1946, Wiedenbach memperoleh sertifikat perawat-
kebidanan dari Sekolah Asosiasi Pusat Bersalin untuk Perawat-Bidan

~1~
di New York, dan mengajar di sana sampai tahun 1951. Pada tahun
1952, ia bergabung dengan Fakultas Universitas Yale sebagai
instruktur dalam keperawatan maternitas(Alligood, M.R., 2014).
Ernestine Wiedenbach adalah seorang pemimpin yang
dikenal dalam pengembangan teori dan perawatan maternal bayi.
Dia menulis suatu artikel teori klasik bersama Dicroff dan Yakobus,
artikel tersebut berisi tentang suatu disiplin praktikyang masih
digunakan sekarang ini ketika mempelajari teori evolusi
keperawatan (Wiedenbach, Ernestine, 1963,  1972).Ernestine
dilahirkan di suatu keluarga makmur pada tahun 1900. Keluarganya
berimigrasi dari Jerman ketika ia masih muda (Alligood, M.R.,
Tomey, A.M., 2002).
Dia menjadi asisten profesor keperawatan kebidanan pada
tahun 1954. Ketika Sekolah Keperawatan Yale mendirikan program
program master, dia menjadi profesor madya dan Direktur Jurusan
Keperawatan Kesehatan Ibu dan Bayi Baru Lahir.Dia adalah rekan
penulis makalah teori yang berorientasi pada praktik klasik yang
diterbitkan sebagai hasil dari Konferensi Pengembangan Teori
1968(Alligood, & Foster, P., 1995).
Pada 9 Agustus 1900, Ernestine Wiedenbach lahir dari
keluarga kaya di Hamburg, Jerman. Keluarga Wiedenbach
berimigrasi ke New York pada tahun 1909 dan ketertarikan Ernestine
muda dalam keperawatan dimulai saat dia diam-diam mengamati
perawatan yang diterima neneknya yang sakit-sakitan(Asrinah,dkk.,
2020; Currentnursing, 2012).
Bertahun-tahun kemudian ketika Ernestine kuliah di
Wellesley College yang bergengsi, teman saudara perempuannya
menceritakan kisah-kisah dari sekolah kedokteran kepada kedua
wanita tersebut. Ernestine menjadi sangat terkesan dengan
pengaturan rumah sakit dan peran perawat meskipun dia belajar
seni liberal(Wiedenbach, Ernestine, 1964). Setelah Ernestine lulus
pada tahun 1922 dengan gelar Sarjana Seni Liberal, dia segera
mendaftar di sekolah perawat - yang membuat kecewa keluarganya
yang berpikiran tradisional(Danko et al., 1989; Dickoff, J., James, P.,
& Wiedenbach, Ernestine, 1968a).

~2~
C.  PendidikanErnestine Wiedenbach
Ernestine Wiedenbach lahir di Hamburg, Jerman dari
keluarga kaya. Dia menjadi tertarik menjadi perawat setelah melihat
perawat tugas pribadi merawat neneknya. Wiedenbach lulus dengan
gelar sarjana seni liberal di Wellesley College pada tahun 1922 dan
kemudian masuk ke Sekolah Keperawatan John Hopkins.
Weidenbach juga berhasil menyelesaikan gelar master dan sertifikat
keperawatan kesehatan masyarakat di Teachers College Columbia
University pada tahun 1934(Dickoff, J., James, P., & Wiedenbach,
Ernestine, 1968b; Estiwidani Dwana,dkk., 2018).
Menurut Nickel, Gesse dan McLaren, 1992, Wiedenbach mula-
mula memasuki Post-Graduate Hospital School Of Nursing, tetapi
setelah “pertemuan dengan administrasi sekolah“ dimana ia menjadi
pembicara untuk menyampaikan keluhan sekelompok murid. Oleh
karena itu ia dikeluarkan. Adelaide Nutting, lulusan Johns Hopkins,
ikut campur dan menghubungi Elsie Lawler, Direktur Johns
Hopkins School Of Nursing yang mengijinkan Ernestine
melanjutkan pendidikan perawatnya (Fawcett, Jacqueline, 1993;
Jannah, Nurul, 2021).
Wiedenbach berhutang budi pada Nutting karena masih
memiliki kesempatan untuk menjadi perawat.Wiedenbach berjanji
untuk tidak lagi mencoba untuk mengorganisir atau mendorong
kesalah pahaman diantara murid Hopkins. Dia menaati semua
peraturan perawat saat itu, bahkan ketika “memotong pendek” satu
saja rambut akan menyebabkan dikeluarkan dari sekolah(Asrinah,
dkk., 2020; Estiwidani Dwana,dkk., 2018).Setelah lulus dari Johns
Hopkins pada tahun 1925, ia telah mendapat tawaran sebagai
pengamat karena ia memiliki gelar sarjana muda. Ia bekerja di Johns
Hopkins dan kemudian di Bellevue di New York (Meleis, A.I., 2006;
Mosby Bryar, R., 1995).
Wiedenbach melanjutkan pendidikannya di Teacher Collage,
Columbia University dengan menghadiri kelas malam, dimana ia
mendapatkan gelar sarjana tinggi dan sertifikat perawatan kesehatan
masyarakat pada tahun 1934. Wiedenbach meninggalkan rumah
sakit dan bekerja dengan perawatan kesehatan masyarakat dari
Henry Street Settlement sebagai perawat untuk sebuah asosiasi
untuk meningkatkan kondisi orang-orang lemah/Associationfor

~3~
Improving Conditions Of The Poor (AICP) (Mufdlilah,dkk., 2022;
Nickel, S., Gesse, T., & MacLaren, A., 1992).
Wiedenbach meninggalkan klinik perawatan dan bekerja
sebagai penulis profesional dengan The Nursing Information Bureau
(NIB) untuk The American Journal of Nursing. Ia mengembangkan
kemampuan menulisnya dan membuat banyak orang profesional
penting menghubunginya. Setelah pengeboman Pearl Harbor,
Wiedenbach bekerja di NIB untuk menyiapkan perawat-perawat
untuk memasuki Perang Dunia II. Penyakit jantung menyebabkan
Wiedenbach tidak dapat melanjutkan tugasnya pada saat perang
(Potter, P.A., & Perry, A.G., 2005; Sujianti, Susanti, 2009).
Nona Wiedenbach bersekolah di sekolah perawat di Johns
Hopkins antara tahun 1922 dan 1925. Sewaktu menjadi mahasiswa
perawat, dia menjabat sebagai juru bicara untuk kelompok keluhan
siswa. Setelah insiden yang tidak ditentukan dengan administrasi
sekolah, Wiedenbach segera dikeluarkan dari sekolah (Alligood,
M.R., 2014; Asrinah, dkk., 2020). Syukurlah, alumni Johns Hopkins
lainnya bernama Adelaide Nutting turun tangan untuk membantu
Wiedenbach. Adelaide menghubungi Direktur Keperawatan Sekolah
Johns Hopkins, Elsie Lawler, untuk mengizinkan Ernestine
melanjutkan studi keperawatannya(Wiedenbach, Ernestine, 1963;
1964).
Dalam kesepakatan yang diprakarsai Adelaide, Wiedenbach
diizinkan untuk melanjutkan studinya dalam keadaan yang jelas
bahwa dia berhenti mengatur atau mendorong perbedaan pendapat
di antara mahasiswa keperawatan Hopkins. Wiedenbach mematuhi
keputusan kejam itu dan kemudian memuji intervensi Adelaide
Nutting dengan kemampuannya menjadi perawat(Wiedenbach,
Ernestine, 1965; 1968).
Wiedenbach lulus pada tahun 1925 dan kemudian ditawari
posisi supervisor karena ia memiliki gelar Sarjana. Selama sembilan
tahun Ernestine bekerja di Johns Hopkins dan kemudian di Bellevue
di New York. Saat bekerja, Wiedenbach melanjutkan pendidikannya
yang sudah ekstensif. Dia lulus pada tahun 1934 dari Teacher's
College Universitas Columbia dengan gelar Master dan Sertifikat
Keperawatan Kesehatan Masyarakat. Pada saat itu Wiedenbach
meninggalkan Bellevue untuk bekerja dengan Association for

~4~
Improving Condition of the Poor yang kemudian direorganisasi dan
berganti nama menjadi Community Service Society of New
York(Wiedenbach, Ernestine, 1970; 1972).
Dia kemudian menjadi penulis perawat profesional untuk
jurnal keperawatan Amerika. Wiedenbach terdaftar di sekolah bidan
di Asosiasi Pusat Bersalin di New York. Setelah lulus dengan gelar
kebidanan pada tahun 1946, Wiedenbach berpraktik sebagai bidan
perawat dan dia juga mengajar kursus malam di Teachers College
hingga tahun 1951. Wiedenbach mengajar di Yale School of Nursing
dan membantu memulai program magister di mana dia
mengarahkan program ibu-bayi baru lahir (Alligood, M.R., Tomey,
A.M., 2002; Yanti, dkk., 2021).
1. BA dari Wellesley College pada tahun 1922
2. RN dari Johns Hopkins School of Nursing pada tahun 1925
3. MA dari Teachers College, Columbia University pada
tahun 1934
4. Sertifikat perawat-bidan dari Sekolah Asosiasi Pusat
Bersalin untuk Bidan Perawat di New York pada tahun
1946(Yulianti, Lia dan Ai Yeyen Rukiyah, 2021).
D.  Karir dan Prestasi Ernestine Wiedenbach
1. Karir
Wiedenbach mulai berminat pada ilmu keperawatan ketika
melihat perawatan pada neneknya yang sedang sakit-sakitan.
Kemudian ia senang mendengar saudara perempuan temannya yang
adalah seorang mahasiswi kedokteran menceritakan pengalamannya
dirumah sakit. Wiedenbach menjadi sangat terkesan dengan peran
perawat setelah lulus dari Wellesley Collage dan mendapatkan gelar
sarjana muda di bidang budaya liberal tahun 1922,lalu ia
mendaftarkan diri di sekolah keperawatan agar tidak
mengecewakan kedua orangtuanya (Alligood, M.R., 2010; Yulifah
Rita, Surachmindari, 2023).
Weidenbach bekerja di berbagai bidang perawatan termasuk
di samping tempat tidur rumah sakit, kesehatan masyarakat, dan
keperawatan administratif. Dia bekerja di Rumah Sakit Johns
Hopkins dan Bellevue sebagai perawat klinis. Biro Informasi
Keperawatan di mana dia membantu mempersiapkan perawat yang

~5~
memasuki Perang Dunia II. Dia bekerja sebagai direktur Asosiasi
Pusat Maternitas New York, Profesor di Sekolah Keperawatan
Universitas Yale, dan bekerja bersama Ida Orlando, dan Patricia
James untuk mengembangkan filosofi keperawatan(Alligood, M.R.,
2014; Alligood, M.R., Tomey, A.M., 2002).
Setelah perang, Wiedenbach memohon untuk kembali
merawat pasien dan Direktur The Maternity Center Association of
New York, Hazel Corbin, membujuknya untuk mendaftar di sekolah
bidan diumur 45 tahun. Setelah lulus, Wiedenbach berlatih sebagai
bidan di Maternity Center Association dan mengambil mata
pelajaran sore di Teachers Collage untuk perawatan maternitas
(Alligood, & Foster, P., 1995; Asrinah,dkk., 2020).
Wiedenbach menyatakan bahwa bagian favoritnya di
pelatihan bidan adalah kedatangannya di rumah pasien untuk
memberikan pertolongan melahirkan.Pada tahun 1952
Wiedenbachditetapkan menjadi direktur program kelulusan di
perawatan kesehatan maternal bayi baru lahir, di Yale University
School Of Nursing, yang dimulai pada tahun 1956 (Currentnursing,
2012; Danko et al., 1989).
Wiedenbach tidak terima posisi itu, karena tujuannya untuk
menetapkan suatu program perawat kebidanan, bagaimanapun, ia
telah melobi untuk masuk kebidanan ketika Yale memulai program
kelulusannya. Pada tahun 1958 Wiedenbach menulis sebuah
keperawatan klasik, Family-Centered Maternity Nursing, sebuah
teks menyeluruh pada perawatan kandungan (Dickoff, J., James, P.,
& Wiedenbach, Ernestine, 1968; Dickoff, J., James, P., & Wiedenbach,
Ernestine, 1968).
Wiedenbach mengajar bersama Ida Orlando di Yale dan
berkerjasama dengan Patricia James dan William Dickoff tentang
perawatan dan filosofi. Contoh ilmu perawatan klinis Wiedenbach
telah dikembangkan berdasarkan pengetahuannya selama bertahun-
tahun di aturan klinis dan ajarannya sebagai hubungan
profesionalnya. Menurut Ernestine terdapat 4 elemen / unsur dalam
perawatan klinis, yaitu filosofi, tujuan/maksud, pelatihan, dan seni
(Weidenbach, Ernestine,  1964; Estiwidani Dwana,dkk., 2018;
Fawcett, Jacqueline, 1993).

~6~
Ketika Pearl Harbor dibom, Ernestine mendapati dirinya tidak
dapat menjadi sukarelawan karena kondisi jantung yang minor dan
tidak ditentukan. Oleh karena itu, dia terus bekerja dengan NIB. Dia
mengubah fokusnya dari menulis menjadi pelatihan. Dia melatih
perawat yang tak terhitung jumlahnya untuk melayani di kedua lini
depan Perang Dunia II(Jannah, Nurul, 2021; Meleis, A.I., 2006).
Ernestine tidak lama kemudian meninggalkan perawatan
klinis dan kesehatan masyarakat untuk bekerja sebagai penulis
profesional. Dia bekerja terutama untuk Biro Informasi Keperawatan
(NIB) dan American Journal of Nursing. Selama ini ia tidak hanya
mengasah kemampuan menulis tetapi juga berjejaring dengan
akademisi, perawat, dan profesional lainnya. Dia menerbitkan
Family-Centered Maternity Nursing pada 1958 dan Communication:
Key to Effective Nursing (128p) pada 1982. Wiedenbach meninggal
pada 1998(Mosby Bryar, R., 1995; Wiedenbach, Ernestine, 1963).
Karier Weidenbach di antaranya:
1. Wiedenbach bergabung dengan fakultas Yale pada tahun
1952 sebagai instruktur dalam keperawatan maternitas.
2. Asisten profesor keperawatan kebidanan pada tahun 1954
dan profesor madya pada tahun 1956.
3. Dia menulis Perawatan Bersalin yang Berpusat pada Keluarga
pada tahun 1958.
4. Dia dipengaruhi oleh Ida Orlando dalam karyanya tentang
kerangka kerja(Mufdlilah,dkk., 2022; Weidenbach,
Ernestine,  1964).
2. Prestasi
Wiedenbach menulis buku teks pada tahun 1958 tentang
perawatan maternitas yang berpusat pada keluarga dan satu lagi
pada tahun 1964 berjudul Perawatan Klinis: Seni yang Membantu. Dia
paling terkenal karena karyanya dalam pengembangan teori dan
perawatan ibu-anak (Nickel, S., Gesse, T., & MacLaren, A., 1992;
Wiedenbach, Ernestine, 1970).
Setelah menghabiskan waktu bertahun-tahun menulis dan
melatih perawat lain, keinginan Ernestine Wiedenbach adalah
kembali ke asuhan keperawatan klinis. Hazel Corbin, direktur dari
Asosiasi Pusat Bersalin New York, berhasil membujuk Ernestine

~7~
untuk menghadiri Sekolah Bidan; Ernestine berusia 45 tahun saat
itu(Potter, P.A., & Perry, A.G., 2005; Wiedenbach, Ernestine, 1968).
Setelah lulus sebagai bidan perawat, Ernestine terus
mempraktikkan seni keperawatan dan mengajar di Teacher's
College. Dia bekerja di Asosiasi Pusat Bersalin dan memfokuskan
pengajarannya pada asuhan keperawatan maternitas tingkat lanjut.
Ernestine menyukai kedua aspek pekerjaannya dan terkait bahwa
kebidanan dalam persalinan di rumah adalah peran favoritnya
sebagai perawat(Sujianti, Susanti, 2009; Wiedenbach, Ernestine,
1970).
Pada tahun 1952 Ernestine Wiedenbach diundang untuk
bergabung dengan Fakultas Keperawatan Universitas Yale. Dia
mulai sebagai instruktur dan dengan cepat berkembang menjadi
asisten profesor dan kemudian menjadi profesor asosiasi. Pada tahun
1956 diangkat sebagai Direktur Program Pascasarjana(Wiedenbach,
Ernestine, 1972). Sebagai Direktur, dia bertanggungjawab untuk
membangun program kesehatan ibu-bayi baru lahir dan kebidanan
perawat. Pada tahun 1958 ia menulis "Family-Centered Maternity
Nursing", sebuah buku komprehensif tentang keperawatan
kebidanan yang telah menjadi literatur klasik di
lapangan(Wiedenbach, Ernestine, 1963; Yanti, dkk., 2021).
Wiedenbach terus mengajar di Yale. Dia mengajar dengan
instruktur terkenal dan dihormati lainnya, seperti Ida Orlando, dan
membahas keperawatan dan filosofi dengan rekan Patricia James
dan William Dickoff. Setelah puluhan tahun menjalani perawatan
klinis, teori keperawatan Ernestine Wiedenback dikembangkan
dengan pengaruh kuat dari pengalamannya sendiri dan
hubungannya dengan profesional dan teman lainnya(Weidenbach,
Ernestine,  1964; Yulianti, Lia dan Ai Yeyen Rukiyah, 2021).
E.  Kontribusi Wiedenbach untuk Keperawatan
Ernestine Wiedenbach mengembangkan model konseptual
keperawatan yang disebut Seni Membantu Keperawatan Klinis, yang
dipengaruhi oleh karya Ida Orlando(Wiedenbach, Ernestine, 1968;
Yulifah Rita, Surachmindari, 2023).
Dalam model keperawatannya, ia menjelaskan bahwa
keperawatan adalah praktik mengidentifikasi kebutuhan pasien
akan bantuan melalui observasi terhadap perilaku dan gejala yang
~8~
muncul, eksplorasi makna gejala tersebut dengan pasien,
menentukan penyebab ketidaknyamanan, dan menentukan
penyebab ketidaknyamanan (Alligood, & Foster, P., 1995;
Asrinah,dkk., 2020; Yanti, dkk., 2021). Kemampuan pasien untuk
mengatasi ketidaknyamanan atau jika pasien membutuhkan bantuan
dari perawat atau profesional perawatan kesehatan lainnya. Tujuan
keperawatan terutama terdiri dari mengidentifikasi kebutuhan
pasien akan bantuan(Alligood, M.R., 2010; Wiedenbach, Ernestine,
1968).
Kebutuhan akan bantuan didefinisikan sebagai "tindakan apa
pun yang diinginkan oleh pasien yang berpotensi memulihkan atau
memperluas kemampuan untuk mengatasi berbagai situasi
kehidupan yang memengaruhi kesehatan dan kebugaran".
Kebutuhan bantuan harus didasarkan pada persepsi pasien secara
individu tentang situasinya sendiri(Alligood, M.R., 2014;
Wiedenbach, Ernestine, 1970).
Teori Wiedenbach mengidentifikasi pasien sebagai "setiap
individu yang menerima bantuan dari beberapa jenis, baik itu
perawatan, instruksi atau nasihat dari anggota profesi kesehatan
atau dari pekerja di bidang kesehatan." Pasien adalah setiap orang
yang telah memasuki sistem perawatan kesehatan dan sedang
menerima pertolongan, yang artinya dia tidak perlu sakit. Seseorang
yang menerima pendidikan terkait kesehatan akan memenuhi syarat
sebagai pasien(Alligood, & Foster, P., 1995; Wiedenbach, Ernestine,
1963).
Teori Ernestine Wiedenbach telah berkontribusi pada
pengembangan praktik keperawatan klinis dengan mempengaruhi
konsep inti dalam praktik, seperti proses keperawatan, dan dengan
berkontribusi pada tujuan keperawatan, yaitu untuk memenuhi
kebutuhan pasien dengan menilai kebutuhan mereka akan bantuan
dalam pengaturan klinis(Alligood, M.R., 2010; Wiedenbach,
Ernestine, 1968).
Seni membantu keperawatanterlihat dalam semua praktik
keperawatan yang melibatkan individu, dan menggunakan dasar
praktik keperawatan, yang menjadi dasar proses keperawatan.
Proses keperawatan adalah pendekatan pemecahan masalah
sistematis yang pertama kali diterapkan oleh Orlando pada tahun

~9~
1961 dan melibatkan empat langkah kunci yang meliputi penilaian,
perencanaan, intervensi dan evaluasi (Potter, P.A., & Perry, A.G.,
2005). Menurut Alligood dan Tomey (2010), Wiedenbach juga
mengembangkan langkah-langkah perawatan pribadi di mana
perawat dapat mengidentifikasi kebutuhan pasien untuk membantu
dengan:
1. Observing perilaku yang konsisten atau tidak konsisten
dengan kenyamanan mereka,
2. Exploring makna perilaku mereka,
3. Menentukan apakah mereka dapat menyelesaikan
masalah mereka atau membutuhkan bantuan,
4. Menentukan apakah mereka dapat menyelesaikan
masalah mereka atau membutuhkan bantuan(Alligood,
M.R., 2010)”
Proses Keperawatan Orlando terkait dengan proses
Wiedenbach dalam mengidentifikasi kebutuhan pasien akan
bantuan karena keduanya mengikuti jalur perawatan yang sama
mulai dari observasi dan penilaian awal hingga intervensi dan
evaluasi. Karena kedua teori ini mengikuti lintasan yang sama,
mereka dapat diterapkan dalam situasi serupa dalam praktik
keperawatan klinis (Nickel, S., Gesse, T., & MacLaren, A., 1992).
Proses Wiedenbach dalam mengidentifikasi kebutuhan pasien
akan bantuan dapat diterapkan saat perawat secara langsung
memberikan perawatan untuk pasien. Richard dan Johnson (2007)
menggunakan teori keperawatan Wiedenbach untuk memandu
praktik keperawatan, di mana perawat mengidentifikasi kebutuhan
pasien dan kebutuhan mereka untuk ... di tengah kertas ... ...- care
deficit ”(Ackley & Ladwig, 2008), misalnya, ketika didiagnosis untuk
pasien dalam rencana perawatan mereka telah dinilai oleh
perawat(Alligood, M.R., 2010; Weidenbach, Ernestine,  1964).
Perawat telah menilai dan sampai pada kesimpulan pada saat
membuat diagnosis bahwa pasien yang bersangkutan tidak dapat
makan sendiri dan membutuhkan bantuan dalam pemberian makan.
Oleh karena itu, untuk sampai pada diagnosis ini, perawat
mengidentifikasi kebutuhan bantuan dengan melalui proses empat
langkah Wiedenbach untuk mengidentifikasi kebutuhan
pasien(Alligood, M.R., 2014; Asrinah, dkk., 2020).

~ 10 ~
Ernestine Wiedenbach adalah ahli teori keperawatan yang
sangat berpengaruh dan telah mempengaruhi keperawatan dalam
skala besar, terutama dalam praktik klinis. Teorinya tentang self-help
dan kontribusi teoretisnya yang lain untuk disiplin keperawatan
telah sangat diakui dan dihormati. Karyanya telah berkontribusi
pada konsep inti keperawatan, telah berkontribusi pada tujuan
keperawatan dan perawatan pasien kami(Alligood, & Foster, P.,
1995; Asrinah,dkk., 2020; Yanti, dkk., 2021).
Ernestine Wiedenbach memiliki banyak buku dan artikel yang
telah diterbitkan. Beberapa diantaranya adalah:
1. Wiedenbach, E (1958). Family-Centered Maternity Nursing,
New York: G.P. Putnam’s Sons.
2. Wiedenbach, E (1964). Clinical Nursing: A Helping Art. New
York: Spinger.
Artikel yang ditulis oleh Nickle, Gesse, dan McLarren pada
tahun 1992 di Journal of Nurse-Midwifery sangat luar biasa dan
menjadi acuan untuk banyak fakta pribadi yang dipersembahkan di
dalam website. Adalah suatu keharusan bagi seseorang yang
mempelajari pengaruh Ernestine untuk membaca artikel mereka.
Satu kaset dan wawancara dengan Ernestine Wiedenbach bertindak
sebagai basis untuk artikel yang berjudul “Ernestine Wiedenbach: Her
Profesional Legacy (Warisan Profesionalnya)”.Ernestine Wiedenbach
mengundurkan diri pada tahun 1966. Ia tidak pernah menikah dan
meninggal di umur 97 tahun pada tanggal 8 Maret
1998(Currentnursing, 2012)
F.  Wiedenbach sebagai Ahli Keperawatan
Teori dan buku keperawatan Wiedenbach masih digunakan
hingga hari ini. Teori dan bukunya terus relevan di ruang kelas
perawat bayi baru lahir dan diskusi teoretis. Menurut Wiedenbach,
empat elemen kunci dalam keperawatan klinis adalah: filosofi,
tujuan, praktik, dan seni (Alligood, & Foster, P., 1995; Asrinah,dkk.,
2020; Yanti, dkk., 2021).
Ernestine Wiedenbach adalah seorang perawat kebidanan
(nurse midwifery) yang sangat tertarik pada masalah sepitar
keperawatan maternitas yang terfokus pada keluarga (family-centered
maternity nursing). Ernestine Wiedenbachsudah pernah bekerja
dalam suatu proyek yang mempersiapkan persalinan berdasarkan
~ 11 ~
teori Dr. Grantley Dick Read(Alligood, M.R., 2014; Asrinah, dkk.,
2020).
Wiedenbach mengembangkan teorinya secara induktif
berdasarkan pengalaman dan observasi dalam praktik.konsep teori
yang dihasilkan Ernestine Wiedenbach bukan hasil penelitian
melainkan hasil pemikirannya yang dituangkan dalam
bukunya.Teori Ernestine Widenbach dikenal dengan “The Need For
Help”.
Teori ini melihat segala aspek yang terdapat dalam ruang
lingkup asuhan keperawatan baik dari aspek pasien, perawat dan
lingkungan sosial yang berada di sekitar pelayanan kesehatan yang
diberikan. Dengan penggunaan teori ini diharapkan dapat melihat
keseluruhan dari aspek-aspek yang terkait dapat menyelesaikan
permasalahan yang terjadi pada pasien terutama dalam keadaan
emergensi dengan cepat dan tepat yaitu dengan mengidentifikasi
bantuan segera apa yang dibutuhkan oleh pasien
(kegawatdaruratan), perawat dapat menggunakan sumber
dukungan pasien untuk memenuhi kebutuhannya dan menilai
apakah bantuan yang diberikan benar-benar dibutuhkan oleh pasien
(Alligood, M.R., 2010; Weidenbach, Ernestine,  1964).
Ernestine Wiedenbach pensiun dari perawatan klinis pada
tahun 1966, meskipun dia terus menulis dan menerbitkan artikel. Dia
tidak pernah menikah dan meninggal pada tanggal 8 Maret 1998. Dia
dikenang karena pengabdiannya pada seni penyembuhan
keperawatan, profesi guru, dan kontribusinya pada teori
keperawatan yang masih digunakan sampai sekarang (Alligood, &
Foster, P., 1995; Asrinah,dkk., 2020; Yanti, dkk., 2021).

~ 12 ~
BAB II
KONSEP KEPERAWATAN WIEDENBACH

A. Pendahuluan
Secara umum teori dan konsep adalah hal yang sangat
berkaitan dengan perkembangan ilmu pengetahuan. Dalam
pelayanan kebidanan, teori-teori yang digunakan dalam praktik
kebidanan berasal dari konseptual model kebidanan. Teori atau
konsep sejatinya adalah penjelasan dari suatu kejadian dan
fenomena. Proses penjelasan ini memerlukan pemikiran yang dalam.
Konsep atau teori adalah gambaran tentang objek dari suatu
kejadian atau objek yang digunakan oleh peneliti untuk
menggambarkan fenomena ocial yang menarik perhatiannya.
Konseptual model merupakan gambaran abstrak suatu ide 
yang menjadi dasar suatu disiplin ilmu. Konseptual model dapat
memberikan gambaran abstrak atau ide yang mendasari disiplin
ilmu dan kemudian diterapkan sesuai dengan bidang masing-
masing.
Salah satu konsep atau teori tersebut adalah teori dari
Ernestine Wiedenbach. Wiedenbach adalah seorang nurse-midwife
yang juga teoris di bidang keperawatan. Ia berkualifikasi sebagai
perawat pada tahun 1925, dan menjadi nurse-midwife pada tahun
1946.
B. Keperawatan Klinis
Teori keperawatan merupakan salah satu komponen dari
hirarkistruktur pengembangan pengetahuan keperawatanyang
meliputi paradigma, filsafat, model konseptual, teori keperawatan
dan indikator empiris. Tingkat-tingkat konseptual pengembangan
pengetahuan dalam keperawatan saling bergantung, masing-masing
tingkat perkembangan dipengaruhi oleh pekerjaan di tingkat lainnya
(Fawcett, Jacqueline, 1993).
Secara umum, teori keperawatan menggambarkan dan
menjelaskan fenomena yang menarik untuk keperawatan secara
sistematis dalam rangka memberikan pemahaman untuk digunakan
dalam keperawatan praktikdan penelitian. Teori kurang abstrak

~ 13 ~
dibanding model konseptual atau sistem, meskipun mereka berbeda
dalam lingkup dan tingkat abstraksi (Alligood, 2010). Teori ilmu
keperawatan sangat penting untuk merawat seseorang.Oleh karena
itu, para ahli teori menyediakan suatu peranan penting bagi perawat
(Alligood, M.R., 2010; Weidenbach, Ernestine,  1964).
Model konseptual keperawatan dikembangkan oleh para ahli
keperawatan dengan harapan dapat menjadi kerangka berpikir
perawat, sehingga perawat perlu memahami konsep ini sebagai
kerangka konsep dalam memberikan askep dalam praktik
keperawatan. Pelayanan keperawatan merupakan bagian penting
dalam pelayanan kesehatan yang bersifat komprehensif meliputi
biopsikososiokultural dan spiritual yang ditujukan kepada individu,
keluarga, kelompok, dan masyarakat, baik dalam keadaan sehat
maupun sakit dengan pendekatan proses keperawatan(Alligood,
M.R., 2014; Asrinah, dkk., 2020).
Pelayanan keperawatan yang berkualitas didukung oleh
pengembangan teori dan model konseptual keperawatan. Perlu
diyakini bahwa penerapan suatu teori keperawatan dalam
pelaksanaan asuhan keperawatan akan berdampak pada
peningkatan kualitas asuhan keperawatan. Pelayanan keperawatan
sebagai pelayanan profesional akan berkembang bila didukung oleh
teori dan model keperawatan serta pengembangan riset keperawatan
dan diimplementasikan di dalam praktikkeperawatan (Alligood, &
Foster, P., 1995; Asrinah,dkk., 2020; Yanti, dkk., 2021). Sangat penting
bagi para tenaga kesehatan untuk memahami sejarah teori
keperawatan, banyak dari teori ini dilatih atau dipraktikkan
sekarang ini, kadang-kadang seseorang tidak mengetahui bahwa
mereka menggunakan teoi dalam praktik (Danko et al., 1989;Yanti,
dkk., 2021).
Salah satu konsep atau teori tersebut adalah teori dari
Ernestine Wiedenbach. Wiedenbach adalah seorang nurse-midwife
yang juga teoris di bidang keperawatan. Ia berkualifikasi sebagai
perawat pada tahun 1925, dan menjadi nurse-midwife pada tahun
1946(Yulianti, Lia dan Ai Yeyen Rukiyah, 2021; Yulifah Rita,
Surachmindari, 2023)
Salah satu karya besarnya adalah kolaborasi dengan filsuf
Dickoff dan James tahun 1960 (Bryar, 1995) ketika ia menjadi

~ 14 ~
mahasiswa di Yale University School of Nursing. Teori perspektif
yang diciptakan oleh Ernestine Wiedenbach mengemukakan tentang
imu perawatan klinis yang digunakan dalam berkomunikasi dengan
klien dan filosofi dalam ilmu keperawatan.Namun masih banyak
orang yang belum mengetahui teori Wiedenbach (Alligood, & Foster,
P., 1995; Asrinah,dkk., 2020; Yanti, dkk., 2021).
Tujuan dari keperawatan klinis adalah untuk membantu
individu mengatasi hambatan dalam merespons situasi
tertentu(Estiwidani Dwana,dkk., 2018; Mufdlilah, dkk., 2022). Tujuan
ini adalah perwujudan dari memenuhi kebutuhan akan bantuan,
yang menyiratkan tindakan praktik yang diarahkan pada tujuan,
disengaja, dan berpusat pada pasien yang membutuhkan hal-hal
berikut:
1. Pengetahuan (faktual, spekulatif, dan praktis),
2. Penilaian, dan
3. Keterampilan (prosedural dan komunikasi)(Asrinah, dkk.,
2020)
Praktik mencakup empat komponen berikut:
1. Identifikasi kebutuhan yang dirasakan akan bantuan,
2. Pelayanan bantuan yang dibutuhkan,
3. Validasi bahwa bantuan yang diberikan adalah bantuan
yang dibutuhkan, dan
4. Koordinasi bantuan dan sumber untuk bantuan(Alligood,
M.R., 2010; Weidenbach, Ernestine,  1964).
Proses membantu dipicu oleh perilaku pasien yang diterima
dan ditafsirkan oleh perawat. Dalam menafsirkan perilaku perawat
membandingkan persepsi dengan harapan atau harapan. Tindakan
keperawatan mungkin rasional, reaksioner, dan musyawarah.
Respons rasional oleh perawat didasarkan pada persepsi langsung
tanpa melampaui untuk mengeksplorasi makna tersembunyi (Danko
et al., 1989;Yanti, dkk., 2021).
Tanggapan reaksioner diambil sebagai reaksi terhadap
perasaan yang kuat. Tindakan yang disengaja-cara yang diinginkan-
secara jelas memenuhi tujuan keperawatan (Alligood, M.R., 2014;
Asrinah, dkk., 2020). Identifikasi kebutuhan akan bantuan
melibatkan hal-hal berikut:

~ 15 ~
1. Mengamati inkonsistensi, memperoleh informasi tentang
bagaimana pasien berarti isyarat yang diberikan, atau
menentukan dasar untuk inkonsistensi yang diamati;
2. Menentukan penyebab ketidaknyamanan atau kebutuhan
akan bantuan; dan
3. Menentukan apakah kebutuhan pertolongan dapat
dipenuhi oleh pasien atau apakah bantuan diperlukan
(Alligood, & Foster, P., 1995; Asrinah,dkk., 2020; Yanti,
dkk., 2021).
Begitu kebutuhan akan bantuan diidentifikasi, pelayanan dan
validasi bantuan itu diberikan menyusul.Respons rasional oleh
perawat didasarkan pada persepsi langsung tanpa melampaui untuk
mengeksplorasi makna tersembunyi. Tanggapan reaksioner diambil
sebagai reaksi terhadap perasaan yang kuat(Asrinah, dkk., 2020;
Mufdlilah, dkk., 2022; Yanti, dkk., 2021).
C. Sumber Teoretis
Wiedenbach memandang pasien dalam kaitannya dengan apa
yang mampu mereka lakukan. Perkembangan teori Wiedenbach
berawal dari pekerjaannya sebagai Profesor di Yale University
bersama Ida Orlando, James Dickoff, dan Patricia James. Mereka
mengilhami pemahaman Wiedenbach tentang penggunaan diri dan
pengaruh pikiran dan perasaan perawat pada hasil tindakannya
(Alligood, M.R., 2010; Alligood, M.R., Tomey, A.M., 2002).
Beberapa faktor yang mempengaruhi perkembangan teori
keperawatan meliputi:
1. Perlunya bantuan melalui persepsi pasien
2. Pengamatannya terhadap praktik klinis dan kebutuhan
pasien akan bantuan
3. Proses interaksi yang berfokus pada validasi persepsi,
pikiran, dan perasaan sebelum tindakan direncanakan
(Meleis, 2006).
Cara penegasan teoretis adalah identifikasi kebutuhan
bantuan pasien yang melibatkan empat langkah(Yanti, dkk., 2021;
Yulifah Rita, Surachmindari, 2023). Langkah pertama adalah ketika
perawat menggunakan observasi untuk melihat dan mendengarkan
konsistensi aktual dan inkonsistensi dalam perilaku pasien
dibandingkan dengan harapan perawat. Kedua, perawat menggali
~ 16 ~
makna perilaku pasien dengan pasien. Ketiga, perawat menentukan
penyebab ketidaknyamanan atau ketidakmampuan pasien.
Akhirnya, perawat menentukan apakah pasien dapat menyelesaikan
masalahnya atau jika pasien membutuhkan bantuan(Alligood, M.R.,
2014; Alligood, M.R., Tomey, A.M., 2002).
Asumsi teoretis meliputi:
1. Penghormatan atas anugerah kehidupan
2. Menghormati martabat, harga, otonomi, dan individualitas
setiap manusia
3. Resolusi untuk bertindak secara dinamis dalam
hubungannya dengan keyakinan seseorang (Alligood, &
Foster, P., 1995; Asrinah,dkk., 2020; Yanti, dkk., 2021).
Asumsi yang berkaitan dengan fitrah manusia antara lain
bahwa setiap manusia mampu mengembangkan cara-cara yang
memungkinkan mereka untuk memelihara dan menopang dirinya
sendiri. Asumsi terkait kesehatan tidak dibahas dalam model
Wiednbach. Asumsi yang berkaitan dengan lingkungan adalah
bahwa Wiedenbach tidak berurusan dengan konsep lingkungan;
namun, dia mengenali kemungkinan efek lingkungan(Alligood,
M.R., 2010; Weidenbach, Ernestine,  1964).
Dalam pernyataan tujuan keperawatan klinis, ia mengatakan,
"Untuk memfasilitasi upaya individu dalam mengatasi kendala yang
saat ini mengganggu kemampuannya untuk merespon dengan baik
tuntutan yang dibuat olehnya oleh kondisi, lingkungan, situasi, dan
waktu ini." Ini menunjukkan bahwa lingkungan dapat menciptakan
komplikasi yang mengakibatkan orang tersebut mengalami
kebutuhan-bantuan (Aligood, M.R., 2014).
D.  Definisi Teoretis
Wiedenbach mendefinisikan istilah kunci yang biasa
digunakan dalam praktik keperawatan (Alligood, & Foster, P., 1995;
Asrinah,dkk., 2020; Yanti, dkk., 2021).
1. Pasien
Dia mendefinisikan pasien sebagai "setiap individu yang
menerima bantuan dari beberapa jenis, baik itu perawatan, instruksi
atau nasihat, dari anggota profesi kesehatan atau dari pekerja di
bidang kesehatan." Pasien tidak sakit. Seseorang akan memenuhi
~ 17 ~
syarat sebagai pasien jika seseorang menerima pendidikan terkait
kesehatan (Danko et al., 1989;Yanti, dkk., 2021).
2. Need-For-Help
Kebutuhan adalah segala sesuatu yang mungkin diminta oleh
individu "untuk memelihara atau menopang dirinya sendiri dengan
nyaman atau cakap dalam situasinya." Ini adalah tindakan apa pun
yang memungkinkan individu untuk menaklukkan apa pun yang
menghalangi kemampuan untuk menangani situasi mereka. Jika
individu tersebut tidak menyadari bahwa mereka membutuhkan
bantuan, mereka tidak boleh mengambil tindakan apa pun untuk
menyelesaikan situasi yang memengaruhi kesehatan dan kebugaran
(Alligood, M.R., Tomey, A.M., 2002; Alligood, & Foster, P., 1995).
3.  Perawat
"Perawat adalah manusia yang berfungsi. Karena itu, dia
tidak hanya bertindak, tetapi dia juga berpikir dan merasakan.
Pikiran yang dia pikirkan dan perasaan yang dia rasakan saat dia
menjalani perawatan adalah penting; mereka terlibat secara intim
tidak hanya dalam apa yang dia lakukan tetapi juga dalam
bagaimana dia melakukannya(Alligood, M.R., 2010; Weidenbach,
Ernestine,  1964).
Mereka mendasari setiap tindakan yang dia ambil, baik itu
dalam bentuk perkataan yang diucapkan, komunikasi tertulis, gerak
tubuh, atau perbuatan apa pun. Untuk perawat yang tindakannya
diarahkan ke pencapaian tujuan tertentu, pikiran dan perasaan
memiliki peran disiplin untuk dimainkan (Fawcett, Jacqueline, 1993;
Jannah, Nurul, 2021)."
4.  Tujuan
"Tujuan yang ingin dicapai oleh perawat melalui apa yang dia
lakukan adalah tujuan keseluruhan yang dia perjuangkan, dan
karena itu konstan, itu adalah alasannya untuk menjadi dan untuk
melakukan; itulah mengapa keperawatan klinis dan melampaui
maksud langsung dari tugas atau tugasnya dengan secara khusus
mengarahkan aktivitasnya menuju "kebaikan" pasiennya (Alligood,
M.R., 2014; Asrinah, dkk., 2020).”
~ 18 ~
5.  Filsafat
"Filsafat, sikap terhadap kehidupan dan kenyataan yang
berkembang dari keyakinan dan kode etik setiap perawat,
memotivasi perawat untuk bertindak, memandu pemikirannya
tentang apa yang harus dilakukannya, dan memengaruhi
keputusannya. Ini berasal dari budaya dan subkulturnya. , dan
merupakan bagian integral dari dirinya. Sifatnya bersifat pribadi,
unik untuk setiap perawat, dan diekspresikan dalam cara
berpikirnya. Filsafat menggarisbawahi tujuan, dan tujuannya
mencerminkan filosofi(Alligood, M.R., 2010; Weidenbach, Ernestine, 
1964). "
6.  Praktik
"Tindakan langsung, yang diarahkan oleh pikiran dan
perasaan yang disiplin untuk memenuhi kebutuhan bantuan pasien,
merupakan praktik keperawatan klinis ... [Ini] diarahkan pada
tujuan, dilakukan dengan sengaja, dan berpusat pada pasien." Tiga
aspek yang diperlukan untuk praktik yang efektif adalah
pengetahuan, penilaian, dan keterampilan (Danko et al., 1989;Yanti,
dkk., 2021). Identifikasi, pelayanan, dan validasi adalah tiga
komponen praktik yang terkait langsung dengan perawatan pasien.
Koordinasi sumber daya secara tidak langsung terkait dengan
perawatan pasien (Fawcett, Jacqueline, 1993; Jannah, Nurul, 2021).
7.  Pengetahuan
"Pengetahuan mencakup semua yang telah dirasakan dan
dipahami oleh pikiran manusia; ruang lingkup dan jangkauannya
tidak terbatas. Pengetahuan dapat diperoleh oleh perawat, terlepas
dari penilaian dan keterampilan, dalam apa yang disebut
pengaturan menara gading. Ketika diperoleh Dengan cara ini, ia
memiliki potensi untuk digunakan dalam mengarahkan, mengajar,
mengkoordinasikan dan merencanakan perawatan pasien, tetapi
tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan bantuannya (Alligood, &
Foster, P., 1995; Asrinah,dkk., 2020; Yanti, dkk., 2021).
Agar efektif dalam memenuhi kebutuhannya, pengetahuan
tersebut harus dilengkapi dengan kesempatan agar perawat
~ 19 ~
berfungsi dalam hubungan perawat-pasien dengan tanggung jawab
untuk melakukan penilaian dan menerapkan keterampilan untuk
kepentingan pasien. Pengetahuan mungkin faktual, spekulatif, atau
praktis(Estiwidani Dwana,dkk., 2018; Yulifah Rita, Surachmindari,
2023). "
8.  Penilaian
"Penilaian mewakili potensi perawat untuk membuat
keputusan yang tepat. Penilaian tumbuh dari proses kognitif yang
melibatkan penimbangan fakta baik umum dan khusus terhadap
nilai-nilai pribadi yang diturunkan dari cita-cita, prinsip dan
keyakinan. Ini juga melibatkan pembedaan fakta dari asumsi, dan
menghubungkannya dengan sebab dan akibat(Asrinah, dkk., 2020;
Yulianti, Lia dan Ai Yeyen Rukiyah, 2021).
Penilaian bersifat pribadi; itu akan dilakukan oleh perawat
sesuai dengan seberapa jelas dia membayangkan tujuan yang akan
dilayani, seberapa tersedia pengetahuan yang relevan baginya pada
saat itu, dan bagaimana dia bereaksi terhadap keadaan yang berlaku
seperti waktu, pengaturan, dan individu(Alligood, M.R., 2010;
Weidenbach, Ernestine,  1964).
Keputusan yang dihasilkan dari pelaksanaan penilaian akan
masuk akal atau tidak sesuai dengan apakah Perawat telah
mendisiplinkan fungsi emosi dan pikirannya atau tidak. Emosi yang
tidak terkendali dapat menghilangkan pengetahuan serta tujuan.
Asumsi yang tidak berdasar dapat merusak fakta (Alligood, &
Foster, P., 1995; Asrinah,dkk., 2020; Yanti, dkk., 2021). Meskipun
keputusan apa pun yang mungkin diambil perawat mewakili
penilaian terbaiknya pada saat membuatnya, semakin luas
pengetahuannya dan semakin tersedia baginya, dan semakin besar
kejelasan tujuannya, semakin kokoh fondasi yang menjadi sandaran
keputusannya (Fawcett, Jacqueline, 1993; Jannah, Nurul, 2021).
9.  Keterampilan
"Keterampilan mewakili potensi perawat untuk mencapai
hasil yang diinginkan. Keterampilan mengkompromikan tindakan
yang banyak dan bervariasi, yang ditandai dengan keselarasan

~ 20 ~
gerakan, ekspresi dan niat, dengan presisi, dan dengan penggunaan
diri yang cerdik. Tindakan ini selalu dilakukan dengan musyawarah
untuk mencapai tujuan tertentu dan bukan tujuan itu sendiri(Yulifah
Rita, Surachmindari, 2023).
Musyawarah dan tujuan, oleh karena itu, membedakan
keterampilan dari tindakan perawat, yang, meskipun dapat
dilakukan dengan kemahiran, dilakukan dengan pelaksanaan
tindakan sebagai tujuan yang ingin dicapai daripada cara untuk
mencapainya. Keterampilan dapat diklasifikasikan sebagai
keterampilan prosedural atau keterampilan komunikasi (Alligood, &
Foster, P., 1995; Asrinah,dkk., 2020; Yanti, dkk., 2021).
10.  Seni
Seni adalah "penerapan pengetahuan dan keterampilan untuk
membawa hasil yang diinginkan ... Seni adalah tindakan individual.
Seni keperawatan, kemudian, dilakukan oleh perawat dalam
hubungan satu-ke-satu dengan pasien, dan merupakan respons
sadar perawat terhadap hal-hal spesifik dalam situasi langsung
pasien "(Alligood, M.R., Tomey, A.M., 2002; Alligood, & Foster, P.,
1995)"
Seni keperawatan klinis diarahkan pada pencapaian empat
tujuan utama:
1. Mengecilkan pasien dan kondisi, situasi, dan
kebutuhannya;
2. Peningkatan kemampuan pasien;
3. Perbaikan kondisi atau situasinya dalam kerangka rencana
kesehatan untuk acre-nya; dan
4. Pencegahan terulangnya masalah atau perkembangan
masalah baru yang dapat menyebabkan kecemasan,
kecacatan, atau kesusahan(Alligood, M.R., 2010;
Weidenbach, Ernestine,  1964).
"Seni keperawatan melibatkan tiga operasi awal: stimulus,
prakonsepsi, dan interpretasi. Perawat bereaksi atas dasar operasi
tersebut. "Tindakannya mungkin rasional, reaksioner, atau
musyawarah (Alligood, M.R., 2014; Asrinah, dkk., 2020)."

~ 21 ~
E.  Kerangka Kerja Keperawatan
Kerangka luas bahwa fungsi keperawatan klinis mencakup
batasan, dukungan, dan penelitian. Batasan memberikan pedoman
untuk diikuti saat mempraktikkan suatu profesi. Misalnya, kode
profesi menetapkan batasan profesional. Batasan hukum ditemukan
dalam undang-undang negara bagian dan persyaratan perizinan.
Batasan lokal ditentukan oleh rumah sakit, lembaga, atau individu
tempat perawat bekerja. Perawat menetapkan batasan pribadi
(Danko et al., 1989;Yanti, dkk., 2021).
Administrasi keperawatan, pendidikan keperawatan, dan
organisasi keperawatan merupakan fasilitas pendukung bagi
perawat. Mereka penting karena fasilitas pendukung ini menjaga
standar kualitas asuhan keperawatan untuk profesinya. Wiedenbach
mengakui bahwa penelitian keperawatan tidak begitu penting di
masa lalu (Alligood, & Foster, P., 1995; Asrinah,dkk., 2020; Yanti,
dkk., 2021). Dia menyadari bahwa aktivitas semacam ini diperlukan
untuk pertumbuhan keperawatan dan mungkin "terbukti penting
untuk pelestarian hidup dan promosi kesehatan" (Alligood, M.R.,
Tomey, A.M., 2002; Alligood, & Foster, P., 1995).
Proses keperawatan merupakan lima tahap yang konsisten
sesuai dengan perkembangan profesi keperawatan. Tahap tersebut
pertama kali dijabarkan oleh Hall (1995). Pada tahun 1967, Yura dan
Walsh menjabarkan menjadi empat tahap, yaitu pengkajian,
perencanaan, implementasi, dan evaluasi(Yulifah Rita,
Surachmindari, 2023). Pada tahun yang sama, edisi pertama proses
keperawatan dipubikasikan dalam empat tahap yang meliputi
pengkakjian, perencanaan, implementasi, dan evaluasi (Fawcett,
Jacqueline, 1993; Jannah, Nurul, 2021).
Kemudian pada edisi kedua (1973), proses keperawatan
semakin meningkat dipublikasikan. Pada pertengahan tahun 1970-
an, Bloch (1974), Roy (1975), Mundunger dan Jauron (1975) serta
Aspinal (1976) menambahkan tahap diagnosis pada proses
keperawatan sehingga menjadi lima tahap yaitu pengkajian,
diagnosis, perencanaan, implementasi, dan evaluasi. Dengan
berkembangnya waktu, proses keperawatan telah dianggap sebagai

~ 22 ~
suatu dasar hukum dalam praktik keperawatan(Mufdlilah, dkk.,
2022).
Pada tahun 1973, American Nursing Association (ANA)
menggunakan proses keperawatan sebagai pedoman dalam
pengembangan standar praktik keperawatan dan digunakan sebagai
suatu kerangka konsep kurikulum pendidikan
keperawatan(Alligood, M.R., 2010; Weidenbach, Ernestine,  1964).
Beberapa pelopor kerangka kerja keperawatan adalah sebagai
berikut:
1. Hildegard E. Peplau (Teori Hubungan Interpresonal)
2. Virginia Henderson (14 Kebutuhan Dasar Manusia)
3. Faye Galenn Abdellah (21 Masalah Keperawatan)
4. Ida Jean (Orlando) Pelleteier (Teori Proses Keperawatan)
5. Florence Nightingale (Teori Kesehatan Lingkungan)
6. Jean Watson (Transpersonal Caring)
7. Martha E. Rogers (Teori Homeodynamics)
8. Dorothea E Orem (Teori Defisi Perawatan Diri)
9. Sister Callista Roy (Model Adaptasi)
10. Dorothy E. Johnson (Teori Sistem Perilaku)
11. Medeleine M. Leininger (Teori Keperawatan Berbasis
Diversitas dan Universalitas Budaya)
12. Patricia Benner (Caring, Kebijaksanaan Klinis, dan Etika
dalam Praktik Keperawatan)
13. Imogene M. King (Teori Sistem Terbuka)
14. Betty Neuman (Teori Konsep Model Praktik
Keperawatan)
15. Afaf Ibrahim Meleis (Teori Transisi)
16. Nola J. Pender (Teori Model Promosi Kesehatan)
17. Ramona T. Mercer (Teori Pencapaian Peran Maternal –
Menjadi Seorang Ibu)
18. Merle H. Misher (Teori Ketidakpastian dalm Penyakit)
19. Carolyn L. Wiener dan Marylin J Dodd (Teori Trajektori
Sakit)
20. Georgene Gaskill Eakes, Mary Lermann Burke dan
Margaret A. Hainsworth (Teori Berduka Kronis).
21. Katherine Kolcaba (Teori Kenyamanan)
~ 23 ~
22. Cheryl Tatano Beck (Teori Depresi Pospartum)
23. Lydia Hall (Teori Hubungan Antara ‘Care, Core, dan
Cure’)
24. Ernestine Wiendenbach (Teori Keperawatan Klinik, Suatu
Seni Membantu)
25. Kristen M. Swanson (Teori Caring)(Alligood, M.R., 2010;
Alligood, M.R., 2014; Alligood, M.R., Tomey, A.M., 2002;
Alligood, & Foster, P., 1995).

~ 24 ~
BAB III
SENI KEPERAWATAN KLINIS WIEDENBACH

A. Pendahuluan
Proses keperawatan merupakan metode ilmiah yang dipakai
dalam memberikan asuhan keperawatan yang profesional. Perawat,
di mana saja ia bertugas,menghadapi klien dengan segala macam
kasus, dan melayani klien pada semua tingkat usia juga harus
menggunakan prosesmkeperawatan. Perawat diharapkan
memahami tentang konsep proses keperawatan dan mampu
menerapkan serta menyusunannya dalam sebuah dokumen status
kesehatan klien.
Kualitas pelayanan ditentukan oleh manajemen asuhan
keperawatan. Pelaksanakan asuhan keperawatan dengan
menggunakan metode proses keperawatan untuk menyelesaikan
masalah pasien, antara pasien dan perawat berhubungan secara
langsung dalam pengelolaan asuhan keperawatan.
Asuhan profesional dituntut untuk dapat melaksanakan
proses keperawatan dengan tepat dan benar. Pemahaman
mahasiswa terhadap proses perawatan sangat penting, karena topik
ini akan menjadi bagian yang amat penting dalam pelaksanaan
asuhan keperawatan.
Ernestine Wiedenbach lahir pada 18 Agustus, di Hamburg,
Jerman. Model konseptual keperawatan Wiedenbach disebut 'The
Helping Art of Clinical Nursing". Wiedenbach mengusulkan dalam
teori ini bahwa inilah yang merupakan praktik keperawatan yang
baik.
Selain itu, tujuan lain dari teori ini adalah agar perawat
menentukan peran mereka sebagai perawat dengan mengidentifikasi
filosofi mereka sendiri untuk pengambilan keputusan. Kehidupan
Ernestine Weidenbach sudah menjadi kisah yang menginspirasi bagi
praktisi keperawatan. Namun, teori keperawatan yang Weidenbach
kembangkan menandai keberadaannya yang terkenal di bidang
keperawatan sejak teori klasiknya terus dipraktikkan dalam disiplin
keperawatan saat ini.

~ 25 ~
Berdasarkan pengalamannya yang kaya dalam praktik
keperawatan, Weidenbach mengembangkan model keperawatan
klinis yang menurutnya terdiri dari empat elemen filosofi, tujuan,
praktik, dan seni.
B. Mengidentifikasi Kebutuhan Pasien
Perbedaan asuhan yang profesional dengan asuhan
tradisional terletak pada penggunaan proses keperawatan.
Kemampuan perawat dalam menerapkan proses keperawatan dalam
asuhannya sudah tidak dapat ditawar lagi apabila meyakini bahwa
asuhannya adalah asuhan yang professional (Alligood, M.R., 2010;
Weidenbach, Ernestine,  1964). Oleh karena itu, diperlukan suatu
metode yang dapat membantu meminimalkan hambatan yang ada
dan dapat mencapai tujuan belajar secara optimal dengan
pendekatan proses keperawatan. Pada saat ini perawat dihadapkan
dengan harapan dengan tuntutan asuhan keperawatan yang
berkualitas dan profesional sebagai penyedia keperawatan kesehatan
terdidik dengan baik. Dalam menghadapi tuntutan tersebut, perawat
harus memiliki alat yang disebut dengan proses keprawatan
(Fawcett, Jacqueline, 1993; Jannah, Nurul, 2021).
Seni Membantu Keperawatan Klinis dikembangkan oleh
Ernestine Wiedenbach . Ini mendefinisikan keperawatan sebagai
praktik mengidentifikasi kebutuhan pasien akan bantuan melalui
pengamatan terhadap perilaku dan gejala yang muncul, eksplorasi
makna gejala tersebut, penentuan penyebab ketidaknyamanan,
penentuan kemampuan pasien untuk menyelesaikan
ketidaknyamanan pasien, atau menentukan apakah pasien
membutuhkan bantuan dari perawat atau profesional perawatan
kesehatan lainnya (Alligood, M.R., 2014; Asrinah, dkk., 2020).
Model keperawatan Wiedenbach mendefinisikan pasien
sebagai setiap orang yang menerima bantuan dari suatu sistem
perawatan kesehatan. Bantuan dapat mencakup perawatan,
pengajaran, dan nasihat. Dalam teori keperawatan ini , seorang
pasien tidak perlu sakit atau terluka karena pendidikan kesehatan
membuat seseorang memenuhi syarat sebagai pasien(Alligood, M.R.,
2010; Weidenbach, Ernestine,  1964).
Kebutuhan pasien akan bantuan didefinisikan sebagai ukuran
yang diinginkan oleh pasien yang berpotensi dapat memulihkan
~ 26 ~
atau memperluas kemampuan pasien untuk mengatasi situasi yang
mempengaruhi kesehatan. Dalam teori keperawatan ini, sangat
penting bahwa kebutuhan pasien akan bantuan berasal dari persepsi
pasien secara individu tentang situasinya sendiri (Danko et al.,
1989;Yanti, dkk., 2021).
Perawat adalah manusia yang berfungsi yang tidak hanya
bertindak, tetapi juga berpikir dan merasakan. Seorang perawat
menggunakan pengetahuannya dalam perannya. Pengetahuan
mencakup semua yang telah dirasakan dan digenggam oleh pikiran
manusia. Ini mungkin faktual, spekulatif, atau praktis (Alligood, &
Foster, P., 1995; Asrinah,dkk., 2020; Yanti, dkk., 2021).
Wiedenbach menjelaskan bahwa penilaian klinis mewakili
kemungkinan perawat untuk membuat keputusan yang tepat, yang
didasarkan pada fakta yang berbeda dari asumsi, dan
menghubungkannya dengan sebab dan akibat. Penilaian yang tepat
adalah hasil dari fungsi pikiran dan emosi yang disiplin, dan
meningkat dengan pengetahuan yang luas, serta kejelasan tujuan
profesional yang meningkat(Wiedenbach, Ernestine, 1963,  1964).
Dalam teori, keterampilan keperawatan dilakukan untuk mencapai
tujuan tertentu yang berpusat pada pasien daripada penyelesaian
keterampilan itu sendiri menjadi tujuan akhir. Keterampilan terdiri
dari berbagai tindakan, dan dicirikan oleh keselarasan gerakan,
ketepatan, dan penggunaan diri yang efektif(Wiedenbach, Ernestine,
1968, 1970, 1972).
Teori tersebut menyatakan bahwa setiap orang, baik perawat
atau pasien, memiliki potensi unik untuk mengembangkan sumber
daya mandiri. Orang cenderung mandiri dan memenuhi tanggung
jawabnya sendiri. Dalam teori Wiedenbach, kesadaran diri dan
penerimaan diri penting untuk integritas pribadi dan harga diri; apa
pun yang dilakukan seseorang pada saat tertentu adalah representasi
dari penilaian terbaik yang tersedia untuk orang itu pada saat
itu(Alligood, M.R., 2010; Weidenbach, Ernestine,  1964).
Wiedenbach mengidentifikasi empat elemen utama
keperawatan klinis. Mereka adalah filosofi, tujuan, praktik, dan
seni(Wiedenbach, Ernestine, 1965, 1968).
Filosofi perawat adalah sikap dan keyakinannya tentang
kehidupan dan bagaimana sikap itu memengaruhi realitasnya. Tiga

~ 27 ~
komponen penting yang terkait dengan filosofi keperawatan adalah
penghormatan seumur hidup; menghormati martabat, harga diri,
otonomi, dan individualitas setiap manusia; dan resolusi untuk
bertindak atas dasar kepercayaan yang dipegang secara pribadi dan
professional (Wiedenbach, Ernestine, 1970, 1958).
Tujuan perawat adalah apa yang ingin dicapai perawat
melalui apa yang dia lakukan. Itu adalah semua aktivitas yang
diarahkan untuk kebaikan pasien secara keseluruhan. Praktik
keperawatan adalah tindakan yang dapat diamati yang dipengaruhi
oleh keyakinan dan perasaan perawat tentang memenuhi
kebutuhan pasien akan bantuan (Fawcett, Jacqueline, 1993; Jannah,
Nurul, 2021).
Seni keperawatan meliputi memahami kebutuhan dan
perhatian pasien, mengembangkan tujuan dan tindakan yang
dimaksudkan untuk meningkatkan kemampuan pasien, dan
mengarahkan aktivitas yang berkaitan dengan rencana medis untuk
memperbaiki kondisi pasien. Perawat juga berfokus
pada pencegahan komplikasi yang dapat muncul karena
kekambuhan, atau perkembangan kekhawatiran baru (Alligood,
M.R., 2014; Asrinah, dkk., 2020).
Di dalam model terdapat teori preskriptif yang didasarkan
pada tiga faktor: tujuan utama yang diakui perawat sebagai hal yang
esensial bagi disiplin ilmu tertentu, resep untuk pemenuhan tujuan
sentral, dan realitas dalam situasi langsung yang memengaruhi
tujuan utama(Alligood, M.R., 2010; Weidenbach, Ernestine,  1964).
C. Filosofi Perawat Weidenbach
Filosofi perawat adalah sikap dan keyakinannya tentang
kehidupan dan bagaimana sikap tersebut memengaruhi realitasnya.
Tiga komponen penting yang terkait dengan filosofi keperawatan
adalah penghormatan seumur hidup; menghormati martabat, harga
diri, otonomi, dan individualitas setiap manusia; dan resolusi untuk
bertindak berdasarkan keyakinan yang dipegang secara pribadi dan
professional (Danko et al., 1989;Yanti, dkk., 2021).
Tujuan perawat adalah apa yang ingin dicapai perawat
melalui apa yang dia lakukan. Itu adalah semua aktivitas yang
diarahkan untuk kebaikan keseluruhan pasien. Praktik keperawatan
adalah tindakan yang dapat diamati yang dipengaruhi oleh
~ 28 ~
keyakinan dan perasaan perawat tentang memenuhi kebutuhan
pasien akan bantuan (Alligood, & Foster, P., 1995; Asrinah,dkk.,
2020; Yanti, dkk., 2021).
D. Konsep dan Definisi Wiedenbach
Konsep dan definisiWiedenbachdidasarkan pada tiga faktor:
1. Tujuan utama yang diakui oleh praktisi sebagai hal yang
esensial untuk disiplin ilmu tertentu.
2. Resep untuk pemenuhan tujuan utama.
3. Realitas dalam situasi langsung yang mempengaruhi
tujuan utama(Wiedenbach, Ernestine, 1963,  1972)
1.  Konsep dan Elemen Kunci
Wiedenbach mendefinisikan istilah kunci yang biasa
digunakan dalam praktik keperawatan.
a. Pasien
Pasien meliputi:
1. "Setiap individu yang menerima bantuan dalam bentuk
tertentu, baik itu perawatan, instruksi atau nasihat dari
anggota profesi kesehatan atau dari pekerja di bidang
kesehatan."
2. Pasienadalah setiap orang yang telah memasuki sistem
kesehatan dan menerima bantuan dari beberapa jenis,
seperti perawatan, pengajaran, atau saran.
3. Pasientidak perlu sakit karena seseorang yang menerima
pendidikan terkait kesehatan akan memenuhi syarat
sebagai pasien(Alligood, M.R., 2010; Weidenbach,
Ernestine,  1964).
b. Butuh Bantuan
Butuh bantuan meliputi:
1. Sebuah kebutuhan-untuk-bantuan didefinisikan sebagai
"setiap tindakan yang diinginkan oleh pasien yang
memiliki potensi untuk mengembalikan atau
memperpanjang kemampuan untuk mengatasi berbagai
situasi kehidupan yang mempengaruhi kesehatan dan
kesejahteraan.

~ 29 ~
2. Sangat penting bagi profesi perawat bahwa kebutuhan
akan bantuan didasarkan pada persepsi individu tentang
situasinya sendiri (Alligood, & Foster, P., 1995;
Asrinah,dkk., 2020; Yanti, dkk., 2021).
c.  Perawat
Perawat meliputi:
1. Perawat berfungsi sebagai manusia.
2. Perawat tidak hanya bertindak, tetapi juga berpikir dan
merasakan.
d.  Pengetahuan
Pengetahuan meliputi:
1. Pengetahuan mencakup semua yang telah dipahami dan
digenggam oleh pikiran manusia.
2. Pengetahuan mungkin: nyata, spekulatif ataupraktis
(Fawcett, Jacqueline, 1993; Jannah, Nurul, 2021).
e.  Pertimbangan
Pertimbangan meliputi:
1. Penilaian  klinis mewakili kemungkinan perawat untuk
membuat keputusan yang tepat.
2. Keputusan yang tepat didasarkan pada pembedaan fakta
dari asumsi dan menghubungkannya dengan sebab dan
akibat.
3. Suara penghakimanadalah hasil dari disiplin berfungsi
pikiran dan emosi, dan meningkatkan pengetahuan
diperluas dan meningkatkan kejelasan tujuan
profesiona(Alligood, M.R., 2010; Weidenbach, Ernestine, 
1964)l.
f.  Keterampilan
Keperawatan meliputi:
1. Keterampilan Keperawatan dilakukan untuk mencapai
tujuan tertentu yang berpusat pada pasien daripada
menyelesaikan keterampilan itu sendiri menjadi tujuan
akhir.

~ 30 ~
2. Keterampilan terdiri dari berbagai tindakan, dan dicirikan
oleh keselarasan gerakan, presisi, dan penggunaan diri
yang efektif (Alligood, M.R., 2014; Asrinah, dkk., 2020).
g. Orang
Orang meliputi:
1. Setiap orang(baik perawat atau pasien), diberkahi dengan
potensi unik untuk mengembangkan sumber daya
mandiri.
2. Orang pada umumnya cenderung ke arah kemandirian
dan pemenuhan tanggung jawab.
3. Kesadaran diri dan penerimaan diri penting untuk
integritas pribadi dan harga diri.
Apa pun yang dilakukan seseorang pada saat tertentu
mewakili penilaian terbaik yang tersedia untuk orang itu pada saat
itu(Alligood, M.R., 2010; Weidenbach, Ernestine,  1964).
2.  Elemen Kunci
Wiedenbach mengusulkan empat elemen utama untuk
keperawatan klinis.  Elemen kunci meliputi: sebuah filosofi, sebuah
tujuan, sebuah latihan, danseni.
a.  Filosofi
Filosofi meliputi:
1. Filosofi perawat adalah sikap dan keyakinan mereka
tentang kehidupan dan bagaimana hal itu mempengaruhi
kenyataan bagi mereka.
2. Wiedenbach percaya bahwa ada 3 komponen penting
yang terkait dengan filosofi keperawatan:
a. Penghormatan untuk hidup.
b. Menghormati martabat, harga, otonomi dan
individualitas setiap manusia, dan
c. Resolusi untuk bertindak atas dasar kepercayaan yang
dipegang secara pribadi dan professional (Alligood,
M.R., 2010; Weidenbach, Ernestine,  1964).
b.  Tujuan
Tujuan meliputi:

~ 31 ~
1. Tujuan perawat adalah apa yang ingin dicapai perawat
melalui apa yang dilakukannya. 
2. Itu adalah semua aktivitas yang diarahkan untuk kebaikan
keseluruhan pasien (Danko et al., 1989;Yanti, dkk., 2021).
c. Latihan
Latihan meliputi praktik adalah tindakan keperawatan yang
dapat diamati yang dipengaruhi oleh keyakinan dan perasaan
tentang memenuhi kebutuhan bantuan pasien (Alligood, & Foster,
P., 1995; Asrinah,dkk., 2020; Yanti, dkk., 2021). 
d. Seni
Seni meliputi:
1. Seni keperawatan meliputi
a. Memahami kebutuhan dan kekhawatiran pasien.
b. Mengembangkan tujuan dan tindakan yang
dimaksudkan untuk meningkatkan kemampuan
pasien, dan
c. Mengarahkan kegiatan yang berkaitan dengan rencana
medis untuk memperbaiki kondisi pasien.
2. Para perawat juga berfokus pada pencegahan komplikasi
yang terkait dengan kekambuhan atau perkembangan
masalah baru(Fawcett, Jacqueline, 1993; Jannah, Nurul,
2021). 
E.  Teori Preskriptif
Teori preskriptif Wiedenbach didasarkan pada tiga faktor:
1. Tujuan utama yang diakui oleh praktisi sebagai hal yang
esensial untuk disiplin ilmu tertentu.
2. Resep untuk pemenuhan tujuan utama.
3. Realitas dalam situasi langsung yang mempengaruhi
tujuan utama(Wiedenbach, Ernestine, 1963, 1964, 1965,
1968).

~ 32 ~
Diagram

Sumber: Weidenbach, Ernestine (1964; 1972)


Gambar 3.1. Teori Preskriptif Wiedenbach
Keperawatan adalah praktik mengidentifikasi kebutuhan
pasien akan bantuan meliputi:
1. Observasi menampilkan perilaku dan gejala
2. Eksplorasi makna gejala tersebut dengan pasien
3. Menentukan penyebab ketidaknyamanan, dan
4. Menentukan kemampuan pasien untuk mengatasi
ketidaknyamanan atau jika pasien membutuhkan bantuan
dari perawat atau profesional perawatan kesehatan
lainnya(Alligood, M.R., 2010; Weidenbach, Ernestine, 
1964).
Perawatan terutama terdiri dari mengidentifikasi kebutuhan
pasien akan bantuan (Aligood, M.R., 2014).
Teori preskriptif juga disebut sebagai Teori Penghasil Situasi,
adalah jenis teori yang menetapkan apa yang harus dilakukan oleh
profesional perawatan kesehatan untuk mencapai tujuan yang
ditentukan. Resep adalah tindakan yang dianggapnya perawat yang
sesuai untuk memenuhi tujuan utama. Teori Wiedenbach
mengarahkan tindakan keperawatan menuju tujuan eksplisit dan
didasarkan pada tiga (3) factor (Alligood, M.R., 2014; Asrinah, dkk.,
2020).
Tujuan Utama, Resep, danRealitas

~ 33 ~
Sumber: Weidenbach, Ernestine (1958, 1972)
Gambar 3.2. Ernestine Wiedenbach’s Prescriptive Theory
1. Purpose Central mendefinisikan kualitas kesehatan perawat
keinginan untuk efek pada pasiennya. Ini adalah konsep
yang perawat tuangkan dalam kata-kata, percayai, dan
terima sebagai standar terhadap nilai tindakannya. Tujuan
utama mencerminkan filosofi asuhan perawat.
2. Resep adalah tindakan keperawatan yang tepat dipilih
untuk membuat dan menerapkan rencana perawatan sesuai
dengan tujuan utama. Tindakan ini mungkin sukarela
(respons yang dimaksudkan) atau tidak disengaja (respons
yang tidak disengaja).
Tindakan sukarela meliputi:
a. Tindakan yang diidentifikasi bersama dipahami dan
disepakati oleh praktisi (perawat) dan penerima
(pasien). Penerima memahami implikasi dari tindakan
dan menerimanya.
b. Tindakan yang diarahkan oleh penerima adalah di mana
penerima mengarahkan cara tindakan tersebut
dilakukan
c. Tindakan yang diarahkan  oleh praktisi adalah di mana
praktisi melakukan tindakan tersebut(Alligood, M.R.,
2010; Weidenbach, Ernestine,  1964).
3. Realitas adalah aspek situasi yang mempengaruhi hasil
keperawatan. Setelah perawat menentukan tujuan utama
~ 34 ~
dan mengembangkan resep, dia mempertimbangkan
kenyataan berikut:
a. Agenatau perawat praktisi yang melakukan tindakan
keperawatan.
b. Penerima atau pasien yang rentan dan tergantung pada
orang lain untuk membantu.
c. Tujuan atau diarahkan hasil perawat ingin dicapai.
d. Berarti (tindakan, keterampilan, pengalaman) yang
memberdayakan perawat untuk mencapai tujuan yang
diinginkan.
e. Kerangka terdiri dari fasilitas manusia, lingkungan,
profesional, dan organisasi (Danko et al., 1989;Yanti,
dkk., 2021).
Seni Membantu Keperawatan Klinis dikembangkan oleh
Ernestine Wiedenbach . Ini mendefinisikan keperawatan sebagai
praktik mengidentifikasi kebutuhan pasien akan bantuan melalui
pengamatan terhadap perilaku dan gejala yang muncul, eksplorasi
makna gejala tersebut, penentuan penyebab ketidaknyamanan,
penentuan kemampuan pasien untuk menyelesaikan
ketidaknyamanan pasien, atau menentukan apakah pasien
membutuhkan bantuan dari perawat atau profesional perawatan
kesehatan lainnya (Alligood, & Foster, P., 1995; Asrinah,dkk., 2020;
Yanti, dkk., 2021).
Model keperawatan Wiedenbach mendefinisikan pasien
sebagai setiap orang yang menerima bantuan dari suatu sistem
perawatan kesehatan. Bantuan dapat mencakup perawatan,
pengajaran, dan nasihat. Dalam teori keperawatan ini, seorang
pasien tidak perlu sakit atau terluka karena pendidikan kesehatan
membuat seseorang memenuhi syarat sebagai pasien(Alligood, M.R.,
2010; Weidenbach, Ernestine,  1964).
Kebutuhan pasien akan bantuan didefinisikan sebagai ukuran
yang diinginkan oleh pasien yang berpotensi dapat memulihkan
atau memperluas kemampuan pasien untuk mengatasi situasi yang
mempengaruhi kesehatan. Dalam teori keperawatan ini, sangat
penting bahwa kebutuhan pasien akan bantuan berasal dari persepsi
pasien secara individu tentang situasinya sendiri (Danko et al.,
1989;Yanti, dkk., 2021).

~ 35 ~
Perawat adalah manusia yang berfungsi yang tidak hanya
bertindak, tetapi juga berpikir dan merasakan. Seorang perawat
menggunakan pengetahuannya dalam perannya. Pengetahuan
mencakup semua yang telah dirasakan dan digenggam oleh pikiran
manusia. Ini mungkin faktual, spekulatif, atau praktis (Alligood,
M.R., 2014; Asrinah, dkk., 2020).
Wiedenbach menjelaskan bahwa penilaian klinis mewakili
kemungkinan perawat untuk membuat keputusan yang tepat, yang
didasarkan pada fakta yang berbeda dari asumsi, dan
menghubungkannya dengan sebab dan akibat. Penilaian yang tepat
adalah hasil dari fungsi pikiran dan emosi yang disiplin, dan
meningkat dengan pengetahuan yang luas, serta kejelasan tujuan
profesional yang meningkat(Wiedenbach, Ernestine, 1968, 1970,
1958). Dalam teori, keterampilan keperawatan dilakukan untuk
mencapai tujuan tertentu yang berpusat pada pasien daripada
penyelesaian keterampilan itu sendiri menjadi tujuan akhir.
Keterampilan terdiri dari berbagai tindakan, dan dicirikan oleh
keselarasan gerakan, ketepatan, dan penggunaan diri yang
efektif(Wiedenbach, Ernestine, 1963, 1965).
F. Kontribusi Keperawatan dan Asuhan Kebidanan
1. Kontribusi Untuk Keperawatan Klinis
Teori Ernestine Wiedenbach telah berkontribusi pada
pengembangan praktik keperawatan klinis dengan mempengaruhi
konsep inti dalam praktik, seperti proses keperawatan, dan dengan
berkontribusi pada tujuan keperawatan, yaitu untuk memenuhi
kebutuhan pasien dengan menilai kebutuhan mereka akan bantuan
dalam pengaturan klinis/seni membantu keperawatan terlihat dalam
semua praktik keperawatan yang melibatkan individu, dan
menggunakan dasar praktik keperawatan, yang dasarnya adalah
proses keperawatan(Alligood, & Foster, P., 1995; Asrinah,dkk., 2020;
Yanti, dkk., 2021).
Proses keperawatan adalah pendekatan pemecahan masalah
sistematis yang pertama kali diterapkan oleh Orlando pada tahun
1961 dan melibatkan empat langkah kunci yang meliputi penilaian,
perencanaan, intervensi, dan evaluasi (Potter, Perry, 2005). Menurut

~ 36 ~
Alligood dan Tomey (2010), Wiedenbach juga … menampilkan lebih
banyak konten…
Para peneliti menggunakan istilah bantuan Wiedenbach, yang
diidentifikasi sebagai "tindakan yang disengaja yang memungkinkan
individu untuk mengatasi apa pun yang menghambat kemampuan
mereka untuk berfungsi." Bantuan, dalam penelitian ini, adalah
penggunaan musik untuk membantu keterampilan koping. Oleh
karena itu, dengan melalui proses berpikir ini perawat mengamati
kemampuan pasien untuk mengatasi atau merasa nyaman, menggali
makna dari perilakunya, yaitu merasa kesakitan akibat stimulus
negatif(Fawcett, Jacqueline, 1993; Jannah, Nurul, 2021).
Studi tersebut kemudian menentukan kebutuhan pasien
untuk membantu mengatasi rasa sakit dan akhirnya menerapkan
musik sebagai tindakan yang disengaja untuk mencoba menghambat
kebutuhan pasien untuk mengatasinya. Studi penelitian ini juga
mengintegrasikan konsep Wiedenbach tentang pengambilan
keputusan bersama, yang penting dalam konteks ini karena studi
tersebut melibatkan interaksi berkelanjutan dengan pasien.yang
dalam teori ini merupakan praktek yang sangat dihargai. Jadi,
dengan mengidentifikasi kebutuhan pasien akan bantuan, meminta
perawat menerapkan seni membantu mereka, dan dengan mengikuti
proses kebutuhan bantuan pasien, para peneliti dapat menerapkan
dan menguji efek terapeutik musik dalam membantu pasien
mengatasinya(Wiedenbach, Ernestine, 1965).
Teori Wiedenbach difokuskan pada postulasi bahwa
"keperawatan klinis diarahkan untuk memenuhi kebutuhan bantuan
pasien" (Alligood, M.R., Tomey, A.M., 2002); penting bagi perawat
untuk membahas dan mendiskusikan dengan pasien apa kebutuhan
mereka, dan menerapkan penilaian dan klinisnyapara peneliti
mampu menerapkan dan menguji efek terapeutik musik dalam
membantu pasien mengatasi(Alligood, & Foster, P., 1995;
Asrinah,dkk., 2020; Yanti, dkk., 2021).
Teori Wiedenbach difokuskan pada postulasi bahwa
"keperawatan klinis diarahkan untuk memenuhi kebutuhan pasien
akan bantuan" (Alligood, M.R., Tomey, A.M., 2002); penting bagi
perawat untuk membahas dan mendiskusikan dengan pasien apa
kebutuhan mereka, dan menerapkan penilaian dan klinisnyapara

~ 37 ~
peneliti mampu menerapkan dan menguji efek terapeutik musik
dalam membantu pasien mengatasi(Danko et al., 1989;Yanti, dkk.,
2021).
Teori Wiedenbach difokuskan pada postulasi bahwa
"keperawatan klinis diarahkan untuk memenuhi kebutuhan bantuan
pasien" (Alligood, M.R., Tomey, A.M., 2002); penting bagi perawat
untuk membahas dan mendiskusikan dengan pasien apa kebutuhan
mereka, dan menerapkan penilaian dan klinisnya(Alligood, M.R.,
2014; Asrinah, dkk., 2020).
2. Tahap Mencapai Tujuan Asuhan Kebidanan
Dalam pencapaian tujuan, seseorang bidan memerlukan
pengetahuan, keadilan, dan ketrampilan. Untuk mencapai tujuan
dari asuhan kebidanan, Wiedenbach menentukan beberapa tahap
yaitu:
1. Identifikasi kebutuhan klien
2. Ministration, yaitu memberikan dukungan dalam
pencarian pertolongan yang dibutuhkan
3. Validation, mengecek apakah bantuan yang diberikan
merupakan bantuan yang dibutuhkan
4. Coordination, koordinasi sumber-sumber yang dibutuhkan
untuk memenuhi kebutuhan pasien(Yulifah Rita,
Surachmindari, 2023).
3.  Seni Membantu Keperawatan Klinis
Seni membantu keperawatan klinis membahas definisi
seseorang juga. Teori tersebut menyatakan bahwa setiap orang, baik
perawat atau pasien, memiliki potensi unik untuk mengembangkan
sumber daya mandiri. Orang cenderung mandiri dan memenuhi
tanggung jawabnya sendiri. Dalam teori Wiedenbach, kesadaran diri
dan penerimaan diri penting untuk integritas pribadi dan harga diri;
apa pun yang dilakukan seseorang pada saat tertentu adalah
representasi dari penilaian terbaik yang tersedia untuk orang itu
pada saat itu(Wiedenbach, Ernestine, 1963; Yulianti, Lia dan Ai
Yeyen Rukiyah, 2021).
Wiedenbach mengidentifikasi empat elemen utama
keperawatan klinis. Mereka adalah filosofi, tujuan, praktik, dan seni
(Alligood, & Foster, P., 1995; Asrinah,dkk., 2020; Yanti, dkk., 2021).
~ 38 ~
Filosofi perawat adalah sikap dan keyakinannya tentang
kehidupan dan bagaimana sikap itu memengaruhi realitasnya. Tiga
komponen penting yang terkait dengan filosofi keperawatan adalah
penghormatan seumur hidup; menghormati martabat, harga diri,
otonomi, dan individualitas setiap manusia; dan resolusi untuk
bertindak atas dasar kepercayaan yang dipegang secara pribadi dan
professional (Fawcett, Jacqueline, 1993; Jannah, Nurul, 2021).
Tujuan perawat adalah apa yang ingin dicapai perawat
melalui apa yang dia lakukan. Itu adalah semua aktivitas yang
diarahkan untuk kebaikan keseluruhan pasien. Praktik
keperawatan adalah tindakan yang dapat diamati yang dipengaruhi
oleh keyakinan dan perasaan perawat tentang memenuhi kebutuhan
pasien akan bantuan (Aligood, M.R., 2014).
Seni keperawatan meliputi memahami kebutuhan dan
perhatian pasien, mengembangkan tujuan dan tindakan yang
dimaksudkan untuk meningkatkan kemampuan pasien, dan
mengarahkan aktivitas yang berkaitan dengan rencana medis untuk
memperbaiki kondisi pasien. Perawat juga berfokus pada
pencegahan komplikasi yang bisa muncul karena kekambuhan, atau
perkembangan kekhawatiran baru(Asrinah, dkk., 2020; Estiwidani
Dwana,dkk., 2018).
Di dalam model terdapat teori preskriptif yang didasarkan
pada tiga faktor: tujuan utama yang diakui perawat sebagai esensial
bagi disiplin ilmu tertentu, resep untuk pemenuhan tujuan sentral,
dan realitas dalam situasi langsung yang memengaruhi tujuan
utama(Mufdlilah, dkk., 2022; Yanti, dkk., 2021).
Proses keperawatan merupakan proses yang sistematis yang
dilakukan oleh perawat dengan klien/ pasien dalam menentukan
asuhan keperawatan yangdibutuhkan dengan melkaukan pengkajan,
penentuan diagnosis, merencanakan tindakan yang akan dilakukan,
melakukan tindakan serta mengevaluasi hasil dari tindakan yang
telah dilakukan dengan berfokus pada klien/ pasien dan berorientasi
pada tujuan tiap tindakan asuhan keperawatan (Alligood, & Foster,
P., 1995; Asrinah,dkk., 2020; Yanti, dkk., 2021).
Pelaksanaan proses keperawatan merupakan alat perawat
dalam melaksanakan tugas, wewenang, dan tanggung jawab yang
diembannya. Sebagai seorang perawat proses keperawatan dapat

~ 39 ~
digunakan sebgai pedoman dalam pemecahan masalah, dpaat
menunjukkan profesi yang memiliki profesional kita yang tinggi,
serta dapat memberikan kebebasan kepada klien untuk
mendapatkan pelayanan yang cukup sesuai dngan kebutuhannya,
sehingga dapat dirasakan manfaatnya baik perawat maupun klien
(Danko et al., 1989;Yanti, dkk., 2021).

~ 40 ~
BAB IV
KONSEP KEBIDANAN WIEDENBACH

A. Pendahuluan
Secara umum teori dan konsep adalah hal yang sangat
berkaitan dengan perkembangan ilmu pengetahuan. Dalam
pelayanan kebidanan, teori-teori yang digunakan dalam praktik
kebidanan berasal dari konseptual model kebidanan. Teori atau
konsep sejatinya adalah penjelasan dari suatu kejadian dan
fenomena. Proses penjelasan ini memerlukan pemikiran yang dalam.
Konsep atau teori adalah gambaran tentang objek dari suatu
kejadian atau objek yang digunakan oleh peneliti untuk
menggambarkan fenomena sosial yang menarik perhatiannya.
Konseptual model merupakan gambaran abstrak suatu ide
yang menjadi dasar suatu disiplin ilmu. Konseptual model dapat
memberikan gambaran abstrak atau ide yang mendasari disiplin
ilmu dan kemudian diterapkan sesuai dengan bidang masing-
masing.
Salah satu konsep atau teori tersebut adalah teori dari
Ernestine Wiedenbach. Wiedenbach adalah seorang nurse-midwife
yang juga teoris di bidang keperawatan. Ia berkualifikasi sebagai
perawat pada tahun 1925, dan menjadi nurse-midwife pada tahun
1946. Salah satu karya besarnya adalah kolaborasi dengan filsuf
Dickoff dan James tahun 1960 ketika ia menjadi mahasiswa di Yale
University School of Nursing. Namun masih banyak sebagian orang
yang belum mengetahui teori tersebut. Oleh karena itu, dalam bab
ini penulis akan memberikan penjelasan mengenai teori yang
dikemukakan oleh Ernestine Wiedenbach.
Filosofi yang dikemukakan adalah tentang kebutuhan ibu dan
bayi yang segera, untuk mengembangkan kebutuhan yang lebih luas
yaitu kebutuhan untuk persiapan menjadi orang tua.
B. Agents
Filosofi yang dikemukakan adalah tentang kebutuhan ibu dan
bayi yang segera untuk mengembangkan kebutuhan yang lebih luas

~ 41 ~
yaitu kebutuhan untuk persiapan menjadi orang tua (Danko et al.,
1989;Yanti, dkk., 2021).
Contoh kasus:
Bidan R memberikan konseling kepada wanita yang baru saja
menjadi seorang ibu setelah proses persalinan yang dialaminya
berjalan dengan lancar. Bidan R memberikan informasi mengenai
apa saja yang harus atau perlu dilakukan selama merawat bayinya.
Bidan R juga memberikan informasi mengenai apa saja yang
dibutuhkan bayi selama masa perkembangannya agar tumbuh
menjadi anak yang cerdas atau menjadi anak yang sesuai dengan
harapan orang tua (Alligood, & Foster, P., 1995; Asrinah,dkk., 2020;
Yanti, dkk., 2021).
Tenaga kesehatan juga harus memerhatikan 4 elemen dalam
“clinical nursing”. Empat elemen dalam “clinical nursing” tersebut
adalah:
1. Filosofi, cara yang ditempuh seorang bidan dalam
memikirkan hidup dan bagaimana kepercayaan mereka
mempengaruhi mereka.
2. Tujuan, sasaran dimana bidan bermaksud mencapai akhir
dari tindakan yang diambil. Semua aktifitas dimaksudkan
untuk mencapai agar seusatu hal menjadi lebih baik.
3. Praktek, tindakan dimana bidan melaksanakan sesuatu
dalam rangka memelihara kebutuhan pasien.
4. Seni atau Keterampilan, kemampuan untuk memahami
kebutuhan klien, dan mampu mengembangkan suatu
intuisi dalam hubungan dengan aktifitas mereka (Asrinah,
dkk., 2020).
Empat konsep yang mempengaruhi praktik keperawatan,
yaitu filosofi, tujuan, praktik dan seni. Contohnya seorang perawat
atau bidan harus ada suatu tujuan dalam memberikan suatu
pelayanan dan dalam mendesain sebuah klinik bersalin harus ada
nilai seninya agar menarik banyak klien(Yulianti, Lia dan Ai Yeyen
Rukiyah, 2021).
Filosofi Wiedenbach tentang asuhan kebidanan dan tindakan
kebidanan dapat dilihat dalam uraian yang jelas pada perawatan
maternitas dimana kebutuhan ibu dan bayi yang segera untuk
mengembangkan kebutuhan yang lebih luas yaitu kebutuhan ibu

~ 42 ~
dan ayah dalam persiapan menjadi orang tua(Yulifah Rita,
Surachmindari, 2023).
Dari model kepunyaannya tentang ilmu keperawatan klinis,
Ernestinemenemukan bahwa ada 4 elemen utama yang diperlukan
untuk ilmukeperawatan klinis(Danko et al., 1989;Yanti, dkk., 2021),
di antaranya antara lain:
Tabel 4.1. Empat Elemen ”Clinical Nursing”

Elemen Penjelasan
Cara yang ditempuh seseorang dalam
Filosofi memikirkan hidup dan bagaimana
kepercayaan mereka mempangaruhi mereka.
Sasaran di mana perawat bermaksud mencapai
akhir daritindakan yang diambil. Semua
Tujuan
aktivitas dimaksudkan untuk mencapai agar
sesuatuhal menjadi semakin baik.
Tindakan di mana perawat melaksanakan
Praktik sesuatu dalam rangka memelihara kebutuhan
pasien
Kemampuan untuk memahami kebutuhan
Seni klien, dan mampu mengembangkan suatu
intuisi dalam hubungan dengan aktivitas
merekaSumber: Weidenbach, Ernestine, (1964; 1972)

Selain itu, Wiedenbach juga yakin bahwa ada 3 bagian


esensial yang dihubungkan dengan filosofi keperawatan, yaitu:
1. Menghargai atas kehidupan yang telah diberikan.
(menghargai atas kepercayaanyg telah diberikan oleh
pasien kepada bidan, dan bidan memberikan pelayanan yg
memuaskan kepada pasien tersebut/ pelayanan prima
adalah pelayanan sesuai dengan standar).
2. Menghargai sebuah kehormatan, suatu yang berharga,
otonomi dan individualisme pada setiap orang.
3. Resolusi dalam menerapkan dinamisasi terhadap orang
lain (perobahan yg dilakukan dengan sesuai dengan
perkembangan zaman,contohnya dulu memotong tali
pusar dengan menggunakan sembilu,tapi sekarang
~ 43 ~
memotong tali pusar dengan gunting yang steril)
(Alligood, & Foster, P., 1995; Asrinah,dkk., 2020; Yanti,
dkk., 2021).
Filosofi ulang yang dikemukakan adalah tentang kebutuhan
ibu dan bayi yang segera, untuk mengembangkan kebutuhan yang
lebih luas yaitu kebutuhan persiapan menjadi orang tua.Empat
elemen dalam ”clinical nursing” yaitu:  filosofi,  tujuan,  praktik, dan 
seni atau keterampilan
Selain itu Ernestine juga yakin bahwa ada 3 bagian esensial
yang dihubungkan dengan filosofi keperawatan (Wiedenbach 1964):
1. Menghargai atas kehidupan yang telah diberikan
2. Menghargai sebuah kehormatan, suatu yang berharga,
otonomi, dan individualisme pada setiap orang
3. Resolusi dalam menerapkan dinamisasi terhadap orang
lain (Asrinah, dkk., 2020)
Filosofi yang dikemukakan adalah tentang kebutuhan ibu dan
bayi yang segera, untuk mengembangkan kebutuhan yang lebih luas
yaitu kebutuhan untuk persiapan menjadi orang tua (Danko et al.,
1989;Yanti, dkk., 2021).
Selain itu, penerapan dari tiga poin dasar dalam filosofi
kebidanan menurut Ernestine yaitu:
1. Menghargai atas kehidupan yang telah diberikan, maksud
dari teori tersebut, bahwa setiap tenaga kesehatan
terutama bidan harus menghargai setiap proses kehamilan
yang diinginkan serta tetap mempertahankan dan
mensupport kehamilan yang tidak diingikan individu.
2. Menghargai sebuah kehormatan, suatu yang berharga,
otonomi dan individualisme pada setiap orang. Bahwa
setiap bidan harus menghargai proses fisiologi dan
psikologi seorang ibu yang sedang hamil. Sebagai
seorang bidan, kita tidak diwajibkan mengeluh atas
dampak fisiologi yang sedang dialami seorang ibu hamil.
Bidan senantiasa mendampingi proses persalinan seorang
ibu hamil atau klien.
3. Resolusi dalam menerapkan dinamisasi terhadap orang
lain. Bahwa setiap bidan dalam melakukan praktik
kebidanan harus mengembangkan pengetahuannya

~ 44 ~
secara terus-menerus sesui dengan kemajuan yang
terjadi(Alligood, & Foster, P., 1995; Asrinah,dkk., 2020;
Yanti, dkk., 2021).
Ketika memperhatikan komponen ini, ilmu keperawatan
klinis ini ada lebihunuk diperhatikan, dan Ernestine mengerjakan ini
dengan memperhatikan 4tindakan dan proses, yaitu:
1. Refleks secara spontan
2. Dikondisikan otomatis
3. Dengan penuh tanggung jawab(Estiwidani Dwana,dkk.,
2018)
Dalam hubungan dengan perawatan praktek, ada 3
komponen yaitu:
1. Pemahaman kebutuhan klien.
2. Sediakan tindakan untuk membantu menengahi
kebutuhan itu.
3. Mengirimkan pengesahan atas tindakan yang diambil
untuk memenuhi kebutuhan pasien tersebut (Alligood,
M.R., 2014; Asrinah, dkk., 2020).
C. The Recipient
Perawat/bidan memberikan intervensi kepada individu
disesuaikan dengan situasi dan kebutuhan masing-masing (Raleigh,
1989). Recipient meliputi wanita, keluarga, dan masyarakat.
Perempuan menurut masyarakat oleh masyarakat tertentu tidak
mampu memenuhi kebutuhannya. Wiedenbach sendiri
berpandangan bahwa recipient adalah individu yang berkompeten
dan mampu melakukan segalanya sendiri, sehingga bidan/perawat
memberi pertolongan hanya apabila individu tersebut mengalami
kesulitan dalam memenuhi kebutuhannya sendiri(Mufdlilah, dkk.,
2022).
  Wiedenbach berpandangan bahwa recipient adalah individu
yang berkompeten dan mampu menentukan kebutuhan akan
bantuan (Aligood, M.R., 2014). Jadi perawat atau bidan harus
member pertolongan apabila individu tersebut mengalami kesulitan
dalam memenuhi kebutuhannya sendiri. Contohnya seorang bidan
memberi pertolongan kepada wanita, keluarga, serta masyarakat
yang mengalami kesulitan dalam memenuhi kebutuhannya,
terutama kebutuhan dalam bidang kesehatan(Yanti, dkk., 2021).
~ 45 ~
Perawat atau bidan memberikan intervensi kepada individu
disesuaikan dengan situasi dan kebutuhan masing-masing klien.
Recipient meliputi wanita, keluarga, dan masyarakat. Perempuan
menurut  masyarakat oleh masyarakat tertentu tidak mampu
memenuhi kebutuhannya (Alligood, & Foster, P., 1995; Asrinah,dkk.,
2020; Yanti, dkk., 2021).
Wiedenbach sendiri berpandangan bahwa recipient adalah
individu yang berkompeten dan mampu melakukan segalanya
sendiri, sehingga bidan atau perawat memberi pertolongan hanya
apabila individu tersebut mengalami kesulitan dalam memenuhi
kebutuhan sendiri (Danko et al., 1989;Yanti, dkk., 2021).
Penerima asupan adalah wanita dalam masa reproduksi,
keluarganya dan masyarakat yang karena suatu hal tidak dapat
memenuhi kebutuhannya. Sehingga bidan perlu melakukan
tindakan atau intervensi bila terdapat kendala yang menyebabkan
mereka tidak dapat memenuhi secara memuaskan(Yulianti, Lia dan
Ai Yeyen Rukiyah, 2021).
Dalam melakukan tindakan seorang bidan harus
mengumpulkan data terlebih dahulu, sehingga bidan dapat
mengetahui apa saja yang di butuhkan seorang ibu hamil, dan
riwayat kesehatan seorang klien, sehingga bidan dapat melakukan
perencanaan untuk mencegah terjadinya sesuatu di kemudian hari
(Asrinah, dkk., 2020; Estiwidani Dwana,dkk., 2018; Mufdlilah, dkk.,
2022; Yanti, dkk., 2021; Yulianti, Lia dan Ai Yeyen Rukiyah, 2021;
Yulifah Rita, Surachmindari, 2023).
Contoh kasus:
Bidan L memberikan informasi mengenai cara memandikan
bayi dengan benar, cara memberikan ASI pada bayi dengan
benar, cara memberikan pola tidur dan menidurkan bayi
dengan benar pada Ny. L beberapa hari setelah bersalin. Hal
tersebut bertujuan agar ibu dapat melakukan semuanya
sendiri tanpa bantuan bidan secara terus-menerus(Yulifah
Rita, Surachmindari, 2023).
D. The Goal or Purpose
Tujuan dari proses keperawatan adalah membantu orang
yang membutuhkan pertolongan. Konsep Wiedenbach tujuan akhir
dari perawatan “sebuah ukuran atau tindakan yang diperlukan dan
~ 46 ~
diinginkan seseorang dan berpotensi untuk merobah atau
memperpanjang kemampuan seseorang tersebut untuk mengatasi
keterbatasan“ (Danko et al., 1989; Wiedenbach’s, 1964).
Disadari bahwa kebutuhan masing-masing individu perlu
diketahui sebelum menemukan goal. Bila sudah diketahui kebutuhan
ini, maka dapat diperkirakan goal yang akan dicapai dengan
mempertimbangkan tingkah laku fisik, emosional atau psikologis
yang berbeda dari kebutuhan yang biasanya disesuaikan dengan
kebutuhan masing-masing individu dengan memperhatikan tingkah
laku fisik, emosional atau psikologis. Untuk bisa mengidentifikasi
kebutuhan pasien, bidan/perawat harus menggunakan mata, telinga,
tangan, serta pikirannya (Danko et al., 1989;Yanti, dkk., 2021).
Disadari bahwa kebutuhan masing-masing individu perlu
diketahui sebelum menemukan goal. Bila sudah menemukan
kebutuhan ini, maka dapat diperkirakan goal yang akan dicapai
dengan mempertimbangkan tingkah laku fisik, emosional atau
psikologis yang berbeda dari kebutuhan yang biasanya disesuaikan
dengan kebutuhan masing-masing individu dengan memperhatikan
tingkah laku fisik, emosional atau psikologis. Untuk bisa
mengidentifikasi kebutuhan pasien, bidan harus menggunakan
mata, telinga, tangan, serta pikirannya (Alligood, M.R., 2014;
Asrinah, dkk., 2020).
Bahwa kebutuhan masing-masing individu perlu diketahui
sebelum menemukan tujuannya. Bila sudah diketahui kebutuhan ini,
maka bidan dapat memperkirakan goal yang akan dicapai dengan
mempertimbangkan tingkah laku fisik, emosional atau psikologis
yang berbeda dari kebutuhan yang biasanya disesuaikan dengan
kebutuhan masing-masing individu dengan memperhatikan tingkah
laku fisik, emosional atau psikologis. Untuk bisa mengidentifikasi
kebutuhan pasien, seorang bidan harus menggunakan mata, telinga,
tangan, serta pikirannya untuk mengumpulkan data dalam
mencapai tujuan(Yanti, dkk., 2021; Yulianti, Lia dan Ai Yeyen
Rukiyah, 2021; Yulifah Rita, Surachmindari, 2023).Tujuan dari proses
keperawatan adalah membantu orang yang membutuhkan
pertolongan(Asrinah, dkk., 2020; Estiwidani Dwana,dkk., 2018;
Mufdlilah, dkk., 2022).
Untuk bisa membantu pasien, bidan harus mempunyai:

~ 47 ~
1. Pengetahuan, agar seorang bidan mampu memahami
kebutuhan dan kelainan-kelainan pada   klien;
2. Penilaian, seorang bidan mampu mengambil keputusan
dalam memberikan tindakan kepada klien;
3. Keterampilan, seorang bidan memiliki ketrampilan untuk
memenuhi kebutuhan pasien(Asrinah, dkk., 2020;
Estiwidani Dwana,dkk., 2018; Mufdlilah, dkk., 2022; Yanti,
dkk., 2021; Yulianti, Lia dan Ai Yeyen Rukiyah, 2021;
Yulifah Rita, Surachmindari, 2023).
Contoh kasus:
Bidan U melakukan tindakan atau intervensi hanya pada saat
Ny. U mendapat kendala yang menyebabkan Ny. U tidak
dapat memenuhi kebutuhan secara memuaskan(Asrinah,dkk.,
2020; Yanti, dkk., 2021).
E.  Means
Untuk mencapai tujuan dari asuhan kebidanan Wiedenbach
menentukan beberapa tahap yaitu:
1. Identifikasi kebutuhan klien
2. Ministration, yaitu memberikan dukungan dalam
pencarian pertolongan yang dibutuhkan
3. Validation, mengecek apakah bantuan yang diberikan
merupakan bantuan yang dibutuhkan
4. Coordination, koordinasi sumber-sumber yang dibutuhkan
untuk memenuhi kebutuhan pasien (Danko et al.,
1989;Yanti, dkk., 2021).
Untuk bisa membantu pasien, perawat/bidan harus
mempunyai:
1. Pengetahuan, untuk bisa memahami kebutuhan pasien
2. Penilaian, kemampuan pengambilan keputusan
3. Ketrampilan, kemampuan untuk memenuhi kebutuhan
pasien(Asrinah, dkk., 2020)
Contohnya dalam mencapai suatu tujuan seorang bidan harus
memberikan pertolongan yang tepat kepada pasien atau klien.
Misalnya, pada ibu intranatal yang mengalami pendarahan. Pada
kondisi ini, bidan harus memberikan obat untuk menghentikan
darah pasien, dengan pengetahuan, penilaian dan keterampilan dari

~ 48 ~
seorang bidan kemungkinan besar klien dapat tertolong (Alligood, &
Foster, P., 1995; Asrinah,dkk., 2020; Yanti, dkk., 2021).
Untuk mencapai tujuan dari asuhan kebidanan, Wiedenbach
menentukan beberapa tahap, yaitu:
1.  Identifikasi Kebutuhan Klien
Identifikasi kebutuhan klien, memerlukan keterampilan dan
ide dari seorang bidan. Misalnya, sebelum menentukan tindakan
atau intervensi, seorang bidan harus melakukan pengumpulan data
yang berupa riwayat kesehatan, riwayat kehamilan, riwayat
pernikahan klien(Weidenbach, Ernestine,  1964; Yulifah Rita,
Surachmindari, 2023).
Contoh kasus:
Bidan melakukan pendataan pada seorang ibu hamil 6 bulan
yang mengalami keluhan tidak adanya dorongan-dorongan
(tendangan-tendangan) yang dilakukan bayi didalam
kandungan. Pendataan tersebut meliputi riwayat kesehatan,
riwayat kehamilan, riwayat persalinan, riwayat pernikahan.
Pendataan tersebut bertujuan agar tujuan mengidentifikasi
dapat terpenuhi dan identifikasi menjadi lebih rinci(Yulifah
Rita, Surachmindari, 2023).
2.  Ministration
Ministration yaitu memberikan dukungan dalam pencarian
pertolongan yang dibutuhkan. Seorang bidan memberikan asuhan
dukungan perencanaan untuk menemukan pertolongan yang tepat
pada kasus yang dialami klien(Weidenbach, Ernestine,  1964;
Yulianti, Lia dan Ai Yeyen Rukiyah, 2021).
Contoh kasus:
Seorang klien ingin melakukan KB. Maka seorang bidan dapat
memberikan obat serta penanganan yang tepat(Yulianti, Lia
dan Ai Yeyen Rukiyah, 2021).
3.  Validation
Validation, mengecek apakah bantuan yang diberikan oleh
bidan  merupakan bantuan yang dibutuhkan klien(Danko et al.,
1989;Weidenbach, Ernestine,  1964; Yanti, dkk., 2021).

~ 49 ~
Contoh kasus:
Ada seorang ibu pasca melahirkan, jika ibu belum sanggup
melakukan aktifitas sendiri, seorang bidan wajib
mendampingi ibu sesuai kebutuhannya, seperti membantu
personal hyginenya(Yanti, dkk., 2021).
4.   Coordination
Coordination koordinasi sumber-sumber yang dibutuhkan
untuk memenuhi kebutuhan klien. Seorang bidan membangun
komunikasi dengan klien dan keluarga klien agar dapat mengetahui
kebutuhan-kebutuhan yang sesuai untuk klien (Alligood, M.R., 2014;
Asrinah, dkk., 2020; Weidenbach, Ernestine,  1964).
Contoh kasus:
Seorang Bidan meminta seorang ibu untuk melakukan
pemeriksaan USG pada dokter. Hal tersebut disetujui oleh
ibu. Pemeriksaan USG dilakukan untuk mengetahui posisi
kepala rahim karena, bidan kesulitan untuk menemukan
posisi tersebut. Pasien pun sangat memerlukan informasi USG
tersebut demi kelancaran proses persalinan yang akan
dihadapinya nanti (Yanti, dkk., 2021).
Untuk bisa membantu pasien, bidan harus mempunyai:
1. Pengetahuan, artinya agar bidan bisa memahami
kebutuhan dan kelainan-kelainan pada pasien.
2. Penilaian, artinya bidan mampu mengambil keputusan
dalam memberikan tindakan kepada klien.
3. Keterampilan, artinya bidan memiliki keterampilan untuk
memenuhi kebutuhan pasien(Estiwidani Dwana,dkk.,
2018).
F.  Framework
Frameworkyaitu kerangka kerja yang terdiri dari lingkungan
sosial, organisasi, dan profesional. Contohnya dalam melaksanakan
tugasnya harus mengutamakan keprofesionalan kerja. Jangan
mencampuradukkan masalah keluarga dengan masalah
pekerjaan(Mufdlilah, dkk., 2022; Weidenbach, Ernestine,  1964).
Framework adalah kerangka kerja yang terdiri dari lingkungan
sosial, organisasi, dan profesional. Bahwa dalam kehidupan sehari-
hari bidan tidaklah bekerja sendiri namun, ia juga memerlukan
~ 50 ~
tenaga kesehatan yang lainnya atau disebut managemen team
(Alligood, & Foster, P., 1995; Asrinah,dkk., 2020; Yanti, dkk., 2021).
Konsep keperawatan Ernestine sebagai latihan untuk
mengidentifikasi kebutuhan yang dibutuhkan oleh pasien, utuk
membantupenelitian pemberian sopan santun dan keselarasan,
perkembangan darimaksud ini yaitu keselarasan dengan pasien,
menentukan penyebab dariketidaknyamanannya, dan menemukan
kemampuan pasien untukmemecahkan ketidaknyamanannya atau
jika pasien tersebut memerlukanbantuan dari perawat atau tenaga
kesehatan profesional yang lain(Yanti, dkk., 2021).
Perawat utamanya harus bisa mengidentifikasi pasien yang
membutuhkanpertolongan. Dalam memberikan perawatan seorang
perawat menggunakanpandapat baik melalui perundingan, latihan,
dan pemberian pendidikantentang gejala-gejala. Persepsi pasien dari
situasi ini adalah pertimbanganpenting bagi perawat ketika
memberikan perawatan yang kompeten(Danko et al., 1989;Yanti,
dkk., 2021).
Contoh kasus:
Seorang bidan desa melakukan penyuluhan pada ibu-ibu
hamil di desa tersebut. Penyuluhan tersebut dibantu oleh
teman-teman bidan yang lain serta ditolong oleh beberapa
perawat yang membantu menyampaikan beberapa hal
penting pada ibu-ibu hamil (Asrinah,dkk., 2020; Yanti, dkk.,
2021).
1. Praktik Keperawatan Wiedenbach
Framework yaitu kerangka kerja yang terdiri dari lingkungan
sosial, organisasi, dan profesional.Framework yaitu kerangka kerja
yang terdiri dari lingkungan sosial, organisasi, dan professional
(Yulianti, Lia dan Ai Yeyen Rukiyah, 2021).
Tujuan Wiedenbach dalam teorinya adalah untuk
mengindentifikasi bantuan yang dibutuhkan pasien melalui tahapan
berikut:
1. Mengobservasi perilaku yang konsisten atau tidak
konsisten terhadap kenyamanan pasien.
2. Mengeksplorasi maksud atau arti dari perilaku pasien.
3. Memastikan penyebab ketidaknyamanan atau
ketidakmampuan pasien.
~ 51 ~
4. Menentukan apakah pasien dapat mengatasi masalahnya
sendiri atau membutuhkan bantuan (Aligood, M.R., 2014).
Model praktik keperawatan Wiedenbachdigambarkan
sebagai berikut:

Sumber: Weidenbach, Ernestine (1958, 1972)


Gambar 4.1.Model Praktik Keperawatan Wiedenbach
Wiedenbach mengidentifikasi tigaelemen interdependen
dalam preskriptif teorinya yaitu: tujuan utama yang menjadi alasan
perawat, preskriptif dari aksi dalam pertimbangan untuk pencapaian
misi dan realitas yang menantang kecerdikan dan kreativitas
perawat sebagai usaha untuk memenuhi tujuan utama keperawatan
melalui praktek. Kemudian, tiap-tiap perawat memformulasikan
preskriptif teorinya sebagai sebuah disiplin praktik sesuai dengan
realitas dan situasi (Alligood, M.R., 2014; Asrinah, dkk., 2020).
2.  Fokus Konseptual Wiedenbach
Pengelolaan bantuan yang dibutuhkan Gambar 4.2.
Pemberian bantuan untuk pertolongan (Wiendenbach, 1964). Fokus
konseptual Wiedenbach dan komponen-komponen praktik
keperawatan digambarkan sebagai berikut:

~ 52 ~
Sumber: Weidenbach, Ernestine (1964; 1972)
Gambar 4.2. Fokus Konseptual Wiedenbach
Berdasarkan ilustrasi di atas, pusat dari bulatan adalah
pengalaman individu atau pasien. Individu menerima pelayanan
secara langsung melalui komponen-komponen praktik klinik.
Komponen-komponen ini mengidentifikasi need-for-help, pemberian
bantuan (pertolongan) yang dibutuhkan (Gambar 4.1), dan validasi
bantuan yang dibutuhkan (Gambar 4.2) (Danko et al., 1989;Yanti,
dkk., 2021).
Komponen ini memasukkan koordinasi pelayanan
keperawatan, kolaborasi, dan konsultasi secara langsung.
Pendidikan keperawatan, administrasi keperawatan dan organisasi
keperawatan terlihat sebagai level praktik selanjutnya, dengan
bekerja bersama-sama untuk mencapai perawatan yang berkualitas.
Advanced study, penelitian, dan publikadi dipandang sebagailevel
tertinggi pada praktik keperawatan profesional untuk
menginvestigasi masalah keperawatan dan mencari solusi (Alligood,
& Foster, P., 1995; Asrinah,dkk., 2020; Yanti, dkk., 2021).
Wiedenbach percaya bahwa perbaikan kualitas praktik
keperawatan dengan pendidikan yang didukung usaha perawat
secara individual untuk bertanggung jawab akan hasil tanpa adanya
pelanggaran keperawatan yang ideal. Wiedenbach mengatakan
bahwa pelayanan keperawatan dan pendidikan keperawatan saling
ketergantungan (Aligood, M.R., 2014; Wiedenbach, Ernestine, 1972).
Melalui kerja sama dengan mutual respect, dan melalui
pembelajaran yang sistematik akan masalah yang telah menjadi
pengalaman dalam praktik keperawatan, perawat dapat
memberikan konsistensi dan stabilitas pada penyediaan pelayanan
~ 53 ~
keperawatan yang berkualitas(Yulianti, Lia dan Ai Yeyen Rukiyah,
2021).Adapun skema dari pengelolaan bantuan yang dibutuhkan
dan validasi bantuan digambarkan dalam skema-skema di bawah
ini.

Sumber: Weidenbach, Ernestine (1970, 1972)


Gambar 4.3 Pemberian Bantuan untuk Pertolongan

~ 54 ~
Perawat memformulasikan perencanaan dalam pertemuan
dengan pasien need-for helpberdasarkan sumber: “apa yang pasien
pikirkan, ketahui, dapat dilakukan, telah dilakukan”+ “apa yang
perawat pikirkan, ketahui, dapat dilakukan, telah
dilakukan”perawat membuat perencanaan untuk pasienpasien
merespon presentasi perencanaan(Alligood, & Foster, P., 1995;
Asrinah,dkk., 2020; Yanti, dkk., 2021).
Validasi bantuan yang dibutuhkan yang telah ditemukan
digambarkan sebagai berikut:

Sumber: Weidenbach, Ernestine (1965; 1963)


Gambar 4.4. Validasi Bantuan yang Dibutuhkan
3. Tahap Mencapai Tujuan Keperawatan
Tinjauan sejarah menunjukkan bahwa keperawatan telah
menyusun pengetahuan keperawatan yang sedang berkembang.
Konsep dan teori keperawatan telah berkembang sejak zaman
Nightingale, seorang yang telah mendirikan keperawatan, berkata
dengan penuh keyakinan tentang keperawatan sebagai profesi yang
~ 55 ~
membutuhkan pengetahuan yang membuatnya berbeda dengan
pengetahuan kedokteran (Danko et al., 1989;Yanti, dkk., 2021).
Melalui teori Ernestine Wiedenbachadalah untuk
mengindentifikasi bantuan yang dibutuhkan pasien melalui tahapan
berikut:
1. Mengobservasi perilaku yang konsisten atau tidak
konsisten terhadap kenyamanan pasien.
2. Mengeksplorasi maksud/arti dari perilaku pasien.
3. Memastikan penyebab ketidaknyamanan atau
ketidakmampuan pasien.
4. Menentukan apakahpasien dapat mengatasi masalahnya
sendiri atau membutuhkan bantuan (Aligood, M.R., 2014;
Wiedenbach, Ernestine, 1963,  1972).

~ 56 ~
BAB V
BERPIKIR KRITIS WIEDENBACH

A.  Pendahuluan
Tujuan perawat adalah untuk merawat pasiennya dengan
baik. Oleh karena itu, aktivitasnya mengarah pada keselamatan dan
kebaikan pasien secara keseluruhan. Dalam Ernestine Weidenbach's
Helping,perawat harus menemukan berbagai cara untuk membuat
kondisi pasien menjadi lebih baik. Mereka mungkin membutuhkan
bantuan satu sama lain, namun mereka bergerak menuju kemajuan
pasien.
Tujuan mereka sebenarnya adalah untuk bertanggungjawab
dalam merawat pasiennya dan memenuhi kebutuhan perawatan
kesehatannya menuju kondisi yang sehat. Perawat menjalankan
rencana medis yang sesuai yang dianggap sesuai dengan kondisi
pasien. Semua tindakannya diarahkan untuk mencapai tujuannya
dalam memperbaiki kondisi pasien melalui metode terbaik.
B. Kekuatan Teori Deskriptif
Model Wiedenbach memenuhi kriteria kejelasan karena
konsep dan definisinya jelas, konsisten, dan dapat dimengerti.
(Alligood, M.R., Tomey, A.M., 2002; Alligood, & Foster, P., 1995)
Konsep utama dalam teori ini cenderung kongkret dan tidak
berobah, misalnya kenyamanan, validasi, dan kebutuhan akan
bantuan (Aligood, M.R., 2014). Karena nyaman atau tidaknya pasien
tergantung pada persepsi pasien. Kekuatan deskriptif dari teori
tersebut tertahan oleh kurangnya kejelasan. Prinsip bantuan terbuka
untuk proposisi. Misalnya, ketika perawat mengamati inkonsistensi
dalam tindakan pasien, mereka menggunakan ketekunan dalam
mengidentifikasi kebutuhan bantuan dan menawarkan bantuan
(Aligood, M.R., 2014; Meleis, A. Ibrahim. 2006).
Banyak pernyataan relasional untuk teori untuk
diklasifikasikan sebagai teori sederhana. Konsep tersebut mencakup
kebutuhan-untuk-bantuan, praktik keperawatan, dan seni
keperawatan. Semua konsep ini saling terkait, sama pentingnya, dan
tidak memiliki arti selain interaksi mereka. Hubungan antar

~ 57 ~
komponen utama dapat dihubungkan, tetapi sulit untuk membuat
diagram beberapa konsep dalam model (Meleis, A. Ibrahim. 2006).
Ruang lingkup konsep pasien, keperawatan, dan kebutuhan
bantuan sangat luas dan oleh karena itu bersifat umum.
Bagaimanapun, konsep butuh bantuan didasarkan pada pengakuan
pasien akan kebutuhan mereka akan bantuan (Aligood, M.R., 2014).
Juga, asumsi bahwa semua perawat tidak memiliki filosofi
keperawatan yang serupa mengurangi keumuman model. (Alligood,
M.R., Tomey, A.M., 2002; Alligood, & Foster, P., 1995)
Validasi suatu teori dilakukan melalui penelitian; oleh karena
itu kegunaan teori ditentukan. Dalam model Widenbach, kriteria
hanya terpenuhi sebagian. Konsep praktik keperawatan dan
kebutuhan bantuan didefinisikan dan diukur secara operasional.
Namun, gagasan butuh bantuan tidak selalu tepat. Juga, ada sedikit
usaha untuk mendefinisikan seni keperawatan secara operasional.
Akibatnya, akan sulit menguji teori ini. Namun, masih banyak
penelitian yang harus dilakukan dengan model ini (Alligood, M.R.,
Tomey, A.M., 2002; Alligood, & Foster, P., 1995)
Konsekuensi yang dapat diturunkan mengacu pada efek
keseluruhan dari teori dan pentingnya penelitian keperawatan,
praktek, dan pendidikan. Model ini memenuhi tujuan yang
dikembangkan untuk menggambarkan praktik profesional. Teori ini
berfokus pada interaksi perawat-pasien dan memandang pasien dari
sudut pandang holistik (Alligood, M.R., Tomey, A.M., 2002;
Alligood, & Foster, P., 1995).
Teori yang disajikan sesuai dengan filosofi pribadi saya
karena teori tersebut berfokus pada banyak aspek penting yang
berfokus pada perawatan pasien. Misalnya, penghormatan atas
anugerah kehidupan, penghormatan terhadap martabat, nilai,
otonomi, dan individualitas setiap manusia, dan resolusi untuk
bertindak secara dinamis dalam kaitannya dengan keyakinan
seseorang adalah cara ideal yang sesuai dengan filosofi saya sendiri.
Saya selalu menghormati anugerah kehidupan (Alligood, & Foster,
P., 1995; Asrinah,dkk., 2020; Yanti, dkk., 2021). Penting untuk
diketahui bahwa selalu ada sesuatu yang berharga untuk dijalani
(Danko et al., 1989;Yanti, dkk., 2021).

~ 58 ~
Menghormati martabat, harga, otonomi, dan individualitas
juga penting karena menghormati pasien akan membantu
membangun kepercayaan bagi perawat. Individualitas setiap
manusia memungkinkan Anda berfokus pada rencana perawatan
individu yang harus dirumuskan perawat untuk merawat setiap
pasien. Alasan keberadaan perawat adalah karena ada pasien di luar
sana yang membutuhkan bantuan (Weidenbach, Ernestine,  1964,
1968,1972; Yulifah Rita, Surachmindari, 2023).
Saat ini, perawat menerapkan konsep Wiedenbach ke dalam
praktik klinis mereka. Teori Wiedenbach diterima dengan tangan
terbuka untuk komunitas perawat. Misalnya, ibu menginginkan
persalinan senatural mungkin. Mengambil dari pengalamannya
selama bertahun-tahun sebagai perawat-bidan, Wiedenbach
menerbitkan Childbirth as Mothers Say They Like It. Selain itu, ibu
menginginkan instruksi tentang persalinan, partisipasi ayah,
partisipasi penuh dalam proses persalinan dan persalinan, dan rawat
inap dengan bayi mereka selama periode postpartum (Alligood,
M.R., Tomey, A.M., 2002; Alligood, & Foster, P., 1995).
Teori Wiedenbach juga diterima ketika berhubungan dengan
pendidikan dengan melayani praktik keperawatan dalam empat cara
utama
1. Ini bertanggungjawab untuk persiapan practioner masa
depan keperawatan.
2. Ini mengatur mahasiswa perawat untuk mendapatkan
pengalaman di bidang klinis rumah sakit atau di rumah
pasien.
3. Perwakilannya dapat berfungsi di bidang klinis dan
bekerja sama dengan staf.
4. Ini menawarkan kesempatan pendidikan bagi perawat
untuk studi khusus atau lanjutan (Alligood, M.R., Tomey,
A.M., 2002; Alligood, & Foster, P., 1995).
Penerapan model Wiedenbach pada praktik klinis menuntut
perawat memiliki pengetahuan tentang pemahaman psikologi
manusia, kompetensi keterampilan klinis, dan kemampuan menjaga
komunikasi dengan pasien dan keluarga. Selain itu, perawat harus
membuat penilaian klinis dan menggunakannya dalam membuat
keputusan tentang perawatan pasien dan mampu memahami

~ 59 ~
perilaku pasien (Alligood, M.R., Tomey, A.M., 2002; Alligood, &
Foster, P., 1995).
Namun, dalam model Wiedenbach, fokus penelitian
keperawatan terkait dengan respon pasien terhadap pengalaman
perawatan kesehatan. Modelnya mempromosikan hubungan
keluarga, mengontrol faktor yang menonaktifkan kondisi, dan
menggunakan praktik perawatan kesehatan. Misalnya, konsep need-
for-help Wiedenbach digunakan sebagai fokus penelitian doktoral
yang diselesaikan pada tahun 1988 (Alligood, & Foster, P., 1995;
Asrinah,dkk., 2020; Yanti, dkk., 2021).
Perilaku vokal dan tubuh wanita pada tahap pertama
persalinan direkam dalam video untuk menentukan kapan
kebutuhan bantuan terjadi. Temuan menunjukkan bahwa perilaku
mencari-perawatan dipengaruhi oleh pengalaman kognitif
membutuhkan bantuan dan bahwa perilaku ini adalah ukuran yang
dapat diamati dari kebutuhan bantuan nonverbal dan penurunan
koping (Alligood, M.R., Tomey, A.M., 2002; Alligood, & Foster, P.,
1995).
Seperti yang Anda lihat dari informasi di atas, kehidupan
Ernestine Wiedenbach sangat inspiratif. Dia membuka begitu banyak
pintu dengan teorinya dan mampu menerapkan teorinya dengan
dunia keperawatan modern saat ini. Dia memberikan banyak
kontribusi untuk keperawatan tidak hanya dengan mengembangkan
teori keperawatan tetapi juga sebagai pembela bagi siswa di mana
saja. Warisannya adalah salah satu yang harus dipelajari dan sangat
dihargai. Teori ini, serta banyak kontribusinya yang lain dalam
keperawatan akan bertahan seumur hidup (Danko et al., 1989;Yanti,
dkk., 2021).
Berpikir adalah proses tertentu di otak yang menghubungkan
suatu situasi dan fakta, ide dengan fakta, ide atau kejadian lainnya
agar mampu menemukan suatu kesimpulan yang tepat dan sesaui
untu digunakan dalam mencari penyelesaian terhadap masalah yang
dihadapinya (Weidenbach, Ernestine,  1964).
Berpikir adalah menggunakan pikiran dan mencakup
membuat pendapat, membuat keputusan menarik kesimpulan dan
merefleksikan. Berpikir merupakan suatu proses yang aktif dan
terkoordinasi. Ketika perawat mengarahkan berpikir kearah

~ 60 ~
pemahaman dan menemukan jalan keluar dari masalah kesehatan
klien, prosesnya menjadi bertujuan dan berorientasi pada tujuan.
Dalam kaitannya dengan keperawatan, berpikir kritis adalah
reflektif, pemikiran yang masuk akal tentang masalah keperawatan
tanpa ada solusi dan difokuskan pada keputusan apa yang harus di
yakini dan dilakukan (Weidenbach, Ernestine,  1964; Yulianti, Lia
dan Ai Yeyen Rukiyah, 2021).
Berpikir secara kritis menantang individu untuk menelaah
asumsi tentang informasi terbaru dan untuk menginterpretasikan
serta mengevaluasi uraian dengan tujuan mencapai simpulan atau
perspektif baru (Potter, P.A., & Perry, A.G., 2005).
Banyak yang telah mendefenisikan berpikir kritis, tapi pada
dasarnya berpikir krtitis lebih banyak diartikan sebagai suatu proses
dari pada suatu tujuan (Wiedenbach, Ernestine, 1958). Berpikir kritis
dalam keperawatan merupakan suatu komponen esensial dari
akuntabilitas profesional dan kualitas asuhan keperawatan. Perawat
diminta untuk bisa berpikir kritis dengan menggunakan
pengetahuan mengenai ilmu keperawatannya secara menyeluruh
agar bisa memberikan perawatan yang efektif (Meleis, A. Ibrahim.
2006).
Sikap berpikir kritis adalah nilai yang harus ditunjukkan
keberhasilannya oleh pemikir kritis. Perawat harus menunjukkan
keterampilan kognitif untuk berpikir secara kritis, tetapi juga
penting untuk memastikan bahwa keterampilan ini digunakan
secara adil dan bertanggung jawab (Potter, P.A., & Perry, A.G., 2005).
Seorang perawat harus memiliki kemampuan untuk menggali
setiap perobahan yang terjadi pada kondisi pasien, memberikan
pelayanan keperawatan mandiri dan tanggap terhadap berbagai
permintaan dan bisa menentukan prioritas. Hal ini tentu saja
membutuhkan kemampuan berpikir kritis yang mempunyai
kemampuan untuk menyelesaikan masalah yang terjadi secara baik
serta bisa berkomunikasi dengan lancar dan jelas (Wiedenbach,
Ernestine, 1963).
Berpikir kritis dalam keperawatan merupakan keterampilan
berpikir perawat menguji berbagai alasan secara rasional sebelum
mengambil keputusan dalam asuhan keperawatan. Berpikir kritis
dalam asuhan keperawatan memberikan jaminan keamanan dan

~ 61 ~
memenuhi standar pelayanan. Berpikir kritis merupakan suatu
pengujian yang rasional terhadap beberapa ide, kesimpulan, prinsip,
argumen, penjelasan, persoalan, pernyataan, keyakinan dan
tindakan, serta inti dari praktik keperawatan profesional (Dickoff, J.,
James, P., & Wiedenbach, Ernestine, 1968b). Berpikir menjadi bagian
tak terpisahkan dari asuhan keperawatan yang dilakukan oleh
perawat (Yulifah Rita, Surachmindari, 2023).
Perawat merupakan sumber daya manusia terpenting di
rumah sakit karena selain jumlahnya yang dominan dominan (55-
65%) juga merupakan profesi yang memberikan pelayanan yang
konstan dan terus menerus selama 24 jam kepada pasien setiap hari
(Meleis, A. Ibrahim. 2006). Oleh karena itu, pelayanan keperawatan
sebagai bagian integral dari pelayanan kesehatan jelas mempunyai
kontribusi yang sangat menentukan kualitas pelayanan di rumah
sakit.Sehingga setiap upaya untuk meningkatkan kualitas pelayanan
rumah sakit harus juga disertai upaya untuk meningkatkan kualitas
pelayanan keperawatan (Yulianti, Lia dan Ai Yeyen Rukiyah, 2021).
Perawat akan menemukan berbagai situasi klinis yang
berkaitan dengan masyarakat atau pasien, anggota keluarga dan
tenaga kesehatan lainnya, sehingga penting untuk berpikir kritis
pada setiap situasi. Perawat harus mengembangkan kemampuan
berpikir kritis dalam menyelesaikan masalah dan pengelaman baru
yang menyangkut pasien dengan cara berpikiran terbuka, kreatif,
percaya diri, dan bijaksana(Yanti, dkk., 2021).
Perawat memiliki peranan penting dalam penganmbilan
keputusan klinis yang tepat dan akurat. Pengambilan keputusan
klinis merupakan hal yang membedakan antara perawat dan staf
teknis. Perawat profesional akan mengambil tindakan yang cepat
dan tepat ketika keadaan klien memburuk, mendeteksi jika pasien
mengalami komplikasi serta memiliki inisiatif untuk mengatasinya
(Potter, P.A., & Perry, A.G., 2005).
Lulusan perawat akan sering dihadapkan pada pasien dengan
berbagai macam situasi dan dituntut untuk mampu berpikir kritis
dan sistematis untuk menganalisis sesuai penyakit yang diderita
pasien (Alligood, M.R., 2010). Alligood, M.R., Tomey, A.M., (2002)
mendukung pendapat tersebut dengan menjelaskan rentang
perawatan pasien di rumah sakit bervariasi mulai dari kasus ringan

~ 62 ~
hingga kasus yang kompleks, sehingga menuntut perawat untuk
berpikir kritis dan mempunyai waktu tanggap yang cepat (Alligood,
M.R., Tomey, A.M., 2002; Alligood, & Foster, P., 1995),
C. Elemen Berpikir Kritis
Mutu asuhan keperawatan menjadi alat utama menjaga
kepercayaan pelanggan pelayanan. Asuhan keperawatan bermutu
dilakukan dengan meningkatkan kemampuan berpikir kritis
perawat dalam melakukan proses keperawatan. Pelayanan
keperawatan didasarkan pada pendekatan pengambilan keputusan
yang dapat ditingkatkan dengan berpikir kritis (Danko et al.,
1989;Yanti, dkk., 2021).
Standar praktik keperawatan profesional di Indonesia telah
dijabarkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) pada
tahun 2000. Standar tersebut mengacu pada proses keperawatan
yang terdiri atas lima tahap, yaitu pengkajian, diagnosis,
perencanaan, implementasi, dan evaluasi (Mufdlilah, dkk., 2022).
Proses keperawatan adalah satu pendekatan untuk
pemecahan masalah yang memampukan perawat untuk mengatur
dan memberikan asuhan keperawatan. Proses keperawatan
mengandung elemen berpikir kritis yang memungkinkan perawat
membuat penilaian dan melakukan tindakan berdasarkan nalar
(Potter, P.A., & Perry, A.G., 2005).
Perawat yang pemikir kritis akan mempunyai sikap-sikap
tersebut beserta aplikasi keperawatannya (Weidenbach, Ernestine, 
1964, 1968,1972; Yulianti, Lia dan Ai Yeyen Rukiyah, 2021; Yulifah
Rita, Surachmindari, 2023), yaitu:
1. Berpikir Mandiri
Mengingat berbagai ide sebelum membuat kesimpulan
sendiri dengan mencari literature keperawatan, terutama ketika ada
pandangan yang berbeda pada subjek yang sama. Berbicara dan
berdiskusi dengan perawat lain dan berbagi ide tentang intervensi
keperawatan yang akan dilakukan (Potter, P.A., & Perry, A.G., 2005).
2.  Ketekunan
Keinginan untuk mencari wawasan dan kebenaran lebih jauh
meskipun sulit. Banyak waktu dan energi akan dibutuhkan untuk

~ 63 ~
mendapatkan dan mempertimbangkan informasi baru dan
membentuk wawasan baru (Craven & Hirnle, 2009). Jika
mendapatkan informasi yang tidak lengkap atau hilang tentang
pasien perawat harus mengklarifikasi atau langsung menanyakan
pada pasien secara langsung. Mencoba berbagai pendekatan dan
mencari sumber informasi sampai mendapatkan solusi yang tepat
(Potter, P.A., & Perry, A.G., 2005).
3. Curiosity
Menjadi termotivasi untuk mencapai dan bertanya
“mengapa”. Sebuah tanda klinis atau gejala sering menunjukkan
berbagai masalah (Craven & Hirnle, 2009). Mengeksplorasi dan
belajar lebih banyak tentang pasien sehingga membuat penilaian
klinis yang tepat (Potter, P.A., & Perry, A.G., 2005).
4.  Kreativitas
Menciptakan ide-ide baru dan pendekatan alternatif atau
pendekatan yang berbeda jika intervensi tidak bekerja untuk pasien
(Meleis, A. Ibrahim. 2006). Implementasi keperawatan pasien yang
nyeri mungkin membutuhkan posisi yang berbeda atau teknik
distraksi, perawat dapat melakukan pendekatan yang melibatkan
keluarga pasien untuk diterapkan di rumah (Potter, P.A., & Perry,
A.G., 2005).
5.  Kepercayaan
Merasa yakin dalam kemampuan seseorang untuk mencapai
tujuan belajar bagaimana untuk memperkenalkan diri kepada
pasien, berbicara dengan keyakinan ketika mulai melakukan
tindakan dengan sesuai prosedur (Alligood, M.R., 2010). Seorang
pasien berpikir bahwa seorang perawat dapat melakukan tindakan
keperawatan, selalu dipersiapkan dengan baik sebelum melakukan
aktivitas keperawatan dan mendorong pasien untuk mengajukan
pertanyaan (Potter, P.A., & Perry, A.G., 2005).
6. Keadilan
Keinginan untuk menelaah sudut pandang orang lain dengan
standar intelektual yang sama, dan tidak dipengaruhi oleh
kepentingan atau keuntungan diri sendiri atau orang lain.

~ 64 ~
Mendengarkan kedua belah pihak dalam diskusi apapun (Alligood,
M.R., 2010). Jika seorang pasien atau anggota keluarga mengeluh
tentang seorang pekerja. Maka kemudian mencari penyelesaian yang
adil dan terbuka dengan keinginan untuk memenuhi kebutuhan
pasien (Potter, P.A., & Perry, A.G., 2005).
7. Kerendahan Hati
Pemikir kritis mengerti kapan harus membutuhkan informasi
lebih lanjut untuk membuat keputusan (Meleis, A. Ibrahim. 2006).
Meminta orientasi kepada perawat yang lebih mengetahui. Meminta
daftar perawat secara teratur untuk mengetahui tindakan yang akan
dilakukan dengan pendekatan keperawatan (Potter, P.A., & Perry,
A.G., 2005).
8. Integritas
Keinginan untuk menerapkan standar bukti intelektual yang
baku dan sama terhadap pengetahuan yang dimiliki oleh orang lain.
Hal ini membutuhkan kejujuran untuk menelaah dan mengakui
kesalahan dan ketidakkonsistenan pikiran, penilaian dan tindakan
(Meleis, A. Ibrahim. 2006). Menjadi jujur dan bersedia untuk
mematuhi prinsip-prinsip dalam menghadapi kesulitan, tidak ada
kompromi untuk standar keperawatan atau kejujuran dalam
memberikan asuhan keperawatan (Potter, P.A., & Perry, A.G., 2005).
D. Keterampilan Berpikir Kritis
Berpikir kritis mempunyai enam sub-skill yang terdiri dari:
1. Interpretasi
Merupakan proses memahami dan menyatakan makna atau
signifikansi variasi yang luas dari pengalaman, situasi, data,
peristiwa, penilaian, persetujuan, keyakinan, aturan, prosedur dan
kriteria (Wiedenbach, Ernestine, 1958). Menjadi tertib dalam
pengumpulan data. Mencari pola untuk mengkategorikan data
(diagnosis keperawatan) (Potter, P.A., & Perry, A.G., 2005).
2. Analisis
Analisi adalah proses mengidentifikasi hubungan antara
pernyataan, pertanyaan, konsep, deskripsi, atau bentuk-bentuk
representasi lainnya untuk mengungkapkan keyakinan, penilaian,
~ 65 ~
pengalaman, alasan, informasi dan opini (Alligood, & Foster, P.,
1995; Wiedenbach, Ernestine, 1958).
3. Penjelasan
Penjelasan merupakan proses mengidentifikasi dan
memperoleh unsur yang dibutuhkan untuk menarik kesimpulan,
untuk membentuk suatu dugaan atau hipotesis, mempertimbangkan
informasi yang relevan dan mengembangkan konsekuensi yang
sesuai dengan data, pernyataan, prinsip, bukti, penilaian, keyakinan,
opini, konsep, deskripsi, pertanyaan, dan bentuk-bentuk representasi
lainnya (Wiedenbach, Ernestine, 1958).
4. Kesimpulan
Kesimpulan diartikan sebagai suatu kemampuan untuk
mempersentasikan hasil penilaian seseorang dengan cara
meyakinkan dan koheren. Gunakan pengetahuan dan pengalaman
untuk memilih strategi yang akan digunakan dalam perawatan
pasien (Alligood, & Foster, P., 1995; Potter, P.A., & Perry, A.G., 2005).
5. Evaluasi
Evaluasi merupakan suatu proses pengkajian kredibilitas
pernyataan atau representasi yang menilai atau menggambarkan
persepsi, pengalaman situasi, penilaian, keyakinan atau opini
seseorang serta mengkaji kekuatan logis dari hubungan aktual
antara dua atau lebih pernyataan (Wiedenbach, Ernestine, 1958).
6. Regulasi Diri
Pengontrolan diri adalah kesadaran untuk memantau aktifitas
tersebut, dan hasil-hasil yang dikembangkan, terutama melalui
penggunaan keterampilan dalam menganalisis, mengevaluasi
penilaian inferensial seseorang dengan suatu pandangan melalui
pengajuan pertanyaan, konfirmasi, validasi, atau pembetulan
terhadap hasil penilaian seseorang (Wiedenbach, Ernestine, 1958).
E. Makna Berpikir Kritis
Kemampuan berpikir kritis merupakan kemampuan yang
sangat esensial untuk kehidupan, pekerjaan, dan berfungsi efektif
dalam semua aspek kehidupan lainnya. Berpikir kritis telah lama
menjadi tujuan pokok dalam pendidikan sejak 1942. Menurut
~ 66 ~
Alligood, M.R., (2010), berpikir kritis adalah memberdayakan
keterampilan atau strategi kognitif dalam menentukan tujuan(Danko
et al., 1989;Yanti, dkk., 2021).
Proses tersebut dilalui setelah menentukan tujuan,
mempertimbangkan, dan mengacu langsung kepada sasaran-
merupakan bentuk berpikir yang perlu dikembangkan dalam rangka
memecahkan masalah, merumuskan kesimpulan, mengumpulkan
berbagai kemungkinan, dan membuat keputusan ketika
menggunakan semua keterampilan tersebut secara efektif dalam
konteks dan tipe yang tepat. Berpikir kritis juga merupakan kegiatan
mengevaluasi-mempertimbangkan kesimpulan yang akan diambil
manakala menentukan beberapa faktor pendukung untuk membuat
keputusan(Wiedenbach, Ernestine, 1964, 1965).
Berpikir kritis juga biasa disebut directed thinking, sebab
berpikir langsung kepada fokus yang akan dituju. Pendapat senada
dikemukakan(Wiedenbach, Ernestine, 1963,  1970,), berpikir kritis
adalah mengaplikasikan rasional, kegiatan berpikir yang tinggi, yang
meliputi kegiatan menganalisis, mensintesis, mengenal
permasalahan dan pemecahannya, menyimpulkan, dan
mengevaluasi(Wiedenbach, Ernestine, 1968).
Penekanan kepada proses dan tahapan berpikir dilontarkan
pula oleh Scriven, berpikir kritis yaitu proses intelektual yang aktif
dan penuh dengan keterampilan dalam membuat pengertian atau
konsep, mengaplikasikan, menganalisis, membuat sistesis, dan
mengevaluasi. Semua kegiatan tersebut berdasarkan hasil observasi,
pengalaman, pemikiran, pertimbangan, dan komunikasi, yang akan
membimbing dalam menentukan sikap dan tindakan (Wiedenbach,
Ernestine, 1963, 1968). Pernyataan tersebut ditegaskan kembali oleh
Danko et al. (1989), bahwa berpikir kritis harus memenuhi
karakteristik kegiatan berpikir yang meliputi: analisis, sintesis,
pengenalan masalah dan pemecahannya, kesimpulan, dan
penilaian(Danko et al., 1989;Yanti, dkk., 2021).
Matindas Juga mengungkapkan bahwa banyak orang yang
tidak terlalu membedakan antara berpikir kritis dan berpikir logis
padahal ada perbedaan besar antara keduanya yakni bahwa berpikir
kritis dilakukan untuk membuat keputusan sedangkan berpikir logis
hanya dibutuhkan untuk membuat kesimpulan. Pemikiran kritis

~ 67 ~
menyangkut pula pemikiran logis yang diteruskan dengan
pengambilan keputusan(Wiedenbach, Ernestine, 1964, 1965).
Dari pendapat-pendapat di atas dapat dikatakan bahwa
berpikir kritis itu melipuri dua langkah besar yakni melakukan
proses berpikir nalar (reasoning) yang diikuti dengan pengambilan
keputusan/ pemecahan masalah (deciding/problem solving). Dengan
demikian dapat pula diartikan bahwa tanpa kemampuan yang
memadai dalam hal berpikir nalar (deduktif, induktif dan reflektif),
seseorang tidak dapat melakukan proses berpikir kritis secara benar
(Weidenbach, Ernestine,  1964, 1968,1972; Yulianti, Lia dan Ai Yeyen
Rukiyah, 2021; Yulifah Rita, Surachmindari, 2023).
F. Karakter dan Langkah Berpikir Kritis
1.  Karakter Berpikir Kritis
Berpikir kritis adalah kunci menuju berkembangnya
kreativitas. Ini dapat diartikan bahwa awal munculnya kreativitas
adalah karena secara kritis kita melihat fenomena-fenomena yang
kita lihat dengar dan rasakan maka akan tampak permasalahan yang
kemudian akan menuntut kita untuk berpikir kreatif. Karakteristik
yang berhubungan dengan berpikir kritis, dijelaskan (Wiedenbach,
Ernestine, 1964, 1968, 1970, 1972) secara lengkap dalam buku Critical
Thinking, yaitu:
a.  Watak
Seseorang yang mempunyai keterampilan berpikir kritis
mempunyai sikap skeptis, sangat terbuka, menghargai sebuah
kejujuran, respek terhadap berbagai data dan pendapat, respek
terhadap kejelasan dan ketelitian, mencari pandangan-pandangan
lain yang berbeda, dan akan berobah sikap ketika terdapat sebuah
pendapat yang dianggapnya baik(Wiedenbach, Ernestine, 1963, 
1965).
b. Kriteria
Dalam berpikir kritis harus mempunyai sebuah kriteria.
Untuk sampai ke arah sana maka harus menemukan sesuatu untuk
diputuskan atau dipercayai. Meskipun sebuah argumen dapat
disusun dari beberapa sumber pelajaran, namun akan mempunyai
kriteria yang berbeda. Apabila kita akan menerapkan standarisasi
~ 68 ~
harus berdasarkan kepada relevansi, keakuratan fakta-fakta,
berlandaskan sumber yang kredibel, teliti, bebas dari logika yang
keliru, logika yang konsisten, dan pertimbangan yang
matang(Wiedenbach, Ernestine, 1968).
c. Argumen
Argumen merupakan suatu pernyataan atau proposisi yang
dilandasi atau berdasarkan oleh data. Keterampilan berpikir kritis
akan meliputi hal-hal sepertikegiatan pengenalan, dan penilaian,
serta menyusun argumen(Wiedenbach, Ernestine, 1970).
d. Pertimbangan atau Pemikiran
Yaitu kemampuan untuk merangkum kesimpulan dari satu
atau beberapa premis. Prosesnya akan meliputi kegiatan menguji
hubungan antara beberapa pernyataan atau data(Danko et al.,
1989;Yanti, dkk., 2021).
e. Sudut Pandang
Sudut pandang adalah cara memandang atau menafsirkan
dunia ini, yang akan menentukan konstruksi makna. Seseorang yang
berpikir dengan kritis akan memandang sebuah fenomena dari
berbagai sudut pandang yang berbeda(Wiedenbach, Ernestine, 1965,
1968, 1970).
f. Prosedur Penerapan Kriteria
Prosedur penerapan berpikir kritis sangat kompleks dan
prosedural. Prosedur tersebut akan meliputi merumuskan
permasalahan, menentukan keputusan yang akan
diambil(Wiedenbach, Ernestine, 1968, 1970).
2. Langkah Berpikir Kritis
Langkah-langkah dalam berpikir kritis meliputi:
1. Mengenali masalah (defining and clarifying problem)
meliputi mengidentifikasi isu-isu atau permasalahan
pokok, membandingkan kesamaan dan perbedaan-
perbedaan, memilih informasi yang relevan, merumuskan
masalah.
2. Menilai informasi yang relevan yang meliputi menyeleksi
fakta maupun opini, mengecek konsistensi,
~ 69 ~
mengidentifikasi asumsi, mengenali kemungkinan emosi
maupun salah penafsiran kalimat, mengenali
kemungkinan perbedaan orientasi nilai dan ideologi.
3. Pemecahan masalah atau penarikan kesimpulan yang
meliputi mengenali data yang diperlukan dan
meramalkan konsekuensi yang mungkin terjadi dari
keputusan/pemecahan masalah/kesimpulan yang diambil
(Meleis, A. Ibrahim, 2006; Weidenbach, Ernestine,  1964,
1968,1972; Yulianti, Lia dan Ai Yeyen Rukiyah, 2021;
Yulifah Rita, Surachmindari, 2023).

~ 70 ~
BAB VI
BERPIKIR KRITIS DALAM KEPERAWATAN

A. Pendahuluan
Berpikir meliputi proses yang tidak statis, berobah setiap saat.
Berpikir kritis dalam keperawatan adalah komponen dasar dalam
pertanggunggugatan profesional dan kualitas asuhan keperawatan.
Berpikir kritis merupakan jaminan yang terbaik bagi perawat
mencapai sukses dalam berbagai aktifitas dan merupakan suatu
penerapan profesionalisme serta pengetahuan tekhnis atau
keterampilan teknis dalam memberikan asuhan keperawatan.
Proses berpikir kritis meliputi memahami, mengevaluasi,
mempertanyakan maupun menjawab, membangun pertanyaan yang
merupakan pemicu proses berkelanjutan untuk mencari jawaban
dngan kemungkinan ada jawaban atau tidak terdapat jawaban.
B. Berpikir Kritis dalam Transkultural Keperawatan
1.Berpikir Kritis dalam Keperawatan
Beberapa tahun yang lalu keperawatan memutuskan bahwa
berpikir kritis dalam keperawatan penting untuk disosialisasikan.
Meskipun ada literatur yang menjelaskan tentang berpikir kritis
tetapi spesifikasi berpikir kritis dalam keperawatan sangat terbatas.
Tahun 1997 & 1998 penelitian menegaskan secara lengkap tentang
berpikir kritis dalam keperawatan(Danko et al., 1989;Yanti, dkk.,
2021).
Berpikir kritis dalam keperawatan merupakan komponen
dasar dalam mempertanggungjawabkan profesi dan kualitas
perawatan. Pemikir kritis keperawatan menunjukkan kebiasaan
mereka dalam berpikir, kepercayaan diri, kreativitas, fleksibiltas,
pemeriksaan penyebab (anamnesa), integritas intelektual, intuisi,
pola piker terbuka, pemeliharaan dan refleksi. Pemikir kritis
keperawatan mempraktekkan keterampilan kognitif meliputi
analisis, menerapkan standar, prioritas, penggalian data, rasional
tindakan, prediksi, dan sesuai dengan ilmu
pengetahuan(Wiedenbach, Ernestine, 1965).

~ 71 ~
Berpikir kritis merupakan jaminan yang terbaik bagi perawat
mencapai sukses dalam berbagai aktifitas dan merupakan suatu
penerapan profesionalisme serta pengetahuan teknis atau
keterampilan teknis dalam memberikan asuhan
keperawatan(Wiedenbach, Ernestine, 1970).
Proses berpikir kritis meliputi memahami, mengevaluasi,
mempertanyakan maupun menjawab, membangun pertanyaan yang
merupakan pemicu proses berkelanjutan untuk mencari jawaban
dngan kemungkinan ada jawaban atau tidak terdapat jawaban
(Weidenbach, Ernestine,  1972; Yulianti, Lia dan Ai Yeyen Rukiyah,
2021; Yulifah Rita, Surachmindari, 2023).
2. Kritis dalam Transkultural Keperawatan
Ketika seorang perawat yang dihadapkan dengan klien yang
berbeda budaya, maka perawat profesional tetap memberikan
asuhan keperawatan yang tinggi, demi terpenuhinya kebutuhan
dasar klien tersebut. Perawat profesional akan berpikir kritis dalam
menangani hal tersebut. Tuntutan kebutuhan masyarakat akan
pelayanan kesehatan pada abad ke-21, termasuk tuntutan terhadap
asuhan keperawatan yang berkualitas akan semakin besar. Dengan
adanya globalisasi, dimana perpindahan penduduk antara negara
(imigrasi) dimungkinkan, menyebabkan adaya pergeseran terhadap
tuntutan asuhan keperawatan(Wiedenbach, Ernestine, 1963).
Leininger beranggapan bahwa sangatlah penting
memperhatikan keanekaragaman budaya dan nilai-nilai dalam
penerapan asuhan keperawatan kepada klien. Bila hal tersebut
diabaikan oleh perawat, akan mengakibatkan terjadinya cultural
shock. Cultural shock akan dialami oleh klien pada suatu kondisi
dimana perawat tidak mampu beradaptasi dengan perbedaan nilai
budaya dan kepercayaan. Hal ini dapat menyebabkan munculnya
rasa ketidaknyamanan, ketidakberdayaan dan beberapa mengalami
disorientasi(Danko et al., 1989;Yanti, dkk., 2021).
Salah satu contoh yang sering ditemukan adalah ketika klien
sedang mengalami nyeri. Pada beberapa daerah atau negara
diperbolehkan seseorang untuk mengungkapkan rasa nyerinya
dengan berteriak atau menangis. Tetapi karena perawat memiliki
kebiasaan bila merasa nyeri hanya dengan meringis pelan, bila
berteriak atau menangis akan dianggap tidak sopan, maka ketika ia
~ 72 ~
mendapati klien tersebut menangis atau berteriak, maka perawat
akan memintanya untuk bersuara pelan-pelan, atau memintanya
berdoa atau malah memarahi pasien karena dianggap telah
mengganggu pasien lainnya. Kebutaan budaya yang dialami oleh
perawat ini akan berakibat pada penurunan kualitas pelayanan
keperawatan yang diberikan(Wiedenbach, Ernestine, 1972).
Transcultural nursing adalah suatu area/wilayah keilmuwan
budaya pada proses belajar dan praktek keperawatan yang fokus
memandang perbedaan dan kesamaan diantara budaya dengan
menghargai asuhan, sehat dan sakit didasarkan pada nilai budaya
manusia, kepercayaan dan tindakan, dan ilmu ini digunakan untuk
memberikan asuhan keperawatan khususnya budaya atau keutuhan
budaya kepada manusia (Leininger, 2002).
Untuk memahami perbedaan budaya yang ada maka perawat
perlu berpikir secara kritis. Dalam berpikir kritis seorang perawat
harus bisa menyeleksi kebudayaan mana yang sesuai dengan
kesehatan atau yang tidak menyimpang dari kesehatan. Jika perawat
dapat memahami perbedaan budaya maka akan bisa meningkatkan
kualitas pelayanan kesehatan dari perawat(Wiedenbach, Ernestine,
1963, 1970).
Budaya shock adalah kecemasan dan perasaan (dari kejutan,
disorientasi, ketidakpastian, kebingungan, dan lain-lain) merasa
ketika orang harus beroperasi dalam budaya yang berbeda dan tidak
dikenal seperti satu mungkin terjadi di negara asing. Ini tumbuh dari
kesulitan dalam asimilasi budaya baru, menyebabkan kesulitan
dalam mengetahui apa yang sesuai dan apa yang tidak. Hal ini
sering digabungkan dengan atau bahkan tidak suka untuk jijik
(moral atau estetika) dengan aspek-aspek tertentu dari kebudayaan
baru atau berbeda(Danko et al., 1989;Yanti, dkk., 2021).
C. ModelBerpikir Kritis
Sebelum melanjutkan lebih jauh, penulis perlu untuk
menemukan jalan yang membantu pelajar pemula untuk belajar
tentang berpikir kritis dan termasuk perkembangan model berpikir
kritis yang menjadi pokok bahasan. Banyak klasifikasi berpikir yang
ditemukan di literatur(Wiedenbach, Ernestine, 1963).

~ 73 ~
1.  Costa and Colleagues (1985)
Menurut Costa and Colleagues klasifikasi berpikir dikenal
sebagai “The Six Rs” yaitu:
1. Remembering (mengingat)
2. Repeating (mengulang)
3. Reasoning (memberi alasan/rasional)
4. Reorganizing (reorganisasi)
5. Relating (berhubungan)
6. Reflecting (memantulkan/merenungkan)(Weidenbach,
Ernestine,  1972; Yulianti, Lia dan Ai Yeyen Rukiyah, 2021;
Yulifah Rita, Surachmindari, 2023)
2. Model T.H.I.N.K.
   Meskipun The Six Rs sangat berguna namun tidak semuanya
cocok dengan dalam keperawatan. Kemudian perkumpulan
keperawatan mencoba mengembangkan gambaran berpikir dan
mengklasifikasikan menjadi 5 model disebut T.H.I.N.K. yaitu: Total
Recall, Habits, Inquiry, New Ideas and Creativity, Knowing How You
Think(Wiedenbach, Ernestine, 1963).
Asumsi yang menggarisbawahi pendekatan lima Model
T.H.I.N.K., yaitu:
1. Asumsi pertama adalah berpikir, merasa, dan keahlian
mengerjakan seluruh komponen esensial dalam
keperawatan dengan bekerja sama dan saling
berhubungan. Berpikir tanpa mengerjakan adalah suatu
kesia-siaan. Mengerjakan sesuatu tanpa berpikir adalah
membahayakan. Dan berpikir atau mengerjakan sesuatu
tanpa perasaan adalah sesuatu yang tidak mungkin.
Perasaan, diketahui sebagai status afektif yang
mempengaruhi berpikir dan mengerjakan dan harus
dipertimbangkan saat belajar berpikir dan menyimpulkan
sesuatu. Pengakuan atas 3 hal (Thinking, Feeling, and Doing)
mengawali langkah praktek profesional ke depan.
2. Asumsi yang kedua mengakui bahwa berpikir, merasakan,
dan mengerjakan tidak bisa dipisahkan dari kenyataan
praktek keperawatan. Hal ini dapat dipelajari dengan
mendiskusikan secara terpisah mengenai ketiga hal

~ 74 ~
tersebut. Meliputi belajar mengidentifikasi, menilai, dan
mempercepat kekuatan perkembangan dalam berpikir,
merasa dan mengerjakan sesuai praktek keperawatan.
3. Asumsi yang ketiga bahwa perawat dan perawat pelajar
bukan papan kosong, mereka dalam dunia keperawatan
dengan berbagai macam keahlian berpikir. Model yang
membuat berpikir kritis dalam keperawatan meningkat.
Oleh karena itu, bukan merupakan suatu kesungguhan
yang asing jika mereka menggunakan model sama yang
digunakan setiap hari.
4. Asumsi yang keempat yang mempertinggi berpikir adalah
sengaja berbuat sesuai dengan pikiran dan yang sudah
dipelajari.
5. Asumsi yang kelima bahwa pelajar dan perawat
menemukan kesulitan untuk mengambarkan keahlian
mereka berpikir. Sebagian orang jarang bertanya
“bagaimana pelajar dan perawat berpikir”, selalu yang
ditanyakan adalah “apa yang kamu pikirkan”.
6. Asumsi yang keenam bahwa berpikir kritisdalam
keperawatan merupakan gabungan dari beberapa aktivitas
berpikir yang bersatu dalam konteks situasi dimana
berpikir dituangkan(Fawcett, Jacqueline, 1993; Jannah,
Nurul, 2021; Meleis, A. Ibrahim, 2006).
3.  Total Recall
Total recallberarti mengingat fakta atau mengingat dimana dan
bagaimana untuk mendapatkan fakta/data ketika diperlukan. Data
keperawatan bisa dikumpulkan dari banyak sumber, yaitu
pembelajaran di dalam kelas, informasi dari buku, segala sesuatu
yang perawat peroleh dari klien atau orang lain, data klien
dikumpulkan dari perasaan klien, instrument (darah, urine, feses,
dan lain-lain), dan sebagainya(Danko et al., 1989;Yanti, dkk., 2021).
Total recall juga membutuhkan kemampuan untuk mengakses
pengetahuan, dengan adanya pengetahuan akan menjadikan sesuatu
dipelajari dan dipertahankan dalam pikiran. Masing-masing
individu mempunyai pengetahuan yang berbeda-beda dalam
pikiran mereka. Ada sekelompok yang mempunyai pengetahuan
sangat luas dan ada yang sebaliknya. Keperawatan diawali dengan
~ 75 ~
pengetahuan yang minimal tetapi kemudian secara pesat meluas
seiring dengan adanya sekolah-sekolah keperawatan (Weidenbach,
Ernestine,  1972; Yulianti, Lia dan Ai Yeyen Rukiyah, 2021; Yulifah
Rita, Surachmindari, 2023).
Contoh pertanyaan total recall:
1. Berapa nomor telepon Stikes Nani Makassar?
2. Dimana alamat Stikes Nani Makassar?
3. Berapa hemoglobin pasien 2 jam post operasi?
4. Berapa trombosit pasien dengan DHF?
Yang perlu dipelajari:
1. Bagaimana menjawab pertanyaan tersebut dengan tepat
dan cepat?
2. Bagaimana data tersebut dapat kita ungkapkan setiap
saat?
3. Berapa banyak data yang bisa kita simpan?
4. Bagaimana rumus/kunci menghapal untuk meningkatkan
memori?(Wiedenbach, Ernestine, 1972)
4. Habits (Kebiasaan)
Habits merupakan pendekatan berpikir ditinjau dari tindakan
yang diulang berkali-kali sehingga menjadi kebiasaan yang alami.
Mereka menerima apa yang mereka kerjakan menghemat waktu dan
mudah untuk dilakukan. Manusia selalu menggambarkan sesuatu
yang mereka kerjakan sebagai kebiasaan seperti “saya mengerjakan
sesuatu di luar pikiran”. Hal ini bukan kebiasaan dalam
keperawatan karena tindakan yang dilakukan tidak menggunakan
proses berpikir. Hal ini terjadi jika proses berpikir sudah berakar
dalam diri mereka dalam melihat sesuatu atau kemungkinan yang
terjadi, di bawah sadar(Wiedenbach, Ernestine, 1963; Sujianti,
Susanti, 2009).
Habits mengikuti sesuatu yang dikerjakan diluar metode baru
setiap waktu. Contoh: pernahkah kita mengendarai kendaraan dan
apakah pernah kita ingat pepohonan yang pernah kita lewati? Yang
kita pikirkan dan harapkan adalah supaya kita terhindar dari
kecelakaan(Fawcett, Jacqueline, 1993; Jannah, Nurul, 2021).
Cardipulmonary Resuscitation (CPR) adalah suatu kebiasaan
yang sangat penting dalam keperawatan. Ketika seseorang
menjelang ajal, sebuah solusi yang cepat yang dibutuhkan disini
~ 76 ~
adalah melakukan pijat jantung (CPR), memberikan injeksi,
mempertahankan suhu tubuh, memasang kateter, dan aktivitas
lainnya(Danko et al., 1989;Yanti, dkk., 2021). Hal tersebut merupakan
suatu kebiasaan yang alami terjadi dan dilakukan oleh perawat
(Weidenbach, Ernestine,  1972; Yulianti, Lia dan Ai Yeyen Rukiyah,
2021; Yulifah Rita, Surachmindari, 2023).
Yang perlu dipelajari:
1. Bagaimana sesuatu menjadi sesuatu kebiasaan?
2. Mengapa suatu aktivitas berguna?
3. Cara apa yang terbaik untuk mengembangkan kebiasaan?
5. Inquiry (Penyelidikan/Menanyakan Keterangan)
Inquiry merupakan latihan mempelajari suatu masalah secara
mendalam dan mengajukan pertanyaan yang mendekati kenyataan.
Jika kita berada di tingkat pertanyaan ini dalam situasi sosial, kita
akan disebut “mendesak”. Hal ini meliputi penggalian data dan
pertanyaan, khususnya pendapat dalam situasi tertentu. Ini berarti
tidak menilai dari raut wajah, mencari faktor-faktor yang
menyebabkan, keragu-raguan pada kesan pertama, dan mengecek
segalanya, tidak ada masalah bagaimana memperlihatkan
ketidaksesuaianSujianti, Susanti, 2009; Wiedenbach, Ernestine, 1963).
Inquiry merupakan kebutuhan primer dalam berpikir yang
digunakan untuk menyimpulkan sesuatu. Kesimpulan tidak dapat
diambil jika tanpa inquiry, tetapi kesimpulan akan lebih akurat jika
menggunakan inquiry (Dickoff, J., James, P., & Wiedenbach,
Ernestine, 1968b).
Inquiry bisa diwujudkan melalui:
1. Melihat sesuatu (menerima informasi).
2. Mendapatkan kesimpulan awal.
3. Mengakui keterbatasan pengetahuan yang dimiliki.
4. Mengumpulkan data atau informasi mendekati masalah
utama.
5. Membandingkan informasi baru dengan yang sudah
diketahui.
6. Menggunakan pertanyaan netral.
7. Menemukan satu atau lebih kesimpulan.

~ 77 ~
8. Memvalidasi kesimpulan utama dan alternatif untuk
mendapatkan informasi lebih banyak lagi, teman kita
(Fawcett, Jacqueline, 1993).
Yang perlu dipelajari:
1. Apakah kita mendapat jawaban yang sebenarnya dari
pertanyaan kita?
2. Kapan kita membandingkan jawaban yang kita peroleh
dengan jawaban teman kita apakah ada perbedaan?
(Danko et al., 1989;Yanti, dkk., 2021).
6. New Ideas and Creativity
Ide baru dan kreativitas terdiri dari model berpikir unik dan
bervariasi yang khusus bagi individu. Kekhususan dalam berpikir
ini akan selalu dibawa individu selama hidupnya dan biasanya
membentuk kembali norma. Seperti inquiry, model ini membawa kita
sesuai ide dari literatur. Berpikir kreatif merupakan kebalikan dan
akhir dari habits model(kebiasaan). Dari kalimat “melakukan sesuatu
seperti biasanya” menjadi “Mari mencoba cara baru”. Berpikir
kreatif tidak untuk menjadi pengecut, tetapi salah satu kadang-
kadang akan terlihat bodoh dan tidak sesuai dengan ketentuan yang
ada. Pemikir kreatif menghargai kesalahan yang mereka lakukan
untuk mempelajari nilai (Weidenbach, Ernestine,  1972; Yulianti, Lia
dan Ai Yeyen Rukiyah, 2021; Yulifah Rita, Surachmindari, 2023).
Ide baru dan kreativitas sangat penting dalam keperawatan
karena merupakan dasar dalam merawat pelanggan atau klien.
Banyak hal yang harus dipelajari perawat untuk menjadi cocok,
terpadu, dan bekerja menyesuaikan keunikan klien. Perawat
mempunyai standar pendekatan untuk menghemat waktu
perawatan dan secara keseluruhan bekerja dengan baik, tetapi cara
kerja perawat berbeda satu sama lain. Contoh: Florencia yang tinggal
di rumah perawatan menghabiskan sisa harinya di atas kursi roda,
keluar-masuk ke ruangan yang sama tiap harinya. Dia tidak pernah
berkata kepada seorangpun meskipun perawat mengulangi kata-
kata yang sama dan sudah memahami cara
berkomunikasi(Wiedenbach, Ernestine, 1963).
Ketika dalam komunikasi kita berpikir, kebanyakan orang
berpikiran bahwa berbicara kepada orang lain merupakan cara
standar untuk membesarkan hati melalui komunikasi. Jadi hal
~ 78 ~
tersebut yang sebagian perawat lakukan, kecuali Jeanet (contoh).
Suatu hari Jeanet berlutut di depan kursi roda Ethel dan
merangkulnya. Memandang Florencia dan dengan senyum yang
lebar mengajaknya bernyanyi. Apa yang terjadi? Florencia
menyanyi. Tidak hanya menyanyi tetapi juga mempunyai suara
seperti penyanyi bangsa Irlandia(Wiedenbach, Ernestine, 1972).
Sekarang apa yang dapat kita pikirkan dari cerita tersebut?
Kebanyakan perawat memahami komunikasi terapeutik yang
mereka pelajari dari buku. Pendekatan verbal utnuk komunikasi
terapeutik bisa dilakukan dengan kebanyakan klien. Maria,
meskipun mengembangkan komunikasi dengan cara sentuhan dan
menyanyi hal tersebut kreativitas yang dimiliki yang tidak
disebutkan dalam literatur (Meleis, A. Ibrahim, 2006; Weidenbach,
Ernestine,  1972; Yulianti, Lia dan Ai Yeyen Rukiyah, 2021; Yulifah
Rita, Surachmindari, 2023).
Yang perlu dipelajari:
1. Bagaimana perasaan Anda jika mempunyai ide baru atau
kreativitas baru?
2. Berapa lama dalam sehari Anda berkreativitas?
3. Berapa lama dalam seminggu?
4. Apa yang membuat berbahaya dari bertindak kreatif?
(Wiedenbach, Ernestine, 1963).
7. Knowing How You Think
Knowing How You Think(mengetahui apa yang kamu
pikirkan)merupakan yang terakhir tetapi bukannya yang paling
tidak dihiraukan dari model T.H.I.N.K. yang berarti berpikir tentang
apa yang kita pikirkan. Berpikir tentang berpikir disebut
“metacognition”. Meta berarti “diantara atau pertengahan” dan
cognition berarti “proses mengetahui”. Jika kita berada di antara
proses mengetahui, kita akan dapat mengetahui bagaimana kita
berpikir(Danko et al., 1989;Yanti, dkk., 2021).
Berpikir kritis merupakan proses berpikir dalam
menyelesaikan masalah melalui pertimbangan dengan merumuskan
kesimpulan dan berbagai kemungkinan, sehingga keputusan yang
diambil bersifat efektif. Untuk berpikir kritis dalam keperawatan
melalui beberapa model dan penerapan, seperti penggunaan bahasa
keperawatan, penerapan proses keperawatan  serta
~ 79 ~
pengkajian,sehingga berpikir kritis dalam keperawatan merupakan
komponen dasar dalam mempertanggungjawabkan profesi dan
kualitas perawat(Fawcett, Jacqueline, 1993; Jannah, Nurul, 2021).
D.  Penerapan Berpikir Kritis
Ada empat hal pokok penerapan berpikir kritis dalam
keperawatan, yaitu:
1. Penggunaan Bahasa
Berpikir kritis adalah kemampuan menggunakan bahasa
secara reflektif. perawat menggunakan bahasa verbal dan nonverbal
dalam mengekspresikan idea, pikiran, info, fakta, perasaan,
keyakinan, dan sikapnya terhadap klien, sesama perawat, profesi.
Secara nonverbal saat melakukan pedokumentasian
keperawatan(Wiedenbach, Ernestine, 1963).
2. Argumentasi
Sehari-hari perawat dihadapkan pada situasi harus
berargumentasi untuk menemukan, menjelaskan kebenaran,
mengklarifikasi isu, memberikan penjelasan, mempertahankan
terhadap suatu tuntutan/tuduhan. Badman and Badman (1988)
menguraikan bahwa argumentasi terkait dengan konsep berpikir
dalam keperawatan berhubungan dengan situasi perdebatan, upaya
untuk mempengaruhi individu ataupun kelompok (Alligood, M.R.,
Tomey, A.M., 2002; Alligood, & Foster, P., 1995).
3. Pengambilan Keputusan
Sehari-hari perawat harus mengambil keputusan yang tepat
(Weidenbach, Ernestine,  1972; Yulianti, Lia dan Ai Yeyen Rukiyah,
2021; Yulifah Rita, Surachmindari, 2023).
4. Penerapan
Perawat berpikir kritis pada setiap langkah proses
keperawatan
1. Pengkajian: mengumpulkan data, melakukan observasi
dalam pengumpulan data berpikir kritis, mengelola dan
mengkatagorikan data menggunakan ilmu-ilmu lain.

~ 80 ~
2. Perumusan diagnosa keperawatan: tahap pengambilan
keputusan yang paling kritis, menentukan masalah dan
dengan argumen yaitu secara rasional.
3. Perencanaan keperawatan: menggunakan pengetahuan
untuk mengembangkan hasil yang diharapkan,
keterampilan guna mensintesa ilmu yang dimiliki untuk
memilih tindakan.
4. Pelaksanaan keperawatan: pelaksanaan tindakan
keperawatan adalkah keterampilan dalam menguji
hipotesa, tindakasn nyata yang menentukan tingkat
keberhasilan.
5. Evaluasi keperawatan: mengkaji efektifitas tindakan,
perawat harus dapat mengambil keputusan tentang
pemenuhan kebutuhan dasar klien(Danko et al.,
1989;Yanti, dkk., 2021).
E. Komponen Berpikir Keperawatan Weidenbach
1. Model Berpikir Teori Wiedenbach
Nona Wiedenbach pensiun di mereka adalah filosofi, transisi,
praktik, dan seni. Dalam teori lanjutan ini, adalah kunci bahwa
kebutuhan pasien akan udara berasal dari persepsi pasien secara
individu tentang ceritanya sendiri (Fawcett, Jacqueline, 1993; Jannah,
Nurul, 2021).
Wiedenbach meninggal dalam mengusulkan penyebab
ketidaknyamanan atau mengapa meminta bantuan (Aligood, M.R.,
2014). Tujuan tragedi adalah apa yang ingin dibayangkan oleh
semua orang melalui apa yang dia tinggalkan. Dia tidak pernah
menikah dan melakukannya pada usia 97 tahun. Dia mematuhi
semua penerimaan program keperawatan pada saat itu bahkan
ketika "mengabaikan" salah satu alasan untuk keseluruhan(Jannah,
Nurul, 2021; Wiedenbach, Ernestine, 1965).
Realitas dalam situasi yang berbeda itulah yang menjadi
tujuan utama universitas. Praktisi melakukan efeknya. Bersalin yang
berpusat pada keluarga sejahtera, New York: Perawat - Perawat
adalah manusia berguna yang memiliki, berpikir, dan
merasakan(Mosby Bryar, R., 1995;Wiedenbach, Ernestine, 1972).

~ 81 ~
Tujuan budaya yang diakui oleh praktisi sebagai masalah bagi
disiplin ilmu tertentu. Menentukan apakah pengantar dapat
memenuhi waktu untuk bantuan (Aligood, M.R., 2014). Seperti yang
spektakuler oleh Meleis, teori Weidenbach menempatkan proposisi
dan keterkaitan antar konsep, tetapi seseorang dapat mencapai
proposisi yang terkait dengan penilaian dan intervensi
terbaik(Potter, P.A., & Perry, A.G., 2005; Wiedenbach, Ernestine,
1970).
Ini kamp keperawatan sebagai awal dari mengidentifikasi
kebutuhan pasien untuk esai melalui pengamatan menyajikan
perilaku dan ayam, eksplorasi ciri gejala tersebut, penentuan
universitas ketidaknyamanan, dorongan dari kemampuan kunci
untuk menyelesaikan ketidaknyamanan pasien, atau tergantung
apakah pasien memiliki satu bantuan dari penanda atau profesional
perawatan optimisme lainnya(Wiedenbach, Ernestine, 1968).
Bit penerima dengan cara yang baru dilakukan. Warna hitam
untuk bantuan didefinisikan sebagai "surrey apa pun yang
diinginkan pada saat itu yang berpotensi untuk pergi atau
memperpanjang yang terbaik untuk mengatasi beberapa situasi
kehidupan yang memengaruhi kesehatan dan kekaguman(Dickoff,
J., James, P., & Wiedenbach, Ernestine, 1968b; Wiedenbach,
Ernestine, 1965).
Seorang perawat menggunakan dua strategi penilaian secara
tertulis dengan pasien: Kesamaan Wiedenbach mengidentifikasi
yang lain sebagai "setiap individu yang seharusnya membantu orang
lain, baik itu penerimaan, instruksi atau saran dari konteks
perawatan kesehatan atau dari semi dalam penelitian kesehatan
(Weidenbach, Ernestine,  1972; Yulianti, Lia dan Ai Yeyen Rukiyah,
2021; Yulifah Rita, Surachmindari, 2023).
Resep untuk pemenuhan tujuan bilbo. Dia asisten mengajar
keperawatan kebidanan dan profesor percobaan ketika Yale Plate of
Nursing mendirikan program keberuntungan master di mana dia
mengarahkan masa lalu dalam keperawatan ibu dan memperluas
kesehatan (Fawcett, Jacqueline, 1993; Jannah, Nurul, 2021).
Praktisi perawat untuk perawatan ibu dan koneksi.
Keterampilan keperawatan dilakukan untuk menikmati tujuan
berpusat pada arkeologi tertentu daripada siswa dari keterampilan

~ 82 ~
itu sendiri menjadi ujian akhir. Teori tersebut menyatakan bahwa
setiap kategori, baik perawat atau pemikir, memiliki potensi unik
untuk mengembangkan sumber daya yang menopang dengan lebih
baik.
Memiliki 4 tanggung jawab linguistik yang digambarkan
sebagai berikut.

Sumber: Weidenbach, Ernestine (1972)


Gambar 6.1. Interpretasion of Application in Clinical Nursing
Koordinasi penulisan dan sumber bantuan (Aligood, M.R.,
2014). Wiedenbach, bagaimanapun, harus mendapatkan keuntungan
bahwa dia tidak akan berada di bawah sumber daya apapun,
mencoba untuk mengatur atau bahkan perbedaan pendapat di
antara siswa kesiapan Hopkins. Sulit untuk Wiedenbach ada empat
tahun untuk klinis yang lain: Orang - Setiap orang mungkin yayasan
atau pasien, diberkahi dengan potensi yang seimbang untuk
mengembangkan tenggat waktu mandiri (Danko et al., 1989;Yanti,
dkk., 2021).

~ 83 ~
Sumber: Weidenbach, Ernestine (1964)
Gambar 6.2. Prescriptive Model in Clinical Nursing
Seni menasihati termasuk memahami kebutuhan dan
petunjuk kritis, mengembangkan tujuan dan tindakan yang
dimaksudkan untuk membantu kemampuan pasien, dan
menyatakan aktivitas yang berkaitan dengan ilmu kedokteran untuk
memperbaiki kondisi bulan. Penjelasan dan konsep berjalan bersama
dengan baik (Weidenbach, Ernestine,  1972; Yulianti, Lia dan Ai
Yeyen Rukiyah, 2021; Yulifah Rita, Surachmindari, 2023).

Sumber: Weidenbach, Ernestine, (1964)

~ 84 ~
Gambar 6.3.Prescriptive Theory in Clinical Nursing
Situs web filosofi perawat adalah klien dan keyakinan mereka
tentang kehidupan dan bagaimana hal itu mengatakan kenyataan
bagi mereka. Semua kejutan, pemikiran, dan ide mendasari apa yang
dilakukan pengantar.
2. Komponen Berpikir Keperawatan Weidenbach
Selain itu, ada tiga komponen penting yang terkait dengan
filosofi keperawatan - penghormatan terhadap kehidupan,
penghormatan terhadap martabat, nilai, otonomi dan individualitas
setiap manusia, dan resolusi untuk bertindak berdasarkan keyakinan
yang dipegang secara pribadi dan profesional (Ernestine
Weidenbach's Helping) Jadi, untuk setiap keputusan yang dibuat
oleh seorang profesional keperawatan pada situasi tertentu, ini
adalah refleksi, tidak hanya dari sikap dan keyakinan seseorang
tetapi juga yang diperoleh seseorang(Dickoff, J., James, P., &
Wiedenbach, Ernestine, 1968b).
Selanjutnya, setiap keputusan dibuat sesuai dengan
keuntungan yang dapat ditawarkannya secara pribadi dan
profesional. Filosofi perawat adalah jalan bagi individu untuk
melakukan tindakan yang tepat sesuai dengan apa yang dia yakini
benar yang memuji keyakinan dan sikapnya. Bagaimanapun setiap
tindakan menghormati individu lain - dalam hal ini pasien -
keyakinannya sendiri dan mengakui hak orang lain untuk otonomi
dan kemerdekaan (Meleis, A. Ibrahim, 2006; Weidenbach,
Ernestine,  1968; Yulianti, Lia dan Ai Yeyen Rukiyah, 2021; Yulifah
Rita, Surachmindari, 2023).
Teori keperawatan adalah istilah yang digunakan untuk
merujuk pada tubuh pengetahuan yang digunakan untuk
mendukung praktik keperawatan. Itu adalah kerangka kerja yang
dirancang untuk organisasi pengetahuan dan memberikan
penjelasan fenomena dalam keperawatan pada tingkat yang spesifik
dan lebih konkret. Sebagian besar teori keperawatan dihasilkan lebih
dari 20 tahun yang lalu dengan kontribusi dari ahli teori utama.
Salah satu ahli teori adalah Ernestine Wiedenbach yang memberikan

~ 85 ~
kontribusi besar terhadap pengembangan teori keperawatan
(Alligood, & Foster, P., 1995; Asrinah,dkk., 2020; Yanti, dkk., 2021).
Ernestine Wiedenbach berkontribusi pada teori keperawatan
dengan memberikan definisi istilah dan konsep kunci yang umum
digunakan dalam praktik keperawatan. Dia mendefinisikan pasien
sebagai individu yang menerima segala jenis bantuan yang dapat
berupa perawatan, instruksi atau bahkan nasihat dari seseorang
yang berada dalam profesi kesehatan atau orang yang bekerja di
bidang kesehatan (Danko et al., 1989;Yanti, dkk., 2021).
Dia lebih jauh mendefinisikan pasien sebagai orang yang telah
memasuki sistem perawatan kesehatan dan mendapatkan bantuan
seperti nasihat, pengajaran atau perawatan. Ia menyatakan bahwa
tidak suatu keharusan bagi seseorang yang sakit untuk disebut
sebagai pasien sebagai orang yang mendapat pendidikan yang
berkaitan dengan kesehatan adalah pasien (Currentnursing, 2012).
Dia mendefinisikan kebutuhan akan bantuan sebagai ukuran
apa pun yang diinginkan pasien yang berpotensi memulihkan atau
memperluas kemampuan mereka dalam menghadapi berbagai
situasi yang dihadirkan kehidupan yang memengaruhi kesehatan
dan kesehatan mereka. Dia menyebut kebutuhan akan bantuan
dalam keperawatan harus berdasarkan persepsi individu tentang
situasi yang mereka hadapi. Oleh karena itu, keperawatan terutama
terdiri dari identifikasi kebutuhan pertolongan bagi pasien
(Alligood, & Foster, P., 1995; Asrinah,dkk., 2020; Yanti, dkk., 2021).
Ia mendefinisikan perawat sebagai manusia fungsional yang
bertindak, berpikir dan memiliki perasaan. Dijelaskannya,
ketrampilan keperawatan dilakukan untuk mencapai suatu tujuan
yang berpusat pada kesabaran dan tidak hanya sekedar
penyempurnaan keterampilan sebagai tujuan utama (Weidenbach,
Ernestine,  1972; Yulianti, Lia dan Ai Yeyen Rukiyah, 2021; Yulifah
Rita, Surachmindari, 2023).
Dia mendefinisikan penilaian klinis sebagai kemungkinan
seorang perawat untuk membuat keputusan yang tepat. Hasil
penilaian yang baik dari fungsi disiplin dalam pikiran dan
melibatkan emosi serta mengarah ke peningkatan dalam
pengetahuan yang diperluas yang meningkatkan kejelasan tujuan
~ 86 ~
profesi keperawatan. Perawat melakukan penilaian yang tepat
melalui pengenalan yang disengaja, dipraktikkan, serta terdidik dari
gejala yang telah disajikan (Currentnursing, 2012).
Ernestine Wiedenbach mengusulkan empat elemen utama
yang terkait dengan keperawatan klinis yang meliputi filosofi,
tujuan, praktik, dan seni(Estiwidani Dwana,dkk., 2018).
Filosofi perawat melibatkan sikap dan keyakinan yang
mereka miliki tentang kehidupan dan bagaimana hal itu
memengaruhi realitas mereka. Dia percaya bahwa filosofi
keperawatan terdiri dari tiga komponen. Ini adalah penghormatan
hidup, penghormatan terhadap martabat, otonomi, nilai dan
individualitas setiap manusia dan memutuskan untuk bertindak
berdasarkan kepercayaan profesional dan pribadi seseorang(Fawcett,
Jacqueline, 1993).
Tujuan seorang perawat adalah apa yang ingin dicapai
perawat melalui apa yang mereka lakukan. Itu melibatkan semua
aktivitas yang diarahkan untuk kebaikan pasien(Jannah, Nurul,
2021).
Seni keperawatan terdiri dari pemahaman apa yang
dibutuhkan pasien, pengembangan tujuan dan tindakan yang
ditujukan untuk peningkatan kesejahteraan pasien dan
mengarahkan aktivitas yang berkaitan dengan rencana medis untuk
memperbaiki kondisi pasien (Meleis, A.I., 2006).
Praktik adalah tindakan perawat yang dapat diamati dan
dipengaruhi oleh perasaan dan keyakinan dalam memenuhi
kebutuhan bantuan pasien (Alligood, & Foster, P., 1995;
Asrinah,dkk., 2020; Yanti, dkk., 2021).
Dia mengkonseptualisasikan keperawatan sebagai praktik
yang melibatkan pengidentifikasian kebutuhan pasien melalui
observasi terhadap perilaku dan gejala mereka, mengeksplorasi arti
dari gejala-gejala tersebut, menentukan apa yang menyebabkan
ketidaknyamanan pada pasien dan menentukan kemampuan pasien
untuk mengatasi ketidaknyamanan tersebut. dari jika sebenarnya
membutuhkan bantuan dari seorang perawat (Danko et al.,
1989;Yanti, dkk., 2021).

~ 87 ~
Dia datang dengan teori preskriptif yang didasarkan pada
faktor-faktor di sana. Ini adalah tujuan utama yang diakui oleh
seorang praktisi sebagai inti dari disiplin tertentu, resep untuk
memenuhi tujuan utama dan realitas dalam situasi langsung yang
memiliki pengaruh pada tujuan utama (Weidenbach, Ernestine, 
1972; Yulianti, Lia dan Ai Yeyen Rukiyah, 2021; Yulifah Rita,
Surachmindari, 2023).
Oleh karena itu, ia menyebut keperawatan sebagai praktik
yang terutama terdiri dari identifikasi pasien yang membutuhkan
bantuan (Aligood, M.R., 2014).
F. Analisis Berpikir Teori Wiedenbach
Ernestine Wiedenbach dalam teori keperawatan Teori
keperawatan adalah istilah yang digunakan untuk merujuk pada
tubuh pengetahuan yang digunakan untuk mendukung praktik
keperawatan. Ini adalah kerangka kerja yang dirancang untuk
organisasi pengetahuan dan memberikan penjelasan fenomena
dalam keperawatan pada tingkat yang spesifik dan lebih
kongkret(Mosby Bryar, R., 1995).
Sebagian besar teori keperawatan dihasilkan lebih dari 20
tahun yang lalu dengan kontribusi dari ahli teori utama. Salah satu
ahli teori adalah Ernestine Wiedenbach yang memberikan kontribusi
besar terhadap pengembangan teori keperawatan. Ernestine
Wiedenbach berkontribusi pada teori keperawatan dengan
memberikan definisi istilah dan konsep kunci yang umum
digunakan dalam praktik keperawatan(Alligood, & Foster, P., 1995;
Asrinah,dkk., 2020; Yanti, dkk., 2021).
Wiedenbach mendefinisikan pasien sebagai individu yang
menerima segala jenis bantuan yang dapat berupa
perawatan,instruksi atau bahkan nasihat dari orang yang berada
dalam profesi kesehatan atau orang yang bekerja di bidang
kesehatan. Wiedenbach lebih jauh mendefinisikan pasien sebagai
orang yang telah memasuki sistem perawatan kesehatan dan
mendapatkan bantuan seperti nasihat, pengajaran, atau perawatan.
Wiedenbach menyatakan bahwa tidak suatu keharusan bagi
seseorang yang sakit untuk disebut sebagai pasien sebagai orang
~ 88 ~
yang sedang mengenyam pendidikan yang berkaitan dengan
kesehatan adalah pasien (Currentnursing, 2012).
Wiedenbach mendefinisikan kebutuhan akan bantuan sebagai
ukuran apa pun yang diinginkan pasien yang berpotensi
memulihkan atau memperluas kemampuan mereka dalam
menghadapi berbagai situasi yang dihadirkan kehidupan yang
memengaruhi kesehatan dan kesehatan mereka. Wiedenbach
menyebut kebutuhan akan bantuan dalam keperawatan mengajar
atau peduli(Danko et al., 1989;Yanti, dkk., 2021).
Wiedenbach menyatakan bahwa tidak suatu keharusan bagi
seseorang yang sakit untuk disebut sebagai pasien sebagai orang
yang mendapat pendidikan yang berkaitan dengan kesehatan adalah
pasien (Currentnursing, 2012). Wiedenbach mendefinisikan
kebutuhan akan bantuan sebagai ukuran apa pun yang diinginkan
pasien yang berpotensi memulihkan atau memperluas kemampuan
mereka dalam menghadapi berbagai situasi yang dihadirkan
kehidupan yang memengaruhi kesehatan dan kesehatan
mereka(Mufdlilah,dkk., 2022).
Wiedenbach menyebut kebutuhan akan bantuan dalam
keperawatanmengajar atau peduli. Ia menyatakan bahwa tidak suatu
keharusan bagi seseorang yang sakit untuk disebut sebagai pasien
sebagai orang yang mendapat pendidikan yang berkaitan dengan
kesehatan adalah pasien (Currentnursing, 2012). Wiedenbach
mendefinisikan kebutuhan akan bantuan sebagai ukuran apa pun
yang diinginkan pasien yang berpotensi memulihkan atau
memperluas kemampuan mereka dalam menghadapi berbagai
situasi yang dihadirkan dalam kehidupan yang memengaruhi
kesehatan dan kesehatan mereka(Alligood, & Foster, P., 1995;
Asrinah,dkk., 2020; Yanti, dkk., 2021).
Wiedenbach menyebut kebutuhan akan bantuan dalam
keperawatan. Wiedenbach mendefinisikan kebutuhan akan bantuan
sebagai ukuran apa pun yang diinginkan pasien yang berpotensi
memulihkan atau memperluas kemampuan mereka dalam
menghadapi berbagai situasi yang dihadirkan kehidupan yang
memengaruhi kesehatan dan kesehatan mereka. Wiedenbach
menyebut kebutuhan akan bantuan dalam keperawatan.
~ 89 ~
Wiedenbach mendefinisikan kebutuhan akan bantuan sebagai
ukuran apa pun yang diinginkan pasien yang berpotensi
memulihkan atau memperluas kemampuan mereka dalam
menghadapi berbagai situasi yang dihadirkan kehidupan yang
memengaruhi kesehatan dan kesehatan mereka. Wiedenbach
menyebut kebutuhan akan bantuan dalam keperawatan
(Weidenbach, Ernestine,  1972; Yulianti, Lia dan Ai Yeyen Rukiyah,
2021; Yulifah Rita, Surachmindari, 2023).

~ 90 ~
BAB VII
ASUHAN KEBIDANAN WIEDENBACH

A. Pendahuluan
Secara umum teori dan konsep adalah hal yang sangat
berkaitan dengan perkembangan ilmu pengetahuan. Dalam
pelayanan kebidanan, teori-teori yang digunakan dalam praktik
kebidanan berasal dari konseptual model kebidanan. Teori atau
konsep sejatinya adalah penjelasan dari suatu kejadian dan
fenomena. Proses penjelasan ini memerlukan pemikiran yang dalam.
Konsep atau teori adalah gambaran tentang objek dari suatu
kejadian atau objek yang digunakan oleh peneliti untuk
menggambarkan fenomena sosial yang menarik perhatiannya.
Konseptual model merupakan gambaran abstrak suatu ide 
yang menjadi dasar suatu disiplin ilmu. Konseptual model dapat
memberikan gambaran abstrak atau ide yang mendasari disiplin
ilmu dan kemudian diterapkan sesuai dengan bidang masing-
masing.
Wiedenbach adalah seorang nurse-midwife yang juga teoris
di bidang keperawatan. Ia berkualifikasi sebagai perawat pada tahun
1925, dan menjadi nurse-midwife pada tahun 1946.
Ernestine Wiedenbach mengembangkan teorinya secara
induktif (dari khusus ke umum) berdasar pengalamannya dan
observasinya dalam praktek.
B. Tahap Mencapai Tujuan Asuhan Kebidanan
Dalam pencapaian tujuan, seseorang bidan memerlukan
pengetahuan, keadilan, dan keterampilan. Untuk mencapai tujuan
dari asuhan kebidanan, Wiedenbach menentukan beberapa tahap
yaitu:
1. Identifikasi kebutuhan klien
2. Ministration, yaitu memberikan dukungan dalam
pencarian pertolongan yang dibutuhkan
3. Validation, mengecek apakah bantuan yang diberikan
merupakan bantuan yang dibutuhkan
~ 91 ~
4. Coordination, koordinasi sumber-sumber yang dibutuhkan
untuk memenuhi kebutuhan pasien (Danko et al.,
1989;Yanti, dkk., 2021).
Salah satu konsep atau teori tersebut adalah teori dari
Ernestine Wiedenbach. Wiedenbach adalah seorang nurse-midwife
yang juga teoris di bidang keperawatan. Ia berkualifikasi sebagai
perawat pada tahun 1925, dan menjadi nurse-midwife pada tahun
1946. Salah satu karya besarnya adalah kolaborasi dengan filsuf
Dickoff dan James tahun 1960 (Dickoff, J., James, P., & Wiedenbach,
Ernestine, 1968a) ketika ia menjadi mahasiswa di Yale University
School of Nursing(Asrinah, dkk., 2020). Namun masih banyak
sebagian orang yang belum mengetahui teori tersebut. Oleh karena
itu, dalam makalah ini akan memberikan penjelasan mengenai teori
yang dikemukakan oleh Ernestine Wiedenbach (Weidenbach,
Ernestine,  1964, 1968,1972; Yulianti, Lia dan Ai Yeyen Rukiyah, 2021;
Yulifah Rita, Surachmindari, 2023).
Dalam teori Ernestine Wiedenbach terdapat 5 konsep (teori)
model asuhan kebidanan, yaitu:
1. The Agent: bidan, perawat, atau tenaga kesehatan yang lain.
2. The Recipent: Individu, keluarga, masyarakat.
3. The Goal: tujuan dari intervensi.
4. The Means: metode yang dilakukan untuk mencapai tujuan.
5. The Framework: keragka kerja (organisasi sosial, lingkungan
sosial, dan professional) (Alligood, & Foster, P., 1995;
Asrinah,dkk., 2020; Wiedenbach, Ernestine, 1963,  1964,
1965; Yanti, dkk., 2021).
Dalam pencapaian tujuan, seseorang bidan memerlukan
pengetahuan, keadilan, dan ketrampilan. Untuk mencapai tujuan
dari asuhan kebidanan, Wiedenbach menentukan beberapa tahap
yaitu:
1. Identifikasi kebutuhan klien;
2. Ministration, yaitu memberikan dukungan dalam
pencarian pertolongan yang dibutuhkan;
3. Validation, mengecek apakah bantuan yang diberikan
merupakan bantuan yang dibutuhkan;

~ 92 ~
4. Coordination, koordinasi sumber-sumber yang dibutuhkan
untuk memenuhi kebutuhan pasien(Alligood, & Foster, P.,
1995).
C. Konsep Realitas Keperawatan
1. Fenomena Kehidupan
Dilihat dari fenomena kehidupan yang ada di sekililing kita.
Masih banyak orang tua (ibu hamil) yang mengalami ketidaktahuan
tentang bagaimana cara melakukan perawatan pada saat ibu
tersebut sedang hamil. Dalam bidang kesehatan, hal hal tersebut
telah menjadi tugas seorang perawat(bidan) yang dimana
perawat(bidan) berfungsi sebagai pembimbing para ibu yang sedang
hamil(Estiwidani Dwana,dkk., 2018). Dalam ilmu keperawatan
terdapat banyak sekali teori teori yang memaparkan tentang asuhan
asuhan atau berbagai macam bimbingan yang diberikan bidan oleh
klien (ibu hamil). Dari berbagai teori tersebut, setiap teori tentunya
memiliki karakteristik dan ciri khas yang tersendiri, karena cara
pandang yang mengemukakan teori tersebut berbeda beda dan jug
dipengaruhi oleh perkembangan jaman yang terus berkembang
(Danko et al., 1989;Yanti, dkk., 2021).
Berdasarkan perkembangan jaman, teori ilmu keperawatan
sangatlah penting dalam dunia kesehatan khususnya untuk merawat
seseorang, oleh karena itu para ahli menyediakan suatu peranan
penting bagi perawat (bidan) dan tenaga kesehatan
lainnya(Mufdlilah, dkk., 2022).Di sini, kami sebagai penulis makalah
ini akan membahas tentang salah satu teori yang berlaku didalam
ilmu keperawatan, yakni teori Ernestine Wiedenbach. Yang dimana
teori ini dikemukakan oleh seorang nurse-midwife yang
berkualifikasi sebagai perawat dan kemudian menjadi nurse-
midwife. Di dalam teorinya, Wiedenbach memberikan dampak yang
begitu besar bagi profesi perawat (bidan) (Alligood, & Foster, P.,
1995; Asrinah,dkk., 2020; Wiedenbach, Ernestine, 1965; Yanti, dkk.,
2021).
Sebagai tenaga kesehatan, kita wajib untuk mengetahui dan
memahami teori keperawatan. Teori ini secara tidak langsung
banyak digunakan. Namun, terkadang seseorang tidak menyadari
bahkan tidak mengetahui bahwa mereka menggunakan teori dalam

~ 93 ~
praktiknya. Teori Wiedenbach ini banyak digunakan dalam
berkomunikasi dengan klien dan filoosofi dalam ilmu
keperawatan(Weidenbach, Ernestine,  1964; Yanti, dkk., 2021).
Wiedenbach adalah seorang perawat yang menemukan
konsep dari realitas keperawatan. Sebelum menjadi nurse midwife,
Ernestine Wiedenbach telah menjadi perawat selama 20 tahun.
Kemudian dia menyelesaikan kualifikasi nurse midwife pada tahun
1946. Dia adalah penulis dari buku “Family Centered Maternity
Nursing” pada tahun 1958, sebuah teks menyeluruh pada perawatan
kandungan. Salah satu karya besarnya adalah kolaborasi dengan
filsuf Dickoff dan James tahun 1960 ketika ia menjadi mahasiswi di
Yale University School of Nursing(Yulianti, Lia dan Ai Yeyen
Rukiyah, 2021).
Walaupun Wiedenbach pernah lama menjadi perawat tetapi
bukunya ini ditulis pada waktu dia bekerja di bagian kebidanan.
Wiedenbach menyatakan bahwa bagian favoritenya di pelatihan
bidan adalah kedatangannya dirumah pasien untuk memberikan
pertolongan melahirkan(Alligood, M.R., 2014; Alligood, M.R.,
Tomey, A.M., 2002; Alligood, & Foster, P., 1995).
Ilmu perawatan klinis Ernestine Wiedenbach telah
dikembangkanberdasarkan pengetahuannya selama bertahun-tahun
di aturan klinis danajarannya sebagai hubungan
profesionalnya(Yulifah Rita, Surachmindari, 2023).
Ernestine Wiedenbach memiliki banyak buku dan artikel yang
telah diterbitkan. Beberapa di antaranya adalah:
1. Wiedenbach, E (1958). Family-Centered Maternity Nursing.
New York: G.P. Putnam’s Sons.
2. Wiedenbach, E (1964). Clinical Nursing: A Helping Art. New
York: Spinger(Asrinah, dkk., 2020; Weidenbach, Ernestine, 
1972)
2. Elemen Praktek Keperawatan/Kebidanan
Wiedenbach yakin bahwa ada 4 elemen dalam praktek
keperawatan / kebidanan. Ke 4 elemen tersebut yaitu filosofi, tujuan,
praktek, dan seni. Falsafah adalah sikap dan kepercayaan
danbagaimana akibat dari kenyataan itu bagi mereka(Danko et al.,
1989;Yanti, dkk., 2021; Weidenbach, Ernestine, 1972).

~ 94 ~
Penjabaran ke-4 elemen menurut Wiedenbach adalah sebagai
berikut:
1. Filosofi adalah sesuatuyang memotivasi perawat/ midwife
untuk bertindak dengan berbagai cara.
2. Tujuan perawat / bidan adalah apa yang diinginkan
perawatuntuk menyelesaikan apa yang dilakukannya. Ini
semua ditujukan ke arahyang baik dari keseluruhan
pasien.
3. Praktik adalah tindakan keperawatan yangmempengaruhi
kepercayaan dan perasaan tentang menemukan
kebutuhanpasien yang ditemukan.
4. Seni keperawatan / kebidanan termasuk mengerti apa
yang pasien butuhkan danperhatikan, mengembangkan
cita-cita dan tindakan untuk
meningkatkankemampuan/kesehatanpasien dan
memberikan aktivitas yangberhubungan dengan rencana
pengobatan agar dapat lebih meningkatkankesehatan
pasien(Alligood, & Foster, P., 1995; Asrinah,dkk., 2020;
Yanti, dkk., 2021).
Perawat/bidan juga harus selalu memusatkan pikiran
padapencegahan atau perkembangan suatu hal baru yang
memprihatinkan(Estiwidani Dwana,dkk., 2018; Weidenbach,
Ernestine,  1972).
D. Model Konseptual Asuhan Kebidanan
Secara umum teori dan konsep adalah hal yang sangat
berkaitan dengan perkembangan ilmu pengetahuan. Dalam
pelayanan kebidanan, teori-teori yang digunakan dalam praktik
kebidanan berasal dari konseptual model kebidanan. Teori atau
konsep sejatinya adalah penjelasan dari suatu kejadian dan
fenomena. Proses penjelasan ini memerlukan pemikiran yang dalam.
Konsep atau teori adalah gambaran tentang objek dari suatu
kejadian atau objek yang digunakan oleh peneliti untuk
menggambarkan fenomena sosial yang menarik perhatiannya
(Weidenbach, Ernestine,  1964; Yulianti, Lia dan Ai Yeyen Rukiyah,
2021; Yulifah Rita, Surachmindari, 2023).
Konseptual model merupakan gambaran abstrak suatu ide
yang menjadi dasar suatu disiplin ilmu. Konseptual model dapat
~ 95 ~
memberikan gambaran abstrak atau ide yang mendasari disiplin
ilmu dan kemudian diterapkan sesuai dengan bidang masing-
masing(Yulifah Rita, Surachmindari, 2023).
Salah satu konsep atau teori tersebut adalah teori dari
Ernestine Wiedenbach. Wiedenbach adalah seorang nurse-midwife
yang juga teoris di bidang keperawatan. Ia berkualifikasi sebagai
perawat pada tahun 1925, dan menjadi nurse-midwife pada tahun
1946. Salah satu karya besarnya adalah kolaborasi dengan filsuf
Dickoff dan James tahun 1960 (Dickoff, J., James, P., & Wiedenbach,
Ernestine, 1968a) ketika ia menjadi mahasiswa di Yale University
School of Nursing. Namun masih banyak sebagian orang yang
belum mengetahui teori tersebut. Oleh karena itu, dalam makalah ini
penulis akan memberikan penjelasan mengenai teori yang
dikemukakan oleh Ernestine Wiedenbach (Alligood, & Foster, P.,
1995; Asrinah,dkk., 2020; Yanti, dkk., 2021).
E.  Teori-Teori Keperawatan
Stevens (1984), mendefinisikan keperawatan sebagai usaha
untuk menguraikan dan menjelaskan berbagai fenomena dalam
keperawatan (dikutip dari Taylor, C., dkk, 1989). Teori keperawatan
berperan dalam membedakan keperawatan dengan disiplin ilmu
lain dan bertujuan untuk menggambarkan, menjelaskan,
memperkirakan dan mengontrol hasil asuhan keperawatan atau
pelayanan keperawatan yang dilakukan (Fawcett, Jacqueline, 1993;
Jannah, Nurul, 2021).
Menurut Newman (1979), ada 3 cara pendekatan dalam
pengembangan dan pembentukan teori-teori keperawatan, yaitu:
meminjam teori-teori dari disiplin ilmu lain yang relevan dengan
tujuan untuk mengintegrasikan teori-teori ini dalam ilmu
keperawatan, menganalisa situasi praktik keperawatan dalam
rangka mencari konsep yang berkaitan dengan praktik keperawan
serta menciptakan suatu kerangkan konsep yang memungkinkan
pengembanagan teori keperawatan (Weidenbach, Ernestine,  1964;
Yulianti, Lia dan Ai Yeyen Rukiyah, 2021; Yulifah Rita,
Surachmindari, 2023). Tujuan pengembangan teori keperawatan
adalah menumbuh kembangkan pengetahuan yang diharapkan
dapat membantu dan mengembangkan praktik keperawatan dan
pendidikan keperawatan (Danko et al., 1989;Yanti, dkk., 2021).
1. Karakteristik Dasar Teori Keperawatan

~ 96 ~
Torre dan Chin dan Ycob secara jelas menegaskan
karakteristik dasar teori keperawatan. Menurut mereka, ada lima
karakteristik dasar teori keperawatan, yaitu:
1. Teori keperawatan mengidentifikasi dan didefenisikan
sebagai hubungan yang spesifik dari konsep keperawatan
seperti hubungan antara konsep manusia, konsep sehat-
sakit, keperawatan, dan konsep lingkungan.
2. Teori keperawat harus bersifat ilmiah. Artinya teori
keperawatan digunakan dengan alas an atau rasional yang
jelas dan dikembangkan dengan menggunakan cara
berpikir yang logis.
3. Teori keperawatan bersifat sederhana dan umum. Artinya
teori keperawatan dapat digunakan pada masalah yang
sederhana maupun masalah kesehatan yang kompleks
sesuai dengan situasi praktik keperawatan.
4. Teori keperawatan berperan dalam memperkaya body of
knowledge keperawatan yang dilakukan melalui penelitian.
5. Teori keperawatan menjadi pedoman dan berperan dalam
memperbaiki kualitas praktik keperawatan (Alligood, &
Foster, P., 1995; Asrinah,dkk., 2020; Yanti, dkk., 2021).
2. Konsep dan Teori dalam Keperawatan
Teori keperawatan pada dasarnya terdiri atas empat konsep
yang berpengaruh dan menentukan kualitas praktik keperawatan,
yaitu konsep manusia, keperawatan, konsep sehat-sakit dan konsep
lingkungan. Meskipun keempat konsep digunakan pada setiap teori
keperawatan, akan tetapi pengertian dan hubungan antara konsep
ini berbeda anatar teori yang satu dengan teori yang lain. Berikut ini
diuraikan beberapa teori keperawatan (Fawcett, Jacqueline, 1993;
Jannah, Nurul, 2021).
a.  Sister Calista Roy: Model Adaptasi Roy
Sister Calista Roy mengembangkan model adaptasi
keperawatan pada tahun 1964. Model ini banyak digunakan sebagai
falsafah dasar dan model konsep dalam pendidikan keperawatan.
Model adaptasi Roy adalah sistem model yang esensial dalam

~ 97 ~
keperawatan (Dickoff, J., James, P., & Wiedenbach, Ernestine, 1968b).
Asumsi dasar model ini adalah:
1. Individu adalah makhluk biopsikososial sebagai satu
kesatuan yang utuh. Seseorang dikatakan sehat jika
mampu berfungsi untuk memenehi kebutuhan biologis,
psikologis, dan sosial.
2. Setiap orang selalu menggunakan koping, baik yang
bersifat positif maupun negatif untuk dapat beradaptasi.
Kemampuan beradaptasi seseorang dipengaruhi oleh tiga
komponen, yaitu penyebab utama terjadinya perobahan,
kondisi dan situasi yang ada serta keyakinan, dan
pengalaman dalam beradaptasi.
3. Setiap individu berespons terhadap kebutuhan fisiologis,
kebutuhan akan konsep diri yang positif, kemampuan
untuk hidup mandiri atau kemandirian serta kebutuhan
akan kemampuan melakukan peran dan fungsi secara
optimal untuk memelihara integritas diri.
4. Individu selalu berada pada rentang sehat sakit, yang
berhubungan erat dengan keefektifan koping yang
dilakukan untuk memelihara kemampuan
beradaptasi(Alligood, & Foster, P., 1995).
Menurut Roy, respon yang menyebabkan penurunan
integritas tubuh menimbulkan adanya suatu kebutuhan dan
menyebabkan individu berespons terhadap kebutuhan tersebut
melalui upaya atau perilaku tertentu (Weidenbach, Ernestine,  1964;
Yulianti, Lia dan Ai Yeyen Rukiyah, 2021; Yulifah Rita,
Surachmindari, 2023).
Menurutnya, kebutuhan fisiologis meliputi oksigenisasi dan
sirkulasi, keseimbangan cairan dan elektrolit, makanan, tidur dan
istirahat, pengaturan sushu, hormonal dan fungsi sensori.
Kebutuhan akan konsep diri yang positif berfokus pada persepsi diri
yang meliputi kepribadian, norma, etika dan keyakinan seseorang.
Kemandirian lebih difokuskan pada kebutuhan akan kemampuan
melakukan interaksi sosial termasuk kebutuhan akan dukungan
orang lain. Peran dan fungsi optimal lebih difokuskan pada perilaku
individu dalam menjalankan peran dan fungsi yang diembannya
(Alligood, M.R., 2014; Alligood, & Foster, P., 1995).

~ 98 ~
Singkatnya Roy menegaskan bahwa individu adalah makhluk
biopsikososial sebagai satu kesatuan utuh yang memiliki mekanisme
koping untuk beradaptasi terhadap perobahan lingkungan. Roy
mendefinisikan lingkungan sebagai semua yang ada disekeliling kita
dan berpengaruh terhadap perkembangan manusia. Sehat adalah
suatu keadaan atau proses dalam menjaga integritas diri.
Menurutnya, peran perawat adalah membantu pasien beradaptasi
terhadap perobahan yang ada (Fawcett, Jacqueline, 1993; Jannah,
Nurul, 2021).
b. Teori Martha E. Roger
Teori Roger didasarkan pada pengetahuan tentang asal usul
manusia dan alam semesta seperti antropologi, sosiologi, astronomi,
agama, filosofi, perkembangan sejarah dan mitologi. Teori ini
berfokus pada proses kehidupan manusia. Menurutnya kehidupan
seseorang dipengaruhi alam sebagai lingkungan hisup manusia dan
pula pertumbuhan dan perkembangan seseorang (Alligood, &
Foster, P., 1995; Asrinah,dkk., 2020; Yanti, dkk., 2021).
Asumsi dasar teori Roger tentang manusia adalah:
1. Manusia adalah kesatuan utuh yang tidak dapat
dipisahkan antara satu dengan yang lain.
2. Manusia berinteraksi langsung dengan lingkungan
disekelilingya.
3. Kehidupan setiap manusia adalah sesuatu yang unik. Jalan
hidup seseorang berbeda dengan orang lain.
4. Perkembangan manusia dapat dinilai dari tingkah
lakunya.
5. Manusia diciptakan sebagai karakteristik dan keunikan
tersendiri. Misalnya dalam hal sifat dan emosi(Alligood,
M.R., 2010).
Secara singkat dapat disimpulkan bahwa teori Roger berfokus
pada manusia sebagai satu kesatuan yang utuh dalam siklus
kehidupannya. Menurutnya, lingkungan adalah segala hal yang
beredar di luar diri individu(Alligood, M.R., 2014).
c. Teori Dorothy E. Johnson
Dorthy E. Johnson meyakini bahwa asuhan keperawatan
dilakukan untuk membantu individu memfasilitasi tingkah laku
~ 99 ~
yang efektif dan efisien untuk mencegah timbulnya penyakit.
Manusia adalah makhluk yang utuh dan terdiri dari 2 sistem yaitu
sistem biologi dan tingkah laku tertentu. Lingkungan termasuk
masyarakat adalah sistem eksternal yang berpengaruh terhadap
perilaku seseorang (Weidenbach, Ernestine,  1972; Yulianti, Lia dan
Ai Yeyen Rukiyah, 2021; Yulifah Rita, Surachmindari, 2023).
Seseorang diakatan sehat jika mampu berespon adaptif baik
fisik, mental, emosi dan sosial terjadap lingkunagn internal dan
eksternal dengan harapan dapat memelihara kesehatannya. Asuhan
keperawatan dilakukan untuk membantu kesimbangan individu
terutama koping atau cara pemecahan masalah yang dilakukan
ketika ia sakit (Fawcett, Jacqueline, 1993; Jannah, Nurul, 2021).
Menurut Johnson ada 4 tujuan asuhan keperawatan kepada
individu, yaitu agar tingkah lakunya sesuai dengan tuntutan dan
harapan masyarakat, mampu beradaptasi terhadap perobahan
fungsi tubuhnya, bermanfaat bagi dirinya dan orang lain atau
produktif serta mampu mengatasi masalah kesehatan yang lainnya
(Danko et al., 1989;Yanti, dkk., 2021).
d. Teori Dorothea E. Orem
Menurut Orem, asuhan keperawatan dilakukan dengan
keyakinan bahwa setiap orang mempunyai kemampuan untuk
merawat diri sendiri sehingga membantu individu memenuhi
kebutuhan hidup, memelihara kesehatan dan kesejahteraannya. Oleh
karena itu teori ini dikenal sebagai Self Care atau Self Caredefisit teori
(Alligood, & Foster, P., 1995; Asrinah,dkk., 2020; Yanti, dkk., 2021).
Ada 3 prinsip dalam keperawatan diri sendiri atau perawatan
mandiri. Pertama, perawatan mandiri yang dilakukan bersifat
holistik meliputi kebutuhan oksigen, air makanan, eliminasi, aktifitas
dan istirahat, mencegah trauma serta kebutuhan hidup lainnya.
Kedua, perawatan mandiri yang dilakukan harus sesuai dengan
tumbuh kembang manusia. Ketiga, perawatan mandiri dilakukan
karena adanya masalah kesehatan atau penyakit untuk pencegahan
dan peningkatan kesehatan(Alligood, M.R., Tomey, A.M., 2002).
Menurut Orem, perawat dibutuhkan ketika seseorang
membutuhkan asuhan keperawatan karena ketidakmampuan untuk
merawat diri sendiri. Menurutnya, area kerja perawat adalah
membina dan mempertahankan hubungan terapeutik antara
~ 100 ~
perawat dan pasien, menentukan kapan seseorang membutuhkan
bantuan atau pertolongan, memperhatikan respon pasien, memberi
pertolongan langsung kepada individu dan keluarga serta
bekerjasama dengan tenaga kesehatan lain(Alligood, & Foster, P.,
1995).
Asuhan keperawatan mandiri dilakukan dengan
memperhatikan tingkat ketergantungan atau kebutuhan dna
kemampuan pasien. Oleh karena itu, terdapat 3 angkatan dalam
asuhan keperawatan mandiri. Pertama, perawat memberi perawatan
total ketika pertama kali asuhan keperawatan dilakukan karena
tingkat ketergantungan pasien yang tinggi. Kedua, perawat dan
pasien saling berkolaborasi dalam melakukan tindakan
keperawatan. Ketiga, pasien merawat diri sendiri dengan bimbingan
perawat (Fawcett, Jacqueline, 1993; Jannah, Nurul, 2021).
e. Model Betty Neuman
Model Neuman berfokus pada individu dan respon atau
reaksi individu terhadap stres termasuk faktor-faktor yang
mempengaruhinya dan kemampuan adapatasi pasien. Menurut
Neuman manusia merupakan sistem terbuka yang saling
berinteraksi dengan lingkungan internal maupun eksternal yang
dapat merupakan penyebab stress (stresor). Dalam kehidupan sehari-
hari individu selalu berusaha mempertahankan dan memenuhi
kebutuhan biologi, psikologi dan sosial cultural.
Adanya stressor seperti penyakit misalnya, menyebabkan
seseorang bereaksi untuk mempertahankan kesehatannya melalui
mekanisme pemecahan masalah atau koping tertentu. Penyebab
stressor dapat berasal pada diri sendiri, dari luar individu atau
karena interaksi dengan orang lain. Pengaruh stressor pada
seseorang tergantung pada tingkatan stresor, lamanya stresor serta
kemampuan dan keefektifan koping yang digunakan (Weidenbach,
Ernestine,  1972; Yulianti, Lia dan Ai Yeyen Rukiyah, 2021; Yulifah
Rita, Surachmindari, 2023).
Menurut Neuman asuhan keperawatan dilakukan untuk
mencegah atau mengurangi reaksi tubuh akibat adanya stresor.
Peran ini disebut pencegahan penyakit yang terdiri dari pencegahan
primer, sekunder dan tersier (Alligood, & Foster, P., 1995;
Asrinah,dkk., 2020; Yanti, dkk., 2021).
~ 101 ~
Pencegahan primer meliputi tindakan keperawatan untuk
mengidentifikasi adanya stresor, mencegah terjadinya reaksi tubuh
karena adanya stresor serta mendukung koping pasien yang
konstruktif. Pencegahan sekunder seperti tindakan keperawatan
untuk mengurangi atau menghilangkan gejala penyakit atau reaksi
tubuh lainnya karena adanya stresor. Sedangkan pencegahan tersier
meliputi pengobatan rutin dan teratur serta pencegahan kerusakan
lebih lanjut atau komplikasi dari suatu penyakit (Danko et al.,
1989;Yanti, dkk., 2021).
Kerangkan ini dikenal sebagai kerangka system terbuka.
Asumsi yang mendasari kerangka ini adalah:
1. Asuhan keperawatan berfokus pada manusia termasuk
berbagai hal yang mempengaruhi kesehatan seseorang.
2. Tujuan asuhan keperawatan adalah kesehatan bagi
individu, kelompok, dan masyarakat.
3. Manusia selalu berinteraksi secara konstan terhadap
lingkungan(Alligood, M.R., 2010).
Dalam kerangka konsep ini terdapat 3 sistem yang saling
berinteraksi dan saling berhubungan erat.
1. Kepribadian (personal sistem). Setiap individu
mempunyai sistem kepribadian tertentu. Kepribadian
seseorang dipengaruhi oleh persepsi, konsep diri,
pertumbuhan dan perkembangan, gambaran diri, tempat
dan waktu.
2. Sistem interpersonal. Sistem interpersonal terbentuk
karena hasil interaksi manusia. Konsep ini dapat berupa
interaksi, komunikasi, perjanjian, stress dan peran.
3. Sistem sosial. Meliputi keluarga, kelompok keagamaan,
sistem pendidikan, sistem pekerjaan dan kelompok
sebaya(Alligood, M.R., Tomey, A.M., 2002).
Menurut King tujuan pemberian asuhan keperawatan dapat
tercapai jika perawat dan pasien saling bekerjasama dalam
mengidentifikasi masalah serta menetapkan tujuan bersama yang
hendak dicapai (Alligood, & Foster, P., 1995).
f. Teori Myra E Levine

~ 102 ~
Teori Levine berfokus pada interaksi manusia. Asumsi dasar
Teori Levine adalah:
1. Pasien membutuhkan pelayanan keperawatan atau
kesehatan jika mempunyai masalah kesehatan.
2. Perawat bertanggung jawab untuk mengenali
respon/reaksi dan perobahan tingkah laku serta perobahan
fungsi tubuh pasien. Respon pasien terjadi ketika ia
mencoba beradaptasi dengan perobahan lingkungan atau
suatu penyakit. Bentuk respon tersebut dapat berupa
ketakutan, stress, inflamasi, dan respons pancaindra.
3. Fungsi perawat adalah melakukan intervensi keperawatan
serta membina hubungan terapeutik. Intervensi
keperawatan bertujuan untuk membantu meningkatkan
kesehatan dan mencegah penyakit serta memperbaiki
status kesehatan (Weidenbach, Ernestine,  1972; Yulianti,
Lia dan Ai Yeyen Rukiyah, 2021; Yulifah Rita,
Surachmindari, 2023).
Falsafah biasanya diartikan sebagai suatu pandangan dan
pengetahuan yang mendasar, yang selanjutnya digunakan untuk
mengembangkan dan membangun suatu persepsi atau asumsi
tertentu tentang kehidupan. Falsafah memberikan suatu gambaran
atau pandangan terhadap suatu sistem nilai dan keyakinan. Bagi
setiap individu, falsafah berperan dalam membantu seseorang
memahami makna dari pengalaman hidup yang dijalaninya serta
berfungsi sebagai penuntun dalam bersikap dan berperilaku.
Falsafah hidup seseorang berkembang melalui dari hasil belajar,
hubungan interpersonal, pendidikan formal maupun informal,
agam, dan dipengaruhi oleh latar belakang budaya serta lingkungan
(Danko et al., 1989;Yanti, dkk., 2021).
Falsafah keperawatan meliputi falsafah pendidikan dan
pelayanan keperawatan serta falsafah pada institusi pelayanan
kesehatan berperan sebagai pedoman utama dalam pemberian
asuhan keperawatan. Implementasi peran perawat sebagai pelaksana
asuhan keperawatan, pendidik, pengelola atau peneliti, pada
hakekatnya mencerminkan falsafah keperawatan melalui
pemahaman tentang nilai dan konsep keperawatan seperti konsep
sehat-sakit, kesehatan, penyakit, akuntabilitas, dan pemahaman

~ 103 ~
terhadap etika keperawatan (Alligood, & Foster, P., 1995;
Asrinah,dkk., 2020; Yanti, dkk., 2021).
Konsep adalah suatu keyakinan yang kompleks terhadap
suatu objek, benda, suatu peristiwa atau fenomena berdasarkan
pengalam dan persepsi seseorang berupa ide, pandangan atau
keyakinan. Kumpulan beberapa konsep ke dalam suatu kerangka
yang dapat dipahami membentuk suatu model atau kerangka
konsep. Konsep dapat dianalogikan sebagai batu bata dan papan
untuk membangun sebuah rumah dimana rumah yang dibangun
diibaratkan sebagai kerangka konsep(Alligood, M.R., 2010; Alligood,
& Foster, P., 1995).
Teori adalah hubungan beberapa konsep atau suatu
kerangkan konsep, atau defenisi yang memberikan suatu pandangan
sistematis terhadap gejala-gejala atau fenomena-fenoma dengan
menentukan hubungan spesifik antara konsep-konsep tersebut
dengan maksud untuk menguraikan, menerangkan, meramalkan,
dan atau mengendalikan suatu fenomena. Teori dapat diuji, diubah
atau digunakan sebagai suatu pedoman dalam penelitian. Teori
dapat dikembangkan melalui dua metode dasar yaitu metode
induktif dan deduktif (Alligood, & Foster, P., 1995; Asrinah,dkk.,
2020; Yanti, dkk., 2021).
Teori keperawatan menggunakan kedua metode ini.Prose
adalah fase kerja dari suatu kerangkan konsep atau suatu teori.
Dalam hal ini berlangsung secara sistematis, bertahap dan terus
menerus untuk mencapai suatu tujuan. Proses keperawatan adalah
contoh aplikasi kerangka konsep dan teori keperawatan
(Weidenbach, Ernestine,  1964, Yulianti, Lia dan Ai Yeyen Rukiyah,
2021; Yulifah Rita, Surachmindari, 2023).

~ 104 ~
BAB VIII

KREDENSIAL ERNESTINE WIEDENBACH

A. Pendahuluan

Secara umum teori dan konsep adalah hal yang sangat


berkaitan dengan perkembangan ilmu pengetahuan. Dalam
pelayanan kebidanan, teori-teori yang digunakan dalam praktik
kebidanan berasal dari konseptual model kebidanan. Teori atau
konsep sejatinya adalah penjelasan dari suatu kejadian dan
fenomena. Proses penjelasan ini memerlukan pemikiran yang dalam.
Konsep atau teori adalah gambaran tentang objek dari suatu
kejadian atau objek yang digunakan oleh peneliti untuk
menggambarkan fenomena sosial yang menarik perhatiannya.
Konseptual model merupakan gambaran abstrak suatu ide 
yang menjadi dasar suatu disiplin ilmu. Konseptual model dapat
memberikan gambaran abstrak atau ide yang mendasari disiplin
ilmu dan kemudian diterapkan sesuai dengan bidang masing-
masing.
Salah satu konsep atau teori tersebut adalah teori dari
Ernestine Wiedenbach. Wiedenbach adalah seorang nurse-midwife
yang juga teoris di bidang keperawatan. Ia berkualifikasi sebagai
perawat pada tahun 1925, dan menjadi nurse-midwife pada tahun
1946. Salah satu karya besarnya adalah kolaborasi dengan filsuf
Dickoff dan James tahun 1960 (Dickoff et al.,1992 a dan b) ketika ia
menjadi mahasiswa di Yale University School of Nursing. Namun
masih banyak sebagian orang yang belum mengetahui teori tersebut.

B. Kredensial dan Latar Belakang Teoretis

1. Pendidikan

Ernestine Wiedenbach lahir di Hamburg, Jerman dari


keluarga kaya. Dia menjadi tertarik menjadi perawat setelah melihat
perawat tugas pribadi merawat neneknya. Wiedenbach lulus dengan
~ 105 ~
gelar sarjana seni liberal di Wellesley College pada tahun 1922 dan
kemudian masuk ke Sekolah Keperawatan John Hopkins.
Weidenbach juga berhasil menyelesaikan gelar master dan sertifikat
keperawatan kesehatan masyarakat di Teachers College Columbia
University pada tahun 1934 (Fawcett, Jacqueline, 1993; Jannah,
Nurul, 2021; Wiedenbach, Ernestine, 1972).
Dia kemudian menjadi penulis perawat profesional untuk
jurnal keperawatan Amerika. Wiedenbach terdaftar di sekolah bidan
di Asosiasi Pusat Bersalin di New York. Setelah lulus dengan gelar
kebidanan pada tahun 1946, Wiedenbach berpraktik sebagai bidan
perawat dan dia juga mengajar kursus malam di Teachers College
hingga tahun 1951. Wiedenbach mengajar di Yale School of Nursing
dan membantu memulai program magister di mana dia
mengarahkan program ibu-bayi baru lahir (Alligood, & Foster, P.,
1995; Wiedenbach, Ernestine, 1963).
2. Pekerjaan
Weidenbach bekerja di berbagai bidang perawatan termasuk
di samping tempat tidur rumah sakit, kesehatan masyarakat, dan
keperawatan administratif. Dia bekerja di Rumah Sakit Johns
Hopkins dan Bellevue sebagai perawat klinis. Biro Informasi
Keperawatan di mana dia membantu mempersiapkan perawat yang
memasuki Perang Dunia II. Dia bekerja sebagai direktur Asosiasi
Pusat Maternitas New York, Profesor di Sekolah Keperawatan
Universitas Yale, dan bekerja bersama Ida Orlando, dan Patricia
James untuk mengembangkan filosofi keperawatan (Alligood, M.R.,
2014; Wiedenbach, Ernestine, 1968).
3. Prestasi
Wiedenbach menulis buku teks pada tahun 1958 tentang
perawatan maternitas yang berpusat pada keluarga dan satu lagi
pada tahun 1964 berjudul Perawatan Klinis: Seni yang Membantu. Dia
paling terkenal karena karyanya dalam pengembangan teori dan
perawatan ibu-anak (Alligood, M.R., 2010; Alligood, & Foster, P.,
1995).
Model konsep perawatan maternitas yang berpusat pada
keluarga Family Centered Maternity Care (FCMC) meliputi:
1. Melaksanakan kelas untuk pendidikan prenatal orang tua.
~ 106 ~
2. Mengikut serta keluarga dalam perawatan kehamilan,
persalinan, dan nifas.
3. Mengikut sertakan keluarga dalam operasi.
4. Mengatur kamar bersalin sepeti suasana rumah.
5. Menetapkan peraturan yang fleksibel.
6. Menjalankan sistem kunjungan tidak ketat.
7. Mengadakan kontrak dini bayi dan orang tua.
8. Menjalankan rooming-in (ruang rawat gabung untuk ibu
hamil).
9. Mengikut sertakan anak-anak dalam proses perawatan.
10. Melibatkan keluarga dalam perawatan NICU.
11. Pemulangan secepat mungkin dengan diikuti follow-
up(Alligood, & Foster, P., 1995; Asrinah,dkk., 2020; Yanti,
dkk., 2021).
Keperawatan maternitas merupakan persiapan persalinan
serta kwalitas pelayanan kesehatan yang dilakukan dan difokuskan
kepada kebutuhan bio-fisik dan psikososial dari klien, keluarga, dan
bayi baru lahir (May & Mahlmeister, 1990). Keperawatan maternitas
merupakan subsistem dari pelayanan kesehatan di mana perawat
berkolaborasi dengan keluarga dan lainnya untuk membantu
beradaptasi pada masa prenatal, intranatal, postnatal, dan masa
interpartal (Auvenshine & Enriquez, 1990) (Fawcett, Jacqueline, 1993;
Jannah, Nurul, 2021).
Keperawatan maternitas merupakan pelayanan yang sangat
luas, dimulai dari konsepsi sampai dengan enam minggu setelah
melahirkan (Danko et al., 1989;Yanti, dkk., 2021).
Keperawatan maternitas merupakan pelayanan professional
berkwalitas yang difokuskan pada kebutuhan adaptasi fisik dan
psikososial ibu selama proses konsepsi/kehamilan, melahirkan, nifas,
keluarga, dan bayi baru lahir dengan menekankan pada pendekatan
keluarga sebagai sentra pelayanan (Weidenbach, Ernestine,  1964;
Yulianti, Lia dan Ai Yeyen Rukiyah, 2021; Yulifah Rita,
Surachmindari, 2023).
Keperawatan maternitas merupakan pelayanan keperawatan
profesional yang ditujukan kepada wanita usia subur (WUS) yang
berkaitan dengan masa diluar kehamilan, masa kehamilan, masa
melahirkan, masa nifas sampai enam minggu, dan bayi yang

~ 107 ~
dilahirkan sampai berusia 40 hari beserta keluarganya. Pelayanan
berfokus pada pemenuhan kebutuhan dasar dalam melakukan
adaptasi fisik dan psikososial dengan menggunakan pendekatan
proses keperawatan (Fawcett, Jacqueline, 1993; Jannah, Nurul, 2021).
C. Sumber, Asersi, dan Asumsi Teoretis
1.  Sumber Teoretis
Wiedenbach memandang pasien dalam kaitannya dengan apa
yang mampu mereka lakukan. Perkembangan teori Wiedenbach
berawal dari pekerjaannya sebagai Profesor di Yale University
bersama Ida Orlando, James Dickoff, dan Patricia James. Mereka
mengilhami pemahaman Wiedenbach tentang penggunaan diri dan
pengaruh pikiran dan perasaan perawat pada hasil tindakannya
(Alligood, M.R., 2010).
Beberapa faktor yang mempengaruhi perkembangan teori
keperawatan meliputi:
1. Perlunya bantuan melalui persepsi pasien
2. Pengamatannya terhadap praktik klinis dan kebutuhan
pasien akan bantuan
3. Proses interaksi yang berfokus pada validasi persepsi,
pikiran, dan perasaan sebelum tindakan direncanakan
(Meleis, 2006).
2. Asersi dan Asumsi Teoretis
Cara penegasan teoretis adalah identifikasi kebutuhan
bantuan pasien yang melibatkan empat langkah. Langkah pertama
adalah ketika perawat menggunakan observasi untuk melihat dan
mendengarkan konsistensi aktual dan inkonsistensi dalam perilaku
pasien dibandingkan dengan harapan perawat. Kedua, perawat
menggali makna perilaku pasien dengan pasien. Ketiga, perawat
menentukan penyebab ketidaknyamanan atau ketidakmampuan
pasien. Akhirnya, perawat menentukan apakah pasien dapat
menyelesaikan masalahnya atau jika pasien membutuhkan bantuan
(Alligood, M.R., 2014).
Asumsi teoretis meliputi:
1. Penghormatan atas anugerah kehidupan
2. Menghormati martabat, harga, otonomi, dan individualitas
setiap manusia
~ 108 ~
3. Resolusi untuk bertindak secara dinamis dalam
hubungannya dengan keyakinan seseorang (Wiedenbach,
Ernestine, 1968).
Asumsi yang berkaitan dengan fitrah manusia antara lain
bahwa setiap manusia mampu mengembangkan cara-cara yang
memungkinkan mereka untuk memelihara dan menopang dirinya
sendiri. Asumsi terkait kesehatan tidak dibahas dalam model
Wiednbach. Asumsi yang berkaitan dengan lingkungan adalah
bahwa Wiedenbach tidak berurusan dengan konsep lingkungan;
namun, dia mengenali kemungkinan efek lingkungan (Danko et al.,
1989;Yanti, dkk., 2021).
Dalam pernyataan tujuan keperawatan klinis, ia mengatakan,
"Untuk memfasilitasi upaya individu dalam mengatasi kendala yang
saat ini mengganggu kemampuannya untuk merespon dengan baik
tuntutan yang dibuat olehnya oleh kondisi, lingkungan, situasi, dan
waktu ini." Ini menunjukkan bahwa lingkungan dapat menciptakan
komplikasi yang mengakibatkan orang tersebut mengalami
kebutuhan-bantuan (Alligood, M.R., Tomey, A.M., 2002).
D. Konsep Utama Wiedenbach
Wiedenbach mendefinisikan istilah kunci yang biasa
digunakan dalam praktik keperawatan. Wiedenbach adalah seorang
nurse-midwife yang juga teoris di bidang keperawatan. Ia
berkualifikasi sebagai perawat pada tahun 1925, dan menjadi nurse-
midwife pada tahun 1946.
Ernestine Wiedenbach mengembangkan teorinya secara
induktif (dari khusus ke umum) berdasar pengalamannya dan
observasinya dalam praktek (Alligood, & Foster, P., 1995;
Asrinah,dkk., 2020; Yanti, dkk., 2021).
1. Pasien
Dia mendefinisikan pasien sebagai "setiap individu yang
menerima bantuan dari beberapa jenis, baik itu perawatan, instruksi
atau nasihat, dari anggota profesi kesehatan atau dari pekerja di
bidang kesehatan." Pasien tidak sakit. Seseorang akan memenuhi
syarat sebagai pasien jika seseorang menerima pendidikan terkait
kesehatan (Weidenbach, Ernestine, 1972; Yulianti, Lia dan Ai Yeyen
Rukiyah, 2021; Yulifah Rita, Surachmindari, 2023).
~ 109 ~
2.  Need-For-Help
Kebutuhan adalah segala sesuatu yang mungkin diminta oleh
individu "untuk memelihara atau menopang dirinya sendiri dengan
nyaman atau cakap dalam situasinya." Ini adalah tindakan apa pun
yang memungkinkan individu untuk menaklukkan apa pun yang
menghalangi kemampuan untuk menangani situasi mereka. Jika
individu tersebut tidak menyadari bahwa mereka membutuhkan
bantuan, mereka tidak boleh mengambil tindakan apa pun untuk
menyelesaikan situasi yang memengaruhi kesehatan dan kebugaran
(Alligood, & Foster, P., 1995).
3.  Perawat
"Perawat adalah manusia yang berfungsi. Karena itu, dia
tidak hanya bertindak, tetapi Wiedenbach juga berpikir dan
merasakan. Pikiran yang Wiedenbach pikirkan dan perasaan yang
Wiedenbach rasakan saat dia menjalani perawatan adalah penting;
mereka terlibat secara intim tidak hanya dalam apa yang
Wiedenbach lakukan tetapi juga dalam bagaimana Wiedenbach
melakukannya. Mereka mendasari setiap tindakan yang Wiedenbach
ambil, baik itu dalam bentuk perkataan yang diucapkan, komunikasi
tertulis, gerak tubuh, atau perbuatan apa pun. Untuk perawat yang
tindakannya diarahkan ke pencapaian tujuan tertentu, pikiran dan
perasaan memiliki peran disiplin untuk dimainkan" (Wiedenbach,
Ernestine, 1958).
4  Tujuan
"Tujuan yang ingin dicapai oleh perawat melalui apa yang
Wiedenbach lakukan adalah tujuan keseluruhan yang Wiedenbach
perjuangkan dan karena itu konstan, itu adalah alasannya untuk
menjadi dan untuk melakukan; itulah mengapa keperawatan klinis
dan melampaui maksud langsung dari tugas atau tugasnya dengan
secara khusus mengarahkan aktivitasnya menuju "kebaikan"
pasiennya (Alligood, & Foster, P., 1995; Asrinah,dkk., 2020; Yanti,
dkk., 2021)."

5.  Filsafat
~ 110 ~
"Filsafat, sikap terhadap kehidupan dan kenyataan yang
berkembang dari keyakinan dan kode etik setiap perawat,
memotivasi perawat untuk bertindak, memandu pemikirannya
tentang apa yang harus dilakukannya, dan memengaruhi
keputusannya. Ini berasal dari budaya dan subkulturnya. , dan
merupakan bagian integral dari dirinya. Sifatnya bersifat pribadi,
unik untuk setiap perawat, dan diekspresikan dalam cara
berpikirnya. Filsafat menggarisbawahi tujuan, dan tujuannya
mencerminkan filosofi (Danko et al., 1989;Yanti, dkk., 2021). "
6.  Praktik
"Tindakan langsung, yang diarahkan oleh pikiran dan
perasaan yang disiplin untuk memenuhi kebutuhan bantuan pasien,
merupakan praktik keperawatan klinis ... Ini diarahkan pada tujuan,
dilakukan dengan sengaja, dan berpusat pada pasien." Tiga aspek
yang diperlukan untuk praktik yang efektif adalah pengetahuan,
penilaian, dan keterampilan. Identifikasi, pelayanan, dan validasi
adalah tiga komponen praktik yang terkait langsung dengan
perawatan pasien. Koordinasi sumber daya secara tidak langsung
terkait dengan perawatan pasien (Weidenbach, Ernestine,  1964;
Yulianti, Lia dan Ai Yeyen Rukiyah, 2021; Yulifah Rita,
Surachmindari, 2023).
7.  Pengetahuan
"Pengetahuan mencakup semua yang telah dirasakan dan
dipahami oleh pikiran manusia; ruang lingkup dan jangkauannya
tidak terbatas. Pengetahuan dapat diperoleh oleh perawat, terlepas
dari penilaian dan keterampilan dalam apa yang disebut pengaturan
menara gading. Ketika diperoleh Dengan cara ini, Wiedenbach
memiliki potensi untuk digunakan dalam mengarahkan, mengajar,
mengkoordinasikan dan merencanakan perawatan pasien, tetapi
tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan bantuannya (Wiedenbach,
Ernestine, 1963).
Agar efektif dalam memenuhi kebutuhannya, pengetahuan
tersebut harus dilengkapi dengan kesempatan agar perawat
berfungsi dalam hubungan perawat-pasien dengan tanggung jawab
untuk melakukan penilaian dan menerapkan keterampilan untuk

~ 111 ~
kepentingan pasien. Pengetahuan mungkin faktual, spekulatif, atau
praktis" (Wiedenbach, Ernestine, 1968).
8. Penilaian
"Penilaian mewakili potensi perawat untuk membuat
keputusan yang tepat. Penilaian tumbuh dari proses kognitif yang
melibatkan penimbangan fakta baik umum dan khusus- terhadap
nilai-nilai pribadi yang diturunkan dari cita-cita, prinsip dan
keyakinan. Ini juga melibatkan pembedaan fakta dari asumsi, dan
menghubungkannya dengan sebab dan akibat (Wiedenbach,
Ernestine, 1970).
Penilaian bersifat pribadi; itu akan dilakukan oleh perawat
sesuai dengan seberapa jelas dia membayangkan tujuan yang akan
dilayani, seberapa tersedia pengetahuan yang relevan baginya pada
saat itu, dan bagaimana dia bereaksi terhadap keadaan yang berlaku
seperti waktu, pengaturan, dan individu (Weidenbach, Ernestine, 
1964; Yulianti, Lia dan Ai Yeyen Rukiyah, 2021; Yulifah Rita,
Surachmindari, 2023).
Keputusan yang dihasilkan dari pelaksanaan penilaian akan
masuk akal atau tidak sesuai dengan apakah Perawat telah
mendisiplinkan fungsi emosi dan pikirannya atau tidak. Emosi yang
tidak terkendali dapat menghilangkan pengetahuan serta tujuan.
Asumsi yang tidak berdasar dapat merusak fakta. Meskipun
keputusan apa pun yang mungkin diambil perawat mewakili
penilaian terbaiknya pada saat membuatnya, semakin luas
pengetahuannya dan semakin tersedia baginya, dan semakin besar
kejelasan tujuannya, semakin kokoh fondasi yang menjadi sandaran
keputusannya (Alligood, & Foster, P., 1995; Asrinah,dkk., 2020;
Yanti, dkk., 2021).
9.  Keterampilan
"Keterampilan mewakili potensi perawat untuk mencapai
hasil yang diinginkan. Keterampilan mengkompromikan tindakan
yang banyak dan bervariasi, yang ditandai dengan keselarasan
gerakan, ekspresi dan niat, dengan presisi, dan dengan penggunaan
diri yang cerdik. Tindakan ini selalu dilakukan dengan musyawarah

~ 112 ~
untuk mencapai tujuan tertentu dan bukan tujuan itu sendiri
(Wiedenbach, Ernestine, 1970).
10.  Musyawarah dan Tujuan
Musyawarah dan tujuan membedakan keterampilan dari
tindakan perawa. Oleh karena itu, yang, meskipun dapat dilakukan
dengan kemahiran, dilakukan dengan pelaksanaan tindakan sebagai
tujuan yang ingin dicapai daripada cara untuk mencapainya.
Keterampilan dapat diklasifikasikan sebagai keterampilan
prosedural atau keterampilan komunikasi (Danko et al., 1989;Yanti,
dkk., 2021).
11. Seni
Seni adalah "penerapan pengetahuan dan keterampilan untuk
membawa hasil yang diinginkan ... Seni adalah tindakan individual.
Seni keperawatan, kemudian, dilakukan oleh perawat dalam
hubungan satu-ke-satu dengan pasien, dan merupakan respons
sadar perawat terhadap hal-hal spesifik dalam situasi langsung
pasien "(Alligood, & Foster, P., 1995)." Seni keperawatan klinis
diarahkan pada pencapaian empat tujuan utama (Weidenbach,
Ernestine,  1972; Yulianti, Lia dan Ai Yeyen Rukiyah, 2021; Yulifah
Rita, Surachmindari, 2023).
1. Mengecilkan pasien dan kondisi, situasi, dan
kebutuhannya;
2. Peningkatan kemampuan pasien;
3. Perbaikan kondisi atau situasinya dalam kerangka rencana
kesehatan untuk acre-nya; dan
4. Pencegahan terulangnya masalah atau perkembangan
masalah baru yang dapat menyebabkan kecemasan,
kecacatan, atau kesusahan (Wiedenbach, Ernestine, 1968).
"Seni keperawatan melibatkan tiga operasi awal: stimulus,
prakonsepsi, dan interpretasi. Perawat bereaksi atas dasar operasi
tersebut. "Tindakannya mungkin rasional, reaksioner, atau
musyawarah (Wiedenbach, Ernestine, 1963,  1972)."

~ 113 ~
E. Aplikasi Konsep Wiedenbach
Menurut teori Ernestine Wiedenbach, konsep model
kebidanan dibagi menjadi lima, yaitu:
1.  The Agents
The Agents (meliputi perawat, bidan atau tenaga kesehatan
lain). Filosofi yang dikemukakan adalah tentang kebutuhan ibu dan
bayi yang segera untuk mengembangkan kebutuhan yang lebih luas
yaitu kebutuhan untuk persiapan menjadi orang tua (Weidenbach,
Ernestine,  1964, 1968,1972; Yulianti, Lia dan Ai Yeyen Rukiyah, 2021;
Yulifah Rita, Surachmindari, 2023).
Contoh kasus:
Bidan R. memberikan konseling kepada wanita yang baru saja
menjadi seorang ibu setelah proses persalinan yang dialaminya
berjalan dengan lancar. Bidan R. memberikan informasi mengenai
apa saja yang harus atau perlu dilakukan selama merawat bayinya.
Bidan R. juga memberikan informasi mengenai apa saja yang
dibutuhkan bayi selama masa perkembangannya agar tumbuh
menjadi anak yang cerdas atau menjadi anak yang sesuai dengan
harapan orang tua.
Tenaga kesehatan juga harus memerhatikan 4 elemen dalam
“clinical nursing”. Empat elemen dalam “clinical nursing” tersebut
adalah:
1. Filosofi, cara yang ditempuh seorang bidan dalam
memikirkan hidup dan bagaimana kepercayaan mereka
mempengaruhi mereka.
2. Tujuan, sasaran dimana bidan bermaksud mencapai akhir
dari tindakan yang diambil. Semua aktifitas dimaksudkan
untuk mencapai agar seusatu hal menjadi lebih baik.
3. Praktek, tindakan dimana bidan melaksanakan sesuatu
dalam rangka memelihara kebutuhan pasien.
4. Seni atau Keterampilan, kemampuan untuk memahami
kebutuhan klien, dan mampu mengembangkan suatu
intuisi dalam hubungan dengan aktifitas mereka (Danko et
al., 1989;Yanti, dkk., 2021).
Selain itu, Ernestine juga yakin bahwa ada 3 bagian esensial
yang dihubungkan dengan filosofi keperawatan, yaitu:
~ 114 ~
1. Menghargai atas kehidupan yang telah diberikan
2. Menghargai sebuah kehormatan, sesuatu yang berharga,
otonomi dan individualisme pada setiap orang
3. Resolusi dalam menerapkan dinamisasi terhadap orang
lain (Wiedenbach, Ernestine, 1968).
Filosofi ulang yang dikemukakan adalah tentang kebutuhan
ibu dan bayi yang segera, untuk mengembangkan kebutuhan yang
lebih luas yaitu kebutuhan persiapan menjadi orang tua
(Wiedenbach, Ernestine, 1972).
2. The Recipient
Perawat atau bidan memberikan intervensi kepada individu
disesuaikan dengan situasi dan kebutuhan masing-masing klien.
Recipient meliputi wanita, keluarga, dan masyarakat. Perempuan
menurut  masyarakat oleh masyarakat tertentu tidak mampu
memenuhi kebutuhannya (Alligood, & Foster, P., 1995; Asrinah,dkk.,
2020; Yanti, dkk., 2021).
Wiedenbach sendiri berpandangan bahwa recipient adalah
individu yang berkompeten dan mampu melakukan segalanya
sendiri, sehingga bidan atau perawat memberi pertolongan hanya
apabila individu tersebut mengalami kesulitan dalam memenuhi
kebutuhan sendiri (Wiedenbach, Ernestine, 1970).
Contoh kasus:
Bidan L. memberikan informasi mengenai cara memandikan
bayi dengan benar, cara memberikan ASI pada bayi dengan
benar, cara memberikan pola tidur dan menidurkan bayi
dengan benar pada Ny. L. beberapa hari setelah bersalin. Hal
tersebut bertujuan agar ibu dapat melakukan semuanya
sendiri tanpa bantuan bidan secara terus-menerus (Yulianti,
Lia dan Ai Yeyen Rukiyah, 2021).
3.  The Goal or Purpose
Tujuan asuhan adalah membantu orang yang membutuhkan
pertolongan. Disadari bahwa kebutuhan masing-masing individu
perlu diketahui sebelum menemukan goal. Bila sudah menemukan
kebutuhan ini, maka dapat diperkirakan goal yang akan dicapai
dengan mempertimbangkan tingkah laku fisik, emosional atau
psikologis yang berbeda dari kebutuhan yang biasanya disesuaikan
~ 115 ~
dengan kebutuhan masing-masing individu dengan memperhatikan
tingkah laku fisik, emosional atau psikologis. Untuk bisa
mengidentifikasi kebutuhan pasien, bidan harus menggunakan
mata, telinga, tangan, serta pikirannya (Weidenbach, Ernestine, 
1972; Yulianti, Lia dan Ai Yeyen Rukiyah, 2021; Yulifah Rita,
Surachmindari, 2023).
Contoh kasus:
Bidan U melakukan tindakan atau intervensi hanya pada saat
Ny. U mendapat kendala yang menyebabkan Ny. U tidak
dapat memenuhi kebutuhan secara memuaskan(Yanti, dkk.,
2021).
4. The Means
 Untuk mencapai tujuan dari asuhan kebidanan, Wiedenbach
menentukan beberapa tahap, yaitu:
a. Identifikasi
Identifikasi kebutuhan klien, memerlukan keterampilan dan
ide dari seorang bidan. Misalnya, sebelum menentukan tindakan
atau intervensi, seorang bidan harus melakukan pengumpulan data
yang berupa riwayat kesehatan, riwayat kehamilan, riwayat
pernikahan klien (Wiedenbach, Ernestine, 1972).
Contoh kasus:
Bidan melakukan pendataan pada seorang ibu hamil 6 bulan
yang mengalami keluhan tidak adanya dorongan-dorongan
(tendangan-tendangan) yang dilakukan bayi didalam
kandungan. Pendataan tersebut meliputi riwayat kesehatan,
riwayat kehmilan, riwayat persalinan, riwayat pernikahan.
Pendataan tersebut bertujuan agar tujuan mengidentifikasi
dapat terpenuhi dan identifikasi menjadi lebih rinci (Yanti,
dkk., 2021; Surachmindari, 2023).
b. Ministration
Ministration, yaitu memberikan dukungan dalam pencarian
pertolongan yang dibutuhkan. Seorang bidan memberikan asuhan
dukungan perencanaan untuk menemukan pertolongan yang tepat
pada kasus yang di alami klien.
Contoh kasus:

~ 116 ~
Seorang klien ingin melakukan KB. Maka seorang bidan dapat
memberikan obat serta penanganan yang tepat (Yulifah Rita,
Surachmindari, 2023).
c. Validation
Validation, mengecek apakah bantuan yang diberikan oleh
bidan  merupakan bantuan yang dibutuhkan klien (Wiedenbach,
Ernestine, 1958).
Contoh kasus:
Ada seorang ibu pasca melahirkan, jika ibu belum sanggup
melakukan aktifitas sendiri, seorang bidan wajib
mendampingi ibu sesuai kebutuhannya, seperti membantu
personal hyginenya (Yanti, dkk., 2021).
d. Coordination
Coordination, koordinasi sumber-sumber yang dibutuhkan
untuk memenuhi kebutuhan klien. Seorang bidan membangun
komunikasi dengan klien dan keluarga klien agar dapat mengetahui
kebutuhan-kebutuhan yang sesuai untuk klien (Wiedenbach,
Ernestine, 1958).
Contoh kasus:
Seorang Bidan meminta seorang ibu untuk melakukan
pemeriksaan USG pada dokter. Hal tersebut disetujui oleh
ibu. Pemeriksaan USG dilakukan untuk mengetahui posisi
kepala rahim karena, bidan kesulitan untuk menemukan
posisi tersebut. Pasien pun sangat memerlukan informasi USG
tersebut demi kelancaran proses persalinan yang akan
dihadapinya nanti (Yanti, dkk., 2021).
Untuk bisa membantu pasien, bidan harus mempunyai:
1. Pengetahuan, artinya agar bidan bisa memahami
kebutuhan dan kelainan-kelainan pada pasien.
2. Penilaian, artinya bidan mampu mengambil keputusan
dalam memberikan tindakan kepada klien.
3. Keterampilan, artinya bidan memiliki keterampilan untuk
memenuhi kebutuhan pasien (Fawcett, Jacqueline, 1993;
Jannah, Nurul, 2021).

~ 117 ~
5. Framework
Framework adalah kerangka kerja yang terdiri dari
lingkungan sosial, organisasi, dan profesional. Bahwa dalam
kehidupan sehari-hari bidan tidaklah bekerja sendiri namun, ia juga
memerlukan tenaga kesehatan yang lainnya atau disebut
managemen team (Weidenbach, Ernestine,  1964, 1968,1972;
Yulianti, Lia dan Ai Yeyen Rukiyah, 2021; Yulifah Rita,
Surachmindari, 2023).
Contoh kasus:
Seorang bidan desa melakukan penyuluhan pada ibu-ibu
hamil di desa tersebut. Penyuluhan tersebut dibantu oleh
teman-teman bidan yang lain serta ditolong oleh beberapa
perawat yang membantu menyampaikan beberapa hal
penting pada ibu-ibu hamil (Asrinah,dkk., 2020; Yanti, dkk.,
2021).

~ 118 ~
BAB IX
APLIKASI TEORI WIEDENBACH

A.  Pendahuluan
Kerangka luas bahwa fungsi keperawatan klinis mencakup
batasan, dukungan, dan penelitian. Batasan memberikan pedoman
untuk diikuti saat mempraktikkan suatu profesi. Misalnya, kode
profesi menetapkan batasan profesional. Batasan hukum ditemukan
dalam undang-undang negara bagian dan persyaratan perizinan.
Batasan lokal ditentukan oleh rumah sakit, lembaga, atau individu
tempat perawat bekerja. Perawat menetapkan batasan pribadi.
Administrasi keperawatan, pendidikan keperawatan, dan
organisasi keperawatan merupakan fasilitas pendukung bagi
perawat. Mereka penting karena fasilitas pendukung ini menjaga
standar kualitas asuhan keperawatan untuk profesinya. Wiedenbach
mengakui bahwa penelitian keperawatan tidak begitu penting di
masa lalu. Dia menyadari bahwa aktivitas semacam ini diperlukan
untuk pertumbuhan keperawatan dan mungkin "terbukti penting
untuk pelestarian hidup dan promosi kesehatan".
B. Planning dan Implementasi Keperawatan
1. Planning
Pasien akan mengungkapkan peredaan atau kontrol nyeri
dengan skor nyeri (2-4 /) 10 setelah 4 jam (Wiedenbach, Ernestine,
1965). Tujuan jangka pendek:   Setelah 8 jam intervensi keperawatan,
pasien akan mengidentifikasi kebiasaan pribadi yang mengganggu
pola tidur dan strategi untuk meningkatkan kualitas tidur
(Weidenbach, Ernestine,  1972; Yulianti, Lia dan Ai Yeyen Rukiyah,
2021; Yulifah Rita, Surachmindari, 2023).
Tujuan jangka panjang: 2 minggu intervensi keperawatan
pasien akan dapat mencapai jumlah tidur yang optimal yang
dibuktikan dengan: penampilan istirahat, verbalisasi perasaan
istirahat dan perbaikan pola tidur (Fawcett, Jacqueline, 1993; Jannah,
Nurul, 2021).

~ 119 ~
2. Implementatin/Intervensi Keperawatan:
Kaji pola tidur masa lalu di lingkungan normal: jumlah, ritual
sebelum tidur, kedalaman, panjang, posisi, alat bantu, dan agen yang
mengganggu(Wiedenbach, Ernestine, 1970). Rasional:  Pola tidur itu
unik untuk setiap individu.
Kaji persepsi pasien tentang penyebab kesulitan tidur dan
kemungkinan tindakan bantuan untuk memfasilitasi
pengobatan(Alligood, & Foster, P., 1995; Asrinah,dkk., 2020; Yanti,
dkk., 2021).Rasional:   Mengetahui faktor etiologi spesifik akan memandu
terapi yang tepat.
Identifikasi faktor-faktor yang dapat memfasilitasi atau
mengganggu pola normal(Danko et al., 1989;Yanti, dkk.,
2021). Rasional: Pengetahuan tentang perannya dalam kesehatan /
kebugaran dan variasi yang luas di antara individu dapat menghilangkan
kecemasan, sehingga mendorong istirahat dan tidur (Weidenbach,
Ernestine,  1964; Yulianti, Lia dan Ai Yeyen Rukiyah, 2021; Yulifah
Rita, Surachmindari, 2023).
Lakukan intervensi nonfarmakologis untuk meningkatkan
kualitas tidur seperti:
Intervensi pendidikan untuk mempromosikan kebersihan
tidur yang bermanfaat (Termasuk dampak penggunaan zat pada
kualitas tidur, menjaga waktu bangun dan tidur teratur,
menghindari tidur siang, menahan diri dari kafein, dampak olahraga
pada tidur dan penyesuaian lingkungan untuk meningkatkan tidur)
(Wiedenbach, Ernestine, 1970). Rasional: Intervensi nonfarmakologis
telah ditemukan untuk meningkatkan efisiensi tidur dan meningkatkan
kepuasan dengan pola tidur sekaligus mengurangi penggunaan hipnotik
(Morin, Mimeault, & Gagne, 1999) (Fawcett, Jacqueline, 1993; Jannah,
Nurul, 2021).
Dorong pasien untuk berbagi pikiran dan
perasaan(Wiedenbach, Ernestine, 1968). Rasional: Memberikan
kesempatan untuk memeriksa ketakutan dan kesalahpahaman yang realistis
tentang kemoterapi(Wiedenbach, Ernestine, 1970).
 Berikan informasi yang akurat dan konsisten mengenai
penggunaan kemoterapi dan efek sampingnya yang umum. Hindari
berdebat tentang persepsi pasien tentang situasi(Alligood, & Foster,
~ 120 ~
P., 1995; Asrinah,dkk., 2020; Yanti, dkk., 2021).Rasional: Ini dapat
mengurangi kecemasan dan memungkinkan pasien untuk membuat
keputusan dan pilihan  berdasarkan kemungkinan hasil atau efek dari
kemoterapi (Wiedenbach, Ernestine, 1970).
Mendorong dan membina interaksi pasien dengan sistem
pendukung (keluarga dan teman)(Weidenbach, Ernestine,  1964;
Yulianti, Lia dan Ai Yeyen Rukiyah, 2021; Yulifah Rita,
Surachmindari, 2023).Rasional: Ini mengurangi perasaan terasing dan
memberikan dorongan kepada pasien(Wiedenbach, Ernestine, 1970).
Implementatin/intervensi keperawatan meliputi:
1. Kaji nyeri pasien (lokasi, karakteristik, kualitas, intensitas,
dan lain-lain.)
2. Catat norma / pengaruh budaya dan keluarga yang
memengaruhi respons nyeri.
3. Posisikan pasien rata di tempat tidur untuk menjaga
karung pasir tetap di tempatnya.
4. Sediakan lingkungan yang tenang dan tidak menimbulkan
stres untuk mendorong istirahat dan tidur.
5. Jaga kaki pasien tetap lurus selama 4 jam untuk mencegah
pendarahan lebih lanjut.
6. Minimalkan rasa sakit dengan membidai situs sayatan jika
pasien batuk (Fawcett, Jacqueline, 1993; Jannah, Nurul,
2021).
C. Manajemen Kolaboratif Pendidikan Kesehatan
1. Manajemen Kolaboratif
Manajemen kolaboratifmeliputi:
1. Hubungkan pasien ke dukungan O2 2-3 liter per menit
sesuai pesanan.
2. Berikan analgesik seperti yang diperintahkan oleh dokter.
3. Kaji pergerakan usus pasien dan anjurkan pasien untuk
makan makanan berprotein tinggi vitamin C seperti yang
diperintahkan oleh dokter untuk mempercepat
penyembuhan (Danko et al., 1989;Yanti, dkk., 2021).
2. Pendidikan Kesehatan Pasien

Pendidikan kesehatan pasien meliputi:

~ 121 ~
1. Ajari pasien bahwa setelah keluar dari rumah sakit ia
mungkin masih merasakan rasa sakit tertentu saat lukanya
sembuh.
2. Ajarkan teknik relaksasi seperti latihan pernapasan dalam,
mendengarkan musik favorit untuk mengurangi
ketegangan dan nyeri
3. Dorong waktu istirahat di sela-sela aktivitas.
4. Menginformasikan pentingnya kepatuhan dalam rejimen
pengobatan, program terapi yang diperlukan (terapi fisik),
dan tindak lanjut pasca pulang (Weidenbach, Ernestine, 
1972; Yulianti, Lia dan Ai Yeyen Rukiyah, 2021; Yulifah
Rita, Surachmindari, 2023).
C. Evaluation
Tujuan jangka pendek tercapai:
Setelah 8 jam intervensi keperawatan pasien dapat
mengidentifikasi kebiasaan pribadi yang mengganggu pola tidurnya
dan mampu mengembangkan strategi dalam meningkatkan kualitas
tidur yang dibuktikan dengan pola tidur-bangun yang tidak
terganggu pada malam hari (Fawcett, Jacqueline, 1993; Jannah,
Nurul, 2021).
Sasaran jangka panjang terpenuhi sebagian:
Setelah 2 minggu intervensi keperawatan pasien mampu
mencapai 6 jam tidur di malam hari yang dibuktikan dengan
penampilan istirahat yang baik (Alligood, & Foster, P., 1995;
Asrinah,dkk., 2020; Yanti, dkk., 2021).
Goal metsebagai kontrol nyeri verbal pasien dengan skor nyeri
numerik 4/10 (Weidenbach, Ernestine,  1968; Yulianti, Lia dan Ai
Yeyen Rukiyah, 2021; Yulifah Rita, Surachmindari, 2023).
D. Conclution
Keperawatan adalah praktik mengidentifikasi kebutuhan
pasien akan bantuan meliputi
1. Observasi menampilkan perilaku dan gejala.
2. Eksplorasi arti gejala tersebut dengan pasien.
3. Menentukan penyebab ketidaknyamanan, dan

~ 122 ~
4. Menentukan kemampuan pasien untuk mengatasi
ketidaknyamanan atau jika pasien membutuhkan bantuan
dari perawat atau profesional perawatan kesehatan
lainnya(Nurse's Pocket Guide Edition 13 oleh Doenges,
Moorhouse, & Murr 2013).
E. Kasus Pasien Susah Tidur
Tidur  adalah keadaan pikiran dan tubuh yang berulang
secara alami, ditandai dengan kesadaran yang berobah, aktivitas
sensorik yang relatif terhambat, penghambatan hampir semua otot
sukarela, dan berkurangnya interaksi dengan lingkungan (Danko et
al., 1989;Yanti, dkk., 2021).
Selama tidur, sebagian besar sistem tubuh berada dalam
keadaan anabolik, membantu memulihkan sistem kekebalan, saraf,
kerangka, dan otot; Ini adalah proses penting yang menjaga suasana
hati, memori, dan kinerja kognitif, dan memainkan peran besar
dalam fungsi sistem endokrin dan kekebalan(Alligood, & Foster, P.,
1995). Jam sirkadian internal mendorong tidur setiap hari di malam
hari. Berbagai tujuan dan mekanisme tidur adalah subjek penelitian
yang sedang berlangsung. Munculnya cahaya buatan telah secara
substansial mengubah waktu tidur di negara-negara industry
(Fawcett, Jacqueline, 1993; Jannah, Nurul, 2021).
Apa yang ada di pikiran Anda?
Tidak bisa tidur?
“Saya sulit tidur
karena saya sedang memikirkan efek sampingnya
kemoterapi "
Seperti yang diucapkan oleh pasien(Wiedenbach, Ernestine,
1972).
1. Assesment
Pasien mudah tersinggung, menunjukkan tanda-tanda kurang
energi dan sulit berkonsentrasi (Wiedenbach, Ernestine, 1970).
2. Nursing Diagnosis
Ganggu pola ed sleep terkait dengan kecemasan yang
dibuktikan dengan co lisan mplaints kesulitan jatuh tertidur
(Wiedenbach, Ernestine, 1972).

~ 123 ~
3. Planning
Tujuan jangka pendek:   Setelah 8 jam intervensi keperawatan,
pasien akan mengidentifikasi kebiasaan pribadi yang mengganggu
pola tidur dan strategi untuk meningkatkan kualitas tidur
(Weidenbach, Ernestine,  1972; Yulianti, Lia dan Ai Yeyen Rukiyah,
2021; Yulifah Rita, Surachmindari, 2023).
Tujuan jangka panjang: 2 minggu intervensi keperawatan
pasien akan dapat mencapai jumlah tidur yang optimal yang
dibuktikan dengan: penampilan istirahat, verbalisasi perasaan
istirahat dan perbaikan pola tidur (Fawcett, Jacqueline, 1993; Jannah,
Nurul, 2021).
4. Implementation
Implementation meliputi:
1. Kaji pola tidur masa lalu di lingkungan normal: jumlah,
ritual sebelum tidur, kedalaman, panjang, posisi, alat
bantu, dan agen yang mengganggu.
Rasional:  Pola tidur itu unik untuk setiap individu.
2. Kaji persepsi pasien tentang penyebab kesulitan tidur dan
kemungkinan tindakan bantuan untuk memfasilitasi
pengobatan.
Rasional:   Mengetahui faktor etiologi spesifik akan memandu
terapi yang tepat.
3. Identifikasi faktor-faktor yang dapat memfasilitasi atau
mengganggu pola normal.
Rasional: Pengetahuan tentang perannya dalam kesehatan /
kebugaran dan variasi yang luas di antara individu dapat
menghilangkan kecemasan, sehingga mendorong istirahat dan
tidur(Danko et al., 1989;Yanti, dkk., 2021).
4. Lakukan intervensi nonfarmakologis untuk meningkatkan
kualitas tidur seperti:
5. Intervensi pendidikan untuk mempromosikan kebersihan
tidur yang bermanfaat (Termasuk dampak penggunaan
zat pada kualitas tidur, menjaga waktu bangun dan tidur
teratur, menghindari tidur siang, menahan diri dari kafein,

~ 124 ~
dampak olahraga pada tidur dan penyesuaian lingkungan
untuk meningkatkan tidur)
Rasional: Intervensi nonfarmakologis telah ditemukan untuk
meningkatkan efisiensi tidur dan meningkatkan kepuasan
dengan pola tidur sekaligus mengurangi penggunaan hipnotik
(Morin, Mimeault, & Gagne, 1999).

Sumber: Weidenbach, Ernestine (1958)


Gambar 10.1. Kerangka Proses Implementasi
6. Dorong pasien untuk berbagi pikiran dan perasaan.
Rasional: Memberikan kesempatan untuk memeriksa ketakutan
dan kesalahpahaman yang realistis tentang kemoterapi.
7. Berikan informasi yang akurat dan konsisten mengenai
penggunaan kemoterapi dan efek sampingnya yang
umum. Hindari berdebat tentang persepsi pasien tentang
situasi.

~ 125 ~
Rasional: Ini dapat mengurangi kecemasan dan memungkinkan
pasien untuk membuat keputusan dan pilihan  berdasarkan
kemungkinan hasil atau efek dari kemoterapi.
8. Mendorong dan membina interaksi pasien dengan sistem
pendukung (keluarga dan teman)
Rasional: Ini mengurangi perasaan terasing dan memberikan
dorongan kepada pasien(Fawcett, Jacqueline, 1993; Jannah,
Nurul, 2021).
5.  Evaluation
Tujuan jangka pendek tercapai:
Setelah 8 jam intervensi keperawatan pasien dapat
mengidentifikasi kebiasaan pribadi yang mengganggu pola tidurnya
dan mampu mengembangkan strategi dalam meningkatkan kualitas
tidur yang dibuktikan dengan pola tidur-bangun yang tidak
terganggu pada malam hari (Danko et al., 1989;Yanti, dkk., 2021).
Penerapan The Helping Art of Clinical Nursing karya
Wiedenbach di bidang praktik digambarkan sebagai berikut:

Sumber: Weidenbach, Ernestine (1972)


Gambar 10.2. Kerangka Proses Aplikasi
Sasaran jangka panjang terpenuhi sebagian:
Setelah 2 minggu intervensi keperawatan pasien mampu
mencapai 6 jam tidur di malam hari yang dibuktikan dengan
penampilan istirahat yang baik (Weidenbach, Ernestine,  1964,

~ 126 ~
1968,1972; Yulianti, Lia dan Ai Yeyen Rukiyah, 2021; Yulifah Rita,
Surachmindari, 2023).

Skenario penerapan The Helping Art of Clinical Nursing karya


Wiedenbach di bidang praktik digambarkan sebagai berikut:

Sumber: Weidenbach, Ernestine (1972)


Gambar 10.3. Skenario Penerapan The Helping Art
of Clinical Nursing

Dalam skenario di atas, pasien yang mudah tersinggung dan


agresif mengungkapkan skala nyeri 10/10. Dokter meresepkan untuk
memberikan opioid IV yang memberi jalan kepada dua (2)
kemungkinan reaksi pasien: dia (1) menurut atau (2) tidak dengan
manajemen nyeri yang ditentukan (Fawcett, Jacqueline, 1993; Jannah,
Nurul, 2021). 

~ 127 ~
Seperti yang dikemukakan oleh Wiedenbach, seseorang
(pasien) memiliki potensi unik untuk mengembangkan sumber daya
mandiri dan cenderung mandiri. Namun, dalam skenario ini karena
kurangnya pengetahuan, pasien mengembangkan penilaian yang
salah dan menjadi tidak patuh. Meskipun pada awalnya dia menjadi
tidak patuh atau haruskah kita mengatakan 'ragu-ragu', perawat
kemudian turun tangan dan mengeksplorasi makna di balik perilaku
pasien (Alligood, & Foster, P., 1995; Asrinah,dkk., 2020; Yanti, dkk.,
2021). Perawat mencoba untuk menghabiskan semua tindakan
keperawatan yang mungkin dia bisa dengan menekankan pada
tindakan Opioid dan penggunaan Analgesia Terkontrol Pasien
untuk mendapatkan kerjasamanya dan kemudian memvalidasi
bantuan dari rasa sakit yang dibuktikan dengan skor nyeri 2/10
(Danko et al., 1989;Yanti, dkk., 2021).
F. Seni dalam Aplikasi Membantu Keperawatan
1.  Seni Membantu Keperawatan Klinis
Seorang ibu melihat putrinya jatuh dari sepeda. Dia kemudian
merasakan kebutuhan putrinya untuk belajar mengendarainya, jadi
dia berencana dan menawarkan untuk mengajar. Putri, sebaliknya,
mengetahui bahwa dia memiliki kebutuhan, akan menerima bantuan
(Aligood, M.R., 2014). Sang ibu, kemudian, mengajarinya sampai dia
bisa mengendarainya sendiri (Alligood, & Foster, P., 1995;
Asrinah,dkk., 2020; Yanti, dkk., 2021).
Apakah Anda melihat perawat dan pasien dalam gambar?
Menurut Anda, apakah pasien merasa membutuhkan bantuan? Di
sini, perawat mengajarkan senam lengan kepada pasien pria lanjut
usia untuk meningkatkan kekuatan otot dan mobilitas sendi, dan
pasien pria lanjut usia tidak perlu mengalami manifestasi penyakit
untuk menerima bantuan dari pasien pria lanjut usia (Weidenbach,
Ernestine,  1964, 1968,1972; Yulianti, Lia dan Ai Yeyen Rukiyah, 2021;
Yulifah Rita, Surachmindari, 2023).
“Seorang manusia pada dasarnya berjuang menuju
pengarahan diri sendiri dan kemandirian relatif dan keinginan tidak
hanya untuk menggunakan kemampuan dan potensinya dengan
sebaik-baiknya,  tetapi juga keinginan untuk memenuhi tanggung
jawabnya. Setiap manusia diberkahi dengan potensi unik untuk

~ 128 ~
mengembangkan dalam dirinya sendiri sumber daya yang
memungkinkannya untuk memelihara dan menopang dirinya”
(Wiedenbach, 1964).
Kedua gambar tersebut mengilustrasikan aspek penting dari
keperawatan, "Membantu." Ini tidak selalu berarti bahwa orang yang
menerima perawatan menunjukkan tanda dan gejala penyakit atau
kelemahan. Sekarang, pertanyaannya adalah…Apakah Anda
menganggap 'uluran tangan'penting untuk profesi perawat? Jika ya,
jenis bantuan apa yang biasanya Anda berikan kepada pasien Anda?
Apakah mereka selalu menyambut baik bantuan yang Anda
berikan? Jika tidak, pernahkah Anda menelusuri kemungkinan
penyebabnya? Pernahkah Anda menghabiskan semua pilihan Anda
untuk menentukan kebutuhan bantuan mereka? (Alligood, & Foster,
P., 1995; Asrinah,dkk., 2020; Yanti, dkk., 2021)
Wiedenbach mengkonseptualisasikan keperawatan sebagai
“praktek mengidentifikasi kebutuhan-pertolongan pasien,
mengeksplorasi arti dari kekhawatiran atau ketidaknyamanan
pasien bahkan sampai sejauh membuat beberapa eksplorasi
(penilaian ulang), dan menentukan kemampuan pasien untuk
menyelesaikan ketidaknyamanan atau untuk mengidentifikasi butuh
bantuan dari perawat atau profesional perawatan kesehatan
lainnya”(Alligood, M.R., Tomey, A.M., 2002).
Jika Anda terkadang merasa lelah mengetahui alasan
mengapa pasien tertentu memanifestasikan gejala yang tidak dapat
dijelaskan atau melakukan perilaku yang tidak dapat diterima,
cukup tepat untuk membaca lebih lanjut tentang teori ini dan
mempelajari mengapa konsep "bantuan" telah berkembang pada
dasarnya melalui bagian tersebut waktu (Danko et al., 1989;Yanti,
dkk., 2021).
Teori tersebut juga menjelaskan bahwa jika kebutuhan
bantuan memerlukan intervensi, perawat memfasilitasi rencana
perawatan medis dan juga membuat dan menerapkan rencana
perawatan berdasarkan kebutuhan dan keinginan pasien. Dalam
memberikan asuhan, perawat harus melakukan penilaian yang tepat
melalui pengenalan gejala yang disengaja, dipraktikkan, dan dididik.
Meskipun penting untuk mendasarkan intervensi keperawatan pada
filosofi dan praktik yang baik, persepsi pasien tentang situasi

~ 129 ~
merupakan pertimbangan penting bagi perawat saat memberikan
asuhan yang kompeten (Weidenbach, Ernestine,  1968; Yulianti, Lia
dan Ai Yeyen Rukiyah, 2021; Yulifah Rita, Surachmindari, 2023).
2.  Penerapan Konsep Kebidanan Wiedenbach
Menurut Teori Ernestine Wiedenbach konsep model
kebidanan dibagi menjadi 5, yaitu:
a.  The Agents
Meliputi perawat, bidan dan orang lain. Ernestine
mengutarakan empat konsep yang memengaruhi praktek kebidanan
yaitu filosofi, tujuan, praktik dan seni (Weidenbach, Ernestine,  1964;
Yulianti, Lia dan Ai Yeyen Rukiyah, 2021; Yulifah Rita,
Surachmindari, 2023).
Filosofi yang dikemukakan adalah tentang kebutuhan ibu dan
bayi yang segera, untuk mengembangkan kebutuhan yang lebih luas
yaitu kebutuhan untuk persiapan menjadi orangtua.
Tabel 10.1. Empat Elemen ”Clinical Nursing”
Elemen Penjelasan
Cara yang ditempuh seseorang dalam memikirkan hidup
Filosofi dan bagaimana kepercayaan mereka mempangaruhi
mereka.
Sasaran di mana perawat bermaksud mencapai akhir
dari tindakan yang diambil. Semua aktivitas
Tujuan
dimaksudkan untuk mencapai agar sesuatu hal menjadi
semakin baik.
Tindakan di mana perawat melaksanakan sesuatu dalam
Praktik
rangka memelihara kebutuhan pasien
Kemampuan untuk memahami kebutuhan klien, dan
Seni mampu mengembangkan suatu intuisi dalam hubungan
dengan aktivitas mereka
Sumber: Weidenbach, Ernestine (1964)
Penerapan dari tiga poin dasar dalam filosofi keperawatan/
kebidanan menurut Ernestine yaitu:
1. Menghargai atas kehidupan yang telah diberikan, maksud
dari teori tersebut, bahwa setiap tenaga kesehatan
terutama bidan harus menghargai setiap proses kehamilan
~ 130 ~
yang diinginkan serta tetap mempertahankan dan
mensupport kehamilan yang tidak diingikan individu.
2. Menghargai sebuah kehormatan, suatu yang berharga,
otonomi dan individualisme pada setiap orang. Bahwa
setiap bidan harus menghargai proses fisiologi dan
psykologi seorang ibu yang sedang hamil. Sebagai
seorang bidan, kita tidak diwajibkan mengeluh atas
dampak fisiologi yang sedang di alami seorang ibu hamil.
Bidan senantiasa mendampingi proses persalinan seorang
ibu hamil atau klien.
3. Resolusi dalam menerapkan dinamisasi terhadap orang
lain. Bahwa setiap bidan dalam melakukan praktik
kebidanan harus mengembangkan pengetahuannya
secara terus menerus sesui dengan kemajuan yang
terjadi(Danko et al., 1989;Yanti, dkk., 2021).
b.  The Recipient
Meliputi wanita, keluarga dan masyarakat. Perawat atau
bidan memberikan intervensi kepada individu disesuaikan dengan
situasi dan kebutuhan masing-masing. Dalam melakukan tindakan
seorang bidan harus mengumpulkan data terlebih dahulu sehingga
bidan dapat mengetahui apa saja yang di butuhkan seorang ibu
hamil dan riwayat kesehatan seorang klien sehingga bidan dapat
melakukan perencanaan untuk mencegah terjadinya sesuatu di
kemudian hari(Alligood, & Foster, P., 1995; Asrinah,dkk., 2020;
Yanti, dkk., 2021).
c. The Goal/Purpose
Tujuan dari proses keperawatan adalah membantu orang
yang membutuhkan pertolongan. Bahwa kebutuhan masing-masing
individu perlu diketahui sebelum menemukan tujuannya. Bila sudah
diketahui kebutuhan ini, maka bidan dapat memperkirakan goal
yang akan dicapai dengan mempertimbangkan tingkah laku fisik,
emosional atau psikologis yang berbeda dari kebutuhan yang
biasanya disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing individu
dengan memperhatikan tingkah laku fisik, emosional atau psikologis
(Weidenbach, Ernestine,  1972; Yulianti, Lia dan Ai Yeyen Rukiyah,
2021; Yulifah Rita, Surachmindari, 2023). Untuk bisa
~ 131 ~
mengidentifikasi kebutuhan pasien, seorang bidan harus
menggunakan mata, telinga, tangan, serta pikirannya untuk
mengumpulkan data dalam mencapai tujuan
d. The Means
Penerapan tujuan dari asuhan kebidanan Wiedenbach yaitu:
1. Identifikasi kebutuhan klien, sebelum menentukan
tindakan atau memberikan intervensi, seorang bidan harus
melakukan pengumpulan data yang berupa riwayat
kesehatan, riwayat kehamilan, riwayat pernikahan klien.
2. Ministration, yaitu memberikan dukungan dalam
pencarian pertolongan yang dibutuhkan. Seorang bidan
memberikan asuhan dukungan perencanaan untuk
menemukan pertolongan yang tepat kepada klien. Misal
seorang klien ingin melakukan KB. Maka seorang bidan
dapat memberikan obat serta penanganan yang tepat.
3. Validation, mengecek apakah bantuan yang diberikan
merupakan bantuan yang dibutuhkan. Bahwa setiap bidan
mendampingi klien post maupun pasca kehamilan. Misal
ada seorang klien pasca melahirkan, jika pasien belum
sanggup melakukan aktifitas sendiri, seorang bidan wajib
mendampingin klien sesuai kebutuhannya, seperti
membantu personal hyginenya.
4. Coordination, koordinasi sumber-sumber yang dibutuhkan
untuk memenuhi kebutuhan pasien. Seorang bidan
membangun komunikasi dengan klien dan keluarga klien
agar dapat mengetahui kebutuhan-kebutuhan yang sesuai
untuk klien (Weidenbach, Ernestine,  1968; Yulianti, Lia
dan Ai Yeyen Rukiyah, 2021; Yulifah Rita, Surachmindari,
2023).
e. Framework
Framework yaitu kerangka kerja yang terdiri dari lingkungan
sosial, organisasi, dan profesional. Bahwa dalam kehidupan sehari-
hari bidan tidaklah bekerja sendiri namun ia juga memerlukan
tenaga kesehatan yang lainnya atau di sebut managemen
team(Danko et al., 1989;Yanti, dkk., 2021)

~ 132 ~
Empat tahap untuk mencapai tujuan dari asuhan kebidanan
antara lain:
1. Identifikasi kebutuhan klien.
2. Ministration, yaitu memberikan dukungan dalam
pencarian pertolongan yang dibutuhkan.
3. Validation, mengecek apakah bantuan yang diberikan
merupakan bantuan yang dibutuhkan.
4. Coordination, koordinasi sumber-sumber yang dibutuhkan
untuk memenuhi kebutuhan pasien(Alligood, & Foster, P.,
1995; Asrinah,dkk., 2020; Yanti, dkk., 2021).
3. Aplikasi Teori Wiedenbach dalam Keperawatan
Aplikasi teori Ernestine Wiedenbach paling sesuai digunakan
untukkasus kegawatdaruratan maternal yang membutuhkan
penanganan segera dengan cepat dan tepat(Weidenbach, Ernestine,
1964).
Tabel 10.2. Pengkajian Wiedenbach

No. Tahap Hasil


1. Perawat maternitas atau tenaga medis
yang bertugas pada saat itu
2. Penerima Pasien
3. Tujuan Mengidentifikasi bantuan pasien
4. Metode 1. Airway dan Breathing
a. Identifikasi 2. Circulation
bantuan yang 3. Obstetri
dibutuhkan (pemberian dukungan dilakukan pada
b. Memberikan saat implementasi)
bantuan (dilakukan apa tahap evaluasi)
(perawat melakukan kolaborasi untuk
c. Validasi memberi bantuan yang dibutuhkan, hal
tersebut dilakukan pada saat
d. Koordinasi implementasi)
5 Framework Faktor pendukung pasien
Sumber: Weidenbach, Ernestine (1958)

~ 133 ~
Tenaga kesehatan khususnya keperawatan harus memiliki
potensi dan kompentensi yang memadai untuk mengatasi
permasalahan yang muncul, dengan melihat aspek dari perawat dan
respon dari klien teori Wiendenbach dianggap mewakili untuk
menyelesaikan kasus perdarahan ini (Weidenbach, Ernestine,  1972;
Yulianti, Lia dan Ai Yeyen Rukiyah, 2021; Yulifah Rita,
Surachmindari, 2023). Teori Wiendenbach merupakan teori yang
terdiri dari lima (5) konsep dari realitas keperawatan, yaitu: agent:
bidan/perawat, penerima: wanita, keluarga dan masyarakat,
tujuan/goal: tujuan dan pelayanan, alat: metode untuk mencapai
tujuan, dan kerangka: sosial dan lingkungan organisasi dan
professional (Weidenbach, Ernestine,  1964; Yulianti, Lia dan Ai
Yeyen Rukiyah, 2021; Yulifah Rita, Surachmindari, 2023)
Penggunaan teori ini melihat segala aspek yang terdapat
dalam ruang lingkup asuhan keperawatan baik dari aspek pasien,
perawat dan lingkungan sosial yang berada di sekitar pelayanan
kesehatan yang diberikan (Alligood, & Foster, P., 1995; Asrinah,dkk.,
2020; Yanti, dkk., 2021). Dengan penggunaan teori ini diharapkan
dapat melihat keseluruhan dari aspek-aspek yang terkait dapat
menyelesaikan permasalahan yang terjadi pada pasien terutama
dalam keadaan emergensi dengan cepat dan tepat yaitu dengan
mengidentifikasi bantuan segera apa yang dibutuhkan oleh pasien
(kegawatdaruratan), perawat dapat menggunakan sumber
dukungan pasien untuk memenuhi kebutuhannya dan menilai
apakah bantuan yang diberikan bener-bener dibutuhkan oleh pasien
(Danko et al., 1989;Yanti, dkk., 2021). Adapun tabel pengkajian
Wiedenbanch yaitu:

~ 134 ~

Anda mungkin juga menyukai