Kepabeanan Impor
Impor dimulai pada saat barang yang dimuat menggunakan sarana pengangkut
memasuki batas daerah pabean Indonesia. Adapun sarana pengangkut yang digunakan
dapat berupa kapal laut, pesawat udara atau sarana pengangkut darat. Akan tetapi, jika
melihat pada wilayah Indonesia yang berupa kepulauan, wajar apabila sarana
pengangkut impor didominasi oleh kapal laut. Dari sisi ekonomi, biaya yang diperlukan
juga jauh lebih efisien jika dibandingkan dengan kapal udara.
Sistem pengawasan kepabeanan mensyaratkan penyelesaian kewajiban
pemberitahuan impor tersebut dilakukan di tempat pemasukan pertama kali di
Indonesia. Sistem ini diterapkan karena kondisi geografis Indonesia sebagai negara
kepulauan. Pemberlakuan system ini kemudian melahirkan konsep Kawasan Pabean
dan Kantor Pabean.
Pada tahapan pertama impor, kewajiban kepabeanan impor menjadi tanggung
jawab pihak yang menguasai sarana pengangkut, yang diistilahkan sebagai
“Pengangkut”. Pengangkut adalah orang yang membawa barang impor untuk
dimasukkan ke dalam daerah pabean Indonesia. Kewajiban ini tetap melekat sampai
dengan penyerahan kepada pihak pengelola tempat penimbunan. Pengangkut yang
telah menyerahkan rencana kedatangan sarana pengangkutnya, selanjutnya wajib
menyerahkan pemberitahuan umum atas barang niaga yang diangkutnya. Pemberitahuan
umum pemasukan ini dikenal dengan istilah Inward Manifest, yang wajib dibuat dalam
bahasa Indonesia atau bahasa Inggris. Kode dokumen inward manifest dalam sistem
kepabeanan adalah BC1.1.
Barang impor yang baru datang dari luar negeri dengan sarana pengangkut masih
menjadi tanggung jawab pengangkut. Kewajiban ini tetap melekat sampai dengan
penyerahan kepada pihak yang mengelola tempat penimbunan. Secara sequential, proses
penyelesaian kewajiban atas barang impor oleh pengangkut hingga penyerahan kepada
pengusaha tempat penimbunan dapat penulis gambarkan dalam flowchart sederhana
sebagai berikut:
Gambar 2.1 Proses Kedatangan Kargo Impor
Pos-pos sebagaimana dimaksud dibuat atas dasar B/L atau AWB dengan uraian
barang yang dapat menunjukkan klasifikasi sekurang-kurangnya 4 (empat) digit pos
Harmonized System. Dalam hal elemen data uraian barang lebih dari 5 (lima) jenis,
pengangkut mencantumkan uraian barang sekurang-kurangnya 5 (lima) jenis barang
yang paling besar nilai atau volume barangnya.
Setelah pengangkut menyerahkan manifes dan sistem Bea dan Cukai telah menerima
dan memberikan nomor pendaftaran BC1.1, maka barang impor dapat segera dibongkar
ke darat. Nomor Pendaftaran BC1.1 tersebut sekaligus berfungsi sebagai izin
pembongkaran dari Kepala Kantor Pabean.
Pembongkaran barang dari sarana pengangkut harus dalam pengawasan pejabat bea
dan cukai. Jumlah peti kemas atau kemasan barang (koli) yang dibongkar harus sama
dengan yang diberitahukan dalam manifes. Dalam hal ini pengangkut harus dapat
mempertanggungjawabkan jumlah barang yang dibongkar. Kekurangan maupun
kelebihan atas jumlah kemasan yang dibongkar berpotensi untuk dikenakan denda
administrasi.
Pembongkaran barang dari sarana pengangkut harus dalam pengawasan pejabat bea
dan cukai. Jumlah petikemas atau kemasan barang (kolli) yang dibongkar harus sama
dengan yang diberitahukan dalam manifes. Dalam hal ini pengangkut harus dapat
mempertanggungjawabkan jumlah barang yang dibongkar. Kekurangan maupun
kelebihan atas jumlah kemasan yang dibongkar berpotensi untuk dikenakan denda
administrasi. Paling lama 24 (dua puluh empat) jam setelah selesai pembongkaran
barang impor, Pengangkut wajib menyampaikan daftar kemasan atau peti kemas atau
jumlah barang curah yang telah dibongkar kepada Pejabat di Kantor Pabean. Penyerahan
pemberitahuan dimaksud dilakukan secara manual atau melalui media elektronik.