Anda di halaman 1dari 53

Tatalaksana Kepabeanan Di Bidang Impor

BAB I

KEDATANGAN SARANA PENGANGKUT, PEMBONGKARAN


DAN PENIMBUNAN BARANG IMPOR

A. Kedatangan Sarana Pengangkut

Pengangkut yang sarana pengangkutnya akan datang dari luar Daerah Pabean atau dalam
Daerah Pabean yang mengangkut barang impor 1, barang ekspor2 dan/atau barang asal Daerah
Pabean yang diangkut ke dalam Daerah Pabean lainnya melalui luar Daerah Pabean 3, wajib
menyerahkan pemberitahuan berupa Rencana Kedatangan Sarana Pengangkut (RKSP) dan Inward
Manifes dalam bahasa Indonesia atau Bahasa Inggris kepada Pejabat di Kantor Pabean.

Kewajiban penyerahan RKSP untuk sarana pengangkut melalui laut adalah paling lambat 24
(dua puluh empat) jam sebelum kedatangan sarana pengangkut, atau paling lambat sebelum
kedatangan sarana pengangkut, dalam hal waktu tempuh kurang dari 24 jam 4. Sedangkan untuk
sarana pengangkut melalui udara adalah paling lambat sebelum kedatangan sarana pengangkut.
Pengangkut yang sarana pengangkutnya mempunyai jadwal kedatangan secara teratur dalam
suatu periode tertentu5, cukup menyerahkan Jadwal Kedatangan Sarana Pengangkut (JKSP)
kepada Pejabat Bea dan Cukai di setiap Kantor Pabean yang akan disinggahi paling lambat
sebelum kedatangan yang pertama dalam jadwal tertentu. Kewajiban penyerahan RKSP ini tidak
berlaku untuk sarana pengangkut yang memasuki Daerah Paeban melalui darat.

Apabila terdapat data yang harus di perbaiki, maka pengangkut wajib memberitahukan
setiap perubahan data RKSP tersebut, paling lambat pada saat kedatangan sarana pengangkut.
Untuk perubahan data JKSP, disampaikan paling lambat pada saat kedatangan pertama sarana
pengangkut. Pemberitahuan RKSP dan JKSP yang telah diterima dan mendapat nomor
pendaftaran di Kantor Pabean merupakan Pemberitahuan Pabean BC 1.0.

1 contoh: sarana pengangkut dari Singapore membawa barang impor tujuan Tanjung Priok (Jakarta)
sebagian dan kemudian sisa barang impor dibongkar untuk tujuan ke Tanjung Emas (Semarang)

2 contoh: sarana pengangkut dari Tanjung Emas (Semarang) membawa barang ekspor tujuan Singapore
melalui Tanjung Priok (Jakarta).

3 Contoh: sarana pengangkut membawa barang lokal dari Belawan (Medan) menuju Tanjung Priok (Jakarta)
melalui Singapore.

4 Contoh: sarana pengangkut dari Singapore menuju Batu Ampar (Batam).


5 Contoh: Sarana Pengangkut Laut komersial penumpang berupa fery atau Sarana pengangkut udara berupa
pesawat komersial penumpang yang mempunyai jadwal tetap.

Prodip III Kepabeanan dan Cukai 1


Tatalaksana Kepabeanan Di Bidang Impor

Pengangkut yang telah menyerahkan dokumen pemberitahuan pabean RKSP, sebelum


melakukan pembongkaran barang impor, atau membawa barang ekspor, dan barang asal Daerah
Pabean melalui luar Daerah Pabean, wajib menyerahkan pemberitahuan berupa Inward Manifest6
dalam Bahasa Indonesia atau Bahasa Inggris kepada Pejabat Bea Cukai di Kantor Pabean. Dalam
hal tidak segera dilakukan pembongkaran/pemuatan, kewajiban penyerahan Inward Manifest
dilaksanakan: untuk sarana pengangkut yang melalui laut, paling lambat 24 (dua puluh
empat) jam sejak kedatangan sarana pengangkut. Dan untuk sarana pengangkut yang
melalui udara, paling lambat 8 (delapan) jam sejak kedatangan sarana pengangkut. untuk sarana
pengangkut yang melalui darat, disampaikan pada saat kedatangan sarana pengangkut.

Kewajiban penyerahan pemberitahuan dikecualikan bagi sarana pengangkut yang tidak


melakukan pembongkaran dan pemuatan barang, untuk sarana pengangkut melalui laut yang
berlabuh/lego jangkar paling lama 24 (dua puluh empat) jam sejak kedatangan; dan untuk sarana
pengangkut melalui udara, yang mendarat paling lama 8 (delapan) jam sejak kedatangan.
Pengangkut yang sarana pengangkutnya datang dari luar Daerah Pabean, apabila sarana
pengangkutnya tidak mengangkut barang impor/ekspor, wajib menyerahkan pemberitahuan nihil.

Dalam hal sarana pengangkut dalam keadaan darurat, pengangkut dapat membongkar
barang impor terlebih dahulu dan wajib: melaporkan keadaan darurat tersebut ke kantor pabean
terdekat pada kesempatan pertama; dan menyerahkan pemberitahuan pabean paling lambat 72
(tujuh puluh dua) jam sesudah pembongkaran. Pemberitahuan Inward Manifes dibuat secara rinci
dalam pos-pos serta dikelompokkan secara terpisah dengan pengelompokan sebagai berikut:

a. barang impor yang kewajiban pabeannya diselesaikan di Kantor Pabean setempat;

b. barang impor yang akan diangkut lanjut;

c. barang impor yang akan diangkut terus;

d. barang ekspor yang dibongkar kemudian diangkut lanjut;

e. barang ekspor yang akan diangkut terus;

f. barang asal Daerah Pabean yang diangkut dari satu Kawasan Pabean ke Kawasan Pabean
lainnya melalui luar Daerah Pabean; dan/ atau

g. Peti kemas kosong (empty container) yang kewajiban pabeannya diselesaikan di Kantor
Pabean setempat.

Pos-pos Inward Manifest melalui laut dan udara dibuat atas dasar Bill of Lading/Seaway
Bill atau Airway Bill. Untuk pengangkutan melalui darat, dibuat atas dasar faktur/invoice atau
surat jalan. Dan pada pos-pos inward manifest dicantumkan uraian barang yang dapat
menunjukkan klasifikasi sekurang-kurangnya 4 (empat) digit pos Harmonized System.

6 Inward Manifest (Manifest Kedatangan Sarana Pengangkut) adalah daftar barang niaga yang diangkut oleh
sarana pengangkut melalaui laut, udara dan darat pada saat memasuki Kawasan Pabean.

Prodip III Kepabeanan dan Cukai 2


Tatalaksana Kepabeanan Di Bidang Impor

Selain Pemberitahuan berupa inward manifest, paling lambat pada saat kedatangan sarana
pengangkut, pengangkut wajib menyerahkan Pemberitahuan dalam bahasa Indonesia atau
bahasa Inggris secara elektronik atau manual kepada Pejabat di Kantor Pabean, berupa:

a. Daftar penumpang dan/atau awak sarana pengangkut;

b. Daftar bekal sarana pengangkut;

c. Daftar perlengkapan/ inventaris sarana pengangkut;

d. Stowage Plan atau Bay Plan untuk sarana pengangkut melalui laut;

e. Daftar senjata api dan amunisi; dan

f. Daftar obat-obatan termasuk narkotika yang digunakan untuk kepentingan pengobatan.

g. Penyerahan pemberitahuan di atas tidak berlaku bagi sarana pengangkut yang datang dari
luar Daerah Pabean melalui darat.

Inward Manifest yang telah diterima dan mendapat nomor pendaftaran di Kantor Pabean
merupakan Pemberitahuan Pabean BC 1.1 dan berlaku sebagai persetujuan pembongkaran
barang.

Sepanjang dapat dibuktikan dengan dokumen pendukung, pengangkut atau pihak-pihak


lain yang bertanggungjawab atas barang, dapat mengajukan perbaikan terhadap BC 1.1 yang
telah diterima dan mendapat nomor pendaftaran di Kantor Pabean, dalam hal:

a. terdapat kesalahan mengenai nomor, merek, ukuran dan jenis kemasan dan/atau
petikemas;

b. terdapat kesalahan mengenai jumlah kemasan dan/atau petikemas serta jumlah barang
curah;

c. terdapat kesalahan nama consignee dan/atau notify party pada Manifes;

d. diperlukan penggabungan beberapa pos menjadi satu pos, dengan syarat:

i. pos BC 1.1 yang akan digabungkan berasal dari BC 1.1 yang sama;

ii. nama dan alamat shipper/supplier, consignee, notify address/notify party, dan
pelabuhan pemuatan harus sama untuk masing-masing pos yang akan digabungkan;

iii. telah diterbitkan revisi Bill of Lading/Airway Bill;

iv. terdapat kesalahan data lainnya atau perubahan pos manifes.

Pengangkut yang tidak melaporkan rencana kedatangannya dikenai sanksi administrasi


berupa denda paling sedikit Rp 5.000.000,00 (lima juta rupiah) dan paling banyak Rp
50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah). Pengangkut yang tidak memenuhi mencantumkan barang
yang diangkutnya dan melaporkan pembongkarannya dikenai sanksi administrasi berupa denda
paling sedikit Rp 10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah) dan paling banyak Rp 100.000.000,00
(seratus juta rupiah).

Prodip III Kepabeanan dan Cukai 3


Tatalaksana Kepabeanan Di Bidang Impor

B. Pembongkaran Barang Impor

Pembongkaran barang impor dari sarana pengangkut yang datang dari luar Daerah Pabean
wajib dilakukan di kawasan pabean 7 atau di tempat lain setelah mendapat izin kepala kantor yang
mengawasi tempat tersebut. Pembongkaran barang impor di tempat lain diberikan dalam hal:

a. barang impor tersebut bersifat khusus sehingga tidak dapat dibongkar di kawasan pabean;

b. Pembongkaran terhadap barang impor tersebut tidak dapat dilakukan di kawasan


pabeankarena terdapat kendala teknis; atau

c. terdapat kongesti yang dinyatakan secara tertulis oleh pengusaha pelabuhan.

Atas pembongkaran barang impor dilakukan pengawasan pabean dan dibuatkan laporan
mengenai pembongkaran.

Pembongkaran barang impor dapat dilakukan langsung kesarana pengangkut tanpa


terlebih dahulu dilakukan penimbunan di Tempat Penimbunan Sementara (TPS) 8 yang berada di
area pelabuhan. Pembongkaran barang impor tersebut dapat dilakukan dalam hal:

a. barang yang diimpor oleh importir jalur prioritas atau importir yang mendapat fasilitas
sejenis;

b. barang impor yang mempunyai bentuk, sifat, dan karakteristik tertentu yang secara teknis
tidak memungkinkan untuk ditimbun di TPS di area pelabuhan; atau

c. barang impor yang mendapat fasilitas pemberitahuan pendahuluan dan telah


mendapatkan persetujuan pengeluaran barang.

Pembongkaran barang impor berupa barang cair, dapat dilakukan melalui jalur pipa yang
dihubungkan dari sarana pengangkut laut ke sarana pengangkut darat atau tempat penimbunan.
Setelah selesai melakukan pembongkaran barang impor, pengangkut wajib:

a. menyampaikan daftar bongkar yang berisi jumlah kemasan, jenis kemasan, dan/atau
jumlah barangcurah yang telah dibongkar, kepada Pejabat Bea dan Cukai di kantor pabean
pembongkaran dalam jangka waktu paling lama 12 (dua belas) jam bagi kantor pabean
dengan sitem pelayanan TPS Online, dan 24 (dua puluh empat) jam terhitung untuk kantor
pabean lainnya sejak pembongkaran selesai.

b. membuat berita acara serah terima barang yang ditimbun di TPS atau tempat lain dengan
pengusaha TPS atau orang yang bertanggung jawab atas tempat lain dimaksud.

7 Kawasan Pabean adalah kawasan dengan batas-batas tertentu di pelabuhan laut, Bandar udara, atau
tempat lain yang ditetapkan untuk lalau lintas barang yang sepenuhnya dibawah pengawasan Direktorat
jenderal Bea dan Cukai

8 Tempat Penimbunan Sementara (TPS) adalah bangunan dan/atau lapangan penimbunan atau tempat lain
yang disamakan dengan itu di Kawasan Pabean untuk menimbun barang sementara menunggu pemuatan
atau pengeluarannya.

Prodip III Kepabeanan dan Cukai 4


Tatalaksana Kepabeanan Di Bidang Impor

Pengangkut yang tidak dapat mempertanggungjawabkan terjadinya kekurangan bongkar


atas jumlah kemasan atau peti kemas atau barang curah yang diberitahukan, diwajibkan untuk
melunasi Bea Masuk, Cukai dan PDRI yang seharusnya dibayar berikut sanksi administrasi berupa
denda. Sebaliknya pengangkut yang tidak dapat mempertanggungjawabkan kelebihan bongkar
atau jumlah kemasan atau peti kemas atau barang curah yang diberitahukan, dikenai sanksi
adminstrasi berupa denda.

C. Penimbunan Barang Impor

Penimbunan barang impor yang belum diselesaikan kewajiban pabeannya dapat


dilaksanakan di Tempat Penimbunan Sementara (TPS) atau Tempat lain yang diperlakukan sama
dengan TPS setelah mendapat izin Kepala Kantor. Penimbunan di tempat lain sebagaimana
diberikan dalam hal:

a. sifat barang impor tersebut sedemikian rupa sehingga tidak dapat ditimbun di TPS;
b. barang impor tersebut tidak dapat dilakukan penimbunan di TPS karena terdapat kendala
teknis; atau
c. terjadi kongesti yang dinyatakan secara tertulis oleh Pengusaha TPS.

Pengusaha TPS wajib menyampaikan daftar timbun yang berisi jumlah kemasan, jenis
kemasan, dan/atau jumlah barang curah yang telah ditimbun kepada pejabat di kantor pabean
yang mengawasi TPS tersebut dalam jangka waktu paling lama 24 (dua puluh empat) jam setelah
selesai penimbunan.

Penimbunan barang impor dapat dilakukan dalam jangka waktu paling lama:

a. 30 (tiga puluh) hari sejak tanggal penimbunan di TPS yang berada di area pelabuhan (lini I);
b. 60 (enam puluh) hari sejak tanggal penimbunan di TPS yang berada di luar area pelabuhan
(lini II); atau
c. 60 (enam puluh) hari sejak tanggal penimbunan di tempat lain yang diperlakukan sama
dengan TPS yang telah mendapatkan izin Kepala Kantor.
Barang impor yang tidak dikeluarkan dalam jangka waktu tersebut, sepanjang bukan barang yang
dilarang diimpor, dinyatakan sebagai barang tidak dikuasai.

Pengusaha TPS bertanggung jawab atas bea masuk dan/atau cukai serta pajak dalam
rangka impor yang terutang terhadap barang yang ditimbun dalam TPS, terhitung sejak saat
penimbunan sampai dengan tanggal pemberitahuan atas impor disampaikan oleh importir.
Perhitungan bea masuk dan/atau cukai serta pajak dalam rangka impor yang terutang, sepanjang
tidak dapat didasarkan pada tarif dan nilai pabean barang yang bersangkutan, didasarkan pada
tarif tertinggi untuk golongan barang yang tertera dalam pemberitahuan pabean pada saat
barang tersebut ditimbun di TPS dan nilai pabean ditetapkan oleh pejabat Bea dan Cukai.

Pengusaha TPS yang tidak dapat mempertanggungjawabkan barang yang seharusnya


berada di TPS, selain wajib membayar bea masuk dan/atau cukai serta pajak dalam rangka impor
yang terutang dikenakan juga sanksi administrasi berupa denda sebesar 25% (dua puluh lima

Prodip III Kepabeanan dan Cukai 5


Tatalaksana Kepabeanan Di Bidang Impor

prsen). Dikecualikan dari tanggung jawab tersebut apabila barang yang ditimbun di TPS dalam
hal:
a. musnah tanpa sengaja;
b. telah diekspor kembali, diimpor untuk dipakai atau diimpor sementara;
c. telah dipindahkan ke TPS lain, tempat penimbunan berikat atau tempat penimbunan
pabean;
d. dimusnahkan berdasarkan peraturan perundag-undangan.

Prodip III Kepabeanan dan Cukai 6


Tatalaksana Kepabeanan Di Bidang Impor

BAB II

PENGELUARAN BARANG IMPOR UNTUK DIPAKAI

A. Dokumen Pengeluaran Dan Pemberitahuan Impor Barang

Untuk dapat mengeluarkan barang impor dari Kawasan Pabean, atau tempat lain yang
diperlakukan sama dengan TPS dengan tujuan diimpor untuk dipakai, importir wajib
menyampaikan Pemberitahuan Impor Barang (PIB) atau Dokumen Pelengkap Pabean 9 (untuk
barang berupa: tenaga listrik, barang cair, atau gas, yang pengangkutannya dilakukan melalui
transmisi atau saluran pipa setelah mendapatkan persetujuan kepala Kantor Pabean), penyerahan
PIB dilakukan setelah pengeluaran barang impor.

PIB dibuat oleh importir berdasarkan Dokumen Pelengkap Pabean dengan menghitung
sendiri bea masuk, cukai, dan/atau pajak dalam rangka impor yang harus dibayar, dan
disampaikan ke Kantor Pabean setiap pengeluaran barang dengan tujuan diimpor untuk dipakai.

Penyampaian PIB untuk setiap pengimporan dapat dilakukan sebelum atau setelah
pengangkut menyampaikan Pemberitahuan Pabean mengenai barang yang diangkutnya (Inward
Manifest/BC 1.1). PIB untuk barang berupa: tenaga listrik, barang cair, atau gas, yang
pengangkutannya dilakukan melalui transmisi atau saluran pipa, PIB dibuat untuk pengeluaran
barang yang terjadi dalam jangka waktu paling lama 1 (satu) bulan dan disampaikan ke Kantor
Pabean paling lama 15 (lima belas) hari kerja setelah jangka waktu berakhir, dengan
menggunakan 1 (satu) PIB Berkala10. Dalam hal pengurusan PIB tidak dilakukan sendiri, Importir
dapat menguasakannya kepada PPJK11.

Untuk barang impor yang dikeluarkan dari Kawasan Pabean untuk diangkut lanjut ke
Kawasan Pabean lain di Daerah Pabean, importir atau kuasanya mengajukan permohonan ke
Kepala Kantor Pabean tempat transit. Apabila tidak disetujui, importir harus mengajukan PIB pada
Kantor Pabean tempat transit, dengan terlebih dahulu melakukan perbaikan data jenis kelompok
barang impor pada inward manifest (BC 1.1).

9 Dokumen Pelengkap Pabean adalah semua dokumen yang digunakan sebagai pelengkap Pemberitahuan
Pabean, misalnya: Invoice, Packing List, Bill of Lading/Airway Bill, dokumen pemenuhan persyaratan Impor,
dan dokumen lainnya yang dipersyaratkan.

10 Contoh: pemasukan barang impor selama bulan Januari, disampaikan dengan 1 (satu) PIB berkala pada
maksimal tanggal 15 Februari.

11 Pengusaha Pengurusan Jasa Kepabeanan (PPJK) adalah badan usaha yang melakukan kegiatan
pengurusan pemenuhan kewajiban pabean untuk dan atas nama Importir

Prodip III Kepabeanan dan Cukai 7


Tatalaksana Kepabeanan Di Bidang Impor

B. Dokumen Pelengkap Pabean

Dokumen pelengkap pabean disampaikan ke Kantor Pabean sebagai lampiran PIB apabila:
diperlukan dalam rangka penelitian pemenuhan barang larangan dan pembatasan (Non INSW),
penelitian dokumen dan/atau untuk dilakukannya pemeriksaan fisik. Pejabat pemeriksa dokumen
dapat meminta tambahan Dokumen Pelengkap Pabean apabila sangat diperlukan. Impotir yang
mendapat pengakuan AEO12 dan Mitra Utama Kepabeanan13 dikecualikan dari kewajiban
penyampaian Dokumen Pelengkap Pabean dan permintaan tambahan Dokumen Pelengkap
Pabean. Permintaan Dokumen Pelengkap Pabean dan Dokumen Tambahan disampaikan oleh
Pejabat pemeriksa dokumen kepada importir melalui Sistem Komputer Pelayanan 14, sarana
komunikasi elektronik atau surat.

Pengeluaran barang dengan menggunakan Dokumen Pelengkap Pabean disampaikan


kepada Pejabat pemeriksan dokumen di Kantor Pabean dalam bentuk berupa cetakan (hardcopy)
atau Data ELektronik yang berupa hasil pemindaian atau data lainnya. Untuk importir yang
menyampaikan Dokumen Pelengkap Pabean melalui data elektronik, tidak perlu menyampaikan
dalam bentuk cetakan (hardcopy), kecuali dokumen pelengkap pabean berupa Surat Keterangan
Asal (Certificate of Origin) tetap diserahkan dalam bentuk cetakan. Apabila SKP pada Kantor
Pabean mengalami gangguan, importir menyampaikan Dokumen Pelengkap Pabean dalam
bentuk cetakan.

Dokumen Pelengkap Pabean dalam bentuk cetakan diketik atau dicetak dan ditandatangani
oleh orang yang berwenang mengeluarkan dokumen, dengan atau tanpa dibubuhi stempel
perusahaan, yang berfungsi atau dapat dipakai sebagai bukti ataupun keterangan. Untuk
dokumen pelengkap pabean yang merupakan hasil cetak dokumen elektronik harus tercantum
keterangan bahwa dokumen tersebut merupakan dokumen elektronik atau hasil cetak dokumen
elektronik; atau dibubuhi stempel bertuliskan “Hasil Cetak Dokumen Elektronik”. Untuk barang
Impor berupa BKC yang Pelunasan Cukainya dengan cara pelekatan pita cukai, dokumen
pemesanan pita cukai disampaikan kepada Pejabat di Kantor Pabean tempat pengeluaran barang.

C. Cara Peyampaian PIB

12 Operator Ekonomi Bersertifikat (Authorized Economic Operator) atau disebut AEO adalah Operator
Ekonomi yang mendapat pengakuan oleh Direktorat Jenderal Bea dan Cukai sehingga mendapatkan
perlakuan kepabeanan tertentu.

13 Mitra Utama Kepabeanan adalah Importir yang penetapannya dilakukan oleh Direktur Teknis
Kepabeanan atas nama Direktur Jenderal untuk mendapatkan kemudahan pelayanan kepabeanan

14 Sistem Komputer Pelayanan (SKP) adalah sistem komputer yang digunakan oleh Kantor Pabean dalam
rangka pengawasan dan pelayanan kepabeanan.

Prodip III Kepabeanan dan Cukai 8


Tatalaksana Kepabeanan Di Bidang Impor

PIB disampaikan oleh importir atau kuasanya dalam bentuk data elektronik atau tulisan
diatas formulir. PIB dalam bentuk data elektronik disampaikan melalui system PDE Kepabeanan
untuk Kantor Pabean yang telah menerapkan PDE Kepabeanan atau menggunakan Media
Penyimpan Data untuk Kantor Pabean lain. Untuk Kantor Pabean yang telah menerapkan PDE
Kepabeanan dan telah terhubung dengan sistem Indonesia National Single Window (INSW)15, PIB
dapat disampaikan melalui portal INSW tersebut.

Untuk PIB disampaikan melalui PDE Kepabeanan, bentuk tulisan di atas formulir atau dalam
bentuk Data Elektronik dengan Media Penyimpan Data Elektronik, penyampaian Dokumen
Pelengkap Pabean diserahkan paling lambat pukul 12.00 pada:

a. hari berikutnya, untuk Kantor Pabean yang telah memberikan pelayanan kepabeanan
selama 24 (dua puluh empat) jam sehari dan 7 (tujuh) hari seminggu; atau

b. hari kerja berikutnya, untuk Kantor Pabean yang belum memberikan pelayanan
kepabeanan selama 24 (dua puluh empat) jam sehari dan 7 (tujuh) hari seminggu,

terhitung sejak: Surat Pemberitahuan Jalur Kuning (SPJK), Surat Pemberitahuan Jalur Merah
(SPJM) atau Pejabat menyampaikan permintaan dokumen tambahan. Apabila tidak dipenuhi,
maka pemberitahuan PIB berikutnya oleh Importir dan/atau kuasanya (PPJK) tidak dilayani sampai
dokumen Pelengkap Pabean disampaikan.

Dokumen Pelengkap Pabean dalam bentuk Data Elektronik disampaikan kepada Pejabat
yang menangani pemeriksaan dokumen di Kantor Pabean secara elektronik. Untuk Dokumen
Pelengkap Pabean disampaikandalam bentuk Data Elektronik, importir tidak perlu menyampaikan
Dokumen Pelengkap Pabean dalam bentuk cetakan (hard copy). Apabila Dokumen Pelengkap
Pabean berupa Surat Keterangan Asal (Certificate of Origin), penyampaian bentuk cetakan (hard
copy) tetap diberlakukan sesuai ketentuan mengenai perjanjian atau kesepakatan internasional.
Untuk barang Impor berupa BKC yang Pelunasan Cukainya dengan cara pelekatan pita cukai, maka
dokumen pemesanan pita cukai disampaikan kepada Pejabat di Kantor Pabean tempat
pengeluaran barang bersama dengan dokumen PIB.

Untuk melihat secara detil proses penyampaian dokumen PIB pada kantor Pabean adalah
sebagai berikut:

Alur Proses Impor Dengan PDE Kepabeanan

15 INSW (Indonesia National Single Window) adalah Sistem nasional Indonesia yang memungkinkan
dilakukannya suatu penyampaian data dan informasi secara tunggal (single submission of data and
information), pemrosesan data dan informasi secara tunggal dan sinkron (single and synchronous
processing of data and information), dan pembuatan keputusan secara tunggal untuk pemberian izin
kepabeanan dan pengeluaran barang (single decision making for customs clearance and release of
cargoes).

Prodip III Kepabeanan dan Cukai 9


Tatalaksana Kepabeanan Di Bidang Impor

D. Cara Penyampaian PIB Berkala

Sebelum menyampaikan PIB Berkala, importir harus mengajukan permohonan kepada


Kepala Kantor Pabean. Kepala Kantor akan memberikan persetujuan apabila:

a. barang yang diimpor telah memenuhi ketentuan larangan dan/atau pembatasan, apabila
yang diimpor wajib memenuhi ketentuan larangan dan/atau pembatasan.

b. jumlah barang yang diimpor dapat diukur dengan alatukur yang berada di bawah
pengawasan Kantor Pabean; dan

c. jenis barang yang diimpor melalui pipa atau transmisi tidak berubah-ubah.

Persetujuan tetap terus berlaku sampai dengan dilakukan pencabutan oleh Kepala Kantor
Pabean. PIB Berkala dibuat untuk pengeluaran barang yang terjadi dalam jangka waktu paling
lama 1 (satu) bulan dan disampaikan ke Kantor Pabean paling lama 15 (lima belas) hari kerja
setelah jangka waktu berakhir, dengan menggunakan 1 (satu) PIB Berkala. Persetujuan
merupakan salah satu Dokumen Pelengkap Pabean untuk pengeluaran barang. Apabila
diperlukan, Pejabat dapat melakukanpengambilan contoh atau pengawasan terhadap jenisbarang
yang diimpor. Untuk pengeluaran barang Impor dengan menggunakan PIB Berkala, Importir wajib
menyerahkan jaminan sebesar bea masuk, cukai, dan/atau pajak dalam rangka Impor kepada
kepala Kantor Pabean dengan yang diserahkan sebelum melakukan pengeluaran barang Impor
dan memperhitungkan jumlah perkiraan bea masuk, cukai, dan/atau pajak dalam rangka Impor

Prodip III Kepabeanan dan Cukai 10


Tatalaksana Kepabeanan Di Bidang Impor

untuk pengeluaran barang dalam jangka waktu paling lama 1 (satu) bulan.

E. Perubahan Data PIB

Importir dapat melakukan perubahan atas kesalahan data PIB yang telah mendapatkan
nomor pendaftaran dengan terlebih dahulu mengajukan permohonan kepada Kepala Kantor
Pabean. Kesalahan data yaitu kesalahan karena kekhilafan nyata yang bersifat manusiawi dalam
suatu pemberitahuan pabean Impor dalam bentuk kesalahan tulis, kesalahan hitung dan/atau
kesalahan penerapan peraturan yang seharusnya tidak perlu terjadi, dan tidak mengandung
perbedaan pendapat antara Pejabat dengan importir atau PPJK yang diberikan kuasa, antara lain:
kesalahan penulisan data Importir; kesalahan perhitungan bea masuk atau pajak; atau kesalahan
penerapan aturan berupa ketidaktahuan adanya perubahan peraturan. Perubahan data PIB hanya
dapat dilakukan sebelum barang impor keluar dari Kawasan Pabean, TPP atau tempat lain yang
disamakan dengan itu, dengan mengajukan permohonan ke Kepala Kantor Pabean.

F. Barang Larangan Atau Pembatasan

Barang Impor yang dilarang atau dibatasi hanya dapat dikeluarkan dari Kawasan Pabean
atau tempat lain yang diperlakukan sama dengan TPS, setelah persyaratan yang diwajibkan oleh
instansi terkait dipenuhi. Importir harus memberitahukan barang Impor yang dilarang atau
dibatasi sebagai barang larangan dan/atau pembatasan dan status pemenuhan ketentuan
larangan atau pembatasannya dalam PIB. Penelitian pemenuhan persyaratan yang diatur oleh
instansi terkait dilakukan dengan manajemen risiko berdasarkan PIB yang disampaikan oleh
Importir. Pada Kantor Pabean yang telah terhubung dengan PortalIndonesia National Single
Window (INSW), penelitian dilakukan dengan menggunakan informasi yang diperoleh dari Portal
Indonesia National Single Window (INSW).

PIB yang disampaikan dalam bentuk DataElektronik, penelitian pemenuhan ketentuan


larangan dan/atau pembatasan secara administratif dilakukan oleh SKP. Apabila penelitian
tersebut tidak dapat dilakukan oleh SKP atau PIB disampaikan dalam bentuk tulisan di atas
formulir, penelitian pemenuhan ketentuan larangan atau pembatasan secara administratif
dilakukan oleh Pejabat yang menangani penelitian larangan dan pembatasan, kecuali PIB yang
diajukan oleh AEO atau Mitra Utama Kepabeanan. PIB yang diajukan oleh AEO atau Mitra Utama
Kepabeanan tersebut dapat diproses lebih lanjut dalam hal Importir memberitahukan dalam PIB
bahwa: barang yang diimpor bukan merupakan barang larangan dan pembatasan; dan/atau
ketentuan larangan dan pembatasan telah dipenuhi. Apabila berdasarkan penelitian administratif
kedapatan ketentuan larangan dan/atau pembatasan belum terpenuhi, maka Importir
menyampaikan pemenuhan ketentuan larangan dan/atau pembatasan dengan melakukan
perubahan data PIB.

Prodip III Kepabeanan dan Cukai 11


Tatalaksana Kepabeanan Di Bidang Impor

Jika ketentuan larangan dan/atau pembatasan mengatur jumlah barang yang dapat diimpor
(terdapat kuota), maka penelitian jumlah barang yang memenuhi ketentuan larangan dan/atau
pembatasan dilakukan oleh SKP atau Pejabat. SKP atau Pejabat melakukan penelitian jumlah
barang yang dapat diimpor berdasarkan informasi yang diperoleh dari Portal INSW. SKP atau
Pejabat menyampaikan realisasi jumlah barang yang diimpor ke Portal INSW setelah PIB
mendapatkan nomor pendaftaran. Apabila berdasarkan pemeriksaan pabean terdapat perubahan
data jumlah barang yang diimpor, SKP atau Pejabat menyampaikan kembali realisasi jumlah
barang yang diimpor setelah PIB mendapatkan SPPB ke Portal INSW.

G. Pendaftaran PIB

Terhadap PIB yang telah memenuhi syarat formal diberikan nomor pendaftaran. Syarat
formal meliputi:

a. telah dilakukan pembayaran bea masuk, pelunasan cukai, pembayaran PDRI, dan/atau
diserahkan jaminan;

b. berdasarkan PIB, ketentuan larangan dan/atau pembatasan terpenuhi;

c. barang Impor telah ditimbun di TPS atau tempat lain yang diperlakukan sama dengan TPS
dalam hal Kantor Pabean telah menerapkan sistem TPS Online atau telah mendapatkan
nomor dan tanggal Pemberitahuan Pabean mengenai barang yang diangkutnya (BC 1.1)
dalam hal Kantor Pabean belum menerapkan sistem TPS Online.

Untuk importasi yang dilakukan oleh AEO atau Mitra Utama Kepabeanan, PIB dapat diberikan
nomor pendaftaran walaupun barang belum ditimbun di TPS atau tempat lain yang diperlakukan
sama dengan TPS.

Importir wajib menyampaikan nomor dan tanggal Pemberitahuan Pabean mengenai barang
yang diangkutnya (BC 1.1) serta kode gudang TPS sebelum PIB mendapatkan nomor pendaftaran.
Terhadap PIB yang diajukan oleh AEO atau Mitra Utama Kepabeanan, kewajiban tersebut
dilakukan paling lambat 7 (tujuh) hari terhitung sejak pengeluaran barang. Apabila sampai batas
waktu ketentuan tersebut tidak dipenuhi, penyampaian pemberitahuan PIB berikutnya tidak
dilayani sampai nomor dan tanggal Pemberitahuan Pabean mengenai barang yang diangkutnya
(BC 1.1) dan/atau kode gudang TPS disampaikan.

H. Pemeriksaan Pabean

Pemeriksaan pabean dilakukan secara selektif terhadapbarang Impor yang diberitahukan


dalam PIB yang meliputi penelitian dokumen dan pemeriksaan fisik barang. Dalam rangka

Prodip III Kepabeanan dan Cukai 12


Tatalaksana Kepabeanan Di Bidang Impor

pemeriksaan pabean secara selektif tersebut,ditetapkan jalur pengeluaran barang Impor. Jalur
pengeluaran barang Impor yaitu: Jalur Merah 16, Jalur Kuning17 dan Jalur Hijau18.

Penetapan jalur pengeluaran barang Impor dilakukan berdasarkan:profil atas Operator


Ekonomi (importir, PPJK, Pengangkut, Pengusaha TPS dan pihak terkait lainnya seperti
penyelenggara pos dan eksportir di luar negeri), profil komoditi, pemberitahuan pabean, metode
acak (random) dan/atau informasi intelijen dengan menerbitkan Nota Hasil Intelijen (NHI) 19.
Terhadap barang impor yang diterbitkan NHI dilakukan pemeriksaan fisik.

Pengeluaran barang yang diimpor oleh AEO atau Mitra Utama Kepabeanan yang ditetapkan
Jalur Merah, barang dapat dikeluarkan dari kawasan Pabean atau tempat lain yang diperlakukan
sama dengan TPS untuk dilakukan pemeriksaan fisik di tempat Importir dengan menerbitkan
Surat Pemberitahuan Pemeriksaan Fisik (SPPF). SPPF merupakan persetujuan pengeluaran barang
untuk dilakukan pemeriksaan fisik di tempat Importir dan sekaligus sebagai persetujuan
penimbunan barang Impor di tempat lain yang diperlakukan sama dengan TPS.

Importir yang barang impornya ditetapkan jalur merah wajib:

a. menyerahkan dokumen pelengkap pabean;


b. menyiapkan barang untuk diperiksa;
c. menyampaikan kesiapan barang untuk diperiksa kepada Pejabat yang menangani
pelayanan pabean;
d. hadir dalam pemeriksaan fisik; dan
e. membuka setiap kemasan atau peti kemas yang akandiperiksa.

Penyampaian kesiapan barang disampaikan setelah: barang telah siap untuk diperiksa di
tempatpemeriksaan dan telah menyerahkan Dokumen Pelengkap Pabean. Importir atau PPJK
yang dikuasakannya wajib menyampaikan kesiapan barang paling lambat pukul 12.00 pada hari
berikutnya, untuk Kantor Pabean yang telah ditetapkan untuk memberikan pelayanan
kepabeanan selama 24 (dua puluh empat) jam sehari dan 7 (tujuh)hari seminggu; dan hari kerja
berikutnya, untuk Kantor Pabean yang lain; terhitung sejak diterbitkan Surat Pemberitahuan Jalur
Merah (SPJM).

Apabila Importir tidak memenuhi ketentuan tersebut, Pengusaha TPS berdasarkan kuasa

16 Jalur Merah adalah proses pelayanan dan pengawasan pengeluaran barang impor dengan dilakukan
pemeriksaan fisik dan penelitian dokumen sebelum penerbitan Surat Persetujuan Pengeluaran Barang
(SPPB)

17 Jalur Kuning adalah proses pelayanan dan pengawasan pengeluaran barang impor dengan tidak
dilakukan pemeriksaan fisik, tetapi dilakukan penelitian dokumen sebelum penerbitan Surat Persetujuan
Pengeluaran Barang (SPPB)

18 Jalur Hijau adalah proses pelayanan dan pengawasan pengeluaran barang impor dengan tidak dilakukan
penelitian dokumen oleh Pejabat dan tidak dilakukan pemeriksaan fisik sebelum Surat Persetujuan
Pengeluaran Barang (SPPB).

19 Nota Hasil Intelijen (NHI) adalah produk dari kegiatan intelijen yang menunjukkan indikasi mengenai
adanya pelanggaran di bidang kepabeanan dan/atau cukai.

Prodip III Kepabeanan dan Cukai 13


Tatalaksana Kepabeanan Di Bidang Impor

yang diberikan oleh Importir menyiapkan barang, membuka setiap kemasan atau peti kemas yang
akan diperiksa, dan menyaksikan pemeriksaan fisik dengan biaya dan risiko Importir. Untuk
pelaksanaan pemeriksaan fisik pengusaha TPS wajib memberikan bantuan teknis yang diperlukan
atas beban biaya Importir.

I. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik barang harus dimulai paling lambat 1 (satu) jam setelah Importir
menyampaikan kesiapan barang, namun tidak berlaku dalam hal barang Impor ditimbun di
tempat lain yang diperlakukan sama dengan TPS (contoh: gudang importir, TPB atau TPP). Untuk
Kantor Pabean yang tersedia pemindai PetiKemas20, Pemeriksaan Fisik dapat menggunakan
pemindai Peti Kemas. Pemeriksaan fisik menggunakan pemindai Peti Kemas dapat dilakukan
terhadap barang:
a. barang yang diimpor oleh importir berisiko rendah yang terkena pemeriksaan acak;
b. barang yang pengeluarannya ditetapkan jalur merah namun hanya terdiri dari 1 (satu)
jenis barang dan 1 (satu) pos tarif, yang berdasarkan pertimbangan dari Pejabat Bea dan
Cukai yang menangani pelayanan pabean dapat diperiksa dengan pemindai Peti Kemas;
c. barang dalam Peti Kemas berpendingin;
d. barang yang berdasarkan analisis intelijen ditetapkan untuk diperiksa melalui pemindai
Peti Kemas;
e. barang peka udara; atau
f. barang lainnya yang berdasarkan pertimbangan Pejabat Bea dan Cukai dapat dilakukan
pemeriksaan melalui pemindai Peti Kemas.

Tingkat pemeriksaan fisik dilakukan berdasarkan manajemen resiko, dan ditentukan oleh
SKP. Apabila belum dapat ditentukan oleh SKP, tingkat pemeriksaan fisik ditentukan oleh Pejabat
Pemeriksan Dokumen. Untuk tingkat pemeriksaan fisik tersebut yaitu:

a. 10% (sepuluh persen), untuk barang yang diimpor oleh importir dengan tingkat risiko
rendah dari jumlah kemasan yang diberitahukan, minimal 2 (dua) kemasan untuk jumlah
Peti Kemas berjumlah 5 (lima) atau kurang. Apabila jumlah peti kemas lebih dari 5 (lima),
10% (sepuluh persen) tersebut dihitung dari jumlah Peti Kemas yang diberitahukan
dengan jumlah minimal 1 (satu) Peti Kemas.
b. 30% (tiga puluh persen), untuk barang yang diimpor oleh importir dengan tingkat risiko
menengah atau tinggi, dari jumlah kemasan yang diberitahukan untuk jumlah Peti Kemas
berjumlah 5 (lima) atau kurang. Apabila jumlah peti kemas lebih dari 5 (lima), 30% (tiga

20 Pemindai Peti Kemas (container scanner) adalah alat yang digunakan untuk melakukan pemeriksaan fisik
barang dalam peti kemas atau kemasan dengan menggunakan teknologi sinar X (X-Ray) atau sinar gamma
(Gamma Ray).

Prodip III Kepabeanan dan Cukai 14


Tatalaksana Kepabeanan Di Bidang Impor

puluh persen) tersebut dihitung dari jumlah Peti Kemas yang diberitahukan dengan
jumlah minimal 1 (satu) Peti Kemas.

Apabila Peti Kemas berjumlah 1 (satu) dan hanya terdapat 1 (satu) kemasan, maka
pemeriksaan fisik dilakukan terhadap 1 (satu) kemasan tersebut. Penentuan nomor peti kemas
yang akan diperiksa ditentukan oleh SKP. Apabila tidak dapat dilakukan oleh SKP, maka penentuan
dilakukan oleh Pejabat Pemeriksan Dokumen. Untuk importasi dalam kemasan yang tidak
menggunakan Peti Kemas, tingkat pemeriksaan fisik 10% (sepuluh persen) dan 30% (tiga puluh
persen) dihitung dari jumlah kemasan. Untuk mendapatkan keakuratan identifikasi barang Impor,
Pejabat Pemeriksa Dokumen dapat memerintahkan untuk dilakukan uji laboratorium.

Pemeriksaan mendalam dilakukan apabila:


a. hasil pemeriksaan fisik ditemukan jumlah dan/atau jenis barang tidak sesuai dengan
dokumen yang digunakan sebagai dasar Pemeriksaan Fisik;
b. hasil analisis tampilan pemindai Peti Kemas terdapat indikasi ketidaksesuaian jumlah
dan/atau jenis barang berdasarkan pada keahlian (professional judgement) Pejabat Bea dan
Cukai yang menangani analisis pemindaian Peti Kemas.
c. Pemeriksaan Fisik karena jabatan;
d. terdapat informasi intelijen; dan/atau
e. barang Impor dalam bentuk curah

Dokumen dasar pemeriksaan fisik yaitu: Packing List dan Pemberitahuan Pabean Impor.
Pelaksanaan pemeriksaan fisik dilakukan oleh 1 (satu) Pejabat Pemeriksa Fisik untuk setiap 1
(satu) dokumen Pemberitahuan Pabean Impor. Apabila pemeriksaan fisik mempunyai tingkat
kesulitan yang tinggi, Pejabat Pemeriksa Fisik dapat dilakukan lebih dari 1 (satu) orang Pejabat
Pemeriksa Fisik. Juga apabila pelaksanaan Pemeriksaan Fisik membutuhkan pengetahuan teknis
tertentu, Pejabat Pemeriksa Fisik dapat meminta bantuan pihak lain. Pihak lain adalah pihak
internal ataupun eksternal Direktorat Jenderal Bea dan Cukai yang memiliki pengetahuan teknis
yang diperlukan.

Pejabat Pemeriksa Fisik dapat mengambil contoh barang dan/atau meminta dokumen
tentang spesifikasi produk yang sedang diperiksa dengan memperhatikan sifat dan kondisi barang.
Pengambilan contoh barang dicatat dalam berita acara Pemeriksaan Fisik yang ditandatangani
bersama antara Pejabat Pemeriksa Fisik, Importir atau PPJK yang dikuasakannya, atau Pengusaha
TPS dalam hal pemeriksaan disaksikan oleh Pengusaha TPS.

Mekanisme Pemeriksaan Fisik dapat dilihat pada gambar berikut:

Prodip III Kepabeanan dan Cukai 15


Tatalaksana Kepabeanan Di Bidang Impor

1. Pemberitahuan Impor Barang (PIB) dibuat oleh Importir atau PPJK yang
dikuasakannya
2. PIB dikirim secara elektronik ke SKP Impor (CEISA 21)
3. Dalam hal Importasi ditetapkan melalui jalur merah, SKP Impor (CEISA) mengirimkan
respon Surat Pemberitahuan Jalur Merah (SPJM) kepada Importir dengan
menembuskan SPJM kepada Pengusaha TPS lokasi penimbunan barang impor.
4. Importir atau PPJK yang dikuasakan menyiapkan barang untuk dilakukan
Pemeriksaan Fisik di tempat pemeriksaan.
5. Importir atau PPJK yang dikuasakan melaporkan kesiapan barang Impor yang akan
diperiksa
6. Pejabat pemeriksa dokumen menerbitkan instruksi pemeriksaan untuk selanjutnya
disampaikan kepada Pejabat Pemeriksa Fisik
7. Pejabat Pemeriksa Fisik menerima instruksi pemeriksaan, PIB dan/atau daftar
kemasan (packing list).
8. Pejabat Pemeriksa Fisik melakukan Pemeriksaan Fisik bersama dengan Importir, PPJK
dan/atau Pengusaha TPS.
9. Pejabat Pemeriksa Fisik menuangkan hasil pemeriksaan pada LHP dan merekamnya
pada SKP Impor.

21 CEISA adalah Sistem Informasi Milik Direktorat Jenderal Bea dan Cukai yang terdiri dari banyak aplikasi
yang terintegrasi digunakan untuk pelayanan, pengawasan dan administrasi.

Prodip III Kepabeanan dan Cukai 16


Tatalaksana Kepabeanan Di Bidang Impor

10. Pejabat Pemeriksa Fisik membuat membuat Berita Acara Pemeriksaan Fisik barang
dan meminta importir atau PPJK yang dikuasakannya atau pengusaha TPS untuk
menandatanganinya.

Pejabat Pemeriksan Fisik membubuhkan paraf pada kemasan barang yang telah diperiksa
dan Pejabat Pemeriksa Fisik bertanggung jawab hanya terhadap jumlah dan jenis barang yang
dilakukan Pemeriksaan Fisik.

J. Penelitian Tarif dan Nilai Pabean

Pejabat melakukan penelitian terhadap tarif dan nilai pabean yang diberitahukan terhadap
PIB yang telah mendapatkan nomor pendaftaran. Untuk PIB yang diajukan oleh AEO dan/atau
MItra Utama Kepabeanan penelitian tarif dan nilai pabean hanya dilakukan apabila PIB yang
dilakukan pemeriksaan fisik jumlah dan/atau jenis barang tidak sesuai. Penelitian diselesaikan
dalam jangka waktu paling lama 30(tiga puluh) hari sejak tanggal pendaftaran PIB.

Apabila hasil penelitian tersebut mengakibatkan kekurangan pembayaran bea masuk, cukai,
dan/atau PDRI, Pejabat menerbitkan Surat Penetapan Tarif dan/atau Nilai Pabean (SPTNP)
dan/atau Surat Penetapan Penyesuaian Jaminan (SPPJ). Juga apabila hasil penelitian menunjukkan
barang Impor belum memenuhi ketentuan larangan dan/atau pembatasan, Pejabat menerbitkan
Surat Penetapan Barang Larangan/Pembatasan (SPBL).

Terhadap Surat Penetapan Tarif dan/atau Nilai Pabean (SPTNP) atau Surat Penetapan
Penyesuaian Jaminan (SPPJ) yang terbit atas PIB yang ditetapkan Jalur Merah atau Jalur Kuning,
Pejabat atau SKP menerbitkan Surat Persetujuan Pengeluaran Barang (SPPB) setelah ketentuan
larangan dan/atau pembatasan terpenuhi dan:

a. Importir melunasi kekurangan bea masuk, cukai, PDRI, dan/atau sanksi administrasi berupa
denda;

b. Importir menyerahkan jaminan sebesar bea masuk, cukai, PDRI, dan/atau sanksi
administrasi berupa denda dalam hal diajukan keberatan; atau

c. Importir melakukan penyesuaian jaminan dalam hal mendapatkan penundaan bea masuk,
cukai, dan/atau PDRI.

Namun untuk Impor barang dilakukan oleh Importir berisiko rendah, Pejabat atau SKP
menerbitkan Surat Persetujuan Pengeluaran Barang (SPPB) bersamaan dengan diterbitkannya
Surat Penetapan Tarif dan/atau Nilai Pabean (SPTNP) sepanjang ketentuan larangan dan/atau
pembatasan telah terpenuhi.

K. Keberatan

Keberatan terhadap penetapan Pejabat diajukan paling lama 60 (enam puluh) hari sejak
tanggal penetapan. Orang dapat mengajukan keberatan secara tertulis ataspenetapan yang

Prodip III Kepabeanan dan Cukai 17


Tatalaksana Kepabeanan Di Bidang Impor

dilakukan oleh Pejabat mengenai:


a. tarif dan/atau nilai pabean untuk penghitungan bea masuk yang mengakibatkan
kekurangan pembayaran bea masuk, cukai, dan PDRI;
b. pengenaan sanksi administrasi berupa denda;
c. kekurangan pembayaran bea masuk, cukai, dan PDRI selain karena tarif dan/atau nilai
pabean; dan/atau
d. penetapan pabean lainnya yang tidak mengakibatkan kekurangan pembayaran.

Orang yang mengajukan keberatan wajib menyerahkan jaminan sebesar tagihan kepada
negara, kecuali:
a. barang Impor belum dikeluarkan dari Kawasan Pabean sampai dengan keberatan
mendapat keputusan, sepanjang terhadap importasi barang tersebut belum diterbitkan
Surat Persetujuan Pengeluaran Barang (SPPB);
b. tagihan telah dilunasi; atau
c. penetapan Pejabat tidak menimbulkan kekurangan pembayaran.

L. Pengeluaran Barang Impor

Pengeluaran barang Impor untuk dipakai dilakukan setelah mendapat persetujuan dari SKP
atau Pejabat. Pengawasan pengeluaran barang Impor dari KawasanPabean, TPS atau tempat lain
yang diperlakukan sama dengan TPS dilakukan oleh Pejabat yang mengawasi pengeluaran barang
atau Pengusaha TPS. Pengawasan pengeluaran barang Impor dari TPS yang telah ditetapkan untuk
menerapkan sistem pintu otomatis dilakukan oleh Pengusaha TPS.
Apabila pada saat pengeluaran barang Impor dari kawasan pabean terdapat selisih kurang
dari jumlah yang diberitahukan dalam PIB (eksep), maka penyelesaian atas barang yang kurang
tersebut tetap dilakukan dengan menggunakan PIB semula paling lama 60 (enam puluh) hari
terhitung sejak tanggal Surat Persetujuan Pengeluaran Barang (SPPB), dengan terlebih dahulu
mengajukan permohonan ke Kepala Kantor Pabean sebelum pengeluaran pertama.
Apabila terdapat barang Impor yang terkena ketentuan larangan dan/atau pembatasan
diberitahukan dengan benar dalam dokumen PIB tetapi belum memenuhi persyaratan Impor,
maka terhadap barang lainnya yang telah memenuhi ketentuan larangan dan/atau pembatasan
atau tidak terkena ketentuan larangan dan/atau pembatasan dalam PIB yang bersangkutan dapat
diizinkan untuk diberikan persetujuan pengeluaran barang setelah dilakukan penelitian
mendalam.

Prodip III Kepabeanan dan Cukai 18


Tatalaksana Kepabeanan Di Bidang Impor

M. Pembatalan PIB

Pemberitahuan Impor Barang yang telah diajukan danbelum mendapatkan nomor


pendaftaran dapat dibatalkan setelah mendapatkan persetujuan kepala Kantor Pabean atau
Pejabat yang ditunjuk.

PIB yang telah mendapatkan nomor pendaftaran dapat dibatalkan dalam hal:

a. data PIB dikirim ke Kantor Pabean lain yang bukanmerupakan Kantor Pabean tempat
pengeluaran barang(salah kirim);

b. penyampaian data PIB dari Impor yang sama dilakukan lebih dari satu kali; dan/atau

c. barang yang diimpor telah musnah karena force majeur.

Pembatalan PIB dilakukan dengan persetujuan Kepala Kantor Pabean atau Pejabat yang ditunjuk
berdasarkan permohonan Importir.

N. Ekspor Kembali

Barang impor yg masih ada didalam Kawasan Pabean atau kawasan yang disamakan dengan
itu, dapat di ekspor kembali dalam hal:
a. tidak sesuai pesanan
b. tidak boleh diimpor karena adanya perubahan peraturan
c. salah kirim
d. rusak
e. tidak dapat memenuhi persyaratan impor dari instansi teknis.

Permohonan pembatalan tidak berlaku apabila barang tersebut telah diajukan PIB dan telah
dilakukan pemeriksaan fisik barang dengan hasil kedapatan jumlah dan/atau jenis barang tidak
sesuai.

Prodip III Kepabeanan dan Cukai 19


Tatalaksana Kepabeanan Di Bidang Impor

BAB III

PEMBAYARAN BEA MASUK, CUKAI DAN PAJAK DALAM RANGKA IMPOR

A. Cara Pembayaran

Pembayaran bea masuk dan Pajak Dalam Rangka Impor (PDRI) dilakukan dengan cara:
pembayaran tunai atau pembayaran berkala. Pembayaran berkala diberikan atas impor barang
yang dilakukan oleh AEO atau Mitra Utama Kepabeanan yang merupakan importir produsen.
Pembayaran dan/atau Penyetoran Penerimaan Negara dilakukan oleh Wajib Bayar atau Wajib
Setor melalui Bank/Pos Persepsi. Untuk pembayaran Penerimaan Negara atas impor atau ekspor
barang yang dilakukan oleh penumpang, awak sarana pengangkut, dan pelintas batas, dapat
dilakukan melalui Bendahara Penerimaan di Kantor Bea dan Cukai.

Importir melakukan pembayaran bea masuk, cukai untuk Impor BKC 22 yang pelunasan
cukainya dengan pembayaran, dan PDRI berdasarkan PIB yang dibuat oleh Importir dan telah
diajukan ke Kantor Pabean. Berdasarkan PIB yang telah diajukan, Sistem Komputer Pelayanan
(SKP) atau Pejabat akan menerbitkan kode billing23 untuk pembayaran dan/atau Nota Permintaan
Jaminan (NPJ) untuk PIB yang harus melakukan penyerahan jaminan. Importir dapat melakukan
koreksi billing yang diterbitkan SKP atau Pejabat setelah Importir melakukan perubahan PIB
dengan mendapatkan persetujuan dari Pejabat yang menangani penerimaan negara.

Bea Masuk, Cukai, dan PDRI atas Impor dengan pembayaran tunai wajib dilunasi oleh
importir paling lambat pada saat PIB mendapatkan nomor pendaftaran. Untuk importir yang
menggunakan fasilitas pembayaran berkala wajib dilunasi paling lambat pada setiap akhir bulan
setelah bulan pendaftaran PIB, dengan ketentuan:
a. apabila akhir bulan jatuh pada hari Minggu atau hari libur nasional, maka pembayaran
dilakukan pada hari kerja sebelumnya;
b. untuk importasi bulan November sampai dengan tanggal 20 Desember, pembayaran
dilakukan paling lambat pada tanggal 20 Desember dan apabila tanggal tersebut jatuh
pada hari minggu atau hari libur nasional, pembayaran dilakukan pada hari kerja
sebelumnya;

22 Barang Kena Cukai (BKC) adalah barang-barang tertentu yang mempunyai sifat atau karakteristik yang
ditetapkan dalam Undang-Undang Cukai meliputi: Etil Alkohol, Minuman Mengandung Etil Alkohol, dan Hasil
Tembakau.

23 Kode Billing adalah kode identifikasi yang diterbitkan oleh sistem billing atas suatu jenis Pembayaran
atau Penyetoran yang akan dilakukan oleh Wajib Bayar atau Wajib Setor.

Prodip III Kepabeanan dan Cukai 20


Tatalaksana Kepabeanan Di Bidang Impor

c. pembayaran terhadap importasi yang dilakukan setelah tanggal 20 Desember sampai


dengan tanggal 31 Desember dilakukan dengan pembayaran biasa.

Terhadap barang Impor untuk dipakai yang mendapatkan fasilitas penundaan pembayaran
(vooruistlag)24, maka Importir wajib menyerahkan jaminan sebesar bea masuk, cukai, dan/atau
PDRI yang diberikan penundaan. Penundaan pembayaran bea masuk dilakukan sesuai ketentuan
yang mengatur mengenai penundaan pembayaran bea masuk dalam rangka pengeluaran barang
Impor untuk dipakai dengan jaminan.

Proses pembayaran menggunakan Billing Online dapat dilihat pada gambar berikut:

1. Pengguna jasa mengakses Portal Pengguna Jasa untuk membuat kode billing dengan cara
melakukan perekaman data PIB.

2. Kode billing yang telah didapat kemudian digunakan untuk melakukan pembayaran
melalui Bank (teller, ATM, EDC, internet banking) atau Kantor Pos. Data pembayaran
tersebut akan secara otomatis dikirimkan oleh Bank/Pos kepada Sistem Settlement MPN.
Sistem Settlement MPN akan menerbitkan NTPN yang dikirimkan secara real time ke
Sistem Billing DJBC dan Bank/Pos dan Sistem Billing DJBC.

3. Dari pembayaran tersebut pengguna jasa akan memperoleh BPN (Bukti Penerimaan
Negara) dari Bank/Pos.

4. Pengguna jasa menyampaikan Data PIB kepada Kantor Bea dan Cukai melalui modul PIB.
Setelah melalui proses validasi (NSW) dan penjaluran, data PIB tersebut akan dikirimkan
ke sistem Billing DJBC.

24 fasilitas vooruitslag adalah suatu bentuk perlakuan khusus berupa pemberian izin untuk mengeluarkan
terlebih dahulu barang impor yang masih terutang bea masuk dan PDRI dengan mempertaruhkan jaminan.

Prodip III Kepabeanan dan Cukai 21


Tatalaksana Kepabeanan Di Bidang Impor

5. Berdasarkan data pembayaran, Kantor Bea dan Cukai akan memberikan nomor
pendaftaran, dan menerbitkan SPPB, SPJK, atau SPJM.

B. Nilai Pabean

Nilai Pabean dihitung berdasarkan incoterm25 Cost Insurance Freight (CIF). Nilai Pabean
untuk penghitungan bea masuk dan PDRIadalah nilai transaksi dari barang yang bersangkutan.
Nilai transaksi merupakan harga yang sebenarnya dibayar atau yang seharusnya dibayar oleh
pembeli kepada penjual atas barang yang dijual untuk diekspor ke dalam Daerah Pabean
ditambah dengan biaya-biaya dan/ atau nilai-nilai yang harus ditambahkan pada nilai transaksi
sepanjang biaya-biaya dan/ atau nilai-nilai tersebut belum termasuk dalam harga yang
sebenarnya dibayar atau yang seharusnya dibayar.

Nilai transaksi harus berasal dari suatu transaksi jual beli dalam kondisi persaingan bebas.
Apabila Nilai Pabean tidak dapat ditentukan berdasarkan nilai transaksi, maka nilai pabean
ditentukan secara hierarki berdasarkan: nilai transaksi barang identik; nilai transaksi barang
serupa; metode deduksi; metode komputasi; atau tata cara yang wajar dan konsisten.

C. Penggunaan Nilai Dasar untuk Penghitungan Bea Masuk (NDPBM)

Bea masuk, cukai, dan/atau pajak dalam rangka impor harus dibayar dalam mata uang
Rupiah. Bea masuk dihitung berdasarkan nilai dasar penghitungan bea masuk. Nilai dasar
penghitungan bea masuk menggunakan Nilai Tukar yang ditetapkan secara berkala dengan
Keputusan Menteri. Nilai Tukar dipergunakan juga sebagai dasar penghitungan cukai dan/atau
pajak dalam rangka impor. Nilai Tukar yang berlaku:

a. untuk Kantor Pabean yang telah menerapkan sistem penerimaan negara secara elektronik,
adalah Nilai Tukar yang berlaku pada:

i. Saat pemberitahuan pabean impor diserahkan ke Kantor Pabean, dalam hal


pengeluaran barang impor dari Kawasan Pabean atau tempat lain dilakukan dengan
penyerahan pemberitahuan pabean impor atau impor barang berupa tenaga listrik,
barang cair, atau gas melalui transmisi atau saluran pipa.

ii. Saat diserahkan dokumen pelengkap pabean ke Kantor Pabean, dalam hal
pengeluaran barang impor dari Kawasan Pabean atau tempat lain dilakukan dengan
penyerahan dokumen pelengkap pabean; atau

iii. Saat dilakukan penetapan tarif dan nilai pabean secara official assessment.

25 Incoterms atau International Commercial Terms adalah kumpulan istilah yang dibuat untuk menyamakan
pengertian antara penjual dan pembeli dalam perdagangan internasional. Incoterms menjelaskan hak dan
kewajiban pembeli dan penjual yang berhubungan dengan pengiriman barang. Hal-hal yang dijelaskan
meliputi proses pengiriman barang, penanggung jawab proses ekspor iimpor, penanggung biaya yang timbul
dan penanggung risiko bila terjadi perubahan kondisi barang yang terjadi akibat proses pengiriman.

Prodip III Kepabeanan dan Cukai 22


Tatalaksana Kepabeanan Di Bidang Impor

b. untuk Kantor Pabean yang belum menerapkan sistem penerimaan negara secara
elektronik, adalah Nilai Tukar yang berlaku pada:

i. Saat pembayaran dilakukan, jika: terdapat pembayaran bea masuk, cukai, dan/atau
pajak dalam rangka impor, dan tidak terdapat penyerahan jaminan; atauterdapat
pembayaran bea masuk, cukai, dan/atau pajak dalam rangka impor, dan terdapat
penyerahan jaminan yang berlaku terus-menerus;

ii. Saat pendaftaran pemberitahuan pabean impor, jika: tidak terdapat pembayaran
bea masuk, cukai, dan/atau pajak dalam rangka impor, dan tidak terdapat
penyerahan jaminan; tidak terdapat pembayaran bea masuk, cukai, dan/atau pajak
dalam rangka impor, dan terdapat penyerahan jaminan yang berlaku terus-menerus;
atau mendapatkan kemudahan pembayaran berkala;

iii. tanggal jaminan diserahkan, jika dalam penyelesaian kewajiban pabeannya terdapat
penyerahan jaminan yang berlaku 1 (satu) kali.

Apabila mata uang asing yang digunakan lebih dari satu, maka Nilai Tukar yang digunakan
sebagai nilai dasar penghitungan bea masuk merupakan hasil konversi dari 2 (dua) atau lebih
mata uang asing ke salah satu mata uang asing yang diberitahukan. Apabila Nilai Tukar dari mata
uang asing tidak tercantum dalam Keputusan Menteri, maka Nilai Tukar yang digunakan sebagai
nilai dasar penghitungan bea masuk adalah Nilai Tukar spot harian valuta asing yang
bersangkutan di pasar internasional terhadap Dollar Amerika Serikat yang berlaku pada
penutupan hari kerja sebelumnya.

Untuk melakukan penghitungan bea masuk, cukai, dan/atau pajak dalam rangka impor yang
terutang, Nilai Tukar dari mata uang asing dikalikan Nilai Tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika
Serikat yang ditetapkan dalam Keputusan Menteri.

D. Klasifikasi dan Pembebanan Barang Impor

Tarif barang Impor untuk penghitungan bea masuk dan PDRI berpedoman pada Buku Tarif
Kepabeanan Indonesia (BTKI). Apabila terjadi perubahan ketentuan di bidang Imporyang
berakibat pembebanan yang berbeda dengan Buku Tarif Kepabeanan Indonesia (BTKI), berlaku
ketentuan perubahan dimaksud. Klasifikasi dan pembebanan barang Impor berlaku ketentuan
pada saat PIB mendapat nomor pendaftaran di Kantor Pabean.

E. Perhitungan Bea Masuk, Cukai dan PDRI

Bea masuk yang harus dibayar, diberikan penundaan dan/atau ditanggung pemerintah,
termasuk BM Anti Dumping, BM Anti Dumping Sementara, BM Tindakan Pengamanan, BM

Prodip III Kepabeanan dan Cukai 23


Tatalaksana Kepabeanan Di Bidang Impor

Tindakan Pengamanan Sementara, BM Imbalan, BM Imbalan Sementara, dan BM Pembalasan


dihitung dengan cara sebagai berikut:
a. Untuk tarif advalorum atau persentase
Bea Masuk = Nilai Pabean X NDPBM X Tarif Pembebanan Bea Masuk

b. Untuk tarif spesifik


Bea Masuk = Jumlah Satuan Barang X Pembebanan Bea Masuk Per-Satuan Barang

Sebelum mengimpor setiap jenis Etil Alkohol (EA), Minuman Mengandung Etil Alkohol
(MMEA), Konsentrat Mengandung Etil ALkohol (KMEA) dan Hasil Tembakau (HT), Importir harus
mendapatkan penetapan tarif cukai dan harga jual eceran dari Kepala Kantor. Perhitungan
pungutan Cukai untuk BKC impor terdiri dari:

a. Untuk tarif advalorum atau persentase


Cukai = (Nilai Pabean + Bea Masuk) X Tarif Cukai

b. Untuk tarif spesifik


Cukai = Jumlah BKC satuan barang X Pembebanan Cukai Per-Satuan BKC

Pajak Dalam Rangka Impor yang seharusnya dibayar dihitung dengan cara sebagai berikut:
a. PPN = % PPN x (Nilai Pabean Dalam Rupiah + Bea Masuk + Cukai);
b. PPnBM = % PPnBM x (Nilai Pabean Dalam Rupiah + Bea Masuk + Cukai)
c. PPh = % PPh x (Nilai Pabean Dalam Rupiah + Bea Masuk + Cukai)

Tambahan PDRI dalam sehubungan dengan bea masuk tambahan seperti anti dumping, dihitung
dengan cara sebagai berikut:
a. PPN = % PPN x BM (AD, Tindakan Pengamanan, Imbalan dan Pembalasan)
b. PPnBM = % PPnBM x BM (AD, Tindakan Pengamanan, Imbalan dan Pembalasan)
c. PPh = % PPh x BM (AD, Tindakan Pengamanan, Imbalan dan Pembalasan)

Bea masuk, cukai, dan PDRI dihitung untuk setiap jenis barang Impor yang tercantum dalam
PIB dan dibulatkan dalam ribuan Rupiah penuh untuk satu PIB. Cukai merupakan cukai yang
dibayar pada saat Impor dan cukai yang telah dilunasi sebelum PIB didaftarkan. Dalam hal
peraturan perundang-undangan mengatur secara khusus, penghitungan PDRI dilakukan sesuai
ketentuan yang mengatur tentang PDRI.

Contoh penghitungan:

1. PT. ABC di Jakarta mengimpor dari Jepang, 100 sets Air Conditioner, merek: X, yang
digunakan pada kendaraan bermotor dengan harga CIF USD 10.000, Pos tarif 8415.20.00
dengan tarif BM 15%, PPN 10% dan PPnBM 20%, PPh 2,5%, NDPBM USD 1.- = Rp 9.000/USD.

Jawab:

Nilai Pabean = CIF X NDPBM


= USD ………………. x Rp. …………….. = Rp ………………….

BM = % X Nilai Pabean

Prodip III Kepabeanan dan Cukai 24


Tatalaksana Kepabeanan Di Bidang Impor

…..% x Rp. …………………… = Rp …………………….

PPN = % X (Nilai Pabean + BM)


…….% x (Rp …………………. + Rp ……………………..) = Rp ……………………

PPh = % X (Nilai Pabean + BM)


……..% x (Rp …………………. + Rp …………………….) = Rp ……………………

Total Pungutan = BM + PPN + PPh


= Rp ………………… + Rp …………………….. + Rp ……………………
= Rp ………………….

2. PT. Dewa Mabuk di Jakarta mengimpor dari Singapore, 2.000 Liter Bir Hitam merek: Z,
dengan harga CIF USD $ 20.000, Pos tarif 2203.00.11 dengan tarif BM Rp 14.000 /liter, Tarif
Cukai Bir Hitam Rp 40.000/liter, PPN 10%, PPh 2,5%, NDPBM USD 1.- = Rp 10.000/USD.

Jawab:

Nilai Pabean = CIF X NDPBM


= USD ………………. x Rp. ………………… = Rp ………………………

BM = Tarif / Satuan Barang X Jumlah Satuan Barang


Rp ………………. x …………… Liter = Rp …………………..

Cukai = Tarif / Satuan Barang X Jumlah Satuan Barang


Rp …………….. x ……………. Liter = Rp …………………..

PPN = % X (Nilai Pabean + BM + Cukai)


…..% x (Rp ………………. + Rp …………………. + Rp ………………….) = Rp …………………….

PPh = % X (Nilai Pabean + BM + Cukai)


….% x (Rp ………………….. + Rp ……………….. + Rp ……………………) = Rp ……………………….

Total Pungutan = BM + Cukai + PPN + PPh


= Rp …………………… + Rp ……………….. + Rp ………………….. + Rp ………………………
= Rp ……………………

3. PT. XYZ di Jakarta mengimpor dari Jepang dgn PIB 000756 Tgl. 8 Agustus 2017, 150 ton Flat-
rolled Steel, dengan harga CIF USD $ 150.000, NDPBM USD 1.- = Rp 9.000/USD, Pos tarif
7210.61.11, BM 20%, PPN 10%, PPh 2,5% dan tarif BM Tindakan Pengamanan (safeguard)
Permenkeu No 147.1/PMK.011/2016 tgl 7 Juli 2016, Tarif sbb :
 Tahun I Rp 4.998.784/Ton
 Tahun II Rp 4.315.161/Ton

Prodip III Kepabeanan dan Cukai 25


Tatalaksana Kepabeanan Di Bidang Impor

 Tahun III Rp 3.629.538/Ton

Jawab:
Nilai Pabean = CIF X NDPBM
= USD ………………… x Rp. ………………. = Rp ……………………..

BM = Tarif BM X Nilai Pabean


……% x Rp ………………… = Rp …………………….

PPN = % X (Nilai Pabean + BM)


……% x (Rp ……………….. + Rp …………………….) = Rp …………………

PPh = % X (Nilai Pabean + BM)


……% x (Rp …………………+ Rp …………………….) = Rp …………………

Permenkeu Tgl 7 Juli 2016, dan PIB Tgl 8 Agustus 2017, maka menggunakan Tarif BM
safeguard tahun ke- …… (Rp …………………../Ton), perhitungan BM safeguard menjadi

BM Safeguard = Tarif per satuan Barang X Jumlah Satuan Barang


Rp ………………….. X ………… = Rp ………………………..

PPN Safeguard = % X BM safeguard


………% x Rp …………………… = Rp ……………………….

PPh Safeguard = % X BM safeguard


………% x Rp …………………… = Rp ……………………….

Prodip III Kepabeanan dan Cukai 26


Tatalaksana Kepabeanan Di Bidang Impor

BAB IV

PENGELUARAN BARANG KIRIMAN DAN YANG DIBAWA OLEH PENUMPANG, AWAK


SARANA PENGANGKUT DAN PELINTAS BATAS YANG DIIMPOR UNTUK DIPAKAI

A. Barang Kiriman

Barang Kiriman adalah barang yang dikirim melalui Penyelenggara Pos sesuai dengan
peraturan perundangundangan di bidang pos, sedangkan Barang Kiriman Tertentu adalah Barang
Kiriman selain Kartu Pos, Surat, dan Dokumen, yang pengirimannya dilakukan melalui
Penyelenggara Pos Yang Ditunjuk yang tidak disertai dengan Consignment Note.

1. Ketentuan Pembebasan Bea Masuk, Cukai dan/atau PDRI Terhadap Barang Kiriman

Barang Kiriman yang diimpor untuk dipakai, dapat diberikan pembebasan bea
masuk dengan nilai pabean paling banyak FOB USD 100.00 75.00 (seratus United States
Dollar tujuh puluh lima USD) untuk setiap Penerima Barang per hari per penerima
kiriman. Untuk nilai pabean Barang Kiriman melebihi batas nilai pabean tersebut, bea
masuk dan pajak dalam rangka impor dipungut atas seluruh nilai pabean Barang Kiriman
tersebut.

Barang Kiriman berupa BKC dapat diberikan pembebasan bea masuk, cukai,
dan/atau pajak dalam rangka impor untuk setiap Penerima Barang per kiriman dengan
jumlah paling banyak: 40 (empat puluh) batang sigaret, 10 (sepuluh) batang cerutu, atau
40 (empat puluh) gram tembakau iris/hasil tembakau lainnya; dan/atau 350 (tiga ratus
lima puluh) mililiter minuman yang mengandung etil alkohol.

Untuk barang kiriman hasil tembakau lebih dari 1 (satu) jenis, pembebasan bea
masuk dan cukai diberikan setara dengan perbandingan jumlah per jenis hasil tembakau
tersebut. Dan terhadap Barang Kiriman berupa BKC yang melebihi jumlah yang
ditentukan, atas kelebihan BKC tersebut dimusnahkan oleh Pejabat Bea dan Cukai
dengan disaksikan Penyelenggara Pos yang bersangkutan.

2. Ketentuan Pemberitahuan Pabean Impor Terhadap Barang Kiriman

Barang Kiriman berupa Kartu Pos, Surat, Dokumen, dan Barang Kiriman Tertentu,
dapat dikeluarkan dari Kawasan Pabean atau tempat lain yang diperlakukan sama
dengan TPS sebagai barang yang diimpor untuk dipakai setelah Penyelenggara Pos Yang
Ditunjuk menyampaikan daftar Barang Kiriman dan Barang Kiriman kepada Pejabat Bea
dan Cukai yang menangani Barang Kiriman. Daftar Barang Kiriman paling sedikit memuat

Prodip III Kepabeanan dan Cukai 27


Tatalaksana Kepabeanan Di Bidang Impor

elemen data:jumlah Kartu Pos, Surat, Dokumen, dan Barang Kiriman Tertentu; dan total
berat kotor.

Barang Kiriman yang memiliki nilai pabean tidak melebihi FOB USD 1,500.00 (seribu
lima ratus United States Dollar), dapat dikeluarkan dari Kawasan Pabean atau tempat lain
yang diperlakukan sama dengan TPS untuk diimpor untuk dipakai setelah Penyelenggara
Pos menyampaikan Consignment Note26 kepada Pejabat Bea dan Cukai yang menangani
Barang Kiriman. Consignment Note paling sedikit memuat elemen data: nomor identitas
Barang Kiriman, negara asal, berat kotor, biaya pengiriman, asuransi (apabila ada), harga
barang, mata uang, uraian jumlah dan jenis barang, HS code (apabila ada), nama dan
alamat pengirim, nama dan alamat penerima, nomor telepon penerima (apabila ada)
dan kantor penyerahan Barang Kiriman (apabila ada).

Barang Kiriman yang memiliki nilai pabean lebih dari FOB USD 1,500.00 (seribu lima
ratus United States Dollar) dan Penerima Barang bukan merupakan badan usaha
dan/atau Barang Kiriman yang diimpor oleh Penerima Barang yang bukan merupakan
badan usaha dengan menggunakan fasilitas kepabeanan berupa pembebasan bea
masuk, dapat dikeluarkan dari Kawasan Pabean atau tempat lain yang diperlakukan sama
dengan TPS untuk diimpor untuk dipakai setelah Penyelenggara Pos menyampaikan
PIBK27 kepada Pejabat Bea dan Cukai yang menangani Barang Kiriman di Kantor Pabean
tempat pemenuhan Kewajiban Pabean.

PIBK dibuat oleh Penerima Barang berdasarkan Dokumen Pelengkap Pabean,


dengan menghitung sendiri bea masuk, cukai, dan/atau pajak dalam rangka impor yang
seharusnya dibayar. Penerima Barang menyampaikan PIBK dilampiri dengan Dokumen
Pelengkap Pabean, termasuk dokumen pemenuhan ketentuan larangan atau
pembatasan jika Barang Kiriman tersebut wajib memenuhi ketentuan larangan atau
pembatasan dan menguasakan pengurusan PIBK kepada Penyelenggara Pos yang
bersangkutan.

Penerima Barang merupakan importir yang sepenuhnya bertanggung jawab


terhadap kebenaran PIBK. PIBK dapat disampaikan untuk Barang Kiriman yang memiliki
nilai pabean tidak melebihi FOB USD 1,500.00 (seribu lima ratus United States Dollar)
dan Penerima Barang bukan merupakan badan usaha. Barang Kiriman yang telah
disampaikan PIBK, Penyelenggara Pos tidak harus menyampaikan Consignment Note.

26 Dokumen Pengiriman Barang yang selanjutnya disebut Consignment Note adalah dokumen dengan kode
CN-22/CN-23 atau dokumen sejenis yang merupakan dokumen perjanjian pengiriman barang antara
pengirim barang dengan Penyelenggara Pos untuk mengirimkan Barang Kiriman kepada Penerima Barang.

27 Pemberitahuan Impor Barang Khusus yang selanjutnya disingkat PIBK adalah pemberitahuan pabean
untuk pengeluaran barang impor tertentu yang dikirim melalui Penyelenggara Pos.

Prodip III Kepabeanan dan Cukai 28


Tatalaksana Kepabeanan Di Bidang Impor

3. Pemeriksaan Pabean Impor Terhadap Barang Kiriman

Terhadap Barang Kiriman dilakukan pemeriksaan pabean secara selektif


berdasarkan manajemen risiko. Pemeriksaan pabean meliputi pemeriksaan fisik barang
dan penelitian dokumen. Pemeriksaan fisik barang dilakukan dengan menggunakan alat
pemindai elektronik dan/atau oleh Pejabat Bea dan Cukai yang menangani Barang
Kiriman. Pemeriksaan fisik barang oleh Pejabat Bea dan Cukai dilakukan apabila:

a. berdasarkan tampilan pemindai elektronik atau informasi lainnya terdapat


kecurigaan bahwa jumlah dan/atau jenis barang tidak sesuai dengan uraian
yang tercantum dalam dokumen Consignment Note

b. uraian jumlah barang, jenis barang, dan/atau nilai pabean yang tercantum
dalam dokumen Consigment Note tidak jelas atau tidak tercantum dalam
dokumen pelengkap pabean lainnya yang menyertai Barang Kiriman; dan/atau

c. pada Kantor Pabean tidak tersedia alat pemindai elektronik atau alat pemindai
elektronik dalam keadaan rusak.

Pemeriksaan fisik barang oleh Pejabat Bea dan Cukai disaksikan oleh petugas
Penyelenggara Pos yang bersangkutan.

Terhadap Surat atau Dokumen yang dicurigai berisi barang impor, pemeriksaan fisik
barang oleh Pejabat Bea dan Cukai disaksikan oleh Penerima Barang. Dalam hal
Penerima Barang tidak dapat ditemukan atau Penerima Barang memberikan kuasa
kepada Penyelenggara Pos, pemeriksaan fisik barang oleh Pejabat Bea dan Cukai
disaksikan oleh petugas Penyelenggara Pos. Pejabat Bea dan Cukai memberikan tanda
khusus pada kemasan Barang Kiriman yang telah dilakukan pemeriksaan fisik barang.

4. Pengeluaran Barang Impor Barang Kiriman

Setelah dilakukan pemeriksaan pabean terhadap Barang Kiriman:

a. berupa Kartu Pos, Surat, dan Dokumen, maka Pejabat Bea dan Cukai yang
menangani Barang Kiriman memberikan persetujuan pengeluaran barang dan
mencatat dalam Buku Catatan Pabean;

b. yang nilai pabeannya sampai dengan FOB USD 100.00 (seratus United States
Dollar) untuk setiap penerima barang per kiriman, Pejabat Bea dan Cukai yang
menangam Barang Kiriman memberikan persetujuan pengeluaran barang dan
mencatat dalam Buku Catatan Pabean;

c. yang nilai pabeannya melebihi FOB USD 100.00 (seratus United States Dollar)
untuk setiap penerima barang per kiriman, Pejabat Bea dan Cukai yang
menangani Barang Kiriman melakukan penetapan tarif dan nilai pabean; atau

Prodip III Kepabeanan dan Cukai 29


Tatalaksana Kepabeanan Di Bidang Impor

d. yang merupakan Barang Kiriman sebagaimana dimaksud pada huruf a, huruf b,


atau huruf c yang wajib memenuhi ketentuan larangan atau pembatasan,
Pejabat Bea dan Cukai yang menangani Barang Kiriman memberitahukan
kepada Penerima Barang melalui Penyelenggara Pos agar Penerima Barang
menyampaikan Dokumen Pelengkap Pabean pemenuhan kewajiban ketentuan
larangan atau pembatasan.

Penelitian atas Barang Kiriman yang wajib memenuhi ketentuan larangan atau
pembatasan dilakukan oleh: Pejabat Bea dan Cukai; dan/atau sistem komputer
pelayanan. Dalam hal Barang Kiriman wajib memenuhi ketentuan larangan atau
pembatasan, Penerima Barang wajib memenuhi ketentuan ketentuan larangan atau
pembatasan dimaksud sebelum pengeluaran barang.

Proses Kepabeanan Barang Kiriman Menggunakan Consignment Note

Prodip III Kepabeanan dan Cukai 30


Tatalaksana Kepabeanan Di Bidang Impor

Proses Kepabeanan Barang Kiriman Menggunakan PIBK (BC 2.1)

5. Penetapan Tarif dan Nilai Pabean Barang Kiriman

Barang Kiriman yang nilai pabeannya melebihi FOB USD 100.00 (seratus United States
Dollar) tetapi tidak melebihi FOB USD 1,500.00 (seribu lima ratus United States Dollar),
berlaku ketentuan: tarif pembebanan bea masuk ditetapkan sebesar 7,5% (tujuh koma lima
persen) dan nilai pabean ditetapkan berdasarkan keseluruhan nilai pabean Barang Kiriman
sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang mengatur mengenai penetapan nilai
pabean. Penetapan pembebanan tarif bea masuk, dikecualikan terhadap buku ilmu
pengetahuan yang mendapatkan pembebasan bea masuk berdasarkan peraturan perundang-
undangan yang mengatur mengenai pembebasan bea masuk atas impor buku ilmu
pengetahuan.

Penetapan tarif dan nilai pabean dilakukan oleh Pejabat Bea dan Cukai dengan
menerbitkan Surat Penetapan Pembayaran Bea Masuk, Cukai, dan/atau Pajak (SPPBMCP) dan
menjadi dokumen dasar pembayaran yang disampaikan oleh Pejabat Bea dan Cukai kepada
Penerima Barang melalui Penyelenggara Pos. Penyelenggara Pos yang ditunjuk harus
melakukan pelunasan dalam jangka waktu paling lama 60 (enam puluh) hari sejak tanggal
penetapan SPPBMCP. sedangkan untuk PJT, harus melakukan pelunasan dalam jangka waktu
paling lama 3 (tiga) hari terhitung sejak tanggal penetapan. SPPBMCP yang diterbitkan oleh
Pejabat Bea dan Cukai juga berfungsi sebagai persetujuan pengeluaran barang.

Apabila penetapan nilai pabean oleh Pejabat Bea dan Cukai menyebabkan nilai Barang
Kiriman menjadi lebih dari FOB USD 1,500.00 (seribu lima ratus United States Dollar), maka
Pejabat Bea dan Cukai yang menangani Barang Kiriman memberitahukan kepada Penerima

Prodip III Kepabeanan dan Cukai 31


Tatalaksana Kepabeanan Di Bidang Impor

Barang melalui Penyelenggara Pos agar Penerima Barang menyampaikan PIB (BC 2.0) dalam
hal Penerima Barang merupakan badan usaha atau PIBK (BC 2.1) dalam hal Penerima Barang
bukan merupakan badan usaha.

Pejabat Bea dan Cukai menetapkan tarif dan nilai pabean untuk setiap jenis barang
sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang mengatur mengenai penetapan tarif dan
nilai pabean terhadap Barang Kiriman yang nilai pabeannya melebihi FOB USD 1,500.00
(seribu lima ratus United States Dollar) dan Penerima Barang bukan merupakan badan usaha.
Penetapan tarif dan nilai pabean dilakukan setelah Penerima Barang menyampaikan PIBK.
Apabila hasil penelitian tarif dan nilai pabean menyebabkan kekurangan atau kelebihan
pembayaran bea masuk, cukai, dan pajak dalam rangka impor, maka Pejabat Bea dan Cukai
akan menerbitkan Surat Penetapan Tarif dan Nilai Pabean (SPTNP).

Barang Kiriman dapat dikeluarkan dari Kawasan Pabean atau tempat lain yang
diperlakukan sama dengan TPS untuk diimpor untuk dipakai setelah: dilakukan penelitian
tarif dan nilai pabean dan/atau Penerima Barang menyelesaikan kekurangan pembayaran bea
masuk, cukai, dan pajak dalam rangka impor, dalam hal terhadap impor Barang Kiriman
diterbitkan Surat Penetapan Tarif dan Nilai Pabean (SPTNP). Penerima Barang dapat
mengajukan keberatan secara tertulis kepada Direktur Jenderal terhadap penetapan Pejabat
Bea dan Cukai dengan dilampiri data dan/atau bukti yang mendukung alasan pengajuan
keberatan. Tata cara pengajuan keberatan sesuai dengan peraturan perundang-undangan
yang mengatur mengenai keberatan di bidang kepabeanan.

Penyelenggara Pos dapat menyampaikan: daftar Barang Kiriman, Consignment Note dan
PIBK sebelum Barang Kiriman dibongkar di Kawasan Pabean atau tempat lain yang
diperlakukan sama dengan TPS. Kemudian Pejabat Bea dan Cukai yang menangani Barang
Kiriman dapat melakukan penelitian tarif dan nilai pabean terhadap dokumen tersebut dan
melakukan penetapan tarif dan nilai pabean sebelum pembongkaran Barang Kiriman di
Kawasan Pabean atau tempat lain yang diperlakukan sama dengan TPS.

Contoh Perhitungan

Terdapat impor barang kiriman melalui udara. Nama penerima adalah Mrs. Cendolia dengan
alamat Jl. Mangga Tiga No. 13 Jakarta Pusat, dimana yang bersangkutan belum memiliki NPWP.

Kiriman tersebut berasal dari China dengan nama pengirim Mr. ChinChou berupa : 1 (satu) unit
Handphone merek samsung S7 Edge dengan harga USD 400,- dan 1 (satu) unit Tablet Samsung
Galaxy Tab S3 dengan harga USD 350,- Biaya freight dan asuransi untuk Handphone sebesar USD
50,- dan Tablet USD 40,-. Diketahui kurs pajak yang berlaku per USD 1 = Rp. 13.200,-. Hitunglah
total pungutan yang harus dibayar oleh penerima barang.

Prodip III Kepabeanan dan Cukai 32


Tatalaksana Kepabeanan Di Bidang Impor

Jawab

Nilai Pabean = CIF X NDPBM

1. Handphone = (USD $ ………… + USD $ ……) x Rp ………….. = Rp …………………

2. Tablet = (USD $ ………... + USD $ …..) X Rp …………… = Rp ………………..

Total Nilai Pabean = Rp …………………

BM = % X Nilai Pabean

……..% x Rp ……………… = Rp ………………..

PPN = % X (Nilai Pabean + BM)

…..% x (Rp ……………. + Rp ……………….) = Rp ……………………

PPh = % X (Nilai Pabean + BM) à lihat UU PPh Pasal 22 dan PMK 34/2017

…….% x (Rp …………… + Rp ………………) = Rp ………………….

Total Pungutan = BM + PPN + PPh

= Rp ………………. + Rp ……………….. + Rp …………………...

= Rp ………………..

B. Barang Penumpang dan Awak Sarana Pengangkut

Penumpang adalah setiap orang yang melintasi perbatasan wilayah negara dengan
menggunakan sarana pengangkut tetapi bukan Awak Sarana Pengangkut dan bukan Pelintas
Batas. Dan Barang Pribadi Penumpang adalah semua barang yang dibawa oleh Penumpang, tetapi
tidak termasuk Barang Dagangan.

Kemudian yang dimaksud Awak Sarana Pengangkut adalah setiap orang yang karena sifat
pekerjaannya harus berada dalam sarana pengangkut dan datang bersama sarana pengangkut.
Dan Barang Pribadi Awak Sarana Pengangkut adalah semua barang yang dibawa oleh Awak
Sarana Pengangkut, tetapi tidak termasuk Barang Dagangan.

Barang Dagangan adalah barang yang menurut jenis, sifat dan jumlahnya tidak wajar untuk
keperluan pribadi, diimpor untuk diperjualbelikan, barang contoh, barang yang akan digunakan
sebagai bahan baku atau bahan penolong untuk industri, dan/atau barang yang akan digunakan
untuk tujuan selain pemakaian pribadi.

Barang Pribadi Penumpang atau Barang Pribadi Awak Sarana Pengangkut merupakan barang
yang tiba bersama Penumpang atau Awak Sarana Pengangkut.Barang Pribadi Penumpang atau
Barang Pribadi Awak Sarana Pengangkut yang tiba sebelum atau setelah kedatangan Penumpang
atau Awak Sarana Pengangkut, diperlakukan sebagai barang yang tiba bersama Penumpang atau

Prodip III Kepabeanan dan Cukai 33


Tatalaksana Kepabeanan Di Bidang Impor

Awak Sarana Pengangkut dengan dibuktikan pemilikannya menggunakan paspor dan boarding
pass, sepanjang memenuhi ketentuan:

a. paling lama 30 (tiga puluh) hari sebelum kedatangan, dan/atau 60 (enam puluh) hari
setelah kedatangan yang menggunakan sarana pengangkut laut; atau

b. paling lama 30 (tiga puluh) hari sebelum kedatangan dan/atau 15 (lima belas) hari setelah
tiba, untuk yang menggunakan sarana pengangkut udara.

1. Ketentuan Pembebasan Bea Masuk, Cukai dan/atau PDRI

Terhadap Barang Pribadi Penumpang dan Barang Pribadi Awak Sarana Pengangkut,
yang semula dibawa ke luar daerah pabean dan kemudian dimasukkan kembali ke dalam
daerah pabean, diberikan pembebasan bea masuk sesuai peraturan perundang-undangan
yang mengatur mengenai impor kembali barang yang telah diekspor. Pada saat
keberangkatan ke luar daerah pabean, Penumpang atau Awak Sarana Pengangkut dapat
meminta Pejabat Bea dan Cukai untuk melakukan pemeriksaan fisik guna mengidentifikasi
Barang Pribadi Penumpang atau Barang Pribadi Awak Sarana Pengangkut, jika hal tersebut
akan mempermudah pemasukan kembali barang tersebut ke dalam daerah pabean dengan
mendapatkan pembebasan bea masuk.

Terhadap Barang Pribadi Penumpang dan Barang Pribadi Awak Sarana Pengangkut yang
akan digunakan selama berada di daerah pabean dan akan dibawa kembali pada saat
Penumpang dan Awak Sarana Pengangkut meninggalkan daerah pabean, diberikan
pembebasan bea masuk sesuai peraturan perundang-undangan yang mengatur mengenai
impor sementara.

Terhadap Barang Pribadi Penumpang dengan nilai pabean paling banyak FOB USD
250.00 (dua ratus lima puluh United States Dollar) per orang atau FOB USD 1,000.00 (seribu
United States Dollar) per keluarga untuk setiap kedatangan, diberikan pembebasan bea
masuk. Apabila Barang Pribadi Penumpang melebihi batas nilai pabean, maka atas kelebihan
tersebut dipungut bea masuk dan pajak dalam rangka impor.

Barang Pribadi Penumpang yang merupakan barang kena cukai (BKC), diberikan
pembebasan bea masuk dan cukai untuk setiap orang dewasa dengan jumlah paling banyak:
200 (dua ratus) batang sigaret, 25 (dua puluh lima) batang cerutu, atau 100 (seratus) gram
tembakau iris/hasil tembakau lainnya dan 1 (satu) liter minuman mengandung etil alkohol.
Untuk hasil tembakau lebih dari 1 (satu) jenis, pembebasan bea masuk dan cukai diberikan
setara dengan perbandingan jumlah per jenis hasil tembakau tersebut. Apabila Barang
Pribadi Penumpang yang merupakan BKC melebihi jumlah yang ditentukan, maka atas
kelebihan tersebut langsung dimusnahkan oleh Pejabat Bea dan Cukai dengan atau tanpa
disaksikan Penumpang yang bersangkutan.

Prodip III Kepabeanan dan Cukai 34


Tatalaksana Kepabeanan Di Bidang Impor

Untuk Barang Pribadi Awak Sarana Pengangkut dengan nilai pabean paling banyak FOB
USD 50.00 (lima puluh United States Dollar) per orang untuk setiap kedatangan, diberikan
pembebasan bea masuk. Apabila Barang Pribadi Awak Sarana Pengangkut melebihi batas
nilai pabean yang ditentukan, maka atas kelebihan tersebut dipungut bea masuk dan pajak
dalam rangka impor.

Untuk Barang Pribadi Awak Sarana Pengangkut yang merupakan BKC, diberikan
pembebasan bea masuk dan cukai dengan jumlah paling banyak: 40 (empat puluh) batang
sigaret, 10 (sepuluh) batang cerutu, atau 40 (empat puluh) gram tembakau iris/ hasil
tembakau lainnya dan 350 (tiga ratus lima puluh) mililiter minuman mengandung etil alkohol.
Dalam hal hasil tembakau lebih dari satu jenis, pembebasan bea masuk dan cukai diberikan
setara dengan perbandingan jumlah per jenis hasil tembakau tersebut. Apabila Barang
Pribadi Awak Sarana Pengangkut yang merupakan BKC melebihi yang ditentukan, maka atas
kelebihan tersebut langsung dimusnahkan oleh Pejabat Bea dan Cukai dengan atau tanpa
disaksikan Awak Sarana Pengangkut yang bersangkutan.

2. Pemeriksaan dan Pengeluaran Barang Impor

Penumpang dan Awak Sarana Pengangkut pada saat kedatangan wajib


memberitahukan barang impor yang dibawanya kepada Pejabat Bea dan Cukai dengan
menggunakan pemberitahuan Customs Declaration 28 (BC 2.2) yang diisi dengan lengkap dan
benar. Berdasarkan pemberitahuan tersebut Penumpang atau Awak Sarana Pengangkut
harus mengeluarkan barang impor melalui Jalur Merah, dalam hal Penumpang atau Awak
Sarana Pengangkut membawa barang impor:

a. berupa Barang Pribadi dengan nilai pabean melebihi batas pembebasan bea masuk
yang diberikan dan/atau melebihi jumlah barang kena cukai yang diberikan
pembebasan bea masuk dan cukai;

b. berupa hewan, ikan, dan tumbuhan termasuk produk yang berasal dari hewan, ikan,
dan tumbuhan;

c. berupa narkotika, psikotropika, prekursor, obat-obatan, senjata api, senjata angin,


senjata tajam, amunisi, bahan peledak, benda/publikasi pornografi;

d. berupa uang dan/atau instrumen pembayaran lainnya dalam Rupiah atau dalam mata
uang asing senilai Rp 100.000.000,00 (seratus juta rupiah) atau lebih; dan/atau

e. berupa Barang Dagangan.

Apabila Penumpang atau Awak Sarana Pengangkut membawa barang impor selain

28 Customs Declaration yang selanjutnya disingkat CD adalah pemberitahuan pabean atas impor barang
yang dibawa oleh Penumpang atau Awak Sarana Pengangkut.

Prodip III Kepabeanan dan Cukai 35


Tatalaksana Kepabeanan Di Bidang Impor

tersebut diatas, maka akan melalui Jalur Hijau, dan Pejabat Bea dan Cukai langsung
memberikan persetujuan pengeluaran barang. Kecuali terdapat kecurigaan, Pejabat Bea dan
Cukai dapat melakukan pemeriksaan fisik.

Pejabat Bea dan Cukai akan melakukan pemeriksaan fisik untuk Penumpang atau Awak
Sarana Pengangkut yang melalui Jalur Merah. Untuk Penumpang atau Awak Sarana
Pengangkut yang membawa barang berupa: hewan, ikan, dan tumbuhan termasuk produk
yang berasal dari hewan, ikan, dan tumbuhan, akan diserahkan kepada Pejabat Karantina.

Barang Pribadi yang tiba sebelum dan/atau setelah kedatangan Penumpang atau Awak
Sarana Pengangkut yang terdaftar di dalam manifes, dapat diselesaikan dengan
menggunakan Pemberitahuan Impor Barang Khusus (PIBK) atau BC 2.1. Sedangkan untuk
Barang Pribadi yang terdaftar sebagai barang "Lost and Found”, dapat diselesaikan dengan
menggunakan CD (BC 2.2). Barang Dagangan yang dibawa oleh Penumpang, Awak Sarana
Pengangkut, atau Pelintas Batas, diselesaikan dengan menggunakan PIBK.

Pejabat Bea dan Cukai melakukan pencatatan terhadap hasil pemeriksaan fisik barang
pribadi yang melewati batas ketentuan pembebasan, dan berdasarkan hasil pemeriksaan fisik
tersebut Pejabat Bea dan Cukai menetapkan tarif dan nilai pabean serta menghitung bea
masuk dan pajak dalam rangka impor. Penumpang atau Awak Sarana Pengangkut wajib
membayar bea masuk dan pajak dalam rangka impor berdasarkan penetapan Pejabat Bea
dan Cukai. Setelah dilakukan pembayaran bea masuk dan pajak dalam rangka impor, Pejabat
Bea dan Cukai memberikan bukti pembayaran kepada Penumpang atau Awak Sarana
Pengangkut dan membukukan data Barang Pribadi Penumpang atau Barang Pribadi Awak
Sarana Pengangkut yang dikenakan pembayaran impor ke dalam buku catatan pabean.
Kemudian Pejabat Bea dan Cukai akan memberikan persetujuan pengeluaran barang pribadi
tersebut.

C. Barang Pelintas Batas

Pelintas Batas adalah penduduk yang berdiam atau bertempat tinggal dalam wilayah
perbatasan negara serta memiliki kartu identitas yang dikeluarkan oleh instansi yang berwenang
dan yang melakukan perjalanan lintas batas di daerah perbatasan melalui Pos Pengawas Lintas
Batas. Barang Pribadi Pelintas Batas adalah semua barang yang dibawa oleh Pelintas Batas, tetapi
tidak termasuk Barang Dagangan.

Pelintas Batas yang tiba dari luar daerah pabean wajib memberitahukan barang yang
dibawanya secara lisan kepada Pejabat Bea dan Cukai di Pos Pemeriksaan Lintas Batas 29 (PPLB).

29 Pos Pemeriksaan Lintas Batas yang selanjutnya disingkat PPLB adalah tempat yang ditunjuk pada
perbatasan wilayah negara untuk memberitahukan dan menyelesaikan kewajiban pabean terhadap barang
yang dibawa oleh Pelintas Batas.

Prodip III Kepabeanan dan Cukai 36


Tatalaksana Kepabeanan Di Bidang Impor

Untuk barang impor yang dibawa yang merupakan barang dagangan diberitahukan dengan
menggunakan PIBK.

1. Ketentuan Pembebasan Bea Masuk, Cukai dan/atau PDRI

Pemasukan barang pribadi oleh Pelintas Batas diberikan pembebasan bea masuk,
dengan ketentuan:

a. Indonesia dengan Papua New Guinea paling banyak FOB USD 300.00 (tiga ratus US
Dollar) per orang untuk jangka waktu 1 (satu) bulan;

b. Indonesia dengan Malaysia:

i. paling banyak FOB MYR 600.00 (enam ratus Ringgit Malaysia) per orang untuk
jangka waktu 1 (satu) bulan, apabila melewati batas daratan (land border);

ii. paling banyak FOB MYR 600.00 (enam ratus Ringgit Malaysia) setiap perahu untuk
setiap trip, apabila melalui batas lautan (sea border);

c. Indonesia dengan Filipina paling banyak FOB USD 250.00 (dua ratus lima puluh US
Dollar) per orang untuk jangka waktu 1 (satu) bulan.

d. Indonesia dengan Timor Leste paling banyak FOB USD 50.00 (lima puluh US Dollar) per
orang per hari.

Apabila Barang Pribadi Pelintas Batas melebihi batas nilai pabean, maka atas kelebihan nilai
pabean tersebut dipungut bea masuk dan pajak dalam rangka impor.

2. Pemeriksaan dan Pengeluaran Barang Impor

Setiap Pelintas Batas yang membawa barang impor wajib memiliki Kartu Identitas Lintas
Batas 30
(KILB). KILB dikeluarkan oleh Kepala Kantor Pabean yang mengawasi PPLB atas
permohonan Pelintas Batas. Permohonan diajukan kepada Kepala Kantor Pabean dengan
dilampiri fotokopi Kartu Tanda Penduduk dan fotokopi PLB yang ditandasahkan oleh pejabat
yang berwenang. Dalam hal permohonan telah memenuhi persyaratan, Kepala Kantor
Pabean memberikan KILB kepada Pelintas Batas tersebut dan dibuatkan Buku Pas Barang
Lintas Batas31 (BPBLB).

30 Kartu Identitas Lintas Batas yang selanjutnya disingkat KILB adalah kartu yang dikeluarkan oleh Kantor
Pabean yang membawahi Pos Pemeriksaan Lintas Batas yang diberikan kepada Pelintas Batas setelah
dipenuhi persyaratan tertentu.

31 Buku Pas Barang Lintas Batas yang selanjutnya disingkat BPBLB adalah buku yang dipakai oleh Pejabat
Bea dan Cukai untuk mencatat jumlah, jenis, dan nilai pabean atas barang yang dibawa oleh Pelintas Batas
dari luar daerah pabean.

Prodip III Kepabeanan dan Cukai 37


Tatalaksana Kepabeanan Di Bidang Impor

Pelintas Batas yang tiba dari luar daerah pabean wajib menunjukkan KILB kepada
Pejabat Bea dan Cukai di PPLB. Pelintas Batas yang tidak dapat menunjukkan KILB tidak
diberikan pembebasan bea masuk. Setelah menerima KILB dan pemberitahuan pabean
(untuk barang dagangan), Pejabat Bea dan Cukai di PPLB melakukan pemeriksaan fisik dan
menuangkan hasil pemeriksaan fisik tersebut ke dalam Nota Pemeriksaan dan menetapkan
tarif dan nilai pabean sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Apabila dari hasil pemeriksaan fisik ditemukan:

a. barang yang terkena larangan atau pembatasan impor, Pejabat Bea dan Cukai
melakukan penindakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
b. Barang Pribadi Pelintas Batas dengan nilai pabean tidak melebihi batas pembebasan
bea masuk terhadap Barang Pribadi Pelintas Batas tersebut diberikan pembebasan bea
masuk.
c. uang dan/atau instrumen pembayaran lainnya dalam Rupiah atau dalam mata uang
asing melebihi Rp 100.000.000,00 (seratus juta rupiah) diselesaikan sesuai peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
d. Barang Pribadi Pelintas Batas dengan nilai pabean melebihi batas pembebasan bea
masuk, atas kelebihan nilai pabean tersebut dipungut bea masuk dan pajak dalam
rangka impor dengan dasar nilai pabean penuh dikurangi dengan nilai pabean yang
mendapatkan pembebasan bea masuk.
e. Barang Dagangan, terhadap Barang Dagangan tersebut dipungut bea masuk, dan pajak
dalam rangka impor serta berlaku ketentuan umum di bidang impor.

Dalam hal dari hasil pemeriksaan fisik tidak ditemukan barang dengan kondisi
sebagaimana dimaksud pada huruf a, huruf c, huruf d, dan/atau huruf e, Pejabat Bea dan
Cukai memberikan persetujuan pengeluaran barang tersebut. Persetujuan pengeluaran atas
Barang Pribadi Pelintas Batas diberikan oleh Pejabat Bea dan Cukai setelah Pelintas Batas
melunasi bea masuk dan pajak dalam rangka impor.

Persetujuan pengeluaran Barang Pribadi Pelintas Batas yang semula dibawa ke luar
daerah pabean dan kemudian dimasukkan kembali ke dalam daerah pabean dilaksanakan
sesuai ketentuan perundang- undangan yang mengatur mengenai impor kembali barang yang
telah diekspor. Pada saat keberangkatan ke luar daerah pabean, Pelintas Batas dapat
meminta Pejabat Bea dan Cukai untuk melakukan pemeriksaan fisik guna mengidentifikasi
Barang Pribadi Pelintas Batas, jika hal tersebut akan mempermudah pemasukan kembali
barang tersebut ke dalam daerah pabean dengan mendapatkan pembebasan bea masuk.

Prodip III Kepabeanan dan Cukai 38


Tatalaksana Kepabeanan Di Bidang Impor

BAB V

KEMUDAHAN IMPOR

A. Impor Sementara

Impor Sementara adalah pemasukan barang impor ke dalam Daerah Pabean yang benar-
benar dimaksudkan untuk diekspor kembali dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga) tahun.
Barang impor dapat disetujui untuk dikeluarkan sebagai Barang Impor Sementara apabila pada
waktu impornya memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a. tidak akan habis dipakai;
b. mudah dilakukan identifikasi;
c. dalam jangka waktu Impor Sementara tidak mengalami perubahan bentuk secara hakiki
kecuali aus karena penggunaan;
d. tujuan penggunaan barang tersebut jelas; dan
e. terdapat dokumen pendukung bahwa barang tersebut akan Diekspor Kembali.

Terhadap Barang Impor Sementara dapat diberikan pembebasan bea masuk atau
keringanan bea masuk. Barang Impor Sementara yang diberikan pembebasan bea masuk adalah:
a. barang untuk keperluan pameran yang dipamerkan selain di tempat penyelenggaraan
pameran berikat;
b. barang untuk keperluan seminar atau kegiatan semacam itu;
c. barang untuk keperluan peragaan atau demonstrasi;
d. barang untuk keperluan tenaga ahli;
e. barang untuk keperluan penelitian, pendidikan, ilmu pengetahuan dan kebudayaan;
f. barang untuk keperluan pertunjukan umum, olahraga, dan perlombaan;
g. kemasan yang digunakan dalam rangka pengangkutan dan/atau pengemasan barang
impor atau ekspor baik secara berulang-ulang maupun tidak;
h. barang untuk keperluan contoh atau model;
i. kapal pesiar perorangan (yacht) yang digunakan sendiri oleh wisatawan mancanegara;
j. kendaraan atau sarana pengangkut yang digunakan sendiri oleh warga negara asing;
k. kendaraan atau sarana pengangkut yang masuk melalui lintas batas dan penggunaannya
tidak bersifat regular;
l. barang untuk keperluan diperbaiki, direkondisi, diuji, dan dikalibrasi;
m. binatang hidup untuk keperluan pertunjukan umum, olahraga,
b. perlombaan, pelatihan, pejantan, dan penanggulangan gangguan keamanan;

Prodip III Kepabeanan dan Cukai 39


Tatalaksana Kepabeanan Di Bidang Impor

c. barang untuk keperluan penanggulangan bencana alam, kebakaran, kerusakan


lingkungan, gangguan keamanan dan untuk tujuan kemanusiaan atau sosial;
d. barang untuk keperluan kegiatan Tentara Nasional Indonesia (TNI) dan Kepolisian Republik
Indonesia (POLRI);
e. kapal yang diimpor oleh perusahaan pelayaran niaga nasional atau perusahaan
penangkapan ikan nasional;
f. pesawat dan mesin pesawat yang diimpor oleh perusahaan penerbangan nasional;
g. barang pribadi penumpang, barang pribadi awak sarana pengangkut, dan barang pribadi
pelintas batas;
h. barang pendukung proyek pemerintah yang dibiayai dengan pinjaman atau hibah dari luar
negeri;
i. sarana pengangkut yang tidak dipergunakan untuk pengangkutan dalam Daerah Pabean;
dan/atau
j. petikemas yang tidak digunakan untuk pengangkutan dalam Daerah Pabean.

Barang Impor Sementara yang diberikan keringanan bea masuk adalah Barang Impor
Sementara selain yang diberikan pembebasan bea masuk. Termasuk sebagai Barang Impor
Sementara yang diberikan keringanan bea masuk adalah:

a. mesin dan peralatan untuk kepentingan produksi atau pengerjaan proyek infrastruktur;

b. barang yang digunakan untuk melakukan perbaikan; atau

c. barang yang digunakan untuk melakukan pengetesan atau pengujian.

Untuk mendapatkan izin Impor Sementara, Importir mengajukan permohonan secara


tertulis kepada Kepala Kantor Pabean tempat pemasukan Barang Impor Sementara. Permohonan
untuk memperoleh izin Impor Sementara dapat diajukan kepada Direktur Jenderal (kantor pusat)
dalam hal:
a. Barang Impor Sementara digunakan untuk kegiatan berskala internasional;
b. Kantor Pabean tidak dapat digunakan untuk melakukan pelayanan pemenuhan
kewajiban kepabeanan yang disebabkan karena terjadi bencana alam atau dalam kondisi
keadaan memaksa;
c. Barang Impor Sementara digunakan untuk operasi perminyakan dan pertambangan; atau
d. Barang Impor Sementara diperlukan dalam rangka efisiensi dan efektivitas untuk
kemudahan pelayanan pemberian izin Impor Sementara.

Pengajuan permohonan untuk memperoleh izin Impor Sementara dikecualikan terhadap


barang dengan kriteria sebagai berikut:
a. barang pribadi penumpang, barang pribadi awak sarana pengangkut, dan barang pribadi
pelintas batas;

Prodip III Kepabeanan dan Cukai 40


Tatalaksana Kepabeanan Di Bidang Impor

b. sarana pengangkut yang tidak dipergunakan untuk pengangkutan dalam Daerah Pabean;
atau
c. petikemas yang tidak digunakan untuk pengangkutan dalam Daerah Pabean.

Untuk penggunaan Barang Impor Sementara yang tidak hanya berada dalam 1 (satu)
wilayah pengawasan dengan Kantor Pabean tempat pemasukan, Kepala Kantor Pabean yang
menerbitkan izin Impor Sementara mengirimkan salinan keputusan pemberian izin Impor
Sementara kepada Kepala Kantor Pabean lain yang mengawasi lokasi penggunaan. Salinan
keputusan pemberian izin Impor Sementara tersebut digunakan sebagai dasar bagi Kepala Kantor
Pabean di lokasi penggunaan untuk melakukan pengawasan. Ketentuan ini dikecualikan untuk
Barang Impor Sementara berupa pesawat dan mesin pesawat yang diimpor oleh perusahaan
penerbangan nasional.

Importir menyampaian Pemberitahuan Pabean Impor berdasarkan dokumen pelengkap


dan izin impor sementara. Pemberitahuan Pabean Impor tersebut harus disampaikan kepada
Kepala Kantor Pabean paling lama 3 (tiga) bulan sejak tanggal izin Impor Sementara, disertai
tanda terima pembayaran dan/atau jaminan. Jika tidak disampaikan pada jangka waktu tersebut,
surat izin impor sementara dinyatakan tidak berlaku.

Terhadap Barang Impor Sementara yang diberikan pembebasan bea masuk, importir wajib
menyerahkan jaminan terhadap seluruh bea masuk, Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan
Atas Barang Mewah serta Pajak Penghasilan Pasal 22 yang seharusnya dibayar. Sedangkan Barang
Impor Sementara yang diberikan keringanan bea masuk, Importir wajib:
a. membayar bea masuk sebesar 2% (dua persen) untuk setiap bulan atau bagian dari bulan,
dikalikan jumlah bulan jangka waktu Impor Sementara, dikalikan jumlah bea masuk yang
seharusnya dibayar atas Barang Impor Sementara bersangkutan dan Pajak Pertambahan
Nilai atau Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah;
b. menyerahkan jaminan sebesar selisih antara bea masuk yang seharusnya dibayar dengan
yang telah dibayar dan Pajak Penghasilan Pasal 22 yang seharusnya dibayar.

Barang Impor Sementara yang telah diberikan pembebasan bea masuk yang berupa barang
yang dibatasi untuk diimpor atau termasuk barang dalam kondisi bukan baru, pada saat tidak
diekspor kembali, wajib mendapatkan persetujuan impor dari instansi teknis terkait sebelum
dilakukan pelunasan bea masuk dan/atau pajak dalam rangka impor. Sedangkan Barang Impor
Sementara yang diberikan keringanan bea masuk yang berupa barang yang dibatasi untuk diimpor
atau termasuk barang dalam kondisi bukan baru, wajib mendapatkan persetujuan impor dari
instansi yang berwenang pada saat pengajuan permohonan izin Impor Sementara.

Barang Impor Sementara dilakukan pemeriksaan fisik. Pemeriksaan fisik dilakukan pada
saat: dimasukkan ke dalam Daerah Pabean, diajukan perpanjangan atau diekspor kembali.
Pemeriksaan fisik dikecualikan terhadap barang impor sementara yang dimasukkan oleh Importir

Prodip III Kepabeanan dan Cukai 41


Tatalaksana Kepabeanan Di Bidang Impor

Mitra Utama (MITA) Prioritas. Untuk memastikan pemenuhan ketentuan yang terkait dengan izin
Impor Sementara, Barang Impor Sementara dapat dilakukan pemeriksaan oleh Pejabat Bea dan
Cukai termasuk pemeriksaan fisik.

Importir yang akan mengekspor kembali Barang Impor Sementara harus mengajukan
pemberitahuan pabean ekspor dan/atau surat pemberitahuan untuk mengekspor kembali
sebelum berakhirnya jangka waktu izin Impor Sementara. Barang Impor Sementara yang
dimasukkan lebih dari 1 (satu) kali pengiriman, berakhirnya izin Impor Sementara dihitung mulai
dari tanggal pemberitahuan pabean impor pertama. Realisasi atas Barang Impor Sementara yang
Diekspor Kembali, wajib dilaksanakan dalam jangka waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari sejak
tanggal berakhirnya jangka waktu izin Impor Sementara.

Apabila realisasi atas Barang Impor Sementara yang Diekspor Kembali melebihi jangka
waktu yang ditentukan, maka Barang Impor Sementara tersebut dianggap tidak Diekspor Kembali
dan diperlakukan sebagai Barang Impor Sementara yang tidak Diekspor Kembali. Realisasi atas
Barang Impor Sementara yang Diekspor Kembali dapat dilakukan dalam 1 (satu) kali pengiriman
atau lebih. Apabila realisasi atas Barang Impor Sementara yang Diekspor Kembali dilakukan lebih
dari 1 (satu) kali pengiriman, maka keseluruhan pengiriman tersebut tidak boleh melebihi jangka
waktu yang ditentukan.

Orang yang terlambat mengekspor kembali Barang Impor Sementara sehingga melebihi
jangka waktu yang diizinkan, dikenai sanksi administrasi berupa denda sebesar 100% (seratus
persen) dari bea masuk yang seharusnya dibayar. Setelah jangka waktu Impor Sementara berakhir
dan dalam hal tidak dilakukan perpanjangan izin Impor Sementara, sambil menunggu proses
realisasi atas Barang Impor Sementara yang Diekspor Kembali, terhadap Barang Impor Sementara
segera dilakukan penyegelan. Penyegelan dibuka kembali pada saat barang akan dimuat ke sarana
pengangkut dalam rangka realisasi atas Barang Impor Sementara yang Diekspor Kembali. Barang
Impor Sementara yang tidak diselesaikan pemenuhan kewajiban kepabeanannya oleh Importir
dan/atau terhadap Barang Impor Sementara tidak Diekspor Kembali setelah melebihi jangka
waktu, terhadap Barang Impor Sementara tersebut dilakukan penegahan dan dilakukan
penyelesaian sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

Contoh Soal Impor Sementara

1. PT. Sentul International mengimpor sementara mobil gokart mesin bensin untuk
perlombaan, pos tarif 8703.21.10 dengan BM 50%, PPN 10% dan PPh 7,5% dari singapura,
dengan nilai FOB USD 200.000,-. Freight Singapura-Jakarta USD 1.500,-, asuransi dibuka di
Singapore dengan nilai USD 500,-. Mobil tersebut dipakai selama 2 minggu dan akan
dikembalikan ke negara asal setelah pemakaian. NDPBM USD 1,- = Rp 12.000,-. Hitunglah
jaminan yang harus dipertaruhkan.

Prodip III Kepabeanan dan Cukai 42


Tatalaksana Kepabeanan Di Bidang Impor

Nilai Pabean = CIF X NDPBM

(USD ………………… + USD ……….. + USD ………….) x Rp. ……………..

Rp ……………………

BM = Tarif BM X Nilai Pabean

……% x Rp ………………… = Rp ……………………….

PPN = % X (Nilai Pabean + BM)

……% x (Rp ………………… + Rp …………………..) = Rp …………………..

PPh = % X (Nilai Pabean + BM)

……% x (Rp ………………… + Rp …………………...) = Rp ………………….

Total Jaminan = BM + PPN + PPh

Rp …………….......... + Rp ……………….. + Rp …………………

Rp ……………………..

2. PT. Manut Utama mengimpor sementara Tower Crane pada pos tarif 8426.20.00 dengan
tarif BM 5%, PPN 10% dan PPh 2,5% dari Malaysia untuk proyek pembuatan jembatan di
Madura, nilai C&F USD 175.000,-. Insurance dibuka didalam negeri. Mesin tersebut akan
sewa selama 8 bulan dan akan dikembalikan ke negara asal setelah pemakaian. NDPBM
USD 1,- = Rp 12.000,-. Hitunglah pungutan yang harus dibayar dan hitung juga jaminan
yang harus dipertaruhkan oleh PT. Manchis Utama

Nilai Pabean = CIF X NDPBM

(USD ……………… + USD ………à polis dalam negeri) x Rp ……………….

Rp ………………………….

BM total = Tarif BM X Nilai Pabean

……..% X Rp …………………… = Rp ………………………..

BM dibayar = 2% X bulan X BM Total

2% X …… X Rp …………….......... = Rp …………………….

BM Dijaminkan = BM total - BM dibayar

Rp …………………… - Rp …………………….. = Rp ……………………..

PPN Dibayar = % X (Nilai Pabean + BMtotal)

…….% x (Rp …………………….. + Rp ………………………) = Rp …………………..

PPh Dijaminkan = % X (Nilai Pabean + BMtotal)

…..% x (Rp ……………………….. + Rp ……………………..) = Rp ……………………

Prodip III Kepabeanan dan Cukai 43


Tatalaksana Kepabeanan Di Bidang Impor

B. Impor Sementara Menggunakan Carnet

Carnet dapat digunakan untuk pengeluaran Barang Impor Sementara dalam jangka waktu
tertentu. Carnet meliputi ATA Carnet atau CPD Carnet. Barang Impor Sementara yang
menggunakan Carnet dapat diberikan pembebasan bea masuk dan pajak dalam rangka impor.
Barang Impor Sementara yang menggunakan Carnet tidak wajib memenuhi ketentuan larangan
dan pembatasan, kecuali ditentukan lain oleh peraturan perundang-undangan.

Barang Impor Sementara atau barang ekspor yang dimaksudkan untuk diimpor kembali
dalam jangka waktu tertentu, dengan menggunakan carnet memiliki sifat sebagai berikut: tidak
akan habis dipakai; mudah dilakukan identifikasi; dan tidak mengalami perubahan bentuk secara
hakiki kecuali berubah sebagai akibat dari penyusutan yang wajar karena penggunaannya.

Impor Sementara dengan menggunakan carnet diterapkan terhadap barang impor dengan
tujuan penggunaan:
a. untuk keperluan pertunjukan atau digunakan dalam pameran, pekan raya, pertemuan atau
kegiatan sejenis
b. untuk peralatan profesional atau tenaga ahli
c. untuk tujuan pendidikan, ilmu pengetahuan, atau kebudayaan;
d. untuk keperluan pribadi wisatawan dan/atau barang yang diimpor untuk tujuan olahraga
e. untuk tujuan kemanusiaan; atau
f. sebagai sarana pengangkut

Bea masuk, cukai, pajak dalam rangka impor, sanksi administrasi berupa denda, dan/atau
bunga yang timbul atas Barang Impor Sementara dan impor kembali atas barang ekspor yang
menggunakan Carnet dijamin oleh Penerbit dan Penjamin Carnet nasional. DJBC telah menunjuk
Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) sebagai National Issuing and Guaranteeing (NIGA)
ATA carnet dan Ikatan Motor Indonesia (IMI) sebagai NIGA CPD carnet. ATA Carnet atau
CPD Carnet merupakan dokumen pabean internasional yang diterima sebagai Pemberitahuan
Pabean dan mencakup jaminan yang berlaku secara internasional.

Untuk kepentingan pemeriksaan pabean, Penerbit dan Penjamin Carnet nasional


menyediakan lembar utama (counterfoil) tambahan dan carik (voucher) tambahan pada CPD
Carnet pada saat pelaksanaan ekspor yang dimaksudkan untuk diimpor kembali dalam jangka
waktu tertentu dengan menggunakan carnet. ATA Carnet atau CPD Carnet yang diterbitkan oleh
Penerbit dan Penjamin Carnet mempunyai masa berlaku paling lama 12 (dua belas) bulan dan
harus dicantumkan dalam ATA Carnet atau CPD Carnet.Masa berlaku CPD Carnet dapat
diperpanjang satu kali dengan jangka waktu perpanjangan paling lama 12 (dua belas) bulan.

Impor Sementara dengan menggunakan carnet wajib diberitahukan ke Kantor Pabean


tempat pemasukan barang. Pemegang Carnet yang akan mengeluarkan barang Impor Sementara
dengan menggunakan carnet menyerahkan ATA Carnet atau CPD Carnet kepada Kepala Kantor

Prodip III Kepabeanan dan Cukai 44


Tatalaksana Kepabeanan Di Bidang Impor

Pabean tempat pemasukan atau Pejabat Bea dan Cukai yang ditunjuk untuk dilakukan
pemeriksaan pabean berupa penelitian dokumen dan pemeriksaan fisik.

Penelitian dokumen dilakukan dengan meneliti: masa berlaku ATA Carnet atau CPD Carnet;
dan kebenaran data dalam ATA Carnet atau CPD Carnet. Apabila hasil penelitian dokumen
menunjukkan kesesuaian, terhadap barang Impor Sementara dengan
menggunakan carnet dilakukan pemeriksaan fisik. Pemeriksaan fisik dilakukan dengan
memastikan kesesuaian antara fisik barang impor dengan daftar barang (general list) pada ATA
Carnet atau deskripsi kendaraan (description of vehicle) pada CPD Carnet. Dalam hal hasil
pemeriksaan fisik menunjukkan kesesuaian, Kepala Kantor Pabean tempat pemasukan atau
Pejabat Bea dan Cukai yang ditunjuk:
a. menetapkan jangka waktu untuk melakukan ekspor kembali, untuk Impor Sementara
dengan menggunakan ATA Carnet;
b. menandatangani dan menandasahkan lembar utama (counterfoil) dan carik (voucher) ATA
Carnet atau CPD Carnet; dan
c. melepas bagian carik (voucher) ATA Carnet atau CPD Carnet dan menatausahakannya.

Impor Sementara dengan menggunakan carnet diselesaikan dengan ekspor kembali. Ekspor
kembali wajib diberitahukan ke Kantor Pabean tempat pemuatan barang. Pemegang Carnet yang
akan mengekspor kembali barang Impor Sementara menggunakan carnet, menyerahkan ATA
Carnet atau CPD Carnet kepada Kepala Kantor Pabean tempat pemuatan atau Pejabat Bea dan
Cukai yang ditunjuk untuk dilakukan pemeriksaan pabean berupa penelitian dokumen dan
pemeriksaan fisik. Penelitian dokumen dilakukan dengan meneliti: masa berlaku ATA
Carnet atau CPD Carnet, jangka waktu ekspor kembali dan kebenaran data dalam ATA
Carnet atau CPD Carnet.

Apabila penelitian dokumen menunjukkan kesesuaian, kemudian akan dilakukan


pemeriksaan fisik. Pemeriksaan fisik dilakukan dengan memastikan kesesuaian antara fisik barang
impor dengan daftar barang (general list) pada ATA Carnet atau deskripsi kendaraan (description
of vehicle) pada CPD Carnet. Dalam hal hasil pemeriksaan fisik menunjukkan kesesuaian, Kepala
Kantor Pabean tempat pemuatan atau Pejabat Bea dan Cukai yang ditunjuk: menandatangani dan
menandasahkan lembar utama (counterfoil) dan carik (voucher) ATA Carnet atau CPD Carnet dan
melepas bagian carik (voucher) ATA Carnet atau CPD Carnet dan menatausahakannya.

Kepala Kantor Pabean memberikan persetujuan ekspor kembali barang Impor Sementara
dengan menggunakan ATA Carnet dalam jangka waktu paling singkat:
a. 6 (enam) bulan terhitung sejak tanggal realisasi impor, untuk barang Impor Sementara
keperluan pertunjukan atau digunakan dalam pameran, pekan raya, pertemuan atau
kegiatan semacam itu;

Prodip III Kepabeanan dan Cukai 45


Tatalaksana Kepabeanan Di Bidang Impor

b. 12 (dua belas) bulan terhitung sejak tanggal realisasi impor, untuk barang Impor Sementara
berupa peralatan profesional;
c. 12 (dua belas) bulan terhitung sejak tanggal realisasi impor, untuk barang Impor Sementara
untuk tujuan pendidikan, ilmu pengetahuan, atau kebudayaan;
d. 12 (dua belas) bulan terhitung sejak tanggal realisasi impor, untuk barang Impor Sementara
keperluan pribadi wisatawan dan barang yang diimpor untuk tujuan olahraga; atau
e. 12 (dua belas) bulan terhitung sejak tanggal realisasi impor, untuk barang Impor Sementara
tujuan kemanusiaan.

Kepala Kantor Pabean memberikan persetujuan ekspor kembali barang Impor Sementara
dengan menggunakan CPD Carnet dalam jangka waktu: segera mungkin setelah kegiatan
pengangkutan untuk sarana pengangkut tujuan komersial selesai atau paling singkat 6 (enam)
bulan terhitung sejak tanggal realisasi impor, baik secara terus menerus maupun tidak dalam
setiap periode 12 (dua belas) bulan, untuk sarana pengangkut tujuan penggunaan pribadi.

Jangka waktu ekspor kembali dapat diperpanjang berdasarkan persetujuan Kepala Kantor
Pabean terdekat dengan ketentuan bahwa realisasi ekspor kembali tidak dapat dilaksanakan
dalam jangka waktu yang telah ditentukan, namun tidak boleh melebihi masa berlaku carnet.
Selama masa perpanjangan jangka waktu ekspor kembali, Pemegang Carnet tidak diperbolehkan
menggunakan barang Impor Sementara dengan menggunakan carnet sesuai tujuan penggunaan.

C. MItra Utama Kepabeanan

Mitra Utama Kepabeanan yang selanjutnya disebut MITA Kepabeanan adalah importir dan/
atau eksportir yang diberikan pelayanan khusus di bidang kepabeanan. Importir dan/atau
eksportir yang telah ditetapkan sebagai MITA Kepabeanan mendapatkan pelayanan khusus di
bidang kepabeanan berupa:

a. Penelitian dokumen dan/ atau pemeriksaan fisik yang relatif sedikit, meliputi:
i. Penelitian dokumen dan/atau pemeriksaan fisik barang impor dilakukan secara
selektif berdasarkan manajemen resiko;
ii. Pemeriksaan fisik barang impor dapat dilakukan di gudang importir atau dengan cara
pemindaian menggunakan pemindai peti kemas (hi-co scan X-ray atau gamma ray);
dan
iii. Penelitian dokumen dan/atau pemeriksaan fisik barang ekspor dilakukan sesuai
dengan peraturan perundang-undangan.
b. pembongkaran barang impor langsung dari sarana pengangkut yang datang dari luar daerah
pabean ke sarana pengangkut darat tanpa dilakukan penimbunan dengan tidak mengajukan
permohonan (truck loosing);
c. pengeluaran barang impor sebagian dari peti kemas tanpa dilakukan stripping (part of
container) dengan tidak mengajukan permohonan, dengan memberitahukan kepada
petugas pengeluaran barang dan berlaku ketentuan:
i. importasi menggunakan 1 (satu) peti kemas;
ii. penerima barang adalah 1 (satu) importir; dan

Prodip III Kepabeanan dan Cukai 46


Tatalaksana Kepabeanan Di Bidang Impor

iii. pemasok barang lebih dari 1 (satu) supplier atau lebih dari 1 (satu) dokumen
pemeberitahuan pabean impor.
d. penggunaan jaminan perusahaan (Corporate Guarantee) dapat diberikan untuk seluruh
kegiatan kepabeanan yang wajib menggunakan Jaminan sesuai persyaratan sebagaimana
diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang kepabeanan;
e. dalam hal MITA Kepabeanan merupakan importir produsen, pembayaran atas penyelesaian
kewajiban kepabeanan dapat dilakukan dalam bentuk Pembayaran Berkala dengan
mengajukan permohonan;
f. dalam kegiatan kepabeanan berupa proses impor, diberikan pengecualian untuk
menyampaikan:
i. hasil cetak Pemberitahu Impor Barang (PIB) kecuali impor barang yang mendapatkan
fasilitas bea masuk ditanggung pemerintah;
ii. dokumen pelengkap pabean dan bukti pelunasan bea masuk, cukai, pajak dalam
rangka impor, penerimaan negara bukan pajak, dan dokumen pemesanan pita cukai
(untuk dokumen berupa keterangan asal barang atas impor yang menggunakan skema
tarif preferensi berdasarkan ketentuan dalam rangka perjanjian atau kesepakatan
internasional, penyampaian hasil cetak dilakukan sesuai dengan ketentuan mengenai
perjanjian atau kesepakatan internasional); dan
iii. perizinan dari instansi teknis pada Kantor Pabean yang sudah menggunakan PDE
Kepabeanan, kecuali ditetapkan lain berdasarkan peraturan perundang-undangan yang
mengatur mengenai pengeluaran barang impor untuk dipakai; dan/atau
g. pelayanan khusus oleh Pejabat Bea dan Cukai yang menangani layanan informasi atau Client
Coordinator32 Khusus MITA Kepabeanan.

MITA Kepabeanan dapat memberi rekomendasi terhadap perusahaan mitra dagang MITA
Kepabeanan untuk memperoleh pelayanan khusus di bidang kepabeanan yang berhubungan
dengan percepatan pengeluaran barang (locomotive acility). Perusahaan mitra dagang MITA
Kepabeanan mendapatkan prioritas untuk ditetapkan sebagai MITA Kepabeanan (member get
member).

Untuk dapat ditetapkan sebagai MITA Kepabeanan, importir dan/atau eksportir harus
memenuhi persyaratan sebagai berikut:

a. memiliki reputasi kepatuhan yang baik selama 6 (enam) bulan terakhir, yang meliputi:
i. terdapat kegiatan impor dan/atau ekspor;
ii. tidak pernah melakukan kesalahan pencantuman jumlah, jenis barang, dan/atau nilai
pabean, yang bersifat material atau signifikan dalam pemberitahuan pabean;
iii. tidak pernah menyalahgunakan fasilitas di bidang kepabeanan dan/atau cukai yang
bersifat material atau signifikan;
iv. tidak terdapat rekomendasi berdasarkan hasil audit kepabeanan yang menyatakan

32 Client Coordinator Khusus MITA Kepabeanan adalah Pejabat Bea dan Cukai yang ditunjuk oleh Kepala
Kantor Pabean untuk melakukan fungsi koordinasi dan bimbingan terhadap MITA Kepabeanan.

Prodip III Kepabeanan dan Cukai 47


Tatalaksana Kepabeanan Di Bidang Impor

system pengendalian internal yang tidak baik dan/atau tidak dapat dilakukan audit
(unauditable); dan
v. tidak pernah meminjamkan modul kepabeanan kepada pihak lain.

b. tidak mempunyai tunggakan kewajiban kepabeanan,cukai, dan/atau pajak dalam rangka


impor yang sudahjatuh tempo;

c. tidak pernah melakukan pelanggaran pidana di bidang kepabeanan dan/ atau cukai;

d. mendapatkan penetapan jalur hijau selama 6 (enam) bulan terakhir termasuk terkena jalur
merah berdasarkan metode acak dalam hal melakukan kegiatan impor;

e. mempunyai bidang usaha (nature of bussiness) yang jelas dan spesifik;

f. mendapatkan surat keterangan tidak memiliki tunggakan pajak dari Direktorat Jenderal
Pajak; dan

g. menyatakan kesediaan untuk ditetapkan sebagai MITA Kepabeanan.

Direktur Jenderal dapat mencabut penetapan sebagai MITA Kepabeanan dalam hal:

a. dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan sejak diterimanya surat pembekuan sebagai MITA
Kepabeanan MITA Kepabeanan belum menindaklanjuti hasil monitoring dan evaluasi;

b. MITA Kepabeanan melakukan pelanggaran pidana;

c. adanya permohonan pencabutan dari MITA Kepabeanan;

d. berdasarkan 3 (tiga) kali hasil monitoring dan evaluasi dalam jangka waktu 2 (dua) tabun
terakhir, MITA Kepabeanan tidak memenuhi persyaratan; atau

e. MITA Kepabeanan dinyatakan pailit berdasarkan peraturan perundang-undangan.

Pelayanan khusus di bidang kepabeanan tidak diberikan selama penetapan sebagai MITA
Kepabeanan dibekukan.

D. Authorized Economic Operator (AEO)

Operator Ekonomi Bersertifikat (Authorized Economic Operator) yang selanjutnya disebut


AEO adalah Operator Ekonomi yang mendapat pengakuan oleh Direktorat Jenderal Bea dan Cukai
sehingga mendapatkan perlakuan kepabeanan tertentu. Perlakuan kepabeanan tertentu ini
berupa fasilitas-fasilitas yang melebihi perusahaan dengan jalur MITA Prioritas. Fasilitas yang
diperoleh perusahaan pemegang sertifikat ini bahkan berlaku secara internasional.

Operator Ekonomi yang dapat memperoleh pengakuan kepabeanan sebagai AEO yaitu:
Importir, Eksportir, PPJK, Pengusaha TPS, Pengusaha TPB, Pengangkut, dan pihak lainnya yang
terkait dengan pergerakan barang dalam fungsi rantai pasokan global, antara lain konsolidator
dan operator terminal. Pengakuan kepabeanan Operator Ekonomi sebagai AEO berlaku dalam

Prodip III Kepabeanan dan Cukai 48


Tatalaksana Kepabeanan Di Bidang Impor

jangka waktu 5 (lima) tahun dan dapat diperpanjang dengan mempertimbangkan hasil
monitoring dan evaluasi.

Perlakuan kepabeanan tertentu berupa:


a. penelitian dokumen dan/atau pemeriksaan fisik yang minimal, seperti: Periksa fisik paling
banyak 10%, kecuali NHI; Periksa Fisik di lokasi AEO; dan Periksa fisik dapat dengan alat
pemindai (scanner).
b. prioritas untuk mendapatkan penyederhanaan prosedur kepabeanan, seperti:
Kemudahan Trucklossing; Tidak menyerahkan HardCopy PIB; Tidak menyerahkan Dokap
Pabean; tidak menyerahkan bukti pelunasan BM, Cukai, PDRI, PNBP dan dokumen
pemesanan pita cukai; Tidak menyerahkan hasil cetak perizinan instansi lain, kecuali
ditetapkan lain
c. pelayanan khusus dalam hal terjadi gangguan terhadap pergerakan pasokan logistik serta
ancaman yang meningkat;
d. kemudahan pemberitahuan pendahuluan (pre-notification) tanpa permohonan tertulis;
e. dapat menggunakan jaminan perusahaan (corporate guarantee) untuk menjamin seluruh
kegiatan di bidang kepabeanan, seperti: untuk pembayaran berkala, Impor Sementara,
Vooruitslag, dan/atau Jaminan KITE;
f. kemudahan pembayaran atas penyelesaian kewajiban kepabeanan dalam bentuk berkala;
g. kemudahan pembongkaran dan/atau pemuatan langsung dari atau ke sarana pengangkut
yang datang dari atau akan berangkat ke luar daerah pabean ke atau dari sarana
pengangkut darat tanpa dilakukan penimbunan;
h. prioritas untuk diikutsertakan dalam program-program baru yang dirintis oleh Direktorat
Jenderal Bea dan Cukai;
i. mendapat layanan khusus dalam bentuk layanan yang diberikan Client Manager33;
dan/atau
j. mendapatkan layanan penyelesaian kepabeanan di luar jam kerja Kantor Pabean.
k. Selain Perlakuan kepabeanan tertentu, Operator Ekonomi yang telah memperoleh
pengakuan sebagai AEO juga mendapat:

i. kemudahan-kemudahan yang disepakati bersama dengan administrasi


kepabeanan negara lain dalam Kesepakatan Pengakuan Timbal Balik 34 (Mutual
Recognition Arrangement); dan

33 Client Manager adalah Pejabat Bea dan Cukai yang ditunjuk khusus untuk melakukan tugas
memeberikan pelayanan komunikasi, konsultasi, bimbingan dan monitoring terhadap program AEO.

34 Kesepakatan Pengakuan Timbal Balik (Mutual Recognition Arrangement) atau MRA adalah kesepakatan
antara dua atau lebih administrasi kepabeanan yang menjelaskan situasi kondisi dimana program-program
AEO diakui dan diterima oleh pihak-pihak administrasi kepabeanan yang melakukan kesepakatan.

Prodip III Kepabeanan dan Cukai 49


Tatalaksana Kepabeanan Di Bidang Impor

ii. kemudahan-kemudahan hasil nota kesepahaman bersama antara Direktorat


Jenderal Bea dan Cukai dengan instansi pemerintah terkait.

Operator Ekonomi Bersertifikat harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:


a. Menunjukkan Kepatuhan terhadap peraturan kepabeanan;
b. Mempunyai sistem pengelolaan data perdagangan berdasarkan hasil audit kepabeanan
dan cukai atau hasil audit akuntan publik;
c. Mempunyai kemampuan keuangan;
d. Mempunyai sistem konsultasi, kerjasama, dan komunikasi;
e. Mempunyai sitem pendidikan, pelatihan, dan kepedulian;
f. Mempunyai system pertukaran informasi, akses, dan kerahasiaan;
g. Mempunyai system keamanan kargo berdasarkan hasil audit keamanan (safety audit) dari
otoritas yang berwenang;
h. Mempunyai system keamanan pergerakan barang berdasarkan hasil audit keamanan
(safety audit) dari otoritas yang berwenang;
i. Mempunyai system Keamanan lokasi berdasarkan hasil audit keamanan (safety audit) dari
otoritas yang berwenang;
j. Mempunyai system Keamanan pegawai berdasarkan Sistem Pengendalian Internal tertulis
yang ditetapkan pimpinan perusahaan;
k. Mempunyai system Keamanan mitra dagang berdasarkan Sistem Pengendalian Internal
tertulis yang ditetapkan pimpinan perusahaan;
l. Mempunyai system Manajemen krisis dan pemulihan insiden berdasarkan hasil audit
keamanan (safety audit) dari otoritas yang berwenang; dan
m. Sistem perencanaan dan pelaksanaan pemantauan, pengukuran, analisis, dan
peningkatan system.

AEO bertanggung jawab untuk:


a. mempertahankan dan/atau meningkatkan kondisi dan persyaratan
b. melakukan Audit Internal secara periodik sekali dalam 1 (satu) tahun, berupa penilaian atas
pemenuhan kondisi dan persyaratan
c. menyampaikan laporan hasil Audit Internal kepada Client Manager
d. menyampaikan laporan lainnya dalam hal terdapat perubahan-perubahan signifikan yang
dapat mempengaruhi kondisi dan persyaratan
e. melakukan komunikasi secara intensif dengan Client Manager dalam rangka
mempertahankan dan/atau meningkatkan kondisi dan persyaratan
f. mengembangkan dan menjaga nilai-nilai etika dan akuntabilitas dalam praktik perdagangan
g. menunjuk manajer yang menangani kegiatan AEO

E. Pengeluaran Barang Impor Dengan Jaminan (Voosuistlag)

Prodip III Kepabeanan dan Cukai 50


Tatalaksana Kepabeanan Di Bidang Impor

Pengertian fasilitas vooruitslag adalah suatu bentuk perlakuan khusus berupa pemberian
izin untuk mengeluarkan terlebih dahulu barang impor yang masih terutang bea masuk dan PDRI
dengan mempertaruhkan jaminan. Fasilitas vooruitslag diberikan kepada importir yang telah
mengajukan permohonan untuk memperoleh fasilitas pembebasan atau keringanan bea masuk,
bea masuk dan pajak dalam rangka impor, dan/atau cukai, dan atas permohonan dimaksud belum
diterbitkan keputusan mengenai pemberian fasilitas tersebut. Khusus terhadap barang impor
untuk keperluan penanggulangan bencana alam dapat diberikan persetujuan vooruitslag
walaupun importir belum mengajukan permohonan fasilitas pembebasan dimaksud.

Pengeluaran barang impor dengan fasilitas vooruitslag dilaksanakan dengan mengajukan


dokumen pelengkap pabean. Bentuk jaminan yang dapat dipertaruhkan dapat berupa: jaminan
tunai, jaminan bank, jaminan perusahaan asuransi (Customs Bond) dan jaminan lainnya. Jaminan
yang diserahkan adalah sebesar bea masuk, PDRI dan/atau cukai yang terutang. Jangka waktu
pemberian fasilitas vooruitslag atau batas waktu penyampaian pemberitahuan pabean (PIB)
paling lama 60 (enam puluh) hari sejak tanggal diserahkannya dokumen pelengkap pabean.
Jangka waktu ini dapat diperpanjang oleh Kepala Kantor Bea dan Cukai paling lama 30 (tiga puluh)
hari. Apabila proses fasilitas pembebasan belum selesai juga, maka permohonan perpanjangan
dapat diberikan paling lama 30 (tiga puluh) hari lagi oleh Direktur Jenderal atau Pejabat yang
ditunjuknya.

F. Pelayanan Segera (Rush Handling)

Pelayanan Segera (rush handling) adalah pelayanan kepabeanan yang diberikan atas
barang impor tertentu yang karena karakteristiknya memerlukan pelayanan segera untuk
dikeluarkan dari kawasan pabean. Pelayanan segera diberikan untuk barang yang terikat waktu
(peka waktu), memerlukan penanganan khusus atau barang-barang lain yang sangat diperlukan
berdasarkan pertimbangan tertentu dari Kepala Kantor. Adapun kategori barang yang diberikan
fasilitas pelayanan segera, mencakup:
a. Organ tubuh manusia, antara lain: ginjal, kornea mata, atau darah;
b. Jenazah dan abu jenazah;
c. Barang yang merusak lingkungan, antara lain barang yang mengandung radiasi;
d. Binatang hidup;
e. Tumbuhan hidup;
f. Surat kabar dan majalah yang peka waktu;
g. Dokumen (surat);
h. Barang lain yang karena karakteristiknya memerlukan pelayanan segera, apabila mendapat
ijin dari Kepala Kantor

Prodip III Kepabeanan dan Cukai 51


Tatalaksana Kepabeanan Di Bidang Impor

Untuk mendapatkan pelayanan segera atas barang yang memenuhi kriteria, importir harus
mengajukan permohonan kepada pejabat bea dan cukai yang dilampiri dengan dokumen
pelengkap pabean dan jaminan, sebesar bea masuk dan PDRI yang wajib dilunasi. Khusus
terhadap kategori barang berupa organ tubuh manusia dan jenazah, Importir wajib
memberitahukan dengan menggunakan PIB khusus (PIBK). Terhadap barang impor dengan
fasilitas pelayanan segera, wajib dilakukan pemeriksaan fisik.

Importir yang mendapat fasilitas pelayanan segera wajib menyerahkan pemberitahuan


pabean (PIB) dan melunasi bea masuk, cukai dan PDRI yang terhutang paling lambat 3 (tiga) hari
kerja sejak barang impor dikeluarkan. Apabila kewajiban pembayaran ini tidak diselesaikan pada
waktunya, maka jaminan dicairkan dan dikenakan sanksi administrasi denda sebesar 10% dari bea
masuk yang wajib dilunasi. Bagi importir yang melanggar ketentuan penyampaian PIB dan
pelunasan pembayaran maka Fasilitas pelayanan segera tidak akan diberikan lagi, sampai dengan
yang bersangkutan melunasi kewajibannya.

G. Pengeluaran Barang Impor Dari Kawasan Pabean Untuk Diangkut ke Tempat Penimbunan
Sementara di Kawasan Pabean Lainnya (Overbrengen/OB)

Pengeluaran barang impor dari kawasan pabean dari suatu kantor pabean dengan tujuan
untuk diangkut ke tempat penimbunan sementara di kawasan pabean di kantor pabean lainnya
dilakukan oleh pengusaha tempat penimbunan sementara di kawasan pabean asal berdasarkan
permintaan importir. Pengusaha tempat penimbunan sementara yang akan mengeluarkan
barang impor, wajib menyerahkan pemberitahuan pabean pada kantor pabean yang mengawasi
kawasan pabean asal.

Barang impor sebagaimana dimaksud dapat dikeluarkan setelah pemberitahuan pabean


ditandasahkan atau diberikan persetujuan keluar oleh pejabat bea dan cukai di kantor pabean
yang mengawasi kawasan pabean asal. Terhadap barang impor atau ekspor untuk diangkut
terus atau diangkut lanjut atau barang impor untuk diangkut ke tempat penimbunan sementara
di kawasan pabean lainnya, wajib diinformasikan oleh pejabat bea dan cukai di kantor pabean
keberangkatan kepada pejabat bea dan cukai di kantor pabean tujuan.

Pengangkutan barang impor atau ekspor dari kawasan pabean untuk diangkut terus atau
diangkut lanjut, dilakukan di bawah pengawasan pabean. Pengangkutan barang impor dari
kawasan pabean di suatu kantor pabean ke tempat penimbunan sementara di kawasan pabean
lainnya, dilakukan di bawah pengawasan pabean.

H. Pengeluaran Barang Impor Untuk Diekspor Kembali

Terhadap barang impor yang masih berada di dalam Kawasan Pabean dapat diekspor
kembali apabila:

Prodip III Kepabeanan dan Cukai 52


Tatalaksana Kepabeanan Di Bidang Impor

a. tidak sesuai pesanan;


b. tidak boleh diimpor karena adanya perubahan peraturan;
c. salah kirim;
d. rusak; atau
e. tidak dapat memenuhi persyaratan impor dari instansi teknis.

Ketentuan diatas tidak berlaku apabila untuk barang tersebut telah diajukan PIB dan telah
dilakukan pemeriksaan fisik barang dengan hasil kedapatan jumlah dan atau jenis barang tidak
sesuai.

Importir yang menghendaki barangnya diekspor kembali mengajukan permohonan


reekspor kepada Kepala Kantor Pabean dengan menyebutkan alasan tersebut diatas.
Berdasarkan persetujuan Kepala Kantor Pabean, Importir atau Pengangkut mengisi dan
menyerahkan Pemberitahuan Ekspor Barang (BC 3.0) kepada Pejabat di Kantor Pabean tempat
pemuatan. Persetujuan pengeluaran dan atau pemuatan barang diberikan oleh Pejabat, apabila
jumlah, jenis, nomor, merek serta ukuran kemasan atau peti kemas yang tercantum dalam BC 3.0
dengan kemasan atau peti kemas yang bersangkutan kedapatan sesuai.

I. Pemberitahuan Pendahuluan (Prenotification)

Importir dapat menyampaikan pemberitahuan pendahuluan dengan mengajukan PIB


sebelum dilakukan pembongkaran barang impor. Pemberitahuan disampaikan paling cepat 3
(tiga) hari kerja sebelum dilakukan pembongkaran barang impor bagi importir lainnya setelah
mendapatkan persetujuan Kepala Bidang Pelayanan Fasilitas Pabean dan Cukai atau pejabat yang
ditunjuknya. Pelayanan PIB dilaksanakan menurut ketentuan penyelesaian barang impor untuk
dipakai sesuai tatakerja penyelesaian barang impor yang berlaku.

Prodip III Kepabeanan dan Cukai 53

Anda mungkin juga menyukai