Anda di halaman 1dari 5

PERATURAN DIREKTUR

RUMAH SAKIT UMUM ISLAM CAWAS


NOMOR XXXXX
TENTANG :
PANDUAN TRIASE

BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM
DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM ISLAM CAWAS

Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan mutu dan keselamtan pelayanan


pasien di IGD terutama pada kasus yang megancam nyawa/ life
threatening serta memilah pasien yang membutuhkan penanganan
Mengingat : segera atau life saving dengan pasien yang bisa ditunda
penanganannnya maka dibutuhkan sistem triase
b. bahwa agar pelaksanaan proses memilah pasien atau triase dapat
berjalan dengan optimal maka perlu disusun panduan triase berbasis
bukti/ evidence based sebagai acuan dalam pelaksanaan triase sehari-
hari maupun triase dalam kondisi bencana, Triase sehari-hari dengan
menggunakan ESI dan triase bencana dengan START
c. bahwa berdasarkan pettimbngan point a dan b perlu disusun panduan
triase rumah sakit umum islam cawas

1. Undang – Undang Republik Indonesia no 36 tahun 2009 tentang


Kesehatan
2. Undang-Undang Republik Indonesia no 44 tahun 2009 tentang Rumah
Sakit
3. Undang- Undang Republik Indonesia n0 24 tentang penanggulangan
Bencana
4. Peraturan Menteri Kesehatan no 47 tahun 2018 tentang pelayanan
kegawatdaruratan
5. Peraturan Menteri Kesehatan no 19 tahun 2016 tentang sitem
penanggulangan gawat darurat terpadu
6. Peraturan Menteri Kesehatan no 4 tahun 2018 tentang Kewajiban
rumah sakit dan kewajiban pasien
7. Keputusan Menteri Kesehatan tentang pedoman Pencegahan dan
Pengendalian COVID19 Revisi 5
8. Keputusan Menteri Kesehatan no HK.01.07/MENKES/1128/2022
tentang standard akreditasi rumah sakit
MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN DIREKTUR RSU ISLAM CAWAS TENTANG


PANDUAN TRIASE .

BAB I
KETENTUAN UMUM
Dalam Peraturan Direktur ini yang dimaksud dengan :

Pasal 1
Triase adalah proses pengkajian pasien segera yang dilakukan secara
formal pada setiap pasien yang datang di IGD untuk diidentifikasi status
kegawatdaruratan dan prioritas penanganannya dalam rangka
meningkatkan keselamatan pasien dengan memastikan ketepatan waktu
dan sumber daya yang tersedia, memilah pasien berdasarkan tingkat
kegawatan.
Pasal 2
ESI / Emergency severity index adalah suatu alat bantu atau instrumen
triase 5 level tingkat prioritas penanganan berdasarkan tingkat
kegawatdaruratan.

Ditetapkan di : Klaten
Pada Tanggal : TT BB TTTT
Direktur RSU Islam Cawas

(Nama Jelas)

2
LAMPIRAN PERATURAN DIREKTUR
RSU ISLAM CAWAS
NOMOR XXXX XXX XXXXX
TENTANG PANDUAN TRIASE

BAB I
DEFINISI
Triase berasal dari bahasa Perancis “trier” yang berarti memilah. Dalam perkembangan
Triase merupakan proses assesmen formal yang dilakukan pada semua pasien yang datang di
IGD, pengkajian dilakukan segera ketika pasien datang di IGD, memilah pasien berdasarakan
tingakat kegawatan . Saat ini triase dikembangkan oleh banyak negara sesuaia dengan sumber
daya yang dimiliki. Di amerika dikembnagkan sistem triase ESI Emergency Severuty INdex,
di Australia dengan ATS Australian Triage Scale, Inggris dengan MTS Manchester Triage
scale, Canada dengan Canadian Traige and acuity scale (CTAS), Afrika selatan denagn Cape
traige Scale (CTS). Semua sistem trieage diatas menggunakan 5 level kategori triase.
Permenkes RI no 47 tahun 2018 tentang Pelayanan Kegawatdaruratan menyatakan bahwa
Pelayanan kegawatdaruratan harus memenuhi kriteria gawat farurat meliputi mengancam
nyawa, membahayakan orang laen dan diri sendiri, gangguan jalan nafas, pernafasan dan
sirkulasi, penurunan kesadaran, gangguan hemodinamik, dan memerluka tindakan segera.
Triase dalam standard akreditasi rumah sakit dari Kemenkes dinyatakan bhwa dalam proses
penerimaan pasien harus ada proses skrining pada kontak pertama untuk menyesuaikan
kebutuhan pasien dengan sumber daya rumah sakit. Skrining pasien dilaksanakan melalui
kriteria triase, evaluaasi visual atau pengamatan, pemeriksaan fisik, psikologis, laboratorium
dan pencitttraan diagnostik. Pasien dengan kebutuhan darurat, mendesak atau segera harus
diidentifikasi emnggunakan sistem triase yang sudah teruji termasuk identifikasi penyakit
menular dan segera diberikan penanganan sesuai dengan kebutuhannya. Semua staff yang
terlibat dalam sistem triase harus diberikan pelatihan untuk dapat menerapkan kriteria
berbasis bukti. Tujua dari trase adalah identifikasi asien gawat darurat secara cepat,
menangani paien sesuai prioritas kegawatdaruratan, mengoptimalkan sumber daya yang
tersedia di rumah sakit, mempercepat proses akses penaanganan definitif.

BAB II
RUANG LINGKUP
Ruang lingkup triase meliputi :

1. SDM Instalasi Gawat Darurat


2. Sumber daya sarana prasarana fasiltas dan dokumentasi Instalasi
gawat darurat
3. Sistem Triase berbasis bukti
4. Alur pasien Triase
5. Dokumnetasi sistem triase

1
BAB III
TATA LAKSANA
Pasien dengan kondisi kritis memerlukan rsusitasiuntuk mencegah kematian dan kecacatan.
Tujuan dari resusitasi utuk mengembalikan dan menjaga aduquat oksigenasi ke dalam
jaringan terutama orgaan vital. Langkah-langkah untuk tatalaksanan pasien kritis meliputi :
mengenali secara dini kasus yang mengancam jiwa, aktivasi sistem emergency, primary
survey, seconsary survey, therapi definitif, monitoring evaluasidn manajemen paska
resusitasi.
Pasien yang datang di pelayanan gawat darurat berasl dari internal rumahsakit dan external
rumah sakit. Pasien yang berasal external rumah sakit bisa dateng sendiri, dibawa ambulance
emergency, atau dari rujukan fasiliats pelayanan kesehatan yang laen. Pasien internal
rumahsakit bisa dari poliklinik, code blue di lingkugan rumah sakit, insiden di area rumah
sakit. Untuk meningkatkankeselamatan dan kepuasan pasien petugas triase harus merespon
seawal mungkin sejak psien datang bahkan saat paien masih di dalam kendaraan.
Rumah sakit melakukan skrining penakit menular. Psien yang dicurigai sebagai penyakit
menular harus dideteksi seawal mungkin dan ditempatkan di runag isolasi. Dalam hal ini
adalah Penyakit Infeksi Emerging/ PIE yang muncul dan menyerang populasi masyarakat
dalm jumlah yang meningkat. Penyakit Infeksi Emerging meliputi Penyakit virus emerging,
penyakit bakteri emerging, penyakit parasit emerging. Tujuan skrining penyakit menular di
triase adalah : memisahkan pasien yang dicurigai penyakit menular dengan pasien lain,
memisahkan pasien di ruang isolasi airborne, menguangi pajajan pada pengunjung stff rs dan
pasien lain, membantu mencegah penyebaran penyakit menular, penggunaan APD dengan
optimal. Skrining penyakit menular dapat dilakukan pre hospital, intra hospital dan skrining
triase.
Pada kasus paparan bahan berbahaya berisiko atau kontaminasi zat radiokatif tugas triase di
IGD adalah melakukan dekontaminasi.

Dalam pelayaanan traise di rumah sakit dibutuhkan persiapan ruang triase, fasilitas sarana
prasarana, SDM triase, alur triase dan sistem triase.
SDM yang dibutuhkan dalam pelayanan triase harus memenuhi kriteria legalitas profesional,
mengikuti pelatihan triase, emiliki pengalaman kerja, memilik ketrampilan pengetahuan
bidang kegawatdaruratan, menjalani proses orientasi pettugas triase, memiliki leadership
komunikasi bekerjasama wawasan ketrampilan pola pikir yang baik, mengetahui regulasi
yang berlaku.
Persiapan fasilitas ruang triase. Ruang triase berada dalam area penerimaan pasien gawat
darurat, area terbuka untuk korban massal, akses masuk ambulance ruang dekontaminasi,
ruang isolasi, ruang penyimpanan brankar dan kursi roda, ruang tungu, runag pendaftaran,
reka medis dan keuanagan. Standar kelengkapan fasilitas ruang triase meliputi brangkar,
ink=jakan kaki, gas medis, tabung oksigen, tanda vital, ekg, spo2, komputer, APD, handrub,
wastafel, troley pemeriksaan, telepon, meja kursi, alat tulis, algoritme kriteria triase, rekam
medis triase.
Persiapan alur triase . proses triase akan diikuti proses registrasi, asesmen awal, resustasi
stabilisasi, diagosis, perumusan masalah, rencana asuhan. Untuk meningkatkan keselamatan
dan efisienasi sumber daya pasien dengan kasus serupa diarahkan ke alur proses khusus

2
berdasrakan kriteria yang sudah ditetapkan. Pembagian alur khusus akan mengurangi waktu
tunggu dan lama tingggal di IGD. Alur proses khusus meliputi Alur tatalaksanan pasien kritis
/resusitasi/ ruang tindakan, Alur pasien penyakit menular ditempatkan di ruang isolasiAlur
fast track yaitu jalur pelayanan cepat di IGD sehingga pasien dapat dilayani dengan cepat
misal pada pasien darurat ringan tidak gawat tidak darurat.
Dalam Pelayanan triase diperlukan sistem traise berbasis bukti. Rumah sakit umum islam
cawas menggunakan sistem triase ESI yaitu Emergency Severity Index. Esi merupakan
algoritme triase 5 level tingkst prioritas penanganan ESI pertama dikembangkan di USA dn
mrnunjukkkan validitas dan reliabilitas yang baik. Peran petugas triase adalah menentukan
prioritas penanganan pasien yang dinyatakan sebagai level triase. Level triase ditentukan
berdasarkan asesment awal berdasarkan algoritme triase ESI. Secara umum kriteria pasien
IGD diprioritaskan resusitasi, perlu ecera diperiksa dokter, dan paasien yang dpat menunggu
diperiksa. Petugas riase tidak perlu memeriksa secara mendetail termasuk tanda vital untuk
menetapkan level triase. Algoritme ESI memilah pasien berdasarkan tingkat kegawat
daruratan dan kebutuhan sumber daya.
Konsep dasar ESI
1.

BAB IV
DOKUMENTASI

Setiap proses tirase harus terdokumentasi di rekam medis. Dokumentasi pengkajian harus
menunjukkan level triase. Rekam medis triase mengandung komponen: Identitas, waktu triae,
sesement subyektif, asesment objektif, level triase, tindakan intervensi dan evaluasi.

Ditetapkan di : Cawas – Klaten


Pada Tanggal : HH BBBB TTTT
Direktur RSU Islam Cawas,

dr. Syaiful Huda

Anda mungkin juga menyukai