Anda di halaman 1dari 8

PROPOSAL TESIS

KAJIAN KONSEP BEHAVIORISTIK DAN IMPLEMENTASINYA


DALAM MENERAPKAN PUNISHMENT SECARA ISLAMI
PADA ANAK USIA SEKOLAH DASAR

Disusun oleh:
Retno Lelyani Dewi
152107171492

SEKOLAH PASCASARJANA
MAGISTER PENDIDIKAN ISLAM
UNIVERSITAS IBNU KHALDUN BOGOR
2017 /1438 H
KAJIAN KONSEP BEHAVIORISTIK DAN IMPLEMENTASINYA
DALAM MENERAPKAN PUNISHMENT SECARA ISLAMI
PADA ANAK USIA SEKOLAH DASAR

A. LATAR BELAKANG MASALAH


Dunia pendidikan di Tanah Air sedang hiruk-pikuk. Musababnya, belakangan
marak kasus guru atau pendidik yang dilaporkan ke polisi gara-gara hukuman yang dia
jatuhkan kepada murid atau anak didiknya. Dalam hal ini, orang tua murid tidak terima
dengan hukuman tersebut dan menilai sebagai penganiayaan. Sementara itu, guru
berkukuh bahwa hukuman yang dijatuhkan tersebut merupakan pembelajaran atau
hukuman atas kesalahan yang dilakukan murid. Hukuman dijatuhkan agar murid
tersebut tidak mengulang lagi perbuatannya di masa mendatang. Tak hanya itu,
becermin dari hukuman yang ada, murid-murid yang lain diharapkan tidak melakukan
pelanggaran serupa.
Guru yang menghukum murid dan dibawa ke ranah hukum, antara lain, dialami
oleh Nurmayani, guru Biologi SMP Negeri 1 Bantaeng, Sulawesi Selatan, pada Mei
2016. Hukuman yang diberikan berupa cubitan kepada muridnya dianggap sebagai
penganiayaan. Bahkan, Nurmayani sempat merasakan dinginnya lantah tahanan selama
beberapa hari sampai pengadilan kasusnya digelar. (www.tribunnews.com, 17 Mei
2016). 1
Gara-gara cubitan pula, seorang guru agama di Sekolah Dasar Santo Antonius,
Matraman, Jakarta Timur, dilaporkan ke polisi. Orang tua murid tidak terima dan
menilai cubitan tersebut sebagai penganiayaan. (m.tempo.co 10 Juni 2016). 2 Pengaduan
ke polisi juga disampaikan orang tua murid di SMP Raden Rahmat, Sidoarjo, Jawa

1
http://www.tribunnews.com/regional/2016/05/17/guru-dipenjara-gara-gara-mencubit-netizen-
geram-dan-sarankan-anak-polisi-jangan-sekolah?page=2
2
https://m.tempo.co/read/news/2016/06/10/064778675/dituduh-cubit-siswa-guru-agama-dilaporkan-ke-
polisi
Timur, yang tidak terima anaknya dicubit guru. Kali ini, guru mencubit muridnya
karena mereka tidak melakukan salat Dhuha –kegiatan yang dimiliki sekolah untuk
menumbuhkan ketaqwaan para siswa.(www.republika.co.id, 03 Juli 2016).3
Tanggapan atas kasus-kasus guru yang dilaporkan ke polisi, bahkan diajukan ke
persidangan, sangat beragam. Pro dan kontra pun terjadi. Kalangan yang kontra menilai
hukuman berupa cubitan hal yang lumrah sehingga tidak perlu dibawa ke polisi.
Sebagian dari mereka membandingkan dengan hukuman yang pernah dialami saat
sekolah dulu. Menanggapi kasus yang dialami Nurmayani, sekadar contoh, Alex
Darmawan, seperti dimuat www.tribunnews.com, 17 Mei 2016, berkomentar:
Kalo di sekolah tanggung jawab gurunya kala di rumah tanggung jawab
ortunya......Waktu ku kecil di pukul sama penggaris kayu oleh guru.....trus aku
mengadu ke ayahku malah aku di tambahin sama ayahku dengan pukulan yg
lebih dahsyat.....Kok skrg malah terbalik zaman edan.....4

Dalam situs yang sama, komentar berbeda diungkap oleh Rakatama Adisaka
berkaitan dengan kasus Nurmayani:
Sepengalaman Saya, Biasanya Guru "Main Tangan" Karena Kitanya
"Nakal",,,Kalau Enggak Ya Enggak Bakalan,,,Bedanya Cuma Ada Yang
"Tangannya Keterlaluan",Ada Yg Wajar Saja,,,Yg Perlu Di Tindak Adalah Jika
"Tangannya Keterlaluan",,,Misal Hanya Karena Ngemut Permen Sampai Di
Jemur Di Lapangan 4 Jam,,,5

Sementara itu, kalangan guru di Sidoarjo melakukan aksi simpatik untuk


Sambudi yang disidang di Pengadilan Negeri Sidoarjo. Mereka melakukan aksi long
march dari Alun-alun menuju PN Sidoarjo sambil menyerukan bahwa tindakan aparat
hukum menyidangkan guru karena permasalahan sepele sebagai tindakan keterlaluan.
Bahkan, Ketua Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Jatim, Ichwan Sumadi,
menyatakan bahwa penyidangan terhadap Sambudi berada di luar akal sehat.

3
http://khazanah.republika.co.id/berita/dunia-islam/islam-nusantara/16/07/03/o9qepu-ikadi-bersikap-
wajar-kepada-guru
4
http://www.tribunnews.com/regional/2016/05/17/guru-dipenjara-gara-gara-mencubit-netizen-geram-dan-
sarankan-anak-polisi-jangan-sekolah?page=all
5
Ibid
"Katakanlah, seorang guru itu mencubit siswa. Namun, yang dilakukannya itu dalam
koridor mendidik. Itu yang dilakukan rekan kami Sambudi terhadap siswanya," kata
Ichwan kepada awak media, seperti dikutip www.kompas.com, 1 Juli 2016.6 Beruntung,
kasus ini akhirnya berakhir damai dan pelapor bersedia mencabut laporannya.
(www.kompas.com, 4 Juli 2016)7
Kasus-kasus guru yang dilaporkan ke polisi, bahkan menjalani persidangan, tak
pelak, membuat kalangan guru khawatir dan was-was jika terpaksa harus menghukum
muridnya. Dari kejadian ini, menurut Ichwan, para guru menjadi resah ketika akan
menghukum siswanya. Menghukum demi kebaikan anak didik malah bisa masuk
penjara.(www.kompas.com, 1 Juli 2016). 8
Hukuman dalam proses belajar-mengajar merupakan hal yang lazim. Dengan
adanya hukuman, maka murid akan bisa belajar ihwal mana yang benar dan mana yang
salah. Dalam konteks ini, Maryono, guru di Universitas Jember, memberikan gambaran
yang lebih jelas: “....Perilaku yang positif berhak mendapat penghargaan penguatan
(reward,reinforcement), sebaliknya perilaku negative harus diberi sangsi, hukuman
(punishment)....” (http://radarjember.jawapos.com, 19 Juli 2016).9
Aliran dalam psikologi belajar yang membahas tentang penghargaan dan
hukuman adalah aliran behavioristik. Aliran behavioristik menekankan pada
terbentuknya perilaku yang tampak sebagai hasil belajar. Perilaku akan semakin kuat
bila terjadi reinforcement (penguatan) belajar sebaliknya akan menghilang bila
10
mengalami hukuman (sanksi).

6
http://regional.kompas.com/read/2016/07/01/17403801/sambudi.pak.guru.yang.disidang.karena.mencubi
t.siswanya?page=all
7
http://megapolitan.kompas.com/read/2016/07/04/06490091/Kasus.Guru.Cubit.Siswa.Berakhir.Damai.Pel
apor.Bersedia.Cabut.Laporan
8
http://regional.kompas.com/read/2016/07/01/17403801/sambudi.pak.guru.yang.disidang.karena.mencubi
t.siswanya?page=all
9
http://radarjember.jawapos.com/read/2016/07/19/1481/hukuman-perlukah/2
10
Victry Erlitha Picauly, Belajar Dan Pembelajaran Berdasarkan Teori Psikologi Belajar Behavioristik,
Jurnal Pendidikan Ilmu Sosial Vol 22, No 1, 2013,
http://ejournal.upi.edu/index.php/jpis/article/view/2200
Pendekatan behavioristik tidak menguraikan asumsi-asumsi filosofis tertentu
tentang manusia secara langsung. Setiap orang dipandang memiliki kecenderungan-
kecenderungan positif dan negatif yang sama. Behavioristik memasukkan pembuatan
putusan sebagai salah satu bentuk tingkah laku.11
Teori Behavioristik menggunakan hukuman dan hadiah untuk memperkuat dan
melemahkan respon positif atau respon negatif (menurut teori S-R bond), terutama
hukuman yang akan menimbulkan negatif respons dan hadiah menimbulkan positif
respons.12
Menurut penulis, dalam konteks belajar-mengajar, hukuman akan membantu
siswa untuk memahami apa yang salah atau mungkin membahayakan dirinya. Oleh
karena itu, hukuman harus dipilih yang tepat agar efektif sehingga siswa tidak
mengulangi kesalahannya. Dengan kata lain, hukuman yang dijatuhkan guru kepada
murid tidak boleh kontraproduktif, apalagi membuat murid tertekan, rendah diri, atau
malah harga dirinya anjlok.
Abdullah Nashih Ulwan dalam buku Tarbiyatul Aulad menyebutkan hukuman
yang diberikan adalah bagian dari pendidikan dan memperbaiki jiwa anak. Karena itu,
setelah memberi hukuman, pendidik/guru seharusnya bermuka manis berlemah
lembut. Maka sang anak tidak akan merasa sempit jiwanya, menyimpang moralnya,
merasa minder apalagi terhina.13
Pada usia Sekolah Dasar, Jean Piaget menyebut anak berada pada fase
operasional konkrit (7-11). Pada fase operasional konkrit ini, anak memiliki
kemampuan (1) Kemampuan berfikir dengan simbol. (2) Kemampuan berfikir tetap.
(3) Kemampuan klasifikasi. (4)Kemampuan serial.14

11
Gerald Corey, Teori Dan Praktek Konseling Dan Psikoterapi, Bandung: PT ERESCO, 1988, hlm. 198
12
Hamdani Ihsan dan Fuad Ihsan, Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: Pustaka Setia, 2001), hlm. 187
13
Abdullah Nashih Ulwan, Pedoman Pendidikan Anak Dalam Islam, Jilid Dua, Bandung : Asy Syifa’,
Cetakan kedua 1990, hlm 165.
14
M. Nur Ghufron, Rini Risnawati, Gaya Belajar Kajian Tematik, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2014,
hlm.22-23
Banyaknya eksplorasi yang dilakukan anak memungkinkan terjadinya
kekeliruan, kesalahan yang menyebabkan anak mendapat hukuman. Jika pada usia ini,
konsep punishment yang diperoleh anak merupakan penguatan yang positif, anak
mengambil penguatan positif tersebut seumur hidup.
Berdasarkan pokok-pokok pikiran di atas, penulis tertarik dan berminat untuk
mengkaji konsep behavioristik dan implementasinya dalam menerapkan punishment
secara islami pada anak usia Sekolah Dasar. Sehingga tidak timbul berbagai masalah
terkait penggunaan metode punishment atau hukuman yang berlebih dalam dunia
pendidikan. Penerapan punishment yang Islami akan membantu siswa mengubah
perilaku yang kurang tepat menjadi lebih tepat dan mengambilnya menjadi bagian
dirinya.
Berangkat dari pemikiran di atas, proposal penelitian kami beri judul
“KAJIAN KONSEP BEHAVIORISTIK DAN IMPLEMENTASINYA DALAM
MENERAPKAN PUNISHMENT SECARA ISLAMI PADA ANAK USIA
SEKOLAH DASAR”

B. RUMUSAN MASALAH
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana bentuk reward dan punishment dalam teori pembelajaran
Behavioristik?
2. Bagaimana bentuk reward dan punishment yang tepat, yang Islami untuk anak
usia Sekolah Dasar khususnya dalam sekolah dan keluarga?
3. Faktor pendukung apa yang dibutuhkan agar punishment yang diberikan tepat,
sehingga menjadi penguatan yang positif?

C. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan penelitian ini adalah untuk menjelaskan/mendeskripsikan:
1. Mengetahui bentuk-bentuk reward dan punishment dalam teori pembelajaran
Behavioristik.
2. Mengetahui bentuk reward dan punishment yang tepat, yang Islami untuk
anak usia Sekolah Dasar khususnya dalam sekolah dan keluarga
3. Mengetahui faktor pendukung apa yang punishment yang diberikan tepat,
sehingga menjadi penguatan yang positif.
Tujuan akhir kajian ini adalah menemukan model punishment yang Islami, tepat
untuk anak usia Sekolah Dasar sehingga dapat diaplikasikan di sekolah dan dalam
keluarga.

D. MANFAAT PENELITIAN
1. Manfaat Teoritis
Dari hasil penelitian ini akan ditemukan bentuk-bentuk reward dan terutama
punishment yang Islami, tepat untuk anak usia Sekolah Dasar yang dapat
diaplikasikan di sekolah dan dalam keluarga.
2. Manfaat Praktis
Dengan diketahui hal-hal yang dirumuskan dalam penelitian tersebut, maka
diharapkan hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi :
a) Pendidik khususnya yang berada pada tingkat sekolah dasar, sehingga
Guru dapat memberikan punishment atau hukuman yang tepat sehingga tujuan
pendidikan dapat tercapai.
b) Orangtua siswa terutama yang memiliki anak usia sekolah dasar, sehingga
dapat memberikan punishment atau hukuman yang tepat sesuai dengan usia anak.
c)Lembaga pendidikan khususnya sekolah dasar Islam sehingga menjadi bahan
referensi untuk menetapkan reward dan sanksi hukuman yang dapat meningkatkan
kualitas lembaga pendidikan tersebut.

E. TINJAUAN PUSTAKA
1. REWARD DAN PUNISHMENT MENURUT ALIRAN BEHAVIORISTIK
B.

Anda mungkin juga menyukai