Anda di halaman 1dari 19

TEMANMU ADALAH CERMINAN DIRIMU

A. Pemeran:
 Nani
 Mifta
 Indah
 Putri
 Arya
 Wahida
 Mita
 Amirul

B. Latar
 Latar tempat: Kampus, kos Mita, taman Matras dan
taman La Mario (Rumput Hijau), rumah Nani, Café.
 Latar waktu: Pagi, siang, sore, dan malam hari
 Latar suasana: Senang, sedih, bahagia.

C. Sinopsis
Nani adalah perempuan periang yang baik hati dan
juga tidak sombong ke sesama. Namun sangat
disayangkan, ia terjebak di sirkelnya yang toxic. Tapi
ia juga tidak bisa mengakhiri hubungan pertemanannya,
karena sekalipun toxic, teman-temannya masih baik
padanya, dan mereka sudah berteman hampir 2 tahun.
Hingga pada suatu hari, ia diterpa masalah yang
bertubi-tubi, dan tidak ada satupun dari temannya yang
peduli padanya.
Dari sinilah awal keakraban antara Nani dan salah
satu teman kelasnya yang lain, yaitu Wahida. Wahida
merupakan gadis muslim yang cinta agama. Nani yang
butuh tempat curhat, dipertemukan dengan Nani dan
teman-temannya yang siap sedia mendengar curhatannya.
NASKAH

Hari Pertama

Shoot 1 (Di rumah, sore hari)

Sore itu sekitar pukul 4, angin yang berhembus menerpa


wajah seorang perempuan yang sedang duduk di teras
rumahnya, terlihat sedang menunggu seseorang. Sesekali ia
bercermin di jendela rumahnya. Memastikan dirinya sudah
benar-benar siap untuk berangkat. Sore itu, ia telah
janjian dengan temannya untuk pergi ke suatu tempat.
Hingga tak berselang lama, seseorang yang ia tunggu pun
datang.

Arya: Udah lama nunggunya? (Sesampainya ia di rumah Nani)

Perempuan itu menggeleng singkat sebagai jawabannya.

Nani: Kita mau kemana?

Arya: Jalan-jalan sore, lihat matahari terbenam, biar


kayak orang-orang. (Arya tertawa sembari membukakan
pijakan kaki belakang motor miliknya)

Nani naik ke motor itu, dan mereka berdua langsung


berangkat, meninggalkan rumah.

Shoot 2 (Taman, sore hari)

Arya dan Nani telah sampai di sebuah taman yang cukup


ramai pengunjungnya. Nani turun dari motor setelah Arya
memarkirkan motornya. Mereka berdua berjalan memasuki
area taman, mengedarkan pandangannya dan mencari gazebo
yang masih kosong. Setelah dapat, mereka berjalan kearah
gazebo tersebut kemudian duduk.
Nani: Disini banyak orang, aku malu. (Nani terlihat
menatap sekelilingnya)

Arya: Ngapain mau malu, kan kita gak ngapa-ngapain. Kita


cuma mau duduk, lihat sunset.

Nani: Iya, tapikan kita cuma berdua, aku malu kalau cuma
berdua. Nanti orang berpikir yang tidak-tidak.

Arya: Tidak usah dipikirkan. Buat pusing aja.

Nani memutuskan untuk tidak mempermasalahkan hal itu


lagi. Sunset sore itu memang cukup bagus, Arya memilih
tempat yang tepat untuk menyaksikan matahari terbenam.
Nani mengambil Handphonenya di tas, kemudian memotret
senja di hadapannya. Senyumannya terpancar, membuat Arya
di sebelahnya sesekali meliriknya dengan senyum tipis.

Nani: Oiya, tumben kamu ngajak aku jalan, kenapa nih?

Nani menatap kearah Arya.

Arya: Aku mau ngomong sesuatu. (Arya menjeda


perkataannya, kemudian balik menatap kearah Nani)

Arya: Aku suka kamu.

Perkataan Arya barusan membuat Nani melototkan matanya


terkejut.

Nani: Arya, kita ini teman, satu geng. Gimana bisa kamu
punya perasaan kayak gitu.

Nani berdiri dari duduknya, kemudian mengambil tasnya,


berniat untuk pulang, Namun langkahnya tertahan karena
Arya yang tiba-tiba menghadangnya.

Arya: Tapi kita bisa ubah status teman itu, perasaan gak
bisa dipaksa.

Nani menggeleng.
Nani: Gak bisa Arya, apa kata temen-temen kita nanti
kalau tau kita lebih dari teman? Aku bahkan gak bisa
ngebayangin.

Nani jelas-jelas menolak Arya sore itu. Ia lalu


melenggang pergi, meninggalkan Arya seorang diri. Arya
mengepalkan tangannya kuat, menahan emosi.

Arya: Lihat aja nanti!


Hari Kedua

Shoot 1 (Kampus, pagi hari)

Nani dengan seragam batiknya terlihat berjalan ke kampus


seorang diri. Sesekali ia bersenandung kecil sembari
tersenyum. Sesampainya di kelas, ia melihat teman-teman
satu sirkelnya (Mifta, Putri, Indah dan Arya) yang tiba-
tiba berhenti bercerita ketika ia datang. Mereka menatap
Nani dengan tajam, begitu juga dengan Arya. Nani yang
ditatap seperti itu memutuskan untuk duduk di belakang,
selain karena merasa risih, ia juga tidak ingin dekat
Arya. Mengingat kejadian kemarin sore membuatnya merasa
tidak enak.

Mifta bangkit dari duduknya, berjalan mendekati Nani yang


duduk di kursi belakang. Mifta duduk di sebelah Nani
sembari menyilangkan tangannya di dada.

Mifta: Kamu gak tau malu ya, bisa-bisanya kamu suka sama
teman satu sirkel kamu sendiri. Padahal kita berlima
sudah janji, gak boleh ada yang suka sama Arya!

Nani yang merasa bahwa ada yang tidak beres menatap


kearah Arya, lalu balik menatap Mifta.

Nani: Kamu datang-datang langsung ngomong yang tidak-


tidak. Siapa yang suka sama Arya sih?!

Indah yang menyaksikan itu dari kursi depan memutar bola


mata malas.

Indah: Udah deh, gak usah nyangkal. Kemarin kamu ngajak


Arya ketemua, terus kamu nembak dia kan? NGAKU!

Arya hanya tersenyum licik.

Arya (mengucap dalam hati): Siapa suruh kamu nolak aku.

Nani: Apa yang kalian bilang itu gak bener. Aku gak
pernah ngajak Arya jalan, aku juga gak pernah ngomong
suka ke dia. Justru sebaliknya, Arya yang begitu.
Nani berusaha meyakinkan teman-temannya. Entah apa yang
sudah Arya ceritakan sebelum ia datang, sehingga teman-
temannya tidak memercayainya.

Putri: HALAH, PEMBOHONG!!

Teman-teman satu sirkelnya semakin menyudutkannya. Sebisa


mungkin Nani menahan air matanya agar tidak terjatuh.
Matanya menatap kearah teman-temannya dengan tidak
percaya. Kemudian tatapannya berubah menjadi tatapan
kebencian ketika menatap kearah Arya yang saat ini juga
menatapnya dengan tatapan mengejek.

Sementara teman kelasnya yang lain hanya menyaksikan


pertengkaran itu dengan diam.

Shoot 2 (Pelataran kampus, siang hari)

Saat ini Mifta, Indah, Putri, dan juga Arya tengah duduk
di pelataran kampus. Setelah kuliah jam pertama dan kedua
selesai, Nani langsung keluar dari kelas, meninggalkan
teman-temannya yang tidak peduli kepadanya.

Putri: Aku gak nyangka dia begitu.

Indah mengangguk

Indah: Padahal dia sendiri yang bilang kalau dia gak


bakal rusak pertemanan ini.

Arya: Mungkin karena aku ganteng, makanya dia jadi suka.

Mifta mendorong punggung Arya pelan, membuat yang lainnya


tertawa.

Mifta: Gimana kalau nanti sore kita nongkrong?

Indah: Gass. Udah lama juga kita gak nongkrong.

Putri: Nongkrong dimana? Jam berapa? Dresscodenya apa?

Mifta terlihat berpikir sejenak.


Mifta: Di café tempat yang biasa kita nongkrong aja.

Indah, Putri dan Arya mengangguk setuju.

Shoot 3 (Café, malam hari)

Mifta dan Arya telah sampai di café tempat mereka


janjian. Sementara Indah dan juga Putri katanya masih
menuju kesana.

Mifta: Coba kamu telepon Putri.

Arya: Gak usah selalu ditelepon, pasti mereka udah di


jalan menuju kesini.

Mifta: Masalahnya ini udah jam berapa, kita janjian jam


berapa.

Tak berselang lama, Putri pun datang, disusul dengan


Indah di belakangnya.

Mifta kesal, mereka memang cukup terlambat.

Mifta: Kenapa datang sekarang? Kenapa gak sekalian pas


café tutup aja. (dengan nada kesalnya)

Indah: Macet euy (sambil melepas helmnya, begitu pun


dengan Putri)

Mifta: Ngawur.

Putri: Sorry telat, tadi ada problem dikit.

Arya: Udah gak usah marah-marah, langsung masuk aja.

Mereka berempat pun masuk ke café tersebut. Pengunjung


café tidak terlalu banyak malam itu, jadinya mereka
berempat bisa duduk di tempat yang mereka suka.

Indah: Duduk disana aja tuh, viewnya cakep. (sambil


menunjuk tempat duduk yang dimaksudnya.)
Mereka pun berjalan kearah tempat duduk itu. Tak lupa
mereka memesan beberapa makanan dan minuman.

Mifta: Selfie duluuu.

Mereka berempat berpose, menghasilkan beberapa foto.


Mereka juga berbincang-bincang santai, tertawa seperti
tidak ada beban. Mereka seolah lupa bahwa satu orang
tengah merasakan kesedihan di rumahnya.

Hingga tak berselang lama, pesanan mereka datang, mereka


pun menyantap makanan dan minuman yang sudah dipesan.

Shoot 4 (Rumah Nani, malam hari)

Nani masuk ke kamar miliknya, tak lupa menutup pintu. Ia


duduk di pinggir kasur kemudian mengambil Handphonenya.
Tangannya bergerak membuka aplikasi Instagram. Matanya
melihat kearah profil IG Mifta yang baru saja membuat
story baru. Ia pun menekan profil tersebut, dan hal yang
dilihatnya adalah, keempat teman-temannya saat ini sedang
kumpul di suatu café. Tentu saja tanpa dirinya.

Nani juga melihat, bahwa teman-temannya itu terlihat


sangat bahagia, lagi-lagi tanpa dirinya.

Nani: Kenapa gak ada yang ngajak aku?

Nani membuka Whatsapp kemudian membaca grub yang isinya


mereka berlima. Tidak ada tanda-tanda ajakan nongkrong di
grub tersebut.

Nani: Apa mereka buat grub baru tanpa aku, ya? (Nani
tertawa miris membayangkan itu.)

Nani melihat lagi foto yang dibagikan Mifta di Instastory


miliknya.

Nani: Kenapa kalian gak percaya sama aku?

Malam itu, Nani tertidur dengan perasannya yang campur


aduk.
Hari Ketiga

Shoot 1 (Kampus, siang hari)

Cuaca yang cukup terik siang hari ini membuat Mifta dan
teman-temannya memilih untuk menunggu perkuliahan jam
kedua di kelas saja. Mereka bercanda dan tertawa membahas
betapa serunya acara nongkrong mereka tadi malam. Nani
yang melihat itu hanya bisa mengelus dadanya.

Nani: Mereka kayak gak nganggep aku ada lagi.

Tapi meski begitu, Nani tidak ingin pertemanannya rusak.


Mumpung Arya tidak ada di kelas, Nani memberanikan diri
untuk mendekati mereka.

Nani: Kemarin kalian kemana? Kok gak ngajak-ngajak aku?

Indah: Biasanya juga setiap kamu diajak, kamu gak bisa


dateng. Jadi sekalian aja gak usah ajak kamu, daripada
capek-capek ngajak hahaha.

Mifta tertawa mendengar perkataan Indah barusan.


Sementara Nani hanya bisa tersenyum getir. Pandangannya
beralih menatap Putri yang tak banyak merespon.

Nani: Put, nanti kamu bisa nemenin aku gak? Aku mau nyari
buku.

Putri menatap ke sumber suara, lalu kembali fokus menatap


Handphone miliknya.

Putri: Gak bisa, sibuk!

Nani terlihat sedih mendengarnya, tapi ia tidak menyerah.

Nani: Mifta kamu bisa kan temenin aku?

Mifta menggeleng tanda menolak.

Indah: Gue juga gak bisa, ada urusan.


Nani terlihat diam sejenak, kemudian menghela nafas
berat. Ia pun berbalik kemudian kembali ke tempat
duduknya di belakang. Memperhatikan teman-temannya yang
kembali bercerita sesaat setelah dirinya pergi.

Shoot 2 (Koridor kampus, sore hari)

Perkuliahan jam kedua telah selesai, anak-anak kelas C20F


terlihat keluar dari kelas. Nani berjalan seorang diri,
dibelakangnya ada Wahida yang mengikutinya.

Wahida: Nani tunggu

Nani yang mendengar namanya dipanggil pun menoleh ke


belakang, ia mendapati Wahida, Mita, dan Amirul.

Nani: Kenapa?

Wahida: Jadi kita kurang 1 orang di kelompok, kamu mau


join gak?

Amirul: Iya, soalnya aku lihat-lihat kamu juga udah gak


sama sirkel kamu itu.

Mita menyenggol lengan Amirul yang berada di sebelahnya,


mengisyaratkan bahwa yang dikatakan Amirul barusan bisa
saja menyinggung perasaan Nani.

Nani tertawa hambar.

Nani: Boleh deh aku join, kebetulan aku juga belum ada
kelompok.

Mita: Beneran mau?

Nani: Jelas mau dong hehehe

Mereka pun berjalan ke pelataran kampus bersama.

Mifta, Indah, Putri dan juga Arya yang melihat itu hanya
berdecih.
Indah: Cih, bisa-bisanya dia malah join ke kelompok lain.

Putri: Udah bosen sama kita kali.

Mifta hanya berdiam diri mendengar perkataan teman-


temannya barusan.

Shoot 3 (Taman, malam hari)

Malam ini, Wahida, Kak Mifta dan Amirul sedang berada di


sebuah taman. Mereka terlihat sedang mengerjakan tugas
kampus menggunakan laptop. Kebetulan sekali taman ini
juga sepi pengunjung kala itu, jadinya mereka bisa bebas
mengerjakan tugas.

Amirul: Nani kemana? Kok gak dateng.

Mita: Apa dia berubah pikiran ya? (Ucapnya sembari


menatap temannya satu persatu.)

Wahida: Tadi aku udah coba telepon, tapi nomornya gak


aktif. Aku juga udah tanya ke Mifta sama anak-anak yang
lain, tapi mereka juga gak tau Nani kemana.

Mita: Coba telepon lagi.

Wahida mengangguk kemudian ia mencoba untuk kembali


menghubungi Nani. Tapi nomornya masih tidak aktif.

Amirul yang memang daritadi sibuk menatap ke segalah arah


tiba-tiba berfokus pada satu sosok yang ia lihat dari
jauh. Amirul menyipitkan matanya melihat seseorang yang
tengah duduk sendirian di dekat tugu La Mario yang ada di
taman tersebut. Ia merasa bahwa orang tersebut terlihat
tidak asing baginya.

Amirul: Itu Nani bukan sih? (menunjuk kearah orang


tersebut)
Wahida dan Mita menoleh ke arah yang ditunjuk Amirul.
Mereka sepemikiran, orang itu terlihat tidak asing.
Mereka pun berinisiatif untuk menghampiri orang itu. Dan
benar saja, orang itu adalah Nani.

Namun dia menangis, menangis menatap kearah laut di


depannya.

Wahida, Mita, Amirul: Nani!! (bersamaan)

Wahida dan Mita langsung menghampirinya dan duduk di


sebelahnya.

Wahida: Kamu kenapa, kok nangis? (sembari mengelus


pundaknya pelan, begitupun juga dengan Mita)

Nani hanya menggeleng sesenggukan.

Amirul: Kalau ada masalah, cerita aja ke kita. (ikut


duduk di samping Mita)

Wahida: Betul, cerita aja ke kita. Kita siap dengerin


kok.

Nani menyeka air matanya, menarik nafas dalam kemudian


menghembuskannya perlahan. Berusaha menenangkan diri.

Nani: Orang tua aku mau cerai.

Ketiga orang yang ada di dekat Nani terkejut.

Amirul: Kok bisa?

Nani: Papaku kasar, sering sakitin mama aku. Dia juga


tukang selingkuh. Aku berusaha nahan mereka supaya gak
cerai. Tapi malah aku yang kena marah.

Nani terlihat kembali menangis. Wahida dan yang lainnya


masih berusaha untuk menenangkannya.

Nani: Aku selalu mau curhat ke Mifta dan yang lainnya,


karena aku udah gak punya tempat curhat selain ke mereka.
Tapi mereka gak pernah mau dengerin aku. Mereka selalu
sibuk sama dunia mereka berempat, seakan-akan aku gak ada
di sirkel itu.

Nani: Padahal aku gak salah, tapi mereka gak percaya sama
aku.

Nani berusaha menahan air matanya.

Nani: Tapi malam ini mereka kelewatan, dan mama papa aku
beneran mau cerai. Jadi aku kabur dari rumah.

Wahida: Kamu yang sabar yah Nani, ini ujian dari Allah.

Mita: Iya benar, kamu harus sabar mungkin ini sudah jalan
dari Allah.

Nani: Padahal aku berharap mereka mau nemenin aku malam


ini, karena aku benar-benar lagi butuh mereka. Cuman
mereka temen-temen yang aku punya.(Masih disela
tangisnya.)

Nani: Mereka bilang gak bisa, karena lagi ada urusan.


Tapi tadi aku lihat mereka lagi have fun di café. Aku
beneran sakit hati. Sebegitu gak dianggapnya aku.

Amirul: Teman-teman kayak gitu gak usahlah dipertahankan.

Wahida: Kamu jangan merasa sendirian Nani. Kita semua


teman kamu. Kamu bisa curhat ke kita kapan saja.

Nani: Tapi dulu aku gak pernah sama kalian. Aku ke kalian
pas aku lagi ada masalah, kayak sekarang.

Mita: Ihh, kamu tuh teman kita. Kita sekelas. Kita tau
kok alasan kamu gak pernah nimbrung sama anak-anak yang
lain. Kita tau kamu anak baik.

Nani: Makasih guys, makasih udah mau dengerin curhatan


aku.

Wahida dan Mita memeluk Nani. Sementara Amirul hanya


tersenyum tenang.
Hari Keempat

Shoot 1 (Kos Mita, pagi hari)

Pagi itu, Wahida dan Mita yang tinggal di satu kos yang
sama terlihat sibuk dengan laptopnya.

Wahida: Nanti kita mau kerja kelompok lagi? (Wahida sibuk


dengan laptopnya sambil sesekali menatap kearah Mita yang
berada di sampingnya.)

Mita: Gak tau nih, kalo Amirul sama Nani mau, yaudah kita
ke kampus aja.

Wahida mengangguk namun mata dan jari jemarinya masih


berfokus pada laptop di depannya.

Handphone Mita berdering, yang menelponnya adalah Nani

Mita: Iya, halo Nan?

Nani: Aku boleh ke kos kamu gak? Mau numpang ngerjain


tugas.

Mita: Boleh dong, nanti aku shareloc, ya.

Nani: Aku siap-siap dulu ya.

Telepon pun terputus. Mita melanjutkan kegiatannya yang


sibuk mengerjakan tugas. Begitu juga dengan Nani.

Shoot 2 (Kos Mita, siang hari)

Nani yang baru saja tiba di kos Mita disambut dengan


hangat oleh sang pemilik kos. Nani duduk dan menyimpan
tasnya di sebelahnya.

Nani: Nanti kita kerja kelompok ya?

Wahida: Betul sekali maniss

Nani: Aku mau ikut ya, soalnya semalam aku gak sempat
gabung karena lagi ada masalah.
Mita: Kalo perasaan kamu masih belum baikan juga, gak
papa kok kalo kamu gak ikut, lagian yang mau dikerja tuh
gak banyak.

Nani: Jangan dong, aku gak enak sama kalian, udah diajak
masuk ke kelompok tapi gak mau ngeluarin ide atau tenaga
buat tugas ini.

Wahida: Yaudah deh, tapi jangan terlalu dipaksain ya.

Nani: Tenang (Nani mengacungkan dua jempolnya sambil


tersenyum)

Mereka bertiga pun lanjut mengerjakan tugas kuliah


masing-masing hingga adzan dzuhur berkumandang.

Shoot 3 (kos Mita, siang hari)

Setelah sholat dzuhur selesai, Amirul pun menyusul Mita,


Nani dan Wahida. Ia menunggu di dekat kos Mita. Beberapa
menit berlalu, namun ketiga temannya masih tak kunjung
datang. Jadi ia berfokus ke hp miliknya, scroll-scroll
sosial media.

Amirul tidak sadar, bahwa ketiga temannya sudah ada di


belakangnya mengendap-endap, berniat mengagetkannya.

Wahida yang memiliki niat untuk mengagetkan Amirul


berjalan lebih cepat dari kedua temannya. Dan dia
berhasil mengagetkan Amirul. Amirul hampir membuang hp
miliknya karena terkejut.

Amirul: Wahidaaaaa!!!!

Wahida, Nani, Mita: HAHAHAHAHA

Tawa mereka meledak melihat ekspresi terkejut Amirul.

Nani: Untung dia gak latah hahahaha

Amirul: Awas ya kalian. Jantungku kayak mau copot. (ucap


Amirul sambil mengelus dada)
Mita: Kita mau kerja kelompok dimana?

Wahida: Di pelataran kampus aja, yang deket.

Amirul & Nani: Oke.

Shoot 4 (Pelataran kampus, sore hari)

Nani, Wahida, Mita, dan juga Amirul berjalan menuju


pelataran kampus yang sepi. Mereka mencari tempat yang
bisa mereka tempati duduk, dan juga terjangkau jaringan
wifinya.

Mita: Nan, tolong cari materi bagian b, ya.

Nani: Kok langsung b?

Wahida: Yang bagian a udah dikerja semalam.

Nani mengangguk.

Mita: Amirul tolong cari bagian c. Nanti aku sama Wahida


yang susun.

Semuanya sibuk dengan tanggung jawab masing-masing.

Tiba-tiba Mifta dan yang lainnya datang. Kesannya


terlihat seperti ingin melabrak Nani.

Mifta: HEH! Kamu tuh ya, gak tau terimakasih banget.


(mendorong pundak Nani)

Nani yang sedang duduk pun tersungkur ke lantai, karena


dorongan Mifta barusan lumayan kuat.

Wahida berdiri dari duduknya, membantu Nani untuk


bangkit.

Wahida: Kamu apa-apaan datang-datang langsung marah-


marah.

Indah: Kamu gak usah ikut campur. (sambil menunjuk kearah


Wahida)
Putri: Kamu dihasutkan, sama gengnya Wahida ini!

Nani menatap teman-temannya tidak percaya.

Nani: Kalian ngomong apa sih!

Mifta: Kamu, semenjak dekat sama mereka, jadi gak pernah


bantuin kita lagi.

Amirul: Kalian mending berhenti ganggu Nani deh. Kalian


tuh temenan sama Nani cuman karena Nani pinter, terus
kalian malah manfaatin kepinteran Nani kan. Ngaku!!

Putri: Heh! Jangan asal ngomong ya.

Mita: Kalian yang jangan asal ngomong. Dateng-dateng


langsung nyolot.

Indah: Kamu diem!

Nani: CUKUP!!

Semua orang terdiam. Nani menatap kearah Mifta, Indah dan


Putri satu-persatu.

Nani: Aku gak pernah dihasut sama mereka. (beralih


menatap kearah Wahida, Mita dan Amirul)

Nani: Justru mereka yang bantuin aku saat aku terpuruk.


Kalian? Kalian malah sibuk sama dunia kalian sendiri.
Tanpa kalian sadari, kalau kalian butuh aku selalu
berusaha buat ada untuk kalian.

Nani: Aku tau kok, kalian temenan sama aku emang sengaja,
supaya tugas kalian tuh selalu aku yang kerjain. Tapi aku
diem aja, karena walaupun aku dimanfaatkan, aku tetap
bisa punya teman.

Nani terlihat berkaca-kaca, namun sebisa mungkin ia


menahan air matanya agar tidak terjatuh.

Nani: Aku juga tau, kalau kalian punya grub lain, yang di
dalamnya itu gak ada aku. Makanya, dulu aku sering beda
sendiri kalau kita kumpul. Karena ternyata di grub chat
itu, kalian udah janjian mau pakai pakaian warna apa.
Tapi aku gak pernah permasalahin itu.

Semua orang masih terdiam.

Nani: Tapi beberapa hari yang lalu kalian keterlaluan!

Nani: Kalian bisa-bisanya lebih percaya cowo playboy itu


dibanding aku. Aku tau, kalian gak pernah nganggep aku
teman sungguhan. Tapi seenggaknya jangan menyudutkan aku
kayak gitu.

Nani: Kemarin, pas aku bener-bener butuh kalian, kalian


gak ada! Kalian bilang lagi gak bisa keluar, tapi kalian
malah kumpul di rumah Indah!!

Suara Nani meninggi, semua keluh kesahnya tercurah saat


itu juga.

Nani: Aku keluar dari sirkel kalian. Aku gak bisa terus-
terusan hidup sama sirkel yang menguji mental ini.

Mifta menatap Nani tidak percaya.

Amirul: Kenapa? Kaget? Takut karena gak bakal ada lagi


yang ngerjain tugas kalian? Hahahaha.

Setelahnya, Nani pergi meninggalkan pelataran kampus,


diikuti Mita dan juga Wahida. Dan sebelum pergi, Amirul
masih sempat untuk mengejek Mifta CS.

Putri hendak menendang kaki Amirul, untungnya ia sempat


menghindar kemudian lari menyusul temannya.

Sejak saat itu, Nani terlihat lebih nyaman di lingkup


pertemanannya, tidak ada lagi sakit hati akibat sirkelnya
yang tidak sehat. Karena sekarang, sirkel pertemanannya
adalah orang-orang baik yang selalu ada untuknya. Ia
bahagia berteman dengan Wahida, Mita dan Amirul. Dan
sejak saat itu juga, ia tidak pernah lagi ikut bergabung
dengan Mifta dan yang lainnya, kecuali jika ada kegiatan
kelompok kuliah.

~TAMAT~

Anda mungkin juga menyukai