MPLS VPN
MPLS VPN
1. Tujuan
Setelah menyelesaikan modul ini, mahasiswa mampu :
A. Membuat topologi MPLS-VPN menggunakan aplikasi GNS3
1. Membuat Virtual Routing Forwarding (VRF) pada Provider Edge (PE)
2. Mengkonfigurasi IP address dan Virtual Routing Forwarding (VRF) pada
Provider Edge (PE) yang menuju ke Customer Edge (CE)
3. Mengkonfigurasi Multiprotocol BGP (MP-BGP) pada PE
4. Mengkonfigurasi routing EIGRP PE ke CE
5. Mengkonfigurasi IP dan EIGRP pada router Customer Edge (CE)
B. Menguji koneksi pada router Customer Edge (CE) dan nenjelaskan protokol
yang terdapat pada saat pengujian
1. Keadaan normal
2. Keadaan salah satu interface tidak diaktifkan
3. Keadaan salah satu router tidak diaktifkan
2. Dasar Teori
2.1 Pengertian MPLS VPN
MPLS VPN merupakan sebuah konsep dalam membangun jaringan private
dimana infrastruktur jaringan public-nya menggunakan teknologi MPLS.
Biasanya konsep jaringan public yang menggunakan teknologi MPLS adalah
jaringan yang digunakan oleh network provider. Sebagai network provider dalam
membangun jaringan VPN dapat menggunakan dua pilihan model :
1
1. Model Overlay
Ciri khusus dari penggunaan model overlay adalah antar router milik
customer yang terletak pada wilayah (site) yang berbeda-beda seolah-olah
terhubung membentuk topologi jaringan point-to-point. Seolah-olah jaringan
milik provider hanya digunakan sebagai media penghubung saja antar jaringan
milik costumer yang terletak pada site yang berbeda.
Ciri khusus lain yang dimiliki oleh model jaringan VPN overlay adalah
perangkat disisi network provider yang digunakan untuk menghubungkan dengan
perangkat milik customer tidak melakukan proses routing dari setiap data yang
melewati perangkat tersebut. Proses yang dilakukan oleh perangkat tersebut
adalah lebih cenderung dinamakan sebagai proses switching, bukan routing.
Selain menggunakan teknologi ATM atau Frame Relay, dalam membangun
jaringan dengan menggunakan model overlay juga bisa menggunakan konsep
tunneling dengan menggunakan protokol GRE (Generic Routing Encapsulation).
2. Model Peer-to-Peer
Ciri khusus yang dimiliki oleh model peer-to-peer adalah terdapat proses
routing yang dilakukan oleh perangkat disisi network provider yang digunakan
untuk menghubungkan dengan perangkat milik costumer.
2
Gambar 4. 2 Model jaringan VPN peer-to-peer
Dari keterangan gambar 4.2 diatas terlihat perbedaan utama antara model
jaringan VPN overlay dengan peer-to-peer yaitu pada penggunaan perangkat
disisi network provider yang digunakan untuk menghubungkan dengan perangkat
milik costumer yaitu router teknologi yang digunakam pada perangkat tersebut
adalah MPLS (Multiprotocol Label Switching). Jadi jika dilihat dari sisi konsep
layer OSI, hubungan antara perangkat milik costumer dan network provider
adalah setingkat yaitu sama-sama menggunakan layer 3 (network). Itulah
sebabnya nama dari model jaringannya adalah peer-to-peer. Karena menggunakan
perangkat router, maka perangkat disisi network provider akan bertanggungjawab
dalam proses routing dari setiap data yang dipertukarkan antar jaringan costumer
yang berbeda wilayah (site).
3
Gambar 4. 3 Pemodelan Jaringan MPLS VPN
4
adalah harus bisa memisahkan jaringan antar costumer yang berbeda. Oleh karena
itu merupakan sebuah konsekuensi yang harus disediakan oleh jaringan VPN
yaitu membuat jaringan private walaupun menggunakan fasilitas jaringan public.
Kalau router PE dihubungkan dengan jaringan milik costumer yang berbeda,
maka trafik data antar costumer yang berbeda, maka trafik data antar costumer
yang berbeda tadi akan mengumpul semua di router PE. Dan jikalau trafik data
tersebut tidak dapat dipisahkan di dalam router PE, maka konsep jaringan VPN
masih bisa dibuat. Sebagai solusinya, ketika trafik data yang berasal dari jaringan
costumer yang berbeda menuju ke router PE, trafik data tersebut harus bisa
dibedakan antar trafik data yang berasal dari jaringan milik costumer yang
berbeda.
5
Gambar 4.4 menjelaskan arsitektur jaringan MPLS VPN antar jaringan
costumer yang berbeda wilayah (site), terutama pada bagian router PE yang
digunakan untuk memisahkan trafik data antar costumer yang berbeda tersebut,
router PE akan menggunakan komponen berikut :
a) VRF (Virtual Routing Forwarding)
VRF merupakan tabel routing virtual yang dibuat di dalam router PE. Jadi
di dalam router PE selain terdapat tabel routing global yang berisi informasi rute
ke semua alamat network yang terdapat dalam jaringan MPLS-VPN, juga terdapat
tabel routing virtual yang digunakan untuk memisahkan informasi ruter antar
jaringan milik costumer yang berbeda. Seperti yang terlihat pada keterangan pada
gambar 4.4 di atas, router PE dihubungkan ke router CE milik Costumer yang
berbeda yaitu costumer A dan B. Informasi rute ke jaringan milik costumer A
harus dibuat secara terpisah dengan jaringan milik costumer B. Oleh karena itu, di
dalam router PE dibuat dua tabel routing VRF untuk costumer A dan B.
b) RD (Route Distinguisher) dan RT (Route Target)
Dalam membuat jaringan MPLS VPN, kalau hanya menggunakan tabel
routing VRF masih belum cukup, karena bisa saja antar jaringan costumer yang
berbeda akan menggunakan alamat network yang sama. Hal ini difungsikan
menimbulkan masalah sewaktu protokol routing BGP yang difungsikan sebagai
pembawa informasi rute dari satu router PE ke router PE yang lain. Masalah yang
muncul adalah adanya duplikasi informasi alamat network yang sama yang
terdapat dalam paket update BGP yang berbeda. Masalah lain yang muncul adalah
informasi rute yang didapatkan dari penerimaan paket update BGP tidak bisa
dicatatkan dalam tabel routing VRF, tetapi hanya bisa dicatatkan dalam tabel
routing global. Hal ini tidak sesuai dengan konsep VPN.
Informasi rute yang dikirimkan dari router costumer (CE) ke router PE
harus bisa dibedakan, karena router PE biasanya terhubung ke router CE milik
costumer yang berbeda. MPLS VPN akan menggunakan informasi RD (Router
Distinguisher) dalam membedakan informasi rute antar jaringan costumer yang
berbeda. Sebelum informasi rute yang didapatkan dari router CE disimpan dalam
6
tabel routing VRF, informasi rute tersebut akan ditambahkan informasi RD. Hal
ini bisa dilihat pada keterangan gambar 4.5 berikut :
Paket update adalah paket yang berisi informasi rute yang tersimpan dalam
tabel routing sebuah router. Proses pertukaran informasi rute antar router akan
menggunakan paket update tersebut. Agar protokol update bisa dipertukarkan
antar router, diperlukan peran dari protokol routing, entah itu protokol routing
dalam kategori IGP atau EGP. Proses pertukaran paket update antara router CE
dan PE biasanya akan menggunakan protokol routing IGP ataupun BGP (eBGP).
Ketika sudah sampai di router PE, informasi rute yang terdapat pada paket update
tersebut akan disimpan dalam tabel routing VRF sesuai dengan alokasi tabel
routing VRF untuk masing-masing costumer. Akan tetapi sebelum dimasukkan ke
dalam tabel routing VRF, informasi rute akan ditambahkan informasi RD. Ketika
informasi rute ditambahkan informasi RD, maka nama lain dari informasi rute
tersebut adalah informasi rute vpnv4.
7
RT (Route Target) berbeda dengan RD. Fungsi dari RT dalam jaringan
MPLS adalah untuk menentukan alamat network dalam paket update BGP akan
dicatatkan pada tabel routing VRF yang mana diisi router PE penerima.
Perhatikan kembali gambar 4.5 diatas. Informasi rute yang terdapat dalam
jaringan milik costumer A akan diteruskan oleh router PE ke router PE yang lain
yang terhubung dengan jaringan costumer A di site 2. Informasi rute tersebut akan
dimasukkan ke dalam paket update BGP dan dikirimkan ke router PE ujung yang
lain. Sebelum dimasukkan ke dalam paket update BGP, informasi alamat network
ke dalam tabel routing VRF costumer A akan ditambahkan lagi informasi RT
(Route Target). Jadi selain penambahan informasi RD, informasi alamat network
dalam paket update BGP akan ditambahkan informasi RT. Istilah dalam
memasukkan informasi rute dalam tabel routing VRF ke dalam paket update BGP
adalah export.
8
paket update akan disimpan dalam tabel routing VRF milik customer A, terlebih
dahulu informasi nilai RD pada informasi alamat network yang akan dibuang.
Informasi nilai RD tersebut akan mengacu ke tabel routing VRF mana yang
akan dituju oleh router PE ketika ingin mencatatkan informasi alamat network
dalam paket update BGP yang diterimanya. Setelah berhasil dicatatkan dalam
tabel routing VRF, kemudian informasi rute dalam tabel routing VRF tersebut
akan dimasukkan ke dalam paket update IBGP / eBGP. Proses ini dinamakan
dengan istilah import. Namun perlu diperhatikan, proses import tersebut akan
berhasil jika nilai RT yang terdapat pada informasi alamat network cocok dengan
nilai RT yang dibuat pada router PE lawan (penerima).
2.4 Proses Forwarding Paket dalam Jaringan MPLS VPN
Pada pembahasan sebelumnya adalah tentang distribusi informasi rute dari
router CE menuju ke router PE, kemudian diteruskan ke router PE yang lain dan
sampai ke router CE tujuan di wilayah (site) yang berbeda. Tujuan dari proses
distribusi informasi rute ersebut tidak lain adalah untuk proses routing yang
dilakukan pada masing-masing router, sehingga paket bisa dipertukarkan antar
jaringan milik costumer yang berbeda wilayah (site) menggunakan jaringan
MPLS VPN. Berikut adalah gambaran dari proses perjalanan paket dari router CE
menuju ke router CE di site yang lain.
Gambar 4.7 menjelaskan proses perjalanan paket yang dimulai dari router
CE1 menuju ke router CE2 di site 2. Proses awal adalah dimulai dari router CE1.
Paket akan dikirimkan oleh router CE1 ke PE1. Karena melewati jaringan MPLS,
9
maka paket tersebut akan ditambahkan informasi nilai label. Paket akan diberikan
informasi nilai label lebih dari satu atau istilah lainnya adalah label stack
(tumpukan label). Informasi nilai label pertama (awal) adalah [Label MPLS].
Tujuan dari penambahan informasi label tersebut adalah agar paket bisa
dikirimkan ke router PE2 melewati jaringan MPLS. Informasi kedua adalah
[Label VPN]. Tujuan dari penambahan informasi label tersebut adalah agar paket
yang dikirimkan dari router PE1 setelah sampai ke router PE2 tidak salah dalam
menggunakan tabel routing VRF. Misalnya proses routing yang dilakukan oleh
router PE2 terhadap paket yang datang-nya dari wilayah jaringan costumer A
menggunakan tabel routing VRF milik costumer B. Seharusnya proses routing
dilakukan dengan menggunakan acuan tabel routing VRF yang sesuai dengan
wilayah jaringan costumer. Setelah dilakukan proses routing di router PE2 dengan
menggunakan tabel routing VRF yang sesuai, kemudian paket akan diteruskan ke
router CE2.
4. Keselamatan Kerja
1. Sebelum melakukan langkah percobaan, pastikan kabel power terhubung ke
Power Supply.
2. Matikan PC setelah praktikum selesai.
10
5. Langkah Kerja
Pada Gambar 3.9 terdapat empat belas perangkat terdiri dari P1, P2, P3,
P4, P5, P6, P7, P8, PE1, PE2, CE_A1, CE_B1, C_B1, dan CE_B2. Gambar
tersebut terdapat protokol yang digunakan sesuai warna kotak yakni kotak
bergaris merah adalah protokol OSPF dan MPLS, kotak bergaris hijau adalah
BGP, dan kotak bergaris biru adalah EIGRP. Semua perangkat dihubungkan
11
Adapun Tabel hostname dan IP Address pada topologi routing statik
12
2. Ketik nama pada bagian New Project dan isi dengan nama MPLS-VPN,
klik OK,
13
4. Setelah image router sudah di drag ke halaman tempat topologi sebelumnya
dibuat, konfigurasi slot yang akan digunakan, klik OK,
14
5. Klik Duplicate untuk menduplikasi router yang sudah dikonfigurasi slotnya.
Pada praktikum ini menggunakan 4 router baru,
6. Drag router yang baru ke posisi sesuai dengan topologi yang terdapat pada
gambar 4.8,
7. Klik router yang baru satu per satu untuk mengubah hostname dari R1
menjadi CE_A (site 1 atau 2) maupun CE_B (site 1 atau 2). Lakukan
hingga sampai CE_B2 yang terhubung dengan PE2,
15
Gambar 4. 16 Mengubah nama hostname dari R1 menjadi CE
Catatan : untuk melihat label pada interface yang sudah terhubung, klik
Show/hide labels
8. Pada bagian interface, klik Add a link untuk menambahkan interface yang
dapat mengubungkan router satu ke router lainnya ,
16
Gambar 4. 19 Add a link
17
10. Untuk mengaktifkan semua router, klik Start/Resume all Nodes. Tunggu
hingga proses mengaktifkan router selesai
18
Gambar 4. 25 Pilih Cisco PPP sebagai Link Type
PPP (Point to Point Protocol) juga merupakan Protokol
Enkapsulasi WAN yang didasarkan pada HDLC tetapi kita dapat
mengatakan bahwa itu adalah versi HDLC yang disempurnakan. Ada
banyak fitur tambahan dalam PPP jika kita bandingkan dengan HDLC.
Sedangkan Cisco HDLC adalah protokol WAN berkemampuan
default untuk tautan WAN dari point ke point. Dan Cisco HDLC hanya
dapat digunakan antara perangkat Cisco. Perangkat vendor lain tidak dapat
menggunakan Cisco HDLC.
13. Lakukan langkah 11 dan 12 sampai semua capture pada interfacenya sudah
diaktifkan. Kemudian tunggu hingga aplikasi Wireshark muncul seperti
gambar berikut :
19
14. Pilih salah satu router untuk mengaktifkan konsol, klik Custom Console,
15. Pilih Putty (included with GNS3) sebagai konsol, klik OK,
20
A1 Membuat Virtual Routing Forwarding (VRF) pada Provider Edge (PE)
VRF diperlukan untuk setiap costumer, misalnya terdapat 2 customer maka
dikonfigurasi juga mengkonfigurasikan 2 VRF. Virtual router ini seolah-olah
seperti masing-masing customer memiliki router sendiri yang mengatur trafik
mereka melalui MPLS domain. Masing-masing VRF memiliki identitas sendiri-
sendiri untuk setiap customer karena VRF inilah, dimungkinkan customer berbeda
namun memiliki IP address yang sama dapat diakomodir menggunakan MPLS
network.
21
2. RT (Route Target)
2.1 RT digunakan untuk menentukan route yang mana yang akan di import ke
dalam VRF dan menentukan route yang mana yang akan di eksport
2.2 Sifatnya seperti routing policy
Format penulisannya seperti RD yakni seperti berikut :
a. 16-bit AS Number : 32-bit number -> contoh : 65000 :1
b. 32-bit IP address : 15-bit number -> contoh : 192.168.0.1 :1
22
Selain PE1, PE2 menggunakan interface fiber optik (p) yang digunakan
PE1 yakni p3/0 dengan IP address yang sama dengan Pelanggan_A1 yakni
192.168.100.1 yang diteruskan dengan alamat VRF bernama Pelanggan_A2, dan
diakhiri dengan perintah shutdown yang digunakan untuk mengaktifkan interface
p3/0.
23
Sama dengan konfigurasi BGP sebelumnya, tapi perintah diatas memiliki
perbedaan yakni adanya address-family vpnv4 yang dimana merupakan perintah
tersebut untuk mengaktifkan VPN versi 4. IP yang digunakan pada neighbor yakni
IP loopback dari PE2 yakni 50.50.50.2.
24
maupun p3/0 dan diretribusikan ke protokol BGP dengan AS private yakni 65500
dengan nilai metric yang dapat diatur oleh mahasiswa sendiri dengan urutan
penyusunan metric sebagai berikut :
Bandwith <BW>, delay <DLY>, reliability <RLBTY>, load <Load>, dan
Maximum Transfer Unit <MTU>
Fungsi perintah redistribute adalah untuk menghubungkan protokol yang berbeda.
Pada gambar diatas menggunakan metric masing-masing 10. Begitupun juga
dengan VRF Pelanggan_B1 dengan format yang sama dengan VRF
Pelanggan_A1.
25
A5 Mengkonfigurasi IP address dan EIGRP pada router Costumer Edge
Tahap ini merupakan konfigrasi masing-masing IP address dan salah satu
contoh routing dinamik yakni EIGRP. Berikut ini merupkan langkah-langkah
konfigurasi IP address dan EIGRP pada Costumer Service :
1. Konfigurasi IP address setiap perangkat CE sesuai tabel 1. Lakukan
konfigurasi sampai CE_B2. Bagian ini menggunakan POS (fiber optic)
dengan singkatan P,
26
Pada tahap ini, kita akan menggunakan Costumer Edge (CE), baik costumer
A maupun B dengan site 1 dan 2 sebagai contoh untuk pengujian ini.
a. Keadaan Normal
1. Ketik show ip route untuk mengamati table routing,
27
PING (echo) ICMP, yang dimana artinya paket tersebut melewati interface
tersebut.
28
6. Klik Stop all nodes untuk menghentikan semua interface,
29
dan hanya mengisi pada bagian target IP address (Loopback masing-masing
router CE) dan repeat count yang berarti jumlah paket yang dikirim.
3. Sementara ping berjalan, beri perintah shutdown salah satu interface yang
dipilih dari jalur utama keadaan normal,
4. Amati pada tabel routing dan mpls forwading table baik PE1 maupun PE2
apa yang terjadi pada saat setelah salah satu interface tidak diaktifkan,
30
Gambar 4. 51 Forwarding tabel MPLS setelah salah satu interface tidak diaktifkan
7. Ketik traceroute <IP loopback tujuan> dari konsol router asal untuk
mengetahui jalur data yang melewati setiap router, Amati pada bagian
Wireshark dari setiap interface yang dilewati pada paket berikut dengan
tanda request dan reply pada bagian PING (echo) ICMP, yang dimana
31
artinya paket tersebut melewati interface tersebut. Lakukan dari CE_A1 ke
CE_A2, CE_A2 ke CE_A1, CE_B1 ke CE_B2 dan CE_B2 ke CE_B1,
10. Ulangi perintah 1-9 pada bagian B, keadaan salah satu interface tidak
diaktifkan pada masing-masing pengujian yakni CE_A2 ke CE_A1, CE_B1
ke CE_B2, dan CE_B2 ke CE_B1 dengan cara setelah percobaan pertama
selesai, jangan lupa untuk mengaktifkan interface yang telah nonaktif
sebelumnya.
32
c) Keadaan Salah Satu Router tidak diaktifkan
1. Setelah pengujian keadaan normal, perhatikan jalur utama dari CE_A1 ke
CE_A2, CE_A2 ke CE_A1, CE_B1 ke CE_B2, dan CE_B2 dan CE_B1.
2. Untuk melihat salah satu interface yang akan dinonaktifkan, amati dan pilih
jalur utama pada CE_A1 ke CE_A2, CE_A2 ke CE_A1, CE_B1 ke CE_B2,
dan CE_B2 ke CE_B1. Kemudian carilah salah satu interface dari jalur
tersebut. Lakukan sampai CE_B2 ke CE_B1. Karena jalur utama setiap
costumer A dan B mempunyai jalur yang berbeda,
33
7. Sementara ping berjalan, perintah stop salah satu router yang dipilih dengan
ip Loopback yang memiliki cost terendah,
34
Gambar 4. 61 Forwarding tabel MPLS setelah salah satu interface tidak diaktifkan
9. Amati hasil PING, tunggu hingga proses pengiriman paket selesai,
10. Hentikan proses capture setiap windows pada aplikasi Wireshark dengan
mengklik Stop capturing packets,
11. Ketik traceroute <IP loopback tujuan> dari konsol router asal untuk
mengetahui jalur data yang melewati setiap router, Amati pada bagian
Wireshark dari setiap interface yang dilewati pada paket berikut dengan
tanda request dan reply pada bagian PING (echo) ICMP, yang dimana
artinya paket tersebut melewati interface tersebut. Lakukan dari CE_A1 ke
CE_A2, CE_A2 ke CE_A1, CE_B1 ke CE_B2 dan CE_B2 ke CE_B1,
35
Gambar 4. 64 Traceroute dari CE_A1 ke CE_A2
12. Kemudian simpan file tersebut dengan nama file sesuai dengan
interfacenya. Jumlah file sniffing ditentukan dengan jumlah interfacenya.
14. Ulangi perintah 1-13 pada bagian B, keadaan salah satu interface tidak
diaktifkan pada masing-masing pengujian yakni CE_A2 ke CE_A1, CE_B1
ke CE_B2, dan CE_B2 ke CE_B1 dengan cara setelah percobaan pertama
selesai, jangan lupa untuk mengaktifkan interface yang telah nonaktif
sebelumnya.
36
C Mengamati protokol menggunakan aplikasi Wireshark pada topologi
MPLS VPN
Tahap ini bagaimana mengamati protokol yang terdapat pada saat pengujian
koneksi. Berikut ini adalah tahapannya :
1. Buka file Wireshark yang telah di save, amati kemudian analisis.
3. Pada langkah ini, klik Statistics kemudian pilih Flow graph untuk
mengamati grafik yang ditunjukkan pada protokol tersebut.
4. Setelah klik Flow Graph, maka muncul seperti pada gambar berikut :
37
Gambar 4. 70 Tampilan Flowgraph
5. Klik centang pada bagian Limit to display filter pada bagian ujung kiri
bawah untuk menyaring paket,
38
Gambar 4. 73 Flowgraph ICMP yang terdapat pada sebuah interface
7. Untuk topologi yang sama, gambar 4.8 dari dua skenario keadaan pengujian
koneksi yakni salah satu interface tidak diaktifkan dan salah satu router
tidak diaktifkan (P2,P3,P6,dan P7), lakukan bagian C6 langkah nomor 1
sampai 6.
8. Amati dan analisis proses dari paket ICMP dan proses pembentukan tabel
routing serta paket EIGRP pada flowgraph pada gambar langkah C5 nomor
9.
9. Pada keadaan salah satu interface tidak diaktifkan dan salah satu router tidak
diaktifkan, selain mengamati protokol, kedua keadaan ini adalah
menghitung downtime.
Untuk menghitung downtime, terlebih dahulu difilter paketnya yakni ICMP.
Untuk diketahui dimulainya downtime ditandai dengan respond not found
tanpa adanya reply kemudian downtime selesai pada saat terjadi reply
pertama kali.
39
(b) Proses downtime selesai
Downtime pada Gambar 4.74 (a) dapat dijelaskan bahwa pada saat
pengiriman paket sebanyak 100 paket, terdapat paket yang tidak terdapat reply
yang dimulai dari paket ke-88 sequence 20 yang ditandai dengan adanya no
response found pada 69,290 ms di interface CE_B2 dan PE2, sedangkan proses
downtime selesai ditunjukkan pada Gambar 4.76 (b) ketika paket ke-115 sequence
31 me-request dan terdapat reply pada detik ke 91,370 ms di interface yang sama.
40
d. CE_B2 ke CE_B1
Untuk perhitungan delay, ada dua yakni khusus fiber optic dan loopback
sebagai berikut :
- Untuk fiber optic, menggunakan rumus sebagai berikut :
Delay = [delay interface fiber optic dari PE ke CE asal + delay interface
fiber optic dari PE ke CE tujuan ) / 10] * 256
Catatan : Delaynya dari interface CE asal dan CE tujuan dijumlahkan karena
menggunakan interface fiber optic. PE dan CE menggunakan protokol
EIGRP. Seakan-akan CE asal dan CE tujuan tersambung langsung.
41
6. Hitunglah dowtime dari masing-masing keadaan yakni :
a) Salah satu interface tidak diaktifkan
b) Salah satu router tidak diaktifkan
42
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. (2016). Lab 26 - Menghitung Metric EIGRP. Retrieved August 28, 2019,
from http://coretanbocahit.blogspot.com/2016/09/lab-26-menghitung-metric-
eigrp.html
Nugroho, K. (2018) Router Cisco Implementasi MPLS VPN. 1st edn. Yogyakarta:
Teknosain.
43
Tips menggunakan TXT :
1. Klik/sorot konfigurasi yang kita akan masukkan kedalam CLI (konsol)
pada txt atau notepad/sublime text,
2. Klik copy,
3. Buka consol (CLI), kemudian klik kanan pada mouse,
4. Konfigurasi sudah ter-paste,
5. Ulangi langkah 1-5 hingga konfigurasi selesai.
44