Anda di halaman 1dari 25

ROUTER

PENGERTIAN ROUTER

Routing adalah proses penentuan jalur terbaik (best path) untuk mencapai suatu network
tujuan.Routing juga dapat berarti proses memindahkan paket data dari host
Pengirim ke host tujuan Dimana host pengirim dan host tujuan Tidak berada
dalam satu network. Bila kita mengaku pada pemodelan osi (open system interconnection),
maka proses routing terjadi pada layer 3 (network layer). Karena terjadi pada layer network,
maafkan saya syuting erat kaitannya dengan pengamatan logika atau IP address.

Itulah Sebabnya pada bab sebelumnya saya membahas IP address secara mendalam. Bila
Anda tidak mahir dengan hitung-hitungan IP address seperti menentukan, melakukan
subnetting maupun VLSM maka anda tidak akan berhasil melakukan rooting

Untuk bentuk data yang akan diolah pada proses routing adalah paket yang merupakan
protocol data unit (PDU) wilayah 3 Anda dapat membaca kembali buku-buku yang
membahas osi model, gimana protocol data unit yang diolah di layer satu disebut bit, layer 2
disebut frame, layer 3 disebut paket, layar 4 disebut segmen sedangkan layer 5 sampai 7
disebut data

Routing sangat berbeda dengan bridging walaupun banyak dari kita masih bingung dengan
konsep keduanya. Bridging terjadi di Layer 2 (Data Link Layer) pada OSI Model, yang erat
kaitannya dengan pengalamatan fisik atau MAC Address. Yang diolah pada proses bridging
adalah frame, sedangkan perangkat yang digunakan disebut bridge. Untuk routing erat
kaitannya dengan pengalamatan IP Address. Yang diolah pada proses routing adalah
packet sedangkan perangkat yang digunakan adalah router. Walaupun demikian banyak
router yang juga mampu menjadi bridge. Dalam melakukan routing, router akan menyimpan
berbagai informasi routing sehingga dapat menentukan kemana sebuah paket akan
dikirimkan. Informasi routing ini memuat jalur terbaik (best path) yang sebaiknya ditempuh
oleh sebuah paket. Informasi routing disimpan oleh router pada sebuah tabel yang disebut
tabel routing (routing tabel). Didalam tabel routing informasi routing akan disimpan dalam
bentuk entry-entry route (rute). Setiap entry route akan menunjukkan network address dari
network yang dapat dituju oleh router tersebut. Entry route ini juga berisi tentang informasi
bagaimana cara mencapai network tersebut. Entry Route pada tabel routing tersebut dapat
dibuat atau dikonfigurasi secara manual oleh Administrator jaringan atau dapat juga
diperoleh router secara otomatis dengan melakukan pertukaran informasi routing dengan
router lain. Teknik memasukkan entry route ke dalam router secara manual inilah yang
disebut routing statik (static routing), sedangkan teknik memasukkan informasi routing
kedalam tabel routing melalui pertukaran informasi dengan router lain disebut sebagai
routing dinamik (dynamic routing). Pada dynamic routing, Administrator tidak akan
memasukkan entry route secara manual ke dalam tabel routing. Routing dapat
menghubungkan beberapa jaringan yang terhubung langsung pada interfacenya, seperti
pada gambar 3.1. Pada jaringan tersebut tidak dibutuhkan teknik routing yang rumit karena
merupakan jaringan yang sangat sederhana. Anda hanya perlu mengaktifkan IP Address
pada masing-masing interface router dan kedua jaringan tersebut sudah dapat terhubung.
Namun routing juga dapat menghubungkan beberapa jaringan dengan menggunakan beberapa router
seperti pada gambar 3.2. Tentu untuk jaringan yang rumit seperti itu Anda membutuhkan konfigurasi
routing yang kompleks untuk menghubungkan Host A dan Host B, karena diantara kedua host
tersebut terdapat beberapa router. Anda juga dapat melihat bahwa pengiriman data dari Host A ke
Host B dapat melalui dua jalur (path). Jalur pertama yang dapat ditempuh adalah melalui Router A→
C B dan jalur kedua yang dapat ditempuh adalah melalui Router A → D E B. Untuk jaringan seperti
ini Anda harus menerapkan teknik routing yang tepat untuk mendapatkan jalur terbaik (best path)
antara Host A dan Host B.

ROUTER
Untuk mengimplementasikan teknik routing dalam jaringan di perlukan sebuah peralatan
(intermediary device) yang disebut router.Router adalah perangkat jaringan yang memiliki
beberapa interface jaringan dan mampu menentukan jalur terbaik (best path) yang dapat
ditempuh sebuah paket untuk mencapai network tujuan. Router juga mampu memindahkan
paket yang masuk pada suatu interfacenya untuk keluar di interface jaringan yang lain
(mampu melakukan packet forwarding). Dengan kemampuan memindahkan paket tersebut
maka Router sanggup menghubungkan beberapa jaringan. Masing-masing dari interface
jaringan yang ada pada router harus terhubung ke jaringan yang berbeda Network
Addressnya. Jika Anda memperhatikan jaringan pada gambar 3.1, di situ terlihat bahwa
Router GW memiliki dua interface. Interface pertama dinamakan etherl yang terhubung ke
network 192.168.10.0/24 sedangkan interface kedua dinamakan ether2 yang terhubung ke
network 192.168.20.0/24. Untuk menghubungkan beberapa jaringan, tentunya router
memerlukan beberapa interface. Namun Anda akan tetap dapat menghubungkan beberapa
jaringan, sekalipun router Anda hanya memiliki sebuah interface fisik. Dalam kondisi seperti
ini interface router tersebut akan terhubung secara fisik ke satu jaringan seperti pada
gambar 3.3. Dengan sebuah interface fisik artinya router tersebut tidak dapat memecah
broadcast domain sehingga penggunaan router dengan sebuah interface akan kurang
optimal. Kondisi ini akan menyebabkan broadcast Layer 2 (misalnya ARP request) akan
menyebar dari network 192.168.10.0/24 ke network 192.168.20.0/24 demikian pula
sebaliknya.
Router sebenarnya merupakan sebuah komputer, namun komputer yang khusus
difungsikan untuk melakukan routing dalam jaringan. Secara hardware router identik dengan
komputer, mungkin yang sedikit membedakan adalah kapasitas CPU maupun Memori.
Kapasitas CPU dan Memori dari router tidak sebesar pada komputer desktop (PC) atau
komputer server, karena memang router hanya didesain untuk melakukan fungsi routing.
Tidak seperti PC yang didesain menjalankan berbagai macam aplikasi. Selain hardware,
tentu router membutuhkan sistem operasi untuk menjalankan fungsi routingnya. Sistem
operasi router berbeda antara satu jenis router dengan router lainnya. Untuk mendapatkan
sebuah router, Anda akan dihadapkan pada beberapa pilihan dan pemilihan router tersebut
sebaiknya didasarkan dengan kebutuhan jaringan. Apakah jaringan tersebut membutuhkan
sebuah router dengan dukungan hardware yang berkapasitas besar ? Ataukah cukup router
dengan dukungan hardware yang minim ? Untuk jaringan yang besar tentu membutuhkan
teknik routing yang kompleks sehingga dalam kondisi tersebut Anda membutuhkan router
dengan hardware yang powerfull pula. Sedangkan untuk jaringan yang kecil Anda tentu
dapat berhemat dengan menggunakan router berspesifikasi biasa-biasa saja. Jika dalam
jaringan terdapat beberapa router dengan platform atau merek yang berbeda, maka
kompatibilitas antar router tersebut juga harus Anda perhatikan. Beberapa router tidak dapat
bekerja sama dengan router merek lain karena fitur-fiturnya mungkin berbeda. Router dapat
berupa dedicated router atau peralatan jaringan yang khusus difungsikan sebagai router.
Contoh jenis router ini adalah Cisco Router, MikroTik Router, Juniper Router, D-Link Router,
3Com Router dan masih banyak merek router lainnya. Dedicated Router ini dilengkapi
dengan sistem operasi yang memang khusus difungsikan untuk melakukan routing dalam
jaringan. Sebagai contoh Router Cisco dengan sistem operasi Cisco IOS (Internetwork
Operating System), Router MikroTik dengan MikroTik Router OS dan Router Juniper dengan
JUNOS-nya (Juniper Operating System).
Selain dedicated router, kita juga dapat membangun sebuah router dengan menggunakan
Personal Computer (PC) maupun Server. Bahkan jika Anda telah mahir dengan teknik-
teknik routing, Anda dapat membangun sebuah router dengan menggunakan laptop atau
netbook sekalipun. Untuk interface jaringan (Network Interface Card atau LAN Card) tentu
Anda harus menambahkan LAN Card kedua mengingat PC yang umum dijual di pasaran
hanya memiliki sebuah Network Interface Card (NIC). Jika slot-slot PCI di PC kita masih
memungkinkan, kita dapat menambahkan NIC ketiga dan seterusnya. Jumlah NIC yang
akan kita tambahkan pada PC tergantung dari kebutuhan dalam jaringan kita. Jika Anda
ingin membangun router dengan menggunakan PC, Anda dapat menggunakan sistem
operasi Windows maupun Linux. Untuk keluarga sistem operasi Windows, Anda dapat
menggunakan Windows 2003 Server maupun Windows 2008 Server. Anda tidak perlu
menambahkan aplikasi lagi jika menggunakan kedua Windows Server tersebut. Untuk
Sistem Linux, Anda dapat menggunakan Distro Linux yang dilengkapi Quagga sebagai
daemon routing.
Hardware Router
Hardware yang terdapat pada dedicated router akan identik dengan sebuah komputer.
Router memiliki komponen-komponen seperti CPU, RAM, ROM, Flash Memory dan Network
Interface Card (NIC). Beberapa jenis router bahkan memiliki port USB. Central Processing
Unit (CPU) dari sebuah router bertugas untuk mengeksekusi perintah-perintah dari sistem
operasi, menjalankan protokol routing (routing protocol), melakukan fungsi routing dan juga
fungsi switching. Protokol routing merupakan protokol yang digunakan router untuk
berkomunikasi dengan router lain. Protokol routing itu sendiri akan saya bahas pada bab
tersendiri. Bila sebuah router akan menangani jaringan yang besar, maka dibutuhkan
kapasitas CPU yang besar. Layaknya CPU pada komputer, kapasitas CPU pada router juga
dihitung dengan menggunakan kecepatan clock dalam satuan MHz atau GHz. Contoh
kapasitas CPU pada router Mikrotik dengan clock 400 MHz dapat Anda lihat pada uraian
berikut :

Random Access Memory (RAM) pada router digunakan untuk menyimpan tabel routing,
tabel ARP dan paket data yang akan dikirimkan dalam jaringan (sebagai packet buffer).
RAM merupakan volatile RAM yang artinya apa yang tersimpan dalam RAM akan hilang bila
router kehilangan catu listrik ataupun pada saat router direstart. Read Only Memory (ROM)
pada router digunakan untuk menyimpan bootstrap dan bootloader. Bootstrap dan
bootloader ini merupakan aplikasi yang berfungsi melakukan pengecekan hardware pada
saat pertama kali router dihidupkan dan juga berfungsi mencari sistem operasi router yang
akan digunakan. Mirip dengan BlIOS pada PC yang melakukan pengecekan hardware pada
saat Anda menghidupkan PC. Flash Memory berfungsi sebagai media penyimpanan sistem
operasi router. Pada beberapa router flash memory yang digunakan adalah jenis NAND
Chip, Flash Memory ini digunakan juga untuk menyimpan file-file konfigurasi router, file
backup router dan file-file lain yang dibutuhkan untuk operasional router. Beberapa router
lainnya menggunakan flash memory hanya untuk menyimpan sistem operasi (IOS).
Sedangkan untuk menyimpan file-file konfigurasi, dapat menggunakan media NVRAM (Non
Volatile RAM). Baik Flash Memory maupun NVRAM tidak akan kehilangan kemampuan
menyimpan data walaupun tidak ada catuan listrik. Jika Anda membangun router dengan
menggunakan PC, maka fungsi flash memory akan digantikan oleh hard disk komputer.

Interface Router
Interface router adalah interface (port) yang digunakan oleh router untuk menerima ataupun
mengirimkan (forward) paket data dalam jaringan. Beberapa jenis router digunakan untuk
menghubungkan dua atau lebih jenis teknologi jaringan yang berbeda, misalnya
menghubungkan teknologi LAN (Local Area Network) yang menggunakan interface Fast
Ethernet dan teknologi WAN (Wide Area Network) yang menggunakan interface serial.
Sedangkan untuk router yang akan digunakan untuk menghubungkan jaringan-jaringan
dalam lingkungan LAN, cukup dengan menggunakan interface Fast Ethernet/Gigabit
Ethernet. Saat ini seiring digunakannya media kabel fiber optik, maka router yang tidak
memiliki port serial pun dapat digunakan dalam lingkungan WAN. Teknologi serial pun mulai
ditinggalkan karena teknologi ini tidak dapat mengirimkan data dengan kapasitas besar.
Dalam buku ini, saya akan menggunakan router dengan interface FastEthernet. Ini
berdasarkan pengalaman saya yang jarang lagi mendapati router menggunakan interface
serial untuk dihubungkan ke WAN. Setiap interface dari router harus dikonfigurasikan
(dipasangkan) sebuah IP Address, bahkan untuk beberapa situasi, interface router dapat
dipasangkan lebih dari satu IP Address. Yang perlu diingat adalah setiap interface router
harus menggunakan IP Address dari jaringan yang berbeda. Router akan menolak jika Anda
mencoba memasangkan IP Address yang berasal dari jaringan yang sama pada dua
interface yang berbeda. Misalnya router akan menolak konfigurasi jika Anda mencoba
memasangkan IP Address 192.168.10.1/24 pada interface pertama dan kemudian kita
memasangkan lagi IP Address 192.168.10.2/24 pada interface lainnya. Contoh konfigurasi
IP Address pada sebuah router dengan tiga buah interface danat dilihat pada gambar 3.8

Management Port
Management port adalah port yang digunakan untuk keperluan konfigurasi router, port ini
tidak digunakan untuk menerima ataupun meneruskan (forward) paket data dalam jaringan.
Karena merupakan port management maka port ini tidak perlu dikonfigurasikan IP Address
seperti pada port interface router. Port ini sering disebut Console Port dan dapat diakses
dengan menggunakan konektor RJ-45 dan kabel Roll Over yang berbentuk seperti pita. Port
Console harus dihubungkan dengan port COM 1 pada PC dengan menggunakan kabel Roll
Over. Bila Anda mengkonfigurasikan router menggunakan Laptop yang tidak lagi memiliki
port COM1, maka kita harus menggunakan converter DB9 ke USB. Konfigurasi router
menggunakan port console dilakukan dengan bantuan aplikasi Hyper Terminal jika
menggunakan PC dengan sistim Windows atau aplikasi Minicom jika menggunakan PC
dengan sistim Linux. Sebagian router tidak memiliki port console, sehingga untuk router
jenis ini konfigurasi harus dilakukan melalui salah satu interface jaringannya. Mengingat
interface jaringan router hanya bisa digunakan bila sudah memiliki IP Address, maka router-
router yang tidak memiliki port console biasanya sudah dibekali IP Addresss default dari
pabrikan. Untuk mengkonfigurasi router melalui interface jaringannya, Anda dapat
menggunakan aplikasi Telnet maupun Secure Shell (SSH). Beberapa router dapat
dikonfigurasikan dengan menggunakan web browser.
Router sebagai Gateway
Pengiriman paket antara dua host dalam satu network tidak memerlukan router sebagai
peralatan perantara (intermediary device). Setiap host akan langsung mengirimkan paket
jika diketahui bahwa host tujuan berada satu network dengan dirinya. Namun jika paket
akan dikirimkan kepada host yang tidak satu network dengan dirinya, maka host pengirim
akan mencari router sebagai penghubung antar network. Router inilah yang berfungsi
sebagai gateway (pintu keluar) ke network lain. Yang perlu Anda perhatikan adalah
memberitahukan kepada setiap host siapa yang bertindak sebagai router pada network
tersebut. Sehingga host tersebut akan memberikan paket yang ditujukan untuk network luar

Pada gambar 3.10 terdapat dua buah network dengan sebuah router sebagai penghubung.
Kedua interfacenya dikonfigurasikan IP Address 192.168.10.1 dan 192.168.20.1. Bila pada
jaringan tersebut host 192.168.10.2 akan mengirimkan paket ke host 192.168.10.3, maka
paket tersebut akan langsung dikirimkan ke host 192.168.103 tanpa bantuan router. Namun
bila pengiriman paket ditujukan bagi host 192.168.20.2, maka paket data akan dikirimkan ke
interface router 192.168.10.1. Selanjutnya routerlah yang akan meneruskan paket data
tersebut ke host 192.168.20.2. Proses ini pun berlangsung sebaliknya, bila pengiriman paket
akan dilakukan dari network 192.168.20.0/24 ke network 192.168.10.0/24. Interface router
yang terhubung langsung ke suatu network merupakan gateway bagi host-host di network
tersebut. Sehingga Anda harus memberitahukan host 192.168.10.2 dan host 192.168.103
untuk menggunakan interface router 192.168.10.1 sebagai gatewaynya. Begitu juga dengan
host 192.168.20.2 dan host 192.168.20.3, Anda harus mengkonfigurasikan bahwa yang
menjadi gateway bagi mereka adalah interface router dengan IP Address 192.168.20.1.
Untuk mengkonfigurasikan gateway untuk sistem Windows 7 dapat Anda lakukan melalui
menu Control Panel Network and Sharing Center Change Adapter Setting, kemudian pilihlah
icon Local Area Connection atau Wireless Netuork Connection, Klik kanan icon tersebut
kemudian pilih Properties Tab Networking Internet Protocol versiom 4 (TCPIPv4) Properties,
sehingga akan muncul kotak isian seperti gambar berikut.
Default Gateway vs Gateway

Pada pembahasan sebelumnya saya sempat menyinggung bahwa router memiliki tabel
routing yang menyimpan kumpulan network address dari jaringan-jaringan yang dapat
dijangkau oleh router tersebut. Sebelum jauh membahas tabel routing dari sebuah router,
marilah kita melihat sebuah komputer biasa yang juga memiliki tabel routing. Tabel routing
pada komputer ini juga menyimpan informasi yang sama seperti pada tabel routing sebuah
router. Dari tabel routing ini juga Anda dapat melihat apakah sebuah komputer telah
dikonfigurasikan gateway atau tidak. Jika telah dikonfigurasikan gateway maka komputer
tersebut akan mampu mengirimkan data kepada komputer di network yang berbeda
(jaringan luar). Jika tidak dikonfigurasikan gateway, maka komputer tersebut hanya mampu
mengirimkan data dengan komputer yang berada satu network dengannya.

Pada komputer Windows tabel routingnya dapat Anda lihat dengan perintah route print pada
command prompt. Untuk komputer Linux perintah yang dapat digunakan adalah route-n.
Dengan tetap mengacu pada jaringan di gambar 3.10, jika Anda telah mengkonfigurasikan
IP Address 192.168.10.2 dengan subnet mask 255.255.255.0 tanpa mengkonfigurasikan
default gateway, maka tabel routingnya dapat Anda lihat seperti uraian berikut (beberapa
output dari perintah tersebut tidak saya tampilkan).

Uraian di atas menghasilkan berbagai IP Address maupun Network Address yang dapat
dituju oleh host tersebut. Saya tidak akan membahas satu per satu entry tersebut.
Pembahasan akan tetap saya titik beratkan pada beberapa entry saja. Dari hasil
pemeriksaan tabel routing tersebut Anda dapat melihat sebuah entry Network Destination
(network tujuan) dengan alamat jaringan 192.168.10.0 beserta subnet mask 255.255.255.0
atau network 192.168.10.0/24. Ini menunjukkan bahwa host tersebut dapat mengirimkan
paket data ke setiap host yang berada pada jaringan 192.168.10.0/24 secara langsung
tanpa bantuan router. Ingat, kita belum mengkonfigurasikan default gateway. yang terjadi
jika host tersebut diminta mengirimkan paket ke host 192.168.20.2? Bukankah entry
192.168.20.2 tidak terdapat pada tabel routing host tersebut. Karena entry 192.168.20.2
tidak terdapat pada tabel routingnya, maka host tersebut tidak mengetahui keberadaaan
host 192.168.20.2 sehingga pengiriman paket tidak akan dilakukan.
Yang Anda harus lakukan kemudian adalah mengkonfigurasikan IP Address 192.168.10.1
(yang merupakan interface router) sebagai default gateway. Setelah default gateway
dikonfigurasikan maka tabel routing dari host 192.168.10.2 akan menjadi seperti berikut :

Uraian di atas tetap tidak menunjukkan keberadaan network 192.168.20.0/24 yang


merupakan jaringan tempat host 192.168.20.2 berada. Apakah pengiriman data sudah bisa
dilakukan? Setelah dikonfigurasikan default gateway, maka pada tabel routing akan muncul
sebuah entry destination network 0.0.0.0 via 192.168.10.1. Ini menunjukkan jika ada sebuah
paket data yang ditujukan bagi semua IP Address (termasuk 192.168.20.2) maka paket data
akan diberikan ke gateway dengan IP Address 192.168.10.1. Anda harus tetap mengingat
bahwa IP Address 0.0.0.0/0 mewakili seluruh IP Address yang tidak dinyatakan dalam tabel
routing tersebut. Jadi, pada saat host 192.168.10.2 diminta untuk mengirimkan data ke host
192.168.20.2 maka entry destination network 0.0.0.0 via 192.168.10.1 yang akan digunakan
sebagai panduan dan pengiriman akan dilakukan. Entry destination network 0.0.0.0 via
192.168.10.1 tidak akan digunakan jika pengirimkan data ditujukan untuk host 192.168.10.3.
Untuk pengiriman ke host 192.168.10.3 yang berada satu network dengan host
192.168.10.2 maka entry yang digunakan adalah destination network 192.168.10.0 via On-
Link.

Sebuah host dapat saja memiliki lebih dari satu gateway, seperti pada gambar 3.12. Host
192.168.10.2 memiliki dua gateway, baik R1 yang menghubungkannya dengan network
192.168.20.0/24 maupun GW yang menghubungkannya ke Internet. Apakah cukup jika kita
hanya mengkonfigurasikan default gateway seperti pada contoh sebelumnya? Mari kita
analisa apa yang terjadi jika host 192.168.10.2 hanya mengkonfigurasikan 192.168.10.1
(Router GW) sebagai default gateway.

Setiap ada pengiriman paket data keluar jaringan, host 192.168.10.2 akan selalu
memberikannya ke router GW. Ini karena satu-satunya entry di tabel routingnya adalah
destination network 0.0.0.0 via 192.168.10.1. yang artinya kemanapun paket akan
dikirimkan berikanlah paket tersebut ke router GW dengan IP Address 192.168.10.1. Untuk
berhubungan dengan Internet tidak akan menjadi masalah, karena semua paket yang
ditujukan ke Internet (0.0.0.0/0) akan diberikan ke router GW. Namun host 192.168.10.2
tidak dapat berkomunikasi dengan network 192.168.20.0/24 yang ada di belakang router
R1. Karena jika ada pengiriman data ke network 192.168.20.0/24, data akan selalu diberikan
ke router GW. Padahal seharusnya data tersebut diberikan kepada R1 yang terhubung ke
network 192.168.20.0/24. Untuk mengatasinya, diperlukan sebuah entry route untuk menuju
network 192.168.20.0/24 melalui gateway 192.168.10.100. Untuk dengan sistem Windows,
perintah yang dapat Anda gunakan adalah

sebagai berikut :

setelah anda mengetikkan perintah tersebut, maka taable routingnya akan menjadi seperti
berikut :

Dari uraian tabel routing di atas, kita dapat melihat beberapa entry penting sebagai berikut:

> Entry dengan Network Destination 0.0.0.0/0, yang digunakan untuk mengirimkan data ke
semua host yang IP Āddressnya tidak tercantum pada tabel routing ini. Gateway yang
digunakan pada entry ini adalah 192.168.10.1 (Router GW).

> Entry dengan Network Destination 192.168.10.0/24, yang digunakan untuk mengirimkan
data ke semua host pada network lokal, misalnya pengiriman kepada host 192.168.10.3.
Pada entry ini tidak digunakan router sebagai gateway karena pengirimannya hanya untuk
network lokal.

> Entry dengan Network Destination 192.168.20.0/24, yang digunakan untuk mengirimkan
data ke host yang ada di network192.168.20.0/24, misalnya pengiriman kepada host
192.168.20.3. Gateway yang digunakan pada entry ini adalah 192.168.10.100 (Router R1).

Dalam jaringan ini, yang berfungsi sebagai default gateway adalah Router GW sedangkan
Router R1 hanyalah berfungsi sebagai gateway. Disinilah letak perbedaan antara gateway
dan default gateway. Default gateway adalah router yang akan digunakan untuk
mengirimkan semua paket data, dimana tujuan dari paket data tersebut tidak tercantum di
tabel routing.

Tabel Routing

Router berfungsi untuk mengirimkan paket data dari satu network ke network lain sekaligus
menentukan jalur terbaik (best path) untuk mencapai network tujuan. Untuk menjalankan
fungsi tersebut router menggunakan tabel yang disebut tabel routing (routing table). Tabel
tersebut berisi informasi keberadaan beberapa network, baik network yang terhubung
langsung (directly connected network) maupun network yang tidak terhubung langsung
(remote network).

Tabel ini juga berisi informasi bagaimana cara router tersebut mencapai suatu network.
Tabel routing ini sangat penting karena digunakan router sebagai pedoman untuk
mengirimkan setiap paket data yang diterimanya. Informasi dalam tabel routing berupa
baris-baris network address yang disebut entry route (kadang cukup disebut route). Dalam
setiap entry route juga telah ada informasi tentang interface mana yang dapat digunakan
router tersebut untuk mengirimkan paket data. Anda dapat mengambil analogi bandar udara
sebagai router, penumpang sebagai paket data, papan informasi perjalanan sebagai tabel
routing dan pintu keberangkatan sebagai interface router.

Jika Anda adalah penumpang yang ingin berpergian ke luar kota maka Anda harus menuju
bandar udara, karena di bandar udaralah tersedia pesawat-pesawat yang dapat
mengantarkan Anda ke kota lain. Begitu juga dengan sebuah paket data yang ingin
dikirimkan ke network lain, harus diberikan kepada router, karena routerlah yang mempunyai
kemampuan menghubungkan beberapa network itu.

Di bandar udara Anda tentu dapat melihat papan informasi yang berisi informasi kota-kota
tujuan beserta penerbangan apa yang dapat membawa Anda ke kota tersebut. Dipapan
informasi itu juga dijelaskan maskapai penerbangan apa dan pintu keberangkatan nomor
berapa pesawat Anda menunggu. Umumnya bandara memiliki beberapa pintu
keberangkatan. Ini sama saja dengan tabel routing yang berisi informasi network.

address yang dapat dituju oleh router, beserta interface mana yang dapat digunakan untuk
menuju network address itu. Setelah Anda menentukan kota mana yang akan dituju
(tentunya dengan membeli tiket yang sesuai), maka Anda akan dituntun menuju pintu
keberangkatan dimana pesawat Anda sudah menanti. Anda harus memilih pintu yang tepat
untuk kota tujuan dan pesawat yang sudah Anda pilih. Ini dapat disamakan dengan router
yang mencocokan IP Address tujuan dari setiap paket data dengan entry yang ada dalam
tabel routing.

Jika ternyata ada entry yang cocok, maka router akan mengalihkan paket tersebut ke
interface yang dapat digunakan untuk mencapai network luar. Paket data harus dikeluarkan
pada interface yang tepat untuk sebuah network tujuan. Seperti Anda yang harus
menggunakan pintu keberangkatan yang tepat untuk kota yang tepat pula.

Mari kita kembali ke pekerjaan routing yang akan dilakukan router. Jika router menerima
paket data, maka router akan memeriksa IPAddress tujuan (destination IP) dari paket
tersebut. Router kemudian mencocokkannya dengan network address yang ada pada setiap
entry di tabel routing. Bila ada entry yang cocok maka router akan meneruskan paket
tersebut ke interface yang digunakan untuk mengirimkan paket tersebut. Interface yang
digunakan untuk meneruskan paket tersebut disebut exit interface atau outgoing interface.
Namun jika ternyata tidak ada entry yang cocok, maka router akan membuang paket data
tersebut.

Selain melakukan routing, router juga melakukan forwarding paket data. Mengapa router
dikatakan melakukan forwarding? Sebuah perangkat dikatakan melakukan forwarding jika
perangkat tersebut meneruskan (forward) paket data yang tiba di satu interface untuk keluar
di interface yang lain. Pada router paket data akan tiba pada sebuah interface (ingoing
interface) untuk kemudian diolah dan akhirnya dikeluarkan pada interface yang lain
(outgoing interface).

Ada 4 kategori entry dalam tabel routing, yaitu :

> Directly Connected network


Entry ini akan muncul pada saat interface router diaktifkan dan dikonfigurasikan IP Address.
Beberapa jenis router status default dari interfacenya adalah disable (non aktif) sehingga
perlu diaktifkan oleh Administrator jaringan.

> Static routes


Entry ini adalah entry yang diisi manual oleh Administrator jaringan,
sehingga jika terjadi perubahan jaringan, maka entry ini juga harus dirubah secara manual
pula.

> Dynamic Routes


Entry ini adalah entry yang akan muncul karena hasil pertukaran informasi routing dari
beberapa router. Pertukaran informasi routing akan menggunakan routing protocol. Entry ini
tidak diisikan manual oleh Administrator jaringan. Dalam hal ini Administrator hanya perlu
mengaktifkan routing protocol dan network yang akan di routing.

> Default Routes


Entry ini digunakan untuk menentukan kemana sebuah paket akan dikirimkan jika alamat
tujuan dari paket tersebut tidak terdapat pada tabel routing, sama dengan default gateway
pada host di pembahasan sebelumnya. Entry default routes bisa dikonfigurasikan secara
manual (static) ataupun didapat dari pertukaran informasi dari routing protocol (dynamic)

Untuk dapat membaca dan memahami tabel routing dengan baik, Anda harus memiliki
pengetahuan yang baik tentang mana network yang merupakan directly connected network
dan mana yang merupakan remote network dari sebuah router. Directly connected network
adalah network atau jaringan yang terhubung langsung pada interface sebuah router.
Sedangkan remote network adalah jaringan yang tidak terhubung langsung pada sebuah
router. Untuk menjangkau remote network sebuah router memerlukan router lain sebagai
next hop atau gateway.

Jika Anda lihat jaringan pada gambar 3.13, Router R1 memiliki dua directly connected
network yaitu network 192.168.10.0/24 dan network 192.168.2.0/24. Sedangkan untuk
remote network, Router R1 memiliki dua remote network, yaitu network 192.168.20.0/24 dan
192.168.30.0/24. Bagaimana dengan Router R2? Router R2 memiliki tiga directly connected
network, yaitu network 192.168.20.0/24, 192.168.30.0/24 dan 192.168.2.0/24. Sedangkan
untuk remote network, Router R2 hanya memiliki satu remote network yaitu network
192.168.10.0/24.

Mari kita pelajari bagaimana bentuk dari tabel routing dan bagaimana router akan
menggunakan tabel tersebut untuk mengirimkan paket data ke remote network. Router yang
akan digunakan dalam pembahasan buku ini adalah MikroTik Router. Sehingga tabel routing
yang akan saya jelaskan berikut adalah tabel routing dari router MikroTik. Struktur dari tabel
routing sebenarnya sama antara satu router dengan router lainnya. Tabel routing pastilah
berisi network address directly connected, remote network dan bagaimana router itu
menjangkau network-network tersebut.

Tabel routing tidak akan terbentuk sebelum Anda mengkonfigurasikan IP Address pada
interface router. R1 memiliki dua interface dengan masing- masing memiliki IP Address
192.168.10.1 dan 192.168.2.1. Perintah untuk mengkonfigurasikan IP Address akan saya
bahas pada bab selanjutnya, sedangkan perintah untuk melihat tabel routing pada router
MikroTik adalah ip route print. Setelah IP Address dikonfigurasikan maka tabel routing Rl
akan telihat seperti berikut.

Tabel routing di atas berisikan 2 entry route dan memuat beberapa informasi, yaitu :
> DST-ADDRESS, informasi yang ada dalam kolom ini menunjukkan network tujuan
(destination) yang dapat dijangkau oleh router tersebut.

>PREF-SRC, menunjukkan alamat IP Address yang digunakan interface router untuk


network yang ada di kolom DST-ADDRESS

> GATEWAY, menunjukkan cara router tersebut menjangkau network yang ada di kolom
DST-ADDRESS. Biasanya berupa interface ataupun IP Address dari router tetangga yang
dapat digunakan untuk mencapai remote network.

>DISTANCE, menunjukkan nilai Administratif Distance (AD). Nilai AD dapat menunjukkan


apakah entry didapat router dari statik routing ataupun dinamik, sekaligus dapat digunakan
untuk melihat jenis routing protocol yang digunakan. Juga dapat digunakan untuk melihat
apakah entry tersebut merupakan directly connected network.

Dari tabel routing tadi Anda dapat melihat jika R1 hanya mengenal network 192.168.2.0/24
dan 192.168.10.0/24. R1 sama sekali tidak mengenal kedua remote networknya
(192.168.20.0/24 dan 192.168.30.0/24). Anda juga dapat melihat kode ADC didepan setiap
entry yang berarti bahwa entry tersebut Aktif (A) atau dapat digunakan.

Entry tersebut bersifat dinamik (D) karena didapat router secara dinamik karena hasil
konfigurasi IP Address pada interfacenya. Sedangkan inisial C didepan kedua entry tersebut
menandakan bahwa kedua network merupakan directly connected network, atau network
yang terhubung langsung. Pada kolom GATEWAY Anda juga dapat melihat bahwa yang
digunakan untuk menuju network 192.168.2.0/24 adalah etherl dan untuk menuju network
192.168.10.0/24 digunakan ether2. Karena kedua entry tadi merupakan directly connected
network, maka nilai DISTANCE keduanya adalah 0. Untuk benar-benar memahami tabel
routing, gunakanlah selalu gambar topologi jaringan sebagai acuan.

Apa yang terjadi jika ada paket data yang ditujukan bagi network 192.168.20.0/24 atau
network 192.168.30.0/24? R1 akan akan membuang paket data tersebut, ini karena dalam
tabel routingnya tidak terdapat entry DST-ADDRESS 192.168.20.0/24 dan 192.168.30.0/24.
Ini akan mengakibatkan host 192.168.10.2 tidak akan dapat mengirimkan paket data ke host
192.168.20.2 maupun ke host 192.168.30.2.

Mari kita lihat juga tabel routing R2 sesaat setelah IP Address dikonfigurasikan di tiga
interfacenya, seperti berikut :
Tabel routing R1 di atas memperlihatkan bahwa router tersebut telah memiliki dua entry
tambahan untuk mengenal kedua remote network- nya. Kedua entry memiliki label AS, yang
artinya aktif (A) atau dapat digunakan dan keduanya merupakan entry yang didapat dari
konfigurasi manual atau statik (S) dari Administrator jaringan, ditandai juga dengan nilai
DISTANCE sama dengan 1.

Anda juga dapat melihat bahwa R1 sudah mengenal keberadaan network 192.168.20.0/24
dan 192.168.30.0/24 yang tercantum pada kolom DST-ADDRESS. R1 juga mengetahui
bahwa untuk mencapai kedua network tersebut, dapat dilakukan melalui GATEWAY
192.168.2.2 yang merupakan interface etherl dari R2 (R1 dapat mencapainya melalui R2).

Bagaimana dengan tabel routing R2 setelah dikonfigurasikan routing statik untuk remote
network 192.168.10.0/24? Tabel routingnya dapat dilihat seperti berikut:

Tabel routing R2 memperlihatkan bahwa router tersebut telah mengenal remote network
192.168.10.0/24 dan dapat dijangkau melalui GATEWAY 192.168.2.1 yang merupakan IP
Address pada interface ether1 R1 (R2 dapat mencapainya melalui R1).

Dengan lengkapnya tabel routing pada R1 dan R2, maka semua host akan dapat
berhubungan dengan host lain, walaupun itu dengan host yang berbeda network.

IP Packet

Sebelum mempelajari teknik routing ada baiknya Anda sedikit mengetahui struktur dari
packet yang akan selalu diterima oleh router. Packet ini merupakan data-data yang
dikirimkan oleh host pengirim, diterima oleh router, dianalisa untuk kemudian diteruskan ke
host penerima. Saya hanya menekankan pembahasan dari struktur sebuah packet atau IP
Packet. Mengapa disebut IP Packet?

Kita ingat bahwa yang akan dibahas pada buku ini adalah packet yang merupakan Protocol
Data Unit di Layer 3. Dan jaringan yang akan kita gunakan adalah jaringan yang
menggunakan protocol TCP/IP, maka munculah istilah-istilah IP packet atau paket IP. Untuk
selanjutnya saya menggunakan istilah paket untuk mewakili istilah IP Packet.

Mempelajari struktur dari packet ditujukan untuk menunjang pengetahuan kita tentang
bagaimana sebuah router akan memperlakukan paket yang diterimanya. Jika mempelajari
OSI Model, Anda akan mendapatkan penjelasan bahwa informasi dari sebuah host akan
dirubah menjadi data, yang kemudian dipecah-pecah menjadi segmen. Setiap segmen
kemudian akan ditambahan informasi lain yang disebut Network Header. Segmen yang
telah ditambahkan Network Header disebut Packet. Network Header ini terdiri dari beberapa
field informasi. Saya tidak akan membahas field apa saja itu, karena akan membuat
pembahasan buku ini melebar. Untuk memahami teknik routing Anda cukup mengetahui
adanya field IP Address Pengirim (Source IP) dan IP Address tujuan (Destination IP) pada
Network Header dari packet yang akan dikirimkan. Dengan adanya kedua field tersebut,
komputer maupun router yang menerima paket akan dengan mudah mengetahui asal paket
dan kemana paket akan dikirimkan. Jika ingin digambarkan, maka struktur sebuah paket
dapat dilihat pada gambar 3.14. Anda akan melihat adanya field IP Address pengirim
(source IP) dan IP Address Tujuan (destination IP). Sedangkan filed Data merupakan
Informasi (data yang sebenarnya) yang akan dikirimkan oleh sebuah host. Dalam proses
routing, Router akan memeriksa filed Destination IP Address dari setiap paket yang
diterimanya. Field tersebut akan dicocokkan dđengan entry-entry route yang ada pada tabel
routing. Jika field Destination IP Address cocok dengan entry yang ada di dalam tabel
routingnya maka paket tersebut akan dikirimkan. Namun apabila field tersebut tidak ada
yang cocok dengan entry pada tabel routingnya, maka paket tersebut akan dibuang oleh
router.

Untuk melihat paket dalam jaringan, Anda dapat menggunakan aplikasi Network Protocol
Analyzer seperti Wireshark. Contoh sebuah paket ping antar host dengan IP Address
192.168.10.2 dengan host 192.168.10.3 dalam sebuah network lokal dapat Anda lihat pada
gambar berikut :
KONSEP ROUTING DENGAN ROUTER MICROTIK

● Sebagai contoh, saya memiliki teman pengusaha yang mengelola ISP lokal.
Teman saya kebingungan mengontrol jumlah komputer (workstation) dari warnet yang dia
layani. Pengusaha tersebut juga sulit untuk memonitor akses ke situs web site dari warnet
tersebut. Dia hanya mengetahui bahwa dari warnet X sering terjadi pengaksesan ke situs
porno, tanpa mengetahui workstation mana akses tersebut berasal. Jika dilakukan
penerapan yang tepat antara teknik routing dan NAT, maka permasalahan seperti ini dapat
dihindarkan.

Untuk melihat perbedaan antara routing dan "routing dengan NAT" mari kita lihat contoh
jaringan sederhana pada gambar 3.16. Pada gambar tersebut saya akan memperlihatkan
perjalanan paket IP dari Host A ke Host B melalui R1. Host A merupakan host yang
mengirimkan data untuk pertama kalinya (request) sedangkan Host B adalah host yang
akan membalas permintaan pengiriman data (response).

Perjalanan paket data tersebut dapat kita bagi menjadi empat bagian perjalanan data, yaitu
paket request dari Host A ke R1, paket request dari R1 ke Host B, paket response dari Host
B ke R1 dan paket response dari R1 ke Host A. Tentu banyak field yang terdapat pada
network header dari paket tersebut, namun saya hanya akan memperlihatkan field IP
Address pengirim (source IP) dan field IP Address pengirim (destination IP) pada paket
tersebut.

Jika yang dilakukan Router R1 hanyalah sebuah routing maka bentuk paketan nya dapat
dilihay pada gambar 3.16. Awal komunikasi di mulai dari host A yang ingin mengirimkan
data ke Host B. Tentu data tersebut di bungkus (encapsulation) oleh network header yang
berisi IP Address pengirim dan IP Address tujuan.

● Dapat Anda lihat bahwa paket yang dibuat oleh Host A mem Address tujuan
192.168.20.2 (Host B). Perlu diingat, bahwa Ho akan membuat paket dengan tujuan
192.168.10.1 (R1). Pake
diberikan ke Rluntuk diteruskan ke Host B. Oleh sebab itu field I
tujuan dari paket tersebut tetap merupakan IP Address Host B.
Selanjutnya R1 akan meneruskan paket tersebut ke Host B jus
IP Address tujuan 192.168.20.2. Setelah itu, Host B akan meng
paket data tersebut dengan membuat paket dengan IP Addi
192.168.10.2 (Host A) dan R1 akan meneruskan paket tersebut ker
A. Anda dapat melihat bahwa R1 hanya memindahkan (mer paket tersebut dan tidak
melakukan perubahan sama sekali bai
Address pengirim (source IP) maupun IP Address tujuan (desti
Bagaimana kalau yang dilakukan R1 adalah routing dengan
Address Translation (NAT)?. NAT merupakan proses perub
IP Address baik IP Address pengirim maupun IP Address tuj
terbagi atas dua, yaitu:
o Source NAT (SNAT), jika yang dilakukan adalah perubahan
IP Address pengirim dari sebuah paket
Destination NAT (DNAT), jika yang dilakukan adalah peruba
IP Address tujuan dari sebuah paket.

Pada gambar 3.17, RI melakukan routing namun ikut NAT. Jika R1 melakukan NAT, maka
R1 akan merubah field.

● Pengirim dari paket yang diterimanya dari Host A. Ini dapat pada paket request Host
A yang keluar dari R1. Paket tersebu
memiliki field IP Address pengirim 192.168.10.2, namun R1 m
(mentranslasikan) meniadi IP Address 192.168.20.1. Hal ini met
Host B tidak mengetahui host mana yang menjadi pengirim s
Yang diketahui oleh Host B adalah paket request yang diterimar dari R1 dengan IP
Address pengirim 192.168.20.1.
Setelah Host B menerima paket request tersebut, bagaimanak akan membalas
(response) dari paket tersebut? Anda dapat meli Host B akan mengirimkan paket
kembali (response) ke R1, dar Host A. Ini karena Host B mengira yang mengirimkan
paket d R1. Ini dapat ditunjukkan dengan Host B membuat paket respor
field IP Address tujuan 192.168.20.1. Namun Anda harus tetap in
Host B tidak mengetahui kalau yang mengirimkan paket ini s
merupakan Host A.
Setelah paket tersebut tiba R1, kembali R1 melakukan translasi
tujuan dari yang semula adalah 192.168.20.1 menjadi 192.168
sudah merupakan IP Address Host A.Bisa kita mengambil kesimpulan, bahwa
dengan NAT maka berada dibelakang sebuah router akan menjadi tidak terlihar lain
yang berada diseberang router. Ini dicontohkan dengan H tidak mengetahui bahwa
yang mengirimkan paket data adal Sekalipun pada jaringan 192.168.10.0/24 tersebut
ada beberapa melakukan pengiriman ke Host B. Host B akan selalu berasur yang
mengirimkan paket adalah R1.Inilah yang menjelaskan mengapa teman saya yang
mengelola
dapat mengetahui aktifitas setiap workstation dari warnet pelanggan Dia hanya
melihat akses Internet yang dilakukan oleh router pelanggannya. Itu karena router di
setiap warnet pel mengkonfigurasikan NAT.
Yang menjadi pertanyaan berikutnya adalah kapan kita m routing saja dan kapan kita
harus menambahkan fungsi router? NAT hanya diterapkan pada router yang menjadi
b jaringan privat dan jaringan publik (Internet). Singkatnya, jika
yang satu interfacenya menggunakan IP Address publik da lain menggunakan IP
Address private, maka router inilah yang harus menjalan kan NAT. NAT pada router
ini ditujukan untuk meryembunyikan PAaaresprivate dari jaringan publik. Jangan
Anda menerapkan NAT pada router-router yang berada pada jaringan private karena
ini akan menyulitkan Anda memonitor host yang berada dibelakang router tersebut,
kecuali memang Anda ingin menyembunyikan host tersebut dari host lain.
Gambar 3.18 memperlihatkan tiga buah router yang digunakan untuk
menghubungkan sebuah jaringan lokal (private) ke jaringan publik
(Internet). Di dalam jaringan private terdapat empat buah network dan
dihubungkan dengan tiga buah router. Salah satu Router digunakan untuk
berhubungan ke Intemet.
Dari ketiga buah router tersebut, hanya Router GW vang seharusnya menerapkan
NAT. Karena jika RI juga ikut menerapkan NAT, maka GW tidak akan pernah
mengetahui host mana dari network 192.168.10.0/24 yang mengakses Internet.
Router GW hanya akan mengetahui bahwa yang mengakses Intermet adalah
RI.Routing Statik (Static Routing)
Routing statik (static routing) adalah teknik routing yang dilakukan dengan
memasukan entry route ke network tujuan (remote netoork) ke dalam tabel routing
secara manual oleh Administrator jaringan. Bila sebuah router memiliki satu remote
netuork, maka Administrator jaringan juga harus memasukkan satu entry route ke
network tersebut. Jika terdapat dua remote.

● network, maka Administrator akan memasukkan entry route sebanyak du kali untuk
masing-masing remote network tersebut. Dalam memasukka entrw route tersebut
Administrator harus dapat mengetahui dengan past gateway yang akan digunakan
untuk mencapai ronote netrork. Untul jaringan yang terdiri dari beberapa router,
maka penentuan gatewan maupun jalur (path) harus dilakukan dengan lebih cermat
lika dalam jaringan terjadi perubahan topologi maupun perubahar pengalataman (P
Address) maka Administrator juga harus secara manua melakukan perubahan pada
tabel routing. Ini menjadi tidak efisien untu jaringan berskala bsar atau jaringan yang
sering mengalarmi perubaha Karena tika teriadi satu perubahan kecil dalam jaringan
maka Administrato jaringan harus mengkonfigurasikan kembali entry route pada
setiap route yang ada dalam jaringan.
Namun disisi lain routing statik memiliki keuntungan. Karena jalu dilentukan manual
oleh Administratar jaringan, maka perjalanan pake
data dari satu network ke network yang lain dapat diketahui dengar pasti. Routing
statik juga tidak akan menguras resource dari router (CP
dan memory) karena router hanya menjalankan entry route yang sudal ditetapkan
oleh Administrator jaringan, Router tidak perlu berpikir kerat untuk menyusun tabel
rutingnya, tabel routingnya telah disusun olel Anda sclaku Administrator jaringan.

Mari kita perhatikan jaringan pada gambar 3.19 sebagai contoh penerapan.
● Merupakan teknik routing di mana router akan memasukkan sendini entrycntry routr
ke dalam tabel routingnya Untuk melakukan itu, router akan saling bertukar
infommasi routing dengan router yang lain tentang jaringan yang mereka ketahui
masing-masing Setelah menpelajari keberadaan jaringan lain beserta cara mencapai
jaringan tersebut, router akan membuat
ctry reste dan pada akhirmya memasukkannya ke dalam tabel routing, Untuk bi
melakukan pertukaran informad routing mutertouter
tersebut harus mengcunakan protokol nuuting (routing otoca lika dua buah router
ingin bertukar informas routing, maka keduanya harus mengsunakan peutokol
routing yang sama. Berikut protokol routing yang
paling banyak digunakan:
RIP (Routing information Protocol)
2 OSPF (Open Shordest Path Finst)
5EGRP CEnhaned Interior Gateway Routing protocol) BGP (Bonder Gateway
Protocol)
2IS-IS (Intermiediate System to Intermediate System
Pada jaringan yang menerapkan nouting dinamik, ika terjadi perubahan
pengalematan maupun topologi maka router-router akan mengirimkan: informasi
perubahan lenebat ke router lain, Router-pouter tersebut akan bertukar informasi
tentang peruhahan yang terjadi Dari pertukaran informasi nouting tenebut akan
menghasilkan perubahan entry noute pada tabel routing secara otomatis pula
Sehingga Administrator jaringan
tidak perlu lagi melakukan perubahan eutry route seperti pada penrapan Touting
statik
Pada saat terjadi perubahan dalam jaringan, ruuter tidak serta merta langsung
anengganti etry pada tabel routingnya Dibutuhkan selang waktu tertentu sehingga
entry pada tabel routing bisa berubah. Router membutuhkan wakiu untuk melakukan
pertukaran informasi juga membutuhkan waktu dalam menjalankan algorimta routing,
melakukan perhitungan jalur (puth) baru untuk kemudian bisa mengganti entry pada
tabel routing
Waktu yang diperlukan dari sat terjadi perubahan jaringan sampai terjadinya
perubahan rntry roale pada tabel routing disbut waktu convergence (comsenyence
tine). Senakin pendek waktu onvengence maka semakin baik untuk kestabilan
sebuah jaringan. Karera pada saat belum.

● Setelah pertukaran informasi routing terjadi pada kedua router, maka baik R1 dan R2
akan memasukkan informasi network address yang ada pada informasi routing
tersebut ke dalam tabel routing. Sehingga tabel routing pada R1 dan R2 akan terlihat
sebagai berikut:
[adminR1]> ip zoute print Elags: x-disabled, Aactive, D-dynamic, c-connect, s-static,
rrip, b- bap, o-ospt, m-mme, B-blackhole, u-unreachable, P-prohibit .DST-
ADDRESSPREF-SRCGATEHAYDISTANCE
оAрC 10.10.10.0/24
10.10.10.1
etberl

1 AρC 192.168.1.0/24
192.168..1 ether2
2 ADr 192.168.2.0/24
10.10.10.2 120
(adminaR2) ip zoute print Flags: x-disabled, Aactive, D-dynamic, c-connect, s-static,
rrip, b-bgp, o-ospt, m-mme, B-blackhole, d-unreachable, P-prohibit ‫و‬DST-
ADDRESSPREF-SRCGATENAYDISTANCE
ΟADC 10.10.10.0/24
10.10.10.2
etheri

1 Apr 192.16.1.0/24
10.10.10.1
120
2 ADC 192.168.2.0/24
192.168.2.1
ether2
Dari uraian tabel routing di atas, Anda dapat melihat bahwa R1 mengenal remote
netuork 192.168.2.0/24 dan network tersebut dapat dituju melalui 10.10.10.2
(interface etherl dari R2), Begitu juga dengan R2 telah mengenal
network 192.168.1.0/24 dan dapat dituju melalui 10.10.10.1 (interface etherl dari R1).
Anda juga dapat melihat bahwa protokol routing yang digunakan adalah
RIP, ini ditandai dengan label 'r' pada entry route untuk menuju remote
network. Terlihat bahwa protokol routing dapat membuat sebuah router mengenal
remote network dan bagaimarna cara mencapai network tersebut.

● Protokol routing berfungsi menjaga dan memelihara tabel routing agar selalu akurat
dan up to date terhadap perubahan jaringan. Jika suatu saat, network 192.168.2.0/24
diganti pengalamatannya menjadi 192.168.3.0/24.

maka protocol routing yang ada di R2 akan secara otomatis membuat informasi
routing yang akan memberitahukan kepada R1 bahwa network 192.168.2.0/24 telah
diganti menjadi 192.168.3.0/24. Ini membuat R1 secara otomatis mengetahui
kehadiran network 192.168.3.0/24 tanpa ada lagi campur tangan dari Anda selaku
Administrator jaringan untuk melakukan perubahan pada tabel routing.

Informasi routing yang dikirimkan oleh setiap router ini sering disebut sebagai update
routing (routing update). Dan untuk setiap protokol routing, jenis update routing yang
digunakan tidaklah sama. Ada protokol routing yang update routing-nya sederhana,
namun ada juga protokol routing yang update routing-nya sangat kompleks.

Protokol routing akan bekerja dengan menggunakan algorithma routing, mulai dari
algorithma yang sederhana sampai dengan algorithma yang rumit. Algorithma
routing inilah yang akan menghasilkan informasi tentang jalur (path) yang dapat
ditempuh untuk menuju sebuah remote netuwork. Juga dapat menentukan route
terbaik (best path), jika ternyata untuk mencapai remote network terdapat beberapa
jalur (path). Jalur-jalur yang diketahui oleh router pada akhirnya akan dimasukkan ke
dalam tabel routing. Jadi kita dapat mengambil kesimpulan juga, bahwa hasil akhir
dari pekerjaan protokol routing adalah tabel routing.

Routing Statik vs Routing Dinamik

Anda tidak dapat membandingkan mana yang terbaik dalam memilih teknik routing,
apakah routing statik atau routing dinamik. Masing-masing memiliki kelebihan dan
kekurangan. sehingga dalam sebuah jaringan yang kompleks, kombinasi antara
routing statik dan dinamik dapat digunakan.

Pemilihan akan bergantung dari spesifikasi router, ukuran jaringan, topologi jaringan,
kemampuan Administrator dalam mengkonfigurasi sampai dengan seberapa efisien
teknik routing yang kita pilih.

Begitu pula jika Anda akan menentukan jenis protokol routing yang akan digunakan,
masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan.

Sehingga tidak ada satu pun protokol routing yang mutlak Anda gunakan.

Anda harus mempelajari karakteristik dari semua jenis protokol routing.

● sehingga dapat menentukan mana yang cocok untuk digunakan. Dalam jaringan
berskala besar, bisa saja digunakan beberapa protokol routing secara bersama-
sama, bahkan tetap menggunakan routing statik. Kelebihan dan Kekurangan Routing
statik Sebagai bahan pertimbangan untuk menggunakan routing statik, berikut saya
uraikan kelebihan dan kekurangannya. Kelebihan routing statik dapat saya uraikan
sebagai berikut:

Resource rendah

Routing statik tidak memerlukan router dengan kapasitas CPU dan Memori yang besar. Ini
dikarenakan routing statik tidak menjalankan algorithma routing yang dimiliki oleh protokol
routing. Router juga tidak perlu menguras resource dalam menyusun tabel routing karena
entry route yang ada di tabel routing merupakan entry yang dimasukkan manual oleh
Administrator jaringan.

Mudah dikonfigurasi

Untuk mengkonfigurasikan routing statik, hanya diperlukan

pengetahuan tentang keberadaan remote netuwork, gateway (next hop)

dan jalur (path) yang dapat digunakan untuk mencapai remote nettwork

tersebut. Tidak diperlukan keahlian khusus untuk mengkonfigurasikan


routing statik.

Lebih aman

Karena jalur (path) yang akan digunakan menuju remote netoork sudah ditentukan oleh
Administrator jaringan, maka jalur perjalanan paket data akan tetap. Jalur yang digunakan
juga akan mudah ditelusuri dan diketahui dengan pasti. Jalur perjalanan paket data tidak
akan berubah selama Administrator jaringan tidak merubahnya. Jalur (path) yang tetap ini
juga memungkinkan tidak terjadinya routing loop.

Routing loop itu sendiri dapat mengakibatkan paket yang dikirimkan tidak pernah sampai di
tujuan.

Sedangkan kekurangan routing statik adalah sebagai berikut: Waktu konfigurasi lama

Administrator harus menentukan terlebih dahulu jalur (path) yang akan digunakan, kemudian
memasukan path tersebut satu persatu.

ke dalam tabel routing sebagai entry routing. Pekerjaan konfigurasi seperti ini akan
membutuhkan waktu yang lebih lama untuk jaringan

yang berskala besar

Maintenance yang lama

Jika terjadi perubahan dalam topologi jaringan atau pengalamatan jaringan, maka
dibutuhkan perubahan konfigurasi juga pada

setiap router. Begitu pula jika terdapat entry route yang tidak dapat

digunakan lagi, maka Administrator harus membuat entry route baru untuk
menggantikannya. Ini jelas membutuhkan waktu yang lama, karena Administrator harus
menyusun kembali entry route yang baru di setiap router.

Dapat terjadi kesalahan konfigurasi

Karena dikonfigurasi secara manual oleh Administrator, maka ada kemungkinan


Administrator salah dalam membuat entry route.

Terutama untuk jaringan yang memiliki banyak router dan terdapat beberapa jalur (path)
untuk menuju sebuah remote network.

Tidak cocok untuk jaringan berskala besar.

Untuk jaringan skala besar, penggunaan routing statik tidak mudah lagi dan juga tidak
efisien. Karena proses untuk mengisikan entry route secara manual- akan sangat rumit dan
membutuhkan perencanaan yang tepat. Begitu juga bagi jaringan yang selalu berkembang
atau bertambah ukurannya, karena setiap terjadi penambahan jaringan, maka dibutuhkan
konfigurasi ulang pada setiap router

Kelebihan dan Kekurangan Routing Dinamik

Jika Anda akan menerapkan routing dinamik, maka Anda pasti akan menggunakan protokol
routing. Dengan menggunakan protokol routing.

maka keuntungan yang Anda dapatkan adalah sebagai berikut:

Waktu konfigurasi lebih cepat

Untuk mengkonfigurasikan protokol routing pada router relatif tidak membutuhkan waktu
yang lama. Anda cukup mengkonfigurasikan

IP Address pada setiap interface, kemudian mengaktifkan protokol

routing dan kemudian mengenalkan (meng-advertise) jaringan yang terhubung langsung


dengan router tersebut.

Dapat langsung beradaptasi pada perubahan jaringan

Karena menggunakan protokol routing yang secara dinamik memeriksa kondisi jaringan,
maka perubahan jaringan akan dapat diketahui dengan cepat oleh router-router. Setelah
mengetahui perubahan tersebut, router-router akan kembali memperbaiki tabel routingnya.

Kemungkinan kesalahan konfigurasi kecil

Karena konfigurasi yang dilakukan tidak dengan menentukan secara manual setiap entry
route, maka kemungkinan kesalahan penentuan jalur (path) jauh lebih kecil. Kesalahan entry
route hanya akan diakibatkan oleh kesalahan router dalam membaca informasi routing dari
router lain.

Mendukung untuk jaringan besar

Protokol Routing dapat dengan cepat beradaptasi terhadap perubahan jaringan, sehingga
untuk jaringan yang berskala besar akan sangat efisien. Begitu juga bagi jaringan yang
selalu berkembang, jika ada penambahan jaringan baru, protokol routing dapat dengan
cepat mengetahuinya.

Namun penggunaan protokol routing juga memiliki beberapa kekurangan, yaitu:

Membutuhkan resource yang besar

Protokol routing akan menjalankan algoritma routing, membuat database jaringan sampai
dengan urusan kirim-mengirim pesan informasi routing (update routing). Kesemuanya itu
membutuhkan CPU dan Menori yang lebih besar dibandingkan jika hanya menjalankan
routing statik.
Membutuhkan kemampuan yang lebih dari Administrator Beberapa protokol routing memang
tidak terlalu rumit untuk dikonfigurasikan. Namun ada juga protokol routing tertentu yang
penerapannya membutuhkan Administrator dengan pengetahuan

yang lebih tentang konsep, konfigurasi, pengujian dan troubleshoot routing.

Relatif kurang aman

Dikatakan kurang aman, karena router akan menentukan sendiri entry route yang akan
digunakan. Ini bisa mengakibatkan salah penentuan jalur (path) oleh router-router yang akan
mengakibatkan

terjadinya routing loop. Selain itu pertukaran informasi routing dapat dikacaukan oleh pihak-
pihak yang tidak bertanggung jawab. Ini akan mengakibatkan terjadinya entry route palsu
dalam jaringan.

Dengan mengetahui kelebihan dan kekurangan masing-masing, maka Anda diharapkan


dapat dengan tepat menentukan kapan akan menggunakan routing statik dan kapan Anda
akan menggunakan protokol

routing (routing dinamik).

Anda mungkin juga menyukai