Anda di halaman 1dari 4

BAB ?

“Mbakmu sakit dek, kamu beneran nggak bisa pulang?”


Langkahku kakiku dan gerakan tanganku yang hampir
mencapai gagang pintu berhenti seketika ketika mendengar ibu
mertuaku sedang berbicara dengan adik iparku.
“Lang.”
“Ma.” Aku mundur beberapa langkah ketika tiba-tiba
mertuaku keluar.
“Kok nggak masuk?”
“Iya Ma. Mama mau kemana?”
“Mau nganter jaketnya Jingga.”
“Biar aku aja Ma.”
“Kamu kan baru pulang kerja, pasti capek, semaleman
juga jagain Jingga. Kamu istirahat aja di dalem.”
“Ma.”
“Ya?”
“Barusan Mama nelfon Senja?”
Mama mertuaku mengangguk.
“Dia tetep nggak mau pulang Ma?”
“Iya.”
“Mama anterin jaketnya Jingga dulu aja!” papa
mertuaku datang.
“Kalo dia memang belum mau pulang, mungkin dia
masih butuh waktu.”
“Tapi kondisi Jingga nggak bagus Pa. Kalo cuma di
Bandung, aku bisa datengin dia Pa.”
Papa mertua menggeleng. “Dia nggak di Indo. Dia
ambil job di luar.”
“Harusnya dari awal aku menolak menikahi Jingga
Pa.”

1
“Tidak ada yang perlu disesali Lang. Semua sudah
terjadi. Kita sebagai manusia hanya bisa berdoa dan
berusaha agar Senja mau menemui kakaknya.”
“Kalo Senja tetep nggak mau pulang bagaimana Pa?”
Papa mertuaku menggeleng.
“Ini permintaan Jingga Pa.”

2
3
BAB ?
?

Write

Anda mungkin juga menyukai