Anda di halaman 1dari 68

PENGARUH PENERAPAN MODUL EKOSISTEM BERBASIS INKUIRI

TERBIMBING TERHADAP KEMAMPUAN BERFIKIR KRITIS


SISWA KELAS X MAN TAPANULI SELATAN

PROPOSAL PENELITIAN

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Dalam


Menyelesaikan Program Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Pada Institut Pendidikan Tapanuli Selatan

Oleh:

ISMI SURYANI HARAHAP


NPM.20110012

Fakultas : Pendidikan MIPA


Program Studi : Pendidikan Biologi

FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM


INSTITUT PENDIDIKAN TAPANULI SELATAN
PADANGSIDEMPUAN
2023
1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan kebutuhan yang sangat penting bagi manusia untuk

keberlangsungan hidup. Tanpa adanya pendidikan, maka dalam menjalani

kehidupan ini manusia tidak akan dapat berkembang dan bahkan akan tertinggal.

Dengan demikian pendidikan itu harus betul-betul diarahkan untuk menghasilkan

manusia yang luhur dan moral yang baik. Pendidikan memiliki tujuan untuk

menjadi media dalam melakukan pengembangan potensi dan mencerdaskan

manusia agar siap menghadapi kehidupan yang akan datang. Salah satu

pengembangan potensi yang harus dimiliki yaitu adanya kemampuan berpikir

kritis yang perlu ditingkatkan atau diperhatikan dalam proses pembelajaran.

Berpikir kritis adalah proses berpikir yang terarah dan jelas berpengaruh

besar dalam kegiatan mental seorang individu seperti memecahkan masalah,

mengambil keputusan, menganalisis asumsi maupun dalam melakukan penelitian

ilmiah. Pentingnya kemampuan berpikir tingkat tinggi untuk dikembangkan agar

mampu untuk menyelesaikan suatu permasalahan, salah satunya adalah

keterampilan berpikir kritis. Keterampilan berpikir kritis menjadi komponen

penting dalam kegiatan pembelajaran di kelas dan memiliki manfaat seumur hidup

serta d apat mendukung peserta didik dalam mengatur keterampilan belajar

mereka serta memberdayakan peserta didik untuk berkontribusi secara aktif dan

kreatif dalam kehidupan. Namun pada kenyataanya kemampuan berfikir kritis

siswa masih rendah.

1
2

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara pada tanggal 25 Mei 2023 di

MAN Tapanuli Selatan dengan guru biologi yaitu Ibu Elvinasari Siregar S.Pd

bahwa kemampuan berpikir kritis siswa masih sangat rendah. Kenyataan ini

diketahui dari keinginan siswa untuk bertanya rendah, kemampuan menganalisis

rendah dan konsentrasi belajar rendah. Hal itu juga disebabkan karena guru lebih

mendominasi proses pembelajaran menggunakan metode ceramah yang monoton

dan membosankkan sehingga siswa cenderung pasif pada saat pembelajaran.

Begitu juga pada saat pembelajaran materi ekosistem di kelas, peserta didik hanya

cenderung terpaku pada materi yang ada di buku saja, siswa tidak dilatih untuk

menganalisis permasalahan dan informasi yang ada. Sehingga kemampuan

berfikir kritis siswa menjadi rendah dan tidak berkembang.

Adapun upaya yang diberikan sekolah ialah guru menggunakan metode

ceramah dan hanya bermodalkan buku dari sebagai bahan belajar. Sehingga hal

ini menyebabkan siswa menjadi jenuh dan bosan saat proses pembelajaran

berlangsung dan juga dapat mengakibatkan siswa tidak mampu mengembangkan

kemampuan berfikir kritis. Dengan tidak berkembangnya kemampuan berfikir

kritis siswa akan menyebabkan siswa tidak mampu menganalisis masalah yang

ada disekitanya.

Jika kemampuan berfikir kritis siswa tidak di tingkatkan maka

kedepannya siswa akan kesulitan mengembangkan potensi yang ada pada dirinya

serta akan mengalami kesulitan memberikan ide-ide atau solusi dan akan lebih

sulit untuk menerima pendapat orang lain yang berbeda dari pendapat yang

diberikan. Kemampuan berfikir kritis siswa yang tidak di kembangkan lambat

laun akan melemah bahkan menghilang. Padahal salah satu yang penting dalam
3

proses pembelajaran ialah memberikan kesempatan pada siswa untuk

mengembangkan kemampuan berfikir yang dimilikinya.

Sehingga solusi yang diperlukan untuk menyelesaikan permasalahan

tersebut adalah perlu dikembangkan bahan ajar untuk meningkatkan kemampuan

berfikir kritis dan membantu siswa lebih aktif, kreatif, dan mudah dalam belajar.

Bahan ajar ini digunakan untuk memudahkan guru menyampaikan materi dalam

proses belajar mengajar sehingga dapat merangsang pikiran, perhatian, dan minat

belajar peserta didik. Modul diharapkan dapat menjadi salah satu pilihan bahan

belajar mandiri. Modul merupakan salah satu media pembelajaran yang dikemas

secara sistematis agar peserta didik dapat melakukan pembelajaran secara mandiri

tanpa didampingi guru.

Selain bahan ajar yang digunakan, pendekatan yang digunakan dalam

modul tersebut juga sangat penting. Pendekatan yang digunakan adalah

pendekatan berbasis inkuiri terbimbing. Inkuiri terbimbing adalah suatu

pendekatan mengajar dimana guru memberi siswa contoh-contoh tofik yang

spesifik dan memamndu siswa untuk memahami materi. Inkuiri terbimbing

menekankan pada proses menjawab masalah bukan pada pembuatan masalah.

Pendekatan ini mampu untuk merangsang kemampuan berfikir siswa untuk

mengembangkan dalam proses mendapatkan jawaban dari suatu pertanyaan

ilmiah. Sehingga selama pembelajaran siswa memperoleh banyak pengetahuan

secara mandiri, serta tidak bergantung pada guru ataupun buku yang menjadi satu-

satunya sumber belajar.

Berdasarkan latar belakang masalah di atas penulis tertarik melakukan

suatu penelitian dengan judul “Pengaruh Penggunaan Modul Ekosistem


4

Berbasis Inkuiri Terbimbing Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Siswa

Kelas X MAN Tapanuli Selatan”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka identifikasi masalah

peneliti sebagai berikut :

1. Keinginan bertanya siswa masih rendah.

2. Kemampuan menganalisis siswa masih rendah.

3. Konsentrasi belajar siswa masih rendah.

4. Guru lebih mendominasi proses pembelajaran menggunakan metode ceramah

5. Siswa cenderung terpaku pada materi yang ada di buku saja

C. Pembatasan Masalah

Karena ada beberapa faktor di atas yang mempengaruhi kemampuan

berfikir kritis siswa, maka penulis membatasi masalah dalam penelitian ini

sebagai berikut:

1. Modul ekosistem berbasis inquiri terbimbing sebagai variabel X, dengan

indikator 1) Merumuskan masalah, 2) membuat hipotesis, 3) pengumpulan

data, 4) menguji hipotesis.

2. Kemampuan berfikir kritis siswa sebagai variabel Y, dengan indikator 1)

interprestasi, 2) analisis, 3) evaluasi, 4) inferensi.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah di atas, penulis merumuskan masalah

sebagai berikut :

1. Bagaimana gambaran penggunaan modul ekosistem berbasisi inkuiri pada

siswa kelas X MAN Tapanuli Selatan?


5

2. Bagaimana kemampuan berfikir kritis siswa sebelum dan sesudah

menggunakan modul ekosistem berbasis inkuiri pada siswa kelas X MAN

Tapanuli Selatan?

3. Apakah terdapat Pengaruh penerapan modul ekosistem berbasis inkuiri

terbimbing terhadap kemampuan berfikir kritis siswa sebagai bahan belajar

siswa kelas X MAN Tapanuli Selatan?

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Bedasarkan rumusan masalah yang dikemukakan di atas, tujuan penelitian ini

adalah sebagai berikut :

a. Untuk mengetahui gambaran penggunaan modul ekosistem berbasisi

inkuiri pada siswa kelas X MAN Tapanuli Selatan.

b. Untuk mengetahui kemampuan berfikir kritis siswa sebelum dan sesudah

menggunakan modul ekosistem berbasis inkuiri pada siswa kelas X MAN

Tapanuli Selatan.

c. Untuk mengetahui Pengaruh penerapan modul ekosistem berbasis inkuiri

terbimbing terhadap kemampuan berfikir kritis siswa sebagai bahan

belajar siswa kelas X MAN Tapanuli Selatan.

2. Manfaat Penelitian

a. Bagi Kepala Sekolah

Sebagai bahan masukan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran

dengan harapan tercapainya peningkatan prestasi belajar siswa khususnya

dalam pembelajaran biologi.


6

b. Bagi Guru

Penelitian ini diharapkan dapat membantu guru-guru dalam pembelajaran

ekosistem dan dijadikan sebagai bahan untuk materi pengajaran dan

strategi pengajaran khususnya kemampuan berfikir kritis.

c. Bagi Siswa

Untuk menambah wawasan tentang pembelajaran kekmampuan berfikir

kritis siswa.

d. Bagi Peneliti

Sebagai pembuktian apakah penelitian yang dilakukan oleh peneliti dapat

digunakan atau diterapkan disekolah sebagai hasil yang baik.

e. Bagi Peneliti Lainnya

Untuk menambah referensi dan dapat mempelajari kelebihan dan

kekurangan dari hasil penelitian ini, agar kedepannya akan menjadi

peneliti yang lebih baik lagI.


7

BAB II

LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

A. Landasan Teori

1. Hakikat Kemampuan Berfikir Kritis Siswa

Kemampuan berfikir kritis adalah kemampuan untuk secara objektif

menganalisis, mengevaluasi, dan memecahkan masalah dengan menggunakan

logika dan bukti yang relevan. Menurut Shriner (2006:3) “Berpikir kritis

merupakan kemampuan dalam menganalisis situasi yang yang didasrkan fakta,

bukti sehingga dipeoleh suatu kesimpulan. Berpikir kritis juga meruapakan

kemampuan dalam mengembangkan serta menjelaskan argumen dari data yang

disusun menjadi suatu keputusan atau ide yang kompleks”. Menurut Choy &

Cheah (2009 : 155) mendefinisikan “Berpikir kritis sebagai proses kompleks yang

memerlukan kognitif tingkat tinggi dalam memproses informasi”. Sedangkan

menurut Ennis (2011 : 7) menambahkan bahwa “Berpikir kritis merupakan

kemampuan berpikir reflektif dan beralasan yang difokuskan pada apa yang

dipercayai atau dilakukan. Kemampuan berpikir kritis meliputi kemampuan

klarifikasi dasar, dasr pengambilan keputusan, menyimpulkan, memberikan

penjelasan lebih lanjut, perkiraan dan pengintegrasian, serta kemampuan

tambahan”.

Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa kemampuan

berfikir kritis ialah kemampuan menganalisis maupun mengembangkan suatu

7
8

kemampuan dalam mengelola informasi sehingga mampu mengambil keputusan

yang mengarah pada kesimpulan yang tepat.

Menurut Facione (2011:155) menyatakan bahwa “Berpikir kritis

merupakan pengaturan diri dalam memutuskan sesuatu yang menghasilkan

interpretasi, analisis, evaluasi, dan inferensi, maupun pemaparan menggunakan

suatu bukti, konsep, metodologi, kriteria, atau pertimbangan kontekstual yang

menjadi dasar dibuatnya keputusan”. Menurut Ahmatika (2017:399) menyatakan

bahwa terdapat beberapa indikator kemampuan berfikir kritis yang digunakan

dalam penelitian ini yaitu: a) Menginterprestasi yaitu mengkategorikan dan

mengklasifikasi, b) Menganalisis yaitu menguji dan mengidentifikasi, c)

Mengevaluasi yaitu mempertimbangkan dan menyimpulkan, d) Menarik

kesimpulan yaitu menyaksikan data dan menjelaskan kesimpulan. Menurut

Purwati (2016:87) menyatakan bahwa kemampuan berpikir kritis mencakup

beberapa indikator antara lain: a) Menginterprestasi yaitu kemampuan memahami

atau mengungkapkan makna dari data atau situasi yang disajikan dalam sebuah

permasalahan sains, b) Analisis yaitu kemampuan mengidentifikasi hubungan

anatara data yang diberikan, c) Evaluasi yaitu kemampuan menemukan dan

membuktikan kesalahan dalam sebuah permasalahan, d) Keputusan yaitu

kemampuan membuat kesimpulan dari suatu permasalahan.

Purwati (2016:87) menyatakan bahwa kemampuan berpikir kritis

mencakup beberapa indikator antara lain: a) Menginterprestasi yaitu kemampuan

memahami atau mengungkapkan makna dari data atau situasi yang disajikan

dalam sebuah permasalahan sains, b) Analisis yaitu kemampuan mengidentifikasi

hubungan anatara data yang diberikan, c) Evaluasi yaitu kemampuan menemukan


9

dan membuktikan kesalahan dalam sebuah permasalahan, d) Keputusan yaitu

kemampuan membuat kesimpulan dari suatu permasalahan.

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa indikator

kemampuan berpikir kritis yaitu:

a) Menginterprestasi adalah kemampuan dalam memahami atau

mengungkapkan makna dari suatu data atau situasi yang disajikan dalam

sebuah permasalahan biologi.

b) Menganalisis adalah kemampuan mengidentifikasi suatu hubungan antara

data yang diberikan.

c) Mengevaluasi adalah kemampuan menemukan dan membuktikan kesalahan

dalam suatu permasalahan.

d) Menginferensi adalah kemampuan membuat kesimpulan dari sebuah

permasalahan.

Berdasarkan uraian di atas maka indikator yang ditetapkan akan diuraikan

satu persatu sebagai berikut:

a. Interpretasi

Interpretasi bertujuan untuk mengukur kemampuan siswa dalam

memahami materi pelajaran. Hidayanti (2016:277) mengwmukakan bahwa

"Interpretation (interpretasi), yaitu memahami dan mengekspresikan arti atau

maksud dari pernyataan". Sedangkan menurut Karim (2015:93) "Menginterpretasi

adalah memahami dan mengekspresikan makna atau signifi-kansi dari berbagai

macam pengalaman, situasi, data, kejadian-kejadian, penilai-an, kebiasaan, atau

adat, kepercayaan- kepercayaan, aturan-aturan, prosedur atau kriteria-kriteria".


10

Interpretasi merupakan salah satu kemampuan dalam memahami dan

mengekspresikan arti atau makna dari berbagai data, pengalaman dan peristiwa

yang terjadi. Menurut Purwati (2016:87) "Interpretasi adalah memahami masalah

yang ditunjukkan dengan menulis yang bdiketahui maupun yang ditanyakan soal

dengan tepat. Menurut Agnafia (2019:46) mengemukakan bahwa "Interpretasi

adalah kemampuan dalam menafsirkan dan memahami makna dalam suatu

masalah."

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa interpretasi, adalah

memahami dan mengekspresikan makna yang signifikan dari berbagai macam

pengalaman, situasi, data, kejadian-kejadian, penilaian, kebiasaan atau adat,

kepercayaan-kepercayaan, aturan-aturan, prosedur atau kriteria-kriteria, serta

kemampuan dalam menafsirkan dan memahami makna dalam suatu masalah.

b. Analisis

Pada indikator analisis siswa akan mengidentifikasi hubungan-hubungan

antara pernyataan-pernyataan, konsep-konsep yang diberikan dalam soal yang

ditunjukkan dengan membuat model penyeleasian soal-soal yang tepat dan

memberi penjelasan yang tepat. Karim (2015:93) menyatakan bahwa "Analisis

adalah mengidentifikasi hubungan-hubungan inferensial yang dimaksud dan

aktual diantara pemyata-an-pernyataan, pertanyaan-pertanyaan, konsep-konsep

deskripsi-deskripsi atau bentuk-bentuk representasi lainnya yang dimaksudkan

untuk mengekspresikan kepercayaan-kepercayaan, penilaian, pengalaman-

pengalaman, alas-alasan, informasi atau opini-opini. Sedangkan menurut

Hidayanti (2016:277) Analysis (analisis), yaitu mengidentifikasi hubungan antara


11

informasi yang diberikan, masalah yang akan diselesaikan, dan semua konsep

yang diperlukan dalam menyusun rencana penyelesaian masalah.

Seorang pemikir kritis mampu menganalisis dan mengevaluasi setiap

informasi yang diterimanya. Menurut Purwati (2016:87) menyatakan bahwa

mengidentifikasi hubungan-hubungan antara pernyataan-pernyataan, pertanyaan-

pertanyaan, konsep-konsep yang diberikan dalam soal yang ditunjukkan dengan

membuat model matematika dengan tepat dan memberi penjelasan yang tepat.

Menurut Agafia (2019:46) menyatakan bahwa “Analisis adalah kemampuan

dalam menyelidiki atau mengidentifikasi keterkaitan antara pernyataan, fakta data,

konsep dan dapat menyimpulkan”.

Berdasarkan perbyataan diatas dapat disimpulkan bahwa indikator analisis

pada kemampuan berfikir kritis adalah mengidentifikasi hubungan-hubungan

inferensional yang dimaksud dan faktual diantaranya yaitu pernyataan-pernyataan,

pertanyaan-pertanyaan, konsep-konsep, dan deskripsi-deskripsi.

c. Evaluasi

Mengevaluasi adalah kemampuan mengidentifikasi hubungan antara data

yang diberikan. Evaluasi pada kemampuan berfikir kritis merupakan menilai

kredibilitas, pernyataan atau repsentasi lain yang memberi penjelasan atau

deskripsi dari persepsi, pengalaman, situasi, pertimbangan, keyakinan atau

pendapat seseorang dan untuk menilai kekuatan logika dari hubungan inferensial

yang actual atau pernyataan, deskripsi, pertanyaan atau bentuk representasi

lainnya. Menurut Hidayanti (2016:277) menyatakan bahwa “Evaluation (evaluasi)

yaitu menilai kredibilitas pernyataan dan menilai kekuatan logis dari

pernyataan/penyelesaian masalah yang telah dilakukan. Menurut Karim (2015:93)


12

Evaluasi berarti menaksisr kredibilitas pernyataan-pernyataan


atau repsentasi-repsentasi yang merupakan laporan-laporan atau
deskripsi-deskripsi dari persepsi, pengalaman, situasi, penilaian,
kepercayaan atau opii seseorang, dan menaksir kekuatan logis
dari hubungan-hubungan inferensial atau dimaksud diantara
pernyataan-pernyataan, deskripsi-deskripsi, pertanyaan-
pertanyaan, atau bentuk-bentuk repsentasi lainnya.
Seseorang yang memiliki kemampuan berpikir kritis memiliki kemampuan

mengevaluasi informasi, memunculkan pertanyaan dan masalah yang vital,

menyusun pertanyaan dan masalah tersebut dengan jelas, mengumpulkan dan

menilai informasi yang relevan menggunakan ide-ide abstrak, berpikiran terbuka,

serta mengomunikasikannya dengan efektif. Menurut Agnafia (2019:46)

menyatakan bahwa "Evaluasi adalah kemampuan dalam menilai kredibilitas suatu

pernyataan atau reprsentasi serta mengakses hubungan penyataan, data, fakta,

konsep atau bentuk lainnya." Menurut Purwati (2016:87) menyatakan bahwa

evaluai dalam kemmampuan berpikir kritis adalah "menggunakan strategi yang

tepat dalam menyelesaikan soal, lengkap, dan benar dalam melakukan

perhitungan."

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa evaluasi, adalah

menaksir kredibilitas pernyataan-pernyataan atau representasi-representasi yang

merupakan laporan-laporan atau deskripsi-deskripsi dari persepsi, pengalaman,

penilaian, opini dan menaksir kekuatan logis dari hubungan-hubungan

inferensional atau dimaksud diantara pernyataan-pernyataan, deskripsi-deskripsi,

pertanyaan-pertanyaan atau bentuk-bentuk representasi lainnya.

d. Inferensi

Inferensi adalah suatu kemampuan membuat kesimpulan dari suatu

permasalahan atau dari beberapa materi yang telah dipelajari. Menurut Hidayanti

(2016:277) menyatakan bahwa "Inference (inferensi), yaitu menarik kesimpulan


13

yang masuk akal dengan memberikan semua alasan yang penting dan masuk

akal". Menurut Karim (2015:93) juga menyatakan bahwa "Inferensi berarti

mengidentifikasi dan memperoleh unsur-unsur yang diperlukan untuk membuat

kesimpulan-kesimpulan yang masuk akal, membuat dugaan-dugaan dan hipotesis.

mempertimbangkan informasi yang relevan dan menyimpulkan konsekuensi

konsekuensi dari data, situasi-situasi, pertanyan-pertanyaan atau bentuk-bentuk

representasi lainya."

Menurut Agnafia (2019:46) menyatakan bahwa “Inferensi adalah

kemampuan dalam mengdentifikasi dan mendapatkan konsep atau unsur dalam

dalam menarik suatu kesimpulan.” Menurut Purwati (2016:87) menyatakan

bahwa inferensi adalah Dapat menarik kesimpulan dari apa yang ditanyakan

dengan tepat.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa infrensi adalah

kemampuan mengidentifikasi dan memperoleh unsur-unsur yang masuk akal,

membuat dugaan-dugaan dan hipotesis, dan menyimpulkan konsekuensi-

konsekuensi dari data.

2. Hakikat Penggunaan Modul Ekosistem Berbasis Inkuiri Terbimbing

a. Modul

1) Pengertian Modul Pembelajaran

Modul adalah seperangkat bahan pembelajaran yang disusun sedemikian

rupa yang digunakan guru untuk memudahkan guru dalam penyampaian materi

agar lebih mudah dalam penyampaiannya, Modul tersaji dengan materi tertentu

yang tujuannya jelas dan spesifik lengkap dengan soal yang sesuai dengan materi

sehingga bisa membantu siswa dalam memahami suatu materi. Modul


14

pembelajaran adalah suatu unit yang lengkap yang berdiri sendiri dan terdiri atas

suatu rangkaian kegiatan belajar yang disusun untuk membantu siswa mencapai

sejumlah tujuan yang dirumuskan secara khusus dan jelas (Nasution, 2008:205).

Sedangkan menurut Anwar yang dikutip Falarni (2017:13), "Modul

pembelajaran adalah bahan ajar yang disusun secara sistematis dan menarik yang

mencakup isi materi, metode dan evaluasi yang dapat digunakan secara mandiri

untuk mencapai kompetensi yang diharapkan". Menurut Russel yang dikutip

Wena (2009:230) bahwa, "Modul adalah suatu paket pembelajaran yang berisi

satu unit konsep tunggal". Sedangkan menurut Hamdani (2017:219) menyatakan

bahwa, "Modul adalah alat atau sarana pembelajaran yang berisi materi, metode,

batasan-batasan materi pembelajaran, petunjuk kegiatan belajar, latihan, dan cara

mengevaluasi yang dirancang secara sistematis dan menarik untuk mencapai

kompotensi yang diharapkan dan dapat digunakan secara mandiri".

Pengajaran modul merupakan usaha penyelanggaraan pengajaran

individual yang memungkinkan siswa menguasai satu unit bahan pelajaran

sebelum dia beralih kepada unit berikutnya. Berdasarkan beberapa pengertian

modul di atas maka dapat disimpulkan bahwa modul pembelajaran adalah salah

satu bentuk bahan ajar yang dikemas secara lengkap, sistematis dan menarik

sehingga mudah untuk dipelajari secara mandiri.

2) Karakteristik Modul

Modul pembelajaran merupakan salah satu bahan belajar yang dapat

dimanfaatkan oleh siswa untuk melatih diri belajar secara mandiri. Modul yang

baik harus disusun secara sistematis, jelas, mudah dipahami dan menarik. Modul
15

dapat digunakan kapanpun dan dimanapun sesuai dengan kebutuhan siswa. Anwar

(2010.93) menyatakan bahwa karakteristik modul pembelajaran sebagai berikut :

1. Self instructional, Siswa mampu membelajarkan diri sendiri,


tidak tergantung pada pihak lain.
2. Self contained, Seluruh materi pembelajaran dari satu unit
kompetensi yang dipelajari terdapat didalam satu modul
utuh.
3. Stand alone, Modul yang dikembangkan tidak tergantung
pada media lain atau tidak harus digunakan bersama-sama
dengan media lain.
4. Adaptif, Modul hendaknya memiliki daya adaptif yang tinggi
terhadap perkembangan ilmu dan teknologi.
5. User friendly, Modul hendaknya juga memenuhi kaidah
akrab bersahabat/akrab dengan pemakainya.
6. Konsistensi, Konsisten dalam penggunaan font, spasi, dan
tata letak.

Menurut Wijaya yang dikutip Falarni (2017:29) ciri-ciri pengajaran modul

pembelajaran adalah:

1. Siswa dapat belajar individual, ia belajar dengan aktif tanpa


bantuan maksimal dari guru.
2. Tujuan pelajaran dirumuskan secara khusus. Rumusan tujuan
bersumber pada perubahan tingkah laku.
3. Tujuan dirumuskan secara khusus sehingga perubahan
tingkah laku yang terjadi pada diri siswa segera dapat
diketahui. Perubahan tingkah laku diharapkan sampai 75%
penguasaan tuntas (mastery learning).
4. Membuka kesempatan kepada siswa untuk maju
berkelanjutan menurut kemampuannya masing-masing.
5. Modul merupakan paket pengajaran yang bersifat self-
instruction, dengan belajar seperti ini, modul membuka
kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan dirinya
secara optimal.
6. Modul memiliki daya informasi yang cukup kuat. Unsur
asosiasi, struktur, dan urutan bahan pelajaran terbentuk
sedemikian rupa sehingga siswa secara spontan
mempelajarinya.
7. Modul banyak memberikan kesempatan kepada siswa untuk
berbuat aktif.
16

Menurut Daryanto (2013:9-11) untuk menghasilkan modul yang mampu

meningkatkan motivasi belajar, pengembangan modul harus memperhatikan

karakteristik yang diperlukan sebagai modul. Karakteristik modul harus:

a) Self intruction
Merupakan karakteristik penting dalam Modul, dengan
karakter tersebut memungkinkan seseorang belajar secara
mandiri dan tidak bergantung pada pihak lain.
b) Self-contained
Modul dikatakan self-contained Bila Seluruh materi
pembelajaran yang dibutuhkan memuat dalam Modul
tersebut titik tujuan dari konsep ini adalah memberikan
kesempatan kepada peserta didik mempelajari materi
pembelajaran secara tuntas karena materi belajar dikemas ke
dalam suatu kesatuan yang utuh. Jika harus dilakukan
pembagian atau pemisahan materi dari suatu standar
kompetensi atau kompetensi dasar harus dilakukan dengan
hati-hati dan memperhatikan keleluasaan standar kompetensi
atau kompetensi dasar yang harus dikuasai oleh peserta
didik.
c) Berdiri sendiri atau Stand Alone
Stand alone atau berdiri sendiri merupakan karakteristik
modul yang tidak tergantung pada bahan ajar atau media lain
tidak harus digunakan bersama-sama dengan bahan ajar titik
dengan menggunakan modul, peserta didik tidak perlu bahan
ajar yang lain untuk mempelajari atau mengerjakan tugas
pada model tersebut, jika peserta didik masih menggunakan
dan bergantung pada bahan ajar lain selain modul yang
digunakan, maka bahan Ayat tersebut tidak dikategorikan
sebagai modul yang berdiri sendiri.
d) Adaptif (Adaftive)
Modul hendaknya memiliki daya adaptasi yang tinggi
terhadap perkembangan ilmu dan teknologi titik dikatakan
adaptif modul tersebut dapat menyesuaikan perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi titik serta fleksibel
digunakan di berbagai perangkat keras atau hardware.
e) Bersahabat atau akrab (User Friendly)
Modul hendaknya memenuhi kaidah user friendly atau
bersahabat dengan pemakaiannya. Setiap intruksi dan
paparan informasi yang tampil bersifat membantu dan
bersahabat dengan pemakaiannya, termasuk kemudahan
pemakaian dalam merespon dan mengakses sesuatu yang
diinginkan titik penggunaan bahas yang sederhana mudah
dimengerti, serta Penggunaan istilah yang umum digunakan.
17

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri

pembelajaran modul adalah siswa memiliki kesempatan melatih diri belajar secara

mandiri dan berkesempatan untuk mengekspresikan cara- cara belajar yang sesuai

dengan kemampuan, minat dan cara mereka masing-masing.

3) Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran dengan Menggunakan Modul

Belajar menggunakan modul sangat banyak manfaatnya, bukan hanya

mempermudah siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran, siswa juga dapat

bertanggung jawab terhadap kegiatan belajarnya sendiri, pembelajaran dengan

modul sangat menghargai perbedaan individu, sehingga siswa dapat belajar sesuai

dengan tingkat kemampuannya, maka pembelajaran semakin efektif dan efisien.

Hamdani (2017:220) mengungkapkan beberapa manfaat bagi siswa yang

diperoleh jika belajar menggunakan modul, antara lain:

1. Siswa memiliki kesempatan melatih diri belajar secara


mandiri.
2. Belajar menjadi lebih menarik karena dapat dipelajari di luar
kelas dan di luar jam pembelajaran.
3. Berkesempatan mengekspresikan cara-cara belajar yang
sesuai dengan kemampuan dan minatnya.
4. Berkesempatan menguji kemampuan diri sendiri dengan
mengerjakan latihan yang disajikan dalam modul
5. Mampu membelajarkan diri sendiri.
6. Mengembangkan kemampuan siswa dalam berinteraksi
langsung dengan lingkungan dan sumber belajar lainnya.

Menurut Tjipto (1991:72), mengungkapkan beberapa keuntungan yang

diperoleh jika belajar menggunakan modul, antara lain :

a. Motivasi siswa dipertinggi karena setiap kali siswa


mengerjakan tugas pelajaran dibatasi dengan jelas dan yang
sesuai dengan kemampuannya.
b. Sesudah pelajaran selesai guru dan siswa mengetahui benar
siswa yang berhasil dengan baik dan mana yang kurang
berhasil.
c. Siswa mencapai hasil yang sesuai dengan kemampuannya.
d. Beban belajar terbagi lebih merata sepanjang semester.
18

e. Pendidikan lebih berdaya guna.

Selain itu Santyasa (Suryaningsih, 2010:31), juga menyebutkan beberapa

keuntungan yang diperoleh dari pembelajaran dengan penerapan modul adalah

sebagai berikut :

a) Meningkatkan motivasi siswa, karena setiap kali


mengerjakan tugas pelajaran yang dibatasi dengan jelas dan
sesuai dengan kemampuan.
b) Setelah dilakukan evaluasi, guru dan siswa mengetahui benar
pada modul yang mana siswa telah berhasil dan pada bagian
modul yang mana mereka belum berhasil.
c) Bahan pelajaran terbagi lebih merata dalam satu semester.
d) Pendidikan lebih berdaya guna, karena bahan pelajaran
disusun menurut jenjang akademik.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa

pembelajaran menggunkan modul memiliki beberapa keuntungan yang mendasar

yaitu bahwa modul sangatlah mempermudah siswa untuk memahami dan

mengerti dalam pelajaran yang disampaikan guru di kelas, serta mudah

mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru karena disesuaikan dengan

kemampuan yang dimiliki .

Selain memiliki kelebihan modul juga memiliki beberapa kekurangan,

Menurut Morrison, dkk. (2004:78), modul memiliki beberapa kekurangan yaitu:

(1) interaksi antar siswa berkurang sehingga perlu jadwal tatap


muka atau kegiatan kelompok, (2) pendekatan tunggal
menyebabkan monoton dan membosankan karena itu perlu
permasalahan yang menantang, terbuka dan bervariasi, (3)
kemandirian yang bebas menyebabkan siswa tidak disiplin dan
menunda mengerjakan tugas karena itu perlu membangun
budaya belajar dan batasan waktu, (4) perencanaan harus
matang, memerlukan kerjasama tim, memerlukan dukungan
fasilitas, media, sumber dan lainnya, serta (5) persiapan materi
memerlukan biaya yang lebih mahal bila dibandingkan dengan
metode ceramah.

Menurut Ibrahim & Purwatiningsih (2017), modul memiliki beberapa

kelemahan diantaranya:
19

1) Materi mengandung unsur verbalisme yang tinggi; 2)


Memerlukan konsentrasi tinggi dan kerja keras dalam menyerap
materi bagi pembacanya; 3) Penyajian bersifat statis, tidak
dapat diubah.; 4) Tidak semua ragam pengetahuan dapat
dijabarkan melalui modul; 5) Penyusunan modul lebih sulit jika
dibandingkan dengan materi pembelajaran elektronik; 6) Bahan
dasar kertas sangat rentan.

Menurut Atwi Suparman (2001:197), menyatakan bahwa bentuk kegiatan belajar

mandiri ini mempunyai kekurangankekurangan sebagai berikut :

a) Biaya pengembangan bahan tinggi dan waktu yang


dibutuhkan lama.
b) Menentukan disiplin belajar yang tinggi yang mungkin
kurang dimiliki oleh siswa pada umumnya dan siswa yang
belum matang pada khususnya.
c) Membutuhkan ketekunan yang lebih tinggi dari fasilitator
untuk terus menerus memantau proses belajar siswa.

Berdasarkan beberpa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa kelemahan

dari modul ialah interaksi dengan guru berkurang, kemandirian yang bebas

menyebabkan siswa tidak disiplin dan menunda mengerjakan tugas, perencanaan

harus matang dan biaya pengembangan bahan tinggi.

b. Pembelajaran Berbasis Inkuiri Terbimbing

Pembelajaran berbasis inkuiri terbimbing adalah pendekatan pembelajaran

di mana siswa aktif terlibat dalam proses penyelidikan dan penemuan ilmu

pengetahuan dengan bimbingan dan arahan dari guru. Dalam pembelajaran ini,

guru berperan sebagai fasilitator yang memandu siswa dalam menjalankan

eksplorasi, mendorong mereka untuk mengajukan pertanyaan, merencanakan dan

melakukan eksperimen, serta menganalisis hasil. Eggen &Kauchack (1996)

menyatakan inkuiri merupakan salah satu cara efektif yang dapat membantu siswa

meningkatkan keterampilan berpikir dengan meng- gunakan proses mental lebih

tinggi dan keterampilan berpikir kritis.


20

Menurut Suparno dalam Suyatno (2009) Inkuiri terbimbing adalah Inkuiri

yang banyak mengarahkan dan memberikan petunjuk baik lewat prosedur yang

lengkap dan pertanyaan- pertanyaan pengarahkan selama proses Inkuiri. Guru

banyak memberikan pertanyaan di sela- sela proses, sehingga kesimpulan lebih

cepat dan mudah diambil. Menurut Roestiyah dalam Suprijono (2010) Inkuiri

Terbimbing adalah model pembelajaran Inkuiri yang dalam pelaksanaannya guru

menyediakan bimbingan atau pertunjuk yang cukup luas kepada siswa.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa model

pembelajaran inkuiri terbimbing adalah model pembelajaran yang menuntun

siswa lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran baik pada aktivitas,keterampilan

serta pengetahuan melalui penemuan langsung berdisarkan rasa keingintahuan

siswa itu sendiri dalam model pembelajaran ini guru hanya membimbing siswa

dalam katan pembelajaran sedangkan siswa mencari dan menemukan sendiri

konsep yang akan dikembangkan.

Adapun langkah-langkah dari model pembelajaran inkuiri terbimbing

adalah sebagai berikut: Menurut Trianto dalam Suprijon (2010), sintak model

pembelajaran Inkuiri Terbimbing sebagai berikut:

1. Menyajikan pertanyaan atau masalah


Membimbing siswa mengidentifikasi masalah, kemudian
dituliskan di papan tulis. Guru membagi siswa dalam
kelompok.
2. Merumuskan hipotesis
Guru memberikan kesempatan pada siswa untuk curahkan
pendapat dalam membentuk hipotesis. Guru membimbing
siswa dalam menentukan hipotesis yang relevan dengan
permasalah dan memprioritaskan mana yang menjadi
prioritas penyelidikan
3. Merancang percobaan
Guru memberikan kesempatanpada siswa untuk menentukan
langkah-langkah yang sesuai dengan hipotesis yang akan
21

dilakukan. Guru membimbing siswa mengurutkan langkah-


langka percobaan.
4. Melakukan percobaaan untuk memperoleh informasi.
Guru membimbing siswa dalam mendapatkan informasi
melalui percobaan
5. Mengumpulkan dan menganalisis data.
Guru memberi kesempatan pada setiap kelompok untuk
menyampaikan hasil pengolahan data yang terkumpul
6. Membuat kesimpulan.
Guru membimbing siswa dalam membuat kesimpulan.

Menurut Trianto (2007) langkah langkah model pembelajaran Inkuiri terbimbing

adalah sebagai berikut:

1. Menyajikan pertanyaan atau permasalahan meliputi kegiatan


menggali pengetahuan awal siswa melalui demonstrasi,
mendorong dan merangsang siswa untuk mengemukan
pendapat kepada kelompoknya.
2. Membuat hipotesis meliputi kegiatkan mengajukan jawaban
sementara tentang masalah dan diarahkan dalam menentukan
hipotesis yang relevan dengan permasalahan dan
memprioritaskan hipotesis man yang menjadi prioritas
penyelidikan.
3. Merancang percobaan sesuai langkah-langkah yang ada dan
mempelajari petunjuk eksperimen,melakukan percobaan
untuk memperoleh informasi meliputi kegiatan melakukan
percobaan dan mendapat informasi melalui percobaan.
4. Mengumpulkan data dan menganalisis data meliputi kegiatan
mencari dan
mengumpulkan data sebanyak-banyaknya dan menganalisis
data yang sudah dikumpulkan untuk dapat dibuktikan
hipotesis apakah benar atau tidak.
5. Menyimpulkan data meliputi kegiatan menyimpulkan data
yang telah dikelompokkan dan dianalisis dan diambil
kesimpulan kemudian dicocokkan dengan hipotesis.

Sedangkan Susilawati (2015-28) menyatakan bahwa, "Langkah model

pembelajaran inkuiri terbimbing aman lain a) merumuskan masalah, b)

mengajukan dan menguji hipotesis, c) menentukan variabel di merakit dan

merancang instrumen; d) menafsirkan data; e) menarik kesimpulan dan

mengkomunikasikan hasil percobaan secara lisan dan tertulis”.


22

Ngalimun (2017:93) menyatakan bahwa "Proses inkuiri terdiri dari a)

Penerimaaan dan pendefinisian masalah, b) Pengembangan hipotesis, c)

Pengumpulan data, d) Pengujian hipotesis, dan e) Penarikan kesimpulan

sementara. Selanjutnya menurut Pasaribu (2016) mengelompokkan langkah-

langkah inkuiri sebagai berikut: a) Merumuskan masalah, b) Merumuskan

Hipotesis, c) Mengumpulkan data d) Menguji Hipotesis, e) Merumuskan

Kesimpulan.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa tahapan

pembelajaran Inkuiri terdiri atas, a) Merumuskan masalah, b) Merumuskan

Hipotesis, c) Mengumpulkan data, d) Menguji Hipotesis, e) Merumuskan

Kesimpulan.

Tabel 1. Tahapan Pembelajaran Inkuiri

Kegiatan Pembelajaran
Fase
Kegiatan guru Kegiatan Siswa

Merumuskan  Guru Mengajukan Siswa  Siswa menyimak


Masalah menyimak pertanyaan yang pertanyaan yang
pertanyaan yang menantang diberikan guru
siswa untuk diberikan guru
berpikir memecahkan
masalah
 Guru meminta siswa untuk  Siswa mencari jawaban

mencari permasalahan dari dari pertanyaan yang

pertanyaan yang diberikan diberikan guru

mengenai materi pelajaran


Merumuskan  Guru memberikan  Siswa merumuskan
Hipotesis kesempatan kepada hipotesis dengan
kelompok untuk bantuan pertanyaan
23

merumuskan hipotesis guru


dengan bantuan pertanyaan  Kelompok
dari guru merumuskan hipotesis
 Guru memberikan melalui bahan dari
kesempatan kepada buku bacaan
kelompok untuk
merumuskan hipotesis
melalui buku bacaan
Mengumpulkan  Guru menuntun siswa untuk  Kelompok mengikuti
Data melakukan percobaan untuk instruksi guru untuk
menjawab hipotesis melakukan percobaan
 Guru memberikan  Siswa melakukan
kesempatan kepada siswa percobaan untuk
untuk melakukan percobaan menjawab hipotesis
 Guru memberikan  Siswa melakukan
kesempatan kepada analaisis dan
kelompok untukmenganalisis membahas data yang
dan membahas data yang dikumpulkan
dikumpulkan
Menguji  Guru menuntun siswa untuk  siswa mengikuti
Hipotesis menguji hipotesis dan hasil instruksi guru untuk
pengamatan menguji hipotesis dan
 Guru memberkan hasil pengamatan
kesempatan kepada siswa  Siswa mengajukan
untuk mengajukan hipotesis hipotesis berdasarkan
berdasarkan informasi yang informasi yang
diperolah dari hasil diperolah dari hasil
percobaan percobaan
Merumuskan  Guru memberikan  Siswa merumuskan
Kesimpulan kesempatan kepada siswa kesimpulan dari hasil
untuk merumuskan pengamatan dan uji
kasimpulan dari hasil hipotesis
24

pengamatan dan uji hipotesis  Siswa dan guru sama-


 Guru dan siswa membuat sama membuat
kesimpulan dari hasil kesimpulan tentang
percobaan hasil uji hipotesis dan
percobaan
(Sumber: Pasaribu,2016)

c. Materi Ekosistem

1) Pengertian Ekosistem

Ekosistem adalah suatu sistem alam yang terdiri dari interaksi antara

makhluk hidup (organisme) dengan lingkungannya, termasuk faktor abiotik

(seperti tanah, air, udara) dan faktor biotik (seperti tumbuhan, hewan,

mikroorganisme), serta proses energi dan nutrisi yang saling terkait. Menurut

Susilawati, dkk. (2016:1092) menyatakan “Ekosistem merupakan hubungan

timbal balik antara Makhluk hidup dan lingkungan. Makhluk hidup antara lain

tumbuhan hijau sebagai produsen, herbivora, karnivora, omnivora dan

dekomposer. Materi ini juga mempelajari aliran energi, daur biogeokimia, dan

interaksi yang terjadi di dalamnya.”

Menurut Saktiyono (2004) “Ekosistem memiliki arti hubungan timbal

balik antara makhluk hidup dengan komponen abiotiknya dalam satu kesatuan

tempat hidup.” Sedangkan menurut Rangkuti (2017:6) mengatakan, “Ekosistem

merupakan suatu sistem ekologi yang terbentuk dari proses reaksi timbal balik

antar makhluk hidup dengan lingkungannya”. Sehingga ekosistem atau sistem

ekologi merupakan pertukaran bahan–bahan antara bagian yang hidup dan tak

hidup di dalam sistem.


25

Berdasarkan beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa ekosistem

adalah hubungan timbal balik antara komponen biotik (yang terdiri dari makhluk

hidup) dan abiotik (yang terdiri dari komponen tak hidup) yang saling

mempengaruhi antara yang satu komponen dengan komponen yang lainnya,

sehingga ekosistem tidak dapat dipisahkan.

2) Komponen Ekosistem

Di dalam ekosistem terdapat beberapa penyusun komponen meliputi

organisme hidup (biotik) seperti tumbuhan, hewan, dan mikroorganisme, serta

unsur-unsur non-hidup (abiotik) seperti tanah, air, udara, dan faktor fisik lainnya

yang saling berinteraksi dalam suatu lingkungan. Menurut Wahyu (2001)

menyatakan “Komponen dalam ekosistem dapat bermacam-macam bentuknya

sesuai dengan bentangan atau hamparan tempat ekosistem berada, seperti

ekosistem hutan, rawa, danau dan lain-lain. Namun, jika dilihat dari komponennya

terdiri atas komponen fisik (abiotik) dan hayati (biotik).”

Menurut Cunningham (2002) “Sistem ekologi atau ekosistem tersusun dari

komponen biologi dan lingkungan fisik. Lingkungan dalam kajian ekosistem

tersebut terdiri dari komponen biotik dan abiotik. Adanya komponen makhluk

hidup dalam suatu ekosistem membentuk suatu tatanan atau organisasi tertentu

yang memberikan peranan berbeda di lingkungan.” Menurut Gopal dan Bhardwaj,

yang dikutip oleh Indriyanto (2010:20) menyatakan bahwa, "Berdasarkan atas

segi struktur dasar ekosistem maka komponen ekosistem terdiri atas dua jenis,

yaitu:

1. Komponen Biotik (komponen makhluk hidup), misalnya binatang,

tumbuhan dan mikroba.


26

2. Komponen Abiotik (komponen benda mati), misalnya air, udara, tanah dan

energi.

Selanjutnya menurut Subagja, dkk (2008:1.8) menyatakan bahwa ada dua

komponen dalam ekosistem, yaitu: Komponen dalam ekositem dibagi menjadi

dua yaitu:

1) Komponen biotik yang meliputi: komponen autotrofik, yang


terdiri dari organisme yang mampu menghasilkan (energi)
makanan dari bahan-bahan anorganik dengan proses fotosintesis
ataupun kemosintesis. Komponen heterotrofik yang terdiri dari
organisme yang menggunakanan, mengubah atau memecah
bahan organik kompleks yang telah ada dihasilkan oleh
komponen autotrofik.
2) Komponen abiotik, yang merupakan pengendali organisme
dalam melaksanakan peranannya di dalam ekosistem bahan-
bahan anorganik sangat diperlukan oleh produsen untuk
hidupnya dan yang merupakan penyusun dari tubuh organisme
demikian bahan organik.

Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa komponen

ekosistem terdiri dari komponen biatik dan komponen abiotik, komponen ini

dapat membentuk suatu tatanan atau organisasi tertentu yang memberikan peranan

berbeda di lingkungan. Komponen biotik merupakan komponen yang mampu

menghasilkan makanannya sendiri dari bahan-bahan organik dalam proses

fotosintesis ataupun kemosintesis. Sedangkan komponen abiotik merupakan

komponen benda mati dalam penyusun ekosistem berupa air, tanah, udara dan

sebagainya.

3) Tipe-tipe Ekosistem

Di dalam biosfer tersusun ekosistem-ekosistem yang memiliki ciri-ciri

spesifik tersendiri. Secara umum, tipe ekosistem di Bumi dibedakan menjadi

ekosistem darat dan eksositem air. Menurut Redjeki, dkk (2008:224) menyatakan

bahwa, tipe-tipe ekosistem di bumi dibedakan yaitu:


27

1) Ekosistem darat alami, meliputi ekosistem hutan bakau,


ekosistem rawa air tawar, ekosistem hutan tepi sungai,
ekosistem vegetasi sawah (sepanjang aliran sungai), ekosistem
hutan sagu, ekosistem hutan rawa gambut, ekosistem pantai,
ekosistem hutan pegunungan, ekosistem padang rumput
pegunungan, ekosistem vegetasi pegunungan (daratan tinggi).
ekosistem vegetasi tebing, ekosistem padang rumput rawa,
ekosistem hutan monsun, ekosistem vegetasi monsun, dan
ekosistem savans, 2) Ekosistem air alami, meliputi ekosistem
sungai (lotik), ekosistem air tawar, ekositem danau, ekosistem
aquatik, ekosistem laut dangkal, ekosistem laut (bahari) dan
ekosistem laut dalam, 3) Ekosistem sukesi, meliputi ekosistem
ukesi primer dan ekosistem sukes: skunder, 4) Ekosistem binaan
buatan,meliputi ekosistem bendungan, ekosistem hutan tanaman
(jati, akasia), ekosistem sawah tadah hujan, ekosistem sawah
irigasi, ekosistem sawah pasang surut ekosistem tambak,
ekosistem Pemukiman desa, dan ekosistem pemukiman
perkotaan.

Sedangkan menurut Surakusuma (2017:5), bahwa secara umum ada tiga tipe

ekosistem, yaitu ekositem air, ekosisten darat, dan ekosistem buatan.

a) Ekosistem air (Akuatik), meliputi ekosistem air tawar,


ekosistem air laut, ekosistem estuari, ekosistem pantai,
ekosistem sungai, ekosistem terumbu karang. ekosistem laut
dalam, ekosistem lamun; b) Ekosistem darat (Terestrial),
meliputi hutan hujan tropis, sabana, padang rumput, gurun,
hutan gugur, taiga, tundra, karst (batu gamping /gua); c)
Ekosistem buatan adalah ekosistem yang diciptakan sendiri oleh
manusia untuk memenuhi kebutuhan, meliputi bendungan, hutan
tanaman produksi seperti jati serta pinus, agroekosistem yang
berupa sawah tadah hujan, sawah irigasi, perkebunan sawit.

Selanjutnya menurut Pitriana (2008:224) mengatakan bahwa “secara umun tipe

ekosistem di bumi dibedakan menjadi ekosistem air dan ekosistem darat.

a) Ekosistem air meliputi ekosistem air tawar dan ekosistem air


laut. Kedua ekosiste tersebut dipengaruhi oleh suhu, cahaya,
oksigen dan kandungan garam. Ekosistem air tawar twrbagi
lagi menjadi air tenang dan air mengalir. Daerah yang
termasuk ekosistem air tenang adalah danau dan kolam.
Adapun yang termasuk ekosistem air mengalir adalah sungai.
b) Ekosistem darat adalah ekosistem yang lingkungan fisiknya
adalah daratan. Beberapa contoh ekosistem yang termasuk
kedalam ekosistem darat adalah hutan hujan tropis, hutan
gugur, tundra, taiga, adang rumput dan gurun.”
28

Berdasarkan beberapa pendat diatas dapat disimpulkan bahwa, ada

beberapa tipe ekosistem yang terdapat dibumi, yaitu ekosistem alami yang

terbentuk secara alami yaitu ekosistem darat dan ekosistem air, kemudian

ekosistem buatan yang dibentuk secara sengaja oleh manusia untuk memenuhi

kebutuhannya, misalnya seperti bendungan, hutan tanaman produksi seperti jati

serta pinus, agroekosistem yang berupa sawah tadah hujan, sawah irigasi,

perkebunan sawit.

4) Rantai Makanan , jaring-jaring makanan, piramida ekologi dan aliran

makanan

Pada suatu lingkungan atau habitat hidup dalam ekosistem terjadi interaksi

atau hubungan. Hubungan ini akan diuraikan dalam rantai makanan, jaring-jaring

makanan, dan piramida ekologi yang akan mengalirkan energi dari satu organisme

ke organisme lainnya. Energi akan mengalami perpindahan dari organisme yang

satu ke organisme lainnya karena adanya proses makan dan dimakan melalui

rantai makanan dan jaring-jaring makanan.

Dalam sutu ekosistem terjadi arus energi melalui proses makan dimakan

yang dinamakan rantai makanan. Menurut Odum yang dikutip Indriyanto (2010

30) menyatakan bahwa, "Rantai makanan adalah transfer atau pemindahan energi

dari sumbernya melalui serangkaian organisme yang dimakan dan yang

memakan.” Sedangkan menurut Subagja dkk (2007:2) bahwa, "Rantai makanan

adalah transfer energi makanan dari tumbuhan menuju ke berbagai organisme

melalui suatu proses berturutan memakan dan dimakan". Selanjutnya menurut

Indri (2009 226) menyatakan bahwa, "Rantai makanan adalah proses makan-
29

dimakan antar makhluk hidup dengan urutan satu arah yang mengakibatkan

terjadinya perpindahan energi dari satu organisme ke organisme lainnya".

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat penulis menyimpulkan

bahwa, rantai makanan adalah adanya proses makan dan dimakan yang sederhana

dengan urutan satu arah yang mengakibatkan terjadinya perpindahan energi dari

organisme yang satu ke organisme lainnya. Semua rantai makanan dalam

ekosistem tidak berdiri sendiri, melainkan berkaiatan antar rantai makanan.

Bahkan di dalam ekosistem tiap-tiap rantai makanan akan tersambung-sambung

yang membentuk gabungan rantai makanan yang lebih kompleks, yang akan

membentuk jaring-jaring makanan.

Menurut Odum yang dikutip Indriyanto (2010 31) menyatakan bahwa

"Jaring-jaring makanan adalah gabungan dari berbagai rantai makanan”.

Sedangkan menurut Subagja (2008:2.6) menyatakan bahwa, "Masing-masing

rantai makanan tidak merupakan rantai tunggal sederhana, tetapi rantai makanan

dapat bercabang dan dapat pula saling berhubungan atau berkaitan satu dengan

yang lain yang disebut jaring-jaring makanan". Menurut Surakusuma (2017:4)

menyatakan bahwa, “Jaring-jaring makanan yaitu rantai-rantai makanan yang

saling berhubungan sama lain sedemikian rupa sehingga membentuk seperti

jaring-jaring, jaring-jaring makanan terjadi karena setiap jenis makhluk hidup

tidak hanya memakan satu jenis makhluk hidup lainnya”.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa jaring-jaring

makanan dalam suatu ekosistem dapat menggambarkan kestabilan ekosistem

tersebut. Makin banyak rantai makanan dan makin besar kemungkinan

terbentuknya gabungan dalam jaring-jaring makanan, akan menunjukkan


30

kestabilan ekosistem, di dalam setiap kegiatan pengelolaan sumber daya alam

tidak diperkenankan memutuskan rantai makanan yang ada, apalagi

menghilangkan satu atau lebih rantai makanan yang ada dalam ekosistem.

Gambar 1. Jaring-jaring makanan (Merenyaho,2016)

Kerumitan jaring-jaring makanan menentukan kestabilan ekosistem. Pada

ekosistem stabil, biomassa tumbuhan (produsen) lebih banyak dari pada biomassa

herbivor (konsumen-1) dan secara berturut-turut lebih banyak dari pada karnivor

(konsumen-II), dan seterusnya. Perbandingan biomassa antara komunitas-

komunitas tersebut membentuk gambar berbentuk piramida makanan.

Piramida makanan atau piramida ekologi ini biasanya akan

menggambarkan keseimbangan suatu ekosistem. Piramida ekologi menurut

Subagja, dkk (2008:2.7) yaitu, "Gambaran kasar hubungan antara rantai makanan

dengan komponen-komponen biotik dalam suatu ekosistem". Menurut Odum dan

Resosoedarmo yang dikutip Indriyanto (2010:33) menyatakan bahwa, piramida

ekologi itu dapat menggambarkan (secara grafik) struktur trofik dan fungsi trofik

Struktur dan fungsi trofik dapat terlihat pada masing-masing tipe piramida".
31

Gambar 2. Piramida Makanan (Michel, 2008)

Kestabilan ekosistem akan memperlancar aliran energi dari organisme

yang satu ke organisme lainnya. Aliran energi dalam ekosistem dimulai dari

matahari. Energi matahari merupakan sumber dari segala sumber energi yang

tersedia di alam. Energi yang dimiliki setiap organisme hidup adalah energi kimia

yang diperoleh dari makanannya yang terdapat pada tingkatan produsen, yaitu

tumbuhan hijau dengan mengubah energi matahari kedalam bentuk energi

potensial.

Tanda panah menunjukkan


arah aliran energi dari
produsen ke konsumen.

Gambar 3. Aliran Energi pada jaring-jaring makanan (Marenyaho, 2016)

Energi potensial adalah energi yang tersimpan dan dapat digunakan untuk

melakukan kerja yaitu untuk pernapasan atau respirasi. Energi yang telah diubah

dalam bentuk makanan akan mengalir dari organisme satu ke organisme lainnya
32

untuk dimanfaatkan dalam kehidupan organisme tersebut. . Menurut Odum yang

dikutip Indriyanto (2010:29) menyatakan bahwa, "Energi di alam bebas atau di

dalam ekosistem ini dijelaskan dalam hukum termodinamika, yaitu hukum

termodinamika 1 dan hukum termodinamika II". Sedangkan menurut Subagja, dkk

(2007 2.2), "Energi adalah kemampuan untuk mengerjakan pekerjaan, perilaku

energi di alam, tunduk kepada hukum-hukum termodinamika, yaitu sebagai

berikut:

Hukum Termodinamika I: Hukum ini menyatakan bahwa energi


dapat diubah bentuknya, dari bentuk yang satu ke bentuk yang
lain, tetapi tidak dapat diciptakan maupun dimusnahkan Hukum
ini dikenal juga sebagai hukum kekekalan tenaga. Sebagai
contohnya adalah cahaya Cahaya merupakan suatu energi, dan
energi cahaya ini dapat diubah bentuknya menjadi energi panas,
energi kerja, atau energi makanan/kimia.
Hukum Termodinamika II: Hukum ini menyatakan bahwa setiap
proses perubahan bentuk energi selalu tidak efesien. Oleh karena
itu dalam setiap perubahan bentuk energi, energi baru yang
terbentuk selalu lebih kecil dari pada energi sebelumnya.

Berdasarkan beberapa pendapat para ahli di atas, penulis dapat

menyimpulkan bahwa isi termodinamika I dan II adalah energi yang tidak dapat

diciptakan ataupun dimusnahkan, tetapi setiap energi tersebut sebagian akan terus

berubah menjadi energi yang kurang bermanfaat atau pasti ada energi yang

terlepas yang tidak dapat digunakan atau kerjanya tidak efesien. Jadi, pada rantai

makanan ataupun jaring-jaring makanan, energi akan mengalir dari organisme

yang satu ke organisme lainnya. Dan energi tersebut sebagian akan terlepas dan

tidak dapat gunakan secara efesien. Berdasarkan pendapat diatas, dapat

disimpulkan bahwa rantai makanan, jaring-jaring makanan, piramida ekologi dan

siklus energi saling berkaitan dan berhubungan dalam ekosistem yang

menunjukkan adanya hubungan yang erat atau berkaitan.


33

B. Kajian Penelitian Yang Relevan

Untuk mendukung penelitian ini, peneliti mengambil penelitian terdahulu

yang berhubungan dengan masalah penelitian ini, hal ini bertujuan agar tidak

terjadi tumpang tindih terhadap apa yang diteliti. Dengan demikian peneliti akan

mengemukakan beberapa penelitian yang relevan sesuai dengan masalah ini

yakni:

1. Dina Indriyani, Mawardi, Krisma Widi Wardani (2019) dengan judul

“Peningkatan Keteraampilan Berfikir Kritis Melalui Model Ikuiri Berbantuan

Media Konkret Pada Siswa Kelas 5 SD Negeri Mangunsari 05 Tahun

Pelajaran 2018/2019”. Menunjukkan bahwa model inkuiri dapat

meningkatkan keterampilan berfikir kritis siswa. Hal tersebut ditunjukkan

dari keterampilan berfikir kritis pada studi pendahuluan menunjukkan 37%

dari 40 siswa awalnya kategori rendah, setelah diberi perlakuan keterampilan

berfikir kritis rendah berkurang menjadi 2%.

2. Rifqi Pratama (2019) dengan judul “Modul Virtual Berbasis Inkuiri

Terbimbing Untuk Meningkatkan Kemampuan Berfikir Kritis”. Berdasarkan

hasil analisis dengan menggunakan uji Mann-Whitney terdapat perbedaan

kemampuan siswa dari kedua kelas menunjukkan peningkatan dalam

pemikiran kritis mereka, siswa kelas eksperimen menunjukkan lebih efektif

dalam menghadapi peningkatan. Oleh karena itu disimpulkan bahwa

pembelajaran virtual berbasis inkuiri terbimbing dapat meningkatkan

kemampuan berfikir kritis siswa.

3. Triandini, Kosim, I Wayan Gunada (2021) dengan judul “ Pengembangan

Modul Fisika Berbasis Guidid Inquiry Untuk Meningkatkan Kemampuan


34

Berfikir Kritis Peserta Didik”. Berdasarkan hasil analisis angket respon

peserta didik terhadap modul menunjukkan skor positif dengan perolehan

rerata sebesar 76,9%. Hasil tersebut dapat diartikan bahwa produk yang

dikembangkan sangat layak, efektif, dan praktis digunakan dalam

pembelajaran.

C. Kerangka Berfikir

Biologi berkaitan dengan cara mencari tahu dan memahami alam secara

sistematis. Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman

langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami

alam sekitar secara ilmiah. Salah satu materi yang dibahas dalam pelajaran

Biologi kelas X adalah materi ekosistem. Materi ini berhubungan dengan prinsip

dan kemampuan berpikir kritis dalam pemecahan suatu masalah oleh siswa.

Berpikir kritis sebagai salah satu pola berpikir kompleks merupakan pola

berpikir untuk menganalisis argumen dan memunculkan wawasan terhadap tiap-

tiap makna dan interpretasi. Berpikir kritis dapat dikatakan sebagai keterampilan

tingkat tinggi yang dapat membuat siswa melakukan analisis dengan cara

menemukan fakta yang terjadi dan mampu memberikan argument atau pendapat

serta dapat mengambil keputusan yang tepat. Dengan menggunakan model

pembelajaran dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siwa, khusunya

penggunaan model pembelajaran inkuiri.

Model pembelajaran inkuiri merupakan suatu proses untuk memperoleh

informasi melalui observasi atau eksperimen untuk memecahkan suatu masalah

dengan menggunakan kemampuan berpikir kritis. Pembelajaran inkuiri adalah

strategi pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centered) dimana siswa
35

melakukan pemecahan suatu masalah atau mencari tahu jawaban dari pertanyaan

yang dipertanyakan sebelumnya dengan melibatkan aktifitas mental seperti

berpikir kritis dan analitis dalam memecahkan suatu masalah atau mencari suatu

jawaban.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa diduga terdapat pengaruh

yang signifikan penggunaan model pembelajaran inkuiri terhadap kemampuan

berpikir kritis siswa materi ekosistem kelas X MIA MAN Tapanuli Selatan.

Pembelajaran Inkuiri merupakan strategi pembelajaran yang berpusat pada siswa

dimana siswa harus melibatkan aktifitas mental seperti berpikir kritis dan analitis

dalam memcahkan suatu masalah atau mencari jawaban atas pertanyaan Untuk

lebih jelas dapat dilihat pada gambar di bawah ini.


36

Rendahnya Kemampuan Berfikir Kritis


Siswa Kelas X MAN Tapanuli Selatan

Modul Ekosistem Berbasis Kemampuan Berfikir Kritis


Inkuiri Terbimbing Siswa Kelas X MAN
Tapanuli Selatan

1. Merumuskan Masalah 1. Interprestasi


2. Merumuskan Hipotesis 2. Analisis
3. Mengumpulkan Data 3. Evaluasi
4. Menguji Hipotesis 4. Infeerensi
5. Membuat Kesimpulan

Guru Siswa

Observasi Tes

Analisis Data

Diduga kuat terhadap Pengaruh Penerapan


Rendahnya kemampuan berfikir kritis
siswa kelas X MAN Tapanuli Selatan

Gambar 4. Bagan Kerangka Berfikir Kritis

D. Hipotesis

Hipotesis adalah dugaan sementara terhadap hasil penelitian sebelum

dilakukan pengujian di lapangan. Dalam melakukan suatu penelitian, penulis

menetapkan suatu hipotesis untuk di uji kebenarannya melalui analisis data yang
37

akan dikumpulkan. Menurut Rangkuti (2016: 40) Hipotesis merupakan jawaban

sementara terhadap masalah penelitian yang kebenarannya harus diuji secara

empiris. Hipotesis menyatakan hubungan apa yang kita cari atau ingin kita

pelajari. Hipotesis adalah keterangan semestara dari hubungan fenomena-

fenomena yang kompleks. Oleh karena itu, perumusan hipotesis menjadi sangat

penting dalam sebuah penelitian. Menurut Sugiyono (2014:134), "Hipotesis

merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana

rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan"

Menurut Noor (2016:79) "Hipotesis merupakan jawaban sementara atas

pertanyaan penelitian" Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa hipotesis

adalah jawaban yang dianggap benar tetapi masih harus dibuktikan kebenarannya

melalui penelitian agar dapat diterima oleh akal.

Adapaun Hipotesis yang dirumuskan peneliti sesuai penjelasan landasan

teori dan kerangka berpikir adalah

Ha : “Terdapat Pengaruh Penerapan Modul Ekosistem Bernasis Inkuiri

Terbimbing Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas X MIA

MAN Tapanuli Selatan".

Ho : "Tidak Terdapat Pengaruh Penerapan Modul Ekosistem Berbasis Inkuiri

Terbimbing Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas

Ekosistem X MIA MAN Tapanuli Selatan".


38

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di MAN Tapanuli Selatan Lok. Situmba, Kec.

Sipirok, Kab. Tapanuli Selatan, pada tanggal 23 Mei 2023 dengan guru biologi

yaitu Ibu Elvinasari Siregar S.Pd, yang di pimpin oleg Bapak Sabban Siregar

S.Pd. Adapun alasan peneliti memilih lokasi penelitian ini karena ditemukan

masalah rendahnya kemampuan berfikir kritis siswa MAN Tapanuli Selatan.

Berdasarkan hasil observasi awal peneliti awal peneliti di sekolah tersebut belum

pernah dilaksakan penelitian tentang Pengaruh Penerapan Modul Ekosistem

Berbasis Inkuiri Terbimbing Terhadap Kemampuan Berfikir siswa kelas X MIA

MAN Tapanuli Selatan.

Pelaksanaan ini dilakukan kurang lebih 3 bulan yang dimulai dari Juni-

Agustus 2023. Waktu yang ditetapkan ini digunakan dalam rangka pengambilan

data sampai kepada pengelolaan data dan hasil penelitian, kemudian pembuatan

laporan hasil penelitian.

B. Metode Penelitian

Dalam menyelesaikan suatu kegiatan sehingga memperoleh hasil yang

diharapkan tentu harus menggunakan metode. Metode merupakan suatu cara yang

telah diatur sebelumnya dan digunakan untuk mempermudah dalam melaksanakan

suatu kegiatan sehingga tercapai secara optimal. Seorang peneliti dalam

memperoleh data penelitiannya dapat menggunakan cara ilmiah yaitu dengan

menggunakan metode penelitian. Menurut Rangkuti (2016:13) menyatakan

bahwa, "Metode penelitian merupakan suatu cara ilmiah untuk mendapatkan data

38
39

yang valid dengan tujuan dapat ditemukan, dikembangkan, atau dibuktikan, suatu

pengetahuan tertentu sehingga pada gilirannya dapat digunakan untuk memahami,

memecahkan, dan mengantisipasi masalah dalam bidang tertentu."

Sedangkan menurut Sugiyono (2017:1) menyatakan bahwa, "Metode

penelitian adalah cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan

kegunaan tertentu.” Selanjutnya menurut Indriyani (2019.68) menyatakan bahwa,

"Metode penelitian merupakan cara-cara yang dapat digunakan oleh peneliti untuk

melaksanakan penelitian sesuai dengan tujuan untuk mengumpulkan data yang

diperlukan". Dapat disimpulkan bahwa metode penelitian adalah cara ilmiah yang

digunakan oleh peneliti untuk melaksanakan penelitian sehingga mendapatkan

data yang valid dengan tujuan dan kegunaan tertentu.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode penelitian eksperimen.

Metode eksperimen digunakan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh antara

kedua variabel. Menurut Rangkuti (2016:75) menyatakan bahwa, "Penelitian

eksperimen adalah kegiatan penelitian yang bertujuan untuk menilai pengaruh

suatu perlakuan/tindakan/treatment terhadap tingkah laku suatu objek atau

menguji hipotesis tentang ada tidaknya pengaruh tindakan itu bila dibandingkan

dengan tindakan lain". Sedangkan menurut Sugiyono (2015:107) menyatakan

bahwa, "Penelitian eksperimen adalah metode penelitian yang digunakan untuk

mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang

terkendalikan". Selanjutnya menurut Noor (2016:112) menyatakan bahwa, "

Desain eksperimen adalah suatu rancangan percobaan dengan setiap langkah

tindakan yang terdefinisikan sehingga informasi yang berhubungan dengan atau

diperlukan untuk persoalan yang akan diteliti dapat dikumpulkan secara faktual"
40

Dapat disimpulkan bahwa penelitian eksperimen adalah metode penelitian yang

digunakan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh yang ditimbulkan akibat

suatu perlakuan antara kedua variabel dalam kondisi yang terkendalikan.

Adapun langkah-langkah dalam pelaksanaan eksperimen sebagai berikut:

1. Persiapan Eksperimen

a. Melakukan observasi/tes ke sekolah tempat penelitian

b. Mendapat izin/rekomendasi penelitian dari kepala sekolah

c. Mempersiapkan Rencana Perangkat Pembelajaran (RPP), Materi ajar,

Model pembelajaran dan absensi.

2. Pelaksanaan Eksperimen

a. Melakukan observasi ke dalam kelas tempat penelitian.

b. Memberikan perlakuan proses pembelajaran dengan menggunakan modul

pembelajaran dengan langka-langkah yaitu : 1) menyampaikan

kompetensi yang ingin dicapai, 2) mengemukakan konsep permasalahan,

3) membentuk kelompok, 4) mencatat alternati jawaban tanggapan dalam

dalam bentuk peta pikiran, 5) membacakan hasil diskusi, 6) membentuk

kesimpulan.

3. Evaluasi eksperimen

a. Memberi kertas isian berupa tes untuk mengetahuikemampuan berfikir

kritis siswa.

b. Membuat kesimpulan pencocokan kemampuan berfikir kritis siswa dari

angket yang telah dikumpulkan.

c. Merekapitulasi tes hasil belajar siswa


41

Untuk mempermudah prosedur penelitian ini digunakan desain penelitian

eksperimen yaitu one shot case study memurut Arikunto (2010-124) sebagaimana:

X O
Keterangan

X = Treatment (perlakuan)

O = Setelah diberi perlakuan (Tes)

Penelitian eksperimen ini adalah metode penelitian ini dimaksudkan untuk

mengetahui gambaran Pengaruh Penerapan Modul Ekosistem Berbasis

Inkuiri Terbimbing Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Siswa MAN

Tapanuli Selatan.

C. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi Penelitian

Populasi didefinisikan sebagai suatu keseluruhan pengamatan atau objek

yang menjadi perhatian kita. Pada setiap penelitian keberadaan populasi sangat

penting, sebab dengan mengetahui populasi penelitian akan dapat ditetapkan

pengembilan data yang diperlukan dalam melakukan analisis. Hal tersebut senada

dengan pendapat Arikunto (2013:130) yang mengemukakan bahwa, "Populasi

adalah keseluruhan subjek penelitian, apabila seseorang ingin meneliti semua

elemen yang ada di dalam wilayah penelitian, maka penelitiannya merupakan

penelitian populasi".

Menurut Sugiyono (2016:80), "Populasi adalah wilayah generalisasi yang

terdiri atas: obyck/subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu

yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya”. Sukardi

(2015:53) menyatakan bahwa, "Populasi adalah semua anggota kelompok


42

manusia, binatang, peristiwa, atau benda yang tinggal bersama dalam satu tempat

secara terencana menjadi target kesimpulan dari hasil akhir suatu penelitian".

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa populasi adalah

keselurahan objek atau subjek yang akan diteliti untuk ditarik kesimpulannya.

Adapun yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X

MIA di MAN Tapanuli Selatan Tahun Ajaran 2022/2023 yang terdiri dari 3 kelas

sebanyak 82 orang siswa, dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 2.

Keadaan Populasi Penelitian X MIA MAN 1 Tapanuli

Selatan Tahun Ajaran 2022/2023

NO Kelas Jumlah

1 X MIA 2 25

2 X MIA 3 30

3 X MIA 4 27

Jumlah 82

Sumber: MAN Tapanuli Selatan

2. Sampel Penelitian

Sampel adalah sebagian anggota dari populasi yang dipilih dengan cara

tertentu dan diharapkan dapat mewakili populasi. Menurut Sukardi (2015:54),

"Sampel adalah sebagian dari jumlah populasi yang dipilih untuk sumber data".

Sedangkan Darmadi (2013:50) menyatakan bahwa, "Sampel adalah sebagian dari

populasi yang dijadikan objek/subjek penelitian".

Sugiyono (2014:149) menyatakan bahwa, "Sampel adalah bagian dari

jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut". Sampel digunakan
43

untuk mengambil data dari suatu populasi penelitian. Pengambilan sampel

merupakan suatu proses pemilihan dan penentuan jenis sampel dan perhitungan

besarnya sampel yangakan dijadikan subjek penelitian. Sampel yang akan diteliti

harus bersifat representatif, yang artinya sampel harus mewakili dan

mencerminkan karakteristik populasi.

Dari pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa sampel merupakan

sebagian dari jumlah seluruh populasi yang akan diteliti untuk memudahkan

dalam melakukan penelitian. Menurut Arikunto (2009:95) menyatakan teknik-

teknik pengambilan sampel adalah:

1. Sampling acak (random sampling), digunakan oleh peneliti


apabila populasi dari mana sampel diambil merupakan
populasi homogen yang hanya mengandung satu ciri.
2. Sampling kelompok (cluster sampling), digunakan oleh
peneliti apabila di dalam populasi terdapat kelompok yang
mempunyai ciri sendiri-sendiri,
3. Sampling berstrata (stratified sampling), digunakan oleh
peneliti apabila didalam populasi terdapat kelompok-
kelompok subjek dan antara satu kelompok dengan kelompok
lain tanpa adanya strata atau tingkatan,
4. Sampling bertujuan (purposive sampling), yaitu teknik
sampling yang digunakan oleh peneliti jika peneliti
mempunyai pertimbangan-pertimbangan tertentu di dalam
pengambilan sampelnya,
5. Sampling daerah (area sampling), yakni pengambilan anggota
sampel dengan mempertimbangkan wakil-wakil dari daerah-
daerah geografis yang ada,
6. Sampling kembar (double sampling), yaitu pengambilan
sampel ukuran sampel yang dikehendaki.
7. Sampling berimbang (proporsional sampling), digunakan c!
eh peneliti untuk mengambil wakil-wakil dari tiap-tiap
kelompok yang ada dalam populasi yang jumlahnya
disesuaikan dengan jumlah anggota subjek yang ada di dalam
masing-masing kelompok tersebut.

Dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik Total Sampling.

Arikunto (2006:134) menyatakan bahwa, “Apabila subjeknya kurang dari 100

lebih baik ambil semua sehingga penelitinya merupakan penelitian populasi.


44

Sebaiknya jika jumlah subjeknya besar dapat diambil 10-10% atau 20-25% atau

lebih”. Menurut Sukmadita (2010:253) menyatakan bahwa Total Sampling adalah

seluruh individu yang menjadi anggota populasi memiliki peluang yang sama dan

bebas dipilih menjadi anggota sampel. Menurut Winarno yang di kutip Burhan

Bungin (2008:101) menyatakan Sampel Total yaitu keseluruhan populasi

merangkap sebagai sampel penelitian.

Berdasarkan beberapa pendapat para ahli diatas, maka pengambilan

sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik Total Sampling dimana

seluruh kelas X MIA MAN Tapanuli Selatan, dijadikan sampel penelitian yaitu 82

orang.

D. Instrumen Penelitian

Instrumen adalah alat yang digunakan untuk mengumpulkan data sebagai

bahan pengolahan yang diperlukan dalam menguji hipotesis. Menurut Sukardi

(2015:75), "Instrumen penelitian adalah untuk memperoleh data yang diperlukan

ketika peneliti sudah menginjak pada langkah pengumpulan informasi di

lapangan". Arikunto (2009:101) mengemukakan bahwa, "Instrumen merupakan

alat bantu bagi peneliti di dalam menggunakan metode pengumpulan data".

Sugiyono (2014:178) menyatakan bahwa, "Instrumen adalah alat ukur dalam

penelitian".

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa instrumen

penelitian adalah alat bantu dalam pengambilan data yang dapat digunakan

peneliti agar kegiatan tersebut sistematis dan lebih mudah dalam

melaksanakannya. Dalam penyusunan instrumen dilakukan berdasarkan kedua


45

variabel yang akan diteliti. Variabel (X) yaitu Modul Ekosistem Berbasis Inkuiri

Terbimbing dan kemampuan berpikir kritis (Y).

Adapun indikator-indikator yang digunakan pada Modul Ekosistem

Berbasis Inkuiri Terbimbing (X) yaitu: a) Merumuskan Masalah, b) Merumuskan

Hipotesis, c) Mengumpulkan Data, d) Menguji Hipotesis, e) Membuat

Kesimpulan. Adapun kisi-kisi instrumen Modul Ekosistem Berbasis Inkuiri

Terbimbing dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 3.

Kisi-kisi Modul Ekosistem Berbasis Inkuiri Terbimbing

Kelas X MIA MAN Tapanuli Selatan Tahun Ajaran

2022/2023

No Indikator Nomor Item Jumlah Aspek

1 Merumuskan masalah 1,2,3,4 4

2 Merumuskan hipotesis 5,6,7,8, 4

3 Mengumpulkan data 9,10,11,12 4

4 Menguji hipotesis 13,14,15,16 4

5 Merumuskan kesimputan 17,18,19,20 4

Jumlah 20

Kemampuan berpikir kritis merupakan kemampuan siswa dalam proses

berpikir tingkat tinggi yang membuat siswa mampu dan sanggup dalam terhadap

materi virus yang dipelajari. Adapun yang menjadi indikator dari mengambil

keputusan yang mengarah pada penarikan kesimpulan yang tepat variabel Y yaitu:

1) Menginterprestasi, 2) Menganalisis, 3) Mengevaluasi, 4) Menginferensi. Untuk


46

lebih jelasnya kisi-kisi yang digunakan dalam penelitian ini terhadap kemampuan

berpikir kritis siswa dapat dilihat sebagai berikut:

Tabel 4.

Kisi-kisi Kemampuan Berfikir Kritis Siswa Kelas X MIA MAN Tapanuli

Selatan Tahun Ajaran 2022/2023

Indikator Nomor Item Jumlah Data

Menginterprestasi 1,2,3,4,5 4

Menganalisis 6,7,8,9,10 4

Mengevaluasi 11,12,13,14,15 4

Menginferensi 16,17,18,19,20 4

Jumlah 20

E. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang dibutuhkan, maka teknik pengumpulan data

dilakukan dalam penelitian. Teknik yang akan dipergunakan harus sesuai dengan

masalah yang diteliti, guna memperoleh dan mengumpulkan data, fakta dan

informasi yang dibutuhkan dalam penelitian yang lebih akurat.

Teknik pengumpulan data adalah cara yang dapat dilakukan untuk

mengumpulkan data yang diperlukan dalam suatu penelitian. Menurut Sugiyono

(2014:308), "Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama

dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian dalam mendapatkan data”.

Menurut Sugiyono (2014:223) adapun beberapa jenis-jenis teknik pengumpulan

data yaitu:
47

1. Wawancara merupakan banyak digunakan dalam penelitian


kualitatif, dilaksanakan secara lisan dengan tatap muka secara
individual.
2. Angket pengumpulan data secara tidak langsung, dilakukan
dengan memberi sejumlah pertanyaan dan pernyataan kepada
responden.
3. Observasi merupakan teknik pengumpulan data dengan jalan
mengajukan pengamatan.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa teknik

pengumpulan data adalah prosedur utama dalam penelitian untuk memperoleh

data penelitian. Teknik pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini,

yaitu observasi dan tes. Observasi digunakan untuk mengumpulkan data

penggunaan Modul Ekosistem Berbasis Inkuiri Terbimbing dan Kemampuan

berpikir kritis yaitu Tes dan Angket.

1. Observasi

Observasi adalah suatu proses pengumpulan data yang dilakukan dengan

pengamatan secara langsung. Sugiyono (2015:203) menyatakan bahwa,

"Observasi sebagai teknik pengunpulan data mempunyai data mempunyai ciri

yang spesifik bila dibandingkan dengan teknik yang lain, yaitu wawancara dan

kuesioner". Menurut Sukmadinata (2010:220) menyatakan bahwa, "Observasi

adalah cara pengumpulan data dengan jalan mengadakan pengamatan terhadap

kegiatan yang sedang berlangsung". Menurut Yaumi dan Damopolii (2014:112),

"Observasi adalah pengamatan langsung dengan penuh perhatian dan merekam

secara sistematis apa yang dilihat dan didengar".

Berdasarkan beberapa pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa

observasi merupakan teknik pengumpulan data pada suatu penelitian yang

dilakukan dengan mengadakan pengamatan secara langsung terhadap suatu objek

dalam suatu periode tertentu. Dalam penelitian ini, observasi dilakukan dengan
48

menggunakan skala pengukuran skala Guttman. Sugiyono (2016:139) menyatakan

bahwa, "Penggunaan skala ini dilakukan jika ingin mendapatkan jawaban yang

tegas terhadap suatu permasalahan yang dinyatakan". Pada skala Guttman hanya

ada dua interval yaitu "setuju" atau "tidak setuju". Selain dapat dibuat dalam

bentuk pilihan ganda, juga dapat dibuat dalam bentuk checklist (). Jawaban

setuju diberi skor 1 dan jawaban tidak setuju diberi skor 0.

2. Tes

Tes adalah serangkaian pertanyaan yang diberikan untuk dijawab oleh

responden.Di dalam dunia pendidikan tes digunakan seorang guru untuk

mengukur kemampuan siswa dalam pencapaia kompetensi pelajaran. Menurut

Arikunto (2006:223), "Tes adalah mengukur kemampuan dasar dan pencapaian

atau prestasi". Tes merupakan cara pengumpulan data yang bersipat

mengukur.Senada dengan pendapat di atas Sukmadinata (2010:223)

mengemukakan bahwa, "Tes umumnya bersifat mengukur, walaupun beberapa

bentuk tes psikologis terutama tes kepribadian banyak yang bersifat deskriptif,

tetapi deskripsinya mengarah pada karakteristik atau kualifikasi tertentu sehingga

mirip dengan interpretasi dari hasil pengukuran". Sukardi (2015:138) menyatakan

bahwa, "Tes merupakan prosedur sistematik dimana individual yang dites

direpresentasikan dengan suatu set jawaban mereka yang dapat menunjukkan

dalam angka".

Berdasarkan pendapat maka penulis dapat menyimpulkan bahwa, tes

merupakan suatu cara atau alat pengukuran yang objektif dan standar untuk

mendapatkan jawaban dari siswa dalam bentuk lisan maupun tulisan, sehingga

dapat menunjukkan nilai penguasaan terhadap suatu mata pelajaran.


49

Dalam penelitian ini, tes yang dilakukan adalah tes hasil belajar yang bisa

disebut dengan tes prestasi belajar.Tes hasil belajar digunakan untuk mengukur

hasil-hasil belajar yang dicapai siswa selama waktu tertentu. Tes yang digunakan

sebanyak 1 kali yaitu pos-test (tes setelah diberi perlakuan). Tes terbagi 2 bentuk

yaitu: subjektif test dan objektif test, dan yang dipergunakan dalam teknik

pengumpulan data ini adalah objektif test dalam bentuk pilihan ganda (multiple

choice) dengan lima option yaitu a, b, c, d, dan e. Serta jumlah soal yang

diberikan sebanyak 20 butir soal. Apabila responden menjawab benar diberikan

nilai 1 dan apabila responden menjawab salah diberikan nilai 0 dan nilai yang

mungkin dicapai adalah 0-100.

F. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data adalah proses penghimpunan atau pengumpulan data

dengan tujuan untuk memperoleh informasi yang bermanfaat, memberikan saran,

kesimpulan dan mendukung pembuatan keputusan. Untuk memperoleh gambaran

tentang kedua variabel penelitian ini, maka penulis melakukan analisis terhadap

data yang diperoleh dengan dua tahap yaitu :

1. Analisis Statistik Deskriptif

Untuk memberikan gambaran umum tentang kedua variabel yaitu model

pembelajaran Problem based learning dan kemampuan berpikir kritis materi virus

meliputi: mean (Sugiyono, 2014: 52) adalah sebagai berikut:

a. Mean

Σfixi
Me =
Σfi

Keterangan :

Me = mean untuk data bergolong


50

Σfi = jumlah data/sampel


Σfixi = perkalian antara f, dengan tanda kelas (xi)
Untuk mengetahui posisi dari variabel X yaitu, penggunaan model

pembelajaran Problem based learning berada pada kategori mana, maka data yang

telah dianalisis dikonsultasikan terhadap klasifikasi penilaian. Untuk mengukur

kemampuan berpikir kritis siswa pada mata pelajaran biologi pada materi pokok

virus digunakan kriteria penilaian sesuai dengan tabel 5:

Tabel 5

Klasifikasi Penilaian Hasil Tes

No Interval Interprestasi

1 80-100 Sangat baik

2 70-79 Baik

3 60-69 Cukup

4 50-59 Kurang

5 0-49 gagal

Sumber : Syah (2011:115)

2. Analisis Statistik Inferensial

Analisis statistik infrensial digunakan untuk menguji hipotesis yang

diajukan apakah diterima atau ditolak, maka digunakan teknik analisis data

dengan uji "" tes berdasarkan pendapat Arikunto (2010:349) yang mengunakan

rumus :

Md


2
t= ∑x d
N ( N−1 )

Keterangan :
51

Md = Mean dari deviasi (d) antara post-test dan pre-test

xd = Perbedaan deviasi dengan mean deviasi

N = Banyaknya subjek
df = atau db adalah N-1
Menurut Sugiyono (2011:257) untuk dapat memberikan penafsiran besar

kecilnya koefisien korelasi, dapat berpedoman pada ketentuan tabel berikut ini:

Tabel 6

Pedoman Untuk Memberikan Interprestasi Koefisien Korelasi

Interval Koefisien Tingkat Hubungan

0,00-0,199 Sangat Rendah

0,20-0,399 Rendah

0,40-0,599 Sedang

0,60-0,799 Kuat

0,80-1,00 Sangat kuat


52

DAFTAR PUSTAKA

Agnafia, D. N. (2019). Analisis kemampuan berpikir kritis siswa dalam


pembelajaran biologi. Florea: Jurnal Biologi dan Pembelajarannya, 6(1),
45-53.

Zubaidah, S. (2010, January). Berpikir Kritis: kemampuan berpikir tingkat tinggi


yang dapat dikembangkan melalui pembelajaran sains. In Makalah
Seminar Nasional Sains dengan Tema Optimalisasi Sains untuk
memberdayakan Manusia. Pascasarjana Unesa (Vol. 16, No. 1, pp. 1-14).

Nuryanti, L., Zubaidah, S., & Diantoro, M. (2018). Analisis kemampuan berpikir
kritis siswa SMP. Jurnal Pendidikan: Teori, Penelitian, dan
Pengembangan, 3(2), 155-158.

Marisa, M., & Fradisa, L. (2019). PENGARUH PENGGUNAAN MODUL


GUIDED INQUIRY TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS
MAHASISWA STIKES PERINTIS PADANG. Ta'dib, 21(2), 113-120.

Daryanto, Menyusun Modul Bahan Ajar untuk Persiapan Guru Dalam Mengajar,
Yogyakarta: Gava Media, 2013.

Esmiyati, dkk. 2013. Perkembangan Modul IPA Terpadu Bervisi SETS Pada
Tema Ekosistem. Semarang: Artikel Jurnal UNES, ISSN 2252-6609.

Heryanti, Eka. Pengembangan Modul Ipa Terpadu Berbasis Inkuiri Terbimbing


Untuk Peserta Didik Smp Kelas VII Pada Tema Energi Adalah Sumber
Kehidupan (Skripsi Program S1 Pendidikan Fisika, Fakultas Tarbiyah
dan Keguruan IAIN Raden Intan Lampung, 2015).

Ibnu Badar Al-Thabany, Trianto. Mendesain Pembelajaran Inovatif, Progresif,


dan Kontekstual. Jakarta: Pranamedia Group, 2014.

Mufid, Ervin Arif. 2013. Pengembangan Modul IPA terpadu berpendekatan


keterampilan proses pada tema bunyi di SMP Kelas VIII. Semarang:
Skripsi Program Sarjana Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Negeri Semarang.. diakses tanggal 15 September 2020

Mufid, Ervin Arif. 2013. Pengembangan Modul IPA terpadu berpendekatan


keterampilan proses pada tema bunyi di SMP Kelas VIII. Semarang:
Skripsi Program Sarjana Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Negeri Semarang.. diakses tanggal 15 September 2020
53

Lampiran-lampiran
LEMBAR OBSERVASI
PENGGUNAAN MODUL EKOSISTEM BERBASIS
INKUIRI TERBIMBING

Hal yang diamati Hasil Pengamatan


No. Indikator
YA TIDAK
1 Merumuskan 1. Guru Mengajukan Siswa
Masalah menyimak pertanyaan yang
pertanyaan yang menantang
siswa untuk diberikan guru
berpikir memecahkan
masalah
2. Guru meminta siswa untuk
mencari permasalahan dari
pertanyaan yang diberikan
mengenai materi pelajaran.
2 Merumuskan 3. Guru memberikan
Hipotesis kesempatan kepada
kelompok untuk merumuskan
hipotesis dengan bantuan
pertanyaan dari guru
4. Guru memberikan
kesempatan kepada
kelompok untuk merumuskan
hipotesis melalui buku
bacaan.
3 Mengumpulkan 5. Guru menuntun siswa untuk
Data melakukan percobaan untuk
menjawab hipotesis
6. Guru memberikan
kesempatan kepada siswa
54

untuk melakukan percobaan.


7. Guru memberikan
kesempatan kepada
kelompok untukmenganalisis
dan membahas data yang
dikumpulkan
4 Menguji 8. Guru menuntun siswa untuk
Hipotesis menguji hipotesis dan hasil
pengamatan
9. Guru memberkan
kesempatan kepada siswa
untuk mengajukan hipotesis
berdasarkan informasi yang
diperolah dari hasil
percobaan.
5 Merumuskan 10. Guru memberikan
Kesimpulan kesempatan kepada siswa
untuk merumuskan
kasimpulan dari hasil
pengamatan dan uji hipotesis
11.Guru dan siswa membuat
kesimpulan dari hasil
percobaan

Keterangan
YA : Diberi skor = 1
TIDAK : Diberi skor = 0 Sipirok, Juni 2023
Observer

( )
INSTRUMEN PENELITIAN
KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA
55

(VARIABEL Y)
A. Pengantar
1. Instrumen ini bertujuan untuk mengetahui data siswa tentang kemampuan
berpikir kritis siswa materi ekosistem, oleh sebab itu jawablah pertanyaan
sesuai kemampuan anda.
2. Jawaban anda tidak mempengaruhi kedudukan anda disekolah.
3. Jawaban anda akan dijaga kerahasiaanya.
B. Petunjuk
1. Tulislah identitas anda pada tempat yang telah disediakan.
2. Bacalah setiap butir pertanyaan dibawah ini dengan teliti dan seksama.
3. Pilihlah salah satu jawaban yang menurut anda paling tepat dengan
memberi tanda (X) pada pilihan a, b, c, d, dan e.
4. Apabila pertanyaan kurang jelas, tanyakan pada pengawas.
5. Waktu yang disediakan 45 menit.
Nama :
No. Absen :
Kelas :
Pertanyaan
1. Perhatikan skema jaring-jaring makanan di bawah ini:

Jika populasi zooplankton berkurang maka akan diikuti penurunan


populasi ....
a. Ikan besar
b. Pengurai
c. Ikan kecil
d. Fitoplankton
e. Udang
56

2. Peranan dekomposer terhadap kesuburan tanah yaitu ....


a. Meningkatkan porositas (lubang) tanah
b. Menyusun senyawa-senyawa organik
c. Menambah kandungan bahan organik
d. Menguraikan bahan-bahan organik
e. Meningkatkan pH tanah
3. Dalam suatu ekosistem kolam terdapat.
1. Ikan karnivor
2. Bakteri pengurai
3. Fitoplankton
4. Ikan herbivore
5. Zat-zat organik
Dari komponen tersebut dapat disusun suatu mata rantai makanan, dengan
urutan ....
a. 3-4-5-1-2
b. 3-4-1-5-2
c. 2-5-3-4-1
d. 5-3-4-1-2
e. 5-3-4-2-1
4. Yang merupakan konsumen primer di dalam ekosistem sawah, adalah
burung……
a. Pipit
b. Hantu
c. Elang
d. Bangau
e. Prenjak
5. Populasi suatu daerah sebagai berikut.
1) Burung pipit
2) Padi
3) Belalang
4) Tikus
5) Ular
57

6) Katak
7) Ulat
Jika populasi ular dimusnahkan, maka akan berakibat ....
a. Populasi katak meningkat, sedangkan populasi tikus menurun
b. Populasi katak meningkat, sedangkan populasi belalang menurun
c. Populasi ulat menurun, sedangkan populasi padi meningkat
d. Populasi tikus meningkat, sedangkan populasi belalang meningkat
e. Populasi burung meningkat, sedangkan populasi padi menurun
6. Pada suatu areal terdapat populasi sebagai berikut.
1) Padi
2) Burung pipit
3) Tikus
4) Belalang
5) Katak
6) Ulat
7) Ular
Interaksi yang terjadi antara tikus dan burung pipit adalah ....
a. Predasi
b. Parasit
c. Kompetisi
d. Komensalis
e. Netral
7. Bintil-bintil akar ditemukan pada akar kacang-kacangan merupakan bentuk
interaksi antara tanaman dan bakteri Rhizobium. Interaksi ini ....
a. Bakteri dan tanaman kedelai sama-sama dirugikan
b. Tanaman kedelai dirugikan karena akar jadi membesar
c. Bakteri dirugika karena tidak dapa berkembang biak
d. Tanaman kedelai diuntungkan karena mendapat sumber nitrogen
e. Bakteri diuntungkan karena mendapat sumber nitrogen
8. Perhatikan jaring-jaring makanan pada ekosistem laut berikut!
58

Jika populasi ikan kecil menurun, maka akan berdampak pada populasi ....
a. Tuna menurun
b. Udang menurun
c. Udang meningkat
d. Ikan sedang meningkat
e. Kakap meningkat
9. Energi akan semakin berkurang dari trofi k dasar sampai trofi k puncak pada
piramida energi.
Terjadinya kehilangan energi itu karena ....
a. Penurunan jumlah organisme
b. Jumlah individu dari trofi k dasar semakin besar
c. Konsumen kedua memakan konsumen pertama
d. Penurunan biomassa
e. Respirasi dan aktifi tas metabolisme
10. Sebagian besar biomassa yang diperoleh tumbuhan selama tumbuh bersumber
dari ....
a. Karbon dari serasah daun yang hancur dalam tanah
b. Senyawa organik dalam tanah yang diambil oleh akar
c. Karbon dioksida di udara melalui stomata (mulut daun)
d. Mineral larut di dalam air dan di ambil oleh akar
e. Energi matahari yang ditangkap klorofiL
11. Telah terjadi bencana gunung berapi yang berakibat pada musnahnya
organisme di tempat tersebut. Akan tetapi, dalam beberapa periode kemudian
akan terjadi kehidupan di tempat tersebut. Urutan tumbuhan yang mungkin
tumbuh di daerah tersebut yaitu ....
a. Tumbuhan berbiji-lumut-tumbuhan paku
59

b. Lumut-tumbuhan paku-tumbuhan berbiji


c. Tumbuhan berbiji-tumbuhan paku-lumut
d. Tumbuhan paku-lumut-tumbuhan berbiji
e. Tumbuhan paku-lumut-tumbuhan berbiji
12. Dalam daur karbon, kandungan karbon dioksida digunakan untuk ....
a. Respirasi
b. Bernapas
c. Fotosintesis
d. Katabolisme
e. Menarik oksigen
13. Organisme yang berperan sebagai produsen di dalam ekosistem air adalah ....
a. Fitoplankton
b. Bakteri
c. Zooplankton
d. Plankton
e. Semua jawaban salah
14. Sekumpulan rantai makanan yang saling berhubungan disebut ....
a. Jaring-jaring kehidupan
b. Jaring-jaring makanan
c. Rantai makanan
d. Piramida makanan
e. Semua jawaban benar
15. Di bawah ini yang bukan merupakan hubungan simbiosis adalah ....
a. Komunitas
b. Mutualisme
c. Parasitisme
d. Komensalisme
e. Jawaban b, c, dan d benar
16. Jika karbon dioksida dalam suatu ekosistem jumlahnya makin berkurang,
organisme yang pertama-tama akan mengalami dampak negatif adalah ....
a. Konsumen
b. Pengurai
60

c. Produsen
d. Karnivor
e. Karnivora puncak
17. Minyak bumi dan batu bara yang terdapat di perut bumi kita merupakan
sumber daya alam yang terbentuk melalui siklus ....
a. Fosfor
b. Air
c. Karbonl
d. Oksigen
e. Nitrogen
18. Pada sebuah rantai makanan, aliran energi dimulai dari ....
a. Tumbuhan hijau
b. Konsumen
c. Sinar matahari
d. Pengurai
e. Panas bumi
19. Tingkat tropi dalam suatu ekosistem, yang memiliki produksi primer kotor
adalah ....
a. Karnivora tingkat III
b. Herbivora
c. Karnivora tingkat I
d. Produsen
e. Karnivora tingkat II
20. Dibawah ini yang termasuk daur biogeokimia adalah……
a. Daur Nitrogen
b. Daur Karbon
c. Daur Sulfur
d. Daur Oksigen
e. Jawaban a, b, dan c benar

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran K13


61

( RPP )
A. Identitas
Nama Sekolah : MAN 1 Tapanuli Selatan
Mata pelajaran : Biologi
Kelas :X
Alokasi Waktu : 2 x 40 menit

B. Kompetensi Inti ( KI )
KI.1 : Menerima dan menjalankan agama yang dianut.
KI.2 : Menunjukkan perilaku jujur,disiplin,tanggung jawab,santun,peduli dan
percaya diri dalam berinteraksi dengan guru, keluarga dan teman.
KI.3:Memahami pengetahuan faktual dengan cara
mengamati( mendengar,melihat,membaca) dan menanya berdasarkan rasa
ingin tahu tentang dirinya,makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya dan benda-
benda yang dijumpai dirumah dan disekolah.
KI.4 : Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas,sistematis
dan logis dalam karya yang estetis,dalam gerakan yang mencerminkan
anak sehat dan dalam tindakan yang mencerminkan perilaku anak
beriman dan berakhlak mulia.

C. Kompetensi Dasar
1. Memahami komponen-komponen dan bentuk interaksi dalam ekosistem.
2. Mengklasifikasikan komponen-komponen ekosistem dan bentuk interaksi
dalam ekosistem

D. Tujuan Pembelajaran
1. Siswa mampu memahami komponen-komponen dan bentuk interaksi
dalam ekosistem.
2. Siswa mampu mengklasifikasikan komponen-komponen ekosistem dan
bentuk interaksi dalam ekosistem

E. Fokus Penilaian
62

 Mandiri
 Religius
 Bertanggung jawab
 Disiplin
F.Materi pelajaran
 Ekosistem
G. Metode pembelajaran
 Diskusi
 Ceramah
 Tanya jawab

H. Sumber, bahan dan alat


1. Sumber
Maniam M.B dan Yusa 2016. Buku Siswa Aktif Dan Belajar Kreatif
Biologi Untuk Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah Kelas X
Penimatan Matematika Dan Ilmi-Ilmu Alam. Bandung.Grafindo.
2. Alat dan bahan
 Infocus
 Spidol
 Media pembelajaran
 Pulpen
 Buku

I. Langkah-langkah pembelajaran
Kegiatan Pembelajaran Alokasi waktu
A. Pendahuluan 20’
a. Orientasi
 Melakukan pembukaan dengan salam pembuka, serta
berdoa untuk memulai pembelajaran.
 Memeriksa kehadiran siswa sebagai sikap disiplin.
 Menyiapkan fisik psikis siswa untuk mengawali
63

pembelajaran.
b. Apersepsi
 Mengaitkan materi/kegiatan pembelajaran yang telah
diperoleh siswa dari pengalaman sehari-hari dengan
materi/kegiatan sebelumnya.
c. Motivasi
 Memberikan gambaran tentang manfaat mempelajari
pelajaran yang akan dipelajari dalam kehidupan
sehari-hari.

B. Kegiatan inti 120’


a. Eksplorasi
 Memberikan stimulus berupa pemberian materi oleh
guru mengenai komponen-komponen ekosistem.
 Guru membentuk kelompok untuk mendiskuksikan
materi oleh siswa.
b. Elaborasi
 Siswa mempresentasikan tentang komponen-
komponen ekosistem.
 Memberikan kesempatan kepada siswa untuk
memberikan pertanyaan.
c. Konfirmasi
 Guru menjelaskan kembali, memberikan informasi
dan arahan menuju pencapaian indikator.
 Guru menyampaikan kesimpulan dari materi yang
dipelajari.
C. Penutup 20’
 Guru memberikan evaluasi tertulis atau lisan.
 Guru memberikan tugas perorangan dan informasi
materi pada pertemuan berikutnya.

J. Instrumen penilaian
64

a. Kognitif
b. Afektif
Observasi pada kegiatan pembelajaran
Keaktipan Ketepatan Kerjasama
No Nama
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1
2
3
Ket : 1.Cukup
2. Sangat cukup
3. Baik
4. Sangat baik

c. Psikomotor
 Laporan hasil kajian/tugas.
 Hasil ulangan tertulis maupun lisan.

Mengetahui Padangsidimpuan, 11 Maret 2023


Kepala Sekolah
Guru

( )
( Ismi Suryani Harahap )
65

SILABUS

Nama Sekolah : MAN 1 Tapanuli Selatan


Mata Pelajaran : Biologi
Kelas :X
Tahun Ajaran : 2022/2023

Kompetensi Inti ( KI )
KI.1 : Menerima dan menjalankan agama yang dianut.
KI.2 : Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli dan percaya diri dalam berinteraksi dengan guru, keluarga dan
teman.
KI.3 : Memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati ( mendengar,melihat,membaca ) dan menanya berdasarkan rasa ingin tahu
tentang dirinya,makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya dan benda-benda yang dijumpai dirumah dan disekolah.
KI.4 : Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas,sistematis dan logis dalam karya yang estetis,dalam gerakan yang
mencerminkan anak sehat dan dalam tindakan yang mencerminkan perilaku anak beriman dan berakhlak mulia.

Pokok Nilai Alokasi


Kompetensi Dasar Indikator Kagiatan Pembelajaran Penilaian Sumber
Bahasan Karakter Waktu
1. Memahami Ekosiste 1.1 Mendeskripsikan 1.1.1 Siswa dapat Jujur Tugas 1 x 15’ Buku Siswa
kompnen- m komponen- Mendeskripsikan disiplin, individu, Aktif Dan
komponen dan komponen komponen- percaya diri tugas Belajar Kreatif
bentuk interaksi ekosistem dan komponen bertanggung kelompok Biologi Untuk
dalam bentuk interaksi ekosistem dan jawab. dan Sekolah
ekosistem. ekosistem bentuk interaksi ulangan. Menengah
66

1.2 Mengelompokkan ekosistem


komponen- 1.2.1 Siswa mampu
komponen Mengelompokkan
ekosistem dan komponen-
bentuk interaksi komponen
dalam ekosistem ekosistem dan
yang ada di bentuk interaksi
lingkungan sekitar dalam ekosistem
1.3 Menganalisis yang ada di
peranan komponen- lingkungan sekitar
komponen 1.3.1 Siswa mampu
ekosistem di Menganalisis
lingkungan sekitar peranan komponen-
Atas/Madrasah
komponen
Aliyah Kelas
ekosistem di
X Penimatan
lingkungan sekitar
2. Mengklasifikasi Matematika
2.1.1 Siswa mampu
kan komponen- 2.1 Membuat laporan Dan Ilmi-Ilmu
membuat laporan
komponen hasil pengamatan .Alam
hasil pengamatan
ekosistem dan komponen komponen
bentuk interaksi ekosistem di ekosistem di
dalam ekosistem lingkungan sekitar lingkungan sekitar
2.2.1 Siswa mampu
2.2 Mempresentasikan mempresentasikan
laporan hasil laporan hasil
pengamtan pengamtan
komponen- komponen-
komponen komponen
ekosistem di ekosistem di
lingkungan sekitar lingkungan sekitar
67

Mengetahui Padangsidimpuan, 11 Maret 2023


Kepala Sekolah Guru

( ) ( Ismi Suryani Harahap )

Anda mungkin juga menyukai