Research Battery Recycling - XL Axiata
Research Battery Recycling - XL Axiata
XL AXIATA Tbk
B. Hasil Analisis
Baterai yang Digunakan pada Layanan Bisnis PT. XL Axiata Tbk Pada
Umumnya Dapat di Daur Ulang dan tergolong sebagai Limbah B3
Baterai yang digunakan oleh perusahaan telekomunikasi seperti XL Axiata umumnya
termasuk dalam kategori baterai isi ulang (rechargeable battery), seperti baterai
dengan jenis lithium-ion (Li-ion) atau baterai nikel-kadmium (Ni-Cd). Baterai jenis
tersebut merupakan jenis baterai yang dapat didaur ulang.1
Baterai isi ulang yang digunakan untuk beberapa kegiatan operasional XL Axiata,
adalah sebagai berikut:
1. Jaringan Telekomunikasi: Baterai lithium digunakan sebagai sumber cadangan
daya untuk memastikan operasional jaringan telekomunikasi terus berjalan
dalam situasi darurat atau pemadaman listrik.
2. Baterai untuk Stasiun Base Transceiver (BTS): Stasiun Base Transceiver
(BTS) adalah infrastruktur yang digunakan XL Axiata untuk memfasilitasi
komunikasi antara ponsel dan jaringan operator. Baterai ini digunakan pada
Tower BTS sebagai daya cadangan apabila terjadi pemadaman listrik atau
gangguan daya. XL Axiata diketahui menggunakan baterai berjenis lithium
pada 2000 lebih infrastruktur BTS milik XL Axiata.
1 XL Axiata. 2023. Gencar Terapkan Prinsip ESG pada Infrastruktur Jaringan XL Axiata Gunakan Green BTS
Secara Massal
3. Baterai untuk Peralatan Telekomunikasi Portabel: Baterai yang dapat di daur
ulang digunakan dalam perangkat telekomunikasi portabel seperti ponsel,
modem portabel, dan perangkat hotspot Wi-Fi.
Secara spesifik, tidak ditemukan informasi mengenai jenis baterai yang digunakan
pada UPS di fasilitas Cloud dan Data Center milik XL Axiata dan Princeton Digital
Group di Indonesia. Namun pada praktiknya, jenis baterai yang digunakan dalam UPS
untuk keperluan Cloud dan Data Center tersebut diantaranya: 2 Valve Regulated Lead
Acid (VRLA), Sealed Lead Acid (SLA), atau lithium.
VRLA merupakan salah satu jenis baterai yang hanya dapat didaur ulang dalam
beberapa kondisi (dapat didaur ulang secara terbatas). Hal ini disebabkan oleh
beberapa hal, diantaranya adalah:3
a. Kristalisasi Timbal Sulfat: Selama penggunaan dan siklus pengisian ulang
baterai VRLA, timbal sulfat yang terbentuk di dalam baterai dapat mengkristal
dan membentuk lapisan yang sulit untuk dipulihkan sepenuhnya selama proses
daur ulang. Kristalisasi ini dapat mengurangi kemampuan baterai untuk
mengembalikan timbal sulfat menjadi timbal aktif.
b. Kompleksitas Proses Daur Ulang: Daur ulang baterai VRLA melibatkan
proses yang kompleks dan membutuhkan perlakuan khusus, seperti
penghancuran mekanis dan pemisahan komponen. Proses ini memerlukan
peralatan dan teknologi yang canggih serta biaya yang tinggi. Selain itu,
baterai VRLA juga mengandung bahan berbahaya seperti asam sulfat dan
timbal, yang membutuhkan perlakuan khusus dan proses pemurnian yang
lebih lanjut.
c. Efisiensi Daur Ulang yang Rendah: Efisiensi daur ulang baterai VRLA
umumnya rendah dibandingkan dengan jenis baterai lain seperti baterai
lithium-ion atau nikel-kadmium. Proses daur ulang yang melibatkan
pemurnian dan pemisahan komponen sering kali tidak dapat menghasilkan
bahan baku yang setara dengan baterai baru dengan kualitas yang sama.
d. Biaya dan Ekonomi: Daur ulang baterai VRLA sering kali tidak ekonomis
karena biaya dan kompleksitas proses yang terlibat. Baterai VRLA biasanya
memiliki nilai daur ulang yang rendah, dan biaya yang diperlukan untuk
2Xi Tian, Yu Gong, Yufeng Wu, Amma Agyeiwaa, Tieyong Zuo. Management of used lead acid battery in
China: Secondary lead industry progress, policies and problems. Resources, Conservation and Recycling.
Volume 93, 2014.
Dalam hal ini, limbah dari VRLA, SLA dan lithium sebagai suatu baterai tergolong
dalam kategori Limbah B3. Hal ini sesuai dengan penjelasan Lampiran XI tentang
Daftar Limbah B3 dari Sumber Tidak Spesifik pada PP 22/2021 yang
mengkategorikan bahwa “Aki/Baterai Bekas” termasuk sebagai Limbah B3 dengan
kategori Bahaya 1.
Sebagai alternatif, berdasarkan Pasal 355 ayat (1) Permen LHK 6/2021, XL Axiata
diperbolehkan untuk menunjuk individu atau badan hukum yang dapat pembuangan
dan pendaurulangan limbah baterai. Syaratnya adalah bahwa individu atau badan
hukum yang ditunjuk memiliki Perizinan Berusaha dan Persetujuan Lingkungan
khusus untuk hal tersebut. Dalam hal XL Axiata menunjuk pihak lain, maka XL
Axiata diwajibkan untuk melakukan pelaporan berkaitan dengan penyerahan limbah
B3-nya kepada KLHK. Hal ini dilakukanpaling lama 7 (tujuh) hari setelah
penyerahan limbah baterai tersebut.
Sedangkan, perizinan khusus untuk penimbunan limbah B3 diperoleh dari KLHK.Dalam hal
ini, perizinan khusus yang dimaksud adalah Persetujuan Teknis Pengelolaan Limbah B3
(PTLB3) dan Surat Layak Operasi Pengelolaan Limbah B3 (SLO-PLB3). Untuk memperoleh
PTBL3, diperlukan sejumlah persyaratan yang harus dipenuhi yakni kajian teknis, dana
jaminan lingkungan hidup senilai 5 milyar rupiah, perhitungan biaya, dan sertifikat
kompetensi di bidang pengelolaan B3 sebagaimana Pasal 222 ayat (1) Permen LHK 6/2021.
Sedangkan, untuk memperoleh SLO-PLB3, penanggung jawab pengelolaan limbah baterai
diwajibkan untuk melaporkan kepada KLHK terkait laporan penyelesaian pembangunan
fasilitas dan laporan uji coba pengelolaan limbah B3 terlebih dahulu. Nantinya, Dokumen
PTLB3 dan SLO-PB3 akan menjadi dasar dimulainya kegiatan pembuangan limbah dan/atau
pendaurulangan limbah baterai.
Dalam keseluruhan proses ini, XL Axiata wajib mengawasi dan melaporkan kepada
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan batas baku mutu emisi sebagaimana
dalam Lampiran I Permen LHK 12/2021. Hal ini berlaku baik ketika XL Axiata
melakukan pengelolaan limbah baterai secara mandiri maupun ketika XL Axiata
menunjuk pihak lain untuk melakukan pengelolaan limbah baterai tersebut.
Dalam melakukan proses pembuangan limbah baterai, wajib dilakukan stabilisasi dan
solidifikasi untuk mengurangi zat berbahaya dari baterai. Berdasarkan Pasal 139 ayat
(3) Permen LHK limbah baterai yang telah dilakukan solidifikasi dan stabilisasi baru
diperbolehkan untuk dilakukan pembuangan dan/atau pendaurulangan. Dalam hal
terhadap limbah baterai tersebut dilakukan pembuangan, maka hal ini dilakukan
dengan cara penimbunan di daratan (landfill).
Sedangkan, untuk melakukan pendaur ulangan limbah baterai, maka hal ini dilakukan
melalui kegiatan peleburan dan pereduksian bahan baterai. Proses ini dilakukan
menggunakan larutan bahan kimia untuk memisahkan kandungan senyawa dari
limbah baterai (hydrometallurgy), proses bioteknologi yang melibatkan interaksi
antara mikroorganisme dengan logam (metalurgi) atau proses kegiatan lainnya
sehingga dihasilkan produk cairan zat yang dapat dimanfaatkan kembali dan memiliki
nilai ekonomi.8
Perizinan Berusaha ini didapatkan melalui pengajuan badan usaha baru kepada
Kementerian Investasi dan BKPM. Sedangkan, Persetujuan teknis yang dimaksud ini
diperoleh dari KLHK dengan bentuk Persetujuan Teknis Pengelolaan Limbah B3
(PTLB3) dan Surat Layak Operasi Pengelolaan Limbah B3 (SLO-PLB3).
9 BAKTI Kominfo. Bakti Kominfo, XL, dan Telkomsel Tandatangani Perjanjian Kerjasama,
https://www.baktikominfo.id/id/informasi/siaran-pers/bakti_kominfo_xl_dan_telkomsel_tandatangani_perjanjia
n_kerja_sama_program_penyediaan_layanan_seluler_4g_di_wilayah_3t-1280
Dokumen PTLB3 dan SLO-PB3 akan menjadi dasar dimulainya kegiatan
pembuangan limbah dan/atau pendaurulangan limbah baterai.