Anda di halaman 1dari 6

BATERAI LITHIUM-ION DENGAN ANODA SILICON NANOWIRE

I.

PENDAHULUAN

Baterai Lithium-ion merupakan salah satu jenis baterai yang banyak digunakan
pada barang-barang elektronik seperti handphone, laptop, dan kamera. Baterai ini dapat
diisi ulang ketika energinya telah habis terpakai.
Terdapat komponen-komponen penting yang menjadi bagian dari baterai
Lithium-ion yaitu katoda, anoda, separator, dan elektrolit. Katoda adalah elemen yang
berfungsi menerima elektron dari anoda ketika baterai digunakan. Sedangkan anoda
merupakan kebalikan dari katoda, yakni elemen yang berfungsi mengirim elektron ke
katoda. Di antara katoda dan anoda terdapat separator yang merupakan pemisah antara
kedua elemen tersebut sehingga tidak terjadi konsleting. Elektrolit yang digunakan pada
baterai Lithium-ion bukan merupakan elektrolit cair melainkan elektrolit padat yang
terbuat dari pelarut organik tanpa mengandung air sedikitpun karena lithium yang terlarut
dalam air akan membentuk lithium hidroksida yang dapat mengendap. Elektolit ini
berfungsi sebagai media berpindahnya elektron (Amazine, 2014).
Anoda dan katoda pada baterai Lithium-ion pada umumnya terbuat dari karbon
dan oksida lithium. Saat baterai digunakan, anoda dan katoda akan terhubung dan
elektron akan mengalir dari anoda menuju katoda sehingga dapat menghasilkan arus
listrik. Pada bagian dalam baterai terjadi sebuah proses pelepasan ion litium pada anoda.
Ion tersebut akan berpindah menuju katoda melalui elektrolit. Di bagian katoda bilangan
oksidasi kobalt akan berubah dari 4 menjadi 3, hal ini dikarenakan adanya elektron dan
ion lithium yang masuk dari anoda. Kebalikan dari proses tersebut merupakan proses
yang terjadi saat pengisian ulang pada baterai (Paseban, 2013).

Gambar 1.1 Prinsip kerja pada baterai Lithium-ion yang menggunakan grafit
sebagai anoda (Paseban, 2013)
Selain menggunakan bahan karbon, baterai Lithium-ion pun dapat memanfaatkan
silikon sebagai anoda. Hal ini ternyata dapat membuat kapasitas baterai menjadi lebih
besar. Kapasitas baterai dapat diukur dari banyaknya lithium yang terserap di anoda.
Silikon dapat menyerap lithium lebih banyak sehingga dapat menghasilkan energi yang
lebih besar ketika baterai digunakan.

II. RUMUSAN MASALAH

1. Apa perbedaan dari baterai Lithium-ion grafit dengan baterai Lithium-ion silicon
nanowire sebagai anoda?
2. Apa kelebihan dari baterai Lithium-ion dengan anoda silicon nanowire?
3. Bagaimana prinsip kerja pada baterai Lithium-ion dengan anoda silicon nanowire?
4. Bagaimana dampak bagi lingkungan dari penggunaan baterai Lithium-ion grafit dan
baterai Lithium-ion silicon nanowire sebagai anoda?

III. PEMBAHASAN
Baterai Lithium-ion sudah banyak digunakan dalam berbagai macam perangkat
elektronik karena bentuknya yang kecil dan ringan serta mempunyai kapasitas
penyimpanan energi yang cukup besar. Dewasa ini sudah banyak penelitian untuk
mengembangkan baterai Lithium-ion agar mempunyai specific capacity dan power
density yang lebih besar dibandingkan baterai Lithium-ion dengan menggunakan grafit
sebagai anodanya.
Silikon dapat digunakan sebagai anoda pada baterai Lithhium-ion karena
mempunyai specific capacity sebesar 4200 mAh/g dibandingkan dengan baterai Lithiumion yang masih menggunakan grafit sebagai anoda dan hanya menghasilkan specific
gravity sebesar 372 mAh/g (Mingyuan, 2012). Dari data tersebut ternyata silikon lebih
efisien untuk digunakan sebagai anoda pada baterai Lithium-ion.
Pada saat pengisian baterai Lithium-ion terjadi proses perpindahan ion lihtium
dari elektroda positif atau katoda ke elektroda negatif atau anoda (Fairley, 2014). Silikon
sebagai anoda akan menyerap banyak ion lithium sehingga volumenya dapat bertambah.
Hal ini menyebabkan konduktivitas anoda menurun sehingga cycle life dan specific
capacity pada baterai akan berkurang (Mingyuan, 2012).

Gambar 3.1 Penambahan volume pada anoda baterai Lithium-ion dengan silikon
yang tidak dibentuk menjadi nanowire (Thakur, 2008)
Dengan mengurangi dimensi dari silikon menjadi submikrometer atau nanometer
dapat mengatasi masalah tersebut. Silikon yang dibuat menjadi ukuran nano atau
dibentuk menjadi nanowire akan memberikan ruang bagi ion lithium yang terserap
sehingga tidak menyebabkan penambahan volume pada anoda (Mingyuan, 2012).

Gambar 3.2 Cycle number dan specific capacity pada baterai Lithium-ion dengan
anoda yang dibentuk menjadi nanowire (Thakur, 2008)
Baterai Lithium-ion yang menggunakan silicon nanowire sebagai anoda dapat
meningkatkan cycle life pada baterai.

Gambar 3.3 Cycle number pada baterai Lithium-ion dengan silicon nanowire
sebagai anodanya (Thakur, 2008)
Voltase pada baterai dapat ditentukan dengan perbedaan potensial elektrokimia
dari ion lithium yang berada di antara elektrolit dan silikon. Proses pengisian pada
baterai berakhir pada saat semua ion lithium terbentuk di permukaan silicon nanowire
dan saat digunakan energi pada baterai akan habis ketika semua ion lithium sudah tidak
ada lagi yang menempel pada seluruh permukaan silicon nanowire. Kapasitas energi dari
baterai ditentukan dari banyaknya ion lithium yang menempel pada permukaan silikon
dan proses difusi ion lithium ke dalam silikon. Untuk menghasilkan silikon yang dapat
menyerap ion lithium sebanyak-banyaknya maka silikon yang digunakan sebagai anoda
pada baterai harus memiliki karakteristik seperti luas permukaan yang besar, proses
difusi yang singkat pada ion lithium, ruang bagi ion lithium yang terserap oleh silikon
dan konduktivitas elektron yang tinggi (Mingyuan, 2012).

Gambar 3.4 Prinsip kerja pada baterai Lithium-ion yang menggunakan silicon
nanowire sebagai anoda (Nexeon, 2014)
Cycle life yang besar pada baterai Lithium-ion dengan silicon nanowire sebagai
anoda memungkinkan baterai dapat diisi ulang beberapa kali dalam waktu yang lama
sehingga mengurangi pencemaran pada lingkungan akibat limbah dari baterai tersebut.
Berdasarkan data yang dirilis oleh Green Car Congress pada tahun 2014 bahwa baterai
lithium yang menggunakan silicon nanowire sebagai anoda hanya menyumbang 15%
Global Warming Potential (GWP), 18% Abiotic Depletion Potential (ADP) dan 10%
Human Toxic Potential (HTP). Sedangkan pada baterai lithium konvensional yang
menggunakan grafit sebagai anoda menyumbang 56% GWP, 51% ADP dan 51% HTP.
IV. KESIMPULAN
Dengan mengganti anoda konvensional grafit pada baterai Lithium-ion
menggunakan silicon nanowire, maka energy density, specific capacity dan cycle life pada
baterai dapat meningkat.

V. DAFTAR PUSTAKA
Amazine. 2014. Cara Kerja dan Sirkuit yang Terdapat pada Baterai Lithium-Ion. (online)
http://www.amazine.co/23820/cara-kerja-sirkuit-yang-terdapat-pada-baterailithium-ion/ (diakses pada tanggal 22 Maret 2014)
Fairley, Peter. 2014. Super Charging Lithium Batteries. MIT Technology Review.
Green Car Congress. 2014. Lifecycle Study Finds that Environmental Impacts of Silicon
Anode Li-Ion Battery Could Be Roughly Comparable with Conventional LiIon Battery. (online) http://www.greencarcongress.com/2014/02/201 40217li.html (diakses pada tanggal 22 Maret 2014)
Mingyuan, Ge., Jiepeng Rong., Xin Fang., Chongwu Zhou. 2012. Porous Doped Silicon
Nanowires for Lithium Ion Battery Anode with Long Cycle Life. United States
: Nano Letters
Nexeons Technology. 2014. About Li-ion batteries. (online) http://www.nexeon.
co.uk/technology /about-li-ion-batteries/ (diakses pada tanggal 22 Maret
2014)
Paseban. 2013. Sejarah dan Prinsip Kerja Baterai Lithium-Ion. (online) http://portal.
paseban.com/ news/ 2888/ prinsip-kerja-baterai (diakses pada tanggal 22
Maret 2014)
Thakur, Madhuri., Mark Isaacson., Steve Sinsabaugh., Michael Wong., Sibani Lisa
Biswal. 2008. Porous Silicon: A New Anode For High Energy Density Li-Ion
Batteries. Rice University : Lockhead Martin Advanced Nanotechnlogy
Center of Exellence

Anda mungkin juga menyukai