Anda di halaman 1dari 30

BATERAI LITHIUM ION CELL

A. Definisi Baterai Lithium

Baterai adalah perangkat yang dapat mengonversi kandungan energi kimia pada bahan
aktif dari komponen penyusun baterai menjadi energi listrik melalui reaksi elektrokimia
reduksi dan oksidasi. Terdapat dua jenis baterai, yaitu baterai primer (non rechargeable
/ tidak dapat diisi ulang / sekali pakai) dan baterai sekunder (rechargeable / dapat diisi
ulang / dapat dipakai lebih dari satu kali).

Baterai lithium-ion merupakan salah satu jenis baterai sekunder rechargeable battery)
yang dapat diisi ulang dan merupakan baterai yang ramah lingkungan karena tidak
mengandung bahan yang berbahaya seperti baterai-baterai yg berkembang lebih dahulu
yaitu baterai NI- Cd dan Ni-MH. Baterai ini memiliki kelebihan dibandingkan baterai
sekunder jenis lain, yaitu memiliki stabilitas penyimpanan energi yang sangat baik
(daya tahan sampai 10 tahun atau lebih), energi densitas tinggi, tidak ada memori efek
dan berat yang relatif lebih ringan dibandingkan dengan baterai jenis lain. Sehingga
dengan berat yang sama energi yang dihasilkan baterai lithium dua kali lipat dari
baterai jenis lain. (Lawrence et al. 1992).

B. Komponen dan Material Baterai Lithium

Lithium Ion Battery pada umumnya memiliki empat komponen utama yaitu
elektroda positif (anoda), elektroda negatif (katoda), elektrolit, dan separator.

Gambar 1 Proses Pemakaian dan Pengisian Ulang pada LithiumIon


Battery

a) Elektroda Positif (Anoda)


Anoda merupakan elektroda yang berfungsi sebagai pengumpul ion lithium serta
merupakan material aktif. Parameter pengembangan dari material untuk digunakan
sebagai anoda antara lain kepadatan energi yang dihasilkan serta siklus pemakaian
atau cyclability. Material yang dapat dipakai sebagai anoda harus memiliki
karakteristik antara lain memiliki kapasitas energi yang besar, memiliki kemampuan
menyimpan dan melepas muatan/ion yang bagus, memiliki tingkat siklus
pemakaian yang lama, mudah untuk diproses/dibuat, aman dalam pemakaian (tidak
beracun), dan harganya murah. (Perdana Fengky A., 2020)

Salah satu material yang dapat berperan sebagai anoda adalah material yang
berbasis carbon seperti LiC₆ atau grafit. Selain grafit, material berbasis karbon
yang dapat digunakan untuk anoda yaitu soft carbon, graphene dan hard carbon.
Material lain yang dapat berperan sebagai anoda antara lain lithium titanium oxide
(LTO). Tabel 1 memberikan contoh beberapa material yang pernah digunakan
sebagai anoda dengan kapasitas energinya.

Tabel 1 Beberapa Material yang dipakai untuk anoda (Manjhunata, 2010)

b) Elektroda Negatif (Katoda)

Katoda merupakan elektroda yang fungsinya sama seperti anoda yaitu pengumpul
ion serta material aktif. Namun perbedaannya adalah katoda merupakan elektroda
positif. Beberapa karakteristik yang harus dipenuhi suatu material yang digunakan
sebagai katoda antara lain material tersebut terdiri dari ion yang mudah melakukan
reaksi reduksi dan oksidasi, memiliki konduktifitas yang tinggi seperti logam,
memiliki kerapatan energi yang tinggi, memiliki kapasitas energi yang tinggi,
memiliki kestabilan yang tinggi (tidak mudah berubah strukturnya atau terdegradasi
baik saat pemakaian maupun pengisian ulang), harganya murah dan ramah
lingkungan. (Perdana Fengky A., 2020)
Pada tahun 1980 material LiCoO₂ menjadi kandidat material pertama yang
digunakan sebagai katoda pada Lithium-Ion Battery. Kerapatan energi yang
dimiliki LiCoO₂ sebesar 140 A.h/kg. Walaupun demikian material tersebut
memiliki kestabilan yang rendah dan harganya relative mahal. Sejalan dengan
peningkatan performa katoda, beberapa penelitian yang dilakukan antara lain
membuat katoda dari LiMO₂ (M = Co (Cobalt); Ni (Nikel) ; Mn (Mangan); dan
lainnya). LiMO₂ tersebut dibentuk dalam bentuk layer-layer (seperti pada gambar
1). Adapula material yang digunakan sebagai katoda dibentuk dalam bentuk spinel
LiM₂O₄ (M : Mn (Mangan)); serta olivine LiMPO₄F (M : Fe) dapat dilihat pada
gambar 2 dan 3 (Bo Xu, 2012). Tabel 2 menunjukkan beberapa jenis material yang
dapat digunakan untuk katoda dengan besar kapasitas energinya yang dapat
disimpan.

Tabel 2 Beberapa Jenis Material yang Digunakan untuk Katoda (Manjhunata,


2010)

c) Elektrolit

Elektrolit adalah bagian yang berfungsi sebagai penghantar ion lithium dari anoda
ke katoda atau sebaliknya. Karakteristik elektrolit yang penting untuk diperhatikan
antara lain konduktivitas, aman (tidak beracun) serta harganya murah. Elektrolit ini
terbagi dalam dua jenis yaitu elektrolit cair dan elektrolit padat. Kedua jenis ini
memiliki kelebihan serta kekurangannya. Kelebihan dari elektrolit cair antara lain
memiliki konduktivitas ionik yang besar, harga yang murah, dan aman. Namun
kekurangannya adalah memiliki performa siklus pemakaian yang rendah (tidak
tahan lama) yaitu hanya berkisar 25 kali siklus dan dapat mengurangi kerapatan
energi. (Perdana Fengky A., 2020)

Beberapa material yang dapat digunakan sebagai elektrolit cair antara lain LiNO₃,
LiClO, Li₂SO₄, garam LiNO₃, garam Li₂SO₄, LiPF₆. Elektrolit padat sendiri
keuntungannya yaitu memiliki konduktivitas yang besar serta dapat tahan lama
dibandingkan dengan elektrolit yang cair. Jenis elektrolit padat ini berupa keramik
atau polimer organik. Contoh material yang dipakai untuk elektrolit padat antara lain
yaitu (La,Li)TiO₃.

d) Separator

Separator adalah suatu material berpori yang terletak di antara anoda dan katoda
berfungsi untuk mencegah agar tidak terjadi hubungan singkat dan kontak antara
katoda dan anoda. Selain itu separator harus dapat dilewati oleh ion lithium dengan
baik. Tidak hanya sebagai pembatas antar elektroda, separator memiliki peranan
penting dalam proses penghasilan listrik, pengisian ulang, dan tentunya keamanan
pada baterai litium ion sendiri.

Beberapa hal yang penting untuk memilih material agar dipilih sebagai separator
antara lain material tersebut bersifat insulator, memiliki hambatan listrik yang kecil,
kestabilan mekanik (tidak mudah rusak), memiliki sifat hambatan kimiawi untuk
tidak mudah terdegradasi dengan elektrolit serta memiliki ketebalan lapisan yang
seragam atau sama di seluruh permukaan. Beberapa material yang dapat digunakan
sebagai separator antara lain polyolefins (PE dan PP), Polyvinylidene fluodire
(PVdF), PTFE (teflon), PVC, dan polyethylene oxide. (Perdana Fengky A., 2020)

C. Jenis – jenis Baterai Lithium

1. Jenis Baterai lithium ion menurut bahan kandungannya, diantaranya adalah:

a) Baterai Lithium Cobalt Oxide (LiCoO₂)

Baterai lithium kobalt oksida adalah baterai lithium yang paling umum dan banyak
digunakan peralatan portabel seperti laptop dan bor listrik.
Gambar 2 Baterai Lithium Cobalt Oxide (LiCoO₂)

b) Baterai Lithium Manganese Oxide (LiMn₂O₄)

Baterai lithium mangan oksida adalah jenis baterai berbentuk koin yang digunakan
pada kamera dan remote kontrol, baterai ini juga digunakan dalam perangkat yang
jauh lebih besar seperti mobil listrik hibrida Nissan Leaf.
Gambar 3 Baterai Lithium Manganese Oxide (LiMn₂O₄)

c) Baterai Lithium Nickel Manganese Cobalt Oxide (LiNiMnCoO₂ atau NMC)

Baterai lithium Nickel Manganese Cobalt Oxide umumnya memiliki daya dan
kapasitas yang lebih tinggi. Baterai ini banyak digunakan karena memiliki bobot,
daya, dan kapasitas dengan tingkat premium. Sehingga dipakai juga untuk
keperluan kendaraan listrik seperti sepeda elektronik dan peralatan listrik. Kelebih
baterai ini adalah waktu siklus hingga 2.000 pengisian/pengosongan.

Gambar 4 Baterai Lithium Nickel Manganese Cobalt Oxide


(LiNiMnCoO₂ atau NMC)

d) Baterai Lithium Iron Phosphate atau Besi Fosfat (LiFePO₄)

Baterai lithium besi fosfat adalah jenis baterai yang dapat menggantikan baterai
timbal- asam pada hampir sebagian besar perangkat, terutama mobil.
Gambar 5 Baterai Lithium Iron Phosphate atau Besi Fosfat (LiFePO₄)
e) Baterai Lithium Nickel Cobalt Aluminum Oxide (LiNiCoAlO₂)

Baterai lithium nikel cobalt aluminium oksida adalah baterai yang digunakan oleh
Tesla. Baterai ini memiliki kapasitas tinggi tetapi siklusnya berkurang sekitar 500
siklus tergantung pada penggunaan.

Gambar 6 Baterai Lithium Nickel Cobalt Aluminum Oxide (LiNiCoAlO₂)

f) Baterai Lithium Titanate (Li₄Ti₅O₁₂)

Baterai lithium titanat cepat untuk diisi, memiliki kapasitas tinggi dan dianggap
sebagai jenis baterai lithium paling aman untuk digunakan. Dengan kondisi
pengisian optimal hingga 7.000 siklus pengisian atau pengosongan yang dapat
dicapai.

Gambar 7 Baterai Lithium Titanate (Li₄Ti₅O₁₂)

2. Jenis Baterai lithium ion menurut bentuknya, diantaranya adalah:

a) Cell Silinder
Gambar 8 Cell Silinder

Baterai lithium-ion silinder adalah baterai lithium ion yang berbentuk silinder
sehingga disebut baterai lithium-ion silinder. Menurut bahan anodanya, baterai li-
ion silinder dibagi menjadi litium kobalt oksida (LiCoO2), litium mangan
(LiMn2O4), lithium nikel mangan kobalt (LiNiMnCoO2 atau NMC), lithium
aluminium nikel kobalt (LiNiCoAlO2 atau NCA), litium besi fosfat (LiFePO4) dan
litium titanat (Li4Ti5O12).

Gambar … Komponen Cell Silinder

Baterai ini banyak digunakan pada peralatan khusus, peralatan medis,


instrumentasi, peralatan genggam, keamanan dan komunikasi.

b) Cell Prismatik

Gambar … Cell Prismatik

Baterai litium-ion prismatik merupakan baterai litium ion yang berbentuk prismatik
sehingga disebut baterai litium-ion prismatik. Cangkang baterai prismatik sebagian
besar terbuat dari paduan aluminium, baja tahan karat dan bahan lainnya, dan
penggunaan internal proses penggulungan atau laminasi, perlindungan baterai lebih
baik daripada baterai film aluminium-plastik (yaitu baterai soft-pack) , keamanan
baterai Baterai yang relatif silinder juga telah ditingkatkan secara signifikan.

Gambar … Komponen Cell Prismatik

Casing aluminium baterai lithium dikembangkan berdasarkan casing


baja. Dibandingkan dengan casing baja, bobotnya yang ringan dan keamanan serta
keunggulan kinerja yang diperoleh darinya menjadikan casing aluminium sebagai
casing baterai litium yang utama. Cangkang aluminium baterai litium masih
berkembang ke arah teknologi kekerasan tinggi dan ringan, yang akan memberi
pasar produk baterai litium yang lebih unggul secara teknologi. Saat ini, perusahaan
yang memproduksi baterai cangkang keras persegi antara lain Guoxuan Hi-Tech,
Samsung SDI, Lishen, dan CATL.

Perbedaan antara sel silinder dan sel prismatik?


1. Kepadatan energi sel prismatik secara teoritis lebih tinggi daripada sel
silinder. Karena struktur baterai prismatik relatif sederhana, proses produksinya
tidak rumit, juga baterai prismatik tidak menggunakan baja tahan karat berkekuatan
tinggi sebagai cangkang seperti baterai silinder. Semakin banyak baterai Kendaraan
Listrik yang menggunakan baterai prismatik.

2. Dengan karakteristik termal yang sangat baik, sel prismatik memerlukan lebih
sedikit pendinginan per unit energi jika dibandingkan dengan format sel litium
silinder. Selain itu, prismatik menawarkan masa pakai siklus yang sangat baik
bahkan di bawah beban yang tinggi dan bervariasi, yang biasanya berdampak buruk
pada masa pakai format sel litium lainnya. Dengan masa pakai siklus hingga empat
kali lebih besar dibandingkan sel litium silinder, biaya pengoperasian dan
kepemilikan sel prismatik bisa jauh lebih rendah.
3. Pengembangan baterai silinder merupakan proses yang paling lama,
teknologinya paling matang, standarisasinya juga tinggi. Dan karena sel silinder
memiliki lebih banyak ruang antar sel saat dirakit, sel silinder memiliki keuntungan
besar dalam hal pembuangan panas, dan banyak model dengan sel silinder telah
mengadopsi teknologi pendingin udara berbiaya lebih rendah.Kegunaan Lithium-Ion
Baterai

D. Kegunaan Baterai Lithium


Kegunaan lithium-ion baterai pada berbagai pasar dan aplikasi dapat dilihat pada Tabel
dibawah ini:
Tabel 3 Kegunaan Baterai Lithium Ion

Produk Pasar dan Aplikasi Kegunaan


Telpon seluler, tablet dan
Alat Elektronik
laptop
Sepeda Listrik, Hybrid
Kendaraan Elektronik
Vehicles kendaraan listrik
Lithium-Ion Baterai Industri penghasil energi
Perkantoran
listrik
Lain-Lain Militer, Kelautan
Sumber : The European Association for Advanced Rechargeable Batteries

E. Keuntungan dan Kekurangan Baterai Lithium-


Ion Keuntungan Baterai Lithium-ion
Baterai lithium-ion memiliki banyak manfaat, beberapa di antaranya adalah sebagai berikut:

a) Energi: Baterai lithium-ion memiliki kepadatan energi yang lebih tinggi


dibandingkan dengan baterai sejenis lainnya. Mereka dapat menawarkan energi
setinggi 150 watt-jam per kilogram. Di sisi lain, baterai nikel-kadmium
menghasilkan sekitar 60-70 WH/kg dan baterai timbal-asam hanya 25 WH/kg.
b) Tingkat Pengosongan: Baterai lithium-ion memiliki laju pengosongan yang rendah,
hanya kehilangan 5% dari muatan yang tersimpan atau terakumulasi setiap bulan.
Dengan demikian, mereka memiliki kemampuan pengisian yang lebih kuat dan
stabil, memungkinkan mereka bertahan untuk waktu yang lama antara dua waktu
pengisian berturut-turut. Produk serupa lainnya akhirnya kehilangan hingga 20%
per bulan.
c) Pemeliharaan: Baterai lithium-ion dapat bekerja dengan minimal atau tanpa
perawatan. Mereka tidak memerlukan perawatan dan priming yang sering dan
tambahan.
d) Jenis: Tersedia dalam berbagai macam dan ukuran, baterai lithium ion menemukan
beberapa aplikasi dengan mudah dan efisien. Mereka juga datang dalam kebutuhan
daya yang berbeda, cocok untuk berbagai jenis perangkat.
e) Tegangan Sel: Baterai lithium-ion dapat menghasilkan tegangan sekitar 3.6V per
sel. Dibandingkan dengan tipe lain yang hanya memberikan 1.5-2 volt, itu cukup
tinggi. Ini menyiratkan bahwa manajemen daya baterai lithium-ion lebih baik dan
disederhanakan.
Kekurangan Baterai Lithium-ion

Baterai lithium-ion memiliki kekurangan seperti semua hal lainnya. Mereka terdiri dari:

1. Kemudahan terbakar: Elektrolit yang digunakan dalam baterai lithium-ion mudah


terbakar. Jika terlalu panas, dapat menyebabkan kebakaran skala kecil.
2. Perlindungan: Baterai lithium-ion relatif kurang kuat dibandingkan baterai isi
ulang lainnya. Oleh karena itu, mereka membutuhkan perlindungan dari pengisian
daya yang berlebihan, panas berlebih, dan pengosongan total. Mereka
membutuhkan sirkuit pelindung untuk menjaga arus dan tegangan dalam standar
dan batas yang aman.
3. Mahal: Baterai lithium-ion memiliki produksi dan pembuatan yang lebih mahal,
membuatnya hampir 40% lebih mahal daripada baterai nikel-kadmium.
4. Penuaan: Meskipun mereka bertahan lebih lama dari yang lain dari jenisnya,
baterai lithium-ion memiliki masa pakai yang terbatas. Mereka dapat menahan
penggunaan untuk sekitar 500-1000 siklus pengisian dan pengosongan hanya
sebelum gagal. Penuaan baterai terjadi dan terjadi bahkan saat tidak digunakan.
Proses Produksi Battery Pack
Produksi battery pack terdapat beberapa proses yang dilakukan diantaranya:
Cell Finishing
- Forming
Forming adalah pembangunan voltase awal reaksi kimia baterai. Berikut merupakan langkah
kerja mesin forming pada cell finisihing:

Mulai

- Ambil cell dari ruangan waiting


bay yang telah di aging selama 36
jam.
Pengambilan
- Ambil sesuai checksheet dan
cell
ketentuan FIFO.
- Bawa cell ke mesin forming

Penempatan
cell - Periksa secara visual fisik cell
dalam kondisi baik.
- Pasang cell pada holder mesin
forming

Setting
parameter - Naikan MCB mesin
- Buka program BTS7.5.4 di
Run Program komputer.
- Klik no IP lalu User Login dan
Tidak pilih nomor kabinet (ID Mesin)
Cell Atur
Detect Posisi cell
- Setting parameter program dan
Ya
jalankan program mesin.
- Cek cell apakah sudah terdeteksi
semua pada program mesin.
- Jika ada yang belum, stop
program dan benarkan posisi cell.
- Kemudian start program lagi.

Afkir
Ya
Pengelompokan
Proses Forming
Sesuai
cell - Setelah program selesai pilih
tombol Save As untuk
menyimpan data hasil proses
forming.
- Jalankan program pengelompokan
kapasitas cell untuk memisahkan
cell yang tidak sesuai standart
sebagai berikut:
Voltage Capacity
Grade
(mV) (mAh)
3200 –
A >3450
3300
3200 –
B 3351 – 3450
3300
3200 –
C 3251 – 3350
3300
3200 –
D 3151 – 3250
3300
3200 –
E 0 – 3150
3300

Pengambilan - Ambil cell dari holder dan


cell
masukan ke dalam kotak sesuai
dengan grade hasil
pengelompokan cell.
- Cell yang tidak masuk standar
akan di proses ulang.
- Baterai reject ditaruh di kotak
khusus.

- Grading
Grading yaitu proses pengetesan baterai untuk mengetahui kapasitas baterai. Berikut
merupakan langkah kerja mesin grading pada cell finisihing:

Mulai

- Ambil cell yang telah melalui


proses normal aging 2 .
- Ambil sesuai checksheet dan
Pengambilan
cell
ketentuan FIFO.
- Bawa cell ke mesin grading

Penempatan
cell - Periksa secara visual fisik cell
dalam kondisi baik.
- Pasang cell pada holder mesin
grading

Setting
parameter - Naikan MCB mesin
- Buka program BTS7.5.4 di
Run Program komputer.
- Klik no IP lalu User Login dan
Tidak
Cell Atur
Detect Posisi cell

Ya
pilih nomor kabinet (ID Mesin)
- Setting parameter program dan
jalankan program mesin.
- Cek cell apakah sudah terdeteksi
semua pada program mesin.
- Jika ada yang belum, stop
program dan benarkan posisi cell.
- Kemudian start program lagi.

- Setelah program selesai pilih


tombol Save As untuk
A
menyimpan data hasil proses
forming.
- Jalankan program pengelompokan
kapasitas cell untuk memisahkan

Proses Grading cell yang tidak sesuai standart


sebagai berikut:

Pengelompokan
cell Voltage Capacity
Grade
(mV) (mAh)

Sesuai
3200 –
Afkir A >3450
3300
3200 –
Ya
B 3351 – 3450
3300
3200 –
C 3251 – 3350
3300
3200 –
D 3151 – 3250
3300
3200 –
E 0 – 3150
3300
Capacity Test
Capacity Test merupakan proses untuk mengetahui kapasitas baterai pack dengan cara di charge
dan discharge. Berikut merupakan settingan pada mesin capacity test:
Contoh:
- 1 Cycle
Cutoff
Step Step Voltage Current Cuttoff Capacity
Step Name Current
Index Time (V) (A) Voltage (V) (Ah)
(A)
1 Rest 1 menit
3,65 x
0,5 x 1% x
2 CCCV Chg jumlah
Kapasitas Kapasitas
seri
3 Rest 30 menit
0,5 x 2,5 x jumlah
4 CC Dchg
Kapasitas seri
5 Rest 30 menit
3,65 x
0,5 x 1% x
6 CCCV Chg jumlah 11
Kapasitas Kapasitas
seri
7 Rest 2 menit
8 End

Proteksi :
- Volt Lower Limit = Cutt Off Voltage – 1
- Volt Upper Limit = Voltage + 1

- 1 Cycle SWAP ID 64V 21Ah menggunakan 0,5C

Cutoff
Step Voltage Current Cuttoff Capacity
Step Name Step Time Current
Index (V) (A) Voltage (V) (Ah)
(A)
1 Rest 1 menit
2 CCCV Chg 73 10 1
3 Rest 30 menit
4 CC Dchg 19 54
5 Rest 30 menit
6 CCCV Chg 73 10 0,5 11
7 Rest 2 menit
8 End

Proteksi :
- Volt Lower Limit = 54 – 1 = 53
- Volt Upper Limit = 73 + 1 = 74
- 3 Cycle
Cuttoff Cutoff
Step Current Capacity
Step Name Step Time Voltage (V) Voltage Current
Index (A) (Ah)
(V) (A)
1 Rest 1 menit
2 CCCV Chg 3,65 x 0,5 x 1% x
jumlah seri Kapasitas Kapasitas
3 Rest 30 menit
4 CC Dchg 2,5 x
0,5 x
jumlah
Kapasitas
seri
5 Cycle Start step Cycle
ID: 1 Count: 3
6 Rest 30 menit
7 CCCV Chg 3,65 x 0,5 x 1% x
11
jumlah seri Kapasitas Kapasitas
8 Rest 2 menit
9 End

Proteksi :
- Volt Lower Limit = Cutt Off Voltage – 1
- Volt Upper Limit = Voltage + 1

- 3 Cycle SWAP ID 64V 21Ah menggunakan 0,5C

Cuttoff Cutoff
Step Current Capacity
Step Name Step Time Voltage (V) Voltage Current
Index (A) (Ah)
(V) (A)
1 Rest 1 menit
2 CCCV Chg 73 10 1
3 Rest 30 menit
4 CC Dchg 19 54
Start step Cycle Count:
5 Cycle
ID: 1 3
6 Rest 30 menit
7 CCCV Chg 73 10 0,5 11
8 Rest 2 menit
9 End

Proteksi :
- Volt Lower Limit = 54 – 1 = 53
- Volt Upper Limit = 73 + 1 = 7
F. Inspeksi Mutu dan Kualitas

Berikut merupakan beberapa inspeksi mutu dan kualitas yang dilakukan pada saat proses
produksi battery pack dilapangan:

a) Pengecekan susunan serial cell pada Baterai Pack


Pada dasarnya baterai dapat dihubungkan secara seri maupun paralel. Namun output dari
kedua seri tersebut akan berbeda. Rangkaian seri baterai akan menaikkan tegangan keluaran
baterai, sedangkan arus keluaran tetap sama. Hal ini tentu saja berbeda dengan rangkaian
paralel baterai yang akan menaikkan arus keluaran (Ampere) namun tegangan keluarannya
tetap sama.
Kutub bertanda positif menunjukkan bahwa ia memiliki energi potensial yang lebih tinggi
daripada kutub bertanda negatif. Terminal bertanda negatif adalah sumber elektron yang,
ketika dihubungkan ke sirkuit eksternal, akan mengalir dan menyuplai daya ke perangkat
eksternal.
- Rangkaian Seri

Rangkaian seri baterai biasanya menghubungkan anoda (positif) ke katoda (negatif),


meningkatkan tegangan pada rangkaian sedangkan arusnya tetap.
- Rangkaian Paralel
Rangkaian paralel baterai biasanya menghubungkan anoda (positif) ke anoda (positif) dan
sedangkan katoda (negatif) ke katoda (negatif), meningkatkan arus pada rangkaian
sedangkan tegangannya tetap.

b) Pengecekan Resistansi Internal Baterai Pack


Resistansi internal (IR) merupakan karakteristik penting dari baterai lithium-ion karena
dapat sangat mempengaruhi kinerja baterai. IR baterai menunjukkan hambatan terhadap
aliran arus di dalam baterai. Oleh karena itu, IR dapat berdampak signifikan pada
kemampuan baterai dalam mengalirkan daya. Resistensi internal yang tinggi dapat
menyebabkan sejumlah masalah diantaranya:
- Penurunan tegangan: Saat beban diterapkan pada baterai, tegangan pada terminal akan
turun, yang dapat menyebabkan berkurangnya daya yang tersedia.
- Mengurangi efisiensi: IR yang tinggi dapat menyebabkan penurunan efisiensi baterai secara
keseluruhan, karena lebih banyak energi yang hilang sebagai panas daripada dialirkan ke
beban.
- Kapasitas berkurang: IR yang tinggi dapat menyebabkan penurunan kapasitas baterai ,
karena tegangan di terminal akan turun lebih cepat saat baterai habis.
- Mengurangi siklus hidup: IR yang tinggi dapat mengurangi jumlah siklus
pengisian/pengosongan baterai sebelum perlu diganti.

Memiliki resistansi internal yang rendah diinginkan karena akan menghasilkan kinerja yang
lebih baik dan masa pakai baterai yang lebih lama. Resistansi internal yang rendah
memungkinkan baterai menghasilkan lebih banyak daya dan mempertahankan voltase yang
lebih tinggi di seluruh terminal, sehingga menghasilkan efisiensi dan kapasitas yang lebih
baik. Menggunakan IR untuk memilih sel optimal saat membuat baterai pack dapat
memastikan kinerja terbaik.
Mengukur resistansi internal baterai litium-ion penting untuk memastikan baterai dalam
kondisi baik dan memastikan kinerjanya sesuai harapan. Penting juga bagi sistem
manajemen baterai untuk memantau resistansi internal baterai yang mereka kelola untuk
mendeteksi masalah apa pun dan mengambil tindakan perbaikan untuk menguranginya.

c) Pemantauan Suhu pada Baterai Pack


Sebagian besar efek suhu terkait dengan reaksi kimia yang terjadi pada baterai dan juga
bahan yang digunakan dalam baterai. Mengenai reaksi kimia, hubungan antara laju reaksi
kimia dan suhu reaksi mengikuti persamaan Arrhenius, dan variasi suhu dapat menyebabkan
perubahan laju reaksi elektrokimia pada baterai. Selain reaksi kimia, konduktivitas ionik
elektroda dan elektrolit juga dipengaruhi oleh suhu. Misalnya, konduktivitas ionik elektrolit
berbasis garam litium menurun pada suhu rendah.
Dengan sistem material kompleks yang digunakan dalam baterai, penurunan kinerja pada
suhu rendah dapat disebabkan oleh beberapa sumber berbeda. Pertama, suhu rendah akan
mempengaruhi sifat elektrolit. Dengan menurunnya suhu, viskositas elektrolit akan
meningkat, yang akan menurunkan konduktivitas ionik. Resistansi internal selanjutnya akan
meningkat karena peningkatan impedansi migrasi terarah ion kimia.
Efek pada suhu tinggi jauh lebih kompleks dibandingkan pada suhu rendah. Selama
pengoperasian baterai, panas dihasilkan di dalam baterai, dan memahami pembangkitan
panas sangat penting dalam meminimalkan efek suhu tinggi di baterai.
- Pembangkitan panas
Secara umum, pembangkitan panas dalam baterai pada suhu normal dikaitkan dengan
transfer muatan dan reaksi kimia selama pengisian dan pengosongan.
- Penuaan
Penuaan merupakan efek selama penerapan baterai pada suhu tinggi. Penuaan tidak hanya
mempengaruhi kinerja baterai, tetapi juga mengurangi masa pakainya. Secara umum,
penuaan baterai mencakup penuaan siklus dan penuaan kalender. Namun kedua jenis
penuaan ini selalu terjadi bersamaan karena komposisi dan proses kerja baterai yang
kompleks. Peningkatan suhu pengoperasian baterai di atas kisaran optimal akan
mempercepat proses penuaan dan menyebabkan degradasi baterai.
- Pelarian termal
Pelarian termal dapat terjadi jika baterai diproduksi dengan cacat atau ditangani dengan
tidak benar. Pelarian termal sering terjadi pada keadaan suhu tinggi, di mana suhu tinggi
memicu reaksi eksotermik pada baterai yang beroperasi. Reaksi-reaksi ini melepaskan lebih
banyak panas, dan selanjutnya mendorong peningkatan suhu di dalam baterai . Ketika
pembangkitan panas yang tidak terkendali melebihi ketahanan panas baterai, kebakaran dan
eksplorasi akan terjadi.
Berikut merupakan contoh beberapa masalah yang ditemukan pada saat proses produksi battery pack
(SWAP ID):

No Indikasi Masalah Hasil Std Tindak Lanjut


0,023 V
Range Voltage
1 dan V: 0,010 V Dibongkar
Perseri Tinggi
0,024V
Range Voltage
2 Pengelompokan cell 0,0168 V V: 0,002 V Dibongkar
Tinggi
3 Cycle dengan arus
kecil, apabila hasil tidak
3 Under Capacity < 21 Ah Min 21 Ah berubah maka akan
ditukar dengan battery
pack trial
0,362 V
Volt Difference
4 dan V: 0,010V Welding ulang
Compre 1 Tinggi
0,016V
- Charge Volt: 60-70V
NG Fungsional Test
5 <4A - Charge Current: 4- Bongkar pack
Compre 3
11A
- Charge Volt: 60-70V
Under Volt Compre
6 < 60 V - Charge Current: 4- Ganti BMS
1
11A
Ganti kabel
7 Temperature 1 -26°C -26°C 24-28°C
thermocouple
G. Baterai Manajemen Sistem

Baterai Manajemen Sistem atau disingkat BMS adalah sebuah komponen elektronik atau
alat yang berfungsi untuk memanajemen sel baterai, terutama baterai jenis Lithium (Li-Ion,
Li-Po, LifePo4, dll) mulai dari proses charging, discharging hingga fungsi proteksi agar
baterai tetap memiliki kinerja yang masksimal.

Baterai lithium iron phosphate atau LiFePO4 memiliki lebih banyak keunggulan dibanding
lead acid atau aki. Namun, untuk menggantikan aki yang umum terpasang pada kendaraan
listrik/panel surya tidak bisa hanya digunakan 1 buah baterai LiFePO4. Baterai LiFePO4
harus terlebih dahulu dikemas kedalam sebuah paket (Baterry Pack) agar voltase dan ampere
yang dibutuhkan sesuai kebutuhan, yaitu menyusunnya dengan konfigurasi Seri ataupun
Paralel Baterai LiFePO4 seperti pada artikel sebelumnya. Pada konfigurasi inilah dibutuhkan
sebuah BMS. Karena dalam konfigurasi/susunan baterai dapat dipastikan pembagian energi
tiap sel tidak selalu seimbang pembagiannya baik saat proses diisi maupun dikuras. Hal
inilah yang dapat memperpendek umur baterai.

Gambar … BMS LiFePO4

Dibawah ini adalah beberapa Fungsi umum dari sebuah BMS (Baterai Manajemen Sistem):
1. Proteksi Tegangan Lebih atau Kurang (Over and Under Voltage)
Sel LiFePO4 beroperasi dengan aman pada rentang voltase tertentu, biasanya antara 2.5V
hingga 3,65V. Beberapa kimia lithium menghasilkan sel yang sangat sensitif terhadap
tegangan berlebih, tetapi sel LiFePO4 lebih toleran. Namun, tegangan berlebih yang
signifikan untuk waktu yang lama selama pengisian dan terjadi selama berulang-ulang
dapat menyebabkan penurunan kinerja lapisan logam lithium pada anoda baterai secara
permanen. Juga, bahan katoda dapat teroksidasi, menjadi kurang stabil, dan menghasilkan
karbon dioksida yang dapat menyebabkan penumpukan tekanan di dalam sel. Adanya
BMS dapat membatasi setiap sel dan baterai itu sendiri pada tegangan maksimum baik
selama proses charging (pengisian) maupun discharging (pengurasan).

Point pentingnya, dengan adanya BMS, maka tiap cell baterai akan secara terkontrol
mendapat masukan voltase maksimal sebesar 3,65Volt selama proses charging. Dan pada
saat dikuras/diberi beban, maka BMS ini akan menjaga agar voltase baterai tidak sampai
dibawah 2,5Volt alias under voltage.

2. Proteksi Arus Berlebih dan Konslet (Overcurrent and Short Circuit Protection)
Setiap baterai memiliki arus (ampere) maksimum yang ditentukan untuk pengoperasian
yang aman. Jika beban diterapkan pada baterai yang menarik arus yang lebih tinggi dari
titik aman, hal tersebut dapat mengakibatkan baterai menjadi terlalu panas. Jika hal ini
dibiarkan, maka dapat berpotensi menyebabkan baterai dan komponen disekitarnya
terbakar. Itulah pentingnya menggunakan BMS untuk melindungi arus berlebih. BMS
dapat mencegah arus berlebih dengan cara memutus sirkuit sehingga arus akan sementara
terputus saat arus yang melaui BMS melebihi batas toleransi yang ditentukan atau biasa
disebut "protect"

Hubungan arus pendek atau konslet pada baterai adalah bentuk paling serius dari kondisi
arus lebih. Ini paling sering terjadi ketika elektroda secara tidak sengaja terhubung
dengan sepotong logam sehingga kedua kutub baterai terhubung langsung. Untuk hal ini
rata-rata BMS dapat melakukan proteksi dalam 200-600 mikrodetik dari korsleting
eksternal yang terjadi, kemudian melanjutkan operasi normal jika kondisi korsleting
dihilangkan.

3. Proteksi Suhu Berlebih (Over Temperature)


Tidak seperti baterai timbal-asam (Aki konvensional) atau lithium cobalt oxide, baterai
lithium iron phosphate (LiFePO4) beroperasi secara efisien dan aman pada suhu
maksimal 60C. Tetapi pada suhu operasi dan penyimpanan yang lebih tinggi, seperti
semua baterai pada umumnya, maka bahan elektroda akan mulai terdegradasi. BMS
baterai lithium menggunakan termistor tertanam untuk secara aktif memantau suhu
selama operasi, dan itu akan memutuskan baterai dari sirkuit pada suhu tertentu.
Uumumnya, BMS akan memutus sirkuit baterai pada 80C (176F) dan akan kembali
normal setelah baterai berada pada suhu 50C (122F).
Gambar … Komponen pada BMS

4. Proteksi Ketidakseimbangan Sel (Cell Imbalance)


Baterai LiFePO4 memiliki perbedaan besar dari baterai timbal-asam dalam hal
menyeimbangkan tegangan di setiap sel individu selama pengisian. Karena perbedaan
kecil dalam kondisi manufaktur atau pengoperasian, setiap sel dalam baterai mengisi
daya dengan kecepatan yang sedikit berbeda. Dalam baterai asam-timbal, jika satu sel
terisi lebih cepat dan mencapai tegangan penuhnya, kemudian sisa arus akan diteruskan
ke sel lain yang memiliki tegangan lebih rendah dan memastikan sel-sel lain terisi penuh.
Dalam hal ini artinya, sel-sel dalam baterai timbal-asam menyamakan diri selama
pengisian.

Namun, hal ini tidak terjadi dengan baterai LiFePO4 maupun lithium- lainya. Ketika sel
baterai lithium terisi penuh, tegangannya mulai naik lebih lanjut yang dapat
menyebabkan kerusakan elektroda. Jika pengisian seluruh baterai dihentikan ketika hanya
satu sel yang terisi penuh, sel-sel yang tersisa tidak mencapai pengisian penuh dan baterai
akan beroperasi di bawah kapasitas puncak. BMS yang dirancang dengan baik akan
memastikan setiap sel terisi penuh dengan aman sebelum seluruh proses pengisian
selesai. Hal ini biasa disebut dengan proses Balancing
Gambar … Balancing pada BMS

Pada BMS terdapat resistor dan transistor yang berfungsi untuk membalance tegangan
antar cell. Bisa dikatakan sistem ini adalah single charging secara terintegrasi. Dengan
adanya fitur ini maka tegangan antar cell ketika selesai proses charging maka akan
seragam penuh semua.
DAFTAR PUSTAKA

[1] Lawrence H. Van Vlack. (1992). Ilmu dan Teknologi bahan. Erlangga, edisi 5.

[2] Manjunatha, H; Suresh, G.S; Venkatesha, T.V. (2011). Electrode materials for aqueous.

[3] Perdana Fengky A. (2020). Baterai Lithium. INKUIRI: Jurnal Pendidikan IPA,
09(02), 103 – 109.
[4] Diakses : https://pasangpanelsurya.com/jenis-baterai-lithium/

[5] Proses Produksi dan Pengujian Baterai Lithium-Ion:


https://www.hioki.com/id- id/industries-solutions/manufacturing/liion-
production-testing.html
[6] Kegunaan Baterai Lithium-Ion:
http://repository.iti.ac.id/bitstream/123456789/990/3/3%20BAB%20I.pdf
[7] Keuntungan dan Kekurngan Baterai Lithium-Ion:
https://www.lithiumbatterychina.com/id/blog/2021/08/02/the-pros-and-cons-of-
lithium-ion-batteries-with-advantages-and-disadvantages/
[8] https://www.gramedia.com/literasi/rangkaian-seri-dan-paralel-baterai/
[9] https://cellsaviors.com/blog/measure-internal-resistance
[10] https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S1002007118307536
[11]

Anda mungkin juga menyukai