Baterai adalah perangkat yang dapat mengonversi kandungan energi kimia pada bahan
aktif dari komponen penyusun baterai menjadi energi listrik melalui reaksi elektrokimia
reduksi dan oksidasi. Terdapat dua jenis baterai, yaitu baterai primer (non rechargeable
/ tidak dapat diisi ulang / sekali pakai) dan baterai sekunder (rechargeable / dapat diisi
ulang / dapat dipakai lebih dari satu kali).
Baterai lithium-ion merupakan salah satu jenis baterai sekunder rechargeable battery)
yang dapat diisi ulang dan merupakan baterai yang ramah lingkungan karena tidak
mengandung bahan yang berbahaya seperti baterai-baterai yg berkembang lebih dahulu
yaitu baterai NI- Cd dan Ni-MH. Baterai ini memiliki kelebihan dibandingkan baterai
sekunder jenis lain, yaitu memiliki stabilitas penyimpanan energi yang sangat baik
(daya tahan sampai 10 tahun atau lebih), energi densitas tinggi, tidak ada memori efek
dan berat yang relatif lebih ringan dibandingkan dengan baterai jenis lain. Sehingga
dengan berat yang sama energi yang dihasilkan baterai lithium dua kali lipat dari
baterai jenis lain. (Lawrence et al. 1992).
Lithium Ion Battery pada umumnya memiliki empat komponen utama yaitu
elektroda positif (anoda), elektroda negatif (katoda), elektrolit, dan separator.
Salah satu material yang dapat berperan sebagai anoda adalah material yang
berbasis carbon seperti LiC₆ atau grafit. Selain grafit, material berbasis karbon
yang dapat digunakan untuk anoda yaitu soft carbon, graphene dan hard carbon.
Material lain yang dapat berperan sebagai anoda antara lain lithium titanium oxide
(LTO). Tabel 1 memberikan contoh beberapa material yang pernah digunakan
sebagai anoda dengan kapasitas energinya.
Katoda merupakan elektroda yang fungsinya sama seperti anoda yaitu pengumpul
ion serta material aktif. Namun perbedaannya adalah katoda merupakan elektroda
positif. Beberapa karakteristik yang harus dipenuhi suatu material yang digunakan
sebagai katoda antara lain material tersebut terdiri dari ion yang mudah melakukan
reaksi reduksi dan oksidasi, memiliki konduktifitas yang tinggi seperti logam,
memiliki kerapatan energi yang tinggi, memiliki kapasitas energi yang tinggi,
memiliki kestabilan yang tinggi (tidak mudah berubah strukturnya atau terdegradasi
baik saat pemakaian maupun pengisian ulang), harganya murah dan ramah
lingkungan. (Perdana Fengky A., 2020)
Pada tahun 1980 material LiCoO₂ menjadi kandidat material pertama yang
digunakan sebagai katoda pada Lithium-Ion Battery. Kerapatan energi yang
dimiliki LiCoO₂ sebesar 140 A.h/kg. Walaupun demikian material tersebut
memiliki kestabilan yang rendah dan harganya relative mahal. Sejalan dengan
peningkatan performa katoda, beberapa penelitian yang dilakukan antara lain
membuat katoda dari LiMO₂ (M = Co (Cobalt); Ni (Nikel) ; Mn (Mangan); dan
lainnya). LiMO₂ tersebut dibentuk dalam bentuk layer-layer (seperti pada gambar
1). Adapula material yang digunakan sebagai katoda dibentuk dalam bentuk spinel
LiM₂O₄ (M : Mn (Mangan)); serta olivine LiMPO₄F (M : Fe) dapat dilihat pada
gambar 2 dan 3 (Bo Xu, 2012). Tabel 2 menunjukkan beberapa jenis material yang
dapat digunakan untuk katoda dengan besar kapasitas energinya yang dapat
disimpan.
c) Elektrolit
Elektrolit adalah bagian yang berfungsi sebagai penghantar ion lithium dari anoda
ke katoda atau sebaliknya. Karakteristik elektrolit yang penting untuk diperhatikan
antara lain konduktivitas, aman (tidak beracun) serta harganya murah. Elektrolit ini
terbagi dalam dua jenis yaitu elektrolit cair dan elektrolit padat. Kedua jenis ini
memiliki kelebihan serta kekurangannya. Kelebihan dari elektrolit cair antara lain
memiliki konduktivitas ionik yang besar, harga yang murah, dan aman. Namun
kekurangannya adalah memiliki performa siklus pemakaian yang rendah (tidak
tahan lama) yaitu hanya berkisar 25 kali siklus dan dapat mengurangi kerapatan
energi. (Perdana Fengky A., 2020)
Beberapa material yang dapat digunakan sebagai elektrolit cair antara lain LiNO₃,
LiClO, Li₂SO₄, garam LiNO₃, garam Li₂SO₄, LiPF₆. Elektrolit padat sendiri
keuntungannya yaitu memiliki konduktivitas yang besar serta dapat tahan lama
dibandingkan dengan elektrolit yang cair. Jenis elektrolit padat ini berupa keramik
atau polimer organik. Contoh material yang dipakai untuk elektrolit padat antara lain
yaitu (La,Li)TiO₃.
d) Separator
Separator adalah suatu material berpori yang terletak di antara anoda dan katoda
berfungsi untuk mencegah agar tidak terjadi hubungan singkat dan kontak antara
katoda dan anoda. Selain itu separator harus dapat dilewati oleh ion lithium dengan
baik. Tidak hanya sebagai pembatas antar elektroda, separator memiliki peranan
penting dalam proses penghasilan listrik, pengisian ulang, dan tentunya keamanan
pada baterai litium ion sendiri.
Beberapa hal yang penting untuk memilih material agar dipilih sebagai separator
antara lain material tersebut bersifat insulator, memiliki hambatan listrik yang kecil,
kestabilan mekanik (tidak mudah rusak), memiliki sifat hambatan kimiawi untuk
tidak mudah terdegradasi dengan elektrolit serta memiliki ketebalan lapisan yang
seragam atau sama di seluruh permukaan. Beberapa material yang dapat digunakan
sebagai separator antara lain polyolefins (PE dan PP), Polyvinylidene fluodire
(PVdF), PTFE (teflon), PVC, dan polyethylene oxide. (Perdana Fengky A., 2020)
Baterai lithium kobalt oksida adalah baterai lithium yang paling umum dan banyak
digunakan peralatan portabel seperti laptop dan bor listrik.
Gambar 2 Baterai Lithium Cobalt Oxide (LiCoO₂)
Baterai lithium mangan oksida adalah jenis baterai berbentuk koin yang digunakan
pada kamera dan remote kontrol, baterai ini juga digunakan dalam perangkat yang
jauh lebih besar seperti mobil listrik hibrida Nissan Leaf.
Gambar 3 Baterai Lithium Manganese Oxide (LiMn₂O₄)
Baterai lithium Nickel Manganese Cobalt Oxide umumnya memiliki daya dan
kapasitas yang lebih tinggi. Baterai ini banyak digunakan karena memiliki bobot,
daya, dan kapasitas dengan tingkat premium. Sehingga dipakai juga untuk
keperluan kendaraan listrik seperti sepeda elektronik dan peralatan listrik. Kelebih
baterai ini adalah waktu siklus hingga 2.000 pengisian/pengosongan.
Baterai lithium besi fosfat adalah jenis baterai yang dapat menggantikan baterai
timbal- asam pada hampir sebagian besar perangkat, terutama mobil.
Gambar 5 Baterai Lithium Iron Phosphate atau Besi Fosfat (LiFePO₄)
e) Baterai Lithium Nickel Cobalt Aluminum Oxide (LiNiCoAlO₂)
Baterai lithium nikel cobalt aluminium oksida adalah baterai yang digunakan oleh
Tesla. Baterai ini memiliki kapasitas tinggi tetapi siklusnya berkurang sekitar 500
siklus tergantung pada penggunaan.
Baterai lithium titanat cepat untuk diisi, memiliki kapasitas tinggi dan dianggap
sebagai jenis baterai lithium paling aman untuk digunakan. Dengan kondisi
pengisian optimal hingga 7.000 siklus pengisian atau pengosongan yang dapat
dicapai.
a) Cell Silinder
Gambar 8 Cell Silinder
Baterai lithium-ion silinder adalah baterai lithium ion yang berbentuk silinder
sehingga disebut baterai lithium-ion silinder. Menurut bahan anodanya, baterai li-
ion silinder dibagi menjadi litium kobalt oksida (LiCoO2), litium mangan
(LiMn2O4), lithium nikel mangan kobalt (LiNiMnCoO2 atau NMC), lithium
aluminium nikel kobalt (LiNiCoAlO2 atau NCA), litium besi fosfat (LiFePO4) dan
litium titanat (Li4Ti5O12).
b) Cell Prismatik
Baterai litium-ion prismatik merupakan baterai litium ion yang berbentuk prismatik
sehingga disebut baterai litium-ion prismatik. Cangkang baterai prismatik sebagian
besar terbuat dari paduan aluminium, baja tahan karat dan bahan lainnya, dan
penggunaan internal proses penggulungan atau laminasi, perlindungan baterai lebih
baik daripada baterai film aluminium-plastik (yaitu baterai soft-pack) , keamanan
baterai Baterai yang relatif silinder juga telah ditingkatkan secara signifikan.
2. Dengan karakteristik termal yang sangat baik, sel prismatik memerlukan lebih
sedikit pendinginan per unit energi jika dibandingkan dengan format sel litium
silinder. Selain itu, prismatik menawarkan masa pakai siklus yang sangat baik
bahkan di bawah beban yang tinggi dan bervariasi, yang biasanya berdampak buruk
pada masa pakai format sel litium lainnya. Dengan masa pakai siklus hingga empat
kali lebih besar dibandingkan sel litium silinder, biaya pengoperasian dan
kepemilikan sel prismatik bisa jauh lebih rendah.
3. Pengembangan baterai silinder merupakan proses yang paling lama,
teknologinya paling matang, standarisasinya juga tinggi. Dan karena sel silinder
memiliki lebih banyak ruang antar sel saat dirakit, sel silinder memiliki keuntungan
besar dalam hal pembuangan panas, dan banyak model dengan sel silinder telah
mengadopsi teknologi pendingin udara berbiaya lebih rendah.Kegunaan Lithium-Ion
Baterai
Baterai lithium-ion memiliki kekurangan seperti semua hal lainnya. Mereka terdiri dari:
Mulai
Penempatan
cell - Periksa secara visual fisik cell
dalam kondisi baik.
- Pasang cell pada holder mesin
forming
Setting
parameter - Naikan MCB mesin
- Buka program BTS7.5.4 di
Run Program komputer.
- Klik no IP lalu User Login dan
Tidak pilih nomor kabinet (ID Mesin)
Cell Atur
Detect Posisi cell
- Setting parameter program dan
Ya
jalankan program mesin.
- Cek cell apakah sudah terdeteksi
semua pada program mesin.
- Jika ada yang belum, stop
program dan benarkan posisi cell.
- Kemudian start program lagi.
Afkir
Ya
Pengelompokan
Proses Forming
Sesuai
cell - Setelah program selesai pilih
tombol Save As untuk
menyimpan data hasil proses
forming.
- Jalankan program pengelompokan
kapasitas cell untuk memisahkan
cell yang tidak sesuai standart
sebagai berikut:
Voltage Capacity
Grade
(mV) (mAh)
3200 –
A >3450
3300
3200 –
B 3351 – 3450
3300
3200 –
C 3251 – 3350
3300
3200 –
D 3151 – 3250
3300
3200 –
E 0 – 3150
3300
- Grading
Grading yaitu proses pengetesan baterai untuk mengetahui kapasitas baterai. Berikut
merupakan langkah kerja mesin grading pada cell finisihing:
Mulai
Penempatan
cell - Periksa secara visual fisik cell
dalam kondisi baik.
- Pasang cell pada holder mesin
grading
Setting
parameter - Naikan MCB mesin
- Buka program BTS7.5.4 di
Run Program komputer.
- Klik no IP lalu User Login dan
Tidak
Cell Atur
Detect Posisi cell
Ya
pilih nomor kabinet (ID Mesin)
- Setting parameter program dan
jalankan program mesin.
- Cek cell apakah sudah terdeteksi
semua pada program mesin.
- Jika ada yang belum, stop
program dan benarkan posisi cell.
- Kemudian start program lagi.
Pengelompokan
cell Voltage Capacity
Grade
(mV) (mAh)
Sesuai
3200 –
Afkir A >3450
3300
3200 –
Ya
B 3351 – 3450
3300
3200 –
C 3251 – 3350
3300
3200 –
D 3151 – 3250
3300
3200 –
E 0 – 3150
3300
Capacity Test
Capacity Test merupakan proses untuk mengetahui kapasitas baterai pack dengan cara di charge
dan discharge. Berikut merupakan settingan pada mesin capacity test:
Contoh:
- 1 Cycle
Cutoff
Step Step Voltage Current Cuttoff Capacity
Step Name Current
Index Time (V) (A) Voltage (V) (Ah)
(A)
1 Rest 1 menit
3,65 x
0,5 x 1% x
2 CCCV Chg jumlah
Kapasitas Kapasitas
seri
3 Rest 30 menit
0,5 x 2,5 x jumlah
4 CC Dchg
Kapasitas seri
5 Rest 30 menit
3,65 x
0,5 x 1% x
6 CCCV Chg jumlah 11
Kapasitas Kapasitas
seri
7 Rest 2 menit
8 End
Proteksi :
- Volt Lower Limit = Cutt Off Voltage – 1
- Volt Upper Limit = Voltage + 1
Cutoff
Step Voltage Current Cuttoff Capacity
Step Name Step Time Current
Index (V) (A) Voltage (V) (Ah)
(A)
1 Rest 1 menit
2 CCCV Chg 73 10 1
3 Rest 30 menit
4 CC Dchg 19 54
5 Rest 30 menit
6 CCCV Chg 73 10 0,5 11
7 Rest 2 menit
8 End
Proteksi :
- Volt Lower Limit = 54 – 1 = 53
- Volt Upper Limit = 73 + 1 = 74
- 3 Cycle
Cuttoff Cutoff
Step Current Capacity
Step Name Step Time Voltage (V) Voltage Current
Index (A) (Ah)
(V) (A)
1 Rest 1 menit
2 CCCV Chg 3,65 x 0,5 x 1% x
jumlah seri Kapasitas Kapasitas
3 Rest 30 menit
4 CC Dchg 2,5 x
0,5 x
jumlah
Kapasitas
seri
5 Cycle Start step Cycle
ID: 1 Count: 3
6 Rest 30 menit
7 CCCV Chg 3,65 x 0,5 x 1% x
11
jumlah seri Kapasitas Kapasitas
8 Rest 2 menit
9 End
Proteksi :
- Volt Lower Limit = Cutt Off Voltage – 1
- Volt Upper Limit = Voltage + 1
Cuttoff Cutoff
Step Current Capacity
Step Name Step Time Voltage (V) Voltage Current
Index (A) (Ah)
(V) (A)
1 Rest 1 menit
2 CCCV Chg 73 10 1
3 Rest 30 menit
4 CC Dchg 19 54
Start step Cycle Count:
5 Cycle
ID: 1 3
6 Rest 30 menit
7 CCCV Chg 73 10 0,5 11
8 Rest 2 menit
9 End
Proteksi :
- Volt Lower Limit = 54 – 1 = 53
- Volt Upper Limit = 73 + 1 = 7
F. Inspeksi Mutu dan Kualitas
Berikut merupakan beberapa inspeksi mutu dan kualitas yang dilakukan pada saat proses
produksi battery pack dilapangan:
Memiliki resistansi internal yang rendah diinginkan karena akan menghasilkan kinerja yang
lebih baik dan masa pakai baterai yang lebih lama. Resistansi internal yang rendah
memungkinkan baterai menghasilkan lebih banyak daya dan mempertahankan voltase yang
lebih tinggi di seluruh terminal, sehingga menghasilkan efisiensi dan kapasitas yang lebih
baik. Menggunakan IR untuk memilih sel optimal saat membuat baterai pack dapat
memastikan kinerja terbaik.
Mengukur resistansi internal baterai litium-ion penting untuk memastikan baterai dalam
kondisi baik dan memastikan kinerjanya sesuai harapan. Penting juga bagi sistem
manajemen baterai untuk memantau resistansi internal baterai yang mereka kelola untuk
mendeteksi masalah apa pun dan mengambil tindakan perbaikan untuk menguranginya.
Baterai Manajemen Sistem atau disingkat BMS adalah sebuah komponen elektronik atau
alat yang berfungsi untuk memanajemen sel baterai, terutama baterai jenis Lithium (Li-Ion,
Li-Po, LifePo4, dll) mulai dari proses charging, discharging hingga fungsi proteksi agar
baterai tetap memiliki kinerja yang masksimal.
Baterai lithium iron phosphate atau LiFePO4 memiliki lebih banyak keunggulan dibanding
lead acid atau aki. Namun, untuk menggantikan aki yang umum terpasang pada kendaraan
listrik/panel surya tidak bisa hanya digunakan 1 buah baterai LiFePO4. Baterai LiFePO4
harus terlebih dahulu dikemas kedalam sebuah paket (Baterry Pack) agar voltase dan ampere
yang dibutuhkan sesuai kebutuhan, yaitu menyusunnya dengan konfigurasi Seri ataupun
Paralel Baterai LiFePO4 seperti pada artikel sebelumnya. Pada konfigurasi inilah dibutuhkan
sebuah BMS. Karena dalam konfigurasi/susunan baterai dapat dipastikan pembagian energi
tiap sel tidak selalu seimbang pembagiannya baik saat proses diisi maupun dikuras. Hal
inilah yang dapat memperpendek umur baterai.
Dibawah ini adalah beberapa Fungsi umum dari sebuah BMS (Baterai Manajemen Sistem):
1. Proteksi Tegangan Lebih atau Kurang (Over and Under Voltage)
Sel LiFePO4 beroperasi dengan aman pada rentang voltase tertentu, biasanya antara 2.5V
hingga 3,65V. Beberapa kimia lithium menghasilkan sel yang sangat sensitif terhadap
tegangan berlebih, tetapi sel LiFePO4 lebih toleran. Namun, tegangan berlebih yang
signifikan untuk waktu yang lama selama pengisian dan terjadi selama berulang-ulang
dapat menyebabkan penurunan kinerja lapisan logam lithium pada anoda baterai secara
permanen. Juga, bahan katoda dapat teroksidasi, menjadi kurang stabil, dan menghasilkan
karbon dioksida yang dapat menyebabkan penumpukan tekanan di dalam sel. Adanya
BMS dapat membatasi setiap sel dan baterai itu sendiri pada tegangan maksimum baik
selama proses charging (pengisian) maupun discharging (pengurasan).
Point pentingnya, dengan adanya BMS, maka tiap cell baterai akan secara terkontrol
mendapat masukan voltase maksimal sebesar 3,65Volt selama proses charging. Dan pada
saat dikuras/diberi beban, maka BMS ini akan menjaga agar voltase baterai tidak sampai
dibawah 2,5Volt alias under voltage.
2. Proteksi Arus Berlebih dan Konslet (Overcurrent and Short Circuit Protection)
Setiap baterai memiliki arus (ampere) maksimum yang ditentukan untuk pengoperasian
yang aman. Jika beban diterapkan pada baterai yang menarik arus yang lebih tinggi dari
titik aman, hal tersebut dapat mengakibatkan baterai menjadi terlalu panas. Jika hal ini
dibiarkan, maka dapat berpotensi menyebabkan baterai dan komponen disekitarnya
terbakar. Itulah pentingnya menggunakan BMS untuk melindungi arus berlebih. BMS
dapat mencegah arus berlebih dengan cara memutus sirkuit sehingga arus akan sementara
terputus saat arus yang melaui BMS melebihi batas toleransi yang ditentukan atau biasa
disebut "protect"
Hubungan arus pendek atau konslet pada baterai adalah bentuk paling serius dari kondisi
arus lebih. Ini paling sering terjadi ketika elektroda secara tidak sengaja terhubung
dengan sepotong logam sehingga kedua kutub baterai terhubung langsung. Untuk hal ini
rata-rata BMS dapat melakukan proteksi dalam 200-600 mikrodetik dari korsleting
eksternal yang terjadi, kemudian melanjutkan operasi normal jika kondisi korsleting
dihilangkan.
Namun, hal ini tidak terjadi dengan baterai LiFePO4 maupun lithium- lainya. Ketika sel
baterai lithium terisi penuh, tegangannya mulai naik lebih lanjut yang dapat
menyebabkan kerusakan elektroda. Jika pengisian seluruh baterai dihentikan ketika hanya
satu sel yang terisi penuh, sel-sel yang tersisa tidak mencapai pengisian penuh dan baterai
akan beroperasi di bawah kapasitas puncak. BMS yang dirancang dengan baik akan
memastikan setiap sel terisi penuh dengan aman sebelum seluruh proses pengisian
selesai. Hal ini biasa disebut dengan proses Balancing
Gambar … Balancing pada BMS
Pada BMS terdapat resistor dan transistor yang berfungsi untuk membalance tegangan
antar cell. Bisa dikatakan sistem ini adalah single charging secara terintegrasi. Dengan
adanya fitur ini maka tegangan antar cell ketika selesai proses charging maka akan
seragam penuh semua.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Lawrence H. Van Vlack. (1992). Ilmu dan Teknologi bahan. Erlangga, edisi 5.
[2] Manjunatha, H; Suresh, G.S; Venkatesha, T.V. (2011). Electrode materials for aqueous.
[3] Perdana Fengky A. (2020). Baterai Lithium. INKUIRI: Jurnal Pendidikan IPA,
09(02), 103 – 109.
[4] Diakses : https://pasangpanelsurya.com/jenis-baterai-lithium/