Anda di halaman 1dari 18

1.

Pengertian dan Fungsi Baterai Lithium Ion


Baterai Lithium Ion merupakan salah satu jenis baterai sumber arus sekunder
yang dapat diisi ulang dan merupakan baterai yang ramah lingkungan karena tidak
mengandung bahan yang berbahaya seperti baterai-baterai yang berkembang lebih
dahulu yaitu baterai Ni-Cd dan Ni-MH. Kelebihan lainnya yaitu baterai ion lithium
tidak mengalami memory effect sehingga dapat diisi kapan saja, waktu pengisian
singkat (2-4 jam) karena arus pengisian baterai tertinggi (0,5-1 A), laju penurunan
efisiensi baterai rendah (5-10% per bulan), serta lebih tahan lama (masa hidup 3
tahun) (Eriksson, 2001). Baterai ini banyak diaplikasikan pada hampir semua jenis
alat elektronik yang membutuhkan energi listrik karena kelebihannya.
2. Elemen Dasar Baterai Lithium Ion
Elemen dasar Baterai Lithium Ion sesuai dengan komponen penyusunnya dapat
dikategorikan menjadi 4 kelompok, yaitu katoda/kutub positif, anoda/kutub negatif,
elektrolit, dan separator.
2.1 Anoda (Elektroda Negatif)
Anoda merupakan elektroda negatif yang berkaitan dengan reaksi oksidasi
setengah sel yang melepaskan elektron ke dalam sirkuit eksternal (Subhan,2011).
Anoda terdiri dari 2 bagian yaitu bagian pengumpul elektron dan material aktif.
Material yang dapat dipakai sebagai anoda harus memiliki karakteristik antara
lain memiliki kapasitas energi yang besar, memiliki profil kemampuan
menyimpan dan melepas muatan/ion yang baik, memiliki tingkat siklus
pemakaian yang lama, mudah untuk di proses, aman dalam pemakaian (tidak
mengandung racun) dan harganya murah. Untuk bagian pengumpul elektron
biasanya menggunakan lapisan film tembaga, selain stabil (tidak mudah larut),
harganya pun murah. Sedangkan pada bagian material aktif, tidak menggunakan
logam lithium secara langsung, namun menggunakan material karbon (LiC6).

Tabel 2.1 Beberapa material yang digunakan untuk anoda (Gritzner, 1993).

1
2.2 Katoda (Elektroda Positif)
Katoda merupakan elektroda positif, dimana terjadi reaksi setengah sel yaitu
reaksi reduksi yang menerima electron dari sirkuit luar sehingga reaksi kimia
reduksi terjadi pada elektron ini (Subhan, 2011). Pada dasarnya katoda
merupakan elektroda yang fungsinya sama seperti anoda yaitu berfungsi sebagai
tempat pengumpul ion lithium serta merupakan tempat bagi material aktif,
dimana lembaran pada katoda biasanya adalah aluminium foil. Beberapa
karakteristik yang harus dipenuhi suatu material, antara lain material tersebut
terdiri dari ion yang mudah melakukan reaksi reduksi dan oksidasi, memiliki
konduktivitas yang tinggi seprti logam, memiliki kerapatan energi yang tinggi,
memiliki kapasitas energi serta kestabilan yang tinggi (tidak mudah berubah
strukturnya atau terdegradasi baik saat discharging maupun charging), harganya
murah dan ramah lingkungan. Material yang pertama kali digunakan sebagai
katoda adalah LiCoO2, kerapatan energi yang dimilikinya sebesar 140 Ah/kg,
tetapi material ini sudah jarang digunakan karena kestabilannya rendah dan
harganya relatif mahal.
Tabel 2.2 Beberapa jenis material yang digunakan untuk katoda (Gritzner,1993).

2.3 Elektrolit
Komponen elektrolit berfungsi sebagai material yang mampu menjadi
penghubung reaksi. Karakteristik yang perlu dimiliki elektrolit adalah
konduktifitas ionik tinggi dan sekaligus konduktifitas elektronik yang rendah
sehingga mampu menghantarkan ion selama proses reaksi redoks terjadi antara
elektroda positif dan elektroda negatif tanpa terjadi kebocoran arus elektron
(Linden, 1994). Elektrolit yang banyak digunakan pada baterai lithium adalah
elektrolit cair yang terdiri dari garam lithium yang dilarutkan dalam pelarut
berair. Hal yang paling penting dalam suatu elektrolit adalah interaksi antara

2
elektrolit dan elektroda pada baterai. Hubungan dua bahan ini akan
mempengaruhi kinerja baterai secara signifikan (Fadhel, 2009).
2.4 Separator
Separator adalah material berpori yang diletakkan diantara anoda dan katoda,
yang dapat mencegah terjadinya gesekan antara kedua elektroda tersebut yang
dapat menyebabkan arus pendek, tetapi separator harus dapat dilewati oleh ion
lithium dengan baik. Separator memiliki peranan penting dalam proses
penghasilan listrik, pengisian ulang, dan keamanan pada baterai litium ion
sendiri. Karakteristik yang penting untuk dijadikan separator pada baterai yaitu
bersifat insulator, memiliki hambatan listrik yang kecil, kestabilan mekanik (tidak
mudah rusak), memiliki sifat hambatan kimiawi untuk tidak mudah terdegradasi
dengan elektrolit serta memiliki ketebalan lapisan yang seragam atau sama
diseluruh permukaan (Subhan, 2011). Karena polyethylene memiliki sifat meleleh
pada suhu diatas 120-130 oC. Apabila baterai mengalami overheat, maka
polyethylene akan melelah dan menutup lubang pada separator, sehingga proses
perpindahan lithium ion berhenti. Sehingga separator memiliki fungsi utama yaitu
keamanan saat terjadi overheat.
3. Diagram dan Mekanisme Operasi Baterai Lithium Ion
Elektroda positif pada lithium ion terbuat dari LiCoO 2 (Lithium cobalt-oxide)
sementara negatifnya terbuat dari karbon. Ketika baterai dalam posisi di-charge, ion
lithium bergerak melalui elektrolit, dari elektroda positif ke elektroda negatif lalu
menempel pada karbon. Ketika discharge, ion lithium bergerak kembali dari karbon
menuju LiCoO2.

Schematic Diagram of the Chemical Reaction of the Lithium Ion Battery

3
Positive Negative
Electrode Electrode
Char
ge

Li
+
Co

Li
Li
+

Dischar
ge

LiCo Specialty
O2 Carbon

Diagram Discharge Lithium Ion

Kurva Volt/Capacity terhadap Waktu Lithium Ion

4
Diagram Discharge Lithium Ion

Baterai lithium-ion memiliki kemampuan penyimpanan energi tinggi per


satuan volume. Energi yang tersimpan merupakan jenis energi elektrokimia. Energi
elektrokimia merupakan jenis energi listrik yang berasal dari reaksi kimia yang dalam
hal ini terjadi di dalam baterai.
Agar bisa berfungsi, setiap sel elektrokimia harus memiliki dua elemen
penting yaitu elektroda dan elektrolit. Elektroda terdiri dari anoda dan katoda yang
menghantarkan ion. Anoda dihubungkan ke terminal negatif baterai sementara katoda
dihubungkan ke terminal positif baterai. Elektroda terendam dalam elektrolit yang
5
bertindak sebagai medium cair untuk perpindahan ion. Elektrolit juga bertindak
sebagai buffer dan berfungsi membantu reaksi elektrokimia dalam baterai.
Anoda dan katoda baterai lithium-ion terbuat dari karbon dan oksida lithium.
Sedangkan elektrolit terbuat dari garam lithium yang dilarutkan dalam pelarut
organik. Bahan pembuat anoda sebagian besar merupakan grafit sedangkan katoda
terbuat dari salah satu bahan berikut: lithium kobalt oksida (LiCoO2), lithium besi
fosfat (LiFePO4), atau lithium oksida mangan (LiMn2O4). Elektrolit yang umum
digunakan adalah garam lithium seperti lithium hexafluorophosphate (LiPF6), lithium
tetrafluoroborate (LiBF4), dan lithium perklorat (LiClO4) yang dilarutkan dalam
pelarut organik seperti etilen karbonat, dimetil karbonat, dan dietil karbonat. Elektrolit
yang digunakan bersifat tidak larut dalam air karena lithium (logam alkali yang sangat
reaktif) bereaksi dengan air membentuk hidroksida lithium dan gas hidrogen yang
tidak diinginkan. Selama pengisian (charging), ion lithium dari katoda berpindah ke
anoda dan menetap di lapisan anoda. Pada proses ini, ion lithium mengalir melalui
elektrolit. Selama proses pemakaian, ion lithium bergerak kembali ke katoda dari
anoda. Setelah baterai dipakai, elektron mengalir berlawanan dengan arah ion lithium
di sirkuit luar. Karena terjadinya pergerakan elektron, maka arus listrik bisa
dihasilkan.

4. Pendekatan Pemeliharaan yang Diperlukan


Pendekatan pemeliharaan yang diperlukan pada baterai lithium ion antara lain:
1. Preventive Maintenance
Pendekatan pemeliharaan pada baterai Lithium Ion bisa dilakukan atas dasar
rencana yang telah ditetapkan pada selang waktu yang telah ditentukan & bersifat
pencegahan terhadap kemungkinan terjadinya kerusakan. Dengan melakukan
preventive maintenance pada baterai, dapat diketahui bila baterai terindikasi rusak
dan tidak optimal kerjanya sehingga dapat dilakukan tindakan pencegahan seperti
mengganti baterai yang rusak. Konsekuensi dari Preventive Maintenance adalah
dapat terjadinya human error jika pemeliharaan tidak dilakukan dengan benar.
2. Predictive Maintenance
Maintenance ini dilakukan dengan melihat kondisi baterai Lithium Ion terlebih
dahulu. Kondisi baterai Lithium Ion dapat diketahui melalui tindakan pemeriksaan
secara rutin atau melalui metode preventive maintenance. Karena pemeliharaan ini
kelanjutan dari Preventive Maintenance. Jika baterai masih bisa bekerja optimal,
maka kerja sistem bisa terus dilakukan. Selain itu, dapat dilakukan metoda
monitoring kondisi baterai seperti monitoring suhu, kelembaban, arus, tegangan,

6
dan kinerja baterai. Konsekuensi dari Predictive Maintenance adalah harus
dilakukannya pemeriksaan atau monitoring secara rutin, tidak ekonomis karena
harus melakukan monitoring dan pengujian secara rutin.
3. Corrective Maintenance adalah upaya yang dilakukan untuk mengembalikan
kondisi baterai Lithium Ion pada keadaan normalnya. Pemeliharaan ini dilakukan
jika baterai mengalami masalah dan memerlukan perbaikan. Kondisi baterai yang
rusak dapat diketahui ketika dilakukan monitoring maupun ketika sistem bekerja
tetapi tidak normal. Konsekuensi dari Corrective Maintenance ini paling tidak
efisien jika dibandingkan dengan pendekatan pemeliharaan lainnya. Selain itu,
jika ingin melakukan koreksi pada baterai maka harus mematikan terlebih dahulu
sistemnya. Dengan dimatikannya sistem, maka akan menimbulkan down time
yang merupakan periode dimana suatu sistem dalam kondisi yang tidak dapat
digunakan dan tidak berfungsi sesuai yang diharapkan.

5. Parameter Baterai Lithium Ion yang Perlu Ditangani dalam Pemeliharaan


Parameter baterai Lithium Ion yang perlu ditangani dalam pemeliharaan dapat ditinjau
melalui aspek fisik dan aspek kinerja, antara lain:
Aspek Fisik
Kondisi fisik baterai juga merupakan faktor penting yang perlu diperhatikan
ketika dilakukan pemeliharaan baterai Lithium Ion. Jika terjadi kerusakan pada
fisik baterai maka akan mempengaruhi kinerja baterai. Contohnya jika terjadi
goresan pada fisik baterai yang dapat berpengaruh pada cell baterai di dalamnya,
case baterai yang jauh dari normal sehingga akan mempengaruhi komponen lain
di sekitarnya, debu dan jamur pada kutub baterai sehingga menyebabkan karat.
Selain itu, charger baterai juga harus memakai yang standard masih layak dalam
pengisian ulang baterai. Kelembaban juga merupakan faktor penting yang dapat
mempengaruhi kinerja baterai karena faktor kelembaban cukup dekat dengan
faktor suhu. Jika baterai Lithium Ion digunakan di lingkungan yang lembab maka
akan menyebabkan baterai mempunyai suhu kerja yang rendah. Suhu kerja yang
rendah dapat mengakibatkan bahan kimia baterai Lithium Ion akan cepat
terdegradasi.

Aspek Kinerja
a. Suhu
Suhu merupakan faktor penting yang dapat mempengaruhi kinerja baterai. Pada
suhu kerja rendah, baterai lithium terkena pelapisan lithium yang dapat
menyebabkan penurunan permanen kapasitas pengisian baterai. Pada keadaan
7
yang melebihi suhu kerja, bahan kimia aktif pada baterai bisa rusak yang
berdampak pada rusaknya baterai. Jadi baterai akan aman apabila disimpan pada
suhu 10°C sampai 30°C.
b. Arus dan Tegangan pada Baterai
Baterai digunakan untuk mencatu daya sehingga arus dan tegangan harus
dimonitor secara berkala. Baterai Lithium Ion biasa digunakan untuk catu daya
control DC, lighting emergency, dan untuk sistem proteksi, serta catu daya
perangkat yang membutuhkan sumber DC. Arus dan tegangan yang dimonitor
ketika pemeliharaan dapat dicocokan dengan arus dan tegangan yang sesuai
dengan standar pabrik. Suatu baterai dapat dikatakan mati jika tegangannya sudah
dibawah 80% tegangan nominal. Efisiensi baterai pada kondisi ini akan sangat
menurun dan arus output sangat kecil. Pemakaian baterai pada kondisi ini sangat
tidak dianjurkan.
c. Kapasitas Baterai
Kapasitas baterai adalah energi yang disimpan di dalam sebuah cell. Kapasitas
baterai memiliki satuan AH (ampere-hour) atau mAH (mili ampere-hour).
Kapasitas adalah perkalian antara arus konstan yang dikeluarkan dengan lamanya
pemakaian baterai. Kapasitas baterai perlu dimonitor untuk mengetahui kinerja
arus pada baterai apakah sesuai dan bisa digunakan pada perangkat.
d. Masa Pakai Baterai
Masa pakai baterai adalah waktu kerja maksimal yang dapat dilakukan baterai.
Masa pakai baterai menentukan kapan baterai harus dilakukan perawatan ataupun
penggantian baterai. Baterai Lithium Ion mempunyai umur simpan sel primer
sampai dengan 10 tahun atau lebih. Akan tetapi, masa pakai baterai Lithium Ion
dapat dipengaruhi berbagai hal dan diantaranya adalah suhu akibat pemakaian
yang berlebih, serta kelembaban.
6. Metoda Monitoring yang Diperlukan
Metoda monitoring baterai Lithium Ion yang perlu dilakukan antara lain melalui
aspek fisik dan aspek kinerja.

6.1 Aspek fisik :

a. Goresan pada fisik baterai


Metode monitoring ini dilakukan dengan pengamatan secara langsung (visual).
b. Debu pada kutub baterai
Metode monitoring ini dilakukan dengan pengamatan secara langsung (visual).
c. Jamur pada kutub karena faktor suhu dan kelembaban
Metode monitoring ini dilakukan dengan pengamatan secara langsung (visual).

6.2 Aspek Kinerja


8
a. Suhu Perangkat
Untuk mengetahui suhu Baterai maka diperlukan alat Thermometer, disini dapat
digunakan Thermometer Infrared.
b. Arus dan Tegangan
Arus dapat diketahui dengan menggunakan alat amperemeter, sedangkan tegangan
baterai dapat diketahui dengan menggunakan alat voltmeter atau keduanya dapat
menggunakan multimeter.
c. Kapasitas Baterai
Kapasitas Baterai dapat diketahui dengan menggunakan alat MidNite Solar
Battery Monitor MNBCM.

7. Penjadwalan Pemeliharaan
Berikut penjadwalan yang diterapkan pada pemeliharaan baterai lithium ion :

No. Parameter Fisik Waktu


1. Goresan yang Merusak Cell 1 kali per hari
2. Tingkat deposit debu 1 kali per bulan
3. Suhu dan Kelembaban Ruangan 1 kali per hari
4. Masa Pakai Baterai 1 kali per bulan

No. Parameter Kinerja Waktu


1. Suhu Perangkat 1 kali per hari
2. Arus dan Tegangan 1 kali per hari
3. Kapasitas Baterai 1 kali per bulan

8. Alat Bantu Ukur yang Diperlukan


a. Thermometer Infrared Fluke 572-2, digunakan untuk mengukur suhu baterai.
b. Temperature Humidity Meter Fluke 971, untuk mengukur kelembaban ruangan di
sekitar baterai.
c. Multimeter Fluke 179 (Voltmeter dan Amperemeter), digunakan untuk mengukur
Arus dan Tegangan Baterai.

9
d. MidNite Solar Battery Monitor MNBCM, digunakan untuk mengetahui kapasitas
baterai apakah masih sesuai dengan yang tertera pada fisik baterai atau sudah
menurun.
9. Teknik Penggunaan Alat Ukur
a. Thermometer Infrared
Thermometer Infrared merupakan sebuah alat ukur untuk mengukur suhu
perangkat tertentu dengan cara mengarahkan sinyal infrared pada alat ukur ke
perangkat yang akan di ukur nilai temperaturenya.

Cara penggunaan Thermomete Irnfrared:


1. Tekan Tombol Power ON/OFF, untuk mengaktifkan atau mematikan alat ukur.
2. Tekan tombol dan arahkan sinar infrared pada permukaan alat yang akan
diukur temperaturenya lalu hasil pembacaan akan muncul pada layar.
3. Hasil pembacaan dapat di simpan dengan menekan tombol Save.

b. Temperature Humidity Meter


Temperature Humidity Meter adalah sebuah alat untuk mengukur suhu dan
kelembaban suatu ruangan. Temperature Humidity Meter dapat menyimpan
hingga 99 kali hasil pengukuran yang dapat ditampilkan nantinya. Setiap lokasi
memori menyimpan kelembaban relatif yang berkenaan dengan lingkungan.
Menekan SAVES, menyimpan pembacaan pengukuran saat itu ke memori. MEM
dan nomor lokasi memori muncul di layar untuk menunjukkan bacaan ke berapa
yang disimpan. Tekan WB DP untuk mengembalikan tampilan ke pebacaan

10
kelembaban lagi. Setelah semua 99 lokasi memori terisi, masing-masing save
berikutnya menimpa lokasi memori yang dimulai dengan yang pertama. Untuk
mengingat pembacaan dari memori, tekan RECALL. Jika lokasi memori yang
anda cari belum ditampilkan. Tekan ▲ atau ▼ sampai lokasi memori yang
diinginkan ditampilkan. Untuk mengembalikan Meter ke pengoperasian normal
tekan R untuk dua detik. Secara default, kelembaban relatif dan suhu lingkungan
akan ditampilkan ketika lokasi memori diperintahkan. Menekan WB DP untuk
mengukur kelembapan, titik embun dan suhu lingkungan. Untuk menghapus
semua 99 lokasi memori, tekan SAVE dan RECALL selama lima detik.
Cara Penggunaan :
1. Buka Tutup Sensor terlebih dahulu
2. Tekan tombol Power
3. Setelah itu, setting apa yang akan diukur dengan tekan WB DP
4. Suhu atau kelembapan atau titik embun yang diukur akan ditampilkan tetapi
masih terus terjadi perubaha, tekan Hold untuk mengunci salah satu keadaan hasil.
5. Tombol Min Max Record, untuk merekam hasil nilai pengukuran.
6. Tombol Save, untuk menyimpan nilai pembacaan.
7. Tombol Recall, untuk melihat kembali nilai hasil pembacaan.

c. Fluke 179 merupakan multimeter digital. Dengan mengoperasikan saklar


multimeter pada posisi tertentu, multimeter dapat secara cepat dan mudah
dijadikan sebagai sebuah voltmeter, ammeter atau sebuah ohmmeter. Multimeter
dapat digunakan untuk mengukur tegangan dan arus pada baterai.

 Mengukur tegangan baterai


Dalam mengukur baterai Li-Ion, posisikan saklar multimeter pada DCV, posisi
kabel penyidik (probes) warna merah (+) diletakkan pada terminal positif (+)
dari baterai, dan kabel penyidik (probes) warna hitam (-) diletakkan pada
terminal negatifnya (-).

11
Kemampuan mengukur tegangan dari multimeter tergantung spesifikasi dari
multimeter dan batas ukur (range) yang dimiliki oleh saklar jangkauan ukur.

 Mengukur arus baterai


Pada posisi mengukur arus, multimeter diletakkan secara seri dengan baterai

1. Posisikan saklar pada DCA (Direct Current Ampere).


3. Kabel penyidik (probes) warna merah (+) diletakkan pada kutub positif
baterai.
4. Kabel penyidik (probes) warna hitam (-) diletakkan pada kutub negatif
baterai.
5. Maka akan muncul angka karena ini merupakan multimeter digital sehingga
mudah dalam pembacaannya.
6. Jika pada pada batas ukur (range) awal, hasil pengukuran kurang terbaca,
batas ukur (range) dapat dipindahkan posisinya pada angka yang lebih
besar atau kecil.

d. MidNite Solar Battery Monitor MNBCM


Midnite Solar MNBCM ditujukan untuk penggunaan dalam ruangan saja dan
harus terlindungi dari hujan, kelembaban dan sinar matahari langsung.

12
Cara mengukur kapasitas baterai :
1. Lepaskan penutup depan Battery Meter dengan menggunakan obeng kecil
untuk membukanya dengan perlahan.
2. Lampirkan dasar Monitor Baterai dengan menggunakan 4 lubang sekrup.
Pasang kembali penutup ke alas.
3. Monitor Baterai memasuki mode uji coba sendiri saat power pertama
diterapkan. Semua LED diuji satu per satu.

13
10. Perencanaan Kartu Pemeliharaan

KARTU PEMELIHARAAN
BATERAI LITHIUM-ION
PT. KIAA MANUFACTURING
Nama Perangkat : Jalan Ambalas No. 98
Spesifikasi :
Kode Alat :

HASIL PEMELIHARAAN
Kegiatan Parameter Nilai Standar
NO
Peneliharaan Parameter JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGS SEP OKT NOV DES

KAPASITAS BATERAI
DEPOSIT DEBU
KONDISI FISIK

NAMA
PELAKSANA
PARAF
NAMA
PENGAWAS
PARAF

Ka. Divisi Har

( )

Kartu Pemeliharaan Per Bulan

14
KARTU PEMELIHARAAN HARIAN
BATERAI LITHIUM-ION
PT. KIAA MANUFACTURING
Nama Perangkat : Jalan Ambalas No. 98
Spesifikasi :
Kode Alat :

HASIL PEMELIHARAAN
Kegiatan Parameter Nilai Standar
NO MINGGU-1 MINGGU-2 MINGGU-3 MINGGU-4
Peneliharaan Parameter 1 2 3 4 5 6 7 1 2 3 4 5 6 7 1 2 3 4 5 6 7 1 2 3 4 5 6 7

SUHU PERANGKAT (OC ) -10 -60 OC


KELEMBABAN (RH) 40 - 70 %
ARUS KERJA (C) 1C
TEGANGAN KERJA (V) 3,6 V
SUHU RUANGAN (OC ) 15 -29 OC

NAMA
PELAKSANA
PARAF
NAMA
PENGAWAS
PARAF

Ka. Divisi Har

( )

Kartu Pemeliharaan Per Hari


15
11. Diagram Alir Pemeliharaan Sistem

MULAI

METODE
MONITORING MONITORING

Tidak

TINJAUAN PREVENTIVE
ASPEK MAINTENANCE
FISIK &
KINERJA
Ya

HASIL LAPORAN
MAINTENANCE
Parameter Aspek Fisik
Suhu ruangan Tidak

Kelembaban
Deposit debu APAKAH
Parameter Aspek Kinerja ADA
REPAIR GANGGUA
Ya
Suhu Baterai N
Arus & Tegangan
Kapasitas Baterai

SELESAI

12. Hasil dan Monitoring dan Catatan Pemeliharaan Sistem

Pada pemeliharaan baterai Lithium Ion, penulis belum bisa menganalisa data. Hal ini
terjadi karena keterlambatan pengambilan data dan karena keterbatasan alat ukur yang
dimiliki untuk menunjang monitoring dan pemeliharaan.

16
13. Analisa Data Pemeliharaan

Pada pemeliharaan baterai Lithium Ion, penulis belum bisa menganalisa data. Hal ini
terjadi karena keterlambatan pengambilan data dan karena keterbatasan alat ukur yang
dimiliki untuk menunjang monitoring dan pemeliharaan.

14. Manual Pemeliharaan

Manual pemeliharaan pertama kali dilakukan dengan memulai monitoring,


selanjutnya melakukan peninjauan aspek fisik dan kinerja untuk menentukan metode
monitoring dan maintenance yang diperlukan, setelah menentukan metode monitoring
dan maintenance yang diperlukan, maka membuat laporan hasil maintenance dan
monitoringnya sebagai acuan untuk kedepannya, jika terjadi kerusakan pada baterai,
maka dilakukan perbaikan yang ditentukan pada metode pemeliharaan yang telah
dibuat. Manual pemeliharaan:

a. Monitoring baterai :
Monitoring baterai dilakukan dengan cara pengamatan secara langsung dan
bertahap, serta terjadwal dengan melakukan monitoring maka dapat di
susunlah metode monitoring dan maintenance yang digunakan.
b. Tinjauan aspek fisik :
Melakukan pengamatan terhadap aspek fisik yang di tentukan seperti
pengamatan langsung apakah ada goresan yang menyebabkan kerusakan cell,
17
deposit debu, suhu pada lingkungan kerja. Tinjauan aspek fisik dilakukan
sesuai sesuai jadwal yang telah di tetapkan dan jangan sampai terjadi
keterlambatan karena akan memperpendek usia baterai apabila telat dalam
penangan.
c. Tinjauan aspek kinerja :
melakukan pengamatan terhadap aspek kinerja baterai seperti pengamatan
suhu perangkat, arus dan tegangan, kapasitas baterai. Tinjauan aspek kinerja
dilakukan secara bertahap sesuai dengan yang di jadwalkan pada jadwal
yanwg telah di tetapkan dan jangan sampai terjadi keterlambatan karena akan
memperpendek usia baterai apabila telat dalam penangan..
Setelah melakukan tinjauan aspek kinerja dan aspek fisik maka dapat menyusun
metode monitoring dan metoda maintenance yang diperlukan. Dengan melihat acuan
dari tinjauan aspek fisik dan aspek kinerja. Kemudian dari hasil monitoring dan
maintenance yang telah dilakukan maka dibuatlah laporan pemeliharaan sebagai data
tentang keadaan alat yang dipelihara. Dari hasil laporan tersebut dapat kita simpulkan
bagaimana tindakan lanjutan apakah memungkinkan diperbaiki atau sudah harus
dilakukan penggantian baterai.

DAFTAR PUSTAKA
Eriksson, T. 2001. LiMn2O4 as a Li-Ion Battery Cathode From Bulk to Electrolyte Interface.
[Disertasi]. Uppsala Universityty Sweden. Swedan: Chemistry Uppsala University,
Uppsala.

Subhan, A., 2011, Fabrikasi dan Karakterisasi Li4Ti5O12 untuk Bahan Anoda Baterai Litium
Keramik, Tesis, Program Studi Magister Ilmu Bahan, Universitas Indonesia, Depok.
https://www.asus.com/id/support/article/604/
http://www.alatuji.com/article/detail/187/infrared-thermometer-mengukur-suhu-tanpa-
menyentuh-obyek#.WTl0uOuGPX4
http://electronics.howstuffworks.com/everyday-tech/lithium-ion-battery1.htm
http://batteryuniversity.com/learn/article/lithium_based_batteries
http://batteryuniversity.com/learn/article/charging_lithium_ion_batteries

18

Anda mungkin juga menyukai