Anda di halaman 1dari 4

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perkembangan teknologi dewasa ini terus meningkat dan merambah ke
segala bidang kehidupan manusia. Teknologi ini digunakan untuk membantu manusia
seperti memperoleh informasi, hiburan, berkomunikasi dan untuk menyelesaikan
berbagai pekerjaan secara cepat, praktis dan nyaman[1]. Salah satu terknologi yang
mengalami perkembangan pesat sampai saat ini adalah aplikasi perangkat elektronik
portable, baik dari skala kecil seperti telepon selular, laptop dan tablet hingga skala
besar seperti kendaraan listrik (EVs) dan kendaraan listrik hybrid (HEVs). Semua
peralatan tersebut membutuhkan sumber energi portabel, yaitu baterai[2].
Setiap perangkat portable modern ini tidak lepas dari kebutuhan baterai
karena dengan menggunakan baterai sebagai sumber energi, maka alat-alat elektronik
tersebut akan menjadi praktis untuk digunakan. Selain itu, salah satu tantangan utama
kita sebagai masyarakat modern adalah integrasi sistem penyimpanan energi yang
berasal dari sumber energi terbarukan untuk mengganti bahan bakar fosil[3]. Dengan
demikian, perkembangan penelitian baterai sebagai penyimpanan energy akan terus
berkembang dan menjadi komponen yang sangat penting untuk menunjang
perkembangan teknologi di masa mendatang.
Baterai merupakan sumber daya listrik yang dapat mengkonversi energi
kimia menjadi energi listrik dan/atau sebaliknya. Dalam proses kerjanya, ketika
baterai diisi (charge) energi listrik diubah menjadi energi kimia dan pada saat
pembebanan (discharge) energi kimia diubah menjadi energi listrik. Berdasarkan
kemampuannya untuk dibebani (discharged) dan diisi ulang (recharged), baterai
dapat dibagi menjadi dua, yaitu baterai primer dan baterai sekunder[4].
Kemampuan atau ketidakmampuan sebuah baterai untuk diisi ulang, terletak
pada reaksi kimiawi dari material elektroda baterai. Baterai primer adalah baterai

yang tidak dapat diisi ulang dan reaksi kimianya bersifat irreversibel. Beberapa
contoh baterai jenis ini adalah baterai Seng-Karbon, Alkalin dan Merkuri. Baterai
sekunder adalah baterai yang dapat diisi ulang dan reaksi kimianya bersifat
reversibel. Beberapa contoh baterai jenis ini adalah baterai Lead-Acid (accu), NickelCadmium (Ni-Cd), Nickel-Metal Hydride (NiMH), dan Lithium Ion (Li-Ion) [4].
Diantara baterai-baterai sekunder tersebut, baterai Lithium-ion (Li-ion)
adalah salah satu perangkat penyimpanan energi yang ramah lingkungan, dan sudah
terbukti sebagai sumber daya elektrokimia yang paling maju dalam dua dekade
terakhir[5]. Kelebihan baterai Li-ion adalah memiliki lifecycle yang panjang (500-1000
siklus), bobot yang ringan dan memiliki kapasitas energy spesifik serta tegangan
operasi yang lebih tinggi daripada baterai sekunder yang lain[1,2].
Baterai Li-ion pada umumnya memiliki empat komponen utama yaitu
katoda, anoda, elektrolit dan separator. Katoda merupakan elektroda positif yang
berfungsi sebagai tempat pengumpulan ion lithium serta merupakan tempat bagi
material aktif, dimana lembaran pada katoda biasanya adalah aluminium (Al Foil).
Beberapa jenis material yang digunakan untuk katoda adalah LiCoO 2, LiNiO2,
LiMn2O4, LiCo1/3Ni1/3Mn1/3O2 dan LiFePO4. Anoda merupakan elektroda negatif yang
berkaitan dengan reaksi oksidasi setengah sel yang melepaskan elektron ke dalam
sirkuit eksternal. Anoda juga berfungsi sebagai tempat pengumpulan ion lithium serta
merupakan tempat bagi material aktif, dimana lembaran pada anoda biasanya berupa
tembaga (Cu foil). Beberapa material yang digunakan untuk anoda adalah Grafit
(LiC6), Titanate (Li4Ti5O12), Li-Metal, Si dan Ge. Elektrolit merupakan material yang
bersifat penghantar ionic yang berfungsi sebagai media untuk mentransfer ion lithium
antara katoda dan anoda. Separator adalah material berpori yang terletak di antara
anoda dan katoda yang berfungsi sebagai barrier antara elektroda untuk menjamin
tidak terjadinya hubungan pendek yang bisa menyebabkan kegagalan dalam baterai.
Separator dapat berupa elektrolit yang berbentuk gel, atau plastik film microporous
(nanopori), atau material inert berpori yang diisi dengan elektrolit cair[6].

Perkembangan penelitian baterai Li-ion terus dilakukan untuk memperoleh


performa baterai Li-ion yang lebih baik dan lebih murah serta ramah lingkungan.
Beberapa cara telah yang dilakukan diantaranya dengan menggunakan material baru
yang lebih murah dan ramah lingkungan serta membuat ukuran material aktif dalam
ukuran nano[7]. Salah satu factor penting yang digunakan untuk mendukung performa
baterai Li-ion adalah perekat pada material aktif yang digunakan. Sebuah perekat
yang baik untuk baterai Li-ion harus memenuhi berbagai persyaratan. Selain
mempunyai sifat kimia dan elektrokimia yang stabil pada sistem elektroda dan
elektrolit, juga harus mampu mengakomodasi perubahan dimensi yang besar selama
operasi elektroda. Selanjutnya, dari sudut pandang kepadatan energi, diharapkan
bahwa sifat perekat ini cukup dicapai dengan serendah mungkin dalam kandungan
perekat. Peran perekat ini semakin penting akibat adanya transformasi ukuran partikel
aktif (dari ukuran mikro ke nano)[8].
Perkembangan penelitian yang berlangsung telah menemukan calon baru
untuk perekat yang digunakan dalam baterai Li-ion. Hasil penelitian tersebut telah
menunjukkan bahwa gelatin dalam grafit sebagai elektroda negative tidak hanya
memenuhi semua persyaratan dasar untuk perekat yang baik, tetapi juga memainkan
peran tambahan sebagai pengubah permukaan. Modifikasi permukaan partikel grafit
dengan gelatin mempengaruhi proses pasivasi, yang mengarah ke lebih tipis dan lebih
kompak pada film pasif dibandingkan dengan ketika menggunakan pengikat
konvensional polyvinylidene difluorida (PVDF). Akibatnya, kerugian ireversibel
karena pasivasi jauh menurun sedangkan kapasitas reversibel meningkat [8]. Seperti
halnya gelatin, selulosa juga merupakan polielektrolit alam, namun memiliki
kepadatan kelompok fungsional yang rendah. Sehingga selulosa akan menjadi bahan
pengikat yang baik digunakan untuk mempelajari meknisme perekatan dan degradasi
di berbagai isi perekat[8].
1.2 Identifikasi Masalah

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian


1.4 Kegunaan Penelitian
1.5 Lokasi dan Waktu Penelitian

Anda mungkin juga menyukai