Anda di halaman 1dari 15

ELEKTRONIKA INDUSTRI

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Elektronika Industri 


  yang diampu oleh Bapak Budi Susanto M. Sc 

Ditulis Oleh:
Wahyu  (210411061) 

PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMADIYYAH CIREBON
2022/2023
TUGAS
Mata Kuliah : Elektronika Industri
Dosen : Budi Susanto M. Sc

Nama Mahasiswa : Wahyu


NIM : 210411061
Kelas : Reguler 2 Teknik Industri

A. Soal Latihan Pembangkit Tenaga Listrik


1) Jelaskan dengan skema atau gambar dan penjelesan singkat PLTU ?
2) PLTU biasanya dibangun di daerah pantai, mengapa demikian ?
3) Hal apa saja yang perlu dipertimbangkan sebelum melakukan pembangunan pusat
pembangkit listrik, berilah contoh pembangkit listrik tenaga air ?
4) Sebutkan perbedaan pokok antara PLTD dengan PLTU yang keduanya 
menggunkan BBM ?
5) Jelaskan secara singkat prinsip kerja generator pembangkit listrik ?

B. Soal Latihan Gardu Induk dan Transformator


1) Gardu listrik merupakan komponen pokok, dalam suatu sistem tenaga listrik,
jelaskan pengertian dan fungsinya ?
2) Sebutkan perbedaan yang penting antara gardu induk di unit pembangkit dengan
gardu induk di ujung penerima saluran transmisi ?
3) Untuk  memilih tipe gardu induk untuk suatu daerah, faktor apa saja yang perlu
dipertimbangkan 
4) jelaskan prinsip kerja trafo daya, lalu bandingkan dengan prinsip kerja generator
pembangkit ?
5) Kadang kita jumpai trafo distribusi tiba-tiba berhenti beroperasi atau bahkan ada
yang terbakar, sebutkan hal hal yang dapat menyebabkan terjadinya hal tersebut ?
6) pada gardu induk maupun trafo daya biasanya dipasang arester, jelaskan
fungsinya ?

C. Soal Latihan Jaringan Distribusi


1) Jaringan distibusi terbagi menjadi jaringan tegangan menegah dan tegangan
rendah, Dengan pertimbangan apa jarigan menegah digunakan, dan apa
keutungan  yang diharapkan ?
2) Jaringan distribusi tegangan menengah jarang digunakan untuk jaringan antar
gardu induk, Jelaskan mengapa demikian ?
3) Gambarkan secara sederhana jaringan distribusi sistem ring, kemudian jelaskan
kelebihan dan kekurangannya  dibanding dengan sistem radial ?
4) Gambarkan secara sederhana suatu tiang jaringan distribusi yang menompang
jaringan distribusi tegangan menengah dan tegangan rendah sekaligus, dan berilah
penjelasan secukupnya ?
5) Pada tiang jaringan distribusi tegangan rendah biasanya berdiri dari tiga kawat
penghantar, sedang pada jaringan yang masuk ke pelanggan rumah tinggal hanya
dua buah kawat, jelaskan mengapa demikian ?
6) Pada trafo distribusi biasanya dipasang arester dan sekring, jelaskan prinsip kerja
dan fungsi masing –masing peralatan tersebut ?
Jawaban
A. Jawaban Latihan Pembangkit Tenaga Listrik
1. Ilustrasi
Pembangkit Listrik
Tenaga Uap
------------------
| |
| Boiler |
| |
-------------------
| |
Udara Batubara
\ |
--------------
| |
| Turbin |
| |
--------------
|
Generator

PLTU atau Pembangkit Listrik Tenaga Uap adalah sebuah jenis pembangkit
listrik yang menggunakan batubara sebagai bahan bakar untuk menghasilkan
uap air yang kemudian akan digunakan untuk memutar turbin dan
menghasilkan listrik. Prosesnya dimulai dari batubara yang dibakar dalam
boiler untuk menghasilkan uap air yang kemudian menggerakkan turbin.
Turbin ini kemudian menggerakkan generator yang menghasilkan listrik.
PLTU biasanya memiliki kapasitas yang besar dan dapat digunakan untuk
memasok listrik untuk industri dan kota-kota besar.

2. PLTU biasanya dibangun di daerah pantai karena membutuhkan akses yang


mudah untuk pasokan bahan bakar (batubara) dan untuk mendapatkan
pasokan air yang cukup untuk proses pendinginan di dalam pembangkit.
Selain itu, PLTU juga menghasilkan limbah berupa abu sisa pembakaran
batubara dan gas buang yang harus dibuang ke lingkungan. Dengan
membangun PLTU di daerah pantai, limbah tersebut dapat dibuang dengan
lebih aman dan lebih mudah dibuang ke laut atau ke tempat penampungan
yang telah disediakan.
Selain itu, daerah pantai juga memberikan akses yang lebih mudah bagi
transportasi batu bara yang biasanya diimpor dari luar negeri. Dengan
demikian, pembangunan PLTU di daerah pantai dapat meningkatkan efisiensi
dan efektivitas penggunaan batubara sebagai sumber energi.
3. Sebelum melakukan pembangunan pusat pembangkit listrik, ada beberapa hal
yang perlu dipertimbangkan antara lain:
Lokasi: Pemilihan lokasi harus mempertimbangkan faktor-faktor seperti
ketersediaan sumber daya alam, ketersediaan akses transportasi dan
infrastruktur, serta dampak lingkungan dan sosial.
Teknologi: Pemilihan teknologi yang tepat untuk jenis pembangkit listrik
yang akan dibangun sangat penting. Hal ini memperhitungkan efisiensi,
keandalan, biaya, dan dampak lingkungan dari teknologi yang akan
digunakan.
Kebutuhan listrik: Perkiraan kebutuhan listrik di daerah tersebut harus
dipertimbangkan dengan cermat agar pembangkit listrik yang dibangun dapat
memenuhi permintaan listrik yang ada.
Dampak lingkungan: Pembangunan pusat pembangkit listrik harus
mempertimbangkan dampak lingkungan seperti pencemaran udara, air, dan
tanah, serta dampak terhadap ekosistem dan biodiversitas.
Contoh pembangkit listrik tenaga air yang harus dipertimbangkan sebelum
pembangunan antara lain adalah:
Ketersediaan sumber air: Ketersediaan sumber air di lokasi harus
dipertimbangkan karena PLTA membutuhkan aliran air yang cukup untuk
menghasilkan listrik.
Hidrologi: Hidrologi dari daerah sekitar perlu dianalisis untuk memastikan
bahwa debit air yang cukup stabil dan dapat diandalkan untuk menghasilkan
listrik.
Konstruksi bendungan: Konstruksi bendungan harus dipertimbangkan dengan
cermat karena dapat mempengaruhi habitat ikan dan satwa liar serta
keseimbangan ekosistem air di sekitarnya.
Perencanaan pemanfaatan lahan: Perencanaan pemanfaatan lahan di sekitar
PLTA harus diperhatikan untuk meminimalkan dampak negatif terhadap
lingkungan dan masyarakat sekitar.

4. PLTD (Pembangkit Listrik Tenaga Diesel) dan PLTU (Pembangkit Listrik


Tenaga Uap) keduanya menggunakan bahan bakar minyak (BBM) sebagai
bahan bakar untuk menghasilkan listrik. Berikut adalah perbedaan pokok
antara PLTD dan PLTU:
a. Proses pembangkitan listrik: PLTD menggunakan mesin diesel untuk
menghasilkan listrik, sedangkan PLTU menggunakan boiler dan
turbin untuk menghasilkan listrik.
b. Ukuran: PLTD biasanya lebih kecil dan dapat digunakan untuk
memasok listrik di daerah terpencil atau sebagai sumber listrik
cadangan. PLTU biasanya memiliki kapasitas yang jauh lebih besar
dan dapat digunakan untuk memasok listrik ke kota-kota besar dan
industri.
c. Efisiensi: Mesin diesel yang digunakan oleh PLTD memiliki efisiensi
yang lebih rendah dibandingkan dengan PLTU. Oleh karena itu,
PLTD memerlukan lebih banyak bahan bakar untuk menghasilkan
listrik yang sama.
d. Biaya: PLTD biasanya lebih murah untuk dibangun dan dioperasikan
dibandingkan dengan PLTU. Namun, karena efisiensinya yang lebih
rendah, biaya bahan bakar untuk operasi PLTD mungkin lebih tinggi
dalam jangka panjang.
e. Dampak lingkungan: PLTU cenderung memiliki dampak lingkungan
yang lebih besar daripada PLTD karena emisi gas buang yang
dihasilkan lebih tinggi. Meskipun demikian, baik PLTD maupun
PLTU harus memperhatikan dampak lingkungan dan mematuhi
standar emisi yang ditetapkan oleh pemerintah
5. Prinsip kerja generator pembangkit listrik adalah mengubah energi mekanik
menjadi energi listrik. Hal ini dilakukan dengan memutar sebuah kumparan
konduktor yang terletak di dalam medan magnet, sehingga menghasilkan
medan listrik yang dapat menghasilkan arus listrik.
Generator terdiri dari beberapa komponen, termasuk rotor, stator, kumparan
konduktor, dan medan magnet. Rotor adalah bagian yang berputar di dalam
generator, sedangkan stator adalah bagian yang diam. Kumparan konduktor
terletak di dalam rotor dan medan magnet terletak di dalam stator.
Proses kerjanya adalah, ketika rotor diputar, kumparan konduktor di
dalamnya juga berputar sehingga melintasi medan magnet yang dihasilkan
oleh stator. Gerakan kumparan konduktor melalui medan magnet
menghasilkan aliran listrik yang disebut arus listrik induksi. Arus listrik
induksi kemudian diubah menjadi arus listrik bolak-balik oleh perangkat yang
disebut pengubah arus (converter).
Arus listrik bolak-balik kemudian dihubungkan ke jaringan listrik yang
digunakan untuk memasok listrik ke rumah-rumah, gedung-gedung, dan
industri. Prinsip kerja generator pembangkit listrik ini digunakan pada
berbagai jenis pembangkit listrik, termasuk PLTU, PLTP, PLTA, dan PLTS.
B. Jawaban Latihan Gardu Induk dan Transformator
1. Gardu listrik adalah bagian penting dari sistem tenaga listrik yang digunakan
untuk membagi dan mengatur aliran listrik yang masuk dan keluar dari
jaringan listrik. Gardu listrik berfungsi sebagai titik distribusi listrik dari
pembangkit listrik ke pelanggan. Gardu listrik juga digunakan untuk menjaga
keandalan jaringan listrik dan menghindari pemadaman listrik.

Fungsi utama gardu listrik adalah untuk mengatur, mendistribusikan, dan


membagi listrik dari sumber listrik ke konsumen. Gardu listrik juga
digunakan untuk mengukur, memonitor, dan mengontrol aliran listrik yang
masuk dan keluar dari jaringan listrik. Selain itu, gardu listrik juga berfungsi
sebagai tempat untuk melakukan pemeliharaan dan perbaikan pada sistem
listrik.

Gardu listrik dapat dibedakan menjadi beberapa jenis berdasarkan fungsinya,


antara lain:

a) Gardu induk: Gardu induk adalah gardu listrik yang berfungsi sebagai
titik awal atau penerima listrik dari pembangkit listrik. Gardu induk
biasanya terletak di dekat pembangkit listrik atau pusat distribusi
listrik.

b) Gardu distribusi: Gardu distribusi adalah gardu listrik yang berfungsi


sebagai titik distribusi listrik ke konsumen. Gardu distribusi terdiri
dari beberapa peralatan listrik seperti transformator, pemutus sirkuit,
dan peralatan pengendali listrik.

c) Gardu trafo: Gardu trafo adalah gardu listrik yang terdiri dari trafo dan
peralatan pendukung lainnya. Gardu trafo berfungsi untuk
menurunkan atau menaikkan tegangan listrik sebelum disalurkan ke
konsumen.

Demikianlah penjelasan singkat mengenai pengertian dan fungsi gardu listrik


dalam sistem tenaga listrik.

2. Perbedaan utama antara gardu induk di unit pembangkit dan gardu induk di
ujung penerima saluran transmisi adalah sebagai berikut:

a) Kapasitas daya listrik: Gardu induk di unit pembangkit memiliki kapasitas


daya listrik yang lebih besar dibandingkan gardu induk di ujung penerima
saluran transmisi. Hal ini karena gardu induk di unit pembangkit harus
mampu menyalurkan listrik dari pembangkit listrik ke gardu distribusi.
b) Tegangan listrik: Gardu induk di unit pembangkit memiliki tegangan
listrik yang lebih tinggi dibandingkan gardu induk di ujung penerima
saluran transmisi. Hal ini karena gardu induk di unit pembangkit
bertanggung jawab untuk menyalurkan listrik dengan tegangan yang lebih
tinggi ke gardu distribusi. Sementara gardu induk di ujung penerima
saluran transmisi harus menurunkan tegangan listrik sebelum disalurkan
ke gardu distribusi.

c) Jenis peralatan: Gardu induk di unit pembangkit dilengkapi dengan


peralatan listrik yang berbeda dengan gardu induk di ujung penerima
saluran transmisi. Peralatan listrik di gardu induk di unit pembangkit
biasanya lebih canggih dan lebih kompleks, sedangkan peralatan listrik di
gardu induk di ujung penerima saluran transmisi lebih sederhana.

d) Lokasi: Gardu induk di unit pembangkit umumnya terletak di dekat


pembangkit listrik, sedangkan gardu induk di ujung penerima saluran
transmisi terletak jauh dari pembangkit listrik dan lebih dekat ke gardu
distribusi.

e) Fungsi: Gardu induk di unit pembangkit berfungsi sebagai titik awal atau
penerima listrik dari pembangkit listrik, sedangkan gardu induk di ujung
penerima saluran transmisi berfungsi sebagai titik penerima listrik dari
gardu induk sebelumnya dan sebagai titik awal untuk gardu distribusi.

Demikianlah perbedaan penting antara gardu induk di unit pembangkit


dengan gardu induk di ujung penerima saluran transmisi.

3. Dalam memilih tipe gardu induk untuk suatu daerah, terdapat beberapa faktor
yang perlu dipertimbangkan, antara lain:

a) Beban listrik: Faktor ini berkaitan dengan besarnya beban listrik yang
akan dilayani oleh gardu induk. Semakin besar beban listrik, maka
semakin besar pula kapasitas gardu induk yang diperlukan.

b) Jarak: Faktor jarak antara gardu induk dengan konsumen juga perlu
dipertimbangkan. Semakin jauh jarak antara gardu induk dengan
konsumen, maka semakin tinggi pula tegangan listrik yang dibutuhkan
dan semakin besar pula biaya yang diperlukan.

c) Topografi: Faktor topografi atau bentuk geografis daerah juga perlu


dipertimbangkan. Jika daerah tersebut memiliki topografi yang berbukit-
bukit atau berbatu, maka konstruksi gardu induk akan lebih rumit dan
biayanya akan lebih mahal.
d) Keamanan: Faktor keamanan dalam hal ini berkaitan dengan risiko
kebakaran dan kerusakan akibat petir dan hal lainnya. Gardu induk yang
dipilih haruslah tahan terhadap risiko tersebut.

e) Ketersediaan lahan: Faktor ketersediaan lahan untuk pembangunan gardu


induk juga perlu dipertimbangkan. Jika lahan yang tersedia terbatas, maka
pilihan jenis gardu induk yang dapat dibangun juga akan terbatas.

f) Infrastruktur jaringan listrik: Faktor infrastruktur jaringan listrik yang


sudah ada di daerah tersebut juga perlu dipertimbangkan. Jika
infrastruktur jaringan listrik sudah cukup memadai, maka jenis gardu
induk yang dipilih dapat disesuaikan dengan infrastruktur tersebut.

g) Biaya: Faktor biaya pembangunan gardu induk juga harus diperhitungkan


dengan baik. Pemilihan jenis gardu induk haruslah disesuaikan dengan
anggaran yang tersedia.

Dengan mempertimbangkan faktor-faktor di atas, dapat dipilih tipe gardu


induk yang sesuai dengan kebutuhan dan kondisi di suatu daerah.

4. Transformator daya atau trafo daya adalah suatu komponen penting dalam
sistem tenaga listrik yang digunakan untuk menaikkan atau menurunkan
tegangan listrik sesuai dengan kebutuhan. Prinsip kerja trafo daya didasarkan
pada induksi elektromagnetik.

Trafo daya terdiri dari dua buah kumparan, yaitu kumparan primer dan
kumparan sekunder, yang terpisah oleh inti besi. Tegangan listrik di
kumparan primer menghasilkan medan magnetik yang akan menimbulkan
tegangan listrik di kumparan sekunder melalui induksi elektromagnetik.
Besarnya tegangan listrik di kumparan sekunder tergantung pada rasio antara
jumlah lilitan kumparan primer dan sekunder.

Bandingkan dengan prinsip kerja generator pembangkit listrik, yang


menghasilkan energi listrik melalui induksi elektromagnetik juga. Generator
pembangkit listrik menghasilkan energi listrik dengan memutar rotor di dalam
medan magnetik yang dihasilkan oleh stator. Medan magnetik yang berubah-
ubah pada rotor akan menghasilkan arus listrik di kumparan stator melalui
induksi elektromagnetik.

Perbedaan antara trafo daya dan generator pembangkit listrik terletak pada
sumber daya listrik yang digunakan. Trafo daya mengubah tegangan listrik
yang telah ada, sedangkan generator pembangkit listrik menghasilkan energi
listrik dari sumber daya seperti bahan bakar atau energi terbarukan seperti air,
angin, atau sinar matahari. Selain itu, trafo daya umumnya digunakan untuk
mengatur tegangan listrik sedangkan generator pembangkit listrik
menghasilkan energi listrik.
Meskipun terdapat perbedaan tersebut, baik trafo daya maupun generator
pembangkit listrik sama-sama mengandalkan prinsip induksi elektromagnetik
dalam menghasilkan energi listrik.

5. Ada beberapa hal yang dapat menyebabkan trafo distribusi berhenti


beroperasi atau bahkan terbakar, di antaranya:

a) Overloading (beban berlebihan): Trafo distribusi dirancang untuk


menangani beban tertentu. Jika beban yang terhubung ke trafo melebihi
kapasitas yang ditentukan, maka trafo akan mengalami overloading dan
menjadi panas. Jika beban terus menerus berlebihan, maka trafo dapat
rusak atau bahkan terbakar.

b) Arus hubung singkat: Arus hubung singkat terjadi ketika dua atau lebih
kabel listrik terhubung secara langsung. Hal ini dapat menyebabkan
lonjakan arus listrik yang berpotensi merusak trafo atau bahkan
menyebabkan kebakaran.

c) Kualitas tegangan yang buruk: Tegangan listrik yang tidak stabil atau
terlalu rendah dapat menyebabkan trafo distribusi bekerja dengan tidak
optimal dan bahkan rusak.

d) Kurangnya perawatan: Trafo distribusi memerlukan perawatan rutin untuk


memastikan bahwa mereka berfungsi dengan baik. Jika trafo tidak dirawat
secara teratur, maka komponen internalnya dapat menjadi kotor atau
rusak, yang dapat menyebabkan trafo berhenti beroperasi atau bahkan
terbakar.

e) Umur pakai yang sudah habis: Setiap trafo distribusi memiliki umur pakai
yang terbatas. Jika trafo sudah melebihi batas umur pakainya, maka
komponen internalnya mungkin sudah rusak atau terlalu aus, yang dapat
menyebabkan trafo berhenti beroperasi atau bahkan terbakar.

6. Arester atau disebut juga surge arrester, adalah suatu perangkat yang
digunakan untuk melindungi peralatan listrik dari gangguan tegangan yang
berlebihan atau lonjakan tegangan yang tiba-tiba. Pada gardu induk dan trafo
daya, arester dipasang untuk melindungi peralatan listrik dari gangguan
tegangan berlebihan yang dapat merusak atau bahkan menghancurkan
peralatan tersebut.

Gangguan tegangan yang paling umum adalah sambaran petir, yang dapat
menimbulkan lonjakan tegangan yang sangat tinggi dalam waktu singkat. Jika
tegangan yang berlebihan ini tidak segera diatasi, maka dapat merusak
peralatan listrik atau bahkan menyebabkan kebakaran.
Dengan dipasangnya arester, gangguan tegangan berlebihan dapat diarahkan
melalui arester dan kemudian dialirkan ke tanah. Arester bekerja dengan cara
mengalihkan arus listrik melalui perangkat yang mengandung bahan
penghantar tegangan tinggi, seperti gas atau varistor. Ketika tegangan
berlebihan melewati arester, bahan penghantar tersebut akan bereaksi dan
mengalihkan arus ke tanah, sehingga peralatan listrik terlindungi dari
gangguan tegangan berlebihan.

Dengan demikian, arester pada gardu induk dan trafo daya memiliki fungsi
penting dalam melindungi peralatan listrik dari kerusakan yang disebabkan
oleh gangguan tegangan berlebihan.
C. Jawaban Latihan Jaringan Distribusi
1. Jaringan distribusi listrik terbagi menjadi jaringan tegangan menengah (TM)
dan jaringan tegangan rendah (TR) untuk menyalurkan listrik dari gardu
distribusi ke konsumen.

Jaringan tegangan menengah umumnya digunakan untuk mengirimkan daya


listrik dari gardu distribusi ke substation yang lebih kecil, seperti gardu
distribusi lokal atau unit transformator tenaga (UTT), dan kemudian
menurunkan tegangan listrik untuk didistribusikan ke konsumen melalui
jaringan tegangan rendah.

Pertimbangan utama dalam penggunaan jaringan tegangan menengah adalah


jarak yang harus ditempuh untuk mengirimkan listrik dari gardu distribusi ke
substation yang lebih kecil. Jika jaraknya terlalu jauh, maka tegangan listrik
harus ditingkatkan untuk menghindari terjadinya penurunan tegangan yang
signifikan saat listrik ditransmisikan melalui kabel. Selain itu, penggunaan
jaringan tegangan menengah juga memungkinkan untuk mengirimkan daya
listrik dengan lebih efisien dan lebih stabil, sehingga dapat meminimalkan
kehilangan daya yang terjadi selama proses transmisi.

Keuntungan dari penggunaan jaringan tegangan menengah antara lain adalah


peningkatan efisiensi dan keandalan dalam penyediaan listrik ke konsumen.
Tegangan yang lebih tinggi memungkinkan daya listrik dapat ditransmisikan
dalam jarak yang lebih jauh tanpa kehilangan tegangan yang signifikan, dan
juga memungkinkan listrik didistribusikan ke banyak konsumen melalui
jaringan tegangan rendah. Selain itu, penggunaan jaringan tegangan
menengah juga memungkinkan untuk menghemat biaya, karena dapat
mengurangi jumlah kabel yang diperlukan untuk mentransmisikan listrik.

2. Jaringan distribusi tegangan menengah biasanya digunakan untuk


mengalirkan listrik dari gardu distribusi ke pelanggan di wilayah yang lebih
kecil. Jaringan distribusi ini memiliki tegangan antara 1 kV hingga 36 kV.

Salah satu alasan mengapa jaringan distribusi tegangan menengah jarang


digunakan untuk jaringan antar gardu induk adalah karena jarak antara gardu
induk yang harus dihubungkan biasanya cukup jauh dan membutuhkan
tegangan yang lebih tinggi untuk mengalirkan listrik secara efisien. Oleh
karena itu, biasanya digunakan jaringan transmisi dengan tegangan yang lebih
tinggi seperti 150 kV atau 500 kV untuk menghubungkan gardu induk.

Selain itu, jaringan distribusi tegangan menengah juga memiliki kapasitas


daya yang terbatas dibandingkan dengan jaringan transmisi. Hal ini dapat
menyebabkan terjadinya penurunan tegangan yang signifikan dalam jarak
yang lebih jauh dan mengakibatkan kerugian daya yang lebih besar. Oleh
karena itu, penggunaan jaringan distribusi tegangan menengah untuk jaringan
antar gardu induk akan membutuhkan penambahan gardu distribusi di tengah
jalan yang dapat meningkatkan biaya dan kompleksitas infrastruktur listrik.

Dengan demikian, penggunaan jaringan transmisi dengan tegangan yang lebih


tinggi untuk menghubungkan gardu induk lebih efisien dan ekonomis
dibandingkan dengan penggunaan jaringan distribusi tegangan menengah.

3. Jaringan distribusi sistem ring adalah suatu jaringan distribusi listrik dimana
setiap titik beban atau pelanggan terhubung secara langsung dengan dua jalur
atau lebih, membentuk suatu lingkaran atau cincin. Pada gambar di bawah ini,
terlihat contoh sederhana dari jaringan distribusi sistem ring.

Sumber listrik
|
|
V
Trafo
|
|
V
_________
| |
V V
Line 1 Line 2
| |
V V
Beban 1 Beban 2

Kelebihan dari jaringan distribusi sistem ring adalah:

a) Ketersediaan daya yang lebih baik: Dalam sistem ring, jika ada satu
jalur yang mengalami gangguan, maka aliran listrik masih dapat
disuplai melalui jalur lainnya. Hal ini membuat ketersediaan daya
pada pelanggan lebih baik dibandingkan dengan sistem radial.

b) Keandalan yang lebih baik: Sistem ring memiliki redundansi jalur,


sehingga jika ada gangguan pada salah satu jalur, maka tidak ada
pemadaman listrik pada pelanggan.

c) Penyeimbangan beban yang lebih baik: Pada sistem ring, beban dapat
dibagi secara merata pada setiap jalur, sehingga beban pada setiap
jalur tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu rendah.
Namun, sistem ring juga memiliki kekurangan, yaitu:

a) Biaya pembangunan yang lebih tinggi: Dibutuhkan lebih banyak


peralatan dan jalur untuk membangun sistem ring dibandingkan
dengan sistem radial, sehingga biaya pembangunan menjadi lebih
tinggi.

b) Pengendalian sistem yang lebih sulit: Dalam sistem ring, terdapat lebih
banyak peralatan dan jalur, sehingga pengendalian sistem menjadi
lebih sulit dibandingkan dengan sistem radial.

c) Sulitnya mengisolasi gangguan: Jika terjadi gangguan pada salah satu


jalur pada sistem ring, maka mengisolasi gangguan menjadi lebih sulit,
karena terdapat lebih banyak jalur yang terhubung dengan jalur yang
mengalami gangguan.

Secara umum, jaringan distribusi sistem ring memiliki kelebihan dan


kekurangan dibandingkan dengan sistem radial. Kelebihan utamanya adalah
ketersediaan daya dan keandalan yang lebih baik, sementara kekurangannya adalah
biaya pembangunan yang lebih tinggi dan pengendalian sistem yang lebih sulit.

4. Gambar tiang jaringan distribusi yang menompang jaringan distribusi


tegangan menengah dan tegangan rendah

Tiang jaringan distribusi yang menompang jaringan distribusi tegangan


menengah dan tegangan rendah biasanya terbuat dari bahan yang kuat dan
tahan lama seperti beton atau baja. Tiang ini memiliki desain khusus yang
memungkinkan untuk menahan beban kabel jaringan distribusi tegangan
menengah dan tegangan rendah secara bersamaan.

Pada bagian atas tiang, terdapat kawat penompang yang digunakan untuk
menopang kabel jaringan distribusi tegangan menengah. Sedangkan pada
bagian bawah tiang, terdapat isolator dan kawat penahan yang digunakan
untuk menahan kabel jaringan distribusi tegangan rendah.

Selain itu, tiang jaringan distribusi juga dilengkapi dengan aksesori seperti
penyangga isolator, cross arm, dan cross stay yang digunakan untuk
menopang dan menahan kabel jaringan distribusi.
Penggunaan tiang jaringan distribusi yang menompang jaringan distribusi
tegangan menengah dan tegangan rendah secara bersamaan memungkinkan
untuk menghemat biaya, karena hanya perlu menggunakan satu tiang untuk
menopang kedua jenis kabel. Selain itu, penggunaan tiang ini juga
memudahkan proses instalasi dan perawatan kabel, sehingga dapat
meningkatkan efisiensi dan keandalan sistem distribusi listrik.

5. Pada jaringan distribusi tegangan rendah, tiga kawat penghantar umumnya


digunakan untuk menyediakan sistem tiga fasa yang lebih efisien dalam
mentransmisikan daya listrik dalam jumlah besar. Sistem tiga fasa
memungkinkan aliran listrik yang lebih stabil dan efisien daripada sistem satu
fasa yang hanya menggunakan dua kawat penghantar.

Namun, ketika jaringan listrik masuk ke rumah pelanggan, kebutuhan akan


daya listrik lebih sedikit dan karenanya hanya dua kawat penghantar yang
diperlukan untuk menyediakan sistem satu fasa yang cukup untuk kebutuhan
rumah tangga. Hal ini juga lebih ekonomis dan memungkinkan untuk
menggunakan kabel yang lebih kecil dan lebih murah untuk jaringan
distribusi di area permukiman.

Dengan demikian, penggunaan dua kawat penghantar pada jaringan distribusi


yang masuk ke pelanggan rumah tinggal adalah pilihan yang lebih praktis dan
ekonomis daripada menggunakan tiga kawat penghantar.

6. Pada trafo distribusi, dipasang peralatan perlindungan seperti arester dan


sekring untuk melindungi trafo dari gangguan dan kerusakan yang disebabkan
oleh lonjakan tegangan dan arus listrik yang berlebihan.

Prinsip kerja dan fungsi masing-masing peralatan tersebut adalah sebagai


berikut:

a. Arester (Surge Arrester)


Arester pada trafo distribusi bekerja untuk melindungi trafo dari lonjakan
tegangan yang berlebihan, seperti sambaran petir atau gangguan pada jaringan
listrik. Arester bekerja dengan cara menangkap tegangan berlebihan yang
melewati trafo dan mengalirkan arus berlebih ke tanah, sehingga trafo
terlindungi dari kerusakan.

Arester bekerja berdasarkan prinsip varistor, yaitu sebuah bahan


semikonduktor yang dapat mengubah hambatan listriknya ketika tegangan
berubah. Ketika tegangan berlebihan melewati arester, maka varistor pada
arester akan mengubah hambatannya dan mengalirkan arus ke tanah.

b. Sekring (Fuse)
Sekring pada trafo distribusi bekerja untuk melindungi trafo dari arus
berlebihan yang dapat merusak atau bahkan merusak trafo. Sekring bekerja
dengan cara memutuskan aliran listrik ketika arus listrik melebihi batas yang
ditentukan.

Sekring bekerja berdasarkan prinsip pendinginan, yaitu ketika arus listrik


melewati sekring, maka sekring akan memanas dan akhirnya meleleh,
sehingga aliran listrik terputus. Sekring harus diganti setelah meleleh untuk
menjaga perlindungan terhadap trafo.

Dalam rangka melindungi trafo distribusi, dipasangnya arester dan sekring


sangat penting. Arester melindungi trafo dari gangguan tegangan berlebihan,
sedangkan sekring melindungi trafo dari arus berlebihan. Keduanya bekerja
dengan prinsip yang berbeda namun saling melengkapi untuk menjaga
keandalan dan keselamatan dari trafo distribusi.

Anda mungkin juga menyukai