Bab I TL Topografi Lisda
Bab I TL Topografi Lisda
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Tingkah laku menurut Webster dictionary didefinisikan sebagai cara, gaya,
sikap memimpin diri. Ada juga yang mengatakan “cara kita bertindak” perilaku adalah
segenap manifestasi hayati individu dalam berinteraksi dengan lingkungan, mulai dari
perilaku yang nampak sampai yang tidak tampak, dari yang dirasakan sampai paling
yang tidak dirasakan. (Okviani, 2015). Termasuk juga di dalamnya cara berbicara,
cara berpikir, cara berjalan, cara mengambil keputusan-keputusan,dan cara melakukan
sesuatu.
Di dalam proses pelaksanaan observasi saya selama berada di lokasi magang
UPTD SMP Negeri 2 Gunungsitoli Idanoi, ada beberapa tingkah laku yang dilakukan
oleh seorang individu/siswa yang setiap tingkah lakunya itu berbeda- beda dalam
beberapa waktu.
Dari table di atas menunjukan bahwa tingkah laku pada peserta didik tersebut yang
lebih menonjol yaitu tingkah laku ribut atau menggangu di kelas
1
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang di maksud dengan tingkah laku topografi ?
2. Apa saja jenis-jenis tingkah laku topografi ?
2
BAB II
KAJIAN TEORI
3
2. Pergantungan lebihan – terlalu mengharapkan pertolongan atau bantuan dari
orang lain terutama ibu bapa atau orang yang rapat dengannya, terlalu manja,
tidak boleh berdikari
3. Pengunduran diri – malu untuk menunjukkan kebolehan, teragak-agak
memberi pendapat atau idea, tidak yakin pada kebolehan diri, sering
menggangap orang lebih baik dari dirinya
4. Pengasingan diri – tidak suka bergaul atau berkomunikasi dengan kawan-
kawan, sikap rendah diri yang terlalu tinggi, perasaan malu pada kawan-kawan
Dari beberapa pendapat para ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
disruptive behavior in the classroom, kelakuan buruk atau perbuatan yang tidak
baik, kelakuan jahat, merupakan perilaku yang mengganggu tindakan
pengajaran, mengganggu siswa lain dalam proses belajar mengajar baik secara
4
psikologis maupun secara fisiologis, yang terjadi pada siswa biasa dan
disebabkan oleh banyak faktor yang tidak hanya berasal dari diri mereka tapi
juga bisa disebabkan orang lain, situasi atau waktu yang ada.
2. Pendekatan Kognitif
Banyak aplikasi dari pendekatan kognitif yang berhubungan dengan
perilaku mengganggu. Misalnya saja seseorang guru Perilaku
Mengganggu di Kelas | Taufiq Hendra Wicaksono 127 menceritakan
pengalamannya tentang perilaku mengganggu pada siswa. dengan
bercerita pada siswa, secara tidak langsung alam pikiran siswa akan
memproses, menggambarkan dan belajar apa yang telah diceritakan.
tujuan dari pendekatan kognitif sendiri adalah membantu siswa belajar
membangun sebuah cara-cara belajar, melatih siswa untuk mengenal
apa yang harus mereka pelajari, serta meningkatkan frekuensi dan
kualitas pembelajaran (Zimmerman, 1995: 14).
3. Pendekatan Humanistik
Bagi pendidik yang menerapkan pendekatan humanistik, seorang siswa
mengganggu adalah sebuah indikasi bahwa siswa tersebut tidak senang
atau mengalami pertentangan. Guru seharusnya memperlakukan siswa
tersebut dengan empati. Cara ini dapat mendorong siswa agar mau
berbicara dan berbagi tentang perasaannya. Dengan ditemukannya
7
pemecahan masalah siswa, perilaku mengganggu tidak akan
ditunjukkan lagi (Zimmerman, 1995: 14).
G. PERAN BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM MEREDAKAN
PERILAKU SISWA MENGGANGGU DI KELAS
program kerja bimbingan dan konseling pada layanan bimbingan dan
konseling belajar dimana salah satu tujuan layanan bimbingan dan konseling belajar
adalah untuk memfasilitasi siswa agar memahami berbagai hambatan yang mungkin
muncul dalam proses belajar yang dialaminya (Dikti, 2008: 199). Pada situasi
pembelajaran, permasalahan belajar seperti tidak memperhatikan pelajaran yang
diberikan guru, mengobrol dengan teman satu meja, dan makan di kelas dapat menjadi
hambatan bagi siswa dalam mendapatkan pembelajaran yang baik. Dalam kondisi
pembelajaran yang disebutkan di atas, maka guru bimbingan dan konseling dapat
berkolaborasi dengan guru kelas dalam upaya menangani permasalahan tersebut yang
kita kenal dengan istilah disruptive classroom behavior (perilaku mengganggu di
kelas).
Adapun layanan yang dapat diberikan guru bimbingan dan konseling pada
siswa yang mengganggu adalah sebagai berikut:
1. Bimbingan kelompok
Bimbingan kelompok adalah suatu pertemuan dua orang atau lebih, yang
ditujukan untuk saling tukar pengalaman dan pendapat, dan biasanya
menghasilkan keputusan bersama (Dewa Ketut Sukardi, 2008: 220).
Bimbingan kelompok ini diberikan kepada siswa-siswa yang melakukan
perilaku mengganggu yang sama atau sejenis.
2. Konseling individu dan kelompok
Layanan ini ditujukan untuk membantu siswa yang mengalami kesulitan dalam
mencapai tugas-tugas perkembangannya. Melalui konseling, siswa dibantu
mengidentifikasi masalah, penyebab, penemuan alternatif pemecahan masalah,
dan pengambilan keputusan yang tepat (Dikti, 2008: 226).
3. Kolaborasi dengan guru mata pelajaran atau wali kelas
Guru bimbingan dsan konseling berkolaborasi dengan guru dan wali kelas
dalam rangka memperoleh informasi mengenai siswa, membantu memecahkan
masalah siswa, dan mengidentifikasi aspek-aspek bimbingan yang dapat
dilakukan oleh guru mata pelajaran (Dikti, 2008 : 226).
8
BAB III
METODE PENELITIAN
A. JENIS PENELITIAN
Dari hasil penelitian yang telah saya lakukan di lapangan saya
menggunankan jenis penelitian Kualitatif. Kualitatif adalah penelitian yang
menggunakan cara, langkah, dan prosedur yang lebih melibatkan data dan informasi
yang diperoleh melalui responden sebagai subjek yang dapat mencurahkan jawaban
dan perasaannya sendiri untuk mendapatkan gambaran umum yang holistik mengenai
suatu hal yang diteliti. Jadi dalam penelitian saya, saya memberikan sebuah
pertanyaan atau berupa angket yang harus di isi oleh objek dan berupa wawancara
selintas tentang perilaku yang di alaminya.
Berdasarkan pendapat Creswell (dalam Djam’an satori & Aan komariah,
2017, hlm. 24) yang menyatakan bahwa definisi metode penelitian kualitatif adalah
suatu proses inkuiri (pertanyaan/investigasi) mengenai pemahaman suatu hal untuk
mendapatkan data, informasi, teks pandangan-pandangan responden yang
menggunakan beragam metodologi dalam suatu masalah atau fenomena sosial atau
kemanusiaan.
Jadi, berdasarkan pada pendapat para ahli di atas tentang penelitian
kualitatif sudah sangat mendukung hasil dari pada penelitian saya di lapangan.
B. VARIABEL PENELITIAN
Menurut Maulana, dkk dalam buku Ragam Model Pembelajaran di Sekolah Dasar
(Edisi kedua)(2015), ada tiga macam variabel dalam penelitian, yakni:
9
Variabel bebas, yang memiliki arti bahwa variabel yang memengaruhi atau menjadi
penyebab timbulnya variabel terikat. Sedangkan Variabel terikat adalah merupakan
faktor yang diobservasi dan diukur untuk menentukan ada atau tidaknya pengaruh
variabel bebas. Terakhir adalah Variabel terkontrol yang dikendalikan sehingga
pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat tidak dipengaruhi oleh faktor luar
yang tidak diteliti.
Dari penjelasan umum tentang variabel di atas maka variabel yang saya
gunakan adalah variabel terkontrol karena yang saya teliti tidak di pengaruhi oleh
faktor lain tentang penelitian saya.
C. KESIMPULAN
Perilaku menganggu adalah permasalahan siswa di kelas yang tidak bisa
dianggap enteng. Banyak guru yang mengajar di kelas cenderung mengabaikan atau
menganggap bahwa hal itu merupakan perilaku anak yang biasa atau guru sebenarnya
belum mengetahui cara untuk mengatasi perilaku menganggu tersebut. Untuk itu guru
BK atau konselor sekolah bisa membantu guru kelas untuk melakukan berbagai
tindakan guna mengurangi perilaku menganggu di kelas melalui berbagai pendekatan
yaitu behavioristik, kognitif dan humanistic.
Carl Rogers (1999), menekankan bahawa seseorang individu bertingkah
laku mengikut persepsi diri sendiri dan keadaan. Sekiranya individu itu mempunyai
konsep kendiri yang positif maka dia berupaya berinteraksi dan bertindak dengan lebih
yakin.
10
DAFTAR PUSTAKA
11