Anda di halaman 1dari 47

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PERAMALAN JUMLAH

PENJUALAN MENGGUNAKAN METODE MOVING


AVERAGE PADA ZELL STORE

PROPOSAL

Diajukan Sebagai Salah Satu Prasyarat Memperoleh Gelar Sarjana


Jenjang Strata Satu (S1) Program Studi Sistem Informasi

Disusun Oleh :

NOVA ANANDIRA ALIFATURRAHMAH


19.230.0070

SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER


(STMIK) WIDYA PRATAMA PEKALONGAN
2022
LEMBAR PENGESAHAN

JUDUL : SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PERAMALAN


JUMLAH PENJUALAN MENGGUNAKAN METODE
MOVING AVERAGE PADA ZELL STORE
NAMA : NOVA ANANDIRA ALIFATURRAHMAH
NIM : 19.230.0070
PROGRAM STUDI : SISTEM INFORMASI
Proposal ini telah disetujui untuk dilanjutkan sebagai Materi Skripsi.

Disahkan Oleh :

Ketua Sidang Penguji I

Ichawan Kurniawan, M.Kom.


Wachid Darmawan, M.Kom.
NPPY : 090901.850922.203
NPPY : 131202.870702.208

Ketua Program Studi Sistem Informasi

Prastuti Sulistyorini, ST., M.Kom.


NPPY 960401.720216.010

ii
1

A. JUDUL
Sistem Pendukung Keputusan Peramalan Jumlah Penjualan
Menggunakan Metode Moving Average Pada Zell Store.

B. LATAR BELAKANG
Penjualan pada intinya merupakan instrumen dari program pemasaran
dalam perusahaan atau usaha untuk mencapai tujuan pemasaran perusahaan
yaitu proses pendistribusian produk ke konsumen. Di mana tujuan dari
penjualan adalah memenuhi target dan memperoleh keuntungan yang
ditentukan melalui volume penjualan, baik untuk produk terpisah (satu)
maupun produk dengan berbagai variasi (Wardana 2022).
Zell Store merupakan salah satu bisnis online yang bergerak di bidang
penjualan Hijab yang berlokasi di Karangdadap Kabupaten Pekalongan.
Variasi produk yang disediakan Zell Store diantaranya seperti Hijab Square,
Pashmina, Paris Segi Empat, Hijab Instan, Bergo, maupun Inner Pashmina.
Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan, diketahui bahwa Zell Store
melakukan proses bisnisnya dengan melakukan penjualan secara online baik
independen atau mandiri yang dikelola langsung oleh pemilik maupun melalui
reseller yang dimilikinya. Rata-rata penjualan yang dikelola setiap harinya
mencapai 20-40 pcs untuk masing-masing produk, baik melalui penjualan
mandiri maupun reseller. Dari pengamatan yang dilakukan, ditemukan
beberapa produk yang tersisa yang belum terjual baik di pemilik maupun
reseller. Hal tersebut menjadi salah satu temuan permasalahan yang terjadi
pada proses penjualan di Zell Store.
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan kepada pemilik Zell
Store, didapatkan informasi bahwa permasalahan yang ditemukan pada
pengamatan tersebut sesuai dengan dirasakan oleh pemilik. Di mana sisa
produk yang belum atau bahkan tidak terjual tersebut disebabkan karena
pemilik tidak bisa atau melakukan kesalahan saat memprediksi jumlah
penjualan yang akan terjadi baik mandiri maupun untuk reseller. Selama ini,
pemilik melakukan prediksi hanya dengan melihat jenis dan jumlah hijab yang
2

dijual secara global dengan cara menghitung keseluruhan hasil penjualan yang
terjadi selama beberapa hari (yang tidak tentu jumlah harinya, terkadang 5
hari, satu minggu, 2 hari, atau lainnya), lalu membandingkan dengan hari atau
periode sebelumnya, jika terdapat kenaikan maka jumlah produk akan
ditambah. Sebaliknya jika terdapat penurunan maka jumlah produk akan
dikurangi. Hal tersebut dilakukan tanpa pertimbangan lain, sehingga
menimbulkan permasalahan seperti kelebihan maupun kekurangan stok.
Menurut pemilik, hal tersebut menjadi masalah saat terjadi kelebihan produk
dengan model atau jenis yang sudah tidak relevan (ketinggalan atau kuno),
sehingga sulit untuk menjualnya kembali. Selain itu saat terjadi kekurangan
produk, pihak stokies juga sering tidak menyediakan sesuai dengan yang
dibutuhkan sewaktu-waktu sehingga Zell Store tidak dapat memenuhi
kebutuhan konsumen (pasar).
Salah satu alternatif solusi yang dapat dilakukan adalah dengan
menerapkan metode peramalan moving average, dimana menurut (Butar-Butar
2021) metode ini dapat menyaring pergerakan data dan merepresentasikannya
menjadi sebuah tren yang lebih halus dan jelas sehingga saat metode ini
diterapkan dapat memberikan gambaran jumlah penjualan yang akan terjadi
pada periode tertentu. Metode moving average biasanya diterapkan
menggunakan Sistem Pendukung Keputusan (SPK) yang dapat mempermudah
dalam penggunaannya, seusai dengan (Limbong dan DKK 2020) yang
menyatakan bahwa SPK dimaksudkan untuk menyederhanakan berbagai hal
dan menghemat waktu dalam membuat keputusan yang efektif, sehingga
waktu pengambilan keputusan semakin pendek dan memungkinkan bisnis
untuk bergerak cepat dalam situasi tertentu untuk mendukung dalam
pencapaian tujuan.
Sehingga berdasarkan uraian permasalahan pada latar belakang
tersebut, alternatif yang diusulkan adalah dengan menerapkan sistem
pendukung keputusan (SPK) yang mampu melakukan proses analisa untuk
meramalkan jumlah penjualan produk pada Zell Store. Diharapkan dengan
adanya SPK tersebut dapat membantu pemilik Zell Store untuk mendapatkan
3

pertimbangan dalam mengetahui perkiraan jumlah penjualan pada periode


berikutnya secara detail, baik untuk penjualan mandiri maupun untuk reseller.

C. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan dari latar belakang yang telah diuraikan, maka rumusan
masalahnya adalah bagaimana membangun Sistem Pendukung Keputusan
Peramalan Jumlah Penjualan Menggunakan Metode Moving Average Pada
Zell Store?

D. TUJUAN DAN MANFAAT


1. Tujuan
Terwujudnya Sistem Pendukung Keputusan Peramalan Jumlah
Penjualan Menggunakan Metode Moving Average Pada Zell Store.
2. Manfaat
Membantu pemilik Zell Store untuk mendapatkan pertimbangan
dalam mengetahui perkiraan jumlah penjualan pada periode berikutnya
secara detail, baik untuk penjualan mandiri maupun untuk reseller.

E. LANDASAN TOERI
1. Kajian Teori
a. Sistem Pendukung Keputusan
Sistem Pendukung Keputusan (SPK) adalah sistem berbasis
komputer yang interaktif, yang membantu pengambil keputusan
memanfaatkan data dan model untuk menyelesaikan masalah-masalah
yang tak terstruktur dan semi terstruktur. SPK merupakan sistem
berbasis model yang terdiri dari prosedur-prosedur dalam pemrosesan
data dan pertimbangnnaya untuk membantu manajer dalam mengambil
keputusan (Limbong dan DKK 2020).
SPK tidak dimaksudkan untuk mengotomatisasikan
pengambilan keputusan, tetapi memberikan perangkat interaktif yang
memungkinkan pengambilan keputusan untuk melakukan berbagai
4

analisis menggunakan model-model yang tersedia. Sehingga tujuan


dari SPK diantaranya adalah sebagai berikut :
1) Membantu manajer dalam pengambilan keputusan atas masalah
semi terstruktur.
2) Memberikan dukungan atas pertimbangan manajer dan bukannya
dimaksudkan untuk menggantikan fungsi manajer.
3) Meningkatkan efektivitas keputusan yang diambil manajer lebih
daripada perbaikan efiesiensinya.
4) Kecepatan komputasi. Komputer memungkinkan para pengambil
keputusan untuk melakukan banyak komputasi secara cepat dengan
biaya yang rendah.
5) Peningkatan produktivitas. Membangun suatu kelompok
pengambil keputusan, terutama para pakar, bisa sangat mahal.
Pendukung terkomputerisasi bisa mengruangi ukuran kelompok
dan memungkinkan para anggotanya untuk berada di berbagai
lokasi yang berbeda-beda.
6) Dukungan kualitas. Komputer bisa menigkatkan kualitas keputusan
yang dibuat. Sebagai contoh, semakin banyak data yang diakses,
makin banyak juga alternatif yang bisa di evaluasi. Analisis resiko
bisa dilakukan dengan cepat dan pandangan dari para pakar bisa
dikumpulkan dengan cepat dan dengan biaya yang lebih rendah.
7) Berdaya saing. Manajemen dan pemberdayaan sumber daya
perusahaan. Tekanan persaingan menyebabkan tugas pengambilan
keputusan menjadi sulit. Persaingan didasarkan tidak hanya pada
harga, tetapi juga pada kualitas, kecepatan, kustomasi produk, dan
dukungan pelanggan.
b. Metode Moving Average
Rata-rata bergerak (moving average) menggunakan sejumlah
data aktual masa lalu untuk menghasilkan peramalan. Rata-rata
bergerak berguna jika mengasumsikan bahwa permintaaan pasar akan
stabil sepanjang masa yang kita ramalkan (Wardhani, et al. 2022).
5

Peramalan merupakan aktivitas fungsi bisnis yang memperkirakan


penjualan dan penggunaan produk sehingga produk-produk itu dapat
dibuat dalam kuantitas yang tepat. Peramalan merupakan dugaan
terhadap permintaan yang akan datang berdasarkan pada beberapa
variabel peramal sering berdasarkan data deret waktu historis. Hal ini
dapat dilaukukan dengan melibatkan pengambilan data masa lalu dan
menempatkannya ke masa yang akan datang dengan suatu bentuk
model matematis.
Untuk mendapatkan nilai dari moving average sebelumnya
ditentukan terlebih dahulu jumlah periode (T). Metode ini merupakan
metode peramalan yang menggunakan sejumlah data aktual
permintaan yang baru untuk membangkitkan nilai ramalan untuk
permintaan dimasa yang akan datang. Metode ini cocok digunakan
untuk data jangka panjang. Moving average dapat dituliskan debngan
persamaan berikut :
(𝑌𝑡−1 + 𝑌𝑡−2 + … … … + 𝑌𝑡−𝑛 )
𝐹𝑡 =
𝑛
Dimana :
Ft = peramalan untuk periode t
Yt-1 + Yt-1 + ...... + Yt-n = jumlah data dalam periode n sebelumnya
n = jumlah periode dalam rata-rata bergerak
Setelah dilakukan peramalan kemudian dilakukan evaluasi
menggunakan beberapa perhitungan ketetapan metode peramalan
menggunakan MAPE (Mean Absolute Percentage Error). MAPE
untuk mengukur kesalahan relatif yang menyatakan persentase
kesalahan hasil peramalan terhadap permintaan aktual selama periode
tertentu yang akan memberikan informasi persentase kesalahan terlalu
tinggi atau rendah. Secara sistematis, MAPE dinyatakan pada rumus
sebagai berikut :
𝑛
𝑦𝑡 − ŷ𝑡
𝑀𝐴𝑃𝐸 = ∑ | | 𝑥 100%
𝑦𝑡
𝑡=1
6

Dimana :
n = periode pada proses perhitungan
y = jumlah nilai aktual pada periode t
ŷ = jumlah nilai peramalan pada periode t
Berdasarkan rumus tersebut, selisih data aktual dengan
peramalan dibagi dengan data aktual, kemudian nilainya dimutlakkan
(absolut) artinya MAPE akan selalu bernilai positif. Peramalan yang
menggunakan metode moving average, membutuhkan data yang
lengkap dan memiliki pola data stasioner untuk dapat dilakukan
perhitungan peramalan. Metode ini juga dapat digunakan untuk
memprediksi cuaca dengan rentang waktu tertentu dengan
mengkolaborasikan metode hybrid artificial neural etwork dan fuzzy
inference system. Di mana tingkat akurasi dari MAPE dapat diukur
sesuai dengan standar persentase akurasi MAPE sebagai berikut :
Tabel 1 Tingkat Akurasi MAPE

Nilai MAPE Interpretasi

≤ 10 Hasil peramalan sangat akurat

10 – 20 Hasil peramalan baik

20 – 50 Hasil peramalan layak (cukup baik)

> 50 Hasil permalan tidak akurat

Contoh dari penerapan metode moving average adalah sebagai


berikut. Sebuah toko mempunyai usaha di bidang penjualan produk.
Pemilik ingin memperkirakan (forecasting) berapa produk yang bisa
terjual pada bulan Januari 2023.
7

Data penjualan produk selama tahun 2022 adalah sebagai


berikut :
Tabel 2 Data Penjualan Produk

Bulan Indeks Waktu (t) Permintaan Aktual (A)

Januari 2022 1 81

Februari 2 84

Maret 3 89

April 4 82

Mei 5 83

Juni 6 88

Juli 7 79

Agustus 8 86

September 9 87

Oktober 10 85

November 11 89

Desember 12 84

Januari 2023 13 ?
8

Selanjutnya pemilik menentukan jumlah periode yang


digunakan sebagai batas peramalan, yaitu 4 periode. Sehingga hasil
perhitungan 4 periode yang didapatkan adalah sebagai berikut :
Tabel 3 Data Perhitungan Moving Average 4 Periode

Indeks Permintaan
Bulan MA 4 Periode
Waktu (t) Aktual (A)

Januari 2022 1 81

Februari 2 84

Maret 3 89

April 4 82

81 + 84 + 89 + 82
Mei 5 83 = 84
4
84 + 89 + 82 + 83
Juni 6 88 = 84.5
4
89 + 82 + 83 + 88
Juli 7 79 = 85.5
4
82 + 83 + 88 + 79
Agustus 8 86 = 83
4
83 + 88 + 79 + 86
September 9 87 = 84
4
88 + 79 + 86 + 87
Oktober 10 85 = 85
4
79 + 86 + 87 + 85
November 11 89 = 84.25
4
86 + 87 + 85 + 89
Desember 12 84 = 86.75
4
87 + 8 5 + 89 + 84
Januari 2023 13 ? = 86.25
4
9

Selanjutnya diukur persentase akurasi dari hasil perhitungan


yang telah dilakukan dengan menggunakan MAPE sebagai berikut :
𝑛
𝑦𝑡 − ŷ𝑡
𝑀𝐴𝑃𝐸 = ∑ | | 𝑥 100%
𝑦𝑡
𝑡=1
83 − 84 88 − 84.5 79 − 85.5 86 − 83 87 − 84 85 − 85 89 − 84.25 84 − 86.75
𝑀𝐴𝑃𝐸 = | + + + + + + + | 𝑥 100%
84 84.5 85.5 83 84 85 84.25 86.75
𝑀𝐴𝑃𝐸 = |(−0.1) + 0.04 + (−0.08) + 0.04 + 0.04 + 0 + 0.06 + (−0.03)| 𝑥 100%
𝑀𝐴𝑃𝐸 = 0.05 𝑥 100%
𝑀𝐴𝑃𝐸 = 5%

Sehingga berdasarkan hasil perhitungan MAPE yaitu 5%, dapat


ditentukan kedalam 2 (dua) aspek hasil analisis sebagai berikut :
1) Tingkat akurasi hasil analisa, dimana hasil MAPE 5% merupakan
hasil peramalan yang sangat akurat (berdasarkan pada Tabel 1).
2) Batas toleransi hasil analisis pada periode Januari 2023 yaitu 86.25
x 5% = 4.3125 (dibulatkan menjadi 4). Sehingga hasil analisinya
menjadi (pembulatan) 86 ± 4, yang berarti toleransi jumlahnya
antara 82 – 90 satuan.
c. Metode Pengumpulan Data
1) Wawancara
Wawancara merupakan salah satu teknik pengumpulan data
untuk mendapatkan informasi tentang sesuatu dengan cara
bertanya langsung kepada informan. Tujuan wawancara pada
dasarnya adalah untuk mengumpulkan informasi dari pihak lain
dengan bertanya langsung kepada pihak yang diwawancarai
dengan maksud tertentu. Agar tujuan wawancara dapat tercapai,
ada berbagai persyaratan yang dituntut dari pihak wawancara
(peneliti). Keberhasilan wawancara ditentukan oleh banyak faktor,
antara lain seperti pewawancara, informan atau responden, topik
penelitian yang ada dalam daftar pertanyaan, dan faktor situasi
dimana wawancara sedang berlangsung (Soebardhy dan DKK
2020).
10

Jika diperhatikan, hakikatnya wawancara adalah proses


interaksi dan proses komunikasi. Dalam proses interaksi dan
komunikasi ini, hubungan baik dalam wawancara dapat dilihat dari
ciri-ciri sebagai berikut :
a) Apabila pihak responden merasakan kehangatan dan sikap
menyenangkan dari pihak pewawancara.
b) Apabila responden merasakan bebas mengutarakan isi hatinya,
atau perasaaanya, demikian pula bebas mengemukakan
pendapatnya.
Beberapa hal atau aspek penting yang harus diperhatikan
dalam melakukan teknik pengumpulan data wawancara adalah
sebagai berikut :
a) Petugas atau peneliti harus dapat menciptakan suasana baik
dengan responden dan mengadakan rapport yakni situasi
psikologis yang menunjukkan bahwa responden bersedian
memberikan informasi yang diperlukan dan mau bekerja sama
demi kesuksesan penelitian.
b) Kesan pertama dari penampilkan pewawancara sangat penting
untuk merangsang sikap kerja sama dari pihak responden.
c) Selama wawancara berlangsung, pihak pewawancara harus
dapat menarik perhatian responden.
d) Usahakan bersikap netral dan jangan lebih dahulu
mengomentari jawaban yang diberikan responden. Usahakan
orang-orang yang ada disekitar tempat wawancara tidak
mencampuri jawaban yang diberikan terkecuali untuk maksud-
maksud tertentu.
e) Seringkali dalam proses wawancara ini diikuti oleh petugas lain
dan biasanya salah seorang petugas menanyakan dan petugas
lain mencatat jawaban yang diberikan.
11

f) Berpakaianlah yang sopan, sederhana, rapi, tanpa perhiasan


yang berlebihan. Tunjukkan sikap rendah hati, sikap hormat,
ramah, dan sikap penuh pengertian.
g) Petugas harus dapat menjadi pendengar yang baik.
h) Apabila responden tidak menguasai bahasa yang dipakai dalam
wawancara berpedoman, petugas dapat menggunakan bahasa
daerah yang dikuasai responden, dengan catatan tidak
menyimpang maknanya dari item pertanyaan yang dimaksud.
Keberhasilan wawancara itu sendiri ditentukan oleh
beberapa faktor sebagai berikut :
a) Situasi : waktu, tempat, sikap masyarakat.
b) Responden : karakter, kemampuan
c) Isi : kepekaan, kesulitan, tingkat, sumber
d) Pewawancara : karakter, ketrampilan, motivasi, rasa aman
2) Observasi
Metode observasi merupakan metode yang sangat tepat
untuk mengumpulkan data yang bersifat pengamatan objek
ataupun aktivitas, misalnya mengenai aspek tingkah laku manusia,
gejala alam, proses perubahan sesuatu hal yang nampak, benda-
benda budaya, dan sebagainya. Walaupun observasi biasanya
digunakan untuk mengumpulkan data yang nampak (terlihat),
tetapi observasi dapat juga digunakan untuk mengumpulkan data
yang dapat diamati melalui alat indra, seperti pendengaran,
pembau, pengecap atau perasa, dan peraba (Soebardhy dan DKK
2020).
Observasi dalam metodologi riset mengandung 6 (enam)
ciri sebagai berikut :
a) Memiliki arah (sasaran) yang khusus
b) Dilaksanakan secara sistematis
c) Bersifat kuantitatif
d) Mengadakan pencatatan dengan segera
12

e) Membutuhkan atau minta keahlian


f) Hasil-hasil observasi dapat diuji validitas dan realibilitasnya
Dalam proses pengumpulan data observasi, diperlukan
beberapa petunjuk pelaksanaan sebagai berikut :
a) Menetapkan apakah observasi merupakan metode yang tepat
untuk mencapai tujuan penelitian yang dilaksanakan.
b) Memerinci unsur-unsur yang akan dikumpulkan dengan
metode observasi.
c) Menetapkan cara mencatatn dan menyusun data.
d) Memilih dan menyiapkan alat-alat bantu.
e) Melaksanakan observasi.
Penggunaan metode observasi untuk mengumpulkan data
penelitian memiliki beberapa kebaikan yaitu sebagai berikut :
a) Metode ini cocok untuk mengumpulkan data tingkah laku
nonverbal dalam penelitian survei, eksperimen, dan studi
dokumentasi.
b) Metode ini cocok untu kmengumpulkan data tingkah laku yang
terjadi didalam lingkungan alamiah, termasuk lingkungan
bentukan yang dibuat sesuai dengan lingkungan alam
sebenarnya.
c) Metode ini cocok untuk mengumpulkan data penelitian yang
dilaksanakan dalam jangka waktu.
Pembagian atas jenis-jenis observasi dikaitkan dengan
bentuk-bentuk pelaksanaan observasi adalah sebagai berikut :
a) Observasi Langsung
Observasi ini dilakukan tanpa perantara (secara
langsung) terhadap objek yang diteliti, sedangkan observasi
tidak langsung dilakukan terhadap objek penelitian melalui
perantaraan suatu alat atau cara, baik dalam situasi sebenarnya
maupun buatan.
13

b) Observasi Partisipasi
c) Observasi Berstruktur
d) Observasi Eksperimental
3) Studi Kepustakaan
Studi kepustakaan merupakan suatu studi yang digunakan
dalam mengeumpulkan informasi dan data dengan bantuan
berbagai macam material yang ada di perpustakaan seperti
dokumen, buku, majalah. Studi kepustakaan juga dapat
mempelajari beberbagai buku referensi serta hasil penelitian
sebelumnya yang sejenis yang berguna untuk mendapatkan
landasan teori mengenai masalah yang akan diteliti (Siallagan
2019).
Umumnya studi kepustakaan lebih sering dilakukan penulis
karya ilmiah karena memang memiliki aturan dan ketentuan yang
lebih tegas, dibandingkan dengan karya tulis non ilmiah. Kemudian
istilah ini menjadi familiar untuk kegiatan penelitian, sebab
penelitian di awal perlu dibuat proposal rencana penelitian.
Rencana penelitian ini sudah menuntut peneliti untuk membuat
studi kepustakaan tadi. Selesai melakukan penelitian, peneliti juga
perlu menulis laporan hasil penelitian dan kemudian melakukan
studi kepustakaan lagi. Dimana hasil penelitian bisa berupa artikel
ilmiah yang diterbitkan ke jurnal. Bisa juga berupa buku yang
diterbitkan ke masyarakat luas melalui penerbit dan toko buku,
baik toko buku online maupun offline.
Supaya pembahasan tentang studi pustaka lebih mudah
dipahami, maka akan difokuskan dulu ke karya tulis. Baik itu karya
tulis ilmiah maupun non ilmiah. Meskipun studi kepustakaan lebih
wajib dilakukan saat menulis karya tulis ilmiah. Bukan berarti
karya tulis non ilmiah tidak membutuhkannya. Pada beberapa
kasus tetap perlu dilakukan. Misalnya penulis novel ingin
menceritakan pengalaman tokoh dalam tulisannya naik pesawat.
14

Maka penulis perlu membaca literatur tentang prosedur naik


pesawat dan sebagainya. Bisa juga berdasarkan pengalaman
pribadi.
Melakukan studi pustaka butuh waktu yang lumayan karena
penulis perlu mempelajari beberapa referensi. Sehingga bisa
menyita banyak waktu dan tenaga yang tentu perlu dilakukan
dengan teliti. Terasa susah memang, namun jika dijalani maka
akan terasa ringan dan mengalir begitu saja. Proses ini tentu
penting, karena bisa meningkatkan kualitas dan kredibilitas tulisan
yang disusun. Jadi, proses studi kepustakaan kemudian punya
sejumlah tujuan. Beberapa diantaranya adalah :
a) Menemukan Suatu Masalah atau Topik
Seorang penulis dan peneliti dijamin akan rajin
membaca buku di waktu luangnya. Proses ini membantu
mereka membiasakan diri melakukan studi kepustakaan. Sebab
dengan membaca banyak buku, artikel, dan jurnal maka penulis
bisa menemukan lebih banyak topik.
Topik ini nantinya akan diangkat menjadi tulisan yang
didasarkan dari sejumlah buku yang sudah dibaca. Sementara
bagi peneliti, proses studi kepustakaan membantu mereka
menemukan suatu masalah. Masalah ini kemudian bisa
dijadikan topik penelitian untuk dicari solusinya secara ilmiah.
b) Mencari Informasi yang Relevan
Studi kepustakaan juga bertujuan untuk membantu
penulis menemukan informasi yang relevan. Misalnya
mengusung topik tentang gangguan mental dalam tulisannya.
Maka perlu mencari buku-buku, artikel, dan sebagainya yang
membahas gangguan mental. Supaya ada banyak hal bisa
dibahas dan dijabarkan di dalam tulisannya. Apa yang
dijabarkan tentu bukan hasil imajinasi melainkan berdasarkan
fakta dari referensi yang terpercaya.
15

c) Mengkaji Teori yang Relevan


Tujuan berikutnya dari studi pustaka adalah mengkaji
teori yang relevan. Relevan dengan apa? Yakni relevan dengan
masalah atau topik yang ingin dibahas ke dalam karya tulis
maupun penelitian yang dilakukan.
d) Mencari Landasan Teori
Khusus untuk penulisan karya tulis ilmiah baik itu
laporan hasil penelitian, makalah, artikel ilmiah, dan
sejenisnya. Maka ada bab landasan teori pada bab pertama. Isi
landasan teori diambil dari sejumlah sumber pustaka yang
dibaca dan dikaji, sehingga menampilkan seluruh bahan dasar
yang dibahas di bagian isi.
e) Memperdalam Pemahaman dan Pengetahuan Penulis
Dengan melakukan studi kepustakaan maka peneliti
atau penulis bisa memperdalam pemahaman atas topik yang
dipilih. Sekaligus membantu memperluas pengetahuan,
sehingga di masa mendatang bisa menemukan topik yang
menarik lagi untuk diangkat sebagai topik tulisan maupun
penelitian.
Studi pustaka kemudian memiliki beberapa jenis, jenis ini
bisa dipilih salah satu atau beberapa sekaligus oleh penulis dan
peneliti. Supaya lebih mudah dalam menentukan referensi mana
saja yang akan digunakan. Berikut adalah jenis-jenis yang
dimaksudkan :
a) Kajian Pemikiran Tokoh
Jenis studi kepustakaan yang pertama adalah kajian
pemikiran tokoh, sesuai namanya. Studi kepustakaan ini
menjadikan pemikiran atau pola pikir seorang tokoh menjadi
topik tulisan maupun penelitian. Sebagai contoh adalah
mengusung topik buah pikiran dari Ki Hajar Dewantara untuk
penelitian mahasiswa atau penelitian dosen.
16

Lewat jenis studi kepustakaan ini, penulis kemudian


mencari referensi berbentuk karya tulis yang membahas hasil
pemikiran tokoh yang diangkat. Bisa dari buku biografi tokoh
tersebut, buku yang merangkum karya dari tokoh tersebut, dan
lain sebagainya.
Bagaimana jika tokoh tidak memiliki hasil karya dalam
bentuk literatur? Maka penulis dan peneliti bisa menggunakan
sumber hasil wawancara. Yakni wawancara dengan pihak
keluarga dan orang-orang yang pernah bekerjasama dan terlibat
dari kehidupan si tokoh yang diangkat tersebut.
b) Analisis Buku Teks
Jenis kedua dari studi pustaka adalah analisis buku teks,
yakni membaca sejumlah buku teks untuk dijadikan referensi
atau rujukan. Adapun yang dimaksud dengan buku teks disini
merujuk pada buku-buku yang digunakan belajar di dunia
pendidikan.
Baik buku pelajaran di jenjang SD, SMP, SMA,
maupun di jenjang perguruan tinggi. Sehingga semua buku
yang dijadikan sumber pembelajaran di dunia pendidikan bisa
dibaca dan dianalisis. Hasilnya akan didapatkan sejumlah data
yang bisa mendukung topik tulisan maupun topik penelitian.
c) Kajian Sejarah
Jenis studi kepustakaan yang terakhir adalah kajian
sejarah yakni proses mengkaji sejarah dari topik yang dipilih.
Bisa mencoba membaca buku-buku, artikel, dan literatur
lainnya yang menjelaskan sejarah dari suatu topik. Bisa juga
peninggalan dalam bentuk selain tulisan dan karya.
Misalnya dokumenter dalam bentuk video, barang
peninggalan sejarah, dan lain sebagainya yang bisa menguatkan
topik. Intinya, setiap unsur sejarah dari suatu topik yang
17

menambah data valid. Bisa dikaji dan jika dilakukan maka


penulis atau peneliti sedang melakukan kajian sejarah.
d. Metode Pengembangan Sistem Waterfall
Metode Pengembangan Sistem Waterfall merupakan model
klasik yang sederhana dengan aliran sistem yang linier-keluaran dari
tahap sebelumnya merupakan masukan untuk tahap berikutnya.
Pengembangan dengan model ini adalah hasil adaptasi dari
pengembangan perangkat keras, karena pada waktu itu belum terdapat
metodologi pengembangan perangkat lunak yang lain. Proses
pengembangan yang sangat terstruktur ini membuat potensi kerugian
akibat kesalahan pada proses sebelumnya sangat besar dan kerap kali
mahal karena membengkaknya biaya pengembangan ulang (Habibi
dan Riki 2020).

Gambar 1 Metode Pengembangan Sistem Waterfall


Pada gambar 1 diatas dapat dijelaskan bahwa beberapa
prosedur yang harus dilalui dalam metode pengembangan sistem
Waterfall, yaitu sebagai berikut.
1) Requirements Definition (Analisis dan Definisi Kebutuhan)
Dalam langkah ini merupakan analisis terhadap kebutuhan
sistem. Pengumpulan data dalam tahap ini bisa melakukan sebuah
penelitian, wawancara, atau study literatur. Seseorang System
18

Analyst akan menggali informasi sebanyak-banyaknya dari users


sehingga akan tercipta sebuah sistem komputer yang bisa
melakukan tugas-tugas yang diinginkan oleh Users tersebut.
Tahapan ini akan menghasilkan dokumen users requirement atau
bisa dikatakan sebagai data yang berhubungan dengan keinginan
users dalam pembuatan sistem.
2) System and Software Design (Perancangan Sistem dan Perangkat
Lunak)
Proses design akan menerjemahkan syarat kebutuhan ke
sebuah perancangan perangkat lunak yang dapat diperkirakan
sebelum dibuat coding. Proses ini berfokus pada : struktur data,
arsitektur perangkat lunak, representasi interface, dan detail
(algoritma) prosedural. Tahapan ini akan menghasilkan dokumen
yang disebut software requirement. Dokumen inilah yang akan
digunakan programmer untuk melakukan aktifitas pembuatan
sistemnya.
3) Implementation and Unit Testing (Implementasi dan Pengujian
Unit)
Coding merupakan penerjemahan design dalam bahasa
yang bisa dikenali oleh komputer. Dilakukan oleh programmer
yang akan menerjemahkan transaksi yang diminta oleh users.
Tahapan inilah yang merupakan tahapan secara nyata dalam
mengerjakan suatu sistem. Dalam artian penggunaan komputer
akan dimaksimalkan dalam tahapan ini. Setelah pengkodean selesai
maka akan dilaukan testing terhadap sistem yang telah dibuat tadi.
Tujuan testing adalah menemukan kesalahan-kesalahan terhadap
system tersebut dan kemudian bisa diperbaiki.
4) Integration and System Testing (Integrasi dan Pengujian Sistem)
Tahapan ini bisa dikatakan final dalam pembuatan sebuah
sistem. Setelah melakukan analisa, design, dan pengkodean maka
sistem yang sudah jadi akan digunakan oleh users.
19

5) Operation and Maintenance (Operasi dan Pemeliharaan)


Perangkat lunak yang sudah disampaikan kepada pelanggan
pasti akan mengalami perubahan. Perubahan tersebut bisa karena
perangkat lunak harus menyesuaikan dengan lingkungan
(peripheral atau sistem operasi baru) baru, atau karena pelanggan
membutuhkan perkembangan fungsional.
Keuntungan Metode Pengembangan Sistem Waterfall adalah
sebagai berikut :
1) Kualitas dari sistem yang dihasilkan akan baik. Hal ini dikarenakan
oleh pelaksanaannya secara bertahap, sehingga tidak terfokus pada
tahapan tertentu.
2) Dokumentasi pengembangan sistem sangat terorganisir, karena
setiap tahapan harus terselesaikan dengan lengkap sebelum
melangkah ke tahapan berikutnya. Jadi setiap tahapan akan
memiliki dokumen tertentu.
e. Alat Bantu Pengembangan Sistem
1) Unified Modeling Language (UML)
UML (Unified Modeling Language) merupakan satu
kumpulan konvensi pemodelan yang digunakan untuk menentukan
atau menggambarkan sebuah sistem software yang terkait dengan
objek. UML merupakan bahasa visual untuk pemodelan bahasa
berorientasi objek, maka semua elemen dan diagram berbasiskan
pada paradigma object oriented (Henderi dan Rahwanto 2021).
UML dapat digunakan untuk beberapa hal sebagai berikut :
a) Menggambarkan batasn sistem dan fungsi-fungsi sistem secara
umum, dibuat dengan Use Case dan Actor;
b) Menggambarkan kegiatan atau proses bisnis yang dilaksanakan
secara umum, dibuat dengan interaction diagrams;
c) Menggambarkan representasi struktur statik sebuah sistem
dalam bentuk class diagrams;
20

d) Membuat model behavior yang menggambarkan kebiasaan


atau sifat sebuah sistem dengan state transition diagrams;
e) Menyatakan arsitektur implementasi fisik menggunakan
component and development diagrams;
f) Menyampaikan atau memperluas functionality dengan
stereotypes.
Fungsi dasar dari diagram UML yang digunakan adalah
sebagai berikut :
a) Mengkomunikasikan ide;
b) Melahirkan ide-ide baru dan peluang-peluang baru;
c) Menguji ide dan membuat prediksi;
d) Memahami struktur dan relasi-relasinya.
Berbeda dengan diagram alir lainnya, seperti DFD (data
flow diagram) ataupun ERD (entity relationalship diagram) yang
hanya satu jenis. Diagram UML sendiri merupakan kumpulan dari
beberapa diagram, ada yang berpendapat UML terdiri dari 8
diagram, ada juga yang menyatakan 9 diagram, bahkan ada
pendapat yang menyebutkan UML terdiri dari 13 diagram. Namun
berikut adalah beberapa diagram yang sering digunakan dalam
pembuatan rancangan sistem :
a) Use Case Diagram
Use case diagram merupakan salah satu diagram UML
yang menjelaskan mengenai interaksi antara actor dengan
sistem serta hubungannya. Use case diagram juga membahas
mengenai hubungan antara use case dalam sistem dan juga
actor-nya. Hal ini telah di bahas dalam tulisan sebelumnya
dengan judul contoh use case diagram, di sana dibahas secara
rinci dan lengkap.
21

Simbol Use Case Diagram adalah sebagai berikut :


Tabel 4 Simbol Use Case Diagram

No Simbol Keterangan

Actor
Menggambarkan tokoh atau seseorang
1 yang berinteraksi dengan sistem. Dan
dapat menerima dan memberi informasi
pada sistem

Use Case
2 Menjelaskan fungsi dari kegunaan sistem
yang di rancang

Association
3 Menghubungkan antara use case dengan
aktor tertentu

Include
4 Menunjukkan bahwa use case satu
merupakan bagian dari use case lainnya

Extend
5 Menunjukkan arah panah secara putus-
putus dari use case ke base use case

b) Activity Diagram
Apabila diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia,
activity diagram memiliki makna sebagai diagram aktivitas.
Sama halnya dengan diagram sebelemumnya, activity diagram
merupakan jenis diagram UML yang digunakan untuk
menggambarkan proses sebuah sistem. Setiap proses yang
terjadi dalam sistem akan digambarkan dengan rinci dan
22

lengkap, langkah demi langkahnya dari mulai masukan hingga


keluaran. Simbol activity diagram adalah sebagai berikut :
Tabel 5 Simbol Activity Diagram

No Simbol Keterangan

Initial
1
Titik awal untuk memulai suatu aktivitas

Final
2
Titik akhir untuk mengakhiri aktivitas

Activity
3
Menandakan sebuah aktivitas

Decision
4
Pilihan untuk mengambil keputusan

Fork atau Join


Digunakan untuk menunjukkan kegiatan
5 yang dilakukan secara paralel atau untuk
menggabungkan dua kegiatan paralel
menjadi satu

Flow Final
6
Untuk mengakhiri suatu aliran

Swimlane
Untuk mengelompokkan activity
7
berdasarkan aktor

c) Sequence Diagram
Sequence diagram merupakan jenis diagram UML yang
menjelaskan interaksi antar objek dalam sebuah sistem yang
diurutkan berdasarkan waktu. Selain itu dengan adanya
Sequence diagram ini memudahkan Engineer untuk menyusun
23

sebuah sistem yang diinginkan dengan cepat, sebab tahapan


yang dilakukannya telah sangat jelas. Simbol Sequence
Diagram adalah sebagai berikut :
Tabel 6 Simbol Sequence Diagram

No Simbol Keterangan

Actor
1 Orang yang berinteraksi dengan sistem

Boundary
2 Menggambarkan hubungan kegiatan
yang akan dilakukan

Control
3 Menggambarkan penghubung antara
boundary dengan tabel

Entity
4 Menggambarkan hubungan kegiatan
yang akan dilakukan

Message
5 Mengindikasikan komunikasi antar objek

Life Line
Mengindikasikan keberadaan sebuah
6
objek dalam basis waktu

d) Class Diagram
Class diagram merupakan jenis diagram UML yang
digunakan untuk menampilkan dan memerakan paket yang
terdapat dalam sebuah sistem. Dalam sebuah class diagram
24

akan terlihat sangat jelas hubungan atau relasi paket satu


dengan yang lainnya. Hal tersebut sekaligus digunakan sebagai
acuan dalam pembangunan sistem. Simbol Class Diagram
adalah sebagai berikut :
Tabel 7 Simbol Class Diagram

No Simbol Keterangan

Class
Menggambarkan sebuah kelas pada
sistem yang terbagi menjadi 3 bagian.
1
Bagian atas adalah nama kelas. Bagian
tengah adalah atribut kelas. Bagian
bawah adalah metode dari kelas

Association
Hubungan statis antar kelas.
2 menggambarkan kelas yang memiliki
atribut berupa kelas lain atau kelas yang
harus mengetahui eksistensi kelas lain

Agregation
Hubungan yang menyatakan bahwa
3
suatu kelas menjadi atribut bagi kelas
lain

Composition
Bentuk khusus dari agregation dimana
4
kelas yang menjadi bagian diciptakan
setelah kelas whole dibuat

Generalization
5 Relasi antar kelas dengan makna
generalisasispesialisas
25

No Simbol Keterangan

Directed Assocoation
6 Asosiasi dengan makna kelas yang satu
digunakan oleh kelas yang lain

2) Lembar Kerja Tampilan (LKT)


Mockup adalah sebuah bentuk realistis dari sebuah karya
digital, bertujuan untuk pemanis atau menjadi contoh nyata
bagaimana sebuah karya digital bekerja, sebelum benar-benar
dicetak, biasanya untuk klien atau calon klien dan bertujuan untuk
presentasi sebuah karya. Perancang seharusnya membuat
dokumentasi akan bentuk-bentuk tampilan yang akan
diimplementasikan. Piranti bantu sederhana yang dapat digunakan
misalnya adalah Lembar Kerja Tampilan atau LKT (screen design
work sheet) (Munif 2018). Desain tampilan dari LKT yang
digunakan untuk merancangan antarmuka (interface) adalah
sebagai berikut :

Gambar 2 Form Lembar Kerja Tampilan


26

Pada LKT yang ditampilkan pada gambar 2 disajikan 4


(empat) bagian utama yaitu sebagai berikut :
a) Nomor Lembar Kerja
b) Bagian Tampilan
c) Bagian Navigasi
d) Bagian Keterangan
f. Metode Pengujian
1) White Box
White Box Testing adalah salah satu cara untuk menguji
suatu aplikasi atau software dengan cara melihat modul untuk
dapat meneliti dan menganalisa kode dari program yang di buat
ada yang salah atau tidak (Wahyudi dan DKK 2021). White Box
Testing adalah pengujian yang didasarkan pada kontrol detail
desain. Struktur kontrol desain program digunakan dengan cara
prosedural untuk membagi tes kedalam berbagai kasus uji. Sekilas
dapat disimpulkan bahwa tes kotak putih adalah panduan untuk
membuat program 100% benar. Kasus yang sering menggunakan
white box testing diuji dalam beberapa langkah, yaitu sebagai
berikut :
a) Uji semua keputusan dengan logika.
b) Tes semua loop yang tersedia dengan batasnya.
c) Tes untuk struktur data internal dan validitasnya.
Berikut adalah beberapa persyaratan untuk pengujian White
Box :
a) Tentukan semua jalur logis.
b) Buat case untuk digunakan dalam tes.
c) Evaluasi semua hasil tes.
d) Lakukan tes secara menyeluruh.
27

Pengujian dengan menggunakan metode White Box


diasumsikan dalam beberapa komponen berikut :
a) Notasi Grafik Alir
Untuk menggambarkan penggunaan grafik alir pada
beberapa simbol atau istilah yang ada dalam notasi grafik alir,
yaitu sebagai berikut :
(1) Node, setiap lingkaran disebut node merupakan satu atau
lebih pernyataan-pernyataan prosedural.
(2) Edge atau link, setiap panah pada grafik alir disebut edge
merupakan aliran kendali dan analog dengan panah
diagram alir. Sebuah edge harus berhenti disebuah node,
bahkan jika node tidak mewakili pernyataan-pernyataan
prosedural.
(3) Region, area yang dibatasi oleh edge dan node. Ketika
memasukkan pula area diluar grafik sebagai region.
(4) Predicate node, yaitu setiap node yang berisi kondisi.
Predicate node ditandai oleh dua atau lebih edge yang
berasal dari node tersebut.

Gambar 3 Grafik Alir


Gambar 3 menunjukkan bagian-bagian grafik alir yang
digunakan dalam pengujian White Box.
28

Gambar 4 Diagram Alir


Gambar 4 menunjukkan diagram alir sesuai yang
ditunjukkan dengan grafik alir pada gambar 3.

Gambar 5 Flow Graph Notation


Gambar 5 merupakan contoh notasi flow graph yang
sering digunakan dalam penentuan alur node dan edge.
b) Jalur Program Independen
Jalur independent adalah setiap jalur yang melalui
program yang memperkenalkan seidaknya satu kumpulan
pernyataan-pernyataan pemrosesan atau kondisi baru.
Kompleksitas siklomatik adalah metric perangkat lunak yang
menyediakan ukuran kuantitatif dari kompleksitas logis suatu
program.
29

Kompleksitas dihitung dalam salah satu dari 3 (tiga)


cara sebagai berikut :
(1) Jumlah daerah-daerah grafik alir yang berhubungan dengan
kompleksitas siklomatik.
(2) Kompleksitas siklomatik V(G) untuk grafik alir G
didefinisikan sebagai berikut :
𝑽(𝑮) = 𝑬 − 𝑵 + 𝟐
Keterangan :
E = jumlah edge pada flowgraph
N = jumlah node pada flowgraph
(3) Kompleksitas siklomatik V(G) untuk grafik aliran G juga di
definisikan sebagai
𝑽(𝑮) = 𝑷 + 𝟏
Keterangan :
P = jumlah predicate node pada flowgraph
c) Test Case
Metode uji coba berbasis alur dapat diaplikasikan pada
detail desain prosedural atau kode sumber. Uji coba berbasis
alur direpresentasikan menjadi beberapa tahapan sebagai
berikut :
(1) Menggunakan desain atau kode program sebagai dasar, dan
kemudian diterjemahkan kedalam notasi flowgraph.
(2) Menentukan cyclomatic complexity dari sebuah flowgraph
yang dihasilkan.
(3) Menentukan jalur independen pada flowgraph dari hasil
perhitungan cyclomatic complexity.
(4) Membuat test case yang akan mengerjakan masing-masing
path pada basis set. Data yang dipilih harus tepat sehingga
setiap kondisi dari predicate note dikerjakan semua.
30

Menentukan resiko kerumitan yang memungkinkan


terjadinya kesalahan (error) dengan menggunakan tabel
Cyclomatic Risk Evaluation sebagai berikut :
Tabel 8 Cyclomatic Risk Evaluation

CC Type of Procedure Risk Rating

1-4 A Simple Procedure Low 80-100

A well structured and stable


5-10 Low 70-79
procedure

11-20 A more complex procedure Moderate 50-69

21-50 A complex procedure, alarming High 30-49

An error-prone, extremely
> 50 troublesome, untestable Very High 0-29
procedure

2) Black Box
Black Box adalah pengujian yang dilakukan hanya
mengamati hasil eksekusi melalui data uji dan memeriksa
fungsional dari perangkat lunak. Jadi dianalogikan seperti kita
melihat suatu kotak hitam, kita hanya bisa melihat penampilkan
luarnya saja tanpa tahu ada apa dibalik bungkus hitamnya. Sama
seperti pengujian Black Box, mengevaluasi hanya dari tampilan
luarnya (interface) dan fungsionalitasnya, tanpa mengetahui apa
sesungguhnya yang terjadi dalam proses detailnya (hanya
mengetahui input dan output) (Habibi dan Raymana 2019).
Black Box adalah metode pengujian perangkat lunak yang
tes fungsionalitas dari aplikasi yang bertentangan dengan struktur
internal atau kerja. Pengetahuan khusus dari kode aplikasi atau
struktur internal dan pengetahuan pemrograman pada umumnya
tidak diperlukan. Uji kasus dibangun disekitar spesifikasi dan
31

persyaratan, yakni aplikasi apa yang seharusnya dilakukan.


Menggunakan deskripsi eksternal perangkat lunak, termasuk
spesifikasi, persyaratan, dan desain untuk menurunkan uji kasus.
Tes ini dapat menjadi fungsional atau non-fungsional, meskipun
biasanya fungsional. Perancang uji memilih input yang valid dan
tidak valid dan menentukan output yang benar. Tidak ada
pengetahuian tentang struktur internal benda uji itu.
Metode uji ini dapat diterapkan pada semua tingkat
pengujian perangkat lunak, seperti unit, integrasi, fungsional,
sistem, dan penerimaan. Biasanya terdiri dari kebanyakan jika
tidak semua pengujian pada tingkat yang lebih tinggi, tetapi juga
bisa mendominasi unit testing juga. Metode pengujian ini
memfokuskan pada keperluan fungsional dari software. Karena itu,
pengujian ini memungkinkan pengembang software untuk
membuat himpunan kondisi input yang akan melatih seluruh
syarat-syarat fungsional suatu program. Pengujian Black Box
bukan merupakan alternatif dari pengujian White Box, tetapi
merupakan pendekatan yang melengkapi untuk menemukan
kesalahan lainnya, selain menggunakan metode White Box.
Pengujian Black Box berusaha untuk menemukan kesalahan dalam
beberapa kategori, diantaranya adalah sebagai berikut :
a) Fungsi-fungsi yang salah atau hilang
b) Kesalahan interface
c) Kesalahan dalam struktur data atau akses database eksternal
d) Kesalahan performa
e) Kesalahan inisialisasi dan terminasi
Tidak seperti metode White Box yang dilaksanakan diawal
proses, pengujian Black Box diaplikasikan dibeberapa tahapan
berikutnya, karena pengujian Black Box dengan mengabaikan
struktur kontrol, sehingga perhatiannya difokuskan pada informasi
32

domain. Pengujian ini didesain untuk dapat menjawab pertanyaan-


pertanyaan berikut :
a) Bagaimana validitas fungsionalnya diuji?
b) Jenis input seperti apa yang akan menghasilkan kasus uji yang
baik?
c) Apakah sistem secara khusus sensitif terhadap nilai input
tertentu?
d) Bagaimana batasan-batasan kelas data diisolasi?
e) Berapa rasio data dan jumlah data yang dapat ditoleransi oleh
sistem?
f) Apa akibat yang akan timbul dari kombinasi spesifik data pada
operasi sistem?
Dengan mengaplikasikan pengujian Black Box, diharapkan
dapat menghasilkan sekumpulan kasus uji yang memenuhi kriteria
berikut :
a) Kasus uji yang berkurang, jika jumlah lebih dari 1, maka
jumlah dari uji kasus tambahan harus didesain untuk mencapai
uji coba yang cukup beralasan.
b) Kasus uji yang memberitahukan sesuatu tentang keberadaan
atau tidaknya suatu jenis kesalahan, daripada kesalahan yang
terhubung hanya dengan suatu uji coba yang spesifik
Equivalence Partioning, yang merupakan metode uji coba
Black Box yang membagi domain input dari program menjadi
beberapa kelas data dari kasus uji coba yang dihasilkan. Kasus
uji penanganan single yang ideal menemukan sejumlah
kesalahan.
Equivalence Partioning berusaha untuk mendefinisikan
kasus uji yang menemukan sejumlah jenis kesalahan, dan
mengurangi jumlah kasus uji yang harus dibuat. Kasus uji yang
didesain untuk Equivalence Partioning berdasarkan pada evaluasi
dari ekuivalensi jenis atau class untuk kondisi input. Class-class
33

yang ekuivalen merepresentasikan sekumpulan keadaan valid dan


invalid untuk kondisi input. Biasanya kondisi input dapat berupa
sepesifikasi nilai numeric, kisaran nilai, kumpulan nilai yang
berhubungan atau kondisi boolean. Equivalence Partioning dalam
class dapat didefinisikan dengan panduan sebagai berikut :
a) Jika kondisi input menspesifikasikan kisaran atau range, maka
didefinisikan 1 yang valid dan 2 yang invalid untuk
equivalence class.
b) Jika kondisi input memerlukan nilai yang spesifik, maka
didefinisikan 1 yang valid dan 2 yang invalid untuk
equivalence class.
c) Jika kondisi input menspesifikasikan anggota dari himpunan,
maka didefinisikan 1 yang valid dan 2 yang invalid untuk
equivalence class.
d) Jika kondisi input adalah boolean¸ maka didefinifikan 1 yang
valid dan 1 yang invalid untuk equivalence class.
3) User Acceptance Test (UAT)
User Acceptance Test (UAT) atau pengujian penerimaan
pengguna adalah fase terakhir dari proses pengujian perangkat
lunak. Selama UAT, perangkat lunak diuji untuk memastikan
apakah fungsi dan tugasnya sudah sesuai dengan requirement atau
kebutuhan pengguna. UAT adalah salah satu prosedur proyek
perangkat lunak final dan paling penting yang harus dilaksanakan
sebelum perangkat lunak yang telah dikembangkan diluncurkan
(Thabroni 2022).
Pada pengembangan software dan hardware komersial,
UAT biasanya disebut juga alpha tests yang dilakukan oleh
pengguna in-house, dan beta tests yang dilakukan oleh pengguna
yang sedang menggunakan atau akan menggunakan sistem
tersebut. Pada intinya proses alpha dan beta test ini juga
merupakan UAT, hanya saja dilakukan untuk aplikasi komersial
34

yang akan digunakan oleh banyak pengguna dan dipublish di


marketplace terbuka seperti Google Play Store (bukan hanya suatu
perusahaan dan karyawannya saja). Dapat disimpulkan bahwa
UAT adalah pengujian yang dilakukan oleh pengguna langsung
aplikasi yang akan menggunakan perangkat lunak yang sedang
dikembangkan untuk memastikan perangkat lunak sudah sesuai
dengan kebutuhan dari pengguna. User Acceptance Test (UAT)
memiliki beberapa jenis aspek jenis sebagai berikut :
a) Alpha Testing
Pengujian alpha adalah pengujian akhir sebelum
perangkat lunak diluncurkan untuk pengguna secara umum.
Alpha testing dilakukan in-house atau internal serta melibatkan
pengembang, analis bisnis dan tim penguji yang merupakan
user. Misalnya PIC atau staf IT dari perusahaan terlebih
dahulu, tanpa para pengguna akhir dari perusahaan tersebut
(bidang akuntansi, HRD, dan sebagainya). Alpha test memiliki
dua fase, yakni sebagai berikut :
(1) Pada tahap pertama dari pengujian alpha, perangkat lunak
diuji oleh pengembang di lingkungan internal developer.
Mereka menggunakan perangkat lunak debugger, atau
debugger hardware-assisted. Tujuannya adalah untuk
menangkap bug dengan cepat.
(2) Pada tahap kedua pengujian alpha, perangkat lunak ini
diserahkan kepada staf QA (Quality Assurance) perangkat
lunak, untuk pengujian tambahan dalam lingkungan yang
mirip dengan penggunaan yang dimaksudkan. Hal ini untuk
men-simulasikan suasana atau lingkungan pengujian yang
sebenarnya sehingga ketika sistem tersebut dipasang, sudah
tidak terjadi kegagalan maupun cacat sistem secara real.
35

Intinya, pengujian alpha sering digunakan untuk


perangkat lunak sebagai bentuk pengujian penerimaan internal
sebelum perangkat lunak pergi ke pengujian beta. Pengujian
alpha berlangsung di lingkungan pengembang oleh tim
internal, sebelum rilis kepada pelanggan eksternal.
b) Beta Test
Pengujian beta juga dikenal sebagai pengujian
pengguna berlangsung di lokasi pengguna akhir (end user)
untuk memvalidasi kegunaan, fungsi, kompatibilitas, dan uji
reliabilitas dari perangkat lunak yang dibuat. Hal ini juga
dikenal sebagai uji lapangan. Test ini dilakukan di lingkungan
end-user (server kantor pengguna, bukan server pengembang).
Tes beta merupakan tahap kedua dari pengujian perangkat
lunak di mana pengguna sebenarnya dari aplikasi mencoba
langsung aplikasi yang akan mereka gunakan.
Tujuan dari pengujian beta adalah untuk menempatkan
aplikasi di tangan pengguna yang sebenarnya yang berada di
luar tim teknik untuk menemukan setiap kekurangan atau
masalah dari perspektif pengguna akhir.
Tentunya proses dalam UAT adalah pemeriksaan dan
pengujian terhadap hasil perangkat lunak yang di buat. Hal-hal
yang diperiksa meliputi apakah item-item yang ada dalam
dokumen requirement sudah ada dalam perangkat lunak yang diuji
atau tidak. Selanjutnya item-item yang telah diketahui ada tersebut
kemudian diuji agar diketahui apakah dapat memenuhi kebutuhan
penggunanya. Berikut beberapa proses UAT yang dilakukan pada
tahap proses pengujiannya :
a) Menyusun Rencana UAT
Rencana uji UAT menguraikan strategi yang akan
digunakan untuk memverifikasi dan memastikan aplikasi
memenuhi persyaratan bisnisnya. Tahap ini juga melibatkan
36

penyusunan dokumen masuk dan keluar kriteria untuk UAT,


tes skenario, uji kasus pendekatan, jadwal pengujian, tanggal,
lingkungan, aktor, peran dan tanggung jawab akan dilakukan
pada UAT rencana uji.
b) Desain UAT
Kriteria penerimaan yang dikumpulkan dari pengguna
digunakan dalam langkah ini. Berdasarkan kriteria, tim QA
(Quality assurance) memberi pengguna daftar kasus uji UAT.
Proses ini juga meliputi dua tahap sebagai berikut :
(1) Identifikasi Skenario Pengujian dan Uji Kasus: Identifikasi
skenario pengujian sehubungan dengan proses yang dibuat
dan diuji dengan langkah yang jelas.
(2) Persiapan Data Uji: Sangat disarankan untuk menggunakan
data langsung untuk UAT. Data sebaiknya diacak dan
bukan data real untuk alasan privasi dan keamanan.
c) Eksekusi Uji UAT
Tahapan eksekusi uji UAT adalah tahap pelaksanaan
kasus uji dan pelaporan bug (jika ada). Selanjutnya uji UAT
juga dapat melakukan pengujian kembali jika bug setelah
diperbaiki. Kasus Uji UAT membantu tim untuk menguji
aplikasi secara efektif di lingkungan UAT. Setelah semua tes
dijalankan dan hasilnya ada di tangan, keputusan penerimaan
akan dibuat. Keputusan ini juga sering disebut sebagai
keputusan Go / No-Go. Jika pengguna merasa puas, maka hasil
uji UAT disebut dengan Go, jika tidak maka disebut sebagai
No-Go.
d) Konfirmasi Tujuan Bisnis Yang Dipenuhi
Analis Bisnis atau Penguji UAT harus mengonfirmasi
berbagai tujuan bisnis yang telah dipenuhi menggunakan
dokumen pengujian UAT. Pada tahap ini, konfirmasi harus
dilakukan untuk memastikan bahwa produk tersebut telah
37

dianggap layak untuk diluncurkan ke lingkungan produksi.


Hasil keluaran untuk pengujian UAT adalah test plan, skenario
UAT, uji kasus, dan hasil uji. Kriteria yang harus
dipertimbangkan sebagai keluaran UAT sebelum perangkat
lunak pindah ke lingkungan produksi adalah sebagai berikut :
(1) Tidak ada cacat kritis yang terbuka
(2) Proses bisnis bekerja dengan memuaskan
e) Sign Off
Setelah berhasil menyelesaikan pengujian dan
penyelesaian masalah tim secara umum, maka uji UAT
dianggap berhasil menunjukkan penerimaan aplikasi. Jika
pengguna telah menerima perangkat lunak, artinya perangkat
lunak tersebut telah memenuhi persyaratan yang telah
ditentukan dan siap diluncurkan ke lingkungan produksi dan
sign off dapat dilakukan.
Terdapat beberapa tujuan dan manfaat dari User
Acceptance Test (UAT), yakni sebagai berikut :
a) Tujuan UAT
(1) Menguji apakah sistem sudah sesuai dengan apa yang ada
didalam spesifikasi fungsional sistem.
(2) Memberikan keyakinan bahwa sistem disampaikan
memenuhi persyaratan bisnis baik sponsor dan pengguna.
(3) Melengkapi sejumlah tambahan yang telah disetujui.
b) Manfaat UAT
(1) Meningkatkan kepercayaan klien tentang potensi perangkat
lunak untuk memenuhi persyaratan.
(2) Melalui identifikasi cacat, pengujian memastikan bahwa
perangkat lunak stabil dan dalam kondisi yang bisa
diterapkan.
(3) Kepuasan klien meningkat, karena mereka lebih yakin
bahwa sistem sudah memenuhi persyaratan.
38

(4) Mendapatkan sistem yang sesuai dengan spesifikasi


fungsional sistem.
2. Kajian Pustaka
a. Penelitian Ni Putu Lisna Padma Yanti pada tahun 2016 dengan judul
Analisis Peramalan Penjualan Produk Kecap Pada Perusahaan Kecap
Manalagi Denpasar Bali, menyatakan bahwa pada saat ini hampir
semua perusahaan yang bergerak di bidang industri dihadapkan pada
suatu tantangan, yaitu adanya tingkat persaingan yang semakin ketat.
Hal ini mengharuskan perusahaan untuk dapat merencanakan semua
parameter produksi dengan baik, termasuk kapasitas produksi agar
dapat memenuhi permintaan pasar dengan tepat waktu dan dengan
jumlah yang sesuai, sehingga diharapkan keuntungan perusahaan akan
meningkat.
Peramalan merupakan alat yang penting bagi perusahaan agar
lebih efektif dan efisien. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
menentukan metode peramalan terbaik untuk peramalan penjualan
kecap produk, dan untuk meramalkan penjualan kecap di masa yang
akan datang dengan menggunakan metode peramalan terbaik di
Perusahaan Kecap Manalagi di Denpasar.
Penelitian ini menggunakan empat metode peramalan, yaitu
rata-rata bergerak (moving average), pemulusan eksponensial, trend
linier, dan trend non-linier. Tingkat kesalahan dari masing-masing
metode dihitung dengan Mean Absolute Deviation (MAD), Mean
Squared Error (MSE), dan Mean Absolute Percentage Error (MAPE).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa peramalan terbaik.
Metode peramalan penjualan kecap pada Perusahaan Kecap Manalagi
di Denpasar sedang trend metode linier. Metode ini memiliki error
paling rendah dibandingkan dengan metode peramalan lainnya, dalam
peramalan penjualan kecap botol ukuran 625 ml diperoleh nilai MAD
sebesar 1,984,54, MSE sebesar 8.850.382,64, dan MAPE sebesar 2%,
sedangkan untuk peramalan penjualan kecap isi ulang ukuran 625 ml
39

diperoleh. Nilai MAD sebesar 2440,27, MSE sebesar 8972737,56 dan


MAPE sebesar 4% (Yanti 2016).
b. Penelitian yang dilakukan Siti Uswatun Khasanah pada tahun 2020
dengan judul Sistem Peramalan Penjualan Tas Pada Toko Firdaus Bag
Berbasis Web Menggunakan Metode Moving Average berisi tentang
Toko Firdaus Bag menjual 17 jenis tas sekolah seperti, tas ripper, tas
alto, tas karakter, dan lain-lain. Jumlah penjualan tas mencapai lebih
dari 100 pcs setiap bulannya dari keseluruhan jenis tas, namun dalam
pembuatan laporan penjualan dan laporan data persediaan pemilik toko
masih menggunakan sistem manual. Sehingga pemilik toko kesulitan
dalam menambah atau mengurangi data persediaan data tas. Tujuan
penelitian ini untuk merancang sistem peramalan penjualan tas pada
Toko Firdaus Bag berbasis web.
Data pada penelitian ini menggunakan 17 jenis tas dengan
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode moving
average atau rata rata bergerak. Moving average merupakan salah satu
metode peramalan yang menggunakan data time series. Periode yang
digunakan adalah periode 6. Kesalahan peramalan bisa dihitung
menggunakan rumus MAD dan MAPE.
Hasil dari penelitian ini adalah sistem peramalan penjualan tas
pada bulan berikutnya. Data penjualan tas yang digunakan adalah
bulan Januari sampai Desember tahun 2018 dengan moving average.
Hasil dari implementasi metode moving average adalah peramalan
bulan Januari 2019. Peramalan penjualan tas terbanyak pada bulan
januari 2019 adalah penjualan tas ripper besar dengan jumlah 127 pcs.
Tingkat keakuratan forecasting dihasilkan menggunakan MAD dan
MAPE. MAD untuk tas palo alto adalah 5,83 sedangkan MAPE untuk
tas palo alto adalah 58,02% (Khasanah, Indriyanti dan Andriani 2020).
c. Penelitian Sri Ipnuwati pada tahun 2020 dengan judul Perancangan
Sistem Peramalan Jumlah Produksi Keripik Menggunakan Metode
Moving Average menyatakan bahwa Toko Keripik Ahska Jaya adalah
40

salah satu usaha yang bergerak dalam bidang industri penjualan


produk makanan ringan peripik pisang. Industri ini berdiri pada tahun
2014 yang beralamat Jl. Pagar Alam, Segala Mider, Kec. Kedaton,
Kota Bandar Lampung. Permasalahan yang terjadi di Toko Keripik
Ashka Jaya sering terjadi kekurangan stok persediaan keripik pisang
karena pada industri tersebut tidak melakukan peramalan sebelum
melakukan produksi. Kondisi seperti ini dapat membuat industri
kehilangan pelanggan dan turunya laba. Oleh sebab itu dibutuhkan
suatu metode peramalan produksi keripik pada Toko Keripik Ashka
Jaya untuk mengetahui berapa besar kebutuhan produk yang
disediakan agar dapat memenuhi kebutuhan konsumen di tahun yang
akan datang dan tidak terjadi kekosongan persediaan.
Penelitian ini menggunakan metode Moving Average dalam
penentuan jumlah produksi keripik. Dengan hadirnya penelitian ini
diharapkan dapat memprediksi jumlah produksi keripik, dapat diakses
dengan mudah, menyimpan dokumentasi data jumlah produksi sebagai
acuan peramalan jumlah produksi pada periode berikutnya dan untuk
menghasilkan prediksi jumlah produksi yang akurat dengan
menggunakan metode Moving Average ke dalam sistem yang akan
dibangun.
Sistem informasi prediksi peramalan jumlah produksi keripik
dibangun menggunakan bahasa pemrograman Java dan MySQL Yog
Enterprise. Sistem informasi dapat berjalan sesuai dengan tujuan awal
sehingga sistem ini dapat membantu perusahaan dan penggunanya
dalam memperoleh informasi untuk memproduksi keripik sekaligus
menggantikan sistem manual (Ipnuwati 2021).
41

F. METODOLOGI PENELITIAN
1. Metode Pengumpulan Data
Pada proses pembangunan Sistem Pendukung Keputusan
Peramalan Jumlah Penjualan Menggunakan Metode Moving Average pada
Zell Store, digunakan beberapa metode pengumpulan data sebagai berikut
:
a. Observasi
Observasi dilakukan dengan mengamati proses pencatatan
penjualan dan penentuan jumlah penjualan yang berjalan di Zell Store.
Tujuan dari observasi yang dilakukan adalah untuk mengetahui proses
pencatatan penjualan dan penentuan jumlah penjualan yang dilakukan,
serta menemukan permasalahan yang terjadi dalam prosesnya.
b. Wawancara
Wawancara dilakukan kepada Pemilik Zell Store. Tujuan dari
wawancara yang dilakukan adalah untuk menggali informasi lebih
lanjut dari penemuan masalah yang diamati, klarifikasi usulan solusi,
dan spesifikasi kebutuhan solusi yang diharapkan.
c. Studi Kepustakaan
Studi Kepustakaan dilakukan dengan mengumpulkan literatur
seperti buku, e-book, jurnal, maupun artikel website. Tujuan dari studi
kepustakaan yang dilakukan adalah untuk mendapatkan referensi
terkait dengan pembangunan dan pelaporan terkait sistem pendukung
keputusan dengan metode Moving Average.
2. Metode Pengembangan Sistem
Pada proses pembangunan Sistem Pendukung Keputusan
Peramalan Jumlah Penjualan Menggunakan Metode Moving Average pada
Zell Store, dilakukan tahapan metode pengembangan sistem Waterfall
melalui tahapan berikut :
a. Requirements Definition (Definisi Kebutuhan)
Melakukan analisa dari pengumpulan data untuk mendapatkan
spesifikasi kebutuhan dan konsep dasar sistem.
42

b. System and Software Design (Perancangan Sistem dan Perangkat


Lunak)
Membangun rancangan sistem yang terdiri dari rancangan
pengolahan data menggunakan Unified Modeling Language (UML)
dan rancangan tampilan sistem menggunakan Lembar Kerja Tampilan
(LKT).
c. Implementation and Unit Testing (Implementasi dan Pengujian Unit)
Membangun sistem sesuai dengan rancangan yang telah
dibangun dengan menggunakan pemrograman web melalui framework
CodeIgniter dan menggunakan database MySQL. Selain itu, juga
dilakukan pengujian dengan menggunakan metode pengujian
Graphical User Interface (GUI).
d. Integration and System Testing (Integrasi dan Pengujian Sistem)
Melakukan proses penyatuan setiap tampilan sistem menjadi
satu kesatuan sistem yang saling terhubung. Selain itu, juga dilakukan
pengujian akhir menggunakan metode User Acceptance Test (UAT).
e. Operation and Maintenance (Operasi dan Pemeliharaan)
Menyerahkan sistem kepada pengguna yaitu Pemilik Zell Store
untuk digunakan sebagaimana fungsinya.
3. Metode Pengujian
a. White Box
Melakukan pengujian terhadap proses analisa metode Moving
Average yang diterapkan didalam sistem.
b. Black Box
Melakukan pengujian terhadap fungsionalitas komponen dan
tampilan sistem yang telah dibangun.
c. User Acceptance Test (UAT)
Melakukan pengujian kepada pengguna berupa review
spesifikasi kebutuhan pengguna terhadap sistem.
43

G. JADWAL KEGIATAN
Estimasi Waktu

No Kegiatan Agt 2022 Sep 2022 Okt 2022 Nov 2022 Des 2022

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1 Analisa

2 Perancangan
3 Implementasi

4 Integrasi

5 Operasi
44

DAFTAR PUSTAKA

Butar-Butar, Arwin Juli Rakhmadi. 2021. Esai-Esai Waktu Subuh. Medan: UMSU
Press.

Henderi, Untung Rahardja, dan Efana Rahwanto. 2021. UML Powered Design
System Using Visual Paradigm. Malang: CV. Literasi Nusantara Abadi.

Ipnuwati, Sri. 2021. “Perancangan Sistem Peramalan Jumlah Produksi Keripik


Menggunakan Metode Moving Average Vol.2.” Jurnal Teknologi dan
Informatika (JEDA) No.1.

Khasanah, Siti Uswatun, Aries Dwi Indriyanti, dan Anita Andriani. 2020. “Sistem
Peramalan Penjualan Tas pada Toko Firdaus Bag Berbasis Web
Menggunakan Metode Moving Average Vol. 4 No. 2.” Jurnal Ilmiah
Inovasi Teknologi Informasi (INOVATE) 28-36.

Limbong, Tonni, dan DKK. 2020. Sistem Pendukung Keputusan : Metode &
Implementasi. Medan: Yayasan Kita Menulis.

Munif, Abdul. 2018. Rekayasa Perangkat Lunak Instrksi Dasar Pemrograman


Berorientasi Obyek. Gowa: LPPPTK KPTK.

Siallagan, Andrew Ryan Hasudungan. 2019. “STUDI KEPUSTAKAAN


MENGENAI BLENDED LEARNING SEBAGAI INOVASI MODEL
PEMBELAJARAN DI ERA 21.” Digital Library Universitas Negeri
Medan 202.

Soebardhy, dan DKK. 2020. Kapita Selekta Metodologi Penelitian . Pasuruan: CV


Penerbit Qiara Media.

Thabroni, Gamal. 2022. User Acceptance Test (UAT) – Definisi, Jenis, Tahapan,
dsb. 21 Februari. Diakses September 30, 2022. https://serupa.id/user-
acceptance-test-uat-definisi-jenis-tahapan-dsb/.

Wahyudi, Faraz, dan DKK. 2021. “IMPLEMENTASI METODE WEIGHTED


PRODUCT PADA SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENERIMA
BEASISWA BIDIKMISI UNIVERSITAS MATARAM.” Jurnal
Teknologi Informasi, Komputer, dan Aplikasinya 9.

Wardana, Miko Andi. 2022. Sales And Marketing In New Era. Bali: CV.
Intelektual Manifes Media.

Wardhani, Anindya Khrisna, LM Fajar Israwan, Alim Hardiansyah, Jan Setiawan,


Wahyuddin S, Laelatul Khikmah, Ahmad Ilham, dan Siti Nurmuslimah.
2022. Teknik Peramalan Pada Teknologi Informasi. Padang: PT. Global
Eksekutif Teknologi.
45

Yanti, Ni Putu Lisna Padma. 2016. “Analisis Peramalan Penjualan Produk Kecap
pada Perusahaan Kecap Manalagi Denpasar Bali Vol.4 No.1.” Jurnal
Rekayasa dan Manajemen Agroindustri 72-81.

Anda mungkin juga menyukai