Anda di halaman 1dari 22

LogoType

Pengelolaan Manajemen Resiko Pada


Perusahaan Elpiji
Pembahasan
Perusahaan Elpiji Merupakan Risiko
dari Operasional

Kemelut elpiji yang terjadi saat ini merupakan salah


satu contoh risiko operasional. Risiko operasional
adalah sebuah risiko yang mempengaruhi semua bisnis,
karena risiko operasional tidak dapat dipisahkan dari
aktivitas / proses operasional.
Apakah risiko
operasional itu?

Risiko operasional adalah risiko kerugian


yang disebabkan oleh kegagalan proses internal,
manusia dan sistem
Kegagalan Proses Internal

Tidak berfungsinya / tidak berjalannya


prosedur yang telah ditetapkan.

Misalnya kurangnya kontrol. Saat ini Pertamina hanya


bertanggung jawab mengawasi distribusi elpiji
sampai pada tingkat agen resmi.

Pertamina tidak memiliki perangkat ataupun


kemampuan untuk mengawasi penjualan elpiji di
tingkat pangkalan atau pengecer, karena berada di
luar sistem tata niaga
Kegagalan yang disebabkan oleh Manusia

Risiko yang
berhubungan
dengan
konsumen

Misalnya kurangnya kontrol. Saat ini Pertamina


hanya bertanggung jawab mengawasi distribusi elpiji
sampai pada tingkat agen resmi.

Pertamina tidak memiliki perangkat ataupun


kemampuan untuk mengawasi penjualan elpiji di
tingkat pangkalan atau pengecer, karena berada di
luar sistem tata niaga
Kegagalan yang disebabkan oleh
Sistem teknologi informasi,

Risiko yang berhubungan dengan


pemakaian teknologi dan sistim
untuk menunjang aktivitas sehari-
hari.
Sebanyak 70 perusahaan tabung
Kasus Yang elpiji 3 kilogram (kg) telah menghent
terjadi Dalam ikan produksinya sejak
Desember 2009 karena tidak ada
awal

Perusahaan Elpiji kejelasan order pengadaan tabung


oleh PT Pertamina
Peristiwa-peristiwa yang terjadi di luar kontrol langsung suatu
perusahaan, dalam hal ini PT Pertamina.
Beredarnya tabung gas elpiji ukuran 3 kg
langsung dari produsen tabung ke
masyarakat tanpa izin Pertamina.
Tabung yang beredar langsung ke
masyarakat itu bisa saja di bawah
standar keamanan dan keselamatan
Pertamina / berkualitas rendah yang dita
kutkan membahayakan keselamatan ma
syarakat. Demikian juga peredaran
selang, katup dan regulator tabung gas
di luar kontrol langsung Pertamina Keserakahan penyalur tabung gas. Demi
mendapatkan keuntungan, penyalur
tabung gas menempuh cara-cara berbaha
ya, yaitu isi tabung gas 3 kg dipindahkan /
disedot habis ke tabung gas 12 kg yang le
bih mahal harga jualnya. Cara ini dikenal
dengan gas suntik / oplosan yang sangat
berisiko menimbulkan kebocoran gas
Peristiwa-peristiwa risiko operasional :

1.Frekuensi rendah / dampak rendah


2.Frekuensi rendah / dampak tinggi
3.Frekuensi tinggi / dampak rendah
4.Frekuensi tinggi / dampak tinggi
Kerugian
Finansial
Sebagai
Dampak
Risiko
Operasional
PT Pertamina sampai dengan saat ini sudah mengeluarkan
dana sejumlah Rp 3 milyar untuk santunan bagi korban pem
akaian gas elpiji yang meninggal dunia, biaya pengobatan di
rumah sakit manapun melalui sistem asuransi dan ganti rugi
untuk rumah & perangkat yang rusak.
Mitigasi Risiko
Pemerintah dan Pertamina harus segera mengambil
langkah - langkah untuk menghindari jatuhnya korban
lebih banyak lagi. Mitigasi risiko adalah langkah-langkah
atau usaha-usaha yang diambil untuk mengontrol atau
mencegah terjadinya risiko yang akan menimbulkan 3

kerusakan / kerugian dan untuk mengurangi probabilitas Revisi desain sistim


atau dampak risiko, baik dampak keuangan maupun fisik, teknologi informasi
sampai pada tingkat yang dapat ditolerir. 2
sebelum diimpleme
Training orang-orang ntasikan
untuk menghadapi
1
hal-hal yang
Modifikasi berbahaya
prosedur
Langkah-langkah atau usaha-usaha operasional
untuk me-mitigasi resiko antara lain:
Tujuan Mitigasi Resiko

Tujuan mitigasi risiko adalah untuk membuat dan


mengimplementasikan strategi-strategi yang efektif untuk
mengurangi risiko terkait dengan kebijakan yang diambil
sampai ke tingkat yang paling rendah yang dimungkinkan.
Kebijakan Pemerintah

Pemerintah telah menggulirkan kebijakan konversi dari minyak tanah ke elpiji. Untuk menghindari hal hal yang tidak
diinginkan, kebijakan ini perlu disertai pula dengan langkah langkah yang mendukung dari sisi keselamatan. Hal ini
dikarenakan pada dasarnya gas elpiji termasuk ke dalam bahan berbahaya karena mudah meledak. Lagkah langkah tersebut
dapat dibagi menjadi 3 kelompok.
Langkah Kebijakan Pemerintah Pertama

Pertama, langkah langkah mencegah terjadinya kebocoran gas. La


ngkah ini berupa upaya memastikan kelayakan dari sisi peralatan d
an dari sisi pengetahuan dan ketrampilan pengguna. Dari
sisi peralatan, pemerintah perlu memastikan bahwa tabung gas
dan aksesorinya benar benar dalam kondisi layak digunakan.
Stasiun pengisian bahan bakar elpiji (SPBE) memiliki tugas
yang berat pada sisi ini. SPBE memiliki tugas untuk memastikan
bahwa tabung gas termasuk seal karet dalam kondisi layak
untuk digunakan pada saat dilepas ke masyarakat.

Faktor selanjutnya adalah faktor pengguna. Pengguna membeli


tabung dan selanjutnya memasang sendiri regulator ke dalam tabu
ng gas. Oleh sebab itu, pengguna harus memiliki ketrampilan yang
memadahi agar dapat memasang regulator dengan benar. Karena
pemasangan regulator diserahkan kepada masyarakat, maka pem
erintah perlu memastikan bahwa masyarakat memiliki ketrampilan
yang memadahi untuk memasang dan tidak terjadi kebocoran. Ini
berbeda dengan penggunaan elpiji di beberapa kawasan diJepang
Di negeri sakura tersebut, regulator dipasang pada tabung oleh pet
ugas dari agen elpiji. Tabung biasanya diletakkan di luar rumah, bu
kan di dalam ruangan. Pengguna tinggal menyalakan kompor saja,
tidak terlibat pada pemasangan regulator
Langkah Kebijakan Pemerintah Kedua
Kedua, langkah langkah mencegah ledakan jika terjadi kebocoran. Langkah-langkah
ini bertujuan untuk memastikan bahwa pengguna mengetahui jika terjadi kebocoran.
Di dalam gas telah dicampurkan gas ethyl-mercaptan agar tercium bau jika terjadi
kebocoran. Pemerintah perlu memastikan bahwa konsentrasi gas cukup tinggi untuk
ukuran kepekaan hidung masyarakat indonesia. Oleh sebab itu, kalau diperlukan,
dilakukan pengujian tingkat konsentrasi gas yang cukup untuk dirasakan oleh
masyarakat indonesia.

Kondisi lingkungan penggunaan gas serta usia para pengguna perlu dipertimbangkan
dalam pengujian ini. Kondisi lingkungan dengan bau yang tajam dapat menurunkan se
nsitivitas penciuman terhadap bau gas. Demikian juga jika pengguna telah berusia
lanjut. Seperti kejadian di Surabaya beberapa saat yang lalu. Pengguna telah menget
ahui terjadinya kebocoran sehingga tabung gas dibawa keluar. Namun, beberapa saat
kemudian, pengguna menyalakan korek di dalam ruangan tersebut karena dikira gas
sudah tidak ada dan tidak berbahaya lagi dan terjadilah ledakan.

Untuk membantu penciuman terhadap bau gas, perlu dikaji pula pemberian
kemudahan dalam pembelian detektor gas. Detektor gas ini akan membantu
pengguna untuk mengetahui terjadinya kebocoran. Jika alarm detektor berbunyi,
pengguna dapat segera mematikan jalur gas dan mengeluarkan gas yang ada di
dalam ruangan agar konsentrasi menurun serta langkah langkah lain yang diperlukan
.
Ketiga, langkah-langkah penanganan korban jika terjadi ledakan atau kebakaran. Kerugian dapat berupa korban
manusia yaitu meninggal atau luka serta korban material yang rusak akibat ledakan atau kebakaran. Pengguna
elpiji telah berjasa dalam menghemat anggaran negara. Penghematan anggara dari konversi minyak tanah ke
elpiji mencapai lebih dari 10 trilyun rupiah setiap tahun.
Oleh sebab itu, sudah sewajarnya jika pemerintah mengalokasikan dana untuk menangani risiko yang muncul dari
kebijakan yang telah melonggarkan anggaran negara tersebut. Dari besaran anggaran yang berhasil dihemat ters
ebut, sudah selayaknya jika misalnya sekitar 1% dialokasikan untuk menangani risiko yang ditimbulkan dari kebija
kan tersebut.
Kesimpulan
Dari keterangan kasus ledakan gas elpiji, dapat disim
pulkan bahwa ledakan terjadi akibat kebocoran gas
elpiji yang selanjutnya meledak karena adanya percik
an api. Jadi, sebenarnya lebih tepat disebut sebagai l
edakan gas elpiji yang bocor, bukan ledakan tabung.
Masalahnya terletak pada terjadinya kebocoran pada
saat penggunaan.Hal ini merupakan Perusahaan Elpi
ji (LPG) adalah contoh dari manajemen resiko operas
ional dan ada kaitannya juga dengan manajemen resi
ko reputasi,karena dengan banyaknya kasus ledakan
elpiji ini,70 perusahaan tabung Elpiji telah menghent
ikan produksinya sejak awal Desember 2009 karena
tidak ada kejelasan order pengadaan tabung oleh
PT Pertamina.Tetapi perusahaan ini telah bangkit
dan beroperasi kembali karena masyarakat tahu
bahwa minyak tanah sekarang sudah langka untuk di
gunakan dan hal ini akan mengeluarkan biaya yang
banyak.
Rekomendasi
sebaiknya ditempelkan di
Pemerintah dan Pertamina seharusnya tabung elpiji dan dibuatkan
meningkatkan pengawasan terhadap poster dan leaflet serta di
penerapan prosedur operasi elpiji yang sampaikan langsung
telah distandarisasi di instalasi dan stasiun kepada masyarakat dan
pengisian bahan bakar elpiji (SPBE), karena juga meningkatkan manaje
jika penanganan tidak sesuai dengan men risiko operasional
prosedur maka akan terjadi kerusakan dari pemakaian Elpiji ini,
pada tabung,meningkatkan sosialisasi sehingga tidak memakan
program konversi itu agar pemakai lebih korban lainnya di masa
mudah mengetahui penggunaan elpiji depan.
secara aman,nomor pelayanan konsumen
dan hand phone
Daftar
Pustaka
1.http://pertaminaelpiji.com
2.https://kasuselpiji.com

Anda mungkin juga menyukai