Presentasi Resiko Elpiji
Presentasi Resiko Elpiji
Risiko yang
berhubungan
dengan
konsumen
Pemerintah telah menggulirkan kebijakan konversi dari minyak tanah ke elpiji. Untuk menghindari hal hal yang tidak
diinginkan, kebijakan ini perlu disertai pula dengan langkah langkah yang mendukung dari sisi keselamatan. Hal ini
dikarenakan pada dasarnya gas elpiji termasuk ke dalam bahan berbahaya karena mudah meledak. Lagkah langkah tersebut
dapat dibagi menjadi 3 kelompok.
Langkah Kebijakan Pemerintah Pertama
Kondisi lingkungan penggunaan gas serta usia para pengguna perlu dipertimbangkan
dalam pengujian ini. Kondisi lingkungan dengan bau yang tajam dapat menurunkan se
nsitivitas penciuman terhadap bau gas. Demikian juga jika pengguna telah berusia
lanjut. Seperti kejadian di Surabaya beberapa saat yang lalu. Pengguna telah menget
ahui terjadinya kebocoran sehingga tabung gas dibawa keluar. Namun, beberapa saat
kemudian, pengguna menyalakan korek di dalam ruangan tersebut karena dikira gas
sudah tidak ada dan tidak berbahaya lagi dan terjadilah ledakan.
Untuk membantu penciuman terhadap bau gas, perlu dikaji pula pemberian
kemudahan dalam pembelian detektor gas. Detektor gas ini akan membantu
pengguna untuk mengetahui terjadinya kebocoran. Jika alarm detektor berbunyi,
pengguna dapat segera mematikan jalur gas dan mengeluarkan gas yang ada di
dalam ruangan agar konsentrasi menurun serta langkah langkah lain yang diperlukan
.
Ketiga, langkah-langkah penanganan korban jika terjadi ledakan atau kebakaran. Kerugian dapat berupa korban
manusia yaitu meninggal atau luka serta korban material yang rusak akibat ledakan atau kebakaran. Pengguna
elpiji telah berjasa dalam menghemat anggaran negara. Penghematan anggara dari konversi minyak tanah ke
elpiji mencapai lebih dari 10 trilyun rupiah setiap tahun.
Oleh sebab itu, sudah sewajarnya jika pemerintah mengalokasikan dana untuk menangani risiko yang muncul dari
kebijakan yang telah melonggarkan anggaran negara tersebut. Dari besaran anggaran yang berhasil dihemat ters
ebut, sudah selayaknya jika misalnya sekitar 1% dialokasikan untuk menangani risiko yang ditimbulkan dari kebija
kan tersebut.
Kesimpulan
Dari keterangan kasus ledakan gas elpiji, dapat disim
pulkan bahwa ledakan terjadi akibat kebocoran gas
elpiji yang selanjutnya meledak karena adanya percik
an api. Jadi, sebenarnya lebih tepat disebut sebagai l
edakan gas elpiji yang bocor, bukan ledakan tabung.
Masalahnya terletak pada terjadinya kebocoran pada
saat penggunaan.Hal ini merupakan Perusahaan Elpi
ji (LPG) adalah contoh dari manajemen resiko operas
ional dan ada kaitannya juga dengan manajemen resi
ko reputasi,karena dengan banyaknya kasus ledakan
elpiji ini,70 perusahaan tabung Elpiji telah menghent
ikan produksinya sejak awal Desember 2009 karena
tidak ada kejelasan order pengadaan tabung oleh
PT Pertamina.Tetapi perusahaan ini telah bangkit
dan beroperasi kembali karena masyarakat tahu
bahwa minyak tanah sekarang sudah langka untuk di
gunakan dan hal ini akan mengeluarkan biaya yang
banyak.
Rekomendasi
sebaiknya ditempelkan di
Pemerintah dan Pertamina seharusnya tabung elpiji dan dibuatkan
meningkatkan pengawasan terhadap poster dan leaflet serta di
penerapan prosedur operasi elpiji yang sampaikan langsung
telah distandarisasi di instalasi dan stasiun kepada masyarakat dan
pengisian bahan bakar elpiji (SPBE), karena juga meningkatkan manaje
jika penanganan tidak sesuai dengan men risiko operasional
prosedur maka akan terjadi kerusakan dari pemakaian Elpiji ini,
pada tabung,meningkatkan sosialisasi sehingga tidak memakan
program konversi itu agar pemakai lebih korban lainnya di masa
mudah mengetahui penggunaan elpiji depan.
secara aman,nomor pelayanan konsumen
dan hand phone
Daftar
Pustaka
1.http://pertaminaelpiji.com
2.https://kasuselpiji.com