Makalah Resiko Perusahaan Elpiji - Ilham Ramdani - 2030106218
Makalah Resiko Perusahaan Elpiji - Ilham Ramdani - 2030106218
Disusun Oleh :
Nama : Ilham Ramdani
Kelas : B (sore)
NIM : 203010612118
Segala puji dan syukur saya panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah tentang Manajemen Resiko
Perusahaan Elpiji ini.
Dalam penulisan makalah ini, saya menyadari masih banyak kekurangannya , oleh karena
itu saran dan kritik yang membangun sangat saya harapkan. Semoga makalah ini berguna bagi
saya pada khususnya dan bagi pembaca pada umumnya serta dapat bermanfaat bagi
pengembangan ilmu.
Ilham Ramdani
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Perusahaan Elpiji Merupakan Resiko dari Oprasional
Kemelut elpiji yang terjadi saat ini merupakan salah satu contoh risiko operasional. Risiko
operasional adalah sebuah risiko yang mempengaruhi semua bisnis, karena risiko operasional tidak
dapat dipisahkan dari aktivitas / proses operasional.
4
keselamatan masyarakat. Demikian juga peredaran selang, katup dan regulator tabung gas di luar
kontrol langsung Pertamina
2) Keserakahan penyalur tabung gas. Demi mendapatkan keuntungan, penyalur tabung gas
menempuh cara-cara berbahaya, yaitu isi tabung gas 3 kg dipindahkan / disedot habis ke tabung
gas 12 kg yang lebih mahal harga jualnya. Cara ini dikenal dengan gas suntik / oplosan yang sangat
berisiko menimbulkan kebocoran gas
a. Jika ditinjau dari frekuensi dan dampak, maka peristiwa-peristiwa risiko operasional dapat
dipisahkan menjadi 4 (empat) kategori, yaitu:
1) Frekuensi rendah / dampak rendah
2) Frekuensi rendah / dampak tinggi
3) Frekuensi tinggi / dampak rendah
4) Frekuensi tinggi / dampak tinggi
Dalam kasus di atas, maka frekuensi dan dampak dari meledaknya tabung gas elpiji sudah
termasuk dalam kategori tinggi.
5
2.6 Tujuan Mitigasi Risiko
Tujuan mitigasi risiko adalah untuk membuat dan mengimplementasikan strategi-strategi
yang efektif untuk mengurangi risiko terkait dengan kebijakan yang diambil sampai ke tingkat
yang paling rendah yang dimungkinkan.
6
cukup untuk dirasakan oleh masyarakat indonesia. Kondisi lingkungan penggunaan gas serta usia
para pengguna perlu dipertimbangkan dalam pengujian ini. Kondisi lingkungan dengan bau yang
tajam dapat menurunkan sensitivitas penciuman terhadap bau gas. Demikian juga jika pengguna
telah berusia lanjut. Seperti kejadian di Surabaya beberapa saat yang lalu. Pengguna telah
mengetahui terjadinya kebocoran sehingga tabung gas dibawa keluar. Namun, beberapa saat
kemudian, pengguna menyalakan korek di dalam ruangan tersebut karena dikira gas sudah tidak
ada dan tidak berbahaya lagi dan terjadilah ledakan. Untuk membantu penciuman terhadap bau
gas, perlu dikaji pula pemberian kemudahan dalam pembelian detektor gas. Detektor gas ini akan
membantu pengguna untuk mengetahui terjadinya kebocoran. Jika alarm detektor berbunyi,
pengguna dapat segera mematikan jalur gas dan mengeluarkan gas yang ada di dalam ruangan agar
konsentrasi menurun serta langkah langkah lain yang diperlukan.
Ketiga, langkah-langkah penanganan korban jika terjadi ledakan atau kebakaran. Kerugian
dapat berupa korban manusia yaitu meninggal atau luka serta korban material yang rusak akibat
ledakan atau kebakaran. Pengguna elpiji telah berjasa dalam menghemat anggaran negara.
Penghematan anggara dari konversi minyak tanah ke elpiji mencapai lebih dari 10 trilyun rupiah
setiap tahun. Oleh sebab itu, sudah sewajarnya jika pemerintah mengalokasikan dana untuk
menangani risiko yang muncul dari kebijakan yang telah melonggarkan anggaran negara tersebut.
Dari besaran anggaran yang berhasil dihemat tersebut, sudah selayaknya jika misalnya sekitar 1%
dialokasikan untuk menangani risiko yang ditimbulkan dari kebijakan tersebut.
Setiap kebijakan sering melahirkan dampak dampak yang bisa jadi belum dapat diprediksi
sebelumnya. Munculnya dampak implementasi kebijakan yang belum diprediksi adalah hal yang
wajar. Namun menjadi tidak wajar jika dampak tersebut dibiarkan begitu saja dan tidak segera
dilakukan langkah langkah perbaikan. Lebih tidak wajar lagi jika pemerintah dan pihak pihak
terkait tidak mengambil pelajaran dari apa yang telah terjadi.
7
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari keterangan kasus ledakan gas elpiji, dapat disimpulkan bahwa ledakan terjadi akibat
kebocoran gas elpiji yang selanjutnya meledak karena adanya percikan api. Jadi, sebenarnya lebih
tepat disebut sebagai ledakan gas elpiji yang bocor, bukan ledakan tabung. Masalahnya terletak
pada terjadinya kebocoran pada saat penggunaan.Hal ini merupakan Perusahaan Elpiji (LPG)
adalah contoh dari manajemen resiko operasional dan ada kaitannya juga dengan manajemen
resiko reputasi,karena dengan banyaknya kasus ledakan elpiji ini,70 perusahaan tabung
Elpiji telah menghentikan produksinya sejak awal Desember 2009 karena tidak ada kejelasan
order pengadaan tabung 2010 oleh PT Pertamina.Tetapi perusahaan ini telah bangkit dan
beroperasi kembali karena masyarakat tahu bahwa minyak tanah sekarang sudah langka untuk
digunakan dan hal ini akan mengeluarkan biaya yang banyak.
B. Saran
Belajar dari kasus Elpiji ini, seiring dengan menggalakkan sosialisasi penggunaannya,
pemerintah dan Pertamina seharusnya meningkatkan pengawasan terhadap penerapan prosedur
operasi elpiji yang telah distandarisasi di instalasi dan stasiun pengisian bahan bakar elpiji (SPBE),
karena jika penanganan tidak sesuai dengan prosedur maka akan terjadi kerusakan pada
tabung,meningkatkan sosialisasi program konversi itu agar pemakai lebih mudah mengetahui
penggunaan elpiji secara aman,nomor pelayanan konsumen dan hand phone sebaiknya
ditempelkan di tabung elpiji dan dibuatkan poster dan leaflet serta disampaikan langsung kepada
masyarakat dan juga meningkatkan manajemen risiko operasional dari pemakaian Elpiji ini,
sehingga tidak memakan korban lainnya di masa depan.
8
DAFTAR PUSTAKA
https://www.gatra.com/detail/news/504132/hukum/kasus-tabung-lpg-3-kg-tak-sesuai-sni-
bergulir-di-pengadilan
https://www.scribd.com/doc/25423684/Sejarah-Perusahaan-Pertamina