Anda di halaman 1dari 3

Populasi ternak sapi perah yang mengalami peningkatan akan berpengaruh

pada meningkatnya produk sampingan yang dihasilkan oleh ternak berupa feses dan

urin. Feses merupakan produk sampingan terbanyak yang dihasilkan dari proses

metabolisme ternak yang megandung bahan organik dan mikroorganisme hidup.

Feses sapi perah dengan pengelolaan yang kurang baik akan menjadi penyebab

pencemaran lingkungan karena terjadinya penyebaran mikroorganisme patogen.

Feses sapi perah mengandung mikroorganisme patogen yang dapat

mengganggu kesehatan manusia, beberapa diantaranya berasal dari jenis kapang dan

khamir dengan contoh yang ditemukan adalah : Aspergillus sp, Penicillium sp.,

Pythiopsis, Saprolegnia parasitica, Isoachlya, Leptolegnia, Candida sp, dan

Rhodotorulla sp. (Suryawirya, 1993). Kapang dan khamir juga dapat dimanfaatkan

dalam pembuatan makanan hasil fermentasi dan berperan penting pada proses

pembuatan biogas. Biogas adalah gas yang dihasilkan dari proses perombakan bahan

organik oleh mikroorganisme, diantaranya kapang dan khamir. Pembentukan biogas

terjadi secara fermentatif dalam kondisi anaerob sehingga terbentuk gas metana di

dalam suatu wadah atau digester. Pada umumnya biogas terdiri atas gas metana (CH4)

50 samapi 70 %, gas karbon dioksida (CO2) 30 sampai 40%, hidrogen (H2) 5 sampai
10%, dan gas-gas lainnya dalam jumlah yang sedikit (Sri Wahyuni, 2009).

Batu bara sebagai energi fosil memiliki kadar gas biogenik yang terperangkap

didalamnya dan dapat dilepaskan melalui proses dekomposisi yang dilakukan oleh

kapang dan khamir. Sehingga dapat dioptimalkan peggunaannya dengan adanya

bakteri anaerob. Batu bara tersusun sebagai satuan sedimen yang terbentuk dari

dekomposisi tumpukan tumbuhan selama kurang lebih 300 juta tahun. Komposisi

penyusun batu bara terdiri dari hidrogen, oksigen, karbon, dan gas metana. Gas

metana yang terperangkap didalam batu bara disebut dengan gas metana batu bara
(GMB). GMB adalah gas alam dengan dominasi gas metana dan disertai sedikit

hidrokarbon lainnya dengan sifatnya yang adsorb, yang berarti gas akan keluar

dengan sendirinya melalui rekahan pada batu bara. Hidrokarbon lain dalam batu bara

diataranya propana dan butana.

Gas metana batu bara terbentuk secara anaerob ketika bahan organik

mengalami dekomposisi oleh miroorganisme. Organisme hidup dikelompokkan ke

dalam 3 domain besar, yaitu bacteria, eukaria dan archaea. Archaea merupakan satu-

satunya domain yang dapat menghasilkan metan. Metanogen memiliki sifat sangat

sensitif terhadap oksigen dan memproduksi metan sebagai hasil akhir dari produk

metabolismenya. Hanya saja, kemampuan metabolisme metanogen terbatas pada

material organik dengan rantai karbon sederhana. (Faison, 1991; Fakoussa dan

Hofrichter, 1999). Dengan adanya gas metana dalam batu bara, diindikasikan terdapat

domain archaea di dalam batu bara yang diangkat dari tambang.

Isolasi yang dilakukan terhadap mikroorganisme yang berasal dari feses sapi

perah dinamakan konsorsium mikroorganisme. Isolasi yang dilakukan menghasilkan

konsorsium mikroorganisme yang aktif bekerja dalam proses pembentukan biogas

yang secara alami juga terdapat dalam feses sapi perah. Konsorsium mikroba yang
terdiri dari bakteri, protozoa dan fungi yang potensial untuk mendegradasi batubara

dan mengandung mikroba-mikroba metanogen (Hungate 1990). Selain itu, mikroba

dalam rumen memiliki kemampuan mencerna lignin dari tanaman (De Odarza 2000).

Biogas terbentuk oleh aktivitas anaerobik atau fermentasi dari bahan-bahan

organik oleh mikroorganisme anaerob. Proses dekomposisi anaerobik pada

pembuatan biogas pada dasarnya terdiri dari tiga tahapan, yaitu hidrolisis,

asidogenesis, dan metanogenesis (Sufyandi, 2001). Terdapat dua golongan

mikroorganisme yang berperan dalam proses anaerobik pembuatan biogas yaitu


golongan mikroorganisme hidrolitik dan metanogenetik. Pada proses hidrolisis

senyawa kompleks berupa protein, karbohidrat dan lemak, yang diubah menjadi

senyawa sederhana berupa asam amino, glukosa, dan asam lemak oleh

mikroorganisme dengan bantuan eksoenzim karena senyawa-senyawa kompleks

terlalu besar untuk dapat diserap secara langsung (Yani dan Darwis, 1990).

Asidogenesis merupakan proses penguraian bahan kompleks organik menjadi

monomer organik terlarut yang kemudian diurai menjadi asam-asam organik volatile

seperti asam asetat (CH3COOH), hidrogen (H2), asam propionat, asam butirat, asam

laktat, asam valerat, metanol dan karbon dioksida (CO2) oleh bakteri anaerobik

(Deublein dan Steinhauser, 2008). Fase metanogenesis merupakan fase pembentukan

gas metana oleh bakteri metanogen. Gas metana yang dihasilkan 70% merupakan

hasil dari perombakan asam asetat dan 30% lainnya dihasilkan dari konversi

hydrogen (H) dan karbondioksida (CO2) (Teodorita Al Seadi, et al, 2008).

Pembentukan biogas yang terjadi dalam kondisi anaerob mengakibatkan

kapang dan khamir yang kebanyakan bekerja pada kondisi aerob tidak dapat bertahan

lama. Semakin berkurangnya kadar oksigen (O2) dalam digerster akan membuat

kapang dan khamir yang bekerja pada kondisi aeorb akan mengalami penurunan
populasi. Menurut Sridiyanti (2014) pembentukan biogas hanya berlangsung 60 hari

saja dengan terbentuknya biogas pada hari ke-5 atau ke-10 dengan suhu pencernaan

280C. Penurunan kapang juga dipengaruhi oleh pertumbuhan bakteri, seperti

diketahui bahwa peran bakteri sangat mendominasi pada pembentukan biogas

(Buckle, dkk, 1987). Menurut Fardiaz (1992) bahwa apabila kondisi pertumbuhan

memungkinkan semua mikroba untuk tumbuh, kapang biasanya kalah dalam

berkompetisi dengan bakteri.

Anda mungkin juga menyukai