Anda di halaman 1dari 15

DEKOMPOSISI DAN BIOKONVERSI LIMBAH ORGANIK

Oleh : Dr. Ir. Yuli Astuti Hidayati, M.P.

A. PENDAHULUAN
Limbah organik merupakan limbah yang berasal dari makhluk hidup, misalnya berasal dari
tanaman (rumput, daun-daunan) atau hewan (feses ternak, urin, darah, bulu, dll). Limbah organik
tersusun dari bahan organik berupa karbohidrat, protein, dan lemak. Limbah organik yang akan
dibahas di sini adalah limbah dari industri peternakan berupa feses, urine, dan sisa pakan, yang
dapat terurai melalui aktivitas mikroorganisme (biodegradable)

Dekomposisi limbah artinya senyawa organik kompleks yang terkandung dalam limbah akan
diubah menjadi senyawa sederhana.
Dekomposisi limbah artinya komposisi di dalam limbah tersebut akan diubah.
Bagaimana perubahan tersebut terjadi ?
Perubahan komposisi limbah tersebut bisa terjadi melalui beberapa proses yaitu proses fisik, kimia
dan biologi. Proses fisik, dengan cara pemanasan yaitu dengan memanaskan limbah maka
komposisinya akan berubah, lalu dengan cara mencacah limbah dapat memperkecil ukuran
partikel dan dapat memperluas permukaan dari limbah tersebut, kemudian dilanjutkan dengan
proses yang lain. Proses kimia, dengan menambahkan zat kimia tertentu misalnya asam atau basa
kuat (HCl, HNO3, NaOH) maka komposisi limbah akan berubah. Proses biologi, yaitu dengan cara
memanfaatkan enzim dari mikroorganisme dengan proses aerob maupun anaerob.
Bakteri akan memecah senyawa organik komplek seperti karbohidrat, protein dan lemak
menjadi senyawa yang lebih sederhana (asam organik, asam amino, asam lemak). Pada kondisi
aerob, bakteri melakukan respirasi untuk mereduksi senyawa organik menjadi CO2 dan air. Proses
ini akan berlangsung sangat cepat bila terdapat banyak molekul oksigen. Pada kondisi anaerob,
bakteri memecah senyawa organik menjadi asam-asam sederhana yang diikuti dengan fermentasi
asam-asam tersebut menjadi CH4, H2S, NH3 dan CO2.
Proses dekomposisi yang terkendali dinamakan biokonversi yang merupakan perubahan
bentuk dari bahan organik limbah (karbohidrat, protein, lemak) oleh mikroorganisme (bakteri,
jamur, ragi) yang dalam pertumbuhan dan aktivitasnya mikroorganisme tersebut memanfaatkan
enzim yang dihasilkan. Proses biokonversi menghasilkan produk seperti etanol, biogas, kompos,
vermikompos, pupuk organik cair dan probiotik.
Modul tentang dekomposisi dan biokonversi limbah organik ini akan mengantarkan mahasiswa
pada pengertian dekomposisi limbah, proses dekomposisi dan hasil dekomposisi serta pengertian
biokonversi, proses biokonversi dan hasil biokonversi. Pemahaman tentang dekomposisi dan
biokonversi limbah dapat dijadikan sebagai acuan untuk mendapatkan pemahaman yang memadai
hakekat perubahan komposisi bahan organik limbah dan menghasilkan produk seperti etanol,
biogas kompos, vermikompos, pupuk organik cair dan probiotik.
B. CPMK.
Setelah mengikuti mata kuliah :
1. Mahasiswa mampu menjelaskan kebijakan pemerintah terkait pengelolaan limbah dan produk
yangdihasilkan
2. Mahasiswa Mampu menghubungkan kegiatan industri peternakan dengan dampak terhadap lingkungan
3. Mahasiswa mampu menjelaskan dan mengaplikasikan prinsip-prinsip penanganan dan pengolahan
limbah industri peternakan
C. SUB CPMK
Mahasiswa Mampu menghubungkan kegiatan industri peternakan dengan dampak terhadap
lingkungan
D. KEGIATAN BELAJAR .
PENGERTIAN DEKOMPOSISI
Dekomposisi dapat didefinisikan oleh beberapa sumber sebagai berikut:
1. Menurut KBBI Dekomposisi adalah : proses perubahan menjadi bentuk yang lebih sederhana;
sinonim dekomposisi : penguraian, perombakan, dan degradasi.
2. Merupakan proses perubahan secara fisik, biologis maupun secara kimiawi yang sederhana
oleh mikroorganisme tanah, dan terkadang disebut mineralisasi
3. Mineralisasi : dekomposisi bahan organik merupakan proses perombakan bahan organik yang
dilakukan oleh sejumlah mikroorganisme dari senyawa kompleks menjadi senyawa yang lebih
sederhana yang terjadi di dalam tanah.
4. Misra, Roy, dan Hirauka (2003), menyatakan bahwa dekomposisi bahan organik adalah proses
perombakan bahan organik oleh mikroba dalam kondisi yang terkontrol.
Proses perombakan bahan organik juga menyebabkan penyusutan volume bahan organik.
Penyusutan volume terjadi akibat perubahan ukuran partikel bahan organik yang semakin kecil,
semakin besar penyusutan volume bahan organik maka akan menghasilkan bahan organik yang
lebih sedikit (Sitepu, 2013).
Proses penguraian bahan organik oleh mikroorganisme dapat dalam kondisi AEROB dan
ANAEROB, jika dalam kondisi aerob, maka hasil yang diperoleh adalah CO2 dan H2O,serta
garam nitrat, fosfat, sulfat, pada proses aerobik tidak menimbulkan bau.
Organik matter + O2 + Nutrients Biomass + CO2 + H2O
Jika dalam kondisi anaerob, bahan organik komplek diubah menjadi asam organik dan kemudian
dihasilkan CH4 , H2S, NH3 dan CO2 (Gambar 1).

Gambar 1. Proses Penguraian Manure dalam kondisi Anaerob.

Kandungan bahan organik limbah peternakan pada dasarnya tergantung pada jenis pakan,
pengelolaan feses dan umur feses. Setelah ekskresi, feses terurai secara alami; padatan tersuspensi
yang terkandung dalam feses dihidrolisis menjadi unsur-unsur terlarut dan biodegradasi oleh
mikroorganisme terjadi. Penguraian feses ini dipengaruhi oleh jumlah oksigen, pH dan suhu.

TAHAPAN DEKOMPOSISI BAHAN ORGANIK LIMBAH :


Tahap I
Ditandai dengan menghilangnya kandungan oksigen, kemudian urea, ammonia dan hasil
dekomposisi lainnya sebagian teroksidasi, akibatnya limbah tersebut menjadi ANAEROB.
Tahap II
Berlangsung dalam kondisi anaerob. Protein dipecah menjadi urea, ammonia, merkaptan,
hidrogen sulfida, asam alifatik dan aromatik, amina dan amida ; dan lemak dipecah menjadi
asam-asam lemak, air, CO2, hidrogen, NH4 dan senyawa lain, sedangkan karbohidrat akan
diubah menjadi alkohol, aldehid dan berbagai jenis asam ditambah dengan CO2, hidrogen, NH4
dan senyawa lain.
Tahap III
Oksidasi atau nitrifikasi dari hasil dekomposisi menjadi nitrit dan terakhir menjadi nitrat yang
bersifat stabil dan dapat digunakan oleh tumbuhan.
Degradasi asam amino, asam lemak dan alkohol secara biologis menghasilkan merkaptan, amino
dan amida, karbonil dan ester.
Bagan penguraian limbah organik asal feses ternak ditampilkan pada Gambar 2.

DEKOMPOSISI KARBOHIDRAT ( C, H, O)
Seluruh senyawa karbon, hidrogen dan oksigen dimana hidrogen dan oksigen terdapat
dalam rasio 2:1, Karbohidrat dapat dikelompokkan kedalam 3 kelompok besar tergantung pada
kompleksitas strukturnya, yaitu :
1. Gula sederhana,
2. Gula komplek atau disakarida,
3. Polisakarida
Diantara monosakarida, gula sangat menarik dalam pengolahan limbah. Gula
mengandung gugus karbonil dalam bentuk aldehida dan biasanya merupakan satu-satunya produk
ketika disakarida atau polisakarida dihidrolisis. Gula dioksidasi oleh bakteri aerob dan
difermentasi dalam kondisi anaerob akan membentuk asam organik.
Gugus polisakarida yang diminati dalam pengolahan limbah ternak adalah pati dan
selulosa. Starch (pati) memiliki rumus umum (C6H12O6)x dan terdapat dalam berbagai macam
produk yang ditanam untuk keperluan makanan, seperti jagung, gandum, kentang. selulosa
memiliki rumus umum yang sama dengan pati tetapi berbeda dalam strukturnya. Selulosa
membentuk struktur serat dalam jumlah banyak dan dengan demikian terkandung dalam sebagian
besar produk limbah ternak. Sebagai langkah pertama pati dan selulosa akan hidrolisis oleh
mikroorganesme menjadi glukosa. Molekul glukosa selanjutnya direduksi oleh aktivitas bakteri
menjadi alkohol, aldehida dan keton, asam organik, dan akhirnya menjadi karbon dioksida,
metana dan air.
Dekomposisi karbohidrat :
Karbohidrat gula sederhana asam organik CO2

Gambar 2. Alur Dekomposisi Pada Limbah Ternak

DEKOMPOSISI PROTEIN ( C,H,O,N,S,P)


Protein merupakam suatu struktur yang mengandung karbon, hidrogen, oksigen dan nitrogen
dan beberapa diantaranya mengandung fosfor dan sulfur. Seperti hal nya polisakarida, yang
tersusun dari unit glukosa, protein juga dibentuk dari asam amino. Asam amino, penyusun protein,
semuanya memiliki gugus amino (-NH2) yang terikat pada atom alfa-karbon serta radikal asam (-
COOH), dan dengan demikian dinamakan asam amino. Degradasi biologis materi protein terjadi
melalui hidrolisis, berlangsung secara bertahap sampai protein dipecah menjadi asam amino.
Protein merupakan penyebab utama terjadinya bau karena adanya proses pembusukan dan
penguraian
Dekomposisi protein :
Protein peptida asam amino senyawa amonium
Ammonia (NH3)
Amonium akan mengalami nitrifiksi menjadi nitrat
NH4+ + 2 O2 NO3- + 2 H+ + H2O
Sebagian dari amonium yang dihasilkan akan digunakan oleh bakteri untuk sintesis bahan selnya.
Sintesis amonium menjadi protoplasma sel bakteri dengan reaksi berikut :

NH4+ + 4 CO2 + HCO3 + H2O NO2 + C5H7O2 + 5 O2

Mikroba yang ada di dalam air limbah akan menggunakan oksigen untuk mengoksidasi bahan
organik menjadi energi, bahan buangan serta gas.
Bila tidak ada oksigen dan nitrat yang terlarut, sulfat akan berperan sebagai sumber oksigen bagi
reaksi oksidasi secara biologis yang terjadi dalam kondisi anaerob.
Pada kondisi aerob, ion sulfat direduksi menjadi ion sulfida yang kemudian bereaksi dengan ion
hidrogen membentuk senyawa sulfida.
Bahan organik + O2 CO2 + NH3 + energi + bahan buangan dan bakteri baru
Bila bahan organik yang belum diolah dan dibuang ke badan air, maka bakteri akan menggunakan
oksigen untuk proses pembusukannya.
Oksigen diambil dari yang terlarut di dalam air dan apabila suplai oksigen tidak seimbang dengan
kebutuhannya maka oksigen yang terlarut akan turun mencapai titik nol, dampaknya kehidupan
dalam air akan mati.
DEKOMPOSISI LEMAK ( C, H, O) :
Lemak, seperti hal nya karbohidrat, tersusun atas karbon, hidrogen, dan oksigen dan merupakan
ester dari trihidroksi alkohol, gliserol. Bakteri menggunakan lemak sebagai sumber zat makanan
dan menghidrolisisnya menjadi asam lemak dan alkohol. asam lemak bebas ini dan yang
dihasilkan dalam deaminisasi asam amino mengalami pemecahan lebih lanjut menurut teori
oksidasi beta knoops di mana asam asetat dipecah dari asam aslinya. Asam asetat dioksidasi
menjadi karbon dioksida dan metana.
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DEKOMPOSISI/BIOKONVERSI
Faktor-faktor yang memengaruhi proses dekomposisi/biokonversi, antara lain :
1. Aerasi : aerasi sangat diperlukan untuk mengurangi kadar air yang tinggi pada bahan
organik dalam proses dekomposisi sehingga kondisi anaerob dapat dihindari. Ketersediaan
oksigen yang ideal pada proses dekomposisi/biokonversi adalah 10-18%;
2. Kelembaban : kelembaban juga diperlukan untuk mendukung aktivitas metabolisme
mikrob. Kadar air yang ideal adalah 40-65%;
3. C/N rasio : nilai C/N juga memengaruhi proses dekomposisi/biokonversi yang
menunjukkan umur dan kematangan bahan baku. Nilai C/N bahan baku yang optimal
antara 25:1 dan 30:1;
4. pH : Selama proses dekomposisi/ biokonversi terjadi mineralisasi nitrogen organik menjadi
nitrogen amonia yang menyebabkan nilai pH meningkat, sedangkan penurunan pH
disebabkan oleh suhu dan produksi asam-asam organik yang meningkat. pH ideal dalam
proses dekomposisi adalah antara 6-8;
5. Tinggi timbunan bahan, metabolisme mikrobia dalam tumpukan juga menimbulkan energi
dalam bentuk panas (Misra et al., 2003)

MINERALISASI BAHAN ORGANIK.


Mineralisasi yaitu proses pelepasan unsur hara yang berasal dari proses biokimia yang
mengkonversi bahan organik menjadi anorganik.
Peran bahan organik terhadap ketersediaan hara dalam tanah tidak terlepas dengan proses
mineralisasi yang merupakan tahap akhir dari proses perombakan bahan organik. Dalam proses
mineralisasi akan dilepas mineral-mineral hara tanaman dengan lengkap (N, P, K, Ca, Mg,dan S,
serta hara mikro) dalam jumlah tidak tentu dan relatif kecil.

Mineralisasi Nitrogen
Bahan organik sumber nitrogen (protein) pertama-tama akan mengalami peruraian menjadi asam-
asam amino yang dikenal dengan proses aminisasi, yang selanjutnya oleh sejumlah besar mikrobia
heterotrofik mengurai menjadi amonium yang dikenal sebagai proses amonifikasi. Amonifikasi ini
dapat berlangsung hampir pada setiap keadaan, sehingga amonium dapat merupakan bentuk
nitrogen anorganik (mineral) yang utama dalam tanah (Nelson, W.L., Tisdale, S.L., Nelson, W.L.,
1975).
Tahap Mineralisasi senyawa Nitrogen organik :
1. Aminasi : Protein R –NH2+ CO2 + senyawa lain dan energi
2. Amonifikasi : R –NH2 + H2O NH3 + ROH + energi
Ammonia yang dihasilkan akan berubah menjadi :
a. NH3 diubah menjadi nitrit atau nitrat. Proses ini terkenal dengan proses nitrifikasi.
b. Bergabung dengan air menjadi ammonium, kemudian diserap oleh akar tanaman.
c. Digunakan oleh mikroba lagi sehingga ammonium tak tersedia oleh tanaman, proses ini
adalah immobilisasi.
3. Nitrifikasi : NH4 yang dibebaskan oleh mikroba diubah menjadi nitrat.
Oksidasi ammonium menjadi nitrit yang dilakukan oleh bakteri autrotof obligat
nitrosomonas. dan dalam waktu cepat nitrit yang terbentuk dari nitritasi diikuti dengan
tingkat berikutnya, yakni nitratasi yang dilakukan oleh bakteri nitrobakter.

Mineralisasi Karbon
Tanaman berklorofil mengambil unsur karbon berupa CO2 dari udara bebas (atmosfir). Klorofil
mampu menyerap energi cahaya (terutama sinar matahari) dan mengunahnya menjadi energi
kimia. Energi tersebut digunakan untuk mengubah CO2 menjadi senyawa organik termasuk
karbohidrat
6 CO2 + 6 H2 C6H12O6 + 6 H2O
Dengan adanya daur (siklus) yang menghasilkan CO2, maka kadar gas tersebut relatif stabil

Mineralisasi Fosfor
Fosfor bersama-sama dengan nitogen dan kalium, digolongkan sebagai unsur-unsur utama
walaupun diabsorpsi dalam jumlah yang lebih kecil dari kedua unsur tersebut. Tanaman biasanya
mengabsorpsi P dalam bentuk H2PO4- dan sebagian kecil dalam bentuk sekunder HPO42-.
Hasil akhir mineralisasi bahan organik menghasil C (CO2), N dan P dengan perbandingan C : N :
P adalah 100 : 10 : 1

Mineralisasi Kalium.
Kalium berasal dari pelapukan bahan organik yang mengandung mineral K. Beberapa
mikroorganisme yang mampu memanfaatkan komponen bahan organik diantaranya adalah
bakteri, fungi, dan aktinomicetes. Bakteri heterotrof meliputi sebagian besar organisme dalam
tanah. Pertumbuhannya tergantung dari bahan-bahan organik sebagai sumber energinya dan
terutama berhubungan dengan dekomposisi selulosa, hemiselulosa, zat tepung, protein dan bahan
nitrogen lainnya serta lemak sebagai bahan makanannya
PENGERTIAN BIOKONVERSI :
Biokonversi adalah konversi bahan organik, seperti limbah tumbuhan atau hewan, menjadi produk
atau sumber energi yang dapat digunakan oleh proses atau agen biologis, seperti mikroorganisme
atau enzim tertentu.
Hal utama yang harus diperhatikan dalam biokonversi :
1. Produk yang diharapkan
2. Metode yang digunakan
3. Materi yang akan dikonversi
Biokonversi dapat dilakukan secara fisik, termokimia dan biologis. Proses ini telah diterapkan
dalam produksi bahan makanan, bahan kimia organik dan energi. Metode biologis untuk
biokonversi telah diprioritaskan dengan menggunakan mikroorganisme sebagai agen yang lebih
murah namun efektif. Proses ini disebut juga dengan fermentasi.
Bakteri – bakteri yang biasa dimanfaatkan dalam biokonversi yaitu :
Bakteri asam laktat, Bakteri asam asetat, Bakteri fermentasi alkali dan selain itu ada kapang, ragi
dan bakteri-bakteri indigenous dalam limbah organic.
Konversi oleh bakteri Asam Asetat
Kelompok bakteri yang penting dalam fermentasi makanan adalah penghasil asam asetat dari
spesies Acetobacter aceti. Acetobacter aceti penting dalam produksi cuka (asam asetat) dari jus
buah dan alkohol. Reaksi yang sama juga terjadi pada anggur, oksidasi alkohol menjadi asam
asetat.
Proses vinegar pada dasarnya adalah proses dua tahap, di mana ragi mengubah gula menjadi
alkohol, diikuti oleh Acetobacter aceti, yang mengoksidasi alkohol menjadi asam asetat.
FERMENTASI ASAM ASETAT :
Acetobacter aceti mengubah alkohol menjadi asam asetat dengan adanya oksigen berlebih.
Oksidasi satu mol etanol menghasilkan masing-masing satu mol asam asetat dan air
C2H5OH CH3CHO +H2O  CH2CH(OH)2 CH3COOH + H2O
etanol acetaldehyde hydrated acetaldehyde acetic acid
Proses ini memerlukan aerasi. Etanol murni diperoleh dari bahan baku jus anggur, jus apel, barley
malt, dll.
Faktor-faktor yang mempengaruhi suplai oksigen dan gradien konsentrasi etanol dan asetat
Kekurangan Oksigen :
Kekurangan oksigen akan membunuh bakteri, oleh karena itu perlu dilakukan aerasi dengan
menggunakan pompa mekanik, untuk aerasi yang efisien juga harus mempertimbangkan tegangan
geser yang diberikan oleh cairan dan mikroorganisme. Efisiensi ini tergantung pada rasio antara
masukan energi yang diperlukan per satuan berat O2 yang ditransfer ke kultur.
Oksigen Berlebih :
Ketika terjadi oksidasi berlebih, asam asetat akan berubah menjadi CO 2 dan H2O, hal ini akan
menurunkan produksi asam asetat, konsentrasi asam asetat harus dipertahankan di atas 6% dari
total produksi untuk menghindari pengurangan total etanol
Produksi Asam Sitrat
Asam Sitrat digunakan dalam pembuatan minuman ringan sebagai zat aditif dalam industri
kembang gula. Kapang yang digunakan dalam pembentukan asam sitrat adalah Aspergillus niger
atau ragi Candida. Metode pembiakan yang digunakan adalah metode kultur permukaan untuk
pertumbuhan Aspergillus niger dan untuk pertumbuhan ragi Candida digunakan metode terendam.
Bahan dasar yang digunakan adalah molasses.
Faktor yang mempengaruhi metode permukaan :
- sensitif terhadap konsentrasi Mn2+. Produksi berkurang pada Mn2+ serendah 3 mg/L
- Suplai oksigen
- pH harus dipertahankan di bawah 2,0. Pada nilai yang lebih tinggi, A. niger mengakumulasi
asam glukonat daripada sitrat
Proses biokimia ada beberapa langkah :
a. Pemecahan heksosa menjadi piruvat dan asetil CoA
b. Pembentukan anaplerotik oksaloasetat dari piruvat dan CO2
c. Akumulasi sitrat dalam siklus asam trikarboksilat
Enzim yang utama adalah piruvat karboksilase, yang diproduksi secara konstitutif pada spesies
Aspergillus niger.
Keuntungan dari biokonversi etanol merupakan bahan bakar terbarukan
Bioenergi dapat mengubah energi matahari menjadi bahan bakar cair, mengurangi GRK,
memperbaiki lingkungan yang disebabkan terjadinya bencana, membangkitkan perekonomian,
memperluas pilihan sumber energi
Mengubah energi matahari menjadi bahan bakar cair
Beberapa contoh konvesrsi biomassa menjadi bahan bakar cair :
Proses Esterifikasi dari kacang kedelai, rapeseed, canola, alga menghasilkan Biodisel
Proses Fermentasi Gula, bahan yang digunakan tebu, jagung, bit gula, biji-bijian menghasilkan
Bioetanol
Proses Selulosik – Biokimia bahan yang digunakan energi tanaman, biomassa kayu, limbah
pertanian menghasilkan sellulosic etanol
Cellulosic thermochemical bahan yang digunakan campuran biomasa, limbah hijau (feses)
menghasilkan cellulosic Etanol, alkohol
Bioenergi dapat mengurangi GRK
Perbandingan carbon footprint antara bahan bakar fosil dan energi terbarukan :

Bioenergi dapat memperbaiki lingkungan yang disebabkan terjadinya bencana :


1. kerapatan hutan yang 4 hingga 10 kali lipat dari norma historis – menciptakan kondisi yang
memperburuk kekeringan yang menyebabkan kebakaran hutan dan infestasi serangga
2. limbah padat kota – semakin tidak terkendali sehingga membutuhkan tempat pembuangan
sampah yang lebih besar yang lebih jauh dari pusat kota kita. Limbah berlebih ini
berkontribusi terhadap pencemaran tanah, air, dan udara
3. Residu pertanian pedesaan dan tanaman yang rusak dapat memiliki nilai yang lebih tinggi
sebagai bahan amandemen tanah dan bahan baku biomassa
Teknologi biokonversi untuk produksi biofuel ada dua metode :
1. Fermentasi biomassa menjadi biogas
2. Fermentasi biomassa menjadi etanol
Produksi biogas (metana) dapat diperoleh dalam empat langkah:
1. Proses hidrolisis
2. Proses Asidogenik
3. Proses Acetogenik
4. Proses Metanogenik
Teknologi biokonversi untuk produksi etanol
Ini serupa dengan pembuatan alkohol, Di beberapa negara, alkohol telah digunakan sebagai bahan
bakar untuk mesin dalam campuran bensin dan alkohol (10-20%), Program PROALCOL terbesar
di Brazil, etanol dicampur dengan bensin dengan perbandingan 80:20. Tidak dapat menggunakan
etanol murni karena memiliki nilai kalor yang rendah, 40% lebih rendah dari bensin.
Dasar Biologi dan metode teknologi : secara biologis, alkohol terbentuk ketika ada aktifitas
mikroorganisme dalam bentuk ragi anearob pada larutan yang mengandung gula.
sugar + yeast etanol + carbon dioxide
C6H12O6 + yeast 2C2H5OH + 2CO2

Untuk komersialisasi produksi etanol, ada dua jenis substrat yang berbeda tersedia untuk
fermentasi. kedua substrat tersebut membutuhkan jenis pre-treatment yang berbeda.
Gula yang mengandung biomassa dan Pati yang mengandung biomassa, Secara teknologi, terdapat
perbedaan proses fermentasi yang mengandung bahan baku gula atau pati.
Pati (C6H10O5), pertama-tama diubah menjadi glukosa + H2O
Contoh gula yang mengandung pati adalah jagung, gandum, singkong dan kentang
Diagram Alir Proses Pembentukan Etanol Dari Gula Dan Pati :

Untuk tanaman yang mengandung gula, sari gulanya diekstraksi dan diolah menjadi gula. Untuk
tanaman yang mengandung pati, pati terlebih dahulu diekstraksi dan dicampur dengan air hangat.
Hal ini mengakibatkan pembentukan pasta seperti zat. Pasta tersebut kemudian diubah menjadi
glukosa dalam proses sakarinasi deksternisasi. Glukosa kemudian akan hancur dalam proses
disintegrasi. Glukosa dari kedua proses tersebut kemudian difermentasi dalam fermentor dan
akhirnya diperoleh etanol melalui proses destilasi.
Teknologi biokonversi untuk produksi Kompos :
Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi Kompos :
1. C/N rasio bahan 25 – 30
2. Kadar air bahan 50 – 60%
3. Jumlah mikroorganisme dalam bahan > 107 cfu/g
4. Aerasi (kondisi aerob)
5. Suhu
6. pH
7. ukuran partikel
8. Lama inkubasi
Teknologi biokonversi untuk produksi Vermicompost :
Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi Vermicompost :
1. C/N rasio bahan 25 – 30
2. Kadar air bahan 50 – 60%
3. Jumlah mikroorganisme dalam bahan > 107 cfu/g
4. Aerasi (kondisi aerob)
5. Suhu
6. pH
7. padat tebar cacing yang digunakan
8. Lama inkubasi
Teknologi biokonversi untuk produksi Probiotik :
Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi Probiotik, yang diawali dengan proses dekomposisi
awal :
1. C/N rasio bahan 25 – 30
2. Kadar air bahan 50 – 60%
3. Jumlah mikroorganisme dalam bahan > 107 cfu/g
4. Kondisi anaerob
5. Suhu
6. pH
7. Lama inkubasi
8. Proses ektraksi
9. Lama inkubasi hasil ekstraksi
10.
E. Latihan :
1. Limbah peternakan terdiri dari bahan organik dan bahan anorganik, jelaskan bagaimana
skema dekomposisi bahan organik secara aerob!
2. Jelaskan apa perbedaan dekomposisi dengan biokonversi !
3. Jelaskan apa yang dimaksud Mineralisasi Bahan Organik!
4. Salah satu produk biokonversi limbah organik limbah ternak adalah bioetanol, jelaskan
mikroorganisme yang berperan dalam produksi bioetanol!
5. Jelaskan factor-faktor yang harus diperhatikan dalam biokonversi!

Daftar Pustaka

Matthieu Girard, Joahnn H. Palacios, Martin Belzile, Stéphane Godbout and Frédéric Pelletier.
2013. Biodegradation in Animal Manure Management. Chapter 10. Engineering and
Technology. http://dx.doi.org/10.5772/56151

Robert D Nielson. 1992. Role of Soils in Waste Management. Chapter 5. Agricultural Waste
Management Field Handbook.

Anda mungkin juga menyukai