Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

MANEJEMEN PENDIDIKAN

ORGANISASI LEMBAGA PENDIDIKAN

DISUSUN OLEH : 1. ATA FARHA

2. MIRA ASMARA

FAKULTAS : FKIP

JURUSAN : PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

DOSEN PENGAMPU : TONI KUSMIRAN, S.pd.l.,M.pd

STIT AL- FALAH RIMBO BUJANG


TAHUN 2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita limpahkan atas kehadirat terhadap Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas berkat dan rahmatnya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah kami. Tentang
Manejemen Pendidikan yang berjudul “ORGANISASI LEMBAGA PENDIDIKAN” yang
dapat diselesaikan tepat waktu. Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk
memenuhi tugas mata pelajaran Ilmu pendidikan Islam.

Dengan menyelesaikan makalah ini kami mengharapkan banyak manfaat yang dapat
diambil dari penulisan makalah ini. Semoga dengan adanya makalah ini dapat menambah
informasi yang belum diketahui oleh pembaca mengenai pembahasan dan penjelasan
“ORGANISASI LEMBAGA PENDIDIKAN”.

Rimbo Bujang, 27 September 2022

Penulis
DAFTAR ISI

JUDUL
KATA PENGANTAR.......................................................................................................... i
DAFTAR ISI......................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................................ 2
1.3 Tujuan Penulisan.............................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN..................................................................................................... 3
2.1 Pengertian Dan Struktur Organisasi Lembaga Pendidikan............................... 3
2.2 Jalur, Jenjang, Jenis Lembaga Pendidikan........................................................ 5
2.3 Kriteria Keberhasilan Lembaga Pendidikan .................................................... 10

BAB III PENUTUP............................................................................................................. 11


3.1 Simpulan .......................................................................................................... 11
3.2 Saran................................................................................................................. 11

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................... 12
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Organisasi pada dasarnya digunakan sebagai tempat atau wadah dimana orang-orang
berkumpul, bekerjasama secara rasional dan sistematis, terencana, terorganisasi, terpimpin
dan terkendali, dalam memanfaatkan sumber daya organisasi yaitu seperti uang, material,
mesin, metode, lingkungan, sarana-parasarana, data, dan lain sebagainya yang dipergunakan
secara efisien dan efektif untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan (Ramadhan, 2011).1

Di dalam sebuah institusi atau sebuah lembaga pendidikan yang mempunyai hubungan
terkait antara satu dengan lainya sudah semestinya mempunyai sebuah stuktur organisasi.
Struktur organisasi merupakan kerangka dalam dimana organisasi itu beroperasi dan
merupakan cara suatu aktivitas organisasi dibagi, diorganisir, dan dikoordinasikan. Struktur
organisasi ini dapat digunakan sebagai pembentukan atau pembagian suatu pekerjaan dengan
maksud agar tujuan organisasi dapat terlaksana dengan baik. Dan dengan adanya struktur
organisasi ini diharapkan pula terjadinya pengontrolan terhadap aktivitas yang dilakukan
serta gambaran yang jelas mengenai aktivitas dari organisasi yang berada di dalamnya.

Lembaga Pendidikan (baik formal, non formal atau informal) adalah tempat transfer
ilmu pengetahuan dan budaya (peradaban). Melalui praktik pendidikan, peserta didik diajak
untuk memahami bagaimana sejarah atau pengalaman budaya dapat ditransformasi dalam
zaman kehidupan yang akan mereka alami serta mempersiapkan mereka dalam menghadapi
tantangan dan tuntutan yang ada di dalamnya. Dengan demikian, makna pengetahuan dan
kebudayaan sering kali dipaksakan untuk dikombinasikan karena adanya pengaruh zaman
terhadap pengetahuan jika ditransformasikan.

Oleh karena itu pendidikan nasional bertujuan mempersiapkan masyarakat baru yang
lebih ideal, yaitu masyarakat yang mengerti hak dan kewajiban dan berperan aktif dalam
proses pembangunan bangsa. Esensi dari tujuan pendidikan nasional adalah proses
menumbuhkan bentuk budaya keilmuan, sosial, ekonomi, dan politik yang lebih baik dalam
perspektif tertentu harus mengacu pada masa depan yang jelas (pembukaan UUD 1945 alenia
4). Melalui kegiatan pendidikan, gambaran tentang masyarakat yang ideal itu dituangkan
dalam alam pikiran peserta didik sehingga terjadi proses pembentukan dan perpindahan
budaya. Pemikiran ini mengandung makna bahwa lembaga pendidikan sebagai tempat
pembelajaran manusia memiliki fungsi sosial (agen perubahan di masyarakat).

1
Rifki Nurfikar Ramadhan,”Sejarah timbulnya organisasi” http://rifki26nr.blogspot.com/2011/09/organisasi-
sebagai-wadah-dan-proses.html (Diakses pada 27 september 2013).
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud organisasi?
2. Apa yang dimaksud lembaga pendidikan?
3. Apa saja struktur organisasi lembaga pendidikan?
4. Apa saja Jalur, Jenjang, dan Jenis lembaga pendidikan?
5. Bagaimana kriteria keberhasilan lembaga pendidikan?

1.3 Tujuan penulisan


Tujuan dari penulisan makalah ini antara lain:
1. Dapat mengetahui Pengertian organisasi.
2. Dapat mengetahui pengertian lembaga pendidikan.
3. Dapat mengetahui struktur organisasi lembaga pendidikan.
4. Dapat mengetahui Jalur, Jenjang, dan Jenis lembaga pendidikan.
5. Dapat mengetahui kriteria keberhasilan lembaga pendidikan.
BAB ll
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Dan Struktur Organisasi Lembaga Pendidikan

a. Pengertian Organisasi

Pengertian / definisi Organisasi. Organisasi adalah sekelompok orang (dua atau lebih)
yang secara formal dipersatukan dalam suatu kerjasama untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Seperti telah diuraikan sebelumnya tentang Manajemen, Pengorganisasian adalah
merupakan fungsi kedua dalam Manajemen dan pengorganisasian didefinisikan sebagai
proses kegiatan penyusunan struktur organisasi sesuai dengan tujuan-tujuan, sumber-sumber,
dan lingkungannya. Dengan demikian hasil pengorganisasian adalah struktur organisasi.2

Beberapa definisi organisasi dari para ahli :

1, Louis A. Allen (1960)

Pengorganisaasian adalah proses mengatur dan menghubungankan pekerjaan yang harus


dilakukan, sehingga tugas organisasi dapat diselesaikan secara efektif dan efisien oleh orang-
orang.

2, Edgar Schein (1973)

“An organization is the rational coordination of the activity of the number of people for the
achievement of some common explicit of labor and function, and through a hierarchy of
outhority and responsibility”. (Suatu organisasi adalah koordinasi rasional kegiatan sejumlah
orang untuk mencapai beberapa tujuan umum dari tenaga kerja dan fungsi, serta dengan
tingkatan hirarki dan tanggungjawab.)

3, Ananda W.P Guruge (1977)

“Organization is difened as arranging a complex of tasks into manageable units and defining
the formal relationship among the people who are assigned the various tasks”. (Organisasi
didefinisikan sebagai tatanan tugas yang kompleks yang dikelola oleh suatu unit dan
mendeskripsikan hubungan formal antara orang-orang yang ditugaskan berbagai macam
tugas).

2
Lina Susilawati, “Makalah organisasi lembaga pendidikan” http://linasusilawati1006.blogspot.com/2014/02/
organisasi-lembaga-pendidikan.html?m=1 (Diakses pada 03 februari 2014).
4, SB Hri Lubis (1987)

Terdapat kesamaan pengertian dari keseluruhan definisi organisasi yaitu pada dasarnya
organisasi sebagai suatu kesatuan sosial dari sekelompok manusia yang saling berinteraksi
menurut suatu pola tertentu sehingga setiap anggota organisasi memiliki fungsi dan tugasnya
masing-masing, yang sebagai suatu kesatuan mempunyai tujuan tertentu dan mempunyai
batas-batas yang jelas, sehingga dapat dipisahkan secara tegas dari lingkungannya.

5, Robbins (1996)

Organisasi dipandang pula sebagai satuan sosial yang dikoordinasi secara sadar, yang
tersusun atas dua orang atau lebih, yang berfungsi atas dasar yang relatif terus-menerus untuk
mencapai suatu tujuan atau seperangkat tujuan bersama.

6, Sutarto (1998)

Organisasi adalah sistem saling berpengaruh antar orang dalam kelompok yang bekerja sama
untuk mencapai tujuan tertentu.3

Dari berbagai definisi para ahli mengenai organisasi, Pada intinya dapat disimpulkan
bahwa organisasi adalah koordinasi /secara rasional kegiatan sejumlah orang untuk mencapai
tujuan bersama yang dirumuskan secara eksplisit, melalui peraturan dan pembagian kerja
serta melalui hierarkhi kekuasaan dan tanggung jawab. Organisasi dapat didefinisikan dengan
bermacam cara yang pada intinya mencakup berbagai faktor yang menimbulkan organisasi
yaitu kumpulan orang, ada kerjasama, dan tujuan yang telah ditetapkan yang merupakan
sistem yang saling berkaitan dalam kebulatan.

b. Lembaga Pendidikan

Lembaga pendidikan adalah suatu lembaga yang bertujuan mengembangkan potensi


manusiawi yang dimiliki anak-anak agar mampu menjalankan tugas-tugas kehidupan sebagai
manusia, baik secara individual maupun sebagai anggota masyarakat. Kegiatan untuk
mengembangkan potensi itu harus dilakukan secara berencana, terarah dan sistematik guna
mencapai tujuan tertentu.

Tidak bisa kita pungkiri lagi bahwa lembaga pendidikan memberikan pengaruh yang
signifikan terhadap corak dan karakter masyarakat. Belajar dari sejarah perkembanganya
lembaga pendidikan yang ada di indonesia memiliki beragam corak dan tujuan yang berbeda-
beda sesuai dengan kondisi yang melingkupi.

3
Ganie Indra Viantoro, “Makalah organisasi lembaga pendidikan” http://ganieindraviantoro.wordpress.com/
2021/04/05/makalah-kriteria-keberhasilan-lembaga-pendidikan/. (Diakses pada 2 oktober 2013).
Sebagai sistem sosial, lembaga pendidikan harus memiliki fungsi dan peran dalam
perubahan masyarakat menuju ke arah perbaikan dalam segala lini. Dalam hal ini lembaga
pendidikan memiliki dua karakter secara umum. Pertama, melaksanakan peranan fungsi dan
harapan untuk mencapai tujuan dari sebuah sitem. Kedua mengenali individu yang berbeda-
beda dalam peserta didik yang memiliki kepribadian dan disposisi kebutuhan. Kemudian
sebagai agen perubahan lembaga pendidikan berfungsi sebagai alat:

1) Pengembangan pribadi

2) Pengembangan warga

3) Pengembangan Budaya

4) Pengembangan bangsa

c. Struktur Lembaga Pendidikan

Struktur organisasi adalah susunan komponen-komponen (unit-unit kerja) dalam


organisasi. Struktur organisasi menunjukkan adanya pembagian kerja dan meninjukkan
bagaimana fungsi-fungsi atau kegiatan-kegiatan yang berbeda-beda tersebut diintegrasikan
(koordinasi). Selain daripada itu struktur organisasi juga menunjukkan spesialisasi-
spesialisasi pekerjaan, saluran perintah dan penyampaian laporan (nrisdiani,2013).4

Salah satu bentuk yang digunakan dalam suatu institusi atau lembaga pendidikan adalah
struktur organisasi garis atau staff.

Sebelum mengetahui tentang apa yang dimaksud dengan struktur organisasi garis dan
staff ada baiknya kita mengetahui organisasi garis. Dan yang dimaksud dengan struktur
organisasi garis dan staff adalah suatu bentuk organisasi yang terdiri dari satu pimpinan
dimana pelimpahan wewenang terjadi secara vertikal kepada bagian – bagian dibawahnya
dan di dalam organisasinya terdapat beberapa staff yang bertugas memberi saran dan nasihat
dalam bidangnya kepada pimpinan organisasi.

2.2 Jalur, Jenjang, Dan Jenis Lembaga Pendidikan

1. Jalur Pendidikan

Jalur pendidikan adalah wahana yang dilalui peserta didik untuk mengembangkan
potensi diri dalam suatu proses pendidikan yang sesuai dengan tujuan pendidikan.

4
Novia Risdiani,”Pengertian struktur organisasi” http://nrisdiani.blogspot.com/2012/03/09/pengertian-struktur-
organisasi.html. (Diakses pada 7 oktober 2013).
a. Jalur pendidikan formal

Pendidikan formal merupakan pendidikan yang diselenggarakan di sekolah-sekolah


pada umumnya. Jalur pendidikan ini mempunyai jenjang pendidikan yang jelas, mulai dari
pendidikan dasar, pendidikan menengah, sampai pendidikan tinggi. Pendidikan formal dapat
diwujudkan dalam bentuk satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh pemerintah (pusat),
pemerintah daerah dan masyarakat.

Semua lembaga formal diberi hak dan wewenang oleh pemerintah untuk memberikan
gelar akademik kepada setiap peserta didik yang telah menempuh pendidikan di lembaga
tersebut. Khusus bagi perguruan tinggi yang memiliki program profesi sesuai dengan
program pendidikan yang diselenggarakan doktor berhak memberikan gelar doktor
kehormatan (doktor honoris causa) kepada individu yang layak memperoleh penghargaan
berkenaan dengan jasa-jasa yang luar biasa dalam bidang ilmu pengetahuan, teknologi,
kemasyarakatan, keagamaan, kebudayaan, atau seni.

b. Jalur Pendidikan nonformal

Pendidikan nonformal adalah jalur pendidikan di luar pendidikan formal yang dapat
dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang. Pendidikan nonformal juga disebut
pendidikan luar sekolah. Pendidikan nonformal diselenggarakan bagi warga masyarakat yang
memerlukan layanan pendidikan yang berfungsi sebagai pengganti, penambah, dan/atau
pelengkap pendidikan formal dalam rangka mendukung pendidikan sepanjang hayat.
Pendidikan nonformal berfungsi mengembangkan potensi peserta didik dengan penekanan
pada penguasaan pengetahuan dan keterampilan fungsional serta pengembangan sikap dan
kepribadian profesional.

Pendidikan nonformal meliputi pendidikan kecakapan hidup, pendidikan anak usia dini,
pendidikan kepemudaan, pendidikan pemberdayaan perempuan, pendidikan keaksaraan,
pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja. Pendidikan kesetaraan meliputi Paket A, Paket
B dan Paket C, serta pendidikan lain yang ditujukan untuk mengembangkan kemampuan
peserta didik seperti: Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM), lembaga kursus, lembaga
pelatihan, kelompok belajar, majelis taklim, sanggar, dan lain sebagainya, serta pendidikan
lain yang ditujukan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik.

c. Jalur Pendidikan informal

Pendidikan informal adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan berbentuk


kegiatan belajar secara mandiri. Hasil pendidikan sama dengan pendidikan formal dan
nonformal setelah peserta didik lulus ujian sesuai dengan standar nasional pendidikan.
(Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan
Nasional Bab IV Pasal 27 ayat 1 dan 2).
Homeschooling atau yang di-Indonesiakan menjadi sekolah rumah, merujuk pada UU
No. 20 tahun 2003 terkategori sebagai pendidikan informal. Pendidikan informal adalah
pendidikan yang dilaksanakan oleh keluarga dan lingkungan. Kedudukannya setara dengan
pendidikan formal dan nonformal.

Hanya saja, jika anak-anak yang dididik secara informal ini menghendaki ijazah karena
berniat memasuki pendidikan formal pada jenjang yang lebih tinggi, maka peserta pendidikan
informal bisa mengikuti ujian persamaan melalui PKBM atau lembaga nonformal sejenis
yang menyelenggrakan ujian kesetaraan. Hal paling khas yang menjadi nilai lebih pendidikan
informal dibandingkan model pendidikan lainnya adalah, kemungkinan yang lebih besar akan
tergali dan terkelolanya potensi setiap anak secara maksimal.5

2. Jenjang Pendidikan

Jenjang pendidikan adalah tahapan pendidikan yang ditetapkan berdasarkan tingkat


perkembangan peserta didik, tujuan yang akan dicapai, dan kemampuan yang dikembangkan.

a. Pendidikan dasar

Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan awal selama 9 (sembilan) tahun


pertama masa sekolah anak-anak yang melandasi jenjang pendidikan menengah.

Pendidikan dasar berbentuk sekolah dasar (SD) dan madrasah ibtidaiyah (MI) atau
bentuk lain yang sederajat serta sekolah menengah pertama (SMP) dan madrasah tsanawiyah
(MTs), atau bentuk lain yang sederajat (Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20
Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab IV Pasal 17). Pendidikan dasar
merupakan pendidikan sembilan tahun terdiri dari program pendidikan enam tahun di sekolah
dasar dan program pendidikan tiga tahun di sekolah lanjutan pertama (PP Nomor 28 tahun
1990).

Sebelum memasuki jenjang pendidikan dasar, bagi anak usia 0-6 tahun diselenggarakan
pendidikan anak usia dini, tetapi bukan merupakan prasyarat untuk mengikuti pendidikan
dasar. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem
Pendidikan Nasional Bab IV pasal 28 disebutkan bahwa : Pendidikan anak usia dini
diselenggarakan sebelum jenjang pendidikan dasar, dapat diselenggarakan melalui jalur
pendidikan formal, nonformal, dan/atau informal.Pendidikan anak usia dini pada jalur
pendidikan formal berbentuk taman kanak-kanak (TK), raudatul athfal (RA), atau bentuk lain
yang sederajat. Pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan nonformal berbentuk
kelompok bermain (KB), taman penitipan anak (TPA), atau bentuk lain yang sederajat.
Pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan informal berbentuk pendidikan keluarga atau
pendidikan yang diselenggarakan oleh lingkungan.
5
Ganie Indra Viantoro, “Makalah organisasi lembaga pendidikan” http://ganieindraviantoro.wordpress.com/
2021/04/05/makalah-kriteria-keberhasilan-lembaga-pendidikan/. (Diakses pada 2 oktober 2013).

b. Pendidikan menengah
Pendidikan menengah merupakan jenjang pendidikan lanjutan pendidikan dasar.
Pendidikan menengah terdiri atas pendidikan menengah umum dan pendidikan menengah
kejuruan. Pendidikan menengah berbentuk sekolah menengah atas (SMA), madrasah aliyah
(MA), sekolah menengah kejuruan (SMK), dan madrasah aliyah kejuruan (MAK), atau
bentuk lain yang sederajat. (Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003
Tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab IV Pasal 18.

c. Pendidikan tinggi

Pendidikan tinggi adalah jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah yang


mencakup program pendidikan diploma, sarjana, magister, doktor, dan spesialis yang
diselenggarakan oleh perguruan tinggi. Perguruan tinggi berkewajiban menyelenggarakan
pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat.

Perguruan tinggi dapat menyelenggarakan program akademik, profesi, dan/atau vokasi.


(Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan
Nasional Bab IV Pasal 20).6

3. Jenis-Jenis Lembaga Pendidikan

Jenis pendidikan adalah kelompok yang didasarkan pada kekhususan tujuan pendidikan
suatu satuan pendidikan. Jenis pendidikan mencakup pendidikan umum, kejuruan, akademik,
profesi, vokasi, keagamaan, dan khusus.

a. Pendidikan umum

Pendidikan umum merupakan pendidikan dasar dan menengah yang mengutamakan


perluasan pengetahuan yang diperlukan oleh peserta didik untuk melanjutkan pendidikan ke
jenjang yang lebih tinggi. Bentuknya: Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama
(SMP), dan Sekolah Menengah Atas (SMA).

b. Pendidikan kejuruan

Pendidikan kejuruan merupakan pendidikan menengah yang mempersiapkan peserta


didik terutama untuk bekerja dalam bidang tertentu. Bentuk satuan pendidikannya adalah
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK).

6
Ganie Indra Viantoro, “Makalah organisasi lembaga pendidikan” http://ganieindraviantoro.wordpress.com/
2021/04/05/makalah-kriteria-keberhasilan-lembaga-pendidikan/. (Diakses pada 2 oktober 2013).

c. Pendidikan akademik
Pendidikan akademik merupakan pendidikan tinggi program sarjana dan pascasarjana
yang diarahkan terutama pada penguasaan disiplin ilmu pengetahuan tertentu.

d. Pendidikan profesi

Pendidikan profesi merupakan pendidikan tinggi setelah program sarjana yang


mempersiapkan peserta didik untuk memasuki suatu profesi atau menjadi seorang
profesional. Pendidikan kedinasan merupakan pendidikan profesi yang diselenggarakan oleh
departemen atau lembaga pemerintah nondepartemen. Pendidikan kedinasan berfungsi
meningkatkan kemampuan dan keterampilan dalam pelaksanaan tugas kedinasan bagi
pegawai dan calon pegawai negeri suatu departemen atau lembaga pemerintah
nondepartemen. Pendidikan kedinasan diselenggarakan melalui jalur pendidikan formal dan
nonformal.

e. Pendidikan vokasi

Pendidikan vokasi merupakan pendidikan tinggi yang mempersiapkan peserta didik


untuk memiliki pekerjaan dengan keahlian terapan tertentu maksimal dalam jenjang diploma
4 setara dengan program sarjana (strata 1).

f. Pendidikan keagamaan

Pendidikan keagamaan merupakan pendidikan dasar, menengah, dan tinggi yang


mempersiapkan peserta didik untuk dapat menjalankan peranan yang menuntut penguasaan
pengetahuan tentang ajaran agama dan/atau menjadi ahli ilmu agama.

Pendidikan keagamaan berbentuk pendidikan diniyah, pesantren, pasraman, pabhaja


samanera, dan bentuk lain yang sejenis. (Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20
Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab IV Pasal 30).

g. Pendidikan khusus

Pendidikan khusus merupakan pendidikan bagi peserta didik yang memiliki tingkat
kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran karena kelainan fisik, emosional, mental,
sosial, dan/atau memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa. Peserta didik yang
berkelainan atau peserta didik yang memiliki kecerdasan luar biasa yang diselenggarakan
secara inklusif (bergabung dengan sekolah biasa) atau berupa satuan pendidikan khusus pada
tingkat pendidikan dasar dan menengah (dalam bentuk sekolah luar biasa/SLB).7

7
Ganie Indra Viantoro, “Makalah organisasi lembaga pendidikan” http://ganieindraviantoro.wordpress.com/
2021/04/05/makalah-kriteria-keberhasilan-lembaga-pendidikan/. (Diakses pada 2 oktober 2013).

2.3 Kriteria Keberhasilan Lembaga Pendidikan

Kejelasan kriteria dan indikator keberhasilan pembelajaran akan memperjelas target


dalam setiap tahapan pembelajaran. Kemampuan menyusun kriteria dan indikator
keberhasilan pembelajaran harus dimiliki Guru dan Kepala Sekolah agar dapat menjalankan
tugas masing-masing. Hal ini memerlukan pembinaan atau bimbingan dari pengawas.
Kegiatan belajar ini dirancang untuk membekali pengawas dalam membimbing guru dan
kepala sekolah dalam menyusun kriteria keberhasilan pembelajaran.

Keberhasilan pembelajaran, mengandung makna ketuntasan dalam belajar dan


ketuntasan dalam proses pembelajaran. Artinya tercapainya kompetensi yang meliputi
pengetahuan, ketrampilan, sikap, atau nilai yang diwujudkan dalam kebiasaan berpikir dan
bertindak. Fungsi ketuntasan belajar adalah memastikan semua peserta didik menguasai
kompetensi yang diharapkan sebelum pindah ke kompetensi selanjutnya. Patokan ketuntasan
belajar mengacu pada standar kompetensi dan kompetensi dasar, serta indikator yang terdapat
dalam kurikulum.

Sedangkan ketuntasan dalam pembelajaran berkaitan dengan standar pelaksanaannya


yang melibatkan komponen guru dan siswa. Kriteria keberhasilan adalah ukuran tingkat
pencapaian prestasi belajar yang mengacu pada kompetensi dasar dan standar kompetensi
yang ditetapkan yang mencirikan penguasaan konsep atau ketrampilan yang dapat diamati
dan diukur. Secara umum kriteria keberhasilan pembelajaran adalah:

1. keberhasilan peserta didik menyelesaikan serangkaian tes, baik tes formatif, tes sumatif,
maupun tes keterampilan

2. setiap keberhasilan tersebut dihubungkan dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar
yang mengacu kepada Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM), atau Kriteria Ketuntasan Ideal
(KKI) 75%

3. ketercapaian keterampilan vokasional atau praktik bergantung pada KKM atau KKI.
Sedangkan indikator adalah acuan untuk menentukan apakah peserta didik telah berhasil
menguasai kompetensi. Untuk mengumpulkan informasi apakah suatu indikator telah dicapai
siswa, dilakukan penilaian sewaktu pembelajaran berlangsung atau sesudahnya. Pencapaian
inidikator dapat dijaring dengan beberapa soal/tugas. Seperti telah diungkapkan di atas,
kriteria ketuntasan belajar setiap indikator yang telah ditetapkan dalam suatu kompetensi
dasar berkisar antara 0% – 100%. Kriteria ideal untuk masingmasing indikator adalah 75%
(KKI). Satuan pendidikan dapat menetukan kriteria ketuntasan minimal lebih kecil atau lebih
besar dari KKI (75%) dengan mempertimbangkan kemampuan peserta didik dan guru serta
ketersediaan prasarana dan sarana.8

8
Suaidinmath’s, “Bagaimana menyusun kriteria dan indikator keberhasilan pendidikan dan pembelajaran?”
http://suaidinmath’s.wordpress.com/2012/02/19/bagaimana-menyusun-kriteria-dan-indikator-keberhasilan-
pendidikan-dan-pembelajaran/ (Diakses pada 7 oktober 2013).

BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN

Organisasi adalah sekelompok orang (dua atau lebih) yang secara formal dipersatukan
dalam suatu kerjasama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Struktur organisasi adalah susunan komponen-komponen (unit-unit kerja) dalam
organisasi. Struktur organisasi menunjukkan adanya pembagian kerja dan meninjukkan
bagaimana fungsi-fungsi atau kegiatan-kegiatan yang berbeda-beda tersebut diintegrasikan
(koordinasi).
Jalur pendidikan adalah wahana yang dilalui peserta didik untuk mengembangkan potensi
diri dalam suatu proses pendidikan yang sesuai dengan tujuan pendidikan
Jenjang pendidikan adalah tahapan pendidikan yang ditetapkan berdasarkan tingkat
perkembangan peserta didik, tujuan yang akan dicapai, dan kemampuan yang dikembangkan.
Keberhasilan pembelajaran, mengandung makna ketuntasan dalam belajar dan ketuntasan
dalam proses pembelajaran. Artinya tercapainya kompetensi yang meliputi pengetahuan,
ketrampilan, sikap, atau nilai yang diwujudkan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak.

3.2 SARAN

Demikianlah hasil dari makalah ini. Mudah-mudahan dapat memberi manfaat kepada kita
semua. Dan saya sendiri menyadari masih terdapat banyak kekurangan dari makalah ini.
Maka saya berharap kritikan dan saran-saran yang bisa membawa kepada yang lebih baik
lagi.

DAFTAR PUSTAKA
Ramadhan, Rifki N. (2011, 27 September). Organisasi Sebagai Wadah dan Proses. Diakses
September 27, 2013, dari: http://rifki26nr.blogspot.com/2011/09/organisasi-sebagai-wadah-
dan-proses.html

Syafii, Imam. Lembaga Pendidikan Sebagai Agen Perubahan. Diakses 3 Oktober 2013 dari :
http://kangsaviking.wordpress.com/lembaga-pendidikan-sebagai-agen-perubahan/.

Husniyah, Eva Z. (2012, 10 Oktober). Pengertian Organisasi. Diakses Oktober 7, 2013, dari :
http://evazahrotul.blogspot.com/2012/10/pengertian-organisasi_10.html

Indraviantoro, Ganie.(2012, 5 April). Diakses Oktober 2, 2013 dari :


http://ganieindraviantoro.wordpress.com/2012/04/05/makalah-kriteria-keberhasilan-lembaga-
pendidikan/

Nrisdiani. (2013, 9 Maret). Pengertian Struktur Organisasi. Diakses Oktober 7, 2013, dari :
http://nrisdiani.blogspot.com/2012/03/09pengertian-struktur-organisasi.html.

(2013, 22 September). Pendidikan di Indonseia. Diakses Oktober 7 2013. Dari :


http://id.wikipedia.org/wiki/Pendidikan_di_Indonesia.

(2012, 19 Februari). Diakses Oktober 7, 2013 . Dari:


http://suaidinmath.wordpress.com/2012/02/19/bagaimana-menyusun-kriteria-dan-indikator-
keberhasilan-pendidikan-dan-pembelajaran/

Anda mungkin juga menyukai