Anda di halaman 1dari 43

PENGARUH SELF EFFICACY TERHADAP KEJADIAN DEPRESI PADA

PASIEN PASCA STROKE NON HEMORAGIK

Skripsi

Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan Pendidikan Tahap Akademik Fakultas


Kedokteran Universitas Muhammadiyah Semarang

Disusun oleh :

Ningrum Sahiratul Azano

H2A020119

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG

2023
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Stroke merupakan penyakit yang banyak diderita oleh sebagian besar
masyarakat di dunia. Penyakit ini dapat terjadi secara tiba-tiba dan menyerang
siapa saja, tanpa memandang usia atau status ekonomi.(1) Stroke terbagi atas
stroke hemoragik dan stroke non hemoragik. Stroke non hemoragik
didefinisikan sebagai infark di otak, sumsum tulang belakang atau retina dan
menyumbang 71 persen dari semua stroke di seluruh dunia.(2) Stroke ini
disebabkan oleh bekuan darah atau penyumbatan arteri di otak dan biasanya
tidak disertai dengan muntah, sakit kepala hebat, kehilangan kesadaran dan
tekanan darah rendah.
Menurut WHO pada tahun 2014, stroke merupakan penyebab kematia
n ketiga di dunia setelah penyakit jantung dan kanker. Di seluruh dunia, 15 jut
a orang menderita stroke setiap tahun, sepertiga meninggal dan sisanya menja
di cacat permanen.(1) Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun
2018, frekuensi penyakit tidak menular seperti diabetes, tekanan darah tinggi,
stroke dan penyakit sendi/rematik/asam urat semakin meningkat.(3) Menurut
data Dinas Kesehatan tahun 2017, prevalensi penyakit stroke khususnya di pro
vinsi Jawa Tengah sebesar 64,7% dari kejadian stroke non hemoragik (SNH).
Pada tahun 2017, Kabupaten Brebes memiliki jumlah kasus stroke non hemor
agik (NSH) tertinggi sebesar 16,4 persen kasus, urutan kedua Kabupaten Klat
en menyumbang 15,7% kasus dan di urutan ketiga adalah Kab.Kebumen sebe
sar 8,2% kasus.(4) studi pendahuluan
Stroke membuat seseorang menjadi tergantung pada orang lain dan
pasca stroke biasanya terjadi perubahan penerimaan diri dari orang yang
terkena, yang tercermin dari perilakunya.(5) Kondisi mental yang dikenal
sebagai depresi seringkali terjadi pada pasien stroke dengan frekuensi yang
signifikan. Sebuah penelitian longitudinal sistematis pertama yang dilakukan
pada depresi pasca-stroke (PSD) menunjukkan bahwa gangguan yang parah
terkait dengan aktivitas sehari-hari, fungsi sosial, dan kognisi dapat terjadi
pada pasien yang mengalami PSD.(6) Sekitar 26-60% penderita stroke
memiliki gejala klinis depresi.(5)
Menurut Ikatan Psikiater Indonesia, kejadian depresi pasca stroke
berkisar antara 11-68% pada 3-6 bulan setelah stroke dan tetap tinggi 1-3
tahun kemudian. Sekitar 15-25% pasien stroke yang dirawat di rumah
mengalami depresi, sementara 30-40% pasien yang dirawat di rumah sakit
mengalami depresi.(5) Sebuah studi yang dilakukan oleh peneliti sebelumnya
menyatakan bahwa self efficacy berperan penting dalam tingkatan depresi
pasca stroke dan ditemukan juga bahwa penderita stroke dengan tingkat efikas
i diri yang lebih tinggi memiliki gejala depresi yang lebih sedikit.(7)
Self efficacy merupakan salah satu aspek dari Health Belif Model.
Health Belief Model adalah pandangan individu tentang kesehatan yang
dipengaruhi oleh keyakinan mereka sendiri.(8) Self efficacy mengacu pada
keyakinan seseorang pada kemampuan mereka untuk mengelola penyakit
sendiri, karena dapat menentukan apakah seseorang mulai merawat diri
sendiri atau tidak.(9) Menurut Ismatika dan Soleha tahun 2017, pada pasien st
roke sebagian mengalami penurunan efikasi diri yang ditandai dengan memili
ki penurunan keyakinan untuk berpindah dari tempat tidur secara mandiri, me
nurunnya keyakinan untuk berjalan-jalan dirumah, menurunnya keyakinan unt
uk makan dan menyiapkan makan secara mandiri, menurunnya keyakinan unt
uk memakai pakaian sendiri, menurunnya keyakinan untuk melaksanakan pro
gram lanjutan dalam mencapai kesembuhan, dan menurunnya keyakinan untu
k mengontrol frustasi.(10) Dari penelitian sebelumnya menyatakan bahwa ada
hubungan antara efikasi diri dengan depresi pasca stroke.
Al-Qur’an menegaskan bahwa siapapun bisa menghadapi kejadian
apapun karena Allah SWT berjanji bahwa Allah SWT hanya akan membebani
seseorang dengan apa yang sesuai dengan kemampuannya. Sebagaimana
Firman Allah SWT Q.S. al-Baqarah/2: 286.

ْ‫اخ ْذنَٓا ِإن نَّ ِسينَٓا َأوْ َأ ْخطَْأنَا ۚ َربَّنَا َواَل تَحْ ِمل‬ ْ َ‫ت َو َعلَ ْيهَا َما ٱ ْكتَ َسب‬
ِ ‫ت ۗ َربَّنَا اَل تَُؤ‬ ْ َ‫اَل يُ َكلِّفُ ٱهَّلل ُ نَ ْفسًا ِإاَّل ُو ْس َعهَا ۚ لَهَا َما َك َسب‬
َ‫طاقَةَ لَنَا بِ ِهۦ ۖ َوٱعْفُ َعنَّا َوٱ ْغفِرْ لَنَا َوٱرْ َح ْمنَٓا ۚ َأنت‬ َ ‫َعلَ ْينَٓا ِإصْ ۭ ًرا َك َما َح َم ْلتَ ۥهُ َعلَى ٱلَّ ِذينَ ِمن قَ ْبلِنَا ۚ َربَّنَا َواَل تُ َح ِّم ْلنَا َما اَل‬
٢٨٦ َ‫َموْ لَ ٰىنَا فَٱنصُرْ نَا َعلَى ْٱلقَوْ ِم ْٱل َك ٰـفِ ِرين‬

Artinya:
“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesangg
upannya. Ia mendapat pahala (dari kebaikan) yang diusahakanya dan ia men
dapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya. Mereka berdo’a Ya Tuhan k
ami, janganlah engkau hukum kami jika kami lupa atau tersalah. Ya tuhan ka
mi, janganlah engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana
engkau bebankan kepada orang-orang yang sebelum kami. Ya Tuhan kami , j
anganlah engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikuln
ya. Beri maaflah kami, ampunilah kami, dan rahmatilah kami. Engkaulah Pen
olong kami, maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir.”
Dari ayat di atas dapat disimpulkan bahwa Allah SWT tidak membeba
ni hamba-Nyadengan apapun diluar kemampuannya. Ini menciptakan keyakin
an bahwa apa pun yang terjadi, kita bisa mengatasinya.(11)

1.2 Rumusan Masalah


Apakah terdapat pengaruh self efficacy terhadap kejadian depesi pada pasien
pasca stroke non hemoragik?

1.3 Tujuan Penelitian


1.3.1 Tujuan Umum
Menganalisis pengaruh self efficacy terhadap kejadian depesi pada
pasien pasca stroke non hemoragik.

1.3.2 Tujuan Khusus


1. Mengidentifikasi jumlah pasien pasca stroke non hemoragik.
2. Mengidentifikasi jumlah pasien pasca stroke non hemoragik
dengan depresi.
3. Mengidentifikasi self efficacy terhadap kejadian depresi pada
pasien pasca stroke non hemoragik.

1.4 Manfaat Penelitian


1.4.1 Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan untuk meningkatk
an self efficacy terhadap kejadian depresi pasien pasca stroke non hem
oragik.
1.4.2 Manfaat Praktis
1. Bagi peneliti
Hasil penelitian ini diharapkan menjadikan wawasan tentang penga
ruh self efficacy terhadap kejadian depresi pasien pasca stroke non
hemoragik.
2. Bagi institusi
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi ilmiah bagi
institusi mengenai pengaruh self efficacy terhadap depresi pasien p
asca stroke non hemoragik.
1.5 Keaslian Penelitian
Table 1.1 Keaslian Penelitian

Nama
peneliti, Judul Metode Hasil Persamaan Perbedaan
Tahun
Frinsca Lu Hubungan Deskriptif Hasil penelitian Variabel Lokasi
thfiah, 202 Efikasi Diri analitik dengan didapatkan terikat dan penelitian,
0 Dengan Depresi pendekatan bahwa dari 72 variabel dan tahun
Pasca Stroke cross sectional responden bebas penelitian
Pada Penderita didapatkan ada
Stroke Di hubungan antara
Poliklinik efikasi diri
Penyakit Syaraf dengan depresi
RS Tingkat III pasca stroke
Dr.
Reksodiwiryo
Padang Tahun
2020
Ismatika, Hubungan Self Analitik Hasil penelitian Variabel Self Variabel
Umdatus Efficacy korelasional menunjukkan Efficacy perilaku self
Soleha, Dengan dengan bahwa dari 36 care,
2017 Perilaku Self pendekatan responden variabel
Care Pasien cross sectional sebagian besar pasca stroke,
Pasca Stroke Di atau 26 lokasi
Rumah Sakit responden penelitian,
Islam Surabaya (72.2%) dan tahun
memiliki self penelitian
efficacy baik
dan sebagian
besar atau 27
responden
(75%) memiliki
perilaku self
care baik.
Sri Faktor-Faktor Desain cross-se Hasil penelitian Variabel Lokasi
Wahyuni, Yang Berhubun ctional menunjukkan efiksasi diri penelitian
Christina gan Dengan Efi study. bahwa terdapat dan tahun
Dewi, kasi Diri hubungan penelitian
2018 Pasien Pasca St status perkawina
roke: Studi Cro n, jenis stroke, s
ss Sectional Di erangan stroke d
Rsud an
Gambiran Kedi dukungan keluar
ri ga
dengan
efikasi diri.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah variabel
penelitian, lokasi penelitian, metode penelitian, dan tahun penelitian. Selain itu juga b
elum terdapat penelitian yang meneliti tentang pengaruh self efficacy terhadap kejadia
ndepresi pada pasien stroke non hemoragik.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Stroke Non Hemoragik


2.1.1 Definisi
Stroke didefinisikan sebagai gejala klinis yang berkembang pesat
akibat penyakit otak fokal, gejala yang berlangsung setidaknya 24 jam
dan dapat menyebabkan kematian tanpa penyebab lain yang jelas.(10)
Stroke dibagi menjadi dua kategori: stroke non-hemoragik dan stroke
hemoragik. Stroke non-hemoragik adalah jenis stroke yang paling umum,
terhitung hampir 80% dari semua stroke. Penyumbatan pembuluh darah
yang membawa darah ke otak ini menyebabkan stroke non-hemoragik.
Gejala utama stroke non hemoragik adalah defisit neurologis yang tiba-
tiba, didahului gejala prodromal, terjadi saat istirahat atau saat bangun
tidur, di mana kesadaran biasanya tidak terganggu.(12)

2.1.2 Prevalensi
Berdasarkan data dari berbagai belahan dunia, stroke merupakan peny
ebab utama kematian dan penyebab utama kecacatan dengan peluang 30-
35 persen. Tingkat kematian tahunan akibat stroke baru adalah lebih dari
200.000 dan perkiraan kejadian stroke nasional adalah 750.000 per tahun,
dimana 200.000 adalah stroke baru.(13) 
Menurut data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018, angka kejadian
stroke di Indonesia meningkat dari 7 persen pada 2013 menjadi 10,9
persen atau sekitar 2.120.362 orang. Menurut data Dinas Kesehatan tahun
2017, prevalensi penyakit stroke khususnya di provinsi Jawa Tengah sebe
sar 64,7% dari kejadian stroke non hemoragik (SNH). Pada tahun 2017, K
abupaten Brebes memiliki jumlah kasus stroke non hemoragik (NSH) tert
inggi sebesar 16,4 persen kasus, urutan kedua yaitu Kab. Klaten menyum
bang 15,7% kasus dan di urutan ketiga adalah Kab.Kebumen sebesar 8,2
% kasus.(4) Menurut Riskesdas, prevalensi penyakit menular termasuk str
oke, meningkat 10,9% sejak 2018 dibandingkan tahun 2013, tidak kurang
dari 2.120.362 orang. Provinsi Kalimantan Timur (14,7%) dan Daerah Isti
mewa Yogyakarta (14,6%) merupakan provinsi dengan kejadian stroke te
rtinggi di Indonesia. Sedangkan dibandingkan provinsi lain, Papua dan M
aluku Utara memiliki prevalensi terendah yaitu 4,1% dan 4,6%.(3)

2.1.3 Faktor Resiko


Faktor risiko stroke terbagi menjadi dua jenis, yaitu faktor risiko yang
tidak dapat diubah, seperti umur, jenis kelamin, riwayat keluarga dan ras.
Faktor risiko yang dapat dimodifikasi termasuk hipertensi, penyakit
kardiovaskular, diabetes, dislipidemia, pola makan yang buruk, obesitas,
kebiasaan merokok, anemia, dan gaya hidup yang tidak banyak bergerak.
(14)
Terdapat beberapa faktor risiko penyebab stroke non hemoragik yaitu
usia lanjut, hipertensi, diabetes melitus, hiperkolesterolemia, merokok
dan penyakit serebrovaskular.(12) Faktor risiko lainnya antara lain
obesitas, aktivitas fisik, obat-obatan terlarang dan kontrasepsi oral.(13)

2.1.4 Patofisiologi
Stroke non hemoragik merupakan penyakit kompleks dengan berbagai
etiologi dan manifestasi klinis. Sekitar 45% stroke disebabkan oleh penyu
mbatan arteri, besar atau kecil, 20% disebabkan oleh emboli, dan sisanya
tidak diketahui penyebabnya. Stroke non hemoragik dapat muncul sebaga
i stroke trombotik (jenis pembuluh darah besar atau kecil), emboli (denga
n atau tanpa kerusakan jantung atau arteri), hipoperfusi sistemik, atau tro
mbosis vena.(15)
Stroke non hemoragik paling sering disebabkan oleh kurangnya aliran
darah ke sebagian atau seluruh bagian otak, mengakibatkan hilangnya glu
kosa dan oksigen ke neuron dan kegagalan menghasilkan senyawa fosfat
berenergi tinggi seperti adenin trifosfat (ATP). Hal ini mempengaruhi pro
ses produksi energi yang penting untuk kelangsungan hidup sel jaringan.
Jika ini berlanjut dan memburuk, dapat menyebabkan penyusutan membr
an neuron dan kematian sel akibat gangguan proses seluler normal. Biasa
nya, stroke non hemoragik hanya menyerang sebagian otak karena arteri b
esar atau kecil yang tersumbat. Hal ini dapat terbentuk dengan cepat di be
berapa bagian arteri dan menjadi gumpalan atau gumpalan tunggal yang p
ecah dan mengalir melalui aliran darah. Ketika arteri tersumbat dan otak k
ekurangan darah, hampir semua fungsi alami saraf terhambat. Fungsi nor
mal saraf terganggu dan gejala muncul di area otak yang terkena (kelema
han, mati rasa, kehilangan penglihatan, dll.).(15)
Jaringan serebrovaskuler yang terkena iskemia memiliki dua lapisan, y
aitu inti dari iskemia berat dengan aliran darah kurang dari 10-25%, menu
jukkan adanya nekrosis baik neural maupun sel glia dan lapisan luar iske
mia yang tidak parah (penumbra) yang di suplai oleh kolateral dan menga
ndung sel-sel yang didapatkan kembali oleh pemberian terapi dalam wakt
u yang tepat. Berdasarkan kejadian iskemik, perfusi pada inti iskemik ada
lah 10-20ml/100g/menit atau kurang, sedangkan hipoferfusi pada daerah
penumbra kritis yaitu kurang dari 18-20 ml/100g/menit dan beresiko men
yebabkan kematian jika tidak dipulihkan dalam waktu 2 jam. Sebaliknya,
jika penumbra berperfusi setidaknya sekitar 60 ml/100g/menit kemungkin
an kematian akan berkurang. Neuron pada penumbra sebagian besar men
galami disfungsi, tapi dapat pulih jika di reperfusi pada waktu yang tepat.
Intervensi farmakologis yang diberikan secepatnya dapat membantu prose
s rekanalisasi pembuluh darah yang tersumbat, karena tidak hanya menyel
amatkan neuron dan sel glia dari penumbra tapi juga sel glia pada inti iske
mia sehingga dapat mengurangi infark jaringan.(15)
Trombosis dapat terbentuk di arteri ekstrakranial atau intracranial saat
intima menjadi kasar dan plak terbentuk selama terjadi luka pada pembul
uh darah. Luka endothelial merangsang platelet untuk menempel dan bera
gregasi kemudian koagulasi aktif dan trombus terbentuk pada tempat plak.
Aliran darah pada sistem ektrakranial dan intracranial menurun dan sirku
lasi kolateral mempertahankan fungsinya. Saat mekanisme pertahanan sir
kulasi kolateral gagal, perfusi terganggu dan akhirnya menyebabkan penu
runan perfusi dan kematian sel. Pada stroke emboli, klot berjalan dari sum
ber terbentuknya menuju ke pembuluh darah serebral. Mikroemboli dapat
terpecah dari plak sclerosis di arteri karotid atau bersumber dari jantung s
eperti atrial fibrilasi, patent foramen ovale, atau hipokinetik ventrikel kiri.
Emboli dapat berupa darah, lemak ataupun udara yang dapat muncul sela
ma prosedur operasi, kebanyakan muncul data operasi jantung tapi juga s
etelah operasi tulang.(15)
Mekanisme ketiga dari stroke iskemik adalah hipoperfusi sistemik yan
g umumnya terjadi karena hilangnya tekanan arteri. Beberapa hal yang da
pat menyebabkan hipoperfusi sistemik adalah infark miokard dan/atau arit
mia. Area otak di tepi distal dari cabang arteri yang biasa disebut batas an
tara daerah arteri serebral inti, cenderung terganggu. Hipotensi berat dapat
menimbulkan efek yang sama dengan iskemik, terutama dalam konteks st
enosis yang signifikan dari arteri karotid dan dapat memicu batas unilater
al iskemia.(15)

2.1.5 Dampak Stroke


Terdapat beberapa dampak stroke yang terjadi pada pasien, yaitu :
1) Dampak fisik
Stroke dapat memunculkan sejumlah masalah fisik seperti hemipa
resis, hemiplagia yang dihasilkan oleh ketidaknormalan motor neuron
pada jalur piramidal, hambatan dalam komunikasi, kehilangan kemam
puan untuk merasakan, rasa sakit, inkontinensia, kesulitan menelan, m
asalah tidur, dan kehilangan fungsi dasar.(16)
2) Dampak psikososial
Orang yang mengalami stroke umumnya akan menghadapi peruba
han dalam hubungan dan peran mereka karena gangguan komunikasi y
ang terjadi. Mereka juga cenderung merasa tidak berdaya, putus asa, m
udah tersinggung, dan kurang kooperatif. Selain itu, orang yang menga
lami stroke merasa kesulitan dalam menyelesaikan masalah karena gan
gguan dalam proses berpikir dan komunikasi. Biasanya, mereka tidak
mampu melakukan aktivitas keagamaan karena kelemahan yang dirasa
kan.(16)
3) Dampak ekonomi
Serangan stroke merupakan kondisi medis yang membutuhkan pe
ngeluaran besar untuk perawatan dan pengobatan. Biaya yang diperluk
an untuk pemeriksaan, pengobatan, serta perawatan dapat berdampak
pada kestabilan ekonomi keluarga dan juga emosi pasien dan keluarga
nya.(16)

2.2 Persepsi Berdasarkan Teori Health Belief Model


Teori Health Belief Model merupakan model psikologis yang
digunakan untuk memprediksi perubahan perilaku kesehatan dengan
menekankan pada persepsi serta keyakinan individu terhadap suatu kondisi
medis. Health Belief Model terdiri dari perceived susceptibility, perceived
severity, perceived barrier, perceived benefit, cues to action, dan self
efficacy. Teori Health Belief Model digunakan untuk memprediksi perilaku
kesehatan preventif serta menjelaskan perilaku pasien, dan telah diterapkan
secara luas dalam berbagai disiplin ilmu seperti kedokteran, psikologi,
perilaku sosial, dan gerontologi.(17)
1. Perceived susceptibility (Persepsi Kerentanan)
Perceived susceptibility atau persepsi kerentanan adalah pandangan
individu terhadap risiko tertular penyakit.(18)
2. Perceived severity (Persepsi tentang Tingkat Keparahan)
Perceived severity atau persepsi tentang tingkat keparahan merujuk
pada penilaian subjektif individu terhadap tingkat keparahan masalah
kesehatannya dan akibatnya terhadap kesehatannya. Perceived severity
termasuk keyakinan tentang penyakit itu sendiri apakah mengancam
nyawa atau dapat menyebabkan kecacatan, dan juga dampak yang
lebih luas dari penyakit pada fungsi sosial dalam peran.(18)
3. Perceived barrier (Persepsi Manfaat)
Tindakan yang diambil oleh seseorang dalam menjaga kesehatannya
dipengaruhi oleh persepsi manfaat yang dirasakan. Persepsi manfaat
ini mencakup penilaian individu terhadap nilai atau efektivitas suatu
tindakan dalam mengurangi risiko terkena penyakit.(18)
4. Perceived benefit (Persepsi Hambatan)
Perceived benefit atau persepsi hambatan adalah evaluasi pribadi
mengenai seberapa besar hambatan yang menghalangi pelaksanaan
tindakan yang direkomendasikan. Beberapa hambatan yang dapat
terjadi antara lain biaya tinggi, jarak yang jauh, kesulitan,
ketidaknyamanan, dan rasa sakit.(18)
5. Self efficacy (Kepercayaan Diri)
Self efficacy atau kepercayaan diri adalah keyakinan individu terhadap
kemampuan yang dimilikinya untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
(17)
6. Cues to action
Cues to action merujuk pada faktor-faktor yang mempercepat
seseorang untuk merasa perlu mengambil tindakan atau melakukan
aktivitas fisik yang sebenarnya.(17)

2.3 Depresi Pada Pasien Stroke Non Hemoragik


2.3.1 Defenisi Depresi
Depresi adalah munculnya suasana hati alami / gangguan suasana hati
di mana seseorang kehilangan kendali atas emosi tersebut dan
menyebabkan kesusahan. Depresi dapat menyerang siapa saja, namun
lebih sering terjadi pada orang dengan penyakit serius, seperti stroke.(19)
Gejala depresi meliputi kesedihan, murung, kehilangan antusiasme,
distorsi kognitif seperti kehilangan kepercayaan diri, perasaan bersalah
dan tidak berharga, pikiran gelap tentang masa depan, pesimisme,
kehilangan ingatan, dan kehilangan konsentrasi. Keterbelakangan
psikomotor, lesu, kurang energi, gangguan tidur, kehilangan nafsu makan
dan penurunan hasrat seksual juga terjadi pada depresi.
2.3.2 Faktor Risiko
Faktor pertama yang mempengaruhi tingkat depresi adalah usia.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Vika tahun 2018 menemukan
bahwa hampir separuh (42,8%) responden berusia paruh baya antara 45-
59 tahun dengan depresi berat. Insiden depresi stroke semakin meningkat
dengan meningkatnya usia pasien. Diasumsikan bahwa bertambahnya
usia melemahkan kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan
lingkungan, perubahan fungsi fisik, perubahan kognitif dan psikososial
yang mendukung perkembangan depresi pada lansia.
Faktor kedua yang mempengaruhi tingkat depresi adalah pekerjaan.
Berdasarkan dari penelitian yang sama, ditenemukan bahwa hampir seten
gah (44,0%) penderita stroke yang berhenti bekerja mengalami depresi se
dang. 
Faktor ketiga yang mempengaruhi tingkat depresi adalah komplikasi p
enyakit. Stroke sendiri memiliki efek depresi yang memperburuk keadaan
ketika pasien memiliki komplikasi dari penyakit lain seperti DM, tekanan
darah tinggi dan penyakit jantung, dan perawatannya tidak hanya fokus p
ada perawatan fisik tetapi juga psikologis.
Faktor keempat yang mempengaruhi tingkat depresi adalah pendidikan
Pendidikan rendah dikaitkan dengan depresi, terutama di usia tua, karena
orang yang kurang berpendidikan ketika memasuki usia tua mengalami p
enurunan kognitif dan kesehatan fisik yang buruk. 
Faktor kelima yang mempengaruhi tingkat depresi adalah stroke berul
ang. Penderitaan stroke yang berkepanjangan mempengaruhi penerimaan
seseorang terhadap kondisi fisiknya. Ini karena pemulihan dan durasi stro
ke sering berulang, dan semakin banyak faktor yang ditemukan, semakin
besar kemungkinan terjadinya depresi stroke. (5)

2.4 Self Efficacy Pada Pasien Stroke Non Hemoragik


Self efficacy merupakan keyakinan dalam diri seseorang untuk mengen
dalikan dirinya sendiri yang diwujudkan dalam tindakan tertentu dan men
ggambarkan stabilitas seseorang dalam menghadapi situasi baru yang dih
arapkannya.(20) Self efficacy menentukan bagaimana cara seseorang berp
ikir, berperilaku, dan memotivasi diri sendiri.(21) Seseorang yang memili
ki self efficacy yang tinggi lebih baik dalam aktivitas sehari-hari daripada
pasien dengan self efficacy rendah. Self efficacy berhubungan positif
dengan mobilitas, kehidupan sehari-hari dan kualitas hidup, tetapi
berhubungan negatif dengan depresi.(1)
Self efficacy yang tinggi dapat membuat pasien menerima keadaan
dirinya, namun sebaliknya jika pasien memiliki self efficacy yang rendah
maka dapat menimbulkan kecemasan yang berdampak pada proses
penyembuhan pasien.(1) Banyak faktor yang mempengaruhi tingginya
self efficacy pada pasien stroke, faktor pertama yaitu harapan yang
dimiliki pasien untuk dapat sembuh kembali agar bisa melakukan aktifitas
sehari-hari.(22) Harapan pada pasien ini dapat dilihat dari adanya
kemauan pasien dalam mengatasi rasa cemas, ketakutan dan
kekhawatiran, serta memiliki motivasi untuk sembuh. Sikap dan usaha
pasien juga dapat dilihat dari kemauan pasien untuk terus menjalani terapi
dan pengobatan untuk proses kesembuhannya.
Faktor kedua yang mempengaruhi self efficacy adalah usia.(23)
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Sri Wahyuni tahun 2018
menyebutkan bahwa rata-rata penderita stroke berusia dewasa akhir dan
lansia. Semakin tua usia seseorang, fungsi tubuh semakin mengalami
kelemahan termasuk fleksibilitas pembuluh darah dan mengalami
penurunan keyakinan diri untuk sembuh. Sedangkan seseorang pada masa
dewasa lebih memiliki self efficacy yang tinggi dalam menghadapi
masalah dalam kehidupan sehari-hari.
Faktor ketiga yang mempengaruhi self efficacy adalah pendidikan.(22)
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Latifah tahun 2016
mengatakan bahwa tingkat pendidikan seseorang sangat berpengaruh
dalam kemampuan menganalisis berita sehingga dapat meyakini
keputusan yang dipilih dalam bertindak.
Faktor lain yang mempengaruhi self efficacy adalah dukungan
keluarga.(22) Salah satu bentuk dukungan keluarga yang berkaitan
dengan self efficacy yang diberikan kepada pasien adalah motivasi,
dimana pasien menjadi lebih antusias dan memiliki efikasi diri yang lebih
besar untuk sembuh. Self efficacy yang baik diperlukan untuk mencapai
kemandirian dalam aktivitas sehari-hari, meningkatkan kualitas hidup,
dan mengurangi depresi pasca stroke.(23)
2.5 Kerangka Teori
Gambar 2.1 Kerangka Teori

Keterangan :

: Tidak diteliti

: Diteliti

2.6 Kerangka Konsep


Gambar 2.2 Kerangka Konsep

2.7 Hipotesis
2.7.1 Hipotesis Mayor
Terdapat pengaruh self efficacy terhadap kejadian depresi pada
pasien pasca stroke non hemoragik
2.7.2 Hipotesis Minor
1. Terdapat pasien pasca stroke non hemoragik
2. Terdapat pasien pasca stroke non hemoragik dengan depresi
3. Terdapat self efficacy terhadap kejadian depresi pada pasien
pasca stroke non hemoragik.
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Ruang Lingkup Penelitian


3.1.1 Ruang Lingkup Keilmuan
Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Kesehatan Masyarakat.
3.1.2 Waktu Penelitian
Pengambilan data dilaksanakan pada bulan September sampai Oktober
2023.
3.1.3 Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan di RSUD KRMT Wongsonegoro, Semarang, Jawa
Tengah.

3.2 Jenis Penelitian


Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif berupa studi analitik dengan
menggunakan desain penelitian cross sectional.

3.3 Populasi dan Sampel


3.3.1 Populasi
3.3.1.1 Populasi Target
Pasien pasca stroke non hemoragik di Kota Semarang.
3.3.1.2 Populasi Terjangkau
Pasien pasca stroke non hemoragik yang sedang menjalani
pengobatan rawat jalan di RSUD KRMT Wongsonegoro
Semarang yang telah memenuhi kriteria inklusi pada bulan Januari
sampai Juni 2023 dan berdomisili di Kota Semarang.
3.3.2 Sampel
3.3.2.1 Besar Sampel
Besar sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah semua
pasien yang didiagnosis pasien pasca stroke non hemoragik di
Rumah Sakit Umum Daerah KRMT Wongsonegoro Kota
Semarang pada bulan Januari sampai Juni 2023.

3.3.2.2 Cara Pengambilan Sampel


Pengambilan sampel menggunakan teknik total sampling
dengan memperhatikan kriteria inklusi dan eksklusi sebagai
berikut :
1. Kriteria Inklusi
a. Pasien pasca stroke non hemoragik >3 bulan yang
menjalani rawat jalan di RSUD KRMT Wongsonegoro
Kota Semarang.
b. Pasien pasca stroke non hemoragik yang berusia ≥ 40
tahun.
c. Bersedia menjadi responden penelitian.
2. Kriteria Ekslusi
a. Pasien dengan disabilitas berat.
b. Responden yang tidak kooperatif.
c. Responden tidak mengisi kuesioner dengan lengkap.

3.4 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

Tabel 3.1 Variabel Penelitian dan Defenisi Operasional

Jenis Varia Nama Va Definisi Operasio


Alat Ukur Hasil Ukur Skala
bel riabel nal
Variabel Depresi Depresi adalah Kuesioner Interpretasi skor : Ordinal
terikat munculnya Beck 0-9 : Depresi
suasana hati alami Deppresion minimal
/ gangguan Inventory II 10-15: Depresi
suasana hati di ringan
mana seseorang 16-23:Depresi
kehilangan sedang
kendali atas emosi 24-63 : Depresi berat
tersebut dan
menyebabkan
kesusahan.
Adanya gangguan
mobilitas,
kekuatan fisik,
kesulitan kerja,
hobi dan
kemampuan
kognitif pada
pasien stroke
dapat memicu
depresi.

Variabel Self Self efficacy meru Kuesioner Interpretasi skor : Ordinal


bebas efficacy pakan keyakinan The Stroke 0-14 : Rendah
dalam diri seseora Self 44-87 : Sedang
ng untuk mengend Efficacy 88-130 : Tinggi
alikan dirinya sen Questinnar
diri yang diwujud e
kan dalam tindaka
n tertentu dan men
ggambarkan stabil
itas seseorang dal
am menghadapi si
tuasi baru yang di
harapkannya.

3.5 Alat dan Bahan

1. Lembar Informed Consent.


2. Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari rekam medis berupa
diagnosis pasien pasca stroke non hemoragik di Rumah Sakit Umum
Daerah KRMT Wongsonegoro, Kota Semarang bulan Januari - Juni tahun
2023.
3. Kuesioner Data Demografi Responden
4. Kuesioner Beck Depression Inventory II
Instrumen untuk mengukur depresi menggunakan Beck Depression
Inventory II. Skala BDI II ini merupakan kuesioner yang dimodifikasi dan
diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Tidak dilakukan validasi pada
kuesioner ini karena telah banyak digunakan oleh peneliti sebelumnya
dan merupakan tes standar yang telah diuji dan diterima baik secara
internasional maupun di Indonesia.

Kuesioner BDI II terdiri dari 21 pertanyaan tentang emosi, kepuasan


hidup, kekecewaan hidup dan perubahan sikap yang lebih positif. Setiap
pertanyaan memiliki skala 0-3, dengan skor tertinggi 63 yang
berkontribusi pada kriteria depresi berat

5. Kuesioner Self Efficacy

Instrumen untuk mengukur self efficacy menggunakan The Stroke Self


Efficacy Questionnaire. Kuesioner ini terdiri dari 13 items pertanyaan.
Pemakaian kuesioner ini telah di uji validitas dan realibilitas dengan
menggunakan rumus Cronbach’s Alpha. Didapatkan hasil uji cronbach’s
α 0,90 dan nilai uji validitas r = 0,803 dan p < 0,001. 
3.6 Alur Penelitian

Gambar 3.1 Alur Penelitian

3.7 Pengelolaan Data dan Analisis Data


3.7.1 Tahap Pengolahan Data
1. Editing
Tahapan pengecekan kembali setelah dilakukan penelitian yang
meliputi identitas responden, kuesioner self efficacy, dan kuesioner
depresi.
2. Coding
Tahap pemberian kode pada data untuk mempermudah dalam tahap
analisis data.
Tabel 3.2 Coding

Variabel Kategori Kode

Beck Depression Inventory 0-9 : Depresi minimal 1


(BDI II) 10-15 : Depresi ringan 2
16-23 : Depresi sedang 3
24-63 : Depresi berat 4

Self Efficacy 0-14 : Rendah 1


44-87 : Sedang 2
88-130 : Tinggi 3

3. Entry
Proses memasukkan data yang telah didapat kemudian dihitung
frekuensinya yang kemudian ditampilkan dalam tabel.
4. Processing
Proses penganalisisan data hasil penelitian.
5. Cleaning
Tahap memastikan kembali data yang sudah di entry tidak terdapat
kesalahan.
3.7.2 Analisis Data
Analisis data dan interpretasi data adalah proses pengolahan data ke
bentuk yang lebih sederhana. Analisis data yang dipakai dalam penelitian
ini terdiri dari :
3.7.2.1 Uji Validitas
Uji validitas merupakan uji yang digunakan untuk menentukan
apakah instrument penelitian yang digunakan valid atau tidak.
Dilakukan uji validitas pada kuesioner Self Efficacy terhadap kejadian
depresi pasien pasca stroke non hemoragik terhadap 64 responden
dengan melakukan wawancara. Data yang didapat akan dianalisi dengan
Pearson Correlation dan instrument dinyatakan valid bila table memiliki
nilai signifikan kurang dari atau sama dengan 0,05 (r hitung > r table).
3.7.2.2 Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas merupakan uji yang digunakan untuk melihat
konsistensi suatu instrument penelitian. Instrument yang sudah
dinyatakan valid diuji reliabilitasnya untuk menunjukkan apakah
instrument penelitian tetap konsisten jika dilakukan untuk melakukan
penilaian kembali. Pada penelitian ini diperlukan uji reliabilitas pada
kuesioner Self Efficacy terhadap kejadian depresi pasien pasca stroke
non hemoragik dengan rumus Cronbach Alpha dan dikatakan reliabel
jika nilai Cronbach Alpha > 0,6
3.7.2.3 Analisis univariat
Analisis univariat bertujuan untuk menjelaskan atau
mendeskripsikan karakteristik distribusi dan frekuensi variabel
penelitian, yaitu self efficacy dan depresi pasien pasca stroke non
hemoragik.
3.7.2.4 Analisis bivariat
Analisis bivariat pada penelitian ini bertujuan untuk menganalisis
hubungan antara variabel yaitu self efficacy terhadap depresi pasien
pasca stroke non hemoragik di Rumah Sakit Umum Daerah KRMT
Wongsonegoro. Kedua variabel ini adalah data kategorik dengan skala
kedua variabel adalah ordinal, sehingga dilakukan uji analisis non
parametrik yaitu uji rank spearman. Tingkat kepercayaan yang
digunakan peneliti adalah 95 % dengan derajat kesalahan “a” sebesar
0,05.
Adapun hipotesis statistik pada penelitian ini adalah sebagai
berikut:
Ho : Tidak ada pengaruh antara self efficacy terhadap kejadian
depresi pasien stroke non hemoragik di Rumah Sakit Umum Daerah
KRMT Wongsonegoro, kota Semarang.
Ha : Ada pengaruh antara self efficacy terhadap kejadian depresi
pasien stroke non hemoragik di Rumah Sakit Umum Daerah KRMT
Wongsonegoro, kota Semarang.

3.8 Jadwal Penelitian


Tabel 3.3 Jadwal Penelitia

Kegiatan

September 2023

November 2023
Agustus 2023

Oktober 2023

Januari 2024
Juni 2023
Mei 2023

Juli 2023

Penyusunan Proposal

Ujian Proposal

Pengajuan Ethical
Clearance
Pengambilan Sampel

Pengumpulan Data

Pengolahan dan
Analisis Data
Penyelesaian Skripsi

Ujian Skripsi

Publikasi Artikel Ilmiah


3.9 Ethical Clearance
Penulisan surat kelayakan etik dilakukan sebelum melakukan prsiapan
penelitian. Penelitian ini akan dilaksanakan setelah Ethical Clearance oleh
Komite Etik Penelitian Kesehatan (KEPK) Fakultas Kedokteran Universitas
Muhammadiyah Semarang dan telah mematuhi standar etik penelitian.
DAFTAR PUSTAKA

1. Rembet IY, Wowor MD, Tinggi S, Kesehatan I, Maria G. SELF EFFICACY


PADA PASIEN STROKE DITENTUKAN OLEH. 2023;1(2).
2. Utomo TY. Karakteristik Faktor Risiko Stroke Hemoragik Dan Stroke Non
Hemoragik. J Ilm Indones. 2022;7(9):1–8.
3. Balitbangkes RI. Laporan Riskesdas 2018 Nasional.pdf. Lembaga Penerbit
Balitbangkes. 2018.
4. Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. Profil Kesehatan Provinsi Jateng
Tahun 2019. Dinas Kesehat Provinsi Jawa Teng. 2019;3511351(24):61.
5. Vika WN, Syarifah AS, Ratnawati M. Hubungan Status Fungsional Dengan
Tingkat Depresi Pada Pasien Stroke Di Ruang Flamboyan Rsud Jombang. J
Ilm Kebidanan (Scientific J Midwifery). 2018;4(1):52–9.
6. Robinson RG, Jorge RE. Post-stroke depression: A review. Am J Psychiatry.
2016;173(3):221–31.
7. Frinsca L. Hubungan Efiksasi Diri Dengan Depresi Pasca Stroke Pada
Penderita Stroke Di Poliklinik Penyakit Syaraf RS Tingkat III DR.
Reksodiwiryo Padang. 2020;1–7.
8. Anugrah Niskalawasti, Dinda Dwarawati. Health Belief Model (HBM) pada
Pelaku Diet DEBM. J Ris Psikol. 2022;90:39–44.
9. Lutfi B, Rayasari F, Irawati D, Tinggi S, Kesehatan I, Kencana Tasikmalaya
M, et al. Peningkatan Self Efficacy Melalui Spiritual Care Pada Pasien
Diabetes Melitus Tipe 2. Indones J Nurs Sci Pract. 2021;5(9):10.
10. Ismatika I, Soleha U. Hubungan Self Efficacy Dengan Perilaku Self Care
Pasien Pasca Stroke Di Rumah Sakit Islam Surabaya. J Heal Sci.
2018;10(2):139–48.
11. Burch dan Grudnitski dalam (Fauzi 2017:19-21). Bab II Landasan Teori. J
Chem Inf Model. 2019;53(9):1689–99.
12. Nasution L. Stroke Hemoragik Pada Laki-Laki Usia 65 Tahun. Medula.
2013;1(3):8–13.
13. Hardika BD, Yuwono M, Zulkarnain H. Faktor Risiko yang Mempengaruhi
Terjadinya Stroke Non Hemoragik pada Pasien di RS RK Charitas dan RS
Myria Palembang. J Akad Baiturrahim Jambi. 2020;9(2):268.
14. Pramudita A, Pudjonarko D. Faktor  Faktor Yang Mempengaruhi Fungsi
Kognitif Penderita Stroke Non Hemoragik. J Kedokt Diponegoro.
2016;5(4):460–74.
15. Azizah A. Studi penggunaan amlodipin pada pasien stroke iskemik (penelitian
di rumah sakit umum daerah Sidoarjo). Univ Muhammadiyah Malang.
2017;6–40.
16. Pertamita DM, Hastuti YD, Ropyanto CB, Ulliya. Hubungan Efikasi Diri
dengan Kemandirian Aktivitas Sehari-Hari pada Pasien Stroke Di RSUD
Tugurejo Semarang. Dr Diss Fac Med. 2017;1–86.
17. Berhimpong MJA, Rattu AJM, Pertiwi JM. Analisis Implementasi Aktivitas
Fisik Berdasarkan Health Belief Model oleh Tenaga Kesehatan di Puskesmas.
J Public Heal Community Med. 2020;1(4):54–62.
18. Rachman RA, Noviati E, Kurniawan R. Efektifitas Edukasi Health Belief
Models Dalam Perubahan Perilaku Pasien Hipertensi: Literatur Review.
Healthc Nurs J. 2021;3(1):71–80.
19. Rosdiana I. Hubungan Dukungan Sosial dengan Depresi Pada Pasien Pasca
Stroke. Media Farm Indones. 2020;15(1):1578–84.
20. Fatmawati A, Pradana F. Post-Stroke Patients in Lumajang. 2021;201–5.
21. Pratiwi PY. Efikasi Diri Pasien Pasca Stroke Yang Mengalami Serangan
Berulan. 2020; Available from:
https://repository.stikeswiramedika.ac.id/id/eprint/94
22. Pongantung H, Anita F, Palango C, Manuel C. Hubungan Self Efficacy
Dengan Quality of Life Pada Pasien Sesudah Stroke. J Islam Nurs.
2020;5(1):21.
23. Wahyuni S, Dewi C. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi dengan Efikasi Diri
Pasien Pasca Stroke: Studi Cross Sectional di RSUD Gambiran Kediri. J
Wiyata [Internet]. 2018;5(2):85–92. Available from:
http://www.ojs.iik.ac.id/index.php/wiyata/article/view/214
Lampiran 1

Lembar Persetujuan Penelitian

Assalamu’alaikum wr.wb.
Pada hari ini saya, Ningrum Sahiratul Azano, mahasiswa yang sedang
menjalani program pendidikan kedokteran umum di Fakultas Kedokteran Universitas
Muhammadiyah Semarang. Saya akan mengadakan penelitian dengan judul
“PENGARUH SELF EFFICACY TERHADAP DEPRESI PADA PASIEN
PASCA STROKE NON HEMORAGIK”
Saya ingin mengikutsertakan Bapak/Ibu dalam penelitian ini yang bertujuan
untuk menganalisis pengaruh self efficacy terhadap depresi pada pasien pasca stroke
non hemoragik.
Partisipasi Bapak/Ibu dalam penelitian sukarela. Pada penelitian ini identitas
Bapak/Ibu akan disamarkan. Kerahasiaan data Bapak /Ibu akan dijamin sepenuhnya.
Bila data Bapak/Ibu dipublikasikan dalam hasil penelitian, kerahasiaan data
Bapak/Ibu akan tetap terjaga.
Jika selama menjalankan penelitian ini terdapat keluhan yang ingin Bapak/Ibu
sampaikan silahkan menghubungi saya Ningrum Sahiratul Azano (HP:
085364113366). Demikian informasi ini saya sampaikan. Atas bantuan, partisipasi
dan kesediaan waktu Bapak/Ibu sekalian, saya ucapkan terima kasih.
Wassalamu’alaikum wr.wb.

Peneliti
Lampiran 2

Informed Consent

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama :

Usia :

Alamat :

Setelah mendapatkan penjelasan dari peneliti tentang maksud dan tujuan dari
penelitian ini, maka saya menyatakan bersedia diikutsertakan dalam penelitian :

“Pengaruh Self Efficacy Terhadap Kejadian Depresi Pada Pasien Pasca Stroke
Non Hemoragik Di RSUD KRMT Wongsonegoro Semarang”

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sadar dan tanpa paksaan dari pihak
manapun.

Semarang, 2023

Yang menyatakan,

( )
Lampiran 3

Kuesioner Data Demografi Responden

Petunjuk pengisian :

1. Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan memberikan tanda cek ( ) pada salah sat
u pilihan yang sesuai dengan keadaan Anda.
2. Jika tidak terdapat pilihan jawaban, maka tuliskan jawaban yang menggambarkan
diri Anda,

Data demografi

Tanggal wawancara :

Nama pewawancara :

No responden :

A. Identitas responden

Jawablah beberapa pertanyaan ini sebagai identitas diri Anda, yaitu sebagai be
rikut :

1. Inisial nama :
2. Umur :
3. Jenis kelamin :

4. Pendidikan :

Tidak sekolah SD SMP SMA Diploma/Sarjana

5. Pekerjaan :
Tidak bekerja Pedagang Petani Pegawai Negeri

Wiraswasta TNI/POLRI Lain-lain

6. Status pernikahan :

Lajang Menikah Cerai Hidup Cerai Mati

7. Lama sakit :

<1 tahun 1-2 tahun >2 tahun

8. Tempat tinggal :

Sendiri Bersama keluarga


Lampiran 4

KUESIONER SELF EFFICACY

Pertanyaan berikut ini adalah tentang keyakinan bahwa Anda dapat melakukan
beberapa aktivitas yang mungkin sulit dilakukan sejak Anda mengalami stroke.
Untuk setiap aktivitas berikut, lingkari satu titik pada skala yang menunjukkan
seberapa yakin Anda saat ini dapat melakukan aktivitas tersebut meskipun Anda
mengalami stroke.
Nilai 0 = Tidak yakin sama sekali, dan 3 = Sangat yakin

Seberapa yakin Anda bahwa saat ini Anda dapat:


1. Membuat diri Anda merasa nyaman di tempat tidur setiap malam.

2. Bangun sendiri dari tempat tidur meskipun saat Anda merasa lelah.

3. Berjalan sendiri beberapa langkah di dalam rumah Anda

4. Berjalan di sekitar rumah untuk melakukan berbagai aktivitas yang Anda inginkan.
5. Berjalan sendiri dengan hati-hati di luar rumah.

6. Menggunakan kedua tangan untuk makan.

7. Memakai dan melepas baju secara mandiri bahkan ketika Anda merasa lelah.

8. Menyiapkan sendiri makanan yang Anda inginkan.

9. Tekun dalam mencari kemajuan untuk penyembuhan dari kondisi stroke setelah
Anda menyelesaikan terapi.

10. Menjalankan program olahraga Anda setiap hari.


11. Mengatasi rasa frustasi karena tidak mampu melakukan beberapa aktivitas yang
disebabkan oleh stroke yang Anda alami.

12. Tetap melakukan berbagai aktivitas yang paling Anda sukai sebelum Anda
mengalami stroke.

13. Tetap berusaha lebih cepat dalam melakukan berbagai aktivitas yang sudah mulai
melambat sejak Anda mengalami stroke.
Lampiran 5
KUESIONER BECK DEPRESSION INVENTORY II (BDI II)

Nama :

Usia :

Jenis Kelamin :

PETUNJUK PENGISIAN

A. Pilihlah satu pernyataan dalam masing-masing kelompok yang paling menggamba


rkan perasaan Anda selama 2 minggu terakhir termasuk hari ini.
B. Berilah tanda silang (X) pada kotak yang terdapat di samping pernyataan yang pal
inh sesuai dengan perasaan anda. Pastikan bahwa anda hanya memilih satu pernyat
aan setiap nomor.

1. 0 Saya tidak merasa sedih

1 Saya merasa sedih

2 Saya merasa sedih sepanjang waktu dan saya tidak dapat menghilang
kannya

3 Saya begitu sedih sehingga saya merasa tidak tahan lagi

2. 0 Saya tidak berkecil hati terhadap masa depan saya

1 Saya merasa berkecil hati terhadap masa depan saya

2 Saya merasa tidak ada sesuatu yang saya nantikan

3 Saya merasa bahwa tidak ada harapan di masa depan, segala sesuatu t
idak perlu diperbaiki

3. 0 Saya tidak merasa gagal

1 Saya merasa bahwa saya setelah gagal melebihi kebanyakan orang

2 Saat saya mengingat masa lalu, maka yang teringat hanyalah kegagal
an

3 Saya merasa bahwa saya adalah orang yang gagal total

4. 0 Saya memperoleh kepuasaan atas segala sesuatu seperti biasanya

1 Saya tidak lagi memperoleh kepuasaan dari hal-hal yang biasa saya la
kukan

2 Saya tida mendapat kepuasan dari apapun lagi

3 Saya merasa tidak puas atau bosan dengan segalanya

5. 0 Saya tidak merasa bersalah

1 Saya cukup sering merasa bersalah

2 Saya mengharapkan agar dihukum

3 Saya merasa bersalah sepanjang waktu

6. 0 Saya tida merasa bahwa saya sedang dihukum

1 Saya merasa bahwa saya mungkin dihukum

2 Saya mengharapkan agar dihukum


3 Saya merasa bahwa saya sedang dihukum

7. 0 Saya tidak merasa kecewa terhadap diri saya sendiri

1 Saya merasa kecewa terhadap diri saya sendiri

2 Saya merasa jijik terhadap diri saya sendiri

3 Saya membenci diri saya sendiri

8. 0 Saya tidak merasa bahwa saya lebih buruk daripada orang lain

1 Saya selalu mencela diri saya sendiri karena kelemahan/keliruan


saya

2 Saya menyalahkan diri saya sepanjang waktu atas kesalahan-kesalah


an saya

3 Saya menyalahkan diri saya sendiri atas semua hal buruk yang terjad
i

9. 0 Saya tidak punya pikiran untuk bunuh diri

1 Saya mempunyai pikiran untuk bunuh diri, tetapi saya tidak akan
melaksanakannya

2 Saya ingin bunuh diri

3 Saya bunuh diri kalau ada kesempatan

10. 0 Saya tidak menangis lebih dari biasanya

1 Sekarang saya lebih banyak menangis daripada biasanya


2 Saya hampir selalu menangis terhadap hal-hal kecil

3 Saya merasa ingin menangis tapi tidak bisa

11. 0 Sekarang saya tidak merasa lebih gelisah daripada sebelumnya

1 Saya lebih mudah gelisah daripada biasanya

2 Saya sekarang merasa gelisah sepanjang waktu

3 Saya selalu merasa gelisah sehingga saya harus menyibukkan diri

12. 0 Saya masih tetap senang bergaul dengan orang lain

1 Saya kurang minat terhadap orang lain dibanding biasanya

2 Saya kehilangan sebagian besar minat saya terhadap orang lain

3 Saya telah kehilangan seluruh minat saya terhadap orang lain

13. 0 Saya mengambil keputusan-keputusan sama baiknya dengan


sebelumnya

1 Saya banyak menunda keputusan daripada biasanya

2 Saya mempunyai kesulitan yang lebih besar dalam mengambil


keputusan dari pada sebelumnya

3 Saya sama sekali tidak dapat mengambil keputusan

14. 0 Saya tidak merasa bahwa saya kelihatan lebih jelek dari pada
biasanya
1 Saya merasa cemas jangan-jangan saya tua dan tidak menarik

2 Saya merasa ada perubahan-perubahan tetap pada penampilan saya


yang membuat saya kelihatan tidak menarik

3 Saya yakin bahwa saya kelihatan jelek

15. 0 0 Saya dapat bekerja dengan baik sebelumnya

1 Saya membutuhkan usaha istimewa untuk mulai mengerjakan


sesuatu

2 Saya harus memaksa diri saya untuk mengerjakan sesuatu

3 Saya bangun beberapa jam lebih awal dari biasanya dan tidak
dapat tidur kembali

16. 0 Saya dapat tidur nyenyak seperti biasanya

1 Saya tidak dapat tidur nyenyak seperti biasanya

2 Saya bangun 2-3 jam lebih awal dari biasanya dan suka tidur
kembali

17. 0 Saya tidak lebih mudah tersinggung/marah dari biasanya

1 Saya lebih mudah tersinggung/marah dari biasanya

2 Saya hamper selalu tersinggung/marah daripada biasanya

3 Saya merasa selalu tersinggung/marah daripada biasanya

18. 0 Nafsu makan saya masih seperti biasanya


1 Nafsu makan saya tidak seperti biasanya

2 Sekarang nafsu makan jauh lebih berkurang

3 Saya tidak mempunyai nafsu makan sama sekali

19. 0 Saya dapat berkonsentrasi seperti biasanya

1 Saya tidak dapat berkonsentrasi sebaik seperti biasanya

2 Saya tidak dapat berkonsentrasi dalam jangka waktu yang lama

3 Saya sama sekali tidak dapat berkonsentrasi

20. 0 Saya tidak lebih mudah lelah dari biasanya

1 Saya menjadi lebih mudah lelah dibanding biasanya

2 Saya terlalu lelah untuk melakukan segala sesuatu dibanding dahulu

3 Saya terlalu lelah untuk melakukan Sebagian besar pekerjaan di


banding dulu

21. 0 Saya merasa tidak ada perubahan dalam minat saya terhadap seks
akhir- akhir ini

1 Saya kurang berminat terhadap seks kalau dibandingkan


sebelumnya

2 Sekarang saya sangat kurang berminat terhadap seks

3 Saya sama sekali kehilangan minat terhadap seks

Anda mungkin juga menyukai