Anda di halaman 1dari 11

https://ejournal3.undip.ac.id/index.

php/naval

JURNAL TEKNIK PERKAPALAN


Jurnal Hasil Karya Ilmiah Lulusan S1 Teknik Perkapalan Universitas Diponegoro
ISSN 2338-0322

Studi Manajamen Risiko dengan Metode FTA dan FMEA akibat


Keterlambatan Proyek Pembangunan Kapal Perintis KM. Sabuk
Nusantara 72
Henna Dellya Zenitta Putri1), Imam Pujo Mulyatno2) Parlindungan Manik 3)*)
1)
Laboratorium Kapal Kecil dan Perikanan
Departemen Teknik Perkapalan, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro
Jl. Prof. Soedarto, SH, Kampus Undip Tembalang, Semarang, Indonesia 50275
*)
e-mail :hennadellya@undip.ac.id,imampujomulyatno@lecturer.undip.ac.id, parlindungan_manik@live.undip.ac.id

Abstrak
Proyek pembangunan kapal di salah satu galangan mengalami keterlambatan. Manajemen risiko dilakukan guna
mengurangi dampak yang dapat merugikan perusahaan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor peyebab dan
probabilitas keterlambatan, risiko yang paling dominan dan menentukan langkah mitigsi yang tepat. Metode Fault Tree
Analyasis digunakan untuk mengetahui probabilitas keterlambatan dari hasil risiko yang telah diidentifiksi. Metode
Failure Mode and Effect Anlysis digunakan untuk menentukan risiko dominan dari nilai Risk Priority Number. Hasil
analisa FTA didapatkan 2 (dua) faktor utama yang menyebabkan keterlambatan yaitu Proses produksi terhambat
dengan probabilitas 0,1043 dan Sistem manajemen kurang optimal dengan probabilitas 0,0228. Sehingga didapatkan
probabilitas Top Event (Keterlambatan Proyek Pembangunan Kapal) sebesar 0,1248. Hasil analisa FMEA didapatkan
11 risiko kategori high risk yang menjadi penyebab dominan yaitu Permasalahan pemberian hak karyawan RPN 632,
Permasalahan pembayaran pembelian barang RPN 631, Sub kontraktor kurang berkompeten RPN 605, Jumlah
peralatan terbatas RPN 570, Peralatan yang tidak dirawat dengaan baik 566, Pemakaian alat melebihi batas RPN
564, Sub kontraktor belum dibayar RPN 538, Kualitas material kurang baik sehingga dilakukan rebuy RPN 532,
Material belum ada dipasaran RPN 513, Koreksi gambar oleh BKI RPN 510, dan Koreksi interior oleh OS RPN 507
Berdasarkan hasil observasi dan diskusi yang telah dilakukan bersama dengan dengan Kepala Divisi Perencanaan dan
Teknik, Kepala Divisi Komersil, Kepala Proyek dan Kepala Bagian terkait didapatkan urutan risiko beserta langkah
mitigasi yang diperlukan berupa rekomendasi perbaikan untuk risiko kategori high risk. Sebagaimana dapat dilihat
pada tabel 12.

Kata Kunci : Keterlambatan Proyek, Manajeman Risiko, Fault Tree Analysis, Failure Mode and Effect Analysis.

1. PENDAHULAN dapat mendukung terwujudnya sasaran


Kegiatan proses produksi Proyek kegiatan[2].
pembangunan kapal di salah satu galangan Beberapa penelitian untuk mencari faktor
Semarangpada salah satu galangan di Semarang penyebab keterlambatan proyek pembangunan
tidak terlepas dari adanya risiko yang menjadi kapal telah dilakukan. Berdasarkan hasil
faktor penyebab terjadinya keterlambatan yang penelitian pada proyek pembangunan kapal
dapat menimbulkan kerugian. Risiko merupakan Wisata Trimaran Bottom Glass Menggunakan
suatu hal yang tidak dapat dihindarkan dalam Metode Fault Tree Analysis dan Matrik Risiko
suatu kegiatan operasional. Risiko operasional Pada PT.ABC didapatkan hasil identifikasi risiko
adalah penyebab kegagalan atau tidak sesuainya di 3 jenis pekerjaan yaitu engineering, pengadaan
suatu sistem, proses internal, manusia atau dari material, dan produksi yang masing-masing
kejadian eksteral[1]. Sehubungan dengan itu, pekerjaan didapatkan 4 intermediate event. Dari 4
diperlukan manajemen risiko ntuk melihat risiko intermediate event dikembangkan lagi untuk
yang dihadapi dan meninjau pengaruhnya memperoleh basic event, dan diperoleh 16
terhadap sasaran kegiatan, selanjutnya akan kejadian dasar atau basic event yang menjadi
direncanakan penanganan berupa mitigasi risiko penyebab keterlambatan proyek pembangunan
untuk meminimalisasi dampak buruknya sehingga kapal Trimaran Bottom Glass[3].

Jurnal Teknik Perkapalan, Vol. XX, No. X Januari 20XX 1


Penelitiannya lainnya mengenai manajemen Nusantara 72. Berdasarkan latar belakang diatas,
risiko dilakukan pada proyek pembangunan kapal adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk
Kargo dengan metode Bow Tie Analysis. Metode mengetahui risiko yang menyebabkan terjadinya
ini adalah gabungan antara metode falut tree keterlambatan pada proyek pembangunan kapal di
analysis (FTA) dan event tree analysis (ETA) galangan tersebut, mengetahui probabilitas risiko,
dimana akan dihasilkan langkah pencegahan akar mengetahui risiko high risk, serta menentukan
permasalahan dan pengurangan akibat langkah yang tepat untuk memitigasi risiko yang
permasalahan tersebut dengan bantuan barrier. menjadi prioritas utama.
Dari hasil analisa menggunakan FTA didapatkan
hasil total peluang kejadian top event 2. METODE
keterlambatan proyek konstruksi kapal kargo 2.1. Objek Penelitian
terjadi sebesar 0,0935 yang dipengaruhi oleh Objek pada penelitian ini adalah Proyek
faktor utama penyebab keterlambatan yaitu Proses pembangunan kapal baru di Galangan Semarang
produksi terhambat dengan probabilitas minimal untuk mengetahui faktor penyebab keterlambatan
cut set 0,0745 dan Sistem manajemen kurang baik pada saat proses pembangunan berjalan.
0,0190. Hasil diagram ETA didapatkan kapal
kargo selesai diproduksi namun mengalami 2.2. Pengumpulan Data
keterlambatan berkisar antara 1 minggu – 1,5 Pengambilan dan pengumpulan data pada
tahun diakibatkan berbagai macam faktor dan penelitian ini menggunakan kuisioner dan
dikenai denda perharinya yaitu 1 0/00 dari total wawancara:
nilai kontrak Rp 122.000.000.000,-. Jadi denda 1. Kuisioner Tahap Pertama (Verifikasi oleh
berkisar antara Rp 854.000.000,- hingga Rp Ahli)
65.880.000.000,-.[4]. Kuisioner ini disajikan untuk
Analisa risiko dilakukan pada pembangunan mengidentifikasi adanya risiko kepada para ahli
Barge Mounted Power Plant (BMPP) didapatkan yang terlibat secara langsung pada proyek
risiko pada setiap jenis kegiatan yang terdapat pembagunan kapal perintis KM. Sabuk Nusantara
pada proses pembangunan menggunakan metode 72. Untuk menyusun kuisioner tahap pertama
FMEA mendapatkan 5 prioritas kegiatan dengan didapatkan risiko yang bersumber dari jurnal
nilai Risk Priority Number (RPN) tertinggi yaitu maupun literatur dan hasil observasi peneliti ke
risiko pada kegiatan Fabrikasi dan Sub Assembly pihak yang dianggap mengetahui kendala pada
RPN 396, Tongkang RPN 378, Proses saat pembangunan kapal.
Penambatan BMPP RPN 376.5, Grand Assembly Setelah menyusun kuisioner tahap awal ini
RPN 357.8, dan Hull Erection at Graving Dock kemudian disebarkan pada pakar yaitu tenaga ahli
RPN 340.7, maka perlu dilakukannya tindakan yang dapat mentransfer pengetahuan kepada yang
mitigasi risiko[5]. bukan ahli[7]. Hasil verifikasi risiko dengan
Berdasarkan hasil identifikasi dan analisis jawaban relevan dengan salah satu opsi tiap risiko
kejadian risiko yang telah akan dimasukan pada formulir pengisian kuisioner
dilakukan pada proyek pembangunan kapal tanker tahap kedua untuk melakukan penilaian terhadap
Pertamina 3500 DWT yang risiko yang sudah diidentifikasi.
dikerjakan oleh PT. Dumas Tanjung Perak 2. Kuesioner Tahap Kedua (Kuesioner
Shipyards ada tiga bagian yang diteliti dapat Penilaian)
diidentifikasi adanya 16 kejadian risiko. Dari Hasil identifikasi risiko pada kuisioner awal
penilaian bobot risiko dengan menggunakan diolah menjadi risiko basic event FTA yang akan
metode FMEA, diketahui adanya 4 kejadian risiko dilanjutkan menjadi kuesioner tahap kedua untuk
yang sangat berpengaruh pada keterlambatan menentukan nilai probabilitas risiko tersebut dan
proyek pembangunan kapal tanker, yaitu: menentukan nilai risiko sesuai dengan skala nilai
Kesulitan Memenuhi Syarat Kontrak RPN= pada FMEA.
501,15. Keterlambatan Material RPN = 370,73 3. Wawancara
Proses Custom Clearance Lama RPN= 310,22. Teknik pengumpulan data untuk
Keterlambatan Gambar (Design, Keyplan, mendapatkan keterangan lisan untuk identifikasi
Yardplan) RPN= 305,56. Dari hasil pengolahan Identifikasi terhadap potential effect , risk cause
data dapat disusun prioritas langkah mitigasi current control.
kejadian risiko yang diperlukan[6].
Mengacu pada penelitian sebelumnya penulis 2.3. Metode Fault Tree Analysis
ingin menggunakan metode FTA dan FMEA Fault Tree Analysis digunakan untuk
untuk menganalisa risiko di salah satu Galangan mengidentifikasi akar penyebab kegagalan suatu
Semarang akibat keterlambatan Proyek sistem bertujuan untuk mengurangi probabilitas
Pembangunan Kapal Perintis KM Sabuk terjadinya kegagalan. Digunakan pendekatan top-

Jurnal Teknik Perkapalan, Vol. XX, No. X Januari 20XX 2


down dimana peristiwa utama merupakan Top Tabel 2 Skala Severity
Event dan peristiwa paling dasar dari peristiwa Skala Kategori Deskripsi
utama adalah basic event.. Minimal Cutset adalah Sangat Tidak begitu berpengaruh
1
kombinasi terkecil dari suatu sistem hingga terjadi Rendah terhadap keterlambatan
kejadia puncak (Top Event)[8]. Berpengaruh <5% terhadap
2 Rendah
Minimal Cut Set pada OR Gate : keterlambatan
Berpengaruh 5%-10% terhadap
= 1 − P[XOR(X1, . . .Xn) = 0] 3 Menengah
keterlambatan
= 1 − P[X1 = 0 ∧ . . . ∧Xn = 0] 10%-20% sangat berpengaruh
= 1 − (1 − P[X1 = 1]) · . . . · (1 − P[Xn = 1] (1) 4 Tinggi
terhadap keterlambatan
Sangat >20% sangat berpengaruh
Minimal Cut Set pada AND Gate : 5
Tinggi terhadap keterlambatan
= P[X1 = 1 ∧ . . . ∧Xn = 1]
= P[X1 = 1] · . . . · P[Xn = 1] (2) b. Skala Occurance (Tingkat Frekuensi
Probabilitas kegagalan pada FTA dapat di Terjadi)
hitung menggunakan probability laws (hukum Seberapa sering terjadinya risiko terjadi
probabilitas) dimana P [X] nilai probabilitas basic dinilai dengan skala dari 1 (tidak pernah terjadi)
event intermediet event ke-1 sampai ke-n. sampai 5 (sangat sering terjadi)[11]. Tabel 3
Ketentuan skala probabilitas basic event menjelaskan deskripsi dari setiap skala occurance.
untuk mendapatkan minimal cut set mengacu pada
indeks frekuensi pada tabel 1 yang menjelaskan Tabel 3 Skala Occurance
skala kemungkinan terjadinya risiko dari tidak Skala Frekuensi Deskripsi
pernah terjadi dengan skala 1 sampai sering 1 Tidak pernah terjadi Minimal
terjadi dengan skala 5[9]. 2 Jarang terjadi Minor
3 Kadang terjadi Moderate
Tabel 1 Frequency Index 4 Sering terjadi Mayor
Skala Kategori Kualitatif Kuantitatif 5 Sangat sering terjadi Ekstrem
Setiap 100 kali
Tidak
1 proyek produksi 10-5 c. Skala Detectability (Tingkat dapat
pernah
kapal baru. Terdetksi)
Setiap 75 kali Tingkat terdeteksi nya sebuah risiko dapat
2 Jarang proyek produksi 10-4 dinilai menggunakan skala detectability pada tabel
kapal baru. 4 dibawah ini dengan penjelasan secara deskripsi
Setiap 25 kali
dan ditentukan berdasarkan frekuensi terjadinya
3 Kadang proyek produksi 10-3
kapal baru. dari skala 1 (metode pencegahan sangat efektif)
Setiap 5 kali proyek hingga skala 5 (metode pencegahan tidak
4 Sering 10-2 efektif)[11].
produksi kapal baru.
Sangat Setiap saat proyek
5 0.1 Tabel 4 Skala Detectability
sering produksi kapal baru.
Skala Frekuensi Deskripsi
2.4. Metode Failure Mode and Effect Analysis Metode pencegahan sangat
Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) 0,01
1 efektif. Tidak ada peluang bagi
digunakan untuk mengidentifikasi bagaimana per 1000 item
penyebab
komponen, sistem atau proses mengalami 0,1- 0,5 Peluang penyebab terjadi
2
kegagalan mencapai tujuan dengan rancangan per 1000 item sangat rendah
yang sudah ditentukan [10]. 1-5 Peluang penyebab terjadi
3
Risk Priority Number (RPN) merupakan hasil per 1000 item bersifat moderat.
pengolahan nilai FMEA berdasarkan hasil S x O x Peluang penyebab terjadi
10 – 20
4 tinggi. Metode pencegahan
D dari tiap risiko. per 1000 item
masih kurang efektif.
a. Skala Severity (Tingkat Keparahan) 50 - 100 Peluang penyebab terjadi
5 per 1000 item sangat tinggi. Metode
Setiap tinkgat keparahan dampak dari suatu
pencegahan tidak efektif.
risiko yang terjadi diberikan sebuah nilai severity
dari 1 (sangat rendah) sampai 5 (Sangat
2.5. Pemetaan Risiko
Tinggi)[11]. Tabel 2 menerangkan kategori dan Matriks 5x5 dengan kombinasi nilai severity
deskripsi dari nilai skala severitynya. dan occurance yang akan menentukan daerah
prioritas risiko yang nantinya perlu dilakukan
pembahasan respon risiko nya[12].

Jurnal Teknik Perkapalan, Vol. XX, No. X Januari 20XX 3


Tingkat keparahan risiko 5 2. Menggambarkan diagram Fault Tree
keterlambatan (severity) Analysis.
4 3. Menginput nilai probability basic event dari
hasil quisioner yang telah diisi responden
3 untuk mendapatkan hasil minimal cut set.
2 4. Penilaian risiko dengan FMEA di awali
dengan menentukan potensial effect, risk
1 cause, dan current control yang ditentukan
oleh ahli dari perusahaan dan menentukan
1 2 3 4 5 nilai severity, occurance dan detectability
dari hasil pengisian kuisioner
Tingkat kemungkinan risiko 5. Melakukan perhitungan RPN (Risk Priority
keterlambatan terjadi (occurance) Number)
Gambar 1 Gambar Pemetaan Matriks Risiko 6. Melakukan pemetaan risiko
7. Menentukan mitigasi risiko pada prioritas
Kategori risiko berdasarkan tingkatannya risiko.
terdiri dari risiko rendah (low risk) zona hijau,
risiko sedang (medium risk) zona kuning, dan 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
risiko tinggi (high risk) zona merah. Hasil dan pebahasan penelitian ini
didapatkan dari hasil pengisian kuisioner oleh
2.6. Pengolahan Data para responden yang menggambarakan risiko
Berikut ini adalah tahapan proses pengolahan risiko yang dapat mengakibatkan keterlambatan
data untuk menganalisis faktor penyebab proses produksi kapal perintis KM. Sabuk
keterlambatan proyek pembangunan kapal: Nusantara 72 di Galangan Semarang dengan
1. Melakukan identifikasi risiko yang menjadi parameter penilaian sesuai yang sudah ditetapkan.
faktor terjadinya keterlambatan proyek Penyebaran kuisioner dengan petunjuk pengisian
pembangunan kapal, peneliti dibantu oleh yang jelas. Hasil kuisioner yang terkumpul
para pakar dari perusahaan yang memiliki kemudian dilakukan analisa identifikasi risiko
kemampuan lebih dibidangnya untuk membuat diagram pohon kesalahan FTA dan
menentukan basic event pada analisa FTA. analisa hasil penilaian severity, occurane, dan
Daftar pakar responden yang tertera pada detectability menggunakan FMEA.
tabel 5 terdiri dari kepala departemen, ketua
bagian, wakil ketua bagian, kepala proyek, 3.1. Fault Tree Analysis
kasie dan staff. 3.1.1 Diagram FTA
Analisa penyebab keterlambatan pada proyek
Tabel 5 Data Pakar sebagai responden pembangunan kapal perintis KM. Sabuk
No Jabatan Lama Bekerja(Tahun) Nusantara 72 (Top Event) memiliki 2 (dua)
1 Kadep Perencanaan 31 intermediet event pada tingkat pertama yaitu
2 Kabag Perencanaan 32 proses produksi terhambat dan sistem manajemen
3 Kepala Proyek 10 kurang optimal.
4 Kepala Proyek 8 Pada proses produksi terhambat dihubungkan
5 Kepala Proyek 27 oleh 7 (tujuh) OR GATE sebagai intermediet
6 Quality Control 20 tingkat kedua dengan 7 faktor umum penyebab
7 Kabag Listrik 25
keterlambatan antara lain pengadaan material dan
8 Kasie Listrik 24
9 Kasie Listrik 6 perlengkapan lama, fasilitas peralatan kurang
10 Kasie Las 26 memadai, kondisi lingkungan kerja kurang baik,
11 Kabag Dock 24 keterbatasan pekerja, perubahan desain kapal,
12 Wakabag Dock 20 produktifitas pekerja kurang optimal,
13 Kasie Plat (Lambung) 15 keberterimaan produk terkendala. Sedangkan pada
14 Kabag Mesin 25 sistem manajemen kurang optimal dihubungkan
15 Wakabag Mesin 11 oleh 3 (tiga) OR Gate sebagai intermediet tingkat
16 Kasie Outfitting 25 kedua dengan 3 faktor penyebab yaitu control
17 Kabag Safety 22 pihak manajemen kurang baik, kurangnya
18 Staf Keselamatan 25
koordinasi di tempat kerja.
19 Kabag Gudang 25
20 Kabag Logistik 33 Permasalahan keterlambatan proses produksi
21 Kasie Outfitting 25 kapal perintis KM. Sabuk Nusantara diatas
22 Kabag Outfitting 10 didapatkan 35 risiko basic event/ kejadian dasar
antara lain barang impor, material belum ada di

Jurnal Teknik Perkapalan, Vol. XX, No. X Januari 20XX 4


pasaran, kualitas material kurang baik sehingga perjalanan ke tempat kerja, permasalahan
perlu dilakukan rebuy, Peralatan yang tidak keluarga, izin karena urusan pribadi yang
dirawat dengan baik, pemakaian alat yang mendadak, kapal diterima dengan catatan,
overwok, jumlah peralatan terbatas, permasalahan dilakukan pengerjaan ulang, kapal dijual ke pihak
pembayaran pembelian barang, pemadaman lain, action plan tidak terlaksana dengan baik,
listrik, cuaca buruk, fasilitas keamanan kurang hasil evaluasi hasil pekerjaan tidak dilakukan
layak, perekrutan karyawan dibatasi, beberapa dengan baik, koordinasi antara galangan dan OS
karyawan pension regenerasi karyawan terbatas, kurang baik, koordinasi antara pemilik kapal dan
sub kontraktor kurang terampil, sub kontraktor OS kurang baik, Schedule rencana awal banyak
belum di bayar,jumlah tenaga sub kontraktor perubahan.
kurang, peralatan sub kontraktor tidak sesuai Diagram Fault Tree Analysis
standar, koreksi biro klasifikasi, koreksi Owner keterlambatan proyek pembangunan kapal dapat
Surveyor, koreksi mesin oleh maker, koreksi dilihat pada gambar 3.
desainer, keahlian pekerja kurang baik,
permasalahan sesama tenaga kerja, permasalahan
pemberian hak karyawan, kecelakaan saat

Gambar 2 Diagram FTA Keterlambatan Proses Pembangunan Kapal

Keterangan mengenai kode kejadian pada proyek pembangunan kapal dijabarkan pada tabel
diagram Fault Tree Analysis keterlambatan 6.

Tabel 6 Keterangan Kejadian Diagram FTA


Kode Kode
Nama Kejadian Nama Kejadian
Kejadian Kejadian
A Proses produksi terhambat A.5.1 Koreksi biro klasifikasi
A1 Pengadaan material dan A.5.2
Koreksi Owner Surveyor
perlengkapan lama
A.1.1 Barang impor A.5.3 Koreksi mesin oleh maker
A.1.2 Material belum ada di pasaran A.5.4 Koreksi desainer
A.1.3 Kualitas material kurang baik A6 Produktifitas pekerja kurang
sehingga perlu dilakukan rebuy optimal
A.1.4 Permasalahan pembayaran A.6.1
Faktor internal
pembelian barang
A2 Fasilitas peralatan kurang A.6.1.1
Keahlian pekerja kurang baik
memadai
A.2.1 A.6.1.2 Permasalahan sesama tenaga
Peralatan yang rusak
kerja
A.2.1.1 Peralatan yang tidak dirawat A.6.1.3 Permasalahan pemberian hak
dengan baik karyawan
A.2.1.2 Pemakaian alat yang overwok A.6.2 Pengaruh eksternal
A.2.2 A.6.2.1 Kecelakaan saat perjalanan ke
Jumlah peralatan terbatas
tempat kerja

Jurnal Teknik Perkapalan, Vol. XX, No. X Januari 20XX 5


Kode Kode
Nama Kejadian Nama Kejadian
Kejadian Kejadian
A.3 Kondisi lingkungan kerja A.6.2.2
Permasalahan keluarga
kurang baik
A.3.1 A.6.2.3 Izin karena urusan pribadi yang
Pemadaman listrik
mendadak
A.3.2 A.7 Keberterimaan produk
Cuaca buruk
terkendala
A.3.3 Fasilitas keamanan kurang A.7.1
Kapal diterima dengan catatan
layak
A4 Keterbatasan pekerja A.7.2 Kapal tidak diterima
A.4.1 Jumlah tenaga kerja kurang A.7.2.1 Dilakukan pengerjaan ulang
A.4.1.1 Perekrutan karyawan dibatasi A.7.2.2 Kapal dijual ke pihak lain
A.4.1.2 B1 Kontrol pihak manajemen
Beberapa karyawan pension
kurang efektif
A.4.1.3 B.1.1 Action Plan tidak terlaksana
Regenerasi karyawan terbatas
dengan baik
A.4.2 B.1.2 Hasil evaluasi hasil pekerjaan
Sub kontraktor yang bermasalah
tidak dilakukan dengan baik
A.4.2.1 B2 Kurangnya koordinasi di
Sub kontraktor kurang terampil
tempat kerja
A.4.2.2 B.2.1 Koordinasi antara galangan dan
Sub kontraktor belum di bayar
OS kurang baik
A.4.2.3 Jumlah tenaga sub kontraktor B.2.2 Koordinasi antara pemilik
kurang kapal dan OS kurang baik
A.4.2.4 Peralatan sub kontraktor tidak B.3 Schedule rencana awal banyak
sesuai standar perubahan
A5 Perubahan desain kapal

3.1.2 Minimal Cut Set


Probabilitas basic event diperoleh dari hasil terhambat (A) dengan menggunakan persamaan
kuisioner dengan penilaian sesuai pada ketentuan (1).
tabel 1.
Hasil analisa dengan software menghasilkan Probabilitas minimal cutset :
probabilitas minimal cutset risiko intermediet = 1 – (1 – A1)(1 – A2)(1 – A3)(1 – A4)(1 –
event tingkat 2 pada proses produksi terhambat A5)(A – A6)(1 – A7)
terdapat pada tabel 7. = 1 - (1 - 0,0303)(1 - 0,0129)(1 - 0,0174)(1 -
0,0139)(1 - 0,0000)(1 - 0,0195)(1 - 0,0150)
Tabel 7 Minimal Cut Set Intermediet Event tingkat = 0,1043
2 Proses produksi terhambat
Probabilitas Hasil analisa probabilitas minimal cutset risiko
Kode
Nama Kejadian Minimal Cut intermediet event tingkat 2 pada sistem
Kejadian
Set manajemen kurang baik ditunjukan pada tabel 8.
Pengadaan material dan
A1 0,0303
perlengkapan lama
Fasilitas peralatan kurang Tabel 8 Minimal Cut Set Intermediet Event
A2 0,0129 tingkat 2 Sistem manajemen kurang optimal
memadai
Kondisi lingkungan kerja kurang
A3 0,0174
baik No Nama Kejadian Probabilitas
A4 Keterbatasan pekerja 0,0139
A5 Perubahan desain kapal 0,0000 Kontrol pihak manajemen
B1 0.0104
Produktifitas pekerja kurang kurang efektif
A6 0,0195 Kurangnya koordinasi di
optimal B2 0.0032
A7 Keberterimaan produk terkendala 0,0150 tempat kerja
Schedule rencana awal
B3 0.0094
banyak perubahan
Berdasarkan tabel 7 selanjutnya dilakukan
perhitungan probabilitas minimal cutset
intermediet tingkat pertama yaitu proses produksi

Jurnal Teknik Perkapalan, Vol. XX, No. X Januari 20XX 6


Pada tabel 8 dapat dapat ditentukan berdekatan dan bahkan sama dapat dilihat pada
perhitungan probabilitas minimal cut set sistem tabel 10. Selanjutnya dilakukan perhitungan Risk
manajemen kurang optimal (B) dengan Priority Number (RPN) dilakukan dengan
menggunakan persamaan (1): mengalikan nilai S x O x D untuk masing-masing
risiko basic event dari hasil penilaian seluruh
Probabilitas minimal cutset : responden. Perhitungan ini bertujuan untuk
= 1 − (1 – B1)(1 – B2)(1 – B3) mengetahui peringkat risiko.
= 1 – (1-0,0104)(1-0,0032)(1-0,0094) Contoh perhitungan RPN pada salah satu
= 0,0228 risiko basic event Permasalahan pemberian hak
karyawan (A.6.1.3) dijabarkan pada tabel 9.
Perhitungan nilai probabilitas pada Top Event
didaptakan berdasarkan hasil nilai probabilitas Tabel 9 Contoh perhitungan RPN pada risiko
minimal cut set dari “Proses Produksi Terhambat” basic event Permasalahan pemberian hak
yaitu 0,1043, dan “Sistem Manajemen Kurang karyawan (A.6.1.3)
Optimal” yaitu 0,0228 sehingga didapatkan nilai RPN
Responden S O D
probabilitas minimal cut set top event sebesar 1 – (S x O x D)
(1-0,1043)(1-0,0288) = 0,1248 1 2 2 2 8
Hasil minimal cut set diatas menunjukkan 2 2 2 2 8
bahwa nilai kemungkinan terjadinya 3 3 4 4 27
4 4 4 4 64
keterlambatan suatu proyek dalam batas normal.
5 3 2 3 18
Dalam hal ini berarti, risiko keterlambatan proyek 6 2 2 2 8
pembangunan masih dapat di atasi 7 3 3 3 27
penanganannya. Proses Produksi yang Terhambat 8 3 3 3 27
memiliki probabilitas lebih tinggi dari Sistem 9 3 3 3 27
Manajemen yang kurang optimal. Hal ini 10 4 3 4 48
disebabkan proses produksi meliputi berbagai hal 11 3 4 3 36
mulai dari desain, pemesanan barang, tenaga 12 4 4 3 48
kerja, fasilitas dan peralatan, lingkungan tempat 13 3 3 3 27
bekerja dll. 14 4 3 3 36
15 4 3 3 36
3.2. Failure Mode and Effect Analysis 16 3 2 2 12
3.2.1 Identifikasi potential effect, risk cause, dan 17 4 3 3 36
current control 18 2 2 2 8
Penentuan potential effect, risk cause, dan 19 3 3 3 27
current control dilakukan berdasarkan tiap risiko 20 2 2 2 8
basic event yang telah teridentifikasi dengan 21 3 4 4 48
metode Fault Tree Analysis. Identifikasi ini 22 3 3 3 27
dilakukan dengan cara melakukan wawancara Total RPN 632
terhadap pihak terkait/pakar di perusahaan yang
berkaitan langsung dengan proyek pembangunan Hasil perhitungan RPN pada risiko basic
kapal tersebut. Identifikasi terhadap potential event dapat dilihat pada tabel 10.
effect dilakukan sebagai indikator untuk
mengetahui tingkat keseriusan dampak yang Tabel 10 Hasil penilaian Severity (S), Occurance
ditimbulkan (severity). Identifikasi terhadap risk (O), dan Detectability (D) risiko basic event
cause dilakukan sebagai indikator untuk menilai Rata- Rata- Rata-
Kode TOTAL
seberapa sering risiko terjadi. Kemudian No rata rata rata
Kejadian RPN
identifikasi terhadap current control dilakukan S O D
sebagai indikator untuk mengukur kemampuan 1 A.6.1.3 3 4 3 632
sebuah risiko dapat terdeteksi (detectability). 2 A.1.4 3 4 3 631
3 A.4.2.1 3 4 3 605
3.3. Penilaian Risiko menggunakan FMEA 4 3 4 3 570
A.2.2
Penilaian severity (S), occurance (O), dan
5 A.2.1.1 3 4 3 566
detectability (D) risiko basic event yang telah
dilakukan oleh masing-masing responden dihitung 6 A.2.1.2 3 4 3 564
nilai rata-rata dimana nilai mean, median dan 7 A.4.2.2 3 4 3 538
mode sebagian besar memiliki nilai yang 8 A.1.3 3 4 3 532

Jurnal Teknik Perkapalan, Vol. XX, No. X Januari 20XX 7


Rata- Rata- Rata- 5
Kode TOTAL 4
No rata rata rata
Kejadian RPN A.1.1 ,
S O D A.3.1,

Tingkat keparahan risiko


keterlambatan (severity)
A.3.2,
9 A.1.2 3 4 3 513 A.3.3,
A.4.1.3,
A.1.2, A.1.3,
10 A.5.1 3 4 3 510 A.4.2.3,
A.1.4, A.2.1.1,
A.4.2.4,
11 A.5.2 3 4 3 507 A.5.3,
A.2.1.2, A.2.2,
A.4.2.1,
A.5.4,
12 B.1.1 3 3 3 490 3 A.6.1.1,
A.4.2.2,
A.5.1,A.5..2,
A.7.1,
13 A.4.2.3 3 3 3 489 A.7.2.1,
A.6.1.3
B.1.1,
14 A.4.2.4 3 3 3 486 B.1.2,
B.2.1,
15 B.3 3 3 3 485 B.2.2, B3
A.6.2.1,
16 3 3 3 480 A.4.1.1,
A.7.2.1 2 A.6.2.2,
A.4.1.2,
A.6.2.3,
A.6.1.2
A.7.2.2

Tabel 11 Hasil penilaian Severity (S), Occurance 1


(O), dan Detectability (D) risiko basic event 1 2 3 4 5
(Lanjutan)
Tingkat kemungkinan risiko
Rata- Rata- Rata-
Kode TOTAL keterlambatan terjadi (occurance)
No rata rata rata
Kejadian RPN
S O D Gambar 3 Hasil Pemetaan Risiko
17 A.3.1 3 3 2 479
18 A.1.1 3 3 3 464 Berdasarkan pemetaan risiko pada gambar 4
19 A.3.3 3 3 3 464 didapatkan 12 risiko kategori high risk (zona
20 A.3.2 3 3 2 456 merah), 19 risiko kategori medium risk (zona
21 A.5.4 3 3 3 451 kuning), 4 risiko kategori low risk (zona hijau).
22 B.1.2 3 3 3 450
3.5 Rekomendasi risiko kategori high risk
23 A.6.1.1 3 3 2 429
Langkah-langkah untuk memperoleh langkah
24 A.4.1.3 3 3 2 403 mitigasi terkait dengan kejadian risiko kategori
25 A.4.1.2 2 3 2 399 high risk yang merupakan tingkatan prioritas
26 B.2.1 3 3 3 396 tinggi dalam penangannya, dilakukan focus group
27 A.5.3 3 3 2 384 discussion (FGD) dengan Kepala Divisi
28 A.4.1.1 2 3 2 379 Perencanaan dan Teknik, Kepala Divisi Komersil,
29 A.7.1 3 3 2 367 Kepala Proyek dan Kepala Bagian terkait. Dalam
30 A.6.1.2 2 3 2 307 FGD tersebut disepakati bahwa ada 5 kejadian
31 B.2.2 3 3 2 303 risiko utama dari 7 risiko utama yang menduduki
32 A.6.2.1 2 2 2 278 intermediet event yang mencakup 11 risiko
33 A.6.2.3 2 2 2 258 kategori high risk yaitu pada Kesulitan pasokan
34 A.6.2.2 2 2 2 243 material dan perlengkapan kapal (A1), Fasilitas
35 A.7.2.2 2 2 2 146 galangan kurang memadai (A2), Keterbatasan
pekerja (A4), Perubahan desain kapal (A5),
Berdasarkan tabel 9 risiko basic event Produktifitas pekerja kurang optimal (A6).
dengan RPN tertinggi adalah permasalahan Berdasarkan focus group discussion (FGD)
pemberian hak karyawan (A.6.1.3) dan RPN yang telah dilakukan, bersama Kepala Divisi
terendah adalah kapal dijual ke pihak lain Perencanaan dan Teknik, Kepala Divisi Komersil,
(A.7.2.2). Kepala Proyek dan Kepala Bagian terkait
diperoleh rekomendasi perbaikan yang
3.4 Pemetaan Risiko dikembangkan dari arsip dan pengalaman cara
Hasil tingkatan kategori risiko basic event mengatasi risiko yang pernah terjadi sebelumnya
disajikan pada gambar 4. di perusahaan tersebut serta dari sumber jurnal
mengenai penelitian manajemen risiko terkait.
Dari hasil pengolahan data dapat disusun prioritas
langkah mitigasi kejadian risiko yang diperlukan,
sebagaimana dapat dilihat pada gambar 4. Adapun
langkah mitigasi risiko berupa rekomendasi
perbaikan yang diperoleh dari hasil observasi dan
diskusi dapat dilihat pada tabel 11.

Jurnal Teknik Perkapalan, Vol. XX, No. X Januari 20XX 8


Tabel 12 Hasil nilai RPN pada risiko dengan rekomendasi perbaikan
berdasarkan penilaian pakar perusahaan

Kode
Nama Kejadian Rekomendasi Perbaikan
Kejadian
Membuat kontrak mengenai aturan pemberian
gaji dengan batas waktu.
Permasalahan pemberian hak Pemberian insentif kepada karyawan dengan
A.6.1.3
karyawan kinerja yang sangat baik.
Perencanaan keuangan dengan produktifitas
pekerja semaksimal mungkin.
Persiapan uang modal yang cukup, sehingga jika
Permasalahan pembayaran
A.1.4 dana owner tidak turun tetap mempunyai backup
pembelian barang
plan.
Pemilihan dan persyaratan menerima jasa sub
kontraktor diperketat.
Sub kontraktor kurang Melakukan penilaian kinerja sub kontraktor
A.4.2.1
berkompeten secara kontinyu.
Penempatan pekerja dengan efektif sesuai bidang
keahliannya.

Menyiapkan daftar kebutuhan alat dan


A.2.2 Jumlah peralatan terbatas menyiapkan backup plan dengan menyewa
peralatan agar tetap memenuhi kebutuhan

Sertifikasi alat sesuaikan dengan standar yang


harus dipenuhi.
Peralatan yang tidak dirawat Pengecekan peralatan rutin 3 bulan sekali.
A.2.1.1
dengaan baik Respon serta penanganan yang baik jika terjadi
laporan kerusakan pada alat dan fasilitas
galangan yang lain.
Fasilitas Sarana dan Peralatan menyesuaikan
dengan kebutuhan galangan tidak kurang dan
Pemakaian alat melebihi
A.2.1.2 tidak lebih
batas
Melakukan rental/ sewa peralatan dari luar agar
proses produksi berjalan dengan normal
Pembayaran sub kontraktor dengan presentasi
90% dari total dan 10% pelunasan diakhir.
Sub kontraktor belum Sistem pembayaran ini dilakukan untuk
A.4.2.2
dibayar menghindari terjadinya mutu dan kualitas hasil
pekerjaan jika masih ada koreksi masih tanggung
jawab dari sub-kontraktor.
Sebaiknya pihak QC galangan melakukan
Kualitas material kurang baik
A.1.3 pemeriksaan kualitas material ke pihak vendor
sehingga dilakukan rebuy
sebelum dikirim.
Pengadaan material lebih dipercepat sebelum di
Material belum ada di mulainya proses produksi dan selalu alokasikan
A.1.2
pasaran perkiraan jadwal kedatangan material terhadap
schedule yang telah direncanakan.
Pengawasan terhadap hasil pekerjaan di perketat
A.5.1 Koreksi gambar oleh BKI dan jika masih ada yang di koreksi lakukan
tindakan secepat dan seefektif mungkin.
Segera ambil tindakan seefektif mungkin
A.5.2 Koreksi interior oleh OS
terhadap permintaan dari Owner Surveyor

Jurnal Teknik Perkapalan, Vol. XX, No. X Januari 20XX 9


3.6 Pembahasan 1. Hasil analisa risiko dengan metode Fault Tree
Dari hasil prioritas langkah mitigasi diatas Analysis (FTA) didapatkan 2 (dua) faktor
diketahui bahwa priortas pertama adalah utama yang menyebabkan keterlambatan yaitu
Permasalahan pemberian hak karyawan yang Proses produksi terhambat dengan probabilitas
dapat mengganggu produktifitas pekerja menurun. minimal cut set 0,1043 dan Sistem anajemen
Hal ini sangat penting karena produktifitas pekerja yang kurang optimal dengan probabilitas
sangat mempengaruhi proses pembangunan. minimal cut set 0,0228. Sehingga didapatkan
Dalam penelitan ini diketahui bahwa probabilitas kejadian puncak (Top event)
keterlambatan penyelesaian pembangunan kapal dimana kemungkinan terjadinya keterlambatan
tidak hanya disebabkan oleh Bagian produksi. suatu proyek dalam batas normal sesuai aturan
Bagian Keuangan yang tidak berhubungan probabilitas FTA dimana peristiwa top event
langsung dengan Bagian Produksi juga menjadi dengan probabilitas 1 menunjukan peristiwa
penyebab keterlambatan penyelesaian tersebut tidak lagi dapat diandalkan atau
pembangunan kapal di galangan Semarang ini. Keterlambatan proyek pembangunan
Risiko tersebut terjadi karena kondisi permodalan probabilitas terjadinya sangat tinggi. Dalam hal
perusahaan yang belum siap dalam perencanaan ini berarti, risiko keterlambatan proyek
dan pembagian keuangan yang baik. Hal ini pembangunan masih dapat di atasi
sangat relevan jika dikaitkan dengan karakteristik penanganannya.
bisnis industri galangan kapal yaitu: padat karya, 2. Hasil pengolahan data menggunakan metode
padat modal dan padat teknologi. Dukungan Failure Mode and Effect Analysis (FMEA)
permodalan dari sektor perbankan sangat didapatkan 11 risiko kategori high risk yaitu :
diperlukan untuk mendukung industri galangan Permasalahan pemberian hak karyawan RPN
kapal nasional agar lebih siap dalam menerima 632, Permasalahan pembayaran pembelian
order pembangunan kapal. Peran asosiasi barang RPN 631, Sub kontraktor kurang
Ipperindo sangat diperlukan untuk melakukan berkompeten RPN 605, Jumlah peralatan
sosialisasi kondisi bisnis dan operasi galangan terbatas RPN 570, Peralatan yang tidak dirawat
kapal kepada sektor perbankan. dengaan baik RPN 566, Pemakaian alat
Selain itu terdapat kejadian risiko yang melebihi batas RPN 64, Sub kontraktor belum
bersifat khusus yang terjadi pada galangan kapal dibayar RPN 538, Kualitas material
tertentu saja. Sebagai contoh adalah kejadian kurang baik sehingga dilakukan rebuy RPN
risiko keterlambatan material yang disebabkan 532, Material belum ada di pasaran RPN 513,
oleh lamanya proses custom clearance. Untuk Koreksi gambar oleh BKI RPN 510, Koreksi
galangan kapal yang berada di kawasan Batam interior oleh OS RPN 507.
proses custom clearance untuk impor material dan 3. Berdasarkan hasil observasi dan diskusi yang
Peralatan kapal tentunya tidak menjadi kendala telah dilakukan bersama dengan dengan
yang berarti. Dengan minimnya kendala dalam Kepala Divisi Perencanaan dan Teknik, Kepala
proses impor tersebut memungkinkan galangan Divisi Komersil, Kepala Proyek dan Kepala
kapal di Batam untuk membangun kapal dengan Bagian terkait didapatkan urutan risiko beserta
lebih cepat dan lebih murah dibandingkan langkah mitigasi yang diperlukan berupa
galangan kapal nasional. Untuk mengetahui rekomendasi perbaikan untuk risiko kategori
perbedaan kondisi ini, maka perlu dilakukan high risk. Sebagaimana dapat dilihat pada tabel
penelitian dengan melibatkan beberapa 12.
perusahaan galangan kapal dengan kategori
tertentu, yaitu galangan kapal di Batam. Dengan 4.2 Saran
diketahuinya perbedaan produktivitas terkait Untuk penelitian selanjutnya diusulkan untuk
adanya perbedaan perlakuan bagi galangan kapal pembuktian penurunan nilai RPN pada proyek
di Batam maka dapat diusulkan kepada pemeritah kapal selanjutnya yang telah melaksanakan
langkah langkah yang sesuai untuk rekomendasi perbaikan pada penelitian ini apakah
pengembangan industri galangan kapal nasional. telah sesuai dengan perkiraan penurunan nilai
RPN yang telah didapatkan dan mengembangkan
4. KESIMPULAN DAN SARAN hasil dari potensi risiko yang sudah didapat untuk
4.1 Kesimpulan melakukan analisa estimasi biaya, kinerja dan
Berdasarkan hasil identifikasi dan analisis waktu sehingga dapat meminimalisir risiko yang
risiko yang telah dilakukan di salah satu Galangan mengakibatkan keterlambatan terjadi dari segi
Semarang akibat keterlambatan proyek perencanaan yang baik.
pembangunan kapal KM. Sabuk Nusantara 72
diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut :

Jurnal Teknik Perkapalan, Vol. XX, No. X Januari 20XX 10


DAFTAR PUSTAKA risk assessment. 1999.
[1] B. Djohanputro, Manajemen Risiko
Korporat Terintegrasi. Jakarta: PPM,
2006.
[2] J. D. Andrews and T. R. Moss, Reliability
and Risk Assessment. New York, USA:
AME Press, 1993.
[3] F. I. Almaeda, “Penilaian Risiko
Operasional Proses Pembangunan Kapal
Wisata Trimaran Bottom Glass
Menggunakan Metode Fault Tree Analysis
Dan Matrik Risiko Pada PT.ABC,” J.
Sumberd. Bumi Berkelanjutan, vol. 1, no.
1, pp. 127–135, 2022.
[4] R. Kurniawan, Silvianita, and D. M.
Rosyid, “Studi Keterlambatan Proyek
Pembangunan Kapal Kargo Dengan
Metode Bow Tie Analysis,” Institut
Teknologi Sepuluh November, 2015.
[5] A. R. Yosaka and M. Basuki, “Analisa
Risiko Pembangunan Barge Mounted
Power Plant (BMPP) 60 MW di PT. PAL
Indonesia (Persero) Menggunakan Metode
Failure Mode and Effect Analysis (FMEA)
dan Matrik Risiko,” J. Sumberd. Bumi
Berkelanjutan, vol. 1, no. 1, pp. 476–492,
2022.
[6] M. Prihandono, B. Syariudin, and B.
Ma’ruf, “Analisis Risiko Pada
Pembangunan Kapal (Studi Kasus Pada
Pembangunan Kapal Tanker Pertamina
3500 DWT di PT Dumas Tanjung Perak
Shipyards),” Dep. Manaj. Teknol. Bid.
Keahlian Manaj. Ind., 2017.
[7] E. Turban, J. E. Aronson, and T. P. Liang,
Decision Support Systems and Intelligent
Systems 7th edition. New Delhi: Prentice-
Hall of India, 2007.
[8] W. E. Vesely, F. F. Goldberg, N. H.
Roberts, and D. F. Haasl, “Fault Tree
Handbook (NUREG-0492),” U.S. Nucl.
Regul. Com., p. 209, 1981.
[9] International Maritime Organization,
“Interim Guidelines for the Application of
Formal Safety Assessment (FSA) to the
IMO Rule-Making Process. London, 1997.
[10] Badan Standarisasi Nasional, Manajemen
Risiko- Teknik Penilaian Risiko. Jakarta:
Badan Standarisasi Nasional, 2016.
[11] V. Gaspersz, Total Quality Management.
Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama,
2002.
[12] International Organization for
Standardization, Petroleum and natural
gas industries — Offshore production
installations — Guidelines on tools and
techniques for hazard identification and

Jurnal Teknik Perkapalan, Vol. XX, No. X Januari 20XX 11

Anda mungkin juga menyukai