Anda di halaman 1dari 4

ebelum mengenal obat-obatan yang dikonsumsi pasien 

tuberkulosis, ketahui dulu


tahapan pengobatannya. Pengobatan TBC dibagi menjadi 2 tahap, yaitu:

1. Tahap Awal

Pada tahap awal, obat untuk TBC diberikan setiap hari. Hal ini bertujuan untuk
menurunkan jumlah kuman dalam tubuh pasien.
Pengobatan tahap awal diberikan selama dua bulan. Ketika pengobatan dijalani
secara rutin, setidaknya selama dua minggu, potensi penularan penyakit TBC pun
berkurang pesat.

2. Tahap Lanjutan

Obat antituberkulosis tahap lanjutan ditujukan untuk membunuh sisa-sisa kuman


yang masih ada dalam tubuh pasien. Alhasil, tingkat kekambuhan penyakit makin
kecil. Bahkan, penyakit TBC bisa hilang sama sekali.
Jenis obat TBC yang digunakan pada tahap ini berkurang. Namun, jangka waktu
konsumsinya lebih lama. 
Artikel lainnya: Penyebab Penderita TBC Rentan Depresi

Beberapa Jenis Obat TBC

Beberapa obat TBC yang wajib dikonsumsi oleh penderita, di antaranya:

1. Isoniazid (H)

Isoniazid bersifat bakterisidal atau membunuh kuman. Antibiotik untuk TBC ini


bisa menimbulkan efek samping, berupa neuropati perifer, psikosis toksis,
gangguan fungsi hati, hingga kejang.

2. Rifampisin (R)

Sama seperti isoniazid, rifampisin bersifat bakterisidal. Efek samping obat ini bisa


memicu flu, gangguan saluran cerna, urine berwarna merah, gangguan fungsi hati,
trombositopeni, demam, ruam kulit, sesak napas, dan anemia hemolitik.

3. Pirazinamid (Z)

Memiliki sifat bakterisidal, pirazinamid bisa menyebabkan efek samping, berupa


gangguan pencernaan dan fungsi hati, maupun artritis gout.
4. Streptomisin (S)

Streptomisin memiliki sifat bakterisidal. Efek samping yang ditimbulkan obat


antituberkulosis ini, berupa nyeri di tempat suntikan, gangguan keseimbangan dan
pendengaran, renjatan anafilaktik, anemia, agranulositosis, serta trombositopeni.

5. Etambutol (E)

Etambutol bersifat bakteriostatik, artinya menghentikan pertumbuhan bakteri,


bukan membunuh bakteri. Obat TBC ini menimbulkan efek samping, berupa
gangguan penglihatan, buta warna, penyempitan jarak pandang, sakit kepala, sakit
perut, mual, dan muntah.
Artikel lainnya: Cegah Penyakit TBC dengan Langkah-Langkah Ini

Kombinasi Obat TBC Berdasarkan Kategori Pasien

Nah, kombinasi obat TBC bisa diberikan berdasarkan kategori pasien. Pasien TBC
dibagi menjadi beberapa kategori, yaitu:

1. Kategori I Kasus Baru


BTA positif menandakan adanya bakteri tahan asam pada sampel dahak orang
yang diduga terinfeksi TBC. Sementara BTA negatif artinya ada kemungkinan
tidak terjadinya infeksi TBC.
Pasien kategori I kasus baru memiliki BTA positif, tapi belum pernah
mendapatkan pengobatan antituberkulosis selama kurang dari 4 minggu. 
Golongan ini juga bisa memiliki BTA negatif dengan TB ekstra paru, yaitu infeksi
bakteri menyerang organ selain paru) yang berat.
Berdasarkan rumus yang direkomendasikan oleh WHO, kombinasi obat standar
nasional untuk kategori I kasus baru adalah 2(HRZE) / 4(HR)3.
Berikut keterangannya:
H = Isoniazid 
R = Rifampisin
Z = Pirazinamid
E = Etambutol
S = Streptomisin
Nah, angka pada rumus kombinasi obat merupakan durasi konsumsi dan frekuensi
pemberian per minggu. Angka yang terdapat di depan regimen obat untuk TBC
merupakan durasi konsumsinya, sedangkan angka dibelakang regimen merupakan
berapa kali pemakaian obat dalam seminggu.

2. Kategori II 

Pasien tergolong kategori II jika memiliki kondisi di bawah ini:


 Relaps
Pasien telah dinyatakan sembuh setelah menyelesaikan pengobatan, tapi hasil BTA
kembali positif. Untuk pasien relaps, kombinasi obat TBC yang direkomendasikan
adalah 2(HRZE)S / 5(HR)3E3.
 Kasus Gagal
BTA pasien tetap positif atau kembali positif setelah pengobatan selama 5 bulan.
Seperti pasien relaps, kombinasi obat untuk kasus gagal, yaitu 2(HRZE)S /
5(HR)3E3. 
 Pengobatan Terputus
Pasien yang telah berobat, tapi berhenti, dan kembali dengan keadaan BTA positif
atau hasil radiologi menunjukan status TB aktif. Pasien dengan pengobatan
terputus haru memperoleh kombinasi obat TBC 1(HRZE)
Artikel lainnya: Ketahui Penyebab dan Gejala TBC Ginjal

3. Kategori III
Kriteria kategori ini adalah pasien dengan hasil rontgen positif dengan kondisi TB
ekstra paru ringan. Pasien kategori III harus memperoleh kombinasi obat TBC,
berupa 2(HRZ) / 4 (HR)3

4. Pasien Kasus Kronik

Pasien dengan BTA tetap positif setelah menjalani pengobatan ulang. Kombinasi
obat TBC untuk pasien kasus kronik adalah 1 HRZE.

5. Kategori Anak

Sementara itu, pasien TBC anak harus memperoleh kombinasi obat TBC, berupa
2(HRZ) / 4(HR) atau 2HRZA(S) / 4-10HR.
Untuk mempermudah konsumsi obat TBC yang cukup banyak, kini tersedia
kombinasi obat yang terdiri dari 2-4 jenis obat antituberkulosis (OAT). Kombinasi
ini dikenal sebagai FDC atau fixed drug combination. Keuntungan FDC, antara
lain:
 Dosis obat dapat disesuaikan dengan berat badan sehingga efektivitasnya
lebih tinggi dan kemungkinan terjadinya efek samping bisa ditekan
 Mencegah penggunaan obat tunggal sehingga menurunkan risiko terjadinya
resistensi obat ganda dan mengurangi kesalahan penulisan resep
 Jumlah tablet yang ditelan jauh lebih sedikit sehingga pengobatan jadi lebih
sederhana
 Meningkatkan kepatuhan pasien untuk mengonsumsi obat-obatan sesuai
anjuran dokter
Artikel lainnya: Ini yang Harus Anda Lakukan Saat Kena TBC
Meski tergolong penyakit berbahaya, tuberkulosis dapat disembuhkan dengan
konsumsi obat TBC secara rutin dan teratur. 

Anda mungkin juga menyukai