Anda di halaman 1dari 8

 Alasan pilih obat tradisional

(1) lebih efektif, alami dan biaya ringan, (2) tidak menimbulkan efek samping, (3) karena
keyakinan atau kepercayaan, (4) tradisi turun temurun, 5. Pengobatan tradisional bagi
suku-suku bangsa di Indonesia merupakan salah satu warisan budaya, karenanya
pengobatan tradisional menjadi sebuah hal yang wajib untuk terus digali, diteliti,
serta dikembangkan agar penerapannya secara medis dapat
dipertanggungjawabkanPelayanan kesehatan tradisional telah diakui keberadaannya
sejak dahulu kala dan dimanfaatkan oleh masyarakat dalam upaya preventif, promotif,
kuratif dan rehabilitatif. Sampai saat ini pelayanan kesehatan tradisional  terus
berkembang sesuai dengan kemajuan teknologi disertai dengan peningkatan
pemanfaatannya oleh masyarakat  sebagai imbas dari  semangat untuk kembali
menggunakan hal-hal  yang   bersifat  alamiah  atau dikenal dengan istilah ’back to
nature’.

(2) Dalam dunia internasional, perkembangan pelayanan kesehatan tradisional juga telah
mendapat perhatian dari berbagai negara. Dari hasil kesepakatan pertemuan
WHO Congress on Traditional Medicine di Beijing pada bulan November 2008
disebutkan bahwa pelayanan kesehatan tradisional yang aman dan bermanfaat dapat
diintegrasikan ke dalam sistem pelayanan kesehatan. Dari pertemuan WHA pada tahun
2009 disebutkan dalam salah satu resolusinya bahwa WHO mendorong negara-negara
anggotanya agar mengembangkan Pelayanan Kesehatan Tradisional  di negaranya sesuai
kondisi setempat.
(3) Pemerintah melalui Kementerian Kesehatan mempunyai tugas untuk melaksanakan
program pembinaan terhadap pelayanan kesehatan tradisional. Hal ini bertujuan agar 
pelayanan kesehatan tradisional dapat diselenggarakan dengan penuh tanggungjawab
terhadap manfaat, keamanan dan juga mutu pelayanannya sehingga masyarakat
terlindungi dalam memilih jenis pelayanan kesehatan tradisional yang sesuai  dengan
kebutuhannya. Masyarakat juga perlu diberikan kesempatan yang seluas-luasnya untuk
menggunakan dan  mengembangkan pelayanan kesehatan tradisional  dan pemerintah
mempunyai kewajiban untuk melakukan penapisan, pengawasan, dan pembinaan yang
baik sehingga masyarakat  terhindar dari hal-hal yang merugikan akibat informasi yang
menyesatkan atau pelayanan yang tidak dapat dipertanggungjawabkan
(4) DASAR HUKUM PELAYANAN KESEHATAN TRADISIONAL
(5) Dalam Undang-Undang Republik Indonesia No.36 tahun 2009 tentang kesehatan terdapat
beberapa pasal yang mengatur tentang Pelayanan Kesehatan tradisional yaitu pada pasal
1, 48, 59, 60 dan 61. Pada pasal  1 butir 16 yang disebutkan bahwa ”Pelayanan Kesehatan
Tradisional adalah pengobatan dan atau perawatan dengan cara dan obat yang mengacu
pada pengalaman dan keterampilan turun temurun secara empiris yang dapat
dipertanggung jawabkan dan diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku di
masyarakat”.  Dalam pasal 48 juga disebutkan bahwa pelayanan kesehatan tradisional
merupakan salah satu penyelenggaraan upaya kesehatan. Dalam pasal 59 disebutkan
bahwa pelayanan kesehatan tradisional terbagi menjadi 2 jenis, yaitu Pelayanan
Kesehatan Tradisional Keterampilan dan Pelayanan Kesehatan Tradisional Ramuan.
Dalam pasal ini juga disebutkan bahwa seluruh jenis Pelayanan Kesehatan Tradisional
dibina dan diawasi oleh Pemerintah, agar dapat dipertanggungjawabkan manfaat dan
keamanannya serta tidak bertentangan dengan norma agama.  Dalam pasal 60 dan 61
disebutkan bahwa orang yang melakukan pelayanan kesehatan tradisional harus
mengikuti aturan yang telah ditetapkan, dan masyarakat diberikan kesempatan seluas-
luasnya untuk mengembangkan, meningkatkan dan menggunakan pelayanan kesehatan
tradisional yang dapat dipertanggungjawabkan manfaat dan keamanannya.
(6) Jenis Pelayanan Kesehatan Tradisional Ramuan, antara lain: Jamu, Gurah, Homeopathy,
Aroma Terapi, SPA terapi, dan metode lain yang menggunakan ramuan. Sedangkan yang
termasuk dalam Yankestrad Keterampilan, antara lain: akupunktur, chiropraksi, pijat urut,
shiatsu, patah tulang, dukun bayi, battra sunat, refleksi, akupressur, bekam, apiterapi,
penata kecantikan kulit/rambut, tenaga dalam, paranormal, reiki, qigong, kebatinan, dan
metode lainnya yang mengunakan keterampilan.
(7) PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM PELAYANAN KESEHATAN
TRADISIONAL MELALUI TOGA
(8) Pelayanan Kesehatan Tradisional sendiri dapat digunakan masyarakat dalam mengatasi
gangguan kesehatan secara mandiri (self-care), baik untuk pribadi maupun untuk keluarga
melalui pemanfaatan Taman Obat Keluarga (TOGA). Hal ini sangat berguna, khususnya
di daerah yang mengalami keterbatasan dalam memperoleh akses pelayanan kesehatan.
(9) Bila dilihat lebih jauh manfaat TOGA dalam mendukung masyarakat yang sehat secara
mandiri, akan berdampak pada upaya untuk mewujudkan pencapaian tujuan MDG’s di
bidang Kesehatan, yaitu Menanggulangi Kemiskinan dan Kelaparan, Menurunkan Angka
Kematian Anak, Meningkatkan Kesehatan Ibu, dan Memerangi HIV/AIDS, Malaria, dan
Penyakit Menular Lainnya.
(10) Upaya dukungan dari Pelayanan Kesehatan Tradisional dalam
mencapai tujuan MDG’s antara lain perawatan ibu setelah bersalin dengan
memanfaatkan daun Katuk dan Lobak sebagi sayur dan biji jagung tua yang disangrai
untuk memperlancar keluarnya ASI dalam mendukung pencapaian ASI Eksklusif.
Pemanfaatan daun Kacang Panjang, daun Dadap Serep, dan  Bawang Merah untuk
mengobati payudara bengkak (mastitis) dengan cara ditumbuk dan ditempelkan ke
seluruh payudara, kecuali pada puting susu.  Jeruk nipis dicampur dengan kapur sirih dan
minyak kayu putih juga dapat dimanfaatkan untuk perawatan perut setelah melahirkan.
Dalam menjaga kesehatan anak, bisa menggunakan Temulawak dan Beras Kencur untuk
menambah nafsu makan. Jika anak demam, dapat diobati dengan memanfaatkan daun
Sambiloto dan Pule yang didihkan dengan air kemudian diminum, selain itu dapat
memanfaatkan daun Dadap Serep dan daun Kembang Sepatu yang diremas-remas dan
ditempelkan di kepala anak. Pemanfaatan pijat pada anak yang sudah ada turun temurun
di Indonesia untuk memperlancar peredaran darah dan meningkatkan kebugaran pada
anak. Pemanfaatan daun Jambu Biji yang masih muda dapat digunakan dalam
penanggulangan diare pada Balita sedangkan untuk mengobati disentri, bisa
memanfaatkan daun Sambiloto kering yang direbus atau menggunakan daun Patikan Cina
yang dicampur dengan Bawang Merah dan Pulosari. Tanaman Serai dan Lavender bisa
dimanfaatkan sebagai pengusir nyamuk. Pemanfaatan TOGA/Jamu untuk memelihara
kesehatan yang berimplikasi pada peningkatan Usia harapan Hidup seperti daun Landep
Segar dan Gandarusa sebagai obat pegal linu dan masih banyak hal-hal lain dari bumi
Indonesia yang belum tergali pemanfaatannya untuk kesehatan.
(11) PEMBINAAN DAN PENGAWASAN PELAYANAN KESEHATAN
TRADISIONAL
(12) Dalam kebijakan Kementerian Kesehatan RI, pembinaan dan pengawasan
Pelayanan Kesehatan Tradisional dilakukan melalui 3 (tiga) pilar. Pilar pertama adalah
Regulasi, adapun dukungan regulasi terhadap Pelayanan Kesehatan Tradisional telah
dituangkan dalam Undang-Undang RI No. 36 tahun 2009 yang telah disebutkan diatas,
SKN tahun 2009 yang menyebutkan bahwa Pengobatan Tradisional merupakan bagian
sub sistem Upaya Kesehatan, Kepmenkes RI Nomor 1076/Menkes/SK/VII/2003 tentang
Penyelenggaraan Pengobatan Tradisional dan  Kepmenkes No 1/2010 tentang Saintifikasi
Jamu berbasis pelayanan. Pilar kedua adalah Pembina Kemitraan dengan berbagai Lintas
Sektor terkait dan organisasi (asosiasi) pengobat tradisional termasuk pengawasan
terhadap tenaga pengobat tradisional baik yang asli Indonesia maupun yang berasal dari
luar negeri. Pilar ketiga adalah Pendayagunaan Sentra Pengembangan dan Penerapan
Pengobatan Tradisional (Sentra P3T) untuk menapis metode Pelayanan Kesehatan
Tradisional di masyarakat dan melakukan pembuktian melalui pengkajian, penelitian, uji
klinik, baik terhadap cara maupun terhadap manfaat dan keamanannya. Pada saat ini
sudah ada 11 Sentra P3T tersebar di 11 Provinsi yaitu Sumatera Utara, Jawa Barat, DKI,
Jawa Tengah, Jawa Timur, DIY, Bali, NTB, Maluku, Sulawesi Utara, Sulawesi Tenggara
serta adanya Balai Kesehatan Tradisional Masyarakat (BKTM) di Makassar dan Loka
Kesehatan Tradisional Masyarakat (LKTM) di Palembang.
(13) Pembinaan dan pengawasan terhadap pelayanan kesehatan tradisional dilakukan
secara berjenjang mulai dari tingkat rumah tangga, masyarakat, Pelayanan Kesehatan
Dasar di Puskesmas, Kabupaten/Kota, Provinsi & Kementerian Kesehatan bersama lintas
sektor terkait dan mengikut sertakan asosiasi pengobat tradisional. Sementara ini
Kementerian Kesehatan telah bermitra atau bekerja dengan beberapa jenis Asosiasi
Pengobat Tradisional (Battra) yang terkelompokkan sesuai dengan metodenya masing-
masing. Diharapkan asosiasi Battra bisa membantu Kementrian Kesehatan dalam
pembinaan pengobat di Indonesia namun harus selalu dievaluasi kemitraanny



o
o
o
o
o
o
o
o

o


o








o







o








o



o
o
o
o

o



o
o
o

o




o
o
o
o
o

o
o



1. Beranda
 

2. Info Dinkes
 

3. Detail Artikel
DETAIL ARTIKEL

 19 April 2022
 
 15.303
 
 Artikel

Penyelenggaraan Pengobatan Tradisional di


Indonesia
Perkembangan dunia kesehatan di Indonesia tiap tahunya terus mengalami
peningkatan yang sangat pesat dan signifikan, terutama dalam bidang pengobatan.
Adanya perubahan orientasi terkait cara upaya pemecahan masalah kesehatan yang
banyak dipengaruhi oleh sektor ilmu pengetahuan, ekonomi dan tekhnologi, dimana
hingga saat ini didominasi oleh sector ekonomi, Biaya kesehatan menjadi cukup
mahal sehingga menjadi berat ditanggung oleh masyarakat dengan kalangan
ekonomi menengah kebawah. Sedangkan bagi masyarakat yang berkemampuan
secara ekonomi, hal ini tidak menjadi masalah dalam memilih pelayanan kesehatan.
Sementara itu bagi masyarakat yang kurang atau bahkan tidak berkemampuan
memilih pelayanan kesehatan modern, mereka akan lebih memilih pelayanan untuk
kesehatan mereka secara alternatif atau tradisional. Gejala-gejala seperti ini seolah-
olah menjadi suatu legitimasi kolektif, bahwa pola pengobatan modern hanya
dimiliki oleh orang yang kaya, sedangkan pengobatan tadisional dan alternatif
dimiliki oleh kelompok kalangan bawah (Kartika et al., 2016) selain itu, Pemberian
pengobatan secara tradisional di pandang lebih minim efek samping yang negatif di
bandingkan dengan metode pengobatan secara modern (Skripsa, 2020)
 
Menurut Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2008, angka kesakitan penduduk secara
nasional sebesar 33,24%, dari jumlah tersebut sebesar 65,59% memilih berobat
sendiri dengan menggunakan obat-obatan modern dan tradisional (termasuk
berobat di klinik tradisional), sisanya sebesar 34,41% memilih berobat jalan ke
puskesmas, praktek dokter dan fasilitas kesehatan lainnya. Selain itu berdasarkan
penelitian yang dilakukan oleh (Gusmi, 2020) bahwa Masyarakat Indonesia sudah
sangat lama menggunakan jamu sebagai obat herbal. Hal ini menunjukkan
masyarakat terhadap pengobatan tradisional cukup tinggi . Pilihan itu didasarkan
selain karena mahalnya pengobatan modern dan beberapa faktor lainnya, adanya
metode ingin kembali ke alam (back to nature) memicu penggunaan pelayanan
kesehatan tradisional.
 
Indonesia adalah negara yang memiliki kekayaan sumber daya
hayati (biodiversity)  yang sangat besar dan sangat melimpah dan memiliki kekayaan
pengetahuan tradisional di bidang obat-obatan yang sangat beragam yang dapat
dikembangkan untuk pengobatan. obat tradisional yang merupakan bahan atau
ramuan bahan berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian
(galenik), atau campuran dari bahan tersebut yang secara turun temurun telah
digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman (Anonim, 1979).
 
Dokumen kebijakan Obat tradisional (Kotranas) tahun 2006 mencatat ada 30.000
jenis tumbuhan yang teridentifikasi di Indonesia, 7.500 diantaranya tergolong
tananam obat. Indonesia dengan memiliki 30.000 species tumbuhan dan diketahui
sekurang-kurangnya 9.600 species tumbuhan berkhasiat sebagai obat dan kurang
lebih 300 species telah digunakan sebagai bahan obat tradisional oleh Industri obat
tradisional (Molino et al., 2003)
 
Pengobatan tradisional merupakan akumulasi dari pengetahuan, keterampilan dan
praktek yang didasarkan pada berbagai teori, kepercayan dan pengalaman yang
dikembangkan oleh berbagai kebudayaan. Pengobatan tradisional digunakan untuk
mempertahankan kesehatan tubuh dengan cara menjaga kesehatan, mendiagnosis
dan mengobati penyakit fisik maupun mental. Dalam pengobatan tradisional,
penggunaan tanaman obat jauh lebih banyak dibandingkan dengan penggunaan
bahan-bahan dari hewani (Norhendy et al, 2013).
 
Riset Kesehatan Dasar 2010 menyebutkan bahwa 59,12% (lima puluh sembilan
koma dua belas persen) penduduk semua kelompok umur, laki-laki dan perempuan,
baik di pedesaan maupun diperkotaan menggunakan jamu, yang merupakan produk
obat tradisional asli Indonesia. Berdasarkan riset tersebut 95,60% (sembilan puluh
lima koma enam puluh persen) merasakan manfaat jamu. Dari berbagai kekayaan
aneka ragam hayati yang berjumlah sekitar 30.000 (tiga puluh ribu) spesies, terdapat
1.600 (seribu enam ratus) jenis tanaman obat yang berpotensi sebagai produk
ramuan kesehatan tradisional atau pada gilirannya sebagai obat modern (Riskesdas,
2010). Pada penelitian yang dilakukan oleh (Aprilla & Purwana, 2020) Proporsi
masyarakat Indonesia dalam memanfaatkan ramuan jadi 48%, ramuan buatan
sendiri 31,8%, keterampilan manual 65,3%, keterampilan olah pikir 1,9% dan
keterampilan energi 2,1%.
 
Dalam perkembangannya, penerapan kesehatan tradisional berkembang menjadi
Pelayanan Kesehatan Tradisional Empiris, yang manfaat dan keamanannya terbukti
secara empiris; dan Pelayanan Kesehatan Tradisional Komplementer, yang manfaat
dan keamanannya terbukti secara ilmiah dan memanfaatkan ilmu biomedis.
Sedangkan Berdasarkan cara pengobatannya, Pelayanan Kesehatan Tradisional
Empiris dan Pelayanan Kesehatan Tradisional Komplementer terbagi menjadi
pelayanan yang menggunakan keterampilan dan pelayanan yang menggunakan
ramuan
 
Pengobatan tradisional adalah suatu metode pengobatan atau perawatanya
menggunakan tata cara yang tradisional. Baik dari ilmunya, pengalamanya,
keterampilan yang diwariskan secara turun temurun berdasarkan tradisi (tradisional)
dalam suatu wilayah masyarakat. Pengobatan tradisional adalah jumlah total
pengetahuan, keterampilan, dan praktek-praktek yang berdasarkan pada teori-teori,
keyakinan, dan pengalaman masyarakat yang mempunyai adat budaya yang
berbeda, baik dijelaskan atau tidak, digunakan dalam pemeliharaan kesehatan serta
dalam pencegahan, diagnosa, perbaikan atau pengobatan penyakit secara fisik dan
juga mental (Riskesdas, 2010). Selain itu, pengobatan tradisional merupakan salah
satu cabang pengobatan alternatif yang didefinisikan sebagai cara pengobatan yang
dipilih atau dikombinasikan oleh seseorang bila cara pengobatan konvensional tidak
memberikan hasil yang efektif dalam terapinya.
 
Pengobatan tradisional pengertianya tercantum dalam Keputusan Menteri
Kesehatan No.1076/MENKES/SK/VII/2003 pasal (1.1) yang menjelaskan bahwa :
“Pengobatan tradisional adalah pengobatan dan atau perawatan dengan cara, obat
dan pengobatnya yang mengacu kepada pengalaman, ketrampilan turun temurun,
dan atau pendidikan/pelatihan, dan diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku
dalam masyarakat (Kementerian Kesehatan RI, 2003).
 
Pengobatan tradisional keberadaanya berupa sebuah pelayanan kesehatan
tradisional dalam Undang-Undang No 36 tahun 2009 Tentang Kesehatan pasal
(1.16) dijelaskan bahwa : “Pelayanan kesehatan tradisional adalah pengobatan
dan/atau perawatan dengan cara dan obat yang mengacu pada pengalaman dan
keterampilan turun temurun secara empiris yang dapat dipertanggung jawabkan dan
diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat.”
 
Pentingnya penunjang, karena minimnya data ilmiah obat herbal membuat Menteri
Kesehatan menerbitkan Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) No. 003/2010
tentang saintifikasi Jamu, yang mengatur tentang perlunya pembuktian ilmiah obat
tradisional melalui penelitian berbasis pelayanan (dual sistem), serta pemanfaatan
obat tradisional untuk tujuan promotif, preventif, kuratif  dan paliatif. Menkes
menegaskan saintifikasi jamu ini adalah upaya penelitian berbasis pelayanan
kesehatan. Duet antara dokter peneliti dan pelayanan kesehatan ini ditujukan untuk
memberikan landasan ilmiah secara empiris melalui penelitian berbasis pelayanan
kesehatan (Arsana, P.M. & Djoerban, Z., 2011). Ada harapan yang besar bahwa
preparat herbal dari Indonesia yang diteliti oleh orang Indonesia dapat banyak dibaca
dalam publikasi majalah medis internasional, dan kemudian dipatenkan.

Kegiatan sebagai bentuk tridarma perguruan tinggi yakni pengabdian


kepada masyarakat dalam memberikan pengetahuan berupa informasi dan
pelatihan tentang cara membuat produk obat tradisional yang sederhana.
Terkhusus dalam bentuk rajangan atau simplisia dan teh herbal.

Produk obat tradisional tersebut dapat juga dijadikan sebagai produk


industri rumahan yang bernilai ekonomis sehingga bisa meningkatkan
kesejahteraan masyarakat di Desa Sandrobone.

Masyarakat diberi pengetahuan dan pelatihan tentang cara pembuatan


simplisia mulai dari proses penyiapan dan pembuatan simplisia. Proses
penyiapan dimulai dengan memilih tanaman yang akan digunakan sebagai
obat tradisional, setelah dikoleksi dan diidentifikasi botani, kemudian
dilakukan panen dengan cara dipetik untuk sampel daun, bunga dan buah,
dikuliti dari batangnya untuk kulit batang, dicabut dari tanah untuk sampel
rimpang dan akar.

Anda mungkin juga menyukai