Anda di halaman 1dari 162

KATA PENGANTAR

DIREKTUR BINA PELAYANAN KESEHATAN


TRADISIONAL, ALTERNATIF DAN KOMPLEMENTER

Puji Syukur kehadirat Allah SWT atas tersusunnya kurikulum dan


modul Pelatihan Asuhan Mandiri Kesehatan Tradisional bagi fasilitator
kesehatan sebagai acuan penyelenggara pelatihan dan sumber infor-
masi bagi petugas kesehatan yang mengelola kesehatan tradisional di
puskesmas. Kurikulum dan modul ini ditujukan untuk peningkatan ke-
mampuan petugas kesehatan dalam pembinaan masyarakat dalam
memberdayakan masyarakat untuk memanfaatkan TOGA dan akupresur
secara mandiri.
Petugas kesehatan diharapkan memiliki pengetahuan dan
keterampilan dalam menyelenggarakan upaya kesehatan tradisional
secara komprehensif yang mencakup upaya promotif, preventif, kuratif
dan rehabilitatif terutama dalam memberdayakan masyarakat untuk me-
lakukan asuhan mandiri dengan menggunakan ramuan melalui peman-
faatan TOGA dan keterampilan akupresur.
Kurikulum dan modul ini memuat tentang batasan kemampuan yang
akan dicapai oleh petugas kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan dasar
dalam asuhan mandiri kesehatan tradisional yang meliputi tatalaksana
gangguan kesehatan ringan dengan akupresur, tatalaksana gangguan
kesehatan ringan dengan pemanfaatan TOGA, pemberdayaan masyarakat
dan kemitraan untuk asuhan mandiri akupresur dan pemanfaatan TOGA,
teknik fasilitasi asuhan mandiri akupresur dan pemanfaatan TOGA.
Ucapan terima kasih dan penghargaan yang tinggi, kami sampaikan
kepada kontributor dan seluruh anggota tim penyusun, dari lintas program
dan lintas sektor tingkat pusat serta semua pihak yang telah memberikan
kontribusi terhadap penyusunan pedoman ini.

Jakarta, Maret 2015


Direktur Bina Pelayanan Kesehatan
Tradisional, Alternatif dan Komplementer

dr. HR. Dedi Kuswenda. M.Kes

Modul Pelatihan Asuhan Mandiri Kesehatan Tradisional Bagi Fasilitator Kesehatan i


SAMBUTAN
DIREKTUR JENDERAL BINA GIZI DAN KESEHATAN
IBU DAN ANAK

Pembangunan kesehatan merupakan bagian tak terpisahkan


dan penting dari pembangunan nasional. Oleh karena itu holistik, multi
tingkatan dan upaya kesehatan terpadu yang diperlukan untuk mencapai
tujuan pembangunan kesehatan.
Peningkatan kesadaran, motivasi dan kemampuan secara
berkelanjutan untuk hidup sehat akan mempercepat pencapaian status
kesehatan yang optimal. Oleh karena itu, prinsip pelayanan kesehatan primer
di dalam pemberdayaan masyarakat oleh penyedia layanan kesehatan
dan kader, harus secara kolektif meningkatkan kapasitas masyarakat
untuk kesehatan. Hal ini disadari dengan menerapkan berbagai upaya
kesehatan melalui partisipasi aktif masyarakat. Salah satu upaya tersebut
adalah penerapan dan pemanfaatan tanaman obat dan akupresur secara
mandiri di kalangan masyarakat. Masyarakat ditingkatkan kemampuannya
dalam mencari solusi untuk masalah kesehatan secara mandiri sebagai
upaya pertolongan pertama dalam keluarga atau mencegah penyakit dan
memelihara kesehatan.
Untuk itu, pemerintah bertanggung jawab memberdayakan dan
mendorong peran aktif masyarakat melalui peningkatan kemampuan
petugas kesehatan dalam membina dan mengembangkan pelayanan
kesehatan tradisional dengan menggunakan ketrampilan akupresur dan
menggunakan ramuan melalui pemanfaatan TOGA.
Diharapkan petugas kesehatan dan masyarakat dapat bekerjasama
secara harmonis dan intensif agar dapat tercapai masyarakat sehat yang
mandiri sekaligus melestarikan warisan budaya bangsa.
irektur Jenderal, Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Ana
Direktur Anak
Kementerian Kesehatan, Republik Indonesia

Dr Anung Sugihantono
Dr. Sugihantono, M Kes
M.Kes

Modul Pelatihan Asuhan Mandiri Kesehatan Tradisional Bagi Fasilitator Kesehatan iii
DAFTAR ISI

Kanta Pengantar i
Sambutan Direktur Jenderal Bina Gizi dan KIA iii
Daftar Isi v

Materi Dasar 1
KEBIJAKAN PELAYANAN KESEHATAN TRADISIONAL 1

Materi Dasar 2
ASUHAN MANDIRI 15

Materi Inti 1
TATALAKSANA AKUPRESUR MANDIRI 25

Materi Inti 2
TATALAKSANA GANGGUAN KESEHATAN RINGAN DENGAN
PEMANFAATAN TOGA 53

Materi Inti 3
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN KEMITRAAN UNTUK
ASUHAN MANDIRI AKUPRESUR DAN PEMANFAATAN TOGA 101

Materi Inti 4
TEKNIK FASILITASI 135

Modul Pelatihan Asuhan Mandiri Kesehatan Tradisional Bagi Fasilitator Kesehatan v


MATERI DASAR 1
KEBIJAKAN PELAYANAN
KESEHATAN TRADISIONAL
MATERI DASAR 1
KEBIJAKAN PELAYANAN KESEHATAN TRADISIONAL

I. DESKRIPSI SINGKAT
Indonesia memiliki kekayaan alam berupa tumbuh-tumbuhan yang
berjumlah kira-kira 30.000 spesies tanaman, merupakan nomor
tiga terbesar di dunia setelah Negara Brasil dan Zaire, diantaranya
7.000 spesies berkhasiat obat, 940 jenis telah teridentifikasi, 283
jenis terdaftar. Potensi kekayaan alam serta tanaman obat telah
dimanfaatkan sejak dahulu kala hingga kini oleh para leluhur dan
Pengobat Tradisional (Battra) untuk mengatasi gangguan kesehatan,
meskipun sejak seabad yang lalu, kedokteran konvensional dengan
obat-obat modern atau bahan kimia berkembang pesat di tanah air.
Perkembangan obat tradisional di Indonesia mengalami pasang
surut sesuai dengan perubahan zaman. Jamu sudah digunakan
sejak abad ke- 7 sebagaimana tertulis pada relief Candi Borobudur
yang menggambarkan jenis tanaman obat yang biasa digunakan
masyarakat kala itu. Selain itu pada Lontar Usada di Bali (78 SM)
dan naskah pengetahuan “Serat Centhini” di Jawa Tengah dan Jawa
Timur (1814) tertulis juga tentang sistem pengobatan tradisional
warisan turun temurun, bahwa salah satu obat tradisional Indonesia
adalah jamu.
Pemerintah telah melakukan beberapa kebijakan terkait pelayanan
kesehatan tradisional, antara lain penetapan Kebijakan Obat
Tradisional (Kotranas) oleh Menteri Kesehatan RI pada tahun 2007,
diikuti pencanangan Jamu sebagai Brand Indonesia oleh Presiden
RI pada tahun 2008. Dengan terbitnya Undang-Undang nomor 36
tahun 2009 tentang Kesehatan yang didalamnya mengatur tentang
pelayanan kesehatan tradisional, alternatif dan komplementer,
dalam pencapaian programnya pada Rencana Strategis (RENSTRA)
Kementerian Kesehatan 2010-2014 telah ditargetkan secara
bertahap 50% Kabupaten/Kota pada tahun 2014 melaksanakan
pelayanan kesehatan tradisional dengan minimal dikembangkan di 2
puskesmas pada tiap kabupaten/kota.

Modul Pelatihan Asuhan Mandiri Kesehatan Tradisional Bagi Fasilitator Kesehatan 1


Saat ini pelayanan kesehatan tradisional semakin diminati masyarakat
dan menjadi salah satu pilihan dalam menyelesaikan masalah
kesehatannya. Berbagai jenis dan cara pengobatan tradisional
telah berkembang dengan pesat, baik yang berasal dari Indonesia
maupun luar negeri meskipun belum mempunyai cukup bukti ilmiah.
Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2010,
persentase penduduk Indonesia yang pernah mengkonsumsi jamu/
obat tradisional pada semua kelompok umur laki-laki dan perempuan,
baik di pedesaan maupun perkotaan adalah sebanyak 59,12%.
Persentase penggunaan tanaman obat secara berturut-turut adalah
50,36% Jahe (Zingiber officinale), 48,77% Kencur (Kaempferia
galanga), 39,65% Temulawak (Curcuma xanthorriza), 13,93%
Meniran (Phyllanthus niruri) dan 11,17% Pace (Morinda citrifolia).
Kebijakan Kementerian Kesehatan dalam mengembangkan
pelayanan kesehatan tradisional adalah dengan mengintegrasikan
ke pelayanan konvensional yang selama ini digunakan oleh
Indonesia. Dalam implementasinya perlu berbagai upaya secara
eksternal dan internal. Dukungan secara ekternal dalam pelayanan
kesehatan tradisional diperlukan terutama dalam penelitian manfaat
tanaman obat oleh lembaga penelitian dan penyediaan bahan baku
yang dibina oleh Kementerian Pertanian untuk menghasilkan obat
herbal yang terstandar atau fito farmaka. Pengembangan internal di
pelayanan kesehatan bukanlah terpisah dari pelayanan konvensional
dan manajemen Puskesmas atau Rumah Sakit. Selain itu juga
pengembangan pelayanan kesehatan tradisional yang dilakukan
oleh penyehat tradisional (Hattra) dibina oleh Dinas Kesehatan dan
jajarannya untuk dapat memberikan pelayanan tradisional yang
aman, bermanfaat dan dapat dipertanggungjawabkan.

II. TUJUAN PEMBELAJARAN


A. Tujuan Pembelajaran Umum
Setelah selesai mengikuti materi ini peserta mampu memahami
kebijakan pelayanan kesehatan tradisional.
B. Tujuan Pembelajaran Khusus
Setelah mengikuti materi ini peserta mampu menjelaskan
Kebijakan Kementerian Kesehatan dalam Pelayanan Kesehatan
Tradisional.

2 Modul Pelatihan Asuhan Mandiri Kesehatan Tradisional Bagi Fasilitator Kesehatan


III. POKOK BAHASAN
Dalam modul ini memuat pokok bahasan dan sub pokok bahasan
sebagai berikut:
Pokok Bahasan 1. Kebijakan Kementerian Kesehatan tentang
Pelayanan Kesehatan Tradisional.
Sub pokok bahasan:
a. Undang-Undang nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan.
Pasal 48, Pasal 59 ayat 1, Pasal 60 ayat 1, Pasal 61 ayat 1,
Pasal 60 ayat 2.
b. Undang-undang no 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan
c. PP no103 tahun 2014 tentang Pelayanan Kesehatan Tradisional
d. Rencana Strategis (RENSTRA) Kementerian Kesehatan RI
Tahun 2015-2019

IV. METODE
Metode yang digunakan dalam penyampaian materi dasar 1 ini
adalah :
• Ceramah
• Tanya jawab

V. MEDIA DAN ALAT BANTU


Media dan alat bantu yang digunakan dalam penyampaian materi
dasar 1 :
a. Bahan tayangan (Slide power point)
b. Modul pembelajaran
c. Laptop
d. LCD Projector
e. White board
f. Spidol dan ATK

VI. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN


Berikut disampaikan langkah-langkah kegiatan dalam proses
pembelajaran materi ini.
Langkah 1
Pengkondisian (15 menit)
1. Fasilitator menyapa peserta dengan ramah dan hangat.
Fasilitator memperkenalkan diri dengan menyebutkan nama

Modul Pelatihan Asuhan Mandiri Kesehatan Tradisional Bagi Fasilitator Kesehatan 3


lengkap, instansi tempat bekerja, materi yang akan disampaikan
dan waktu yang disediakan untuk menyampaikan materi ini.
2. Sampaikan tujuan pembelajaran materi ini dan pokok bahasan
yang akan disampaikan dengan menggunakan bahan tayang.
Langkah 2
Penyampaian Materi
1. Fasilitator menyampaikan paparan materi Kebijakan Pelayanan
Kesehatan Tradisional .
2. Selanjutnya fasilitator mempersilahkan peserta untuk bertanya
dan menanggapi apa yang sudah disampaikan.
3. Penyampaian materi diakhiri dengan tanya jawab dan
kesimpulan.

VII. URAIAN MATERI


Pokok Bahasan 1:
Kebijakan Kementerian Kesehatan Tentang Pelayanan
Kesehatan Tradisional.
1.1. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009
Dalam Undang-Undang nomor 36 tahun 2009 tentang
Kesehatan pada pasal 48 ditetapkan bahwa upaya kesehatan
diselenggarakan dalam bentuk kegiatan dengan pendekatan
promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif yang dilaksanakan
secara terpadu, menyeluruh, dan berkesinambungan.
Penyelenggaraan upaya kesehatan yang dimaksud dilaksanakan
melalui kegiatan:
a. Pelayanan Kesehatan;
b. Pelayanan Kesehatan Tradisional;
c. Peningkatan Kesehatan dan Pencegahan Penyakit;
d. Penyembuhan Penyakit dan Pemulihan Kesehatan;
e. Kesehatan Reproduksi;
f. Keluarga Berencana;
g. Kesehatan Sekolah;
h. Kesehatan Olahraga;
i. Pelayanan Kesehatan pada Bencana;
j. Pelayanan Darah;
k. Kesehatan Gigi dan Mulut;
l. Penanggulangan Gangguan Penglihatan dan Gangguan
Pendengaran;

4 Modul Pelatihan Asuhan Mandiri Kesehatan Tradisional Bagi Fasilitator Kesehatan


m. Kesehatan Matra;
n. Pengamanan dan Penggunaan Sediaan Farmasi dan Alat
Kesehatan;
o. Pengamanan Makanan dan Minuman;
p. Pengamanan Zat Adiktif; dan/Atau
q. Bedah Mayat.
Pada pasal 48 tersebut dikatakan bahwa pelayanan kesehatan
tradisional merupakan upaya kesehatan yang nomor dua
diantara 17 upaya pelayanan kesehatan.

Dalam UU no 36 tahun 2009 tentang kesehatan pelayanan


kesehatan tradisional adalah pengobatan dan/atau perawatan
dengan cara dan obat yang mengacu pada pengalaman
dan keterampilan turun temurun secara empiris yang dapat
dipertanggungjawabkan dan diterapkan sesuai dengan norma
yang berlaku di masyarakat
Pada Bagian ketiga pasal 59-61 Undang-Undang Kesehatan
nomor 36 tahun 2009 mengatur tentang pelayanan kesehatan
tradisional. Pada pasal 59 ayat (1) berdasarkan cara
pengobatannya, pelayanan kesehatan tradisional terbagi
menjadi: pelayanan kesehatan tradisional yang menggunakan
keterampilan dan pelayanan kesehatan tradisional yang
menggunakan ramuan. Selanjutnya pasal 59 ayat (2) mengatur

Modul Pelatihan Asuhan Mandiri Kesehatan Tradisional Bagi Fasilitator Kesehatan 5


pelayanan kesehatan tradisional sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dibina dan diawasi oleh Pemerintah agar dapat
dipertanggungjawabkan manfaat dan keamanannya serta tidak
bertentangan dengan norma agama. Dan Pasal 59 ayat (3)
Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara dan jenis pelayanan
kesehatan tradisional sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diatur dengan Peraturan Pemerintah.
Dalam melakukan pelayanan kesehatan tradisional yang
menggunakan alat dan teknologi diatur dalam Pasal 60 ayat
(1) bahwa Setiap orang yang melakukan pelayanan kesehatan
tradisional yang menggunakan alat dan teknologi harus
mendapat izin dari lembaga kesehatan yang berwenang. Dan
ayat (2) bahwa penggunaan alat dan teknologi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) harus dapat dipertanggungjawabkan
manfaat dan keamanannya serta tidak bertentangan dengan
norma agama dan kebudayaan masyarakat.
Dalam mengembangkan pelayanan kesehatan tradisional
pemerintah memberikan kesempatan yang seluas-luasnya
kepada masyarakat untuk mengembangkan, meningkatkan
dan menggunakan pelayanan kesehatan tradisional yang dapat
dipertanggungjawabkan manfaat dan keamanannya. Dan
dalam rangka pengawasannya diatur oleh pemerintah dengan
didasarkan pada keamanan, kepentingan, dan perlindungan
masyarakat. Hal-hal tersebut diatur pada Pasal 61 Undang-
Undang nomor 36 tahun 2009.
1.2. Undang-Undangm No 36 Tahun 2014
Tenaga Kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan
diri dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan/
atau keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang
untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan
upaya kesehatan.
Tenaga kesehatan memiliki peranan penting untuk meningkatkan
kualitas pelayanan kesehatan yang maksimal kepada
masyarakat agar masyarakat mampu untuk meningkatkan
kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat sehingga
akan terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya
sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya manusia

6 Modul Pelatihan Asuhan Mandiri Kesehatan Tradisional Bagi Fasilitator Kesehatan


yang produktif secara sosial dan ekonomi serta sebagai salah
satu unsur kesejahteraan umum sebagaimana dimaksud dalam
Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945;
Dalam pasal 11 menyebutkan bahwa tenaga kesehatan masuk
dalam elompok tenaga kesehatan, tentunya tenaga kesehatan
yang memiliki pendidikan terstruktur minimal D3.
1.3. Peraturan Presiden No 103 tahun 2014 tentang Pelayanan
Kesehatan Tradisional
1.3.1 Klasifikasi Jenis pelayanan kesehatan Tradisional
Pada Pasai 7 (1) Jenis pelayanan kesehatan tradisional
meliputi:
a. Pelayanan Kesehatan Tradisional Empiris;
Merupakan penerapan pelayanan kesehatan
tradisional yang manfaat dan keamanannya terbukti
secara empiris. Pelayanan Kesehatan Empiris
dilakukan oleh Penyehat Tradisional (Hattra) dan
hanya boleh menerima klien sesuai dengan keilmuan
yang dimilikinya, jika Hattra yang bersangkutan
berhalangan, praktik tidak dapat digantikan oleh
penyehat tradisional lainnya. Apabila penyehat
tradisional yang tidak mampu memberikan pelayanan
karena tidak sesuai dengan keilmuan dan keahlian
yang dimilikinya wajib mengirim kliennya ke Fasilitas
Pelayanan Kesehatan. Pelayanan Kesehatan
Tradisional Empiris diberikan oleh penyehat tradisional
dalam rangka upaya promotif dan preventif.
Penyehat tradisional wajib melaporkan secara berkala
kepada dinas kesehatan kabupaten/kota melalui
pusat kesehatan masyarakat setempat. Laporan,
laporan memuat
a. jumlah dan jenis kelamin klien;
b. jenis penyakit;
c. metode; dan
d. cara pelayanan.
b. Pelayanan Kesehatan Tradisional Komplementer.
Merupakan pelayanan kesehatan tradisional
dengan menggunakan ilmu biokultural dan ilmu

Modul Pelatihan Asuhan Mandiri Kesehatan Tradisional Bagi Fasilitator Kesehatan 7


biomedis yang manfaat dan keamanannya terbukti
secara ilmiah. Pelayanan Kesehatan Tradisional
Komplementer diberikan oleh tenaga kesehatan
tradisional dalam rangka upaya promotif, preventit
kuratif, dan rehabilitatif, dan dilaksanakan di fasilitas
kesehatan maupun di fasilitas kesehatan tradisional.
Pemberian Pelayanan Kesehatan Tradisional
Komplementer harus sesuai dengan standar profesi,
standar pelayanan, dan standar prosedur operasional
jika yang bersangkutan berhalangan praktik dapat
digantikan dengan tenaga kesehatan tradisional
lain yang memiliki kompetensi dan kewenangan
yang sama dan memenuhi persyaratan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang- undangan.
Pelayanan Kesehatan Tradisional Komplementer
yang memenuhi kriteria tertentu dapat diintegrasikan
pada Fasilitas Pelayanan Kesehatan.
Kriteria meliputi:
a. mengikuti kaidah-kaidah ilmiah;
b. tidak membahayakan kesehatan pasien/klien;
c. tetap memperhatikan kepentingan terbaik
pasien/klien;
d. memiliki potensi promotif, preventif, kuratif,
rehabilitatif,
f. meningkatkan kualitas hidup pasien/klien secara
fisik, mental, dan sosial;
e. dilakukan oleh tenaga kesehatan tradisional.
c. Pelayanan Kesehatan Tradisional Integrasi.
Merupakan pelayanan kesehatan yang
mengombinasikan pelayanan kesehatan
konvensional dengan Pelayanan Kesehatan
Tradisional Komplementer. Pelayanan Kesehatan
Tradisional Integrasi dilakukan secara bersama oleh
tenaga kesehatan dan tenaga kesehatan tradisional
untuk pengobatan/perawatan pasien/klien dan
diselenggarakan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan.
2.3.2 Registrasi dan Perizinan
a. Penyehat Tradisional
Setiap penyehat tradisional yang memberikan

8 Modul Pelatihan Asuhan Mandiri Kesehatan Tradisional Bagi Fasilitator Kesehatan


Pelayanan Kesehatan Tradisional Empiris wajib
memiliki STPT.
STPT dikeluarkan oleh pemerintah daerah kabupaten/
kota tanpa dipungut biaya. Untuk memperoleh STPT
penyehat tradisional mengajukan permohonan
kepada pemerintah , daerah kabupaten/kota. STPT
hanya diberikan kepada penyehat tradisional yang
tidak melakukan intervensi tubuh yang bersifat invasif.
Setiap penyehat tradisional hanya dapat memiliki 1
(satu) STPT dan hanya berlaku untuk 1 (satu) tempat
praktik STPT untuk jangka waktu 2 (dua) tahun
dan dapat diperbaharui kembali selama memenuhi
persyaratan.
Pembaharuan STPT harus melampirkan STPT yang
telah habis masa berlakunya. Dalam pemberian
pelayanan kesehatan tradisional, tenaga kesehatan
tradisional wajib menaati kode etik dan ketentuan
disiplin profesional.
b. Tenaga Kesehatan Tradisional
Setiap tenaga kesehatan tradisional harus memiliki
kompetensi yang dibuktikan dengan sertifikat
kompetensi.
Untuk memperoleh sertifikat kompetensi setiap
tenaga kesehatan tradisional harus mengikuti uji
kompetensi sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang- undangan. Setiap tenaga kesehatan
tradisional yang menjalankan praktik wajib memiliki
STRTKT dan SIPTKT. STRTKT diberikan oleh konsil
setelah memenuhi persyaratan.
Persyaratan meliputi:
a. memiliki ijazah pendidikan di bidang kesehatan
tradisional;
b. memiliki sertifikat kompetensi;
c. memiliki surat keterangan sehat fisik dan mental;
d. mempunyai surat pernyataan telah mengucapkan
sumpah/janji profesi
STRTKT berlaku selama 5 (lima) tahun dan dapat di
registrasi ulang setelah memenuhi persyaratan.
Persyaratan untuk registrasi ulang meliputi:

Modul Pelatihan Asuhan Mandiri Kesehatan Tradisional Bagi Fasilitator Kesehatan 9


a. memiliki STRTKT lama;
b. memiliki sertifikat kompetensi;
c. memiliki surat keterangan sehat fisik dan mental;
dan
d. membuat pernyataan mematuhi dan
melaksanakan ketentuan etika profesi.
SIPTKT diberikan oleh pemerintah daerah
kabupaten/kota atas rekomendasi pejabat kesehatan
yang berwenang di kabupaten/kota tempat tenaga
kesehatan tradisional melakukan praktik.
Untuk mendapatkan SIPTKT tenaga kesehatan
tradisional harus memiliki:
a. STRTKT yang masih berlaku; dan
b. surat pernyataan memiliki tempat praktik
atau surat keterangan dari pimpinan Fasilitas
Pelayanan Kesehatan Tradisional.
SIPTKT masih berlaku sepanjang:
a. STRTKT masih berlaku; dan
b. tempat praktik masih sesuai dengan yang
tercantum dalam SIPTKT.
Tenaga kesehatan tradisional hanya dapat memiliki
paling banyak 2 (dua) SIPTKT. SIPTKT sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) masing- masing hanya
berlaku untuk 1 (satu) tempat. Bagi tenaga kesehatan
tradisional dengan pendidikan di bawah sarjana,
diploma empat, atau sarjana terapan bidang
kesehatan tradisional komplementer, hanya dapat
memiliki 1 (satu) SIPTKT.
2.3.3. Obat dan Alat
a. Penyehat tradisional
Penyehat Tradisional hanya dapat menggunakan
alat dan teknologi yang aman bagi kesehatan dan
sesuai dengan metode/keilmuannya. Penyehat
tradisional dilarang menggunakan alat kedokteran
dan penunjang diagnostik kedokteran. Penggunaan
alat dan teknologi harus memiliki izin dari Menteri.
b. Tenaga kesehatan tradisional
Tenaga kesehatan tradiional dilarang menggunakan
alat kedokteran dan penunjang diagnostik kedokteran.
dikecualikan bagi tenaga kesehatan tradisional
yang menggunakan alat kedokteran dan penunjang
diagnostik kedokteran sesuai dengan metode,
kompetensi, dan kewenangan.
Penyehat tradisional dan tenaga kesehatan tradisiondl
hanya dapat memberikan klien/pasien berupa:
a. Obat Tradisional yang diproduksi oleh industri/
usaha Obat Tradisional yang sudah berizin
serta memiliki nomor izin edar sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang- undangan;
dan/atau
b. Obat Tradisional racikan sendiri sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Penyehat tradisional dan tenaga kesehatan tradisional
dapat memberikan surat permintaan obat Tradisional
secara tertulis untuk klien/pasien.
1.4. Renstra Kementerian Kesehatan
Dalam Rencana Strategis (RENSTRA) Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia pada tahun 2012 sebanyak 30% (100)
Kabupaten/Kota, minimal 2 Puskesmas tiap Kabupaten/Kota
ditargetkan untuk menyelenggarakan Program Bina Pelayanan
Kesehatan Tradisional, Alternatif dan Komplementer. Jumlah
Rumah Sakit yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan
tradisional yang aman dan bermanfaat sebagai pelayanan
altrnatif dan komplementer sebanyak 46 Rumah Sakit.
Dari Indikator RENSTRA diharapkan pada tahun 2014
tercapai 50% Kabupaten/Kota dan 70 Rumah Sakit sudah
menyelenggarakan Program Bina Pelayanan Kesehatan
Tradisional, Alternatif dan Komplementer.
Persentase kab/kota yang memiliki minimal salah satu dari
kondisi di bawah ini :
1. Terdapat Puskesmas yang membina Kelompok Asuhan
Mandiri Kestradkom di wilayah kerjanya
2. Terdapat Puskesmas yang memiliki tenaga kesehatan
terlatih pelayanan kesehatan tradisional komplementer
3. Rumah Sakit milik pemerintah daerah kab/kota yang
memiliki tenaga kesehatan terlatih pelayanan kesehatan
tradisional komplementer

Modul Pelatihan Asuhan Mandiri Kesehatan Tradisional Bagi Fasilitator Kesehatan 11


4. Melaksanakan Registrasi Pengobat Tradisional

Persentase kab/kota yang memiliki minimal salah satu dari


kondisi di bawah ini:
1. Terdapat Puskesmas yang membina Kelompok Asuhan
Mandiri Kestradkom di wilayah kerjanya
2. Terdapat Puskesmas yang memiliki tenaga kesehatan
terlatih pelayanan kesehatan tradisional komplementer
3. Rumah Sakit milik pemerintah daerah kab/kota yang
memiliki tenaga kesehatan terlatih pelayanan kesehatan
tradisional komplementer
4. Melaksanakan Registrasi Pengobat Tradisional

VIII. REFERENSI:
1. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
2. Peraturan Dirjen Bina Gizi dan KIA Nomor HK 01.01/B1.4/4054/
2011 Tahun 2011 tentang Pedoman Pelayanan Kesehatan
Tradisional Ramuan.
3. Kepmenkesnomor 1076/Menkes/SK/VII/2003

12 Modul Pelatihan Asuhan Mandiri Kesehatan Tradisional Bagi Fasilitator Kesehatan


MATERI DASAR 2
ASUHAN MANDIRI
MATERI DASAR 2
ASUHAN MANDIRI

I. DESKRIPSI SINGKAT
Indonesia merupakan negara kaya dengan keanekaragaman hayati
(A Mega Biodiversity Country) dan budaya. Warisan leluhur yang
menjadi tradisi masyarakat Indonesia untuk memelihara kesehatan
mengalami fluktuasi walaupun diyakini memberikan manfaat.
Sebagaimana ditunjukkan dalam Riset Kesehatan Dasar tahun 2010
yaitu persentase penduduk Indonesia yang pernah mengonsumsi
jamu pada semua kelompok umur laki-laki dan perempuan, baik
di pedesaan maupun perkotaan adalah sebanyak 59,12% dimana
95 % menyatakan bermanfaat untuk kesehatan. Demikian halnya
hasil Riskesdas 2013 menunjukkan bahwa 30,4% rumah tangga
di Indonesia memanfaatkan pelayanan kesehatan tradisional.
keterampilan tanpa alat sebesar 77,8% dan ramuan sebesar
49,0%. Alasan utama responden adalah untuk menjaga kesehatan
dan kebugaran. Dengan demikian, pijat dan ramuan dimanfaatkan
untuk memenuhi upaya kesehatan preventif (pencegahan penyakit),
promotif (peningkatan derajat kesehatan), kuratif (penyembuhan
penyakit) dan rehabilitatif (pemulihan kesehatan).
Pijat secara turun temurun dimanfaatkan untuk meredakan
ketegangan, kelelahan, penat, otot yang kaku, dan pegal. Pijat yang
benar bermanfaat dalam mengatasi gangguan kesehatan ringan
dapat tercapai. Pijat yang menggunakan titik tertentu di permukaan
tubuh dikenal sebagai akupresur dan dapat dilakukan secara mandiri.
Akupresur mandiri merupakan teknik memijat sendiri pada untuk
mengatasi gangguan kesehatan ringan dan meningkatkan kebugaran.
Penggunaan teknik akupresur disesuaikan dengan keluhan agar
tindakan akupresur dapat mencapai hasil yang maksimal. Cara
pemijatan yang baik dan benar juga dapat membantu meningkatkan
hasil pemijatan. Akupresur yang tidak benar dapat menimbulkan
efek yang tidak diinginkan. Pada keadaan-keadaan tertentu, tidak
diperbolehkan dilakukan akupresur walaupun mandiri.

Modul Pelatihan Asuhan Mandiri Kesehatan Tradisional Bagi Fasilitator Kesehatan 15


Tanaman obat yang diperoleh dari TOGA (Taman Obat Keluarga
) digunakan sebagai bahan ramuan yang berkhasiat dalam upaya
menjaga, meningkatkan dan menanggulangi kesehatan. Selain itu,
TOGA sebagai taman obat keluarga berfungsi untuk meningkatkan
kesejahteraan keluarga antara lain sebagai sarana untuk (1)
memperbaiki status gizi keluarga, (2) menambah penghasilan
keluarga, (3) meningkatkan kesehatan lingkungan pemukiman, (4)
melestarikan tanaman obat dan budaya bangsa.
Tanaman obat yang tersebar di seluruh tanah air sebanyak lebih
kurang 30.000 jenis tanaman, sekitar 9.600 spesies berkhasiat obat
dan kurang lebih 300 spesies digunakan sebagai bahan pengobatan
tradisional oleh industri obat tradisional maupun untuk kepentingan
sendiri dalam keluarga. Tanaman obat di Indonesia merupakan aset
dan sumberdaya yang harus dipelihara dan dikelola untuk dapat
menjadi dan bermanfaat bagi masyarakat untuk pemeliharaan
kesehatan. TOGA merupakan taman berestetika yang berfungsi
sebagai upaya pelestarian tanaman obat dari proses pelangkaan
dapat dimanfaatkan sebagai penyedia obat khususnya untuk
dimanfaatkan untuk asuhan mandiri.

II. TUJUAN PEMBELAJARAN


A. Tujuan Umum:
Peserta mampu melakukan pembinaan/pembimbingan tentang
Asuhan Mandiri (Selfcare) Kesehatan tradisional Ramuan dan
Ketrampilan, kepada Target Sasaran Masyarakat
B. Tujuan Pembelajaran Khusus
Peserta Mampu Menjelaskan:
1. Asuhan Mandiri (selfcare) Kesehatan tradisional Ramuan
dan Kesehatan tradisional Ketrampilan/Akupresure
2. Manfaat tanaman obat secara empiris dan Akupresure
untuk Asuhan Mandiri bagi kesehatan
3. Teori Dasar Akupressure, Meridian, dan Lokasi Titik-2
Akupressure

16 Modul Pelatihan Asuhan Mandiri Kesehatan Tradisional Bagi Fasilitator Kesehatan


III. POKOK BAHASAN
Pokok Bahasan 1:
Pengantar Asuhan Mandiri (Selfcare) Kesehatan Tradisional Ramuan
dan Ketrampilan
Sub Pokok Bahasan:
1. Pengertian Asuhan Mandiri/selfcare (Kesehatan, dan Kesehatan
Tradisional Ramuan & Ketrampilan/Akupressur);
2. Manfaat Asuhan Mandiri/selfcare (Kesehatan dan Kesehatan
Tradisional Ramuan & Ketram-pilan/Akupressur);
3. Ruang Lingkup Asuhan Mandiri/selfcare (Kesehatan dan
Kesehatan Tradisional Ramuan & Ketrampilan);
4. Persyaratan Asuhan Mandiri Kestrad Ramuan & Ketrampilan
Akupressur;
5. Peran sbg pembina/pembimbing Masyarakat/Pok-Masy, dlm
menerapkan Asuhan Mandiri/Selfcare Kestrad Ramuan &
Ketrampilan.

IV. METODE
A. Ceramah Tanya Jawab (CTJ)
B. Curah Pendapat
C. Demonstrasi

V. MEDIA DAN ALAT BANTU


A. Komputer
B. USB / flashdisk
C. LCD Projektor
D. Audio Visual
E. White Board
F. Spidol
G. Flip Chart

VI. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN


Berikut disampaikan langkah-langkah kegiatan dalam proses
pembelajaran materi ini.

Modul Pelatihan Asuhan Mandiri Kesehatan Tradisional Bagi Fasilitator Kesehatan 17


Langkah A. Pengkondisian
Pengkondisian
1. Fasilitator menyapa peserta dengan ramah dan hangat. Apabila
belum pernah menyampaikan sesi di kelas, mulai dengan
perkenalan. Perkenalkan diri dengan menyebutkan nama
lengkap, instansi tempat bekerja, materi yang akan disampaikan.
2. Fasilitator menyampaikan tujuan pembelajaran materi ini dan
pokok bahasan yang akan disampaikan, sebaiknya dengan
menggunakan bahan tayang.
3. Fasilitator memandu peserta untuk menanggapi sehingga terjadi
interaksi yang dinamis.
Langkah B. Tanya Jawab
Membahas pokok bahasan Pengelolaan dan Pengembangan TOGA
1. Fasilitator mulai dengan menggali pendapat/pemahaman
peserta tentang TOGA. Misalkan dengan menanyakan kepada
peserta “Apa pengertian dan manfaat TOGA” dan “langkah yang
dilakukan oleh petugas Puskesmas dalam mengembangkan
TOGA”. Beri kesempatan peserta saling menanggapi apa yang
dikemukakan peserta lainnya sehingga kelas menjadi dinamis.
2. Fasilitator menyampaikan penjelasan konsep dan pengertian
TOGA.
3. Peserta diberikan kesempatan untuk tanya jawab dan klarifikasi.
Langkah C. Pemaparan Materi
1. Fasilitator menyampaikan paparan materi sesuai urutan pokok
bahasan dan sub pokok bahasan dengan menggunakan bahan
tayang.
2. Peserta diberi kesempatan untuk melakukan tanya jawab.

VII. URAIAN MATERI


A. Pengantar Asuhan mandiri (selfcare)
1. Konsep sehat sakit
Konsep sehat dan sakit menurut WHO, yaitu suatu konsep
yang akan menjadi pegangan akan suatu pengertian dari
kata sehat dan sakit. Karena WHO adalah suatu organisasi
yang mengurusi dan menangani suatu gejala seperti itu.
Yaitu kesehatan menurut hukumnya.

18 Modul Pelatihan Asuhan Mandiri Kesehatan Tradisional Bagi Fasilitator Kesehatan


a. Pengertian Sehat menurut WHO yaitu, a state of
complete physical mental and social well being and
not merely the absence of illness or indemnity. Adapun
artinya adalah sesuatu keadaan yang sejahtera
menyeluruh baik Jiwa, Raga (fisik dan mental) dan
social lainnya serta tidak hanya bebas dari penyakit
atau kelemahan saja.
b. Pengertian konsep sakit menurut WHO yakni adalah
suatu kondisi dimana kesehatan tubuh lemah.
Lengkapnya Sakit adalah keadaan yang disebabkan
oleh bermacam-macam keadaan, bisa suatu kelainan,
kejadi yang dapat menimbulkan gangguan terhadap
susunan jaringan tubuh manusia, dari fungsi jaringan
itu sendiri maupun fungsi keseluruhan dari anggota
tubuhnya
2. Pengertian Asuhan Mandiri/selfcare
Upaya memelihara & meningkatkan kesehatan serta
mencegah & mengatasi gangguan kesehatan ringan
(Common diseases) secara mandiri, dari dan untuk
individu & anggota keluarga, di tingkat Rumah Tangga.
PENTING: Makna MANDIRI dalam Selfcare adalah masyarakat perlu
menggerakkan target sasaran (individu/ keluarga) untuk: Tahu, Mau,
dan Mampu “me-ngasuh/care” dalam menjaga kesehatan dirinya sendiri
dan Keluarganya .

Dalam melakukan asuhan mandiri kesehatan tradisional


berarti seseorang diajak untuk hidup sehat meliputi:
a. Biasa mencuci tangan dengan air bersih dan sabun
b. Makan buah dan sayur setiap hari
c. Melakukan aktifitas fisik setiap hari
d. Menggunakan air dan wadah yang bersih saat
membuat ramuan
3. Selfcare Kesehatan Tradisional
a. Selfcare Ramuan (Toga)
Selfcare (perawatan sendiri di rumah) dengan
pemanfaatan toga
Adalah Salah satu upaya yang dilakukan oleh tiap
individu untuk mengatasi masalah kesehatan ringan
yang dikeluhkan serta meningkatkan kesehatan dan

Modul Pelatihan Asuhan Mandiri Kesehatan Tradisional Bagi Fasilitator Kesehatan 19


atau kebugaran bagi diri sendiri atau keluarganya,
dengan memanfaatkan TOGA.
Ramuan yang digunakan TOGA yang digunakan
harus memenuhi kriteria :
• Aman dan bermanfaat untuk kesehatan.
• Praktis, mudah dilakukan, murah.
• Ketersediaan cara, bahan, peralatan mudah
terjangkau.
• Merupakan bagian/sesuai dengan tradisi budaya
Masyarakat.
b. Selfcare Ketrampilan (akupresur)
Selfcare (perawatan sendiri di rumah) dengan
Akupresur
Adalah Salah satu upaya yang dilakukan oleh tiap
individu/masyarakat untuk mengatasi masalah
kesehatan ringan yang dikeluhkan serta meningkatkan
kesehatan dan atau kebugaran bagi diri sendiri atau
keluarganya, dengan memanfaatkan akupresur
terpilih
Akupresur yang dapat digunakan untuk adalah
akupresur terpilih yang harus memenuhi kriteria :
• Aman dan bermanfaat untuk kesehatan.
• Praktis dan mudah dilakukan sendiri.
B. Manfaat, Ruang lingkup dan persyaratan Asuhan Mandiri/
selfcare (Kesehatan dan Kesehatan Tradisional )
1. Manfaat asuhan mandiri/Selfcare kesehatan tradisional
a. Menjaga dan meningkatkan status kesehatan diri
sendiri dan keluarga, mengurangi risiko penyakit serta
membantu pemulihan kesehatan atau kebugaran.
b. Menghemat biaya dan waktu, karena tidak perlu pergi
ke fasyankes atau toko obat
2. Ruang Lingkup Asuhan Mandiri/selfcare (Kesehatan dan
Kesehatan Tradisional Ramuan & Ketrampilan)
a. Upaya promotif, memelihara & meningkatkan status
kesehatan individu & masyarakat
b. Upaya preventif, mencegah penyakit & gangguan
kesehatan dan menghindarkan diri dari terkena
penyakit.

20 Modul Pelatihan Asuhan Mandiri Kesehatan Tradisional Bagi Fasilitator Kesehatan


c. Upaya kuratif, mengatasi/mengobati gangguan
kesehatan ringan spt common cold dll, untuk
pertolongan pertama dlm lingkungan Keluarga, T.U di
Dacil yg jauh & sulit akses ke Fasyankes.
d. Upaya rehabilitasi, pemulihan & perawatan kesehatan
pasca tindakan medis, persalinan atau sesudah alami
sakit yang lama (kronis).
Upaya yg dilakukan oleh Individu/Keluarga secara mandiri,
dibina/dibimbing oleh Puskesmas & Dinkes Kab/Kota, untuk Kestrad
Ketrampilan Akupressur, dan Kestrad Ramuan dgn pemanfaatan
TOGA, yg dibantu mitra kesehatan LS/Dinas Pertanian dan didukung
Peran Serta aktif Pokmas/Masyarakat

3. Persyaratan Asuhan Mandiri Kestrad Ramuan &


Ketrampilan Akupressur
Metoda /jenis Kestrad yang dapat diterapkan untuk Asuhan
Mandiri/Self care Ramuan & Akupressure di tingkat Rumah
Tangga, syaratnya harus:
a. Aman dan bermanfaat untuk kesehatan, apabila
dilakukan sesuai batasan yang ditetapkan.
b. Praktis, mudah dilakukan, dan murah.
c. Ketersediaan bahan, peralatan dan cara yang mudah
(Teknologi Tepat Guna).
d. Merupakan bagian dari/sesuai dengan tradisi budaya
masyarakat.

Modul Pelatihan Asuhan Mandiri Kesehatan Tradisional Bagi Fasilitator Kesehatan 21


MATERI INTI 1
TATALAKSANA AKUPRESUR
MANDIRI
MATERI INTI 1
TATALAKSANA AKUPRESUR MANDIRI

I. DESKRIPSI SINGKAT
Akupresur mandiri merupakan teknik memijat sendiri pada titik
tertentu di permukaan tubuh untuk mengatasi gangguan kesehatan
ringan dan meningkatkan kebugaran.
Pemijatan adalah bagian terpenting dalam melakukan tindakan
akupresur. Dengan melakukan pemijatan yang benar, maka tujuan
dalam mengatasi gangguan kesehatan ringan dapat tercapai.
Penggunaan teknik akupresur disesuaikan dengan keluhan agar
tindakan akupresur dapat mencapai hasil yang maksimal. Cara
pemijatan yang baik dan benar juga dapat membantu meningkatkan
hasil pemijatan, Akupresur dapat menimbulkan efek yang tidak
diinginkan sehingga pada saat pelaksanaan akupresur, diperlukan
perhatian khusus terhadap keadaan-keadaan yang tidak boleh
dilakukan akupresur.
Tatalaksana gangguan kesehatan ringan dengan akupresur mandiri
dalam modul ini membahas tentang pemanfaatan akupresur untuk
asuhan mandiri, teknik akupresur untuk asuhan mandiri, tatalaksana
gangguan kesehatan untuk asuhan mandiri akupresur.

II. TUJUAN PEMBELAJARAN


Setelah mengikuti sesi ini, peserta mampu menjelaskan:
A. Tujuan Pembelajaran Umum
Setelah mengikuti sesi ini peserta mampu melakukan tatalaksana
gangguan kesehatan ringan dengan akupresur mandiri.
B. Tujuan Pembelajaran Khusus
1. Menjelaskan pemanfaatan akupresur untuk asuhan mandiri.
2. Menjelaskan teknik akupresur untuk asuhan mandiri.
3. Menjelaskan tatalakasana gangguan kesehatan untuk
asuhan mandiri akupresur.

Modul Pelatihan Asuhan Mandiri Kesehatan Tradisional Bagi Fasilitator Kesehatan 25


III. POKOK BAHASAN DAN SUB POKOK BAHASAN
A. Pemanfaatan Akupresur untuk Asuhan mandiri
1. Sejarah perkembangan akupresur
2. Pengertian akupresur untuk asuhan mandiri
3. Manfaat akupresur
B. Teknik Akupresur untuk Asuhan mandiri (2 JPL Teori 4 JPL
Praktek)
1. Teknik pemijatan dalam akupresur
a. Pengertian
b. Titik akupresur
c. Teknik rangsangan dan pemijatan
2. Hal-hal yang perlu diperhatikan
a. Kondisi pasien
b. Kontra indikasi
c. Efek samping pemijatan akupresur
3. Cara mengoptimalkan manfaat akupresur
a. Pelemasan otot
b. Lokasi pelemasan otot
C. Tatalakasana gangguan kesehatan untuk asuhan mandiri
akupresur (2 JPL Teori 8 JPL Praktik)
1. Peningkatan kesehatan
Peningkatan kebugaran
2. Pencegahan gangguan kesehatan
Peningkatan daya tahan tubuh
3. Mengatasi gangguan kesehatan ringan
a. Sakit kepala/pusing
b. Batuk pilek
c. Sakit pinggang
d. Mual muntah dan nyeri ulu hati
e. Kram otot tungkai bawah/ kaki
f. Susah tidur dan stress
g. Sesak nafas/mengi
h. Gatal pada biduran
D. METODE
Ceramah Tanya jawab
Demontrasi
Simulasi

26 Modul Pelatihan Asuhan Mandiri Kesehatan Tradisional Bagi Fasilitator Kesehatan


E. MEDIA
Bahan tayang
Panthom / patung akupunktur
Poster titik akupunktur
Alat bantu pijat (kayu, minyak)
Panduan demonstrasi
Panduan Simulasi
F. Waktu
Waktu pembelajaran Teori 5 JPL, Praktik 13 JPL Jumlah = 18
JPL x 45 menit
G. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN PEMBELAJARAN
A. Langkah 1: Pengantar (15 menit)
a. Fasilitator mengucapkan salam dan memperkenalkan
diri,
b. Fasilitator menjelaskan kepada peserta tentang judul,
tujuan umum serta tujuan khusus pokok bahasan
pemanfaatan akupresur untuk asuhan mandiri.
c. Fasilitator menggali pendapat peserta tentang pijat
d. Berdasarkan pendapat peserta fasilitator menjelaskan
perbedaan pijat di masyarakat dengan akupresur
B. Langkah 2: Pemanfaatan Akupresur untuk Asuhan Mandiri
( 30 menit)
Fasilitator menjelaskan Pemanfaatan Akupresur untuk
Asuhan mandiri meliputi:
a. Sejarah perkembangan akupresur
b. Pengertian akupresur untuk asuhan mandiri
c. Manfaat akupresur
C. Langkah 3: Teknik Akupresur untuk asuhan mandiri (270
menit) (2 JPL Teori, 4 JPL Praktik)
a. Fasilitator menjelaskan pengertian tentang titik
akupresur (lokasi dan indikasi titik) dan teknik
rangsangan serta pemijatan.
b. Fasilitator mendemonstrasikan titik akupresur pada
peserta dan teknik perangsangan pada tindakan
akupresur.
c. Peserta diminta untuk mengikuti untuk menunjukkan
lokasi titik akupresur dan metode rangsangan pada
akupresur.

Modul Pelatihan Asuhan Mandiri Kesehatan Tradisional Bagi Fasilitator Kesehatan 27


d. Fasilitator menjelaskan tentang hal-hal yang perlu
diperhatikan sebelum melakukan akupresur, antara
lain kondisi pasien, kontra indikasi, dan efek samping
pemijatan akupresur.
e. Fasilitator membuka kesempatan tanya jawab terkait
hal-hal yang perlu diperhatikan sebelum melakukan
akupresur.
f. Fasilitator menjelaskan cara mengoptimalkan manfaat
akupresur antara lain cara pelemasan otot dan lokasi
pelemasan otot.
g. Fasilitator mendemonstrasikan cara mengoptimalkan
manfaat akupresur antara lain cara pelemasan otot
dan lokasi pelemasan otot.
h. Peserta diminta untuk mengikuti untuk cara
mengoptimalkan manfaat akupresur antara lain cara
pelemasan otot dan lokasi pelemasan otot.
D. Langkah 4: Tatalaksana gangguan kesehatan untuk
asuhan mandiri akupresur ( 450 Menit) (2 JPL Teori 8 JPL
Praktik)
a. Fasilitator menjelaskan tentang tatalaksana 9 keluhan
kesehatan ringan dengan menggunakan akupresur.
b. Fasilitator membagi peserta menjadi 3 kelompok.
c. Peserta diminta untuk mendiskusikan 3 kasus keluhan
kesehatan ringan dengan menggunakan akupresur.
d. Setiap kelompok mempresentasikan hasil diskusinya
dan anggota kelompok lainnya diminta memperhatikan
dan memberikan masukan-masukan.
e. Peserta dibagi berpasangan, 1 orang sebagai klien
yang lain sebagai pelaksana akupresur. Peserta
yang bertindak sebagai klien bergantian melakukan
akupresur sesuai keluhannya.
f. Sebelum mengakhiri kegiatan, fasilitator memberikan
kesempatan peserta menanyakan hal yang belum
jelas.
g. Fasilitator melakukan evaluasi secara acak pada
peserta.
h. Fasilitator menutup sesi pembelajaran dengan
memberikan apresiasi pada peserta.

28 Modul Pelatihan Asuhan Mandiri Kesehatan Tradisional Bagi Fasilitator Kesehatan


No Fasilitator Peserta
1. Pembukaan
a. Mengucapkan salam a. Menjawab salam
b. Mencairkan suasana dengan pertanyaan b. Menjawab pertanyaan
tentang pijat mengenai pengalaman pijat
c. Memberitahukan pokok bahasan c. Mencatat pokok bahasan
d. Memberitahukan tujuan d. Menyepakati tujuan
2. Inti
a. Menjelaskan Pemanfaatan Akupresur untuk a. Memperhatikan uraian materi
Asuhan mandiri b. Menjawab dan menanyakan
1) Sejarah perkembangan akupresur inti materi yang belum
2) Pengertian akupresur untuk asuhan dimengerti
mandiri c. Simulasi
3) Manfaat akupresur d. Membentuk kelompok diskusi
b. Teknik Akupresur untuk Asuhan mandiri e. Mengerjakan tugas kelompok
1) Teknik pemijatan dalam akupresur f. Memaparkan hasil diskusi
a) Pengertian kelompok
b) Teknik rangsangan dan pemijatan
2) Hal-hal yang perlu diperhatikan
a) Kondisi pasien
b) Kontra indikasi
c) Efek samping pemijatan
akupresur
3) Cara mengoptimalkan manfaat
akupresur
a) Pelemasan otot
b) Lokasi pelemasan otot
c. Tatalakasana gangguan kesehatan untuk
asuhan mandiri akupresur
1) Peningkatan daya tahan tubuh
2) Sakit kepala/pusing
3) Batuk pilek
4) Sakit pinggang
5) Mual muntah dan nyeri ulu hati
6) Kram otot tungkai bawah/kaki
7) Susah tidur dan stress
8) Sesak nafas/mengi
9) Gatal pada biduran
3 Penutupan
a. Tanya jawab mengenai penguasaan materi a. Menjawab pertanyaan
b. Merangkum hasil pembahasan evaluasi
c. Menutup kegiatan b. Membuat rangkuman

Modul Pelatihan Asuhan Mandiri Kesehatan Tradisional Bagi Fasilitator Kesehatan 29


IV. URAIAN MATERI
A. Pemanfaatan Akupresur untuk Asuhan mandiri
a. Sejarah perkembangan akupresur
Pijat telah dikenal oleh bangsa Indonesia sejak jaman
dahulu kala. Demikian juga oleh bangsa-bangsa yang
lain, karena pijat merupakan cara pengobatan alami,
yang secara naluri dilakukan oleh manusia jika merasa
badannya tidak enak.
Pijat dengan pendekatan ilmu akupunktur disebut aku-
presur dan istilah ini digunakan sampai sekarang.
Perkembangan Akupresur di Indonesia di mulai pada tahun
1963, di mana presiden Soekarno menunjuk Rumah Sakit
Cipto Mangunkusumo sebagai pilot project pengembangan
pengobatan di bidang Akupunktur. Kemudian terbentuk
program pendidikan dokter spesialis akupunktur medik,
yang dalam kurikulum pendidikannya memasukkan
akupresur sebagai salah satu mata pelajaran pendidikan.
Saat ini akupresur dikembangkan melalui integrasi ke
dalam sistem pelayanan kesehatan di Puskesmas.
b. Pengertian akupresur untuk asuhan mandiri
Akupresur berasal dari kata accus dan pressure, yang berarti
jarum dan menekan. Istilah ini dipakai untuk cara penyembuhan
yang menggunakan teknik penekanan dengan jari pada titik-
titik akupunktur sebagai pengganti penusukan jarum pada
sistem penyembuhan akupunktur. Tujuan penekanan pada
titik-titik akupresur adalah melancarkan aliran energi vital
pada seluruh bagian tubuh. Manusia memerlukan energi
untuk dapat menjalankan fungsinya. Fungsi organ-organ
tubuh akan terganggu jika tidak mendapatkan aliran energi
yang cukup. Gangguan fungsi tubuh akan mengganggu
keseimbangan sistem tubuh.
Akupresur mandiri dilakukan oleh masyarakat di lingkungan
keluarga sendiri untuk meningkatkan kebugaran maupun
mengatasi gangguan kesehatan ringan.
Titik-titik akupresur merupakan pusat-pusat dimana energi
vital terkumpul. Penekanan pada titik-titik ini bermaksud untuk
mempengaruhinya agar aliran energi yang kemungkinan
terhambat dapat dilancarkan kembali. Kelancaran aliran

30 Modul Pelatihan Asuhan Mandiri Kesehatan Tradisional Bagi Fasilitator Kesehatan


energi mempengaruhi aliran darah, transportasi cairan-
cairan tubuh, system syaraf, sistem hormonal, sistem getah
bening dan lain-lain.
c. Manfaat akupresur
Tindakan akupresur dapat memberikan manfaat bagi
tubuh, antara lain:
a. Meningkatkan kebugaran
b. Melancarkan peredaran darah
c. Mengurangi rasa nyeri
d. Mengurangi stres atau menenangkan pikiran
B. Teknik Akupresur untuk Asuhan mandiri
1. Teknik pemijatan dalam akupresur
a. Pengertian
Akupresur ialah melakukan penekanan pada per-
mukaan tubuh pada titik akupunktur dengan meng-
gunakan jari, atau bagian tubuh yang lain, atau alat
bantu dengan tujuan untuk perawatan kesehatan.
Pemijatan telah dilakukan oleh banyak orang dari
semenjak zaman dahulu. Pemijatan biasa dilakukan
oleh diri sendiri atau orang lain.
b. Teknik rangsangan dan pemijatan
Perangsangan pada titik akupresur mempengaruhi
efek pemijatan. Teknik perangsangan dalam aku-
presur dibagi 2, yaitu :
1) Penguatan :
a) Dilakukan pada pasien yang sifat
penyakitnya masuk dalam kelompok yin.
b) Pemijatan pada setiap titik yang dipilih
maksimal 30 kali putaran atau tekanan.
c) Arah putaran searah dengan jarum jam.
d) Tekanan pijatan tidak boleh kuat.
e) Titik yang dipilih maksimal 10 titik akupresur.
f) Pemijatan dilakukan searah meredian.
2) Pelemahan:
a) Dilakukan pada pasien yang sifat
penyakitnya masuk dalam kelompok yang
b) Pemijatan pada setiap titik yang dipilih,
antara 40 – 60 kali putaran atau tekanan

Modul Pelatihan Asuhan Mandiri Kesehatan Tradisional Bagi Fasilitator Kesehatan 31


c) Arah putaran, berlawanan dengan arah
jarum jam
d) Tekanan pijatan mulai dari sedang dan kuat
e) Jumlah titik yang dipilih disesuaikan dengan
kebutuhan
f) Pemijatan dilakukan berlawanan arah
meridian
Teknik pemijatan sangat bervariasi sesuai
dengan teknik akupresur. Contoh teknik pemijatan
yang dilakukan oleh akupresuris, sebagai berikut :
a. Menekan menggunakan ibu jari atau
menutuk dengan jari telunjuk lalu diputar-
putar (mengucak) pada titik akupresur,
misalnya pemijatan pada daerah kepala,
tangan, kaki, dada dan perut.
b. Menekan menggunakan pangkal atau sisi
telapak tangan atau siku untuk permukaan
tubuh yang luas atau bagian tubuh yang
ototnya tebal, misalnya pemijatan pada
daerah punggung, paha dan bokong
c. Mendorong atau menggosok sepanjang
jalur meridian menggunakan ibu jari atau
pangkal telapak tangan, misalnya pemijatan
pada ekstremitas atas, ekstremitas bawah
dan punggung.
d. Menjepit mengenai dua meridian atau titik
sekaligus, misalnya pemijatan pada LU 5
dan LI 11
e. Meremas jalur meridian, misalnya
pemijatan di tangan atau kaki
f. Mencubit otot, cubitan kecil maupun besar.
g. Menggetarkan yaitu menekan titik
akupresur menggunakan jari atau telapak
tangan sambil digetarkan.
h. Menyeka yaitu memijat menggunakan dua
ibu jari dengan arah berlawanan.
i. Mengetuk dan menepuk yaitu memukul-
mukul permukaan tubuh mengunakan
ujung-ujung jari.

32 Modul Pelatihan Asuhan Mandiri Kesehatan Tradisional Bagi Fasilitator Kesehatan


j. Mengusap dengan menggunakan telapak
tangan pada permukaan tubuh.
k. Menyisir yaitu melakukan gerakan seperti
menggaruk untuk daerah kepala.
Teknik pemijatan pada anak sama dengan
teknik pemijatan pada orang dewasa, namun
jumlah pemijatannya setengah dari jumlah
pemijatan pada orang dewasa dan tekanannya
disesuaikan dengan kondisi anak.
2. Hal-hal yang perlu diperhatikan
a. Kondisi pasien
Akupresur tidak boleh dilakukan terhadap penderita
yang :
1) Dalam keadaan terlalu lapar.
2) Dalam keadaan terlalu kenyang.
3) Dalam keadaan terlalu emosional.
4) Dalam keadaan hamil, ada beberapa titik
akupresur yang tidak boleh dipijat terutama
titik pada Meridian yin kaki, Meridian CV di
bawah pusar dan LI 4. Kehati-hatian diperlukan
terutama jangan sampai terjadi keguguran
akibat pemijatan pada titik-titik tertentu. Mual
muntah akibat kehamilan dapat diatasi dengan
baik menggunakan teknik akupresur
5) Dalam kondisi tubuh sangat lemah hanya
diperlukan pijat untuk menguatkan.
b. Kontra indikasi
Akupresur hanya merupakan pendukung untuk meng-
atasi gangguan kesehatan, sehingga penanganan
penyakit tetap berada dibawah tanggungjawab dokter.
Kondisi yang tidak bisa ditangani dengan akupresur
adalah :
1) Kegawatdaruratan medik
2) Kasus yang perlu pembedahan
3) Keganasan
4) Penyakit akibat hubungan seksual
5) Penyakit Infeksi

Modul Pelatihan Asuhan Mandiri Kesehatan Tradisional Bagi Fasilitator Kesehatan 33


6) Penggunaan obat pengencer darah
(antikoagulansia)
7) Diketahui ada kelainan pembekuan darah
8) Daerah luka bakar, borok dan luka parut yang
baru (kurang dari satu bulan)
Dalam kasus keganasan dilarang melakukan
akupresur di lokasi tumor, kelenjar getah bening yang
membesar, serta daerah-daerah yang terjadi borok
akibat tumor. Akupresur bermanfaat untuk mem-
perbaiki gejala-gejala akibat pengobatan tumor atau
nyeri yang diakibatkan tumor itu sendiri. Mual muntah
akibat pengobatan konvensional dapat dikurangi
dengan tindakan akupresur
c. Efek samping pemijatan akupresur
Hal-hal yang mungkin bisa terjadi akibat pemijatan ialah:
1) Shock
Gejalanya: keluar keringat dingin, pucat, lemas,
mual, pusing.
Penyebabnya: Pasien dalam keadaan lapar,
terlalu lemah/ lelah, atau takut.
Cara mengatasinya: hentikan pemijatan,
tidurkan pasien, beri minum air hangat atau teh
manis hangat, tenangkan pasien, istirahatkan.
2) Kejang otot
Gejalanya: kram, otot menjadi kaku dan tegang
Penyebabnya: pemijatan terlalu kuat atau pasien
dalam keadaan tegang
Cara mengatasinya: hentikan pemijatan pada
daerah tersebut, pijat kembali daerah lain secara
pelan pada titik-titik meridian di sekitarnya,
jangan pada tempat yang kejang.
3) Bengkak / memar
Gejalanya: terjadi pembengkakan pada tempat
bekas yang dipijat, mungkin muncul warna kebiruan
Penyebabnya: pemijatan terlalu kuat atau kulit
pasien sensitif
Cara mengatasinya: hentikan pemijatan pada
daerah tersebut, beri minyak khusus untuk
memar atau kompres dingin

34 Modul Pelatihan Asuhan Mandiri Kesehatan Tradisional Bagi Fasilitator Kesehatan


3. Cara mengoptimalkan manfaat akupresur
a. Pelemasan otot
Untuk mengoptimalkan manfaat akupresur, sebaiknya
dilakukan terlebih dahulu tindakan pelemasan otot-
otot pada daerah yang akan dilakukan akupresur
b. Lokasi pelemasan otot
Pelemasan otot-otot dilakukan pada daerah otot
besar seperti:
1) Tengkuk
2) Bahu
3) Lengan
4) Tangan
5) Pinggang
6) Paha
7) Kaki
Pelemasan otot dilakukan dengan cara meremas otot
besar menggunakan telapak dan kelima jari tangan,
masing-masing dilakukan sebanyak lima kali.
C. Tatalakasana gangguan kesehatan untuk asuhan mandiri
akupresur
1. Peningkatan kesehatan
Untuk meningkatkan kebugaran
LI4, ST36, CV12

dilakukan pemijatan pada lokasi yang terletak di punggung


tangan pada tonjolan tertinggi ketika ibu jari dan telunjuk
dirapatkan

Modul Pelatihan Asuhan Mandiri Kesehatan Tradisional Bagi Fasilitator Kesehatan 35


Untuk meningkatkan kebugaran daya tahan tubuh dapat
dilakukan pemijatan pada lokasi yang letaknya 4 jari di
bawah lutut di tepi luar tulang kering

untuk meningkatkan kebugaran dilakukan pemijatan


pada lokasi yang terletak di garis tengah tubuh depan di
pertengahan ujung bawah tulang dada dengan pusar.
2. Pencegahan gangguan kesehatan
Pencegahan gangguan kesehatan ini dapat bersifat
spesifik atau umum. Pada modul ini yang akan dibahas
mengenai pencegahan gangguan secara umum melalui
peningkatan sistem kekebalan tubuh
a. Peningkatan daya tahan tubuh
LI4, ST36, CV12, SP6, GB39, BL23, KI1
Untuk meningkatkan daya tahan tubuh dapat
dilakukan pemijatan pada lokasi yang letaknya 4 jari
di bawah lutut di tepi luar tulang kering

36 Modul Pelatihan Asuhan Mandiri Kesehatan Tradisional Bagi Fasilitator Kesehatan


Dan lokasi yang letaknya 4 jari di atas mata kaki bagian
dalam

Pijatan lokasi tersebut dilakukan dengan posisi kaki


disilangkan ke atas paha.

dilakukan pemijatan pada lokasi yang terletak di


punggung tangan pada tonjolan tertinggi ketika ibu
jari dan telunjuk dirapatkan

Modul Pelatihan Asuhan Mandiri Kesehatan Tradisional Bagi Fasilitator Kesehatan 37


3. Mengatasi gangguan kesehatan ringan
a. Sakit kepala/ pusing
Untuk sakit kepala/ pusing secara umum dapat
dilakukan pemijatan pada lokasi yang terletak di
punggung tangan pada tonjolan tertinggi ketika ibu
jari dan telunjuk dirapatkan

Dan lokasi yang terletak di punggung kaki pada


cekungan antara pertemuan tulang telapak kaki ibu
jari dan jari ke-2.

Untuk sakit kepala daerah depan, dapat dilakukan


pemijatan pada lokasi yang terletak di lekukan tulang
pelipis, sejajar dengan sudut mata luar.

38 Modul Pelatihan Asuhan Mandiri Kesehatan Tradisional Bagi Fasilitator Kesehatan


Untuk sakit kepala daerah puncak kepala, dapat
dilakukan pemijatan pada lokasi yang terletak di
puncak kepala.

Untuk sakit kepala daerah tengkuk, dapat dilakukan


pemijatan pada lokasi yang terletak di belakang
kepala.

Modul Pelatihan Asuhan Mandiri Kesehatan Tradisional Bagi Fasilitator Kesehatan 39


Dan lokasi yang terletak di puncak bahu, pertengahan
antara tengkuk dan pangkal lengan.

b. Batuk pilek
Untuk sakit batuk pilek secara umum dapat dilakukan
pemijatan pada lokasi yang terletak di garis tubuh
depan, antara ke-2 pangkal alis.

Lokasi yang terletak pada perpotongan garis antara


puncak hidung dengan sudut cuping hidung.

40 Modul Pelatihan Asuhan Mandiri Kesehatan Tradisional Bagi Fasilitator Kesehatan


Lokasi yang terletak di punggung tangan pada tonjolan
tertinggi ketika ibu jari dan telunjuk dirapatkan.

Lokasi yang terletak pada empat jari di bawah lutut di


tepi luar tulang kering.

Lokasi yang terletak pada pertengahan antara tulang


tempurung lutut dengan mata kaki, 2 jari ke bagian
luar dari tulang kering.

Modul Pelatihan Asuhan Mandiri Kesehatan Tradisional Bagi Fasilitator Kesehatan 41


Lokasi yang terletak di punggung kaki pada cekungan
antara pertemuan tulang telapak kaki ibu jari dan jari
ke-2.

c. Sakit pinggang
Untuk sakit pinggang dapat dilakukan pemijatan pada
lokasi yang terletak di pinggang sejajar dengan pusar,
selebar 2 (dua) jari tangan ke samping kiri dan kanan
dari garis tengah tubuh.

Dan lokasi yang terletak di pertengahan lipat lutut

42 Modul Pelatihan Asuhan Mandiri Kesehatan Tradisional Bagi Fasilitator Kesehatan


d. Mual muntah dan nyeri ulu hati
Untuk mual muntah dapat dilakukan pemijatan pada
lokasi yang terletak pada tiga jari di atas pertengahan
pergelangan tangan bagian dalam.

Untuk nyeri ulu hati dapat dilakukan pemijatan pada


lokasi yang terletak di garis tengah tubuh depan di
pertengahan ujung bawah tulang dada dengan pusar.

Dan lokasi yang terletak pada empat jari di bawah


lutut di tepi luar tulang kering.

Modul Pelatihan Asuhan Mandiri Kesehatan Tradisional Bagi Fasilitator Kesehatan 43


e. Kram otot tungkai bawah/ kaki
Untuk kram otot tungkai bawah/ kaki dapat dilakukan
pemijatan pada bagian paha yang terletak sejajar
ujung jari tengah pada posisi tubuh berdiri dan lengan
menggantung di sisi paha.

Lokasi yang terletak di bawah tonjolan tulang sisi


bawah luar lutut.

Lokasi yang terletak di lekukan bagian bawah otot


betis

44 Modul Pelatihan Asuhan Mandiri Kesehatan Tradisional Bagi Fasilitator Kesehatan


f. Susah tidur dan stress
Untuk susah tidur dapat dilakukan pemijatan pada
lokasi yang terletak pada lekukan garis pergelangan
tangan bagian dalam, segaris dengan jari kelingking

Dan lokasi yang terletak pada tiga jari di atas


pertengahan pergelangan tangan bagian dalam.

Untuk stres dapat dilakukan pemijatan pada lokasi


yang terletak di punggung tangan pada tonjolan
tertinggi ketika ibu jari dan telunjuk dirapatkan.

Modul Pelatihan Asuhan Mandiri Kesehatan Tradisional Bagi Fasilitator Kesehatan 45


Dan lokasi yang terletak di punggung kaki pada
cekungan antara pertemuan tulang telapak kaki ibu
jari dan jari ke-2.

g. Sesak nafas/mengi
Untuk sesak nafas dapat dilakukan pemijatan pada
lokasi yang terletak di bawah tengkuk, setengah jari
ke arah luar.

Lokasi yang terletak di garis tengah tubuh bagian depan


setinggi sela iga ke-4 (sejajar dengan puting susu).

46 Modul Pelatihan Asuhan Mandiri Kesehatan Tradisional Bagi Fasilitator Kesehatan


Lokasi yang terletak pada pertengahan antara tulang
tempurung lutut dengan mata kaki bagian luar, dua
jari dari tulang kering.

h. Gatal pada biduran


Untuk gatal-gatal karena biduran dapat dilakukan
pemijatan pada lokasi yang terletak di punggung
tangan pada tonjolan tertinggi ketika ibu jari dan
telunjuk dirapatkan.

Lokasi yang terletak antara lipat siku sebelah luar dan


tonjolan tulang siku

Modul Pelatihan Asuhan Mandiri Kesehatan Tradisional Bagi Fasilitator Kesehatan 47


Lokasi yang terletak tiga jari di atas dan sisi dalam
tempurung lutut

Lokasi yang terletak pada empat jari di atas mata kaki


bagian dalam.

V. Referensi
A. Kurikulum dan modul orientasi akupresur
B. Buku saku tetap sehat berhaji dengan akupresur mandiri.

48 Modul Pelatihan Asuhan Mandiri Kesehatan Tradisional Bagi Fasilitator Kesehatan


Panduan demonstrasi

Fasilitator menyiapkan alat demonstrasi seperti:


• Kertas A4
• Alat tulis
• Patung akupunktur
• Poster titik akupunktur
• Alat bantu akupresur (alat bantu pijat, minyak)
1. Peserta duduk dengan layout u shape atau melingkar
2. Fasilitator menunjukkan titik-titik akupunktur /akupresur menggu-
nakan poster, phantom atau badan sendiri.
3. Peserta disuruh menunjukkan titik akupunktur/akupresur yang sudah
dijelaskan oleh fasilitator.

Modul Pelatihan Asuhan Mandiri Kesehatan Tradisional Bagi Fasilitator Kesehatan 49


Panduan Simulasi

1. Peserta dibagi menjadi 3 kelompok, tiap kelompok mendapatkan 3


kasus. Tiap kelompok memperagakan kasus masing-masing. Tiap
kelompok ada yang berperan sebagai klien dan pelaksana akupre-
sur.
2. Kasus yang dibagikan:
a. Peningkatan daya tahan tubuh
b. Sakit kepala/pusing
c. Batuk pilek
d. Sakit pinggang
e. Mual muntah dan nyeri ulu hati
f. Kram otot tungkai bawah/kaki
g. Susah tidur dan stress
h. Sesak nafas/mengi
i. Gatal pada biduran
3. Peserta diminta mempraktikan kasus yang menjadi tanggungjawab
kelompoknya.

50 Modul Pelatihan Asuhan Mandiri Kesehatan Tradisional Bagi Fasilitator Kesehatan


MATERI INTI 2
TATALAKSANA GANGGUAN
KESEHATAN RINGAN DENGAN
PEMANFAATAN TOGA
MATERI INTI 2
TATALAKSANA GANGGUAN KESEHATAN RINGAN
DENGAN PEMANFAATAN TOGA

I. PENDAHULUAN
Indonesia merupakan negara kaya dengan keanekaragaman hayati
(A Mega Biodiversity Country) dimana terdapat lebih kurang 30.000
jenis tanaman yang tersebar di seluruh tanah air, sekitar 9.600
spesies berkhasiat obat dan kurang lebih 300 spesies digunakan
sebagai bahan pengobatan tradisional oleh industri obat tradisional.
Oleh karena itu keanekaragaman hayati yang ada di Indonesia
merupakan aset dan sumberdaya yang harus dipelihara dan
dikelola untuk dapat menjadi warisan leluhur dan bermanfaat bagi
masyarakat untuk pemeliharaan kesehatan.
TOGA adalah singkatan dari Taman Obat Keluarga berfungsi
sebagai penyedia obat sekaligus berupa taman berestetika yang
memenuhi kriteria keindahan pekarangan. TOGA dapat memenuhi
upaya kesehatan preventif (pencegahan penyakit), promotif
(peningkatan derajat kesehatan), kuratif (penyembuhan penyakit)
dan rehabilitatif (pemulihan kesehatan). Selain itu TOGA juga
berfungsi untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga antara lain
sebagai sarana untuk (1) memperbaiki status gizi keluarga, (2)
menambah penghasilan keluarga, (3) meningkatkan kesehatan
lingkungan pemukiman, (4) melestarikan tanaman obat dan
budaya bangsa. Disamping itu, kaberadaan TOGA juga berfungsi
sebagai upaya pelestarian tanaman obat dari proses pelangkaan.
Keberadaan TOGA pernah dikembangkan diberbagai daerah
mulai dari pedesaan sampai di perkotaan dengan pembudidayaan
berbagai jenis tanaman obat yang tumbuh sesuai spesifikasi daerah
masing-masing. Namun demikian keberadaan TOGA di daerah
masih mempunyai permasalahan dan hambatan, diantaranya
pengelolaan dan pemanfaatan TOGA belum berjalan secara optimal.
Oleh karena itu revitalisasi TOGA perlu dilakukan, agar TOGA dapat
berkembang secara optimal dan dimanfaatkan seluas-luasnya oleh
masyarakat sebagai bahan ramuan yang berkhasiat dalam upaya
menjaga, meningkatkan dan menanggulangi kesehatan.

Modul Pelatihan Asuhan Mandiri Kesehatan Tradisional Bagi Fasilitator Kesehatan 53


II. TUJUAN PEMBELAJARAN
A. Tujuan Pembelajaran Umum
Setelah mengikuti materi ini peserta mampu melakukan
melakukan tatalaksana gangguan kesehatan ringan dengan
pemanfaatan TOGA
B. Tujuan Pembelajaran Khusus
Setelah mengikuti materi ini peserta mampu menjelaskan:
1. Pengenalan TOGA untuk asuhan mandiri
2. Pemanfaatan dan teknik membuat ramuan untuk asuhan
mandiri
3. Tatalaksana gangguan kesehatan untuk asuhan mandiri
TOGA

III. POKOK BAHASAN


A. Pokok Bahasan 1. Pengenalan TOGA
1.1 Konsep TOGA
a. Pengertian TOGA
b. Fungsi TOGA
c. Manfaat TOGA
d. Sejarah Singkat Perkembangan TOGA
e. Sasaran dan lokasi TOGA
1.2 Pengenalan Tanaman Obat Pada TOGA
a. Jenis-jenis tanaman obat
b. Pertelaan tanaman obat
c. Kandungan dari tanaman obat
1.3 Budidaya dan pengolahan pascapanen primer tanaman obat
a. Lingkungan tempat tumbuh
b. Teknik budidaya dan Pascapanen (pengolahan
primer) Tanaman Obat.
B. Pokok Bahasan 2. Pemanfaatan dan teknik membuat ramuan
untuk asuhan mandiri
2.1 Teknik Meramu
a. Penyiapan Bahan Baku (Simplisia)
b. Hygiene Sanitasi
c. Pengolahan dan Pengemasan
d. Peralatan
e. Pencatatan

54 Modul Pelatihan Asuhan Mandiri Kesehatan Tradisional Bagi Fasilitator Kesehatan


B. Pokok Bahasan 3. Tatalaksana gangguan kesehatan ringan dg
pemanfaatan TOGA utk asuhan mandiri.
3.1. Tanaman Obat untuk Tatalaksana Gangguan Kesehatan
Ringan pada Kelompok Usia Subur.
a. Nyeri Haid
b. Mual
c. Demam pada Ibu Nifas
d. ASI sedikit dan tidak lancar
3.2. Tanaman Obat untuk Tatalaksana Gangguan Kesehatan
Ringan pada Kelompok Usia Balita (1-5 tahun).
a. Kurang/tidak nafsu makan
b. Batuk pilek
c. Sesak nafas karena asma pada anak
d. Perut kembung
e. Cacingan
3.3. Tanaman Obat untuk Tatalaksana Gangguan Kesehatan
Ringan pada Kelompok Usia Sekolah dan Remaja (6-18
tahun).
a. Kurang darah (anemia)
b. Lelah
c. Sakit Gigi
d. Pingsan (ramuan)
3.4 Tanaman Obat untuk Tatalaksana Gangguan Kesehatan
Ringan pada Kelompok Usia Kerja.
a. Sakit Kepala sebelah (Migren)
b. Nyeri otot/pegel linu
c. Kurang stamina
3.5. Tanaman Obat untuk Tatalaksana Gangguan Kesehatan
Ringan pada Kelompok Usia Lansia (lebih dari 60 tahun).
a. Sembelit (konstipasi)
b. Nyeri Nyeri Sendi
c. Susah tidur (Insomnia)
d. Maagh
e. Pemulihan setelah sakit
f. Daya tahan tubuh menurun

Modul Pelatihan Asuhan Mandiri Kesehatan Tradisional Bagi Fasilitator Kesehatan 55


IV. METODE
A. Ceramah Tanya Jawab (CTJ)
B. Curah Pendapat
C. Demonstrasi
D. Praktek

V. MEDIA DAN ALAT BANTU


A. Komputer
B. USB / flashdisk
C. LCD Projektor
D. Audio Visual
E. Tanaman Obat
F. Bahan Simplisia
G. White Board
H. Spidol
I. Flip Chart
J. Panduan Demonstrasi

VI. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN


Berikut disampaikan langkah-langkah kegiatan dalam proses
pembelajaran materi ini.
Langkah A. Pengkondisian
Pengkondisian
1. Fasilitator menyapa peserta dengan ramah dan
hangat. Apabila belum pernah menyampaikan sesi
di kelas, mulai dengan perkenalan. Perkenalkan
diri dengan menyebutkan nama lengkap, instansi
tempat bekerja, materi yang akan disampaikan.
2. Fasilitator menyampaikan tujuan pembelajaran
materi ini dan pokok bahasan yang akan
disampaikan, sebaiknya dengan menggunakan
bahan tayang.
3. Fasilitator memandu peserta untuk menanggapi
sehingga terjadi interaksi yang dinamis.
Langkah B. Tanya Jawab
Membahas pokok bahasan Pengelolaan dan
Pengembangan TOGA

56 Modul Pelatihan Asuhan Mandiri Kesehatan Tradisional Bagi Fasilitator Kesehatan


1. Fasilitator mulai dengan menggali pendapat/
pemahaman peserta tentang TOGA. Misalkan
dengan menanyakan kepada peserta “Apa
pengertian dan manfaat TOGA” dan “langkah
yang dilakukan oleh petugas Puskesmas dalam
mengembangkan TOGA”. Beri kesempatan
peserta saling menanggapi apa yang dikemukakan
peserta lainnya sehingga kelas menjadi dinamis.
2. Fasilitator menyampaikan penjelasan konsep dan
pengertian TOGA.
3. Peserta diberikan kesempatan untuk tanya jawab
dan klarifikasi.
Langkah C. Pemaparan Materi
1. Fasilitator menyampaikan paparan materi sesuai
urutan pokok bahasan dan sub pokok bahasan
dengan menggunakan bahan tayang.
2. Peserta diberi kesempatan untuk melakukan
tanya jawab.
Langkah D. Demonstrasi
Sesuai Format terlampir
Langkah E. PKL
Sesuai Format

VII. URAIAN MATERI


Pokok Bahasan 1. Pengenalan TOGA untuk asuhan mandiri
1.1 Konsep TOGA
1. Pengertian TOGA
TOGA yaitu sebidang tanah baik di halaman, pekarangan,
atau di kebun yang dimanfaatkan untuk menumbuhkan
tanaman yang berkhasiat obat dalam upaya memenuhi
kebutuhan obat keluarga. TOGA dimaksudkan agar
masyarakat memperoleh pelayanan kesehatan dengan
cara yang murah, mudah, aman dan nyaman. TOGA selain
menjaga kesehatan masyarakat, juga diharapkan dengan
TOGA keindahan lingkungan rumah tangga dapat tercipta,
termasuk mengurangi pengeluaran kebutuhan rumah
tangga sehari-hari. Karena kebutuhan obat, sayur-sayuran

Modul Pelatihan Asuhan Mandiri Kesehatan Tradisional Bagi Fasilitator Kesehatan 57


dan bumbu masak telah tersedia di dalam TOGA. Oleh
karena itu TOGA diharapkan dapat menunjang kesehatan,
kesejahteraan, keindahan lingkungan, pelestarian tanaman
dan budaya, mengurangi kebutuhan rumah tangga sehari-
hari, dan dapat juga sebagai sumber penyedia bahan baku
obat tradisional.
2. Sejarah
Reorganisasi Departemen Kesehatan pada tahun 1975
melahirkan terbentuknya Direktorat Pengawasan Obat
Tradisional dibawah Direktorat Jenderal Farmasi, yang
mempunyai tugas dan fungsi menggali, mengembangkan,
meningkatkan dan memanfaatkan obat tradisional yang
diproduksi dan diedarkan.
Berdasarkan hasil survei pada tahun 1976-1978 yang
dilaksanakan bersamaan dengan sosialisasi peraturan di
bidang obat tradisional di daerah-daerah, diketahui bahwa
pada umumnya masyarakat tidak mengenal dan mulai
melupakan tanaman obat. Tanaman obat seperti kunyit,
sereh, lengkuas hanya digunakan sebagai bumbu dapur.
Keadaan ini memotivasi Direktorat Pengawasan Obat
Tradisional untuk mengenalkan kembali tanaman obat dan
khasiatnya dengan harapan dapat mewujudkan derajat
kesehatan masyarakat yang optimal. Sekaligus melanjutkan
gagasan ibu Supardjo Rustam ketua Tim Penggerak PKK
Provinsi Jawa Tengah saat itu yang mengembangkan
“Apotik Hidup”, yang merupakan kegiatan pemanfaatan
pekarangan dengan menanam tanaman yang bermanfaat
bagi kesehatan. Dalam perkembangannya “Apotik Hidup“
tidak sesuai dengan kebijakan kefarmasian , maka disepakati
diganti dengan “Taman Obat Keluarga” yang dikenal dengan
“TOGA”. Direktorat ini juga telah menerbitkan buku petunjuk
untuk penyuluhan dengan judul “TOGA “ dan Pemanfaatan
Tanaman Obat “ edisi I sampai dengan III.
Program ini juga dilaksanakan oleh Direktorat Bina Peran
Serta Masyarakat - Direktorat Jenderal Bina Kesahatan
Masyarakat yang merupakan direktorat baru sejak
tahun 1985. Berdasarkan SK Menkes 558 tahun 1984
melalui Subdit Bina Upaya Kesehatan Tradisional yang

58 Modul Pelatihan Asuhan Mandiri Kesehatan Tradisional Bagi Fasilitator Kesehatan


bertugas mengembangkan kebijakan upaya kesehatan
tradisional di Indonesia antara lain budidaya TOGA dan
pemanfaatannya, dan juga melakukan pembinaan kepada
pengobat tradisional (Battra).
Penyebarluasan TOGA dilakukan melalui penyuluhan,
penataran dan pelatihan kader hingga diadakan
lomba TOGA tingkat nasional. Direktorat Bina Peran
Serta Masyarakat pada tahun 1991 telah menerbitkan
buku “ Pemanfaatan Tanaman Obat Untuk Kesehatan
Keluarga” edisi pertama yang merupakan pedoman
bagi kader. Buku ini terus diterbitkan sampai edisi ke
enam pada tahun 2010 oleh Subdit yang sama tetapi
dibawah Direktorat Bina Upaya Kesehatan Komunitas
dan tentunya telah mengalami revisi dan diterjemahkan
dalam Bahasa Inggris dengan dukungan “WHO SEARO”.
Pada edisi ke enam tersebut beberapa bahan baku
(simplisia) tanaman obat keluarga sudah melalui tahap
telaah data pra klinik.
3. Fungsi TOGA
1) Sebagai sarana mendekatkan tanaman obat kepada
masyarakat untuk upaya kesehatan mandiri.
2) Sebagai pendayagunaan tanaman obat yang dapat
diarahkan untuk upaya peningkatan kesehatan
(promotif), pencegahan penyakit (preventif),
penyembuhan penyakit (kuratif), dan pemulihan
kesehatan (rehabilitatif).
3) Melestarikan budaya pengobatan tradisional sebagai
warisan leluhur dengan memanfaatkan tanaman yang
berkhasiat.
4. Manfaat TOGA
1) TOGA mempunyai manfaat sebagai upaya
kesehatan preventif (pencegahan penyakit),
promotif (peningkatan derajat kesehatan), kuratif
(penyembuhan penyakit) dan rehabilitatif (pemulihan
kesehatan).
2) TOGA mempunyai manfaat sebagai mendukung
menciptakan kesehatan dan kesejahteraan keluarga
antara lain sebagai sarana untuk (1) memperbaiki

Modul Pelatihan Asuhan Mandiri Kesehatan Tradisional Bagi Fasilitator Kesehatan 59


status gizi keluarga, (2) menambah penghasilan
keluarga, (3) meningkatkan kesehatan lingkungan
pemukiman, (4) melestarikan tanaman obat dan
budaya bangsa.
5. Sasaran dan Lokasi TOGA
1) Sasaran :
Perorangan, keluarga, dan kelompok masyarakat,
contohnya: lingkungan sekolah, pramuka, karang
taruna, asosiasi pengobat tradisional, TP-PKK, desa
siaga.
2) Lokasi Taman Obat:
Sesuai namanya TOGA dapat dimulai dari halaman
rumah, kebun, ladang, selain itu dapat dilakukan di
halaman sarana umum seperti: sekolah, Puskesmas/
rumah sakit, gedung balai desa/kantor kelurahan,
gedung pertemuan dan lahan lain yang dapat
dimanfaatkan.
Untuk daerah perkotaan, dimana sulit untuk memiliki
rumah dengan halaman atau pekarangan yang
memadai, TOGA dapat dibuat dengan menggunakan
pot, poli bag, ember dan bahan lain yang cocok untuk
pot.
B. Pengenalan Tanaman Obat yang ada dalam TOGA
a. Jenis-jenis tanaman obat
Jenis tanaman obat yang banyak ditanam di dalam
TOGA secara umum sudah banyak dimanfaatkan oleh
masyarakat. Penamaan jenis tanaman obat dengan
menyertakan nama ilmiah (latin) selain nama nasional
dan nama lokal dimaksudkan agar antara tanaman obat
yang satu dengan lainnya tidak tertukar. Nama contoh jenis
tanaman obat yang dapat ditanam di dalam TOGA dapat
dilihat di Tabel Lampiran 1.
b. Pertelaan tanaman obat
Pertelaan tanaman obat adalah menerangkan atau
menyebutkan ciri-ciri morfologi bagian tanaman seperti
batang, daun, bunga, buah dan biji dari setiap jenis
tanaman obat. Hal ini penting untuk diketahui, karena

60 Modul Pelatihan Asuhan Mandiri Kesehatan Tradisional Bagi Fasilitator Kesehatan


dengan menyebutkan ciri-ciri tersebut sehingga antara
bagian tanaman yang satu terhadap bagian tanaman dari
jenis tanaman obat lainnya tidak tertukar.
Contoh Berdasarkan penampang batang yaitu bulat dan
pipih.
Berdasarkan bentuk daun, dibedakan berbentuk bulat,
berbangun perisai, lonjong, jorong, dan lanset .Bentuk
pangkal daun yang berlekuk (berbentuk jantung, ginjal)
dan tidak berlekuk (bulat telur, segi tiga, belah ketupat).
Berdasarkan tulang daun, menyirip, menjari, melengkung,
dan lurus/sejajar.
Berdasarkan letak bunga dibedakan menjadi bunga
terminal bila letaknya di ujung cabang atau ujung batang;
dan bunga aksiler apabila bunga terletak di ketiak daun.
Bentuk dasar bunga yang biasa dijumpai adalah bentuk
rata, kerucut, cawan, dan mangkuk.
Buah dibedakan buah semu dan buah asli, berbuah buni
dan batu. Biji mempunyai bentuk yang bermacam-macam,
misalnya menyudut, ginjal, bulat, memanjang, bulat telur
dan lain-lain. Tanaman obat berumah satu dan berumah
dua.
Tanaman obat mempunyai biji monokotil dan dikotil,
tanaman obat berakar serabut dan tunggang. Tanaman
obat penghasil umbi, rimpang, akar (radix), daun, kulit
batang, bunga, buah dan biji.
c. Kandungan dari tanaman obat
Kandungan bahan kimia berkhasiat obat diharapkan
dapat sebagai pedoman pemanfaatan dalam pelayanan
kesehatan masyarakat (Tabel Lampiran). Kandungan
bahan kimia di dalam tanaman obat adalah banyak
macamnya.
C. Budidaya dan Pascapanen
1. Lingkungan tempat tumbuh
Lingkungan tumbuh tanaman mempengaruhi terhadap
bahan baku yang dihasilkan baik dilihat dari kuantitas dan
kualitas. Setiap jenis tanaman mempunyai tingkat toleransi
yang berbeda terhadap kondisi lingkungan tumbuhnya.
Faktor lingkungan tumbuh yang optimal pada setiap jenis

Modul Pelatihan Asuhan Mandiri Kesehatan Tradisional Bagi Fasilitator Kesehatan 61


tanaman akan mempunyai dampak yang optimal terhadap
tingkat produktivitas, terutama kandungan bahan aktif dari
tanaman tersebut dan mutu yang dihasilkan. Tanaman
obat yang akan ditanam dalam TOGA harus disesuaikan
dengan lingkungan tumbuhnya (Tabel).
Faktor lingkungan tumbuh yang banyak berpengaruh dan
saling berkaitan terhadap produktivitas dan mutu tanaman
obat antara lain adalah ketinggian tempat, curah hujan,
tingkat naungan (intensitas cahaya), dan jenis/tingkat
kesuburan tanah.
1) Ketinggian Tempat
Penyebaran tanaman obat di Indonesia dimulai dari
daerah pantai dengan kondisi tanah kering berpasir,
berbatu, tanah regosol berpasir hingga ketinggian
4.000 m dpl (Tabel Lampiran). Banyak ditemukan jenis-
jenis tanaman obat pada setiap lingkungan tumbuh
tersebut. Ketinggian tempat berkaitan erat dengan
suhu udara & suhu tanah, dan aktivitas fotosintesis.
Setiap jenis tanaman mempunyai toleransi yang
berbeda terhadap kondisi tersebut. Kita tidak dapat
memaksakan suatu jenis tanaman ditanam pada bukan
lingkungan tumbuhnya, kita cukup memilih tanaman
obat yang dikehendaki untuk membentuk TOGA pada
lokasi budidaya yang sesuai lingkungan tumbuhnya.
Sebagai contoh tanaman obat kayu angin, adas,
purwoceng hanya dapat tumbuh di ketinggian
tempat di atas 1.000 m dpl, jangan paksakan untuk
ditumbuhkan di bawah ketinggian tempat 500 m dpl.
Ketinggian tempat berkaitan erat dengan suhu udara,
tanaman jahe tumbuh optimum pada suhu 25-300C,
suhu di atas 350C daun akan hangus dan mengering.
Sehingga jahe tumbuh baik di ketinggian 300-900 m
dpl, sedangkan kencur dan lidah buaya tumbuh baik di
dataran rendah. Tanaman merupakan mesin biologis,
kemampuan produksinya diatur dan disesuaikan
dengan struktur sel, jaringan dan organnya yang telah
terbentuk sesuai dengan lingkungan tumbuhnya,
termasuk kesesuaian terhadap suhu lingkungan yang
dipengaruhi oleh ketinggian tempat.

62 Modul Pelatihan Asuhan Mandiri Kesehatan Tradisional Bagi Fasilitator Kesehatan


2) Curah Hujan
Jumlah curah hujan menggambarkan keberadaan
air sebagai penopang kehidupan tanaman. Tanaman
tidak dapat tumbuh tanpa air, terlihat bahwa jaringan
tanaman sebagian besar adalah air, lebih kurang
95% kandungan airnya. Sehingga tanaman yang
kekurangan air dapat menghambat pertumbuhan dan
menurunkan produktivitas tanaman.
Tanaman obat sebagian besar tumbuh liar, di semak-
semak, di padang rumput, di pematang sebagai
gulma, adaptasinya terhadap kekurangan air kadang-
kadang lebih besar. Tanaman obat jahe, kencur,
kumis- kucing, tempuyung, katuk, hampir sumuanya
di tanam pada lahan tegalan, tadah hujan.
Tanaman obat jahe dan temu-temuan lainnya
memerlukan bulan basah 7-9 bulan, namun masih
dapat tumbuh baik di iklim yang mempunyai bulan
basah diatas 9 bulan menurut Oldeman (1975).
Tumbuhan herba seperti kumis kucing, tapak dara,
tempuyung tumbuh baik pada tipe iklim dengan bulan
basah 7 – 9 hingga bulan basah hanya 5 - 6 bulan.
Untuk tanaman cabe jamu dan kemukus termasuk
tanaman yang dapat tumbuh di daerah kering pada
tipe iklim dengan bulan basah 4 – 6 bulan.
Berdasarkan hasil penelitian, pada tanaman umbi,
dalam kondisi kekurangan air justru kandungan zat
aktif berkhasiat obatnya meningkat, walaupun terjadi
penurunan produktivitas herbanya, contohnya pada
tanaman pegagan dan pada tanaman tempuyung
(Rahardjo et al., 2000). Untuk itu disarankan upaya
peningkatan mutu kandungan zat berkhasiat pada
tanaman obat penghasil herba, penanamannya
diarahkan ke daerah tipe iklim kering dengan bulan
basah 5 – 6 bulan, bahkan sampai ke daerah sangat
kering dengan bulan basah 3 – 4 bulan. Atau dapat
juga TO di kembangkan pada tipe iklim basah dengan
bulan basah antara 7 – 9 bulan, akan tetapi waktu
panennya di lakukan pada musim kemarau, atau
pada saat tanaman menjelang berbunga.

Modul Pelatihan Asuhan Mandiri Kesehatan Tradisional Bagi Fasilitator Kesehatan 63


3) Tingkat Naungan
Semua tanaman obat memerlukan sinar matahari
untuk aktivitas fotosintesisnya, walaupun setiap jenis
tanaman mempunyai toleransi yang berbeda. Berlaku
hampir untuk semua tanaman, apabila jumlah sinar
yang diterima berkurang sampai pada tingkat tertentu
maka produktivitas dan mutunya menurun. Banyak
jenis-jenis Tanaman Obat yang dapat tumbuh di
bawah tegakan kayu atau tanaman keras, biasanya
TO ini termasuk tanaman jenis perdu, herba dan
sebagai gulma.
Budidaya tanaman obat juga sering dilakukan dengan
cara tumpang sari. Contohnya TO tempuyung ditanam
bersamaan dengan tanaman lain yang lebih tinggi,
hingga tingkat naungannya mencapi 50%. Sehingga
untuk tanaman tertentu masih layak ditanam di bawah
tegakan hingga ternaungi 50% atau ditumpangsarikan
dengan tanaman lain yang lebih tinggi.
Tanaman jahe gajah masih toleran mendapat naungan
sampai 25%, sedang untuk jahe emprit dan merah
mampu ternaungi hingga 40% (Januwati dan Yusron,
2002). Sedangkan tanaman pegagan masih mampu
ternaungi hingga 55% dan mutunya akan menurun
setelah mendapat naungan 75%. Pembentukan
TOGA dapat memadukan antara satu jenis tanamn
yang berbatang tinggi dengan tanaman obat lainnya
yang berbatang pendek atau menjalar. Sehingga
terbentuklah TOGA yang serasi dan berestetika.
4) Jenis dan Tingkat Kesuburan Tanah
Jenis dan tingkat kesuburan tanah merupakan salah
satu faktor penentu terhadap tingkat produktivitas dan
mutu tanaman obat. Tanaman obat penghasil rimpang
dari famili Zingiberaceae (jahe, kencur, temu putih, dan
temu-temuan lainnya) dan penghasil umbi dari famili
Umbiliferae (purwoceng) memerlukan tanah yang
gembur disamping subur. Budidaya tanaman obat
pada famili ini memerlukan bahan organik relatif tinggi.
Untuk pembentukan rimpang dan umbi diperlukan
tanah yang gembur, fraksi pasirnya cenderung lebih

64 Modul Pelatihan Asuhan Mandiri Kesehatan Tradisional Bagi Fasilitator Kesehatan


tinggi atau seimbang dibandingkan fraksi liatnya.
Kebutuhan bahan organik yang relatif tinggi selain
untuk menjaga kelembaban, suhu, aerasi tanah, juga
diperlukan untuk meningkatkan kesuburan tanah.
Perkembangan rimpang dan umbi perlu kelembaban
dan suhu yang stabil dan aerasi tanah yang baik.
Selain penghasil rimpang dan umbi, terdapat tanaman
obat penghasil daun (jambu biji dan daun ungu),
herba (batang, ranting & daun) contohnya kumis
kucing, tempuyung, sambiloto, TO menghasilkan kulit
kayu (kina), biji (adas), buah (mengkudu). Kebutuhan
adaptasi TO jenis tersebut terhadap media tumbuh
(jenis tanah) relatif lebih luas, dari kondisi tanah yang
gembur hingga tanah yang relatif agak berlempung,
dapat tumbuh pada jenis tanah yang kandungan liatnya
relatif lebih tinggi dibandingkan kandungan pasirnya.
Untuk memenuhi kebutuhan hara yang seimbang
dan optimal, perlu upaya pemupukan. Pada akhir-
akhir ini muncul pertanian organik untuk memperoleh
produk yang higienis dan menghindari pencemaran
lingkungan. Budidaya tanaman obat pada umumnya
tidak perlu menggunakan pupuk an-organik dan
penggunaan pestisida sintetik.
Tanah sebagai media tumbuh, penyedia hara
tanaman, kadang-kadang di lain pihak juga penyedia
zat-zat yang tidak diinginkan. Beberapa daerah-
daerah tertentu kandungan logam beratnya cukup
tinggi, sebagai contoh pada lokasi penambangan
timah dan emas. Tanaman obat yang ditanam pada
lokasi tersebut kandungan logam beratnya akan
tinggi, sehingga sebagai bahan baku obat tidak boleh
dipergunakan. Lokasi penanaman tanaman obat
yang mempunyai potensi tercemar logam berat juga
terjadi pada area yang dekat dengan jalan raya yang
padat kendaraan. Sisa pembakaran dari kendaraan
dapat mencemari tanaman obat sekitarnya, terutama
yang terkandung di dalam daun. Sehingga hindarilah
budidaya tanaman obat pada lokasi tersebut.
Lingkungan tumbuh tercantum pada Tabel Lampiran.

Modul Pelatihan Asuhan Mandiri Kesehatan Tradisional Bagi Fasilitator Kesehatan 65


5) Penataan TOGA
Dalam pengembangan TOGA perlu diperhatikan
penataan dari berbagai tanaman yang akan ditanam,
sehingga terlihat serasi, indah dan bernilai estetika
sebagai Taman. Penataan dalam penanaman
tanaman obat dapat didasarkan pada :
1) Fisik tanaman (tanaman yang tumbuh tinggi,
sedang dan rendah);
2) Warna daun (hijau, ungu, kuning, merah);
3) Bentuk daun (besar, kecil, bulat dan panjang);
4) Khasiatnya (sebagai obat batuk, obat pilek, obat
diare dan sebagainya);
5) Kegunaan lainnya (sebagai bumbu masak,
sayuran dan lalapan); Penataan TOGA dapat
dipadukan dengan tanaman buah-buahan,
sayuran, tanaman hias bahkan tanaman
perkebunan yang mempunyai fungsi sebagai
obat.
2. Teknik Budidaya dan Pascapanen (Pengolahan Primer)
Tanaman Obat
Teknik budidaya meliputi beberapa urutan kegiatan ;
1) Penyiapan Lahan/tempat untuk menanam
Penyiapan lahan/tempat untuk budidaya adalah
rangkaian kegiatan mulai dari membersihkan
lahan/tempat budidaya dari bebatuan, gulma dan
sisa-sisa tanaman lain dengan sampai lahan siap
tanam. Sebelum lahan disiapkan, perlu ditetapkan
lokasi dimana kita akan melakukan budidaya.
Tujuannya adalah untuk mendapatkan lokasi yang
cocok untuk budidaya tanaman obat yang sesuai
dengan karakteristik komoditi dimana nantinya akan
mempengaruhi teknik dan cara budidaya tanaman
obat untuk menghasilkan produksi dan mutu yang
optimal.
Luas lahan yang digunakan untuk budidaya tanaman
obat mempengaruhi cara bertanam/budidaya. Pada
lahan yang cukup luas, budidaya dapat dilakukan
langsung di lahan/tanah tanpa menggunakan pot.

66 Modul Pelatihan Asuhan Mandiri Kesehatan Tradisional Bagi Fasilitator Kesehatan


Sedangkan pada lahan yang terbatas/sempit seperti
di perkotaan, budidaya menggunakan pot menjadi
pilihan masyarakat. Pot yang dapat dipergunakan
antara lain pot plastik, kaleng bekas, pot terbuat dari
tanah liat, polibag, pot terbuat dari bambu dan karung
plastik. Ukuran besar kecilnya pot dipilih berdasarkan
jenis dan tinggi rendahnya tanaman yang akan
ditanam.
Berikut adalah kegiatan penyiapan lahan/tempat
untuk budidaya tanaman obat :
1. Menyiapkan media tanam di pot (untuk budidaya
di dalam pot). Media tanam dibuat dari tanah
yang gembur yang dicampur dengan kompos
atau pupuk kandang (kotoran sapi atau kotoran
kambing). Perbandingan tanah dan kompos
(pupuk kandang) adalah 1 : 1 atau 2 : 1 atau 3 :
1, media diaduk hingga merata. Pada dasar pot
dapat dimasukkan batu kerikil sehingga pada
saat hujan (kelebihan air) dapat dicegah karena
kelebihan air dapat menghambat pertumbuhan
akar.
2. Menyediakan media tanam di lahan/tanah
pekarangan atau halaman.
3. Lahan dibersih dari bebatuan, gulma dan sisa-
sisa tanaman lain;
• Lahan digemburkan (diolah) dengan meng-
gunakan cangkul atau garpu dengan tujuan
untuk memudahkan akar tanaman tumbuh
dan berkembang, dan dapat menyimpan
udara serta air tanah secara maksimal.
• Membuat saluran pembuangan air di sekitar
lahan sehingga tanaman tidak tergenang
air diwaktu musim hujan.
• Membuat lubang tanam dengan ukuran
lubang tanam disesuaikan dengan jenis
tanaman.
• Untuk tanaman tahunan seperti kelapa,
kedaung, pepaya, kayu putih, delima,
jambu biji, mahkota dewa, jati belanda,

Modul Pelatihan Asuhan Mandiri Kesehatan Tradisional Bagi Fasilitator Kesehatan 67


belimbing ukuran lubang tanam 30 cm x 30
cm x 30 cm atau 40 cm x 40 cm x 40 cm.
• Untuk tanaman semusim/perdu seperti
sambiloto, kumis kucing, daun dewa,
tomat, jahe, kencur, kunyit ukuran lobang
tanam 20 cm x 20 cm, x 20 cm.
• Jarak antar lubang tanam disesuaikan
dengan jenis tanaman, tidak terlalu rapat
atau jarang.
• Lubang dibiarkan terbuka selama ± 7
hari dan dibiarkan kena sinar matahari
untuk membuang racun di dalam tanah
dan mengaktifkan mikroba tanah sebagai
sumber makanan tanaman.
• Tanah bekas galian dicampur dengan
kompos/pupuk kandang dengan per-
bandingan tanah 3 : 1 atau 2 : 1, disesuaikan
dengan kesuburan lahan. Media tanam
siap untuk digunakan.
2) Penyiapan Benih
Penyiapan benih adalah proses dimana tanaman
induk disiapkan untuk mendapatkan benih yang baik
dan siap tanam. Selanjutnya dilakukan pembibitan/
persemaian benih untuk menumbuhkan bahan
tanaman berupa biji, setek, rimpang, cangkokan,
serpihan anakan, dan umbi sebelum dipindahkan ke
dalam pot atau lahan tempat tanaman ditanam (di
lapang). Benih tanaman dapat diperbanyak dengan
cara vegetatif maupun generatif, yaitu :
a) Biji, seperti saga.
b) Stek seperti kumis kucing, cabe jawa, sambung
nyawa, keji beling, sirih, beluntas.
c) Rimpang, seperti jahe, temu-temuan, kencur,
kunyit, lengkuas.
d) Cangkok, seperti delima, mengkudu.
e) Anakan, seperti daun dewa, bidara upas.
Benih yang berasal dari biji, harus dibuat persemaian
lebih dahulu, bisa menggunakan pot plastik maupun
polybag, ukuran disesuaikan. Benih yang berkulit

68 Modul Pelatihan Asuhan Mandiri Kesehatan Tradisional Bagi Fasilitator Kesehatan


keras, misalnya biji saga sebelum disemai, direndam
air selama satu malam atau dirusak kulit bijinya
terlebih dahulu agar dapat cepat tumbuh.
Membuat persemaian dengan polybag atau pot :
a) Polybag diisi dengan campuran tanah gembur
dengan kompos atau pupuk kandang dengan
perbandingan 1 : 1 atau 2 : 1.
b) Disiram sampai basah.
c) Biji dibenamkan sedalam 1-3 cm, ditutup
dengan tanah kompos tipis-tipis atau bahan stek
sedalam ± 5 cm, jaga jangan sampai bergoyang.
d) Letakkan di tempat yang teduh dan lembab,
tidak terkena sinar matahari langsung.
e) Disiram pagi dan sore atau sesuai kebutuhan
untuk menjaga media tanam tetap lembab/basah.
f) Benih dapat dipindahkan ke lahan setelah 1- 2
bulan dipersemaian atau tumbuhnya daun 3-4
lembar
3) Penanaman
Penanaman adalah proses meletakkan benih ke
dalam lubang tanam atau alur yang sudah disiapkan
sesuai jarak tanam. Tujuannya adalah agar benih
dapat tumbuh dengan baik dan seragam.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada saat
penanaman tanaman obat di lahan luas/hamparan
adalah :
a) Benih yang telah siap tanam, dapat langsung di
tanam di lahan yang telah disiapkan, sebelumnya
maka media tanam disiram air terlebih dahulu.
b) Melakukan penanaman pada awal musim
penghujan;
c) Waktu penanaman sebaiknya dilakukan pada
sore hari sehingga dapat terhindar dari sengatan
terik sinar matahari dan juga mengurangi
pengupan pada tanaman yang baru saja ditanam;
d) Sebelum penanaman dilakukan, media tanam
dilembabkan terlebih dahulu dengan cara
disiram air;
e) Untuk penanaman di dalam pot, benih yang

Modul Pelatihan Asuhan Mandiri Kesehatan Tradisional Bagi Fasilitator Kesehatan 69


sudah tumbuh di persemaian dapat ditanam
langsung di dalam pot yang sudah berisi media
tanam;
f) Untuk penanaman di lahan/tanah pekarangan
atau halaman dilakukan dengan cara
mengeluarkan bibit dari polibag ke dalam lobang
tanam yang telah disiapkan dengan jarak tanam
yang sudah ditentukan;
g) Untuk penanaman dengan menggunakan
rimpang, maka benih harus dalam posisi rebah
dan tunas menghadap ke atas;
h) Memadatkan tanah di sekitar benih agar
tanaman kokoh.
4) Pemupukan
Pemupukan adalah pemberian unsur hara berupa
pupuk organik dan anorganik ke tanaman dengan
tujuan untuk memenuhi kebutuhan unsur hara yang
diperlukan sehingga tanaman dapat tumbuh optimal
dan berproduksi maksimal.
Pemupukan dapat dilakukan 1 bulan setelah
ditanam, dan dapat diulang setiap 2 bulan sekali.
Waktu pelaksanaan pemupukan, dikondisikan media
tanam dalam keadaan lembab, atau segera disiram
setelah perlakuan pemupukan. Pupuk yang diberikan
adalah pupuk organik (pupuk kandang dari kotoran
sapi, kerbau, kambing) atau kompos yang bermutu
baik dengan ciri tidak berbau menyengat, remah,
tidak membawa gulma dan hama maupun penyakit.
Pemberian pupuk organik pada setiap tanaman atau
pot dengan dosis sekitar 0,5-1 kg.
5) Pemeliharaan
Pemeliharaan adalah suatu rangkaian kegiatan
yang mencakup kegiatan penyulaman, penyiangan,
penyiraman/pengairan, penggemburan,
pembumbunan, dan pengairan dengan tujuan agar
tanaman dapat tumbuh, berproduksi dan memiliki
khasiat secara maksimal.
Kegiatan pemeliharaan tanaman meliputi:

70 Modul Pelatihan Asuhan Mandiri Kesehatan Tradisional Bagi Fasilitator Kesehatan


a) Penyulaman pada umur satu bulan setelah
tanam dengan menggunakan benih/bibit yang
telah disiapkan dengan umur yang sama;
b) Penyiangan merupakan kegiatan membuang
gulma (rumput) yang tidak ada manfaatnya,
karena dapat menjadi saingan dalam peng-
gunaan pupuk, air dan sinar matahari.
Penyiangan dilakukan sesuai dengan kondisi
gulma. Usahakan pada umur 3-6 bulan
tanaman bebas dari gulma, setelah berumur
6 bulan dilakukan sesuai dengan kebutuhan.
Penyiangan dilakukan dengan mekanis/
manual, tidak boleh menggunakan herbisida.
Untuk tanaman yang berumur 4 bulan,
penyiangan dilakukan dengan hati-hati agar
tidak merusak akar tanaman dan mencegah
masuknya penyakit;
c) Penyiraman dilakukan disesuaikan dengan
kebutuhan dan keadaan iklimnya;
d) Penggemburan tanah merupakan kegiatan
menggemburkan tanah agar akar tanaman
dapat tumbuh lebih baik.
e) Pembumbunan dilakukan setiap bulan, mulai
umur 2 bulan dan bisa dilakukan bersamaan
dengan penyiangan;
f) Pengairan/penyiraman merupakan penyiraman
air biasanya dilakukan pada musim kemarau,
sesuai kebutuhan atau apabila tanaman terlihat
daunnya mulai layu. Saluran pembuangan air
(parit) disekitar lahan diperbarui secara berkala
agar air hujan mudah mengalirnya ke saluran
pembuangan. Penyiraman dilakukan sore hari
atau sesuai kebutuhan apabila terlihat tanaman
layu. Saluran pembuangan air disekitar lahan
diperbaharui secara berkala agar air hujan
tidak menggenang atau mengalir dengan lancer
ke saluran pembuangan. Perlu diperhatikan
pola saluran pembuangan pada media tanam.
Apabila menggunaka media tanam dalam pot,

Modul Pelatihan Asuhan Mandiri Kesehatan Tradisional Bagi Fasilitator Kesehatan 71


perlu dilakukan penggantian media tanam setiap
6 (enam) bulan sekali agar kesuburan tanah
tetap terjaga.
6) Pengelolaan Organisme Pengganggu Tanaman
(OPT)
Pengelolaan OPT adalah tindakan pengendalian yang
dilakukan untuk mencegah kerugian pada budidaya
tanaman yang diakibatkan oleh OPT dengan cara
memadukan satu atau lebih teknik pengendalian
yang dipadukan dalam satu kesatuan. Tujuannya
adalah untuk mengurangi risiko kehilangan hasil
dan meningkatkan mutu serta menjaga kelestarian
lingkungan.
a) Pemberantas serangan hama dan penyakit
dilakukan dengan cara penyemprotan
menggunakan pestisida hayati berupa larutan
daun tembakau atau mimba, dan secara mekanik
dengan mencabut bagian atau seluruh tanaman
yang terkena penyakit kemudian membakar
serta memungut dan membunuhnya hama yang
menyerangnya.
b) Pencegahan serangan hama dan penyakit dapat
juga dilakukan dengan membersihkan rumput/
gulma serta membuang tanaman yang kering/
mati terserang penyakit agar tidak menular ke
tanaman lain yang sehat.
7) Panen
Pemanenan adalah kegiatan pengambilan hasil
dengan cara membongkar atau mencabut dengan
menggunakan tangan, garpu dan atau cangkul.
Tanaman obat harus dipanen pada saat yang
tepat, agar kadar zat berkhasiat dalam tanaman
cukup tinggi, sehingga obat yang dihasilkan lebih
bermanfaat. Pada umumnya zat berkhasiat kadarnya
optimal apabila tanaman dipanen menjelang atau
awal tanaman berbunga, tidak dipanen pada waktu
hujan, dan sebaiknya dipanen di waktu sore hari atau
pada saat yang tepat.
Cara panen yang terbaik adalah:

72 Modul Pelatihan Asuhan Mandiri Kesehatan Tradisional Bagi Fasilitator Kesehatan


a) Panen buah, diambil buah yang sudah mencapai
masak, ditandai dengan perubahan warna dari
hijau menjadi kekuningan, kecoklatan, atau
kemerahan.
b) Panen daun, diambil daun yang sudah tumbuh
sempurna, maksimal ukurannya, tidak terlalu
muda dan tidak terlalu tua, biasanya daun urutan
ke 2 – 3 dan seterusnya dari daun pucuk. Daun
diambil dari batang/cabang yang menerima
sinar matahari langsung.
c) Panen pucuk, diambil daun yang terletak pada
ujung cabang/ranting dan warnanya lebih muda
dibandingkan dari warna daun tua.
d) Panen rimpang, diambil dari tanaman yang
sudah mengering batang dan daunnya karena
umurnya sudah cukup, biasanya dilakukan pada
musim kering/kemarau.
e) Panen kulit batang, diambil pada saat tanaman
cukup umur dan dilakukan pada awal/ permulaan
musim kemarau.
f) Panen biji, diambil dari buah yang tua atau
kering atau juga buah yang pecah.
8) Pasca panen;
Pascapanen adalah tindakan yang dilakukan
setelah panen, mulai dari seleksi, pencucian,
penirisan, perajangan, pengeringan, pengemasan/
penyimpanan dan pelabelan. Tujuannya adalah
untuk menghasilkan produk, berkualitas dengan
mempertahanan kandungan bahan aktif yang
memenuhi standar mutu secara konsisten.
Kegiatan pascapanen mencakup pengolahan
bahan hasil panen menjadi bahan baku obat atau
pengolahan pascapanen primer. Selain diproses
langsung menjadi jamu atau keperluan lain, hasil
panen dapat diolah menjadi simplisia, sehingga dapat
disimpan lebih lama. Tahapan pengolahan pasca
panen primer menjadi simplisia meliputi :
a) Menyeleksi hasil panen dari campuran benda
lain dan jenis tanaman lain dan rumput.

Modul Pelatihan Asuhan Mandiri Kesehatan Tradisional Bagi Fasilitator Kesehatan 73


b) Mencuci menggunakan air bersih, membuang
kotoran dan bagian yang rusak (busuk).
c) Mentiriskan agar air bekas cucian hilang.
d) Merajang/mengiris rimpang dan buah, tebal
irisan antara 2 – 5 mm.
e) Mengeringkan daun, pucuk, kulit batang dan biji
di bawah sinar matahari, sampai cukup kering.
Untuk menghasilkan bahan baku (simplisia)
yang berkualitas tinggi, pada waktu pengeringan
bahan yang dikeringkan ditutupi menggunakan
kain hitam, agar tidak terkena sinar matahari
secara langsung.
f) Setelah diiris bahan tersebut dikeringkan di
bawah sinar matahari, sampai kering. Tanda
bahwa sudah cukup kering adalah apabila
bahan yang dikeringkan menunjukkan mudah
dipatahkan. Untuk menghasilkan bahan
baku (simplisia) yang berkualitas tinggi, pada
waktu pengeringan bahan yang dikeringkan
menggunakan tutup kain hitam.
g) Pengemasan/penyimpanan simplisia yang
sudah kering dapat disimpan di dalam botol
yang berwarna gelap, dalam jumlah besar bisa
menggunakan kantong plastik kedap udara atau
box plastik agar simplisia tidak lembab dan diberi
label.

POKOK BAHASAN 2
Pemanfaatan dan teknik membuat ramuan untuk asuhan mandiri
A. Teknik Meramu
Hal yang perlu diperhatikan sebelum membuat ramuan obat
trdisional:
1. Penyiapan Bahan Baku (Simplisia) :
Yang dimaksud bahan ramuan adalah bahan yang
digunakan dalam bentuk simplisia segar atau kering.
Sebelum membuat ramuan harus dipastikan bahwa tidak
menggunakan tanaman yang salah, dapat memberikan
efek yang tidak diinginkan atau keracunan. Memilih bahan

74 Modul Pelatihan Asuhan Mandiri Kesehatan Tradisional Bagi Fasilitator Kesehatan


ramuan dari akar, rimpang, umbi, kulit batang, batang
kayu, daun, bunga, buah atau seluruh tanaman (herba)
harus perhatikan, yang dipilih adalah :
a. Berwarna cerah.
b. Yang telah tua/masak sempurna dan dalam keadaan
segar, Buah tidak keriput. Kulit batang tidak retak.
c. Pilih yang masih utuh dan tidak rusak oleh serangan
ulat atau hama dan penyakit tanaman lainnya.
d. Tidak terserang hama dan yang tidak bercendawan
atau berjamur atau akar yang berlumut.
e. Tidak memilih buah, daun bunga, kulit umbi yang
telah berubah warna atau layu.
2. Ukuran dan Takaran :
Ukuran dan takaran, menggunakan alat ukur dan takaran
yang sudah dikenal luas oleh masyarakat, seperti :
Ukuran dan takaran yang digunakan adalah yang biasa dikenal
olehmasyarakat, seperti :
Gelas → Gelas belimbing, 1 gelas = 200 cc
Cangkir → Cangkir teh, 1 cangkir = 100 cc
Sendok → Sendok makan, 1 sendok = 15 cc
Genggam → 1 genggam tangan penderita
Jari Tangan → 1 Jari = ukuran panjang 1 telunjuk penderita.
Ibu Jari → Sebesar ibu jari jempol penderita
Helai → Lembar, satuan ukuran daun yang lebar seperti
daun pepaya, dadap serep
Pelepah → 1 pelepah tanaman lidah buaya yang
panjangnya = 10 cm
Sebesar Telur → Biasa disebut sebesar telur itik atau ayam
kampung atau sebesar telur burung merpati
→ Identik 150 – 200 gram
tapi bila tidak ada keterangan, maka yang
dimaksud sebesar telur ayam
Secukupnya → Ukuran secukupnya digunakan pada
penggunaan bahan yang nilainya sedikit seperti
garam, gula,air dan lain-lain
Sejimpit → digunakan biasanya untuk bahan herba yang
penggunaanya dalam jumlah sedikit karena
fungsinya yang keras seperti sambiloto
Seujung kuku → biasanya digunakan pada bahan yang
penggunaanya sedikit seperti kapur sirih (enjet)

Modul Pelatihan Asuhan Mandiri Kesehatan Tradisional Bagi Fasilitator Kesehatan 75


3. Peralatan yang digunakan
Peralatan adalah alat/perkakas yang digunakan untuk
membuat ramuan.
Jenis peralatan antara lain :
a. Periuk (kuali) dari tanah liat atau panci dari bahan
gelas/kaca atau stainless steel.
b. Pisau atau spatula/pengaduk yang terbuat dari bahan
kayu.
c. Saringan dari bahan plastik atau nilon.

Jangan menggunakan peralatan dari bahan


alumunium atau timah, tembaga karena dapat
bereaksi dengan bahan kimia tertentu dari bahan
tanaman yang dapat meracuni (menjadi toksik)
dan mengurangi khasiat tanaman obat tersebut.

4. HIgiene Sanitasi
Cara meramu adalah sebuah pekerjaan yang menggunakan
tangan dan alat ketika mencampurkan bahan-bahan yang
berasal dari tanaman obat. Sehingga diperlukan hygiene
sanitasi terhadap bahan ramuan dan peralatan yang
digunakan serta peramunya.
Hal-hal yang perlu diperhatikan sebelum membuat ramuan :
a. Bahan Ramuan
- Cuci bersih seluruh bahan ramuan dengan air
bersih dan mengalir
- Tiriskan bahan ramuan dengan wadah yang
bersih
- Rajang bahan ramuan sesuai kebutuhan
b. Peralatan
- Peralatan yang digunakan harus bersih dan
kering
- Gunakan peralatan sesuai dengan fungsinya
- Cuci bersih dan keringkan peralatan setelah
digunakan
- Simpan di dalam lemari perkakas
c. Peramu
- Kondisi fisik peramu harus dalam keadaan sehat

76 Modul Pelatihan Asuhan Mandiri Kesehatan Tradisional Bagi Fasilitator Kesehatan


- Cuci tangan dengan cara yang benar sebelum
meramu
- Gunakan masker, tutup kepala dan celemek
- Selalu cuci tangan setiap penggantian tahapan
proses pembuatan ramuan
5. Pengolahan dan penyiapan
a. Beberapa teknik membuat ramuan untuk dikonsumsi :
1) Rebusan/Godogan
Adalah proses penyarian dengan cara merebus
bahan ramuan dengan air sampai mendidih
menggunakan api kecil.
2) Seduhan
Adalah proses mencampur bahan ramuan
dengan air panas
3) Perasan
Adalah proses penyarian dengan teknik perasan
b. Beberapa teknik membuat ramuan untuk pemakaian
luar :
1) Tapal
2) Balur
3) Oles
4) Mandi
c. Beberapa teknik membuat ramuan untuk penguapan :
1) a). Ratus
2) b). Sauna
6. Hal-hal yang harus diperhatikan :
→ Jika merebus sebaiknya menggunakan api kecil.
→ Alat-alat yang digunakan harus bersih.
→ Biasanya dalam merebus simplisia herba, air
disisakan menjadi setengahnya, misalnya air 2 gelas
disisakan menjadi 1 gelas.
→ Jika herba berupa teh atau simplisia yang harus
diseduh, maka menggunakan air dengan suhu 80
derajat.
→ Masukan bahan ramuan yang mengandung minyak
atsiri setelah mau diangkat dan ditutup, untuk ramuan
yang bentuk kayu masukan diawal agar zat obat
dapat keluar dengan maksimal

Modul Pelatihan Asuhan Mandiri Kesehatan Tradisional Bagi Fasilitator Kesehatan 77


Catatan Penting !
1. Pilih jenis tanaman yang tepat sesuai resep
2. Pada saat akan meramu bahan, harus dicermati
komposisi bahan.
3. Takaran harus sesuai petunjuk, jangan ditambah
atau dikurangi.
4. Pada saat merebus harap diperhatikan apinya,
jangan terlalu besar. Perhatikan pula alat rebusan,
sebaiknya berbahan tanah liat.
5. Rebus ramuan dengan api kecil.
6. Rujukan ke dokter diperlukan jika pasien tidak ada
kemajuan setelah mengkonsumsi ramuan dalam
waktu yangtelah ditentukan. Jangan lupa dosis
pemberian harus dipenuhi sesuai anjuran.

7. Penggunaan bentuk-bentuk ramuan


a. Penyajian untuk dikonsumsi
1) Rebusan, disajikan dengan menyaring hasil
rebusan kemudian cairan sari diminum hangat-
hangat
2) Seduhan, disajikan dengan mengendapkan
bahan ramuan yang sudah direndam air panas
atau menyaringnya kemudian cairan sari
diminum hangat-hangat
3) Perasan, disajikan dengan meminum cairan sari
dari bahan ramuan yang diperas
b. Penyajian untuk penggunaan luar
1) Tapal, disajikan dengan menempelkan bahan
ramuan yang ditumbuk kebagian tubuh yang sakit
2) Balur, disajikan dengan menggosokkan atau
membalurkan bahan ramuan yang ditumbuk
kebagian tubuh yang sakit
3) Oles, disajikan dengan mengoleskan bahan
ramuan dalam bentuk cair kebagian tubuh yang
sakit
4) Mandi, dilakukan dengan menyiramkan atau
merendam tubuh dengan cairan rebusan bahan
ramuan

78 Modul Pelatihan Asuhan Mandiri Kesehatan Tradisional Bagi Fasilitator Kesehatan


c. Penyajian untuk penggunaan penguapan
1) Ratus, disajikan dengan membakar bahan
ramuan kemudian uapnya diarahkan kebagian
tubuh tertentu
2) Sauna, disajikan dengan merebus bahan
ramuan kemudian uapnya diarahkan ke seluruh
tubuh dalam ruangan tertutup

Pokok Bahasan 3
Tatalaksana gangguan kesehatan ringan dg pemanfaatan TOGA
utk asuhan mandiri.
A. Kelompok Usia Subur
a. Ramuan untuk Nyeri Haid
● Bahan :
- Empu kunyit : 3 jari
- Asam kawak (asam yang telah dimasak) : 2 Sendok teh
- Gula merah : 2 sendok makan
- Air : 3 gelas
● Cara pembuatan
Kunyit setelah dikupas, diiris tipis-tipis, rebus hingga
air menyusut menjadi setengahnya, tambahkan asam
kawak, gula merah kemudian diaduk-aduk. Diamkan
sampai hangat-hangat kuku.
● Cara pemak aian
Minum ramuan kunyit asam diatas 7 hari sebelum haid
sampai 3 hari selama haid. Ramuan ini juga dapat
ditambahkan kayu manis 1 jari sebagai penyedap/
pengharum, asam dan gula merah dapat ditambahkan
sesuai selera.
b. Ramuan untuk Mual
● Bahan
- Jahe : 2 ibu jari
- Gula Merah : secukupnya
- Air : 1 ½ gelas
● Cara pembuatan
Jahe setelah dikupas, digeprek, rebus hingga air menyusut
menjadi setengahnya, tambahkan gula merah kemudian
diaduk-aduk. Diamkan sampai hangat-hangat kuku.

Modul Pelatihan Asuhan Mandiri Kesehatan Tradisional Bagi Fasilitator Kesehatan 79


● Cara pemakaian
Minum ramuan jahe sampai rasa mual hilang.
c. Demam pada Ibu Nifas
Perawatan ibu setelah melahirkan untuk mencegah
demam nifas
Ramuan 1. untuk Pencegahan Demam Nifas
● Bahan :
- Daun pepaya muda segar : 1 helai
- Garam : sedikit/secukupnya
- Gula jawa/aren : 2 sendok makan
- Air : 2 gelas
● Cara pembuatan :
Daun pepaya dipotong-potong, kemudian direbus
dengan air dan ditambahkan sedikit garam serta gula
aren dan dididihkan sampai menjadi 1 gelas.
● Cara pemakaian :
Ramuan diminum segera setelah melahirkan, keesokan
harinya dibuat ramuan baru dan minum sekali lagi.
(Ramuan diminum 2 hari berturut-turut)
Ramuan 2. Untuk Pencegahan Demam Nifas
● Bahan :
- Daun Iler (miana) segar : 7 lembar
- Daun Jung Rabap : 1 sendok makan
- Air : 1 sendok makan
● Cara pembuatan :
Daun Jung Rabap dibakar sampai menjadi abu
kemudian dihaluskan dengan daun Iler serta ditambah-
kan sedikit air.
● Cara pemakaian :
Dilumurkan/dioleskan pada bagian perut secara merata
d. ASI sedikit dan Tidak Lancar
Ramuan 1. Untuk Melancarkan ASI
● Bahan:
Daun katuk segar 2-3 genggam
● Cara pembuatan:
Daun katuk segar dibuat sayur
● Cara pemakaian:
Sayur daun katuk dimakan 3 kali setiap hari, setiap
kalinya 1 mangkok.

80 Modul Pelatihan Asuhan Mandiri Kesehatan Tradisional Bagi Fasilitator Kesehatan


Ramuan 2. Untuk Melancarkan ASI
● Bahan:
- Temulawak : sebesar telur bebek, diiris
- Meniran : ½ genggam
- Pegagan : ¼ genggam
- Air : 3 gelas
● Cara pembuatan :
Direbus hingga air menyusut menjadi setengahnya.
● Cara Pemakaian:
Minum 1 gelas pagi dan 1 gelas diminum menjelang
tidur malam

B. Tanaman Obat untuk Tatalaksana Gangguan Kesehatan


Ringan pada Kelompok Usia Balita (1-5 tahun).
a. Kurang/Tidak Nafsu Makan
Ramuan untuk Meningkatkan Nafsu Makan
● Bahan :
- Temu hitam : 1/2 - 1 jari tangan
- Garam sedikit : secukupnya
- Gula aren/gula jawa : secukupnya
- Air matang/hangat : 1 cangkir
● Cara pembuatan :
Temu hitam diparut, kemudian diaduk diremas-remas
dengan air hangat kemudian disaring dan diendapkan
beberapa saat. Cairan beningnya diambil, ditambahkan
garam, gula dan diaduk.
● Cara pemakaian (Dewasa) :
Ramuan diminum 1 x sehari Diulang tiap hari selama
3 hari
● Cara Pemakaian (Anak-anak) :
Anak umur 1 - 2 th 1 x sehari 1 sendok makan
Anak umur 3 - 5 th 1 x sehari 2 sendok makan
Anak umur 6 - 8 th 1 x sehari 1/4 gelas
Anak umur 9 - 11 th 1 x sehari 1/2 gelas
b. Batuk pilek
Common Cold (Batuk Pilek)
Batuk merupakan gejala dari penyakit saluran pernapasan,
seperti influenza, penyakit kerongkongan, asma, amandel

Modul Pelatihan Asuhan Mandiri Kesehatan Tradisional Bagi Fasilitator Kesehatan 81


dan TBC dimana terjadi akibat adanya penyumbatan
saluran napas bagian bawah oleh penumpukan lendir
akibat penyakit tersebut.
Ramuan untuk mengencerkan dahak :
Ramuan 1 :
● Bahan :
- Kencur : 3 ruas jari
- Air : 3/4 cangkir
● Cara pembuatan :
Kencur dikupas diparut (parutannya dialasi daun
pisang). Tambahkan air 3/4 cangkir, lalu diperas dan
disaring dengan menggunakan kain bersih/saringan teh.
● Cara pemakaian :
Diminum 4-5 x sehari 1 sendok makan, untuk anak-anak
(lebih dari 12 tahun) dan orang dewasa.
Ramuan 2
● Bahan :
- Daun waru muda atau : 11 helai.
- Daun saga (pilih salah satu) : 2 genggam.
- Gula batu sebesar telur : 1 biji.
- Air : 2 gelas.
● Cara pembuatan :
Daun waru atau daun saga dicuci bersih, dipotong-
potong kasar, kemudian ditambahkan gula dan air.
Kemudian ramuan tersebut dididihkan hingga menjadi
1 gelas ramuan.
● Cara pemakaian :
Diminum ramuan tersebut 2 x sehari, pagi hari sebelum
makan dan malam hari sebelum tidur.
Ramuan batuk karena masuk angin :
Ramuan I
● Bahan :
- Air Jeruk nipis : 1 sendok makan
- Air matang : 4 sendok makan
- Kecap atau madu : secukupnya
● Cara pembuatan :
Jeruk diperas, airnya ditambah dengan kecap atau
madu sama banyak selanjutnya semua bahan diaduk
sampai rata.

82 Modul Pelatihan Asuhan Mandiri Kesehatan Tradisional Bagi Fasilitator Kesehatan


● Cara pemakaian :
Dewasa : 4 x sehari 1 sendok makan.
Anak-anak : 4 x sehari 1 sendok teh.
Batuk pada anak-anak :
Ramuan 1. Untuk Batuk pada Anak
● Bahan :
- Bawang merah : 1 buah.
- Pulosari : 1 ibu jari.
- Adas : 5 butir (1/4 sendok teh).
- Gula batu atau madu : secukupnya.
- Air : secukupnya.
● Cara pembuatan :
Bawang merah dikupas, kemudian bersama bahan
lainnya (kecuali gula batu) dicuci hingga bersih, lalu
ditumbuk hingga seperti bubur, selanjutnya dibungkus
dalam daun pisang dan dikukus selama 15 menit.
Campuran diperas dengan memakai kain bersih
ke dalam gelas dan ditambahkan gula serta diaduk
sampai larut.
● Cara pemakaian :
Diminum ramuan tersebut 2 x sehari, pagi hari
sebelum makan dan malam hari sebelum tidur.
Perhatian Adas, jahe, kencur untuk bayi (terutama
belum makan makanan padat) sebaiknya tidak
diberikan.
Ramuan 2. Untuk Batuk pada Anak
● Bahan :
- Bunga belimbing wuluh segar : 1 genggam.
- Bawang Merah : 1 buah.
- Biji Buah Pala : 1/4 kelereng.
- Gula Batu : 1 sendok makan.
- Air : 1/2 gelas.
● Cara pembuatan :
Bawang merah diiris menjadi 4 bagian, biji buah
pala ditumbuk sehingga menjadi seperti batu kerikil.
Kemudian semua bahan dicampur kedalam mangkok
kecil dan ditutup, lalu dikukus selama 1 jam. Selanjut-
nya dilakukan penyaringan.

Modul Pelatihan Asuhan Mandiri Kesehatan Tradisional Bagi Fasilitator Kesehatan 83


● Cara pemakaian :
Hasil saringan diminum pada pagi hari dan malam
hari sebelum tidur.
c. Sesak nafas karena asma pada anak
Ramuan:
● Bahan
- Jahe : 2 ibu jari
- Bawang Merah : 1 siung
- Gula Merah : secukupnya
- Air : 1 ½ gelas
● Cara pembuatan
Jahe setelah dikupas digeprek, bawang merah
dikupas dan diiris, rebus hingga air menyusut menjadi
setengahnya, tambahkan gula merah kemudian diaduk-
aduk. Diamkan sampai hangat-hangat kuku.
● Cara pemakaian
Ramuan diminum sedikit demi sedikit, sampai sesak hilang.
d. Perut kembung (dispepsia)
Sakit maag adalah nyeri pada ulu hati disertai mual
sebelum dan sesudah makan. Ramuan ini bermanfaat
untuk mengurangi ganguan perut kembung.
Ramuan :
● Bahan :
- Kunyit (yang tua) : 2 ruas jari.
- Air matang : 1/2 cangkir.
● Cara Pembuatan :
Kunyit dikupas dan dibersihkan. Kemudian diparut dan
ditambah air matang. Setelah itu peras dengan kain
bersih. Diamkan, hanya beningnya yang diambil.
● Cara Pemakaian :
Dewasa 2 x sehari 1/2 cangkir, pagi hari sebelum makan
dan malam hari sebelum tidur. Sebaiknya ramuan
tersebut ditambah dengan madu 1 sendok makan.
Sakit Perut Pada Anak/Bayi :
Ramuan
● Bahan :
- Kunyit : 1 jari.
- Kulit batang pulasari : 1 jari.

84 Modul Pelatihan Asuhan Mandiri Kesehatan Tradisional Bagi Fasilitator Kesehatan


- Seluruh tanaman patikan cina segar : 1 genggam.
- Air : 2 cangkir.
● Cara pembuatan :
Kunyit diiris-iris, tambahkan pulasari, dicampur dengan
patikan cina yang telah ditumbuk sebelumnya. Kemudian
tambahkan air, didihkan sampai diperoleh 1 cangkir,
saring dengan kain bersih.
● Cara pemakaian :
- Anak 1 tahun : 3 kali sehari : 1 sendok makan.
- Anak 2 tahun : 3 kali sehari : 4 sendok makan
- Anak lebih dari 2 tahun: 3 kali sehari : 1/2 cangkir
Sakit perut kembung pada anak/bayi.
Ramuan
● Bahan :
Daun mengkudu (pace) atau daun jarak pagar beberapa
lembar.
● Cara pembuatan :
Daun dilayukan di atas nyala api, beri minyak kelapa,
remas-remas. Boleh juga sebelum daun dipanasi diolesi
dulu dengan minyak kelapa.
● Cara pemakaian :
Daun yang sudah diremas-remas, ditempelkan kepada
perut bayi, dibungkus lagi dengan gurita/sehelai kain.
e. Cacingan (Toga empiris, akupresurtidakbisa = kasusbanyak)
Ramuan:
● Bahan :
- Biji petai cina : 1 sendok makan
- Biji pinang : 1 biji
- Air : 1 gelas
● Cara pembuatan :
Biji pinang diiris, kemudian rebus dengan air bersama
biji petai cina, hingga air tinggal setengahnya .
● Cara pemakaian :
Diminum sehari 1 kali selama 3 hari.

Modul Pelatihan Asuhan Mandiri Kesehatan Tradisional Bagi Fasilitator Kesehatan 85


C. Tanaman Obat untuk Tatalaksana Gangguan Kesehatan
Ringan pada Kelompok Usia Sekolah dan Remaja (6-18 tahun).
a. Miningkatkan sel darah merah
Ramuan:
● Bahan :
Bayam merah : 1 ikat
● Cara pembuatan :
Bayam merah dimasak sebagai sayur bening.
● Cara pemakaian :
Dikonsumsi selama 7 hari
b. Sakit Gigi
Ramuan:
● Bahan :
Cengkeh : 2 butir
● Cara pembuatan :
Cengkeh dihaluskan
● Cara pemakaian :
Cengkeh ditapal pada gigi yang sakit.
c. Pingsan (ramuan)
Ramuan:
● Bahan :
Minyak kayu putih : secukupnya
● Cara pemakaian :
Dioleskan pada hidung dan pelipis
D. Tanaman Obat untuk Tatalaksana Gangguan Kesehatan
Ringan pada Kelompok Usia Kerja.
a. Sakit Kepala sebelah (Migren)
Ramuan:
● Bahan :
- Bawang putih : 1 siung
- Pegagan : 1 jumput
- Air : 1 ½ gelas
● Cara pembuatan :
Pegagan dan bawang putih yang sudah digeprek direbus
dengan air selama 10-15 menit.
● Cara pemakaian :
Diminum selagi hangat, 3 kali 1 gelas sehari.

86 Modul Pelatihan Asuhan Mandiri Kesehatan Tradisional Bagi Fasilitator Kesehatan


b. Nyeri Otot/pegel linu
Pegal linu merupakan gangguan yang umum terjadi,
terutama pada orang tua atau setelah beraktivitas cukup
berat. Rasa pegal linu sering menyerang daerah leher,
pundak dan lengan. Pegal linu timbul ketika otot meregang.
Pegal linu dapat disebabkan oleh aktivitas yang dilakukan
secara tidak benar, seperti duduk dengan posisi yang tidak
ergonomis dalam waktu yang lama, mengangkat beban
terlalu berat, atau kurang berolah raga. Ketegangan emosi
dan stress juga dapat memacu timbulnya pegal linu.
Ramuan I :
● Bahan :
- Daun Landep segar : 1/2 genggam.
- Kapur sirih : 1/2 sendok teh.
- Air matang : 2 sendok makan.
● Cara pembuatan :
Daun Landep dari jenis yang berbunga kuning
ditumbuk halus bersama-sama dengan kapur sirih.
Kemudian campurkan air, aduk sampai menyerupai
pasta encer.
● Cara pemakaian :
Campuran dilumurkan pada bagian yang sakit 2 x
sehari. Bagi yang kulitnya peka sebaiknya hati-hati,
kalau merasa panas atau gatal sebaiknya segera
bersihkan.
Ramuan II
● Bahan :
- Daun gandarusa segar : 25 lembar.
- Kapur sirih : 1/2 sendok teh rata.
- Air : 2 sendok makan.
● Cara pembuatan :
Daun Gandarusa, ditumbuk halus bersama dengan
kapur sirih dan sedikit air. Kalau sakitnya keras, dapat
ditambah sedikit lada. Sebanyak 3 biji.
● Cara pemakaian :
Campuran dilumurkan pada bagian badan yang sakit.
2 x sehari. Atau tempelkan pada tempat yang sakit lalu
dibalut.

Modul Pelatihan Asuhan Mandiri Kesehatan Tradisional Bagi Fasilitator Kesehatan 87


Ramuan III
● Bahan :
- Jahe : 1 jempol.
- Sereh : 2 batang.
- Air : 2 gelas.
- Gula merah : 1 sendok makan.
- Garam : seujung sendok.
● Cara pembuatan :
Jahe dibakar dan memarkan, rebus jahe dengan sereh.
Setelah menyusut tambah sedikit gula merah dan
garam, aduk-aduk dan dinginkan.
● Cara pemakaian:
Minum hangat-hangat pagi dan sore.

E. Tanaman Obat untuk Tatalaksana Gangguan Kesehatan


Ringan pada Kelompok Usia Lansia (lebih dari 60 tahun).
a. Melancarkan buang air besar (konstipasi)
Penyebab Sulit Buang Air Besar (Sembelit) karena pola
makan yang buruk, kurang mengandung serat, minum
kurang, kurang tidur, kebiasaan BAB tidak teratur dan
sering disertai rasa cemas atau khawatir. Ramuan sembelit
ini tidak diperbolehkan untuk ibu hamil dan menyusui.
Ramuan I
● Bahan :
- Daun lidah buaya ukuran sedang : ½ pelepah
- Madu : 1 sendok makan
- Air : ½ gelas
● Cara Pembuatan :
Daun lidah buaya dicuci dan dikupas. Isinya dipotong
kecil-kecil, seduh dengan ½ gelas air. Berikan 1 sendok
makan madu. Ramuan dapat juga diblender
● Cara pemakaian :
Ramuan diminum 1 kali sehari, sampai BAB normal
Ramuan II
● Bahan :
- Daun Handeleum (daun Wungu) : 7 lembar
- Air : 2 gelas

88 Modul Pelatihan Asuhan Mandiri Kesehatan Tradisional Bagi Fasilitator Kesehatan


● Cara Pembuatan :
Daun handeuleum direbus dengan 2 gelas air sampai
airnya tinggal setengah.
● Cara Pemakaian :
Minum sekaligus pada pagi hari.
b. Nyeri Sendi
Ramuan I
● Bahan :
- Jahe : 1 jari
- Sereh : 2 batang
- Kencur : 1 ruas jari
- Air : 1 ½ gelas
- Gula merah : secukupnya
● Cara pembuatan :
1. Diminum
Jahe dibakar dan memarkan, kencur diiris, sereh digeprek,
semua bahan direbus dengan air selama 10-15 menit.
2. Diboreh
Jahe, sereh, kencur ditumbuk.
● Cara pemakaian:
1. Diminum
Minum hangat-hangat pagi dan sore selama 7 hari.
2. Diboreh
Diborehkan pada bagian lutut sendi yang sakit
c. Susah tidur (Insomnia)
Ramuan I
● Bahan:
- buah pala : 1 buah
- Madu : 1 sendok makan
● Cara pembuatan :
Buah pala dicuci dan ditumbuk halus-halus. Seduh
dengan air panas ¾ cangkir dan madu 1 sendok
makan.
● Cara pemakaian (Dewasa) :
Suam-suam kuku diminum 1-2 kali sehari.
Ramuan II
● Bahan:
- Buah adas : ¾ sendok teh
- Madu : 1 sendok makan

Modul Pelatihan Asuhan Mandiri Kesehatan Tradisional Bagi Fasilitator Kesehatan 89


● Cara pembuatan :
Buah adas dicuci dan ditumbuk halus-halus. Seduh
dengan air panas ¾ cangkir dan madu 1 sendok
makan.
● Cara pemakaian (Dewasa) :
Suam-suam kuku diminum 1-2 kali sehari
c. Maag
Ramuan
● Bahan:
- Temulawak : 1 ibu jari
- Kunyit : 1 ibu jari
- Kencur : 1 ibu jari
- Gula merah : secukupnya
- Air : 1 ½ gelas
● Cara pembuatan :
Temulawak, kunyit, kencur dicuci dan diiris. Rebus
seluruh bahan selama 10-15 menit.
● Cara pemakaian :
Minum 1 gelas sehari selama 14 hari
d. Pemulihan setelah sakit
Pemulihan stamina sehabis sakit dapat digunakan ramuan
untuk meningkatkan Kebugaran Jasmani. Kebugaran
jasmani adalah kemampuan tubuh seseorang untuk
melakukan pekerjaan sehari-hari tanpa menimbulkan
kelelahan yang berlebihan. Kebugaran jasmani meliputi
daya tahan jantung-paru, daya tahan otot, kekuatan otot,
fleksibilitas, dan komposisi tubuh.
Ramuan :
● Bahan:
- Jahe : 1- 2 jari
- Sereh : 1 jari
- Cengkeh : 4 biji
- Pala : ½ biji
- Daun jeruk purut : 1 lembar
- Kemukus : 5 biji
- Kayu manis : secukupnya
- Gula aren : secukupnya
- Air : 5 gelas

90 Modul Pelatihan Asuhan Mandiri Kesehatan Tradisional Bagi Fasilitator Kesehatan


● Cara pembuatan
Jahe, sereh, kayu manis, gula aren dipotong kecil-kecil
(bila perlu jahenya dibakar terlebih dahulu). Semua
bahan dicampur kemudian direbus sampai mendidih
selama 10-15 menit.
● Cara pemakaian
Ramuan diminum hangat-hangat 1 gelas 2 kali sehari
e. Meningkatkan Daya tahan tubuh
Ramuan :
● Bahan:
- Jahe : 1 ibu jari
- Pegagan : 1 jumput
- Temulawak : 1 ibu jari
- Gula Merah : secukupnya
- Air : 1 ½ gelas
● Cara pembuatan
Jahe dicuci dan digeprek, temulawak dicuci dan diiris,
pegagan dicuci, gula merah dipotong kecil-kecil. Semua
bahan dicampur kemudian direbus sampai mendidih
selama 10-15 menit.
● Cara pemakaian
Ramuan diminum hangat-hangat 2 hari sekali 1 gelas

VIII. LEMBAR KERJA


A. Panduan Demonstrasi Pengenalan TOGA
1. Pengenalan Jenis Tanaman Obat
a. Tersedia Materi (hidup) tanaman obat dari berbagai
jenis yang dilengkapi dengan label/penamaan.
b. Tersedia bagian tanaman (terpisah dari tanaman hidup)
yang digunakan untuk obat dan menjadi ciri pembeda
dengan tanaman yang hampir serupa (mirip).
c. Tersedia bagian-bagian tanaman (akar, batang, daun,
bunga, buah) yang terpisah dari tanaman hidup,
dalam bentuk segar (simplisia basah) dan kering,
serta serbuk,atau ekstrak.
d. Fasilitator menunjukkan perbedaan tanaman obat
yang hampir serupa bentuk dan atau kegunaannya,
baik secara keseluruhan (seluruh tanaman) atau

Modul Pelatihan Asuhan Mandiri Kesehatan Tradisional Bagi Fasilitator Kesehatan 91


berdasarkan bagian-bagian tertentu saja (terpisah
dari tanaman utuh).
e. Fasilitator memberikan contoh cara pertelaan
tanaman dengan melihat, meraba, dan merasakan
(Organoleptik), bersama-sama dengan peserta.
f. Fasilitator memberikan kesempatan kepada peserta
untuk membedakan jenis-jenis tanaman obat yang
didemonstrasikan berdasarkan manfaatnya dalam
selfcare ramuan.
2. Budidaya dan Pascapanen Tanaman Obat
a. Menyediakan contoh tanaman yang akan digunakan
untuk demonstrasi teknik budidaya (perbanyakan
benih dan penanaman).
Contoh: tanaman yang diperbanyak dengan biji
(saga, kepel, pinang); setek batang (kumis kucing,
cabe jawa, handeuleum/wungu), anakan (lidah
buaya, kapol)
b. Menyediakan peralatan yang mendasar untuk
budidaya
Contoh: gunting setek, polibag, media tanam, pot,
pupuk, cangkul, sprayer sederhana untuk menyiram
tanaman,dll
c. Menyediakan alat pasca panen primer sederhana
Contoh: Pisau untuk merajang, tampah untuk
menjemur, dll
B. Panduan Demonstrasi Pembuatan Sediaan Herbal
1. Instan Temulawak
Langkah-langkah yang dilakukan :
a. Menyiapkan bahan dan peralatan yang akan
digunakan
Bahan :
- Temulawak 250 gr ( 1 rimpang besar )
- Gula pasir 1 kg
- Air Matang 100 cc
Peralatan :
- Pisau 1 buah
- Parutan 1 buah
- Baskom kecil 2 buah

92 Modul Pelatihan Asuhan Mandiri Kesehatan Tradisional Bagi Fasilitator Kesehatan


- Saringan 1 buah
- Wajan 1 buah
- Pengaduk stainless steel/sodet
b. Cara kerja
- Cuci bersih temulawak dengan air mengalir sambil
disikat supaya tanah yang melekat hilang, tiriskan
- Kupas temulawak, jika masih kotor cuci kembali
- Parut temulawak
- Hasil parutan campur dengan 100 cc air matang,
remas-remas, kemudian diperas/disaring
- Siapkan gula pasir 1 kg dibagi 2 bagian @ 500 gr
- Masak sari temulawak sambil diaduk-aduk, setelah
mendidih masukkan 500 gr, aduk kembali sampai
membentuk gulali dan mulai mongering
- Masukkan sisa gula pasir sebanyak 500 gr lagi,
aduk rata, matikan api
- Aduk terus sambil ditekan-tekan saat wajan masih
panas, sampai kering membentuk butiran kristal
- Ayak butiran kristal untuk hasil yang lebih bagus
- Instan temulawak siap disajikan
c. Cara penyajian
1) Panas
- Masukkan 1 sdm instan temulawak ke dalam
cangkir/gelas
- Seduh dengan air panas 200 cc, aduk sampai
larut, hangat-hangat diminum
2) Dingin
- Masukkan 1 sdm instan temulawak ke dalam
cangkir/gelas
- Seduh dengan air matang 100 cc, aduk rata,
tambahkan es batu atau seduh dengan air
dingin instan temulawak
2. Instan Kunyit
Langkah-langkah yang dilakukan :
a. Menyiapkan bahan dan peralatan yang akan
digunakan
Bahan :
- Kunyit 250 gr ( 3 rimpang besar )

Modul Pelatihan Asuhan Mandiri Kesehatan Tradisional Bagi Fasilitator Kesehatan 93


- Gula pasir 1 kg
- Air Matang 100 cc
Peralatan :
- Pisau 1 buah
- Parutan 1 buah
- Baskom kecil 2 buah
- Saringan 1 buah
- Wajan 1 buah
- Pengaduk stainless steel/sodet
b. Cara kerja
- Cuci bersih kunyit dengan air mengalir sambil
disikat supaya tanah yang melekat hilang, tiriskan
- Kupas kunyit, jika masih kotor cuci kembali
- Parut kunyit
- Hasil parutan campur dengan 100 cc air matang,
remas-remas, kemudian diperas/disaring
- Siapkan gula pasir 1 kg dibagi 2 bagian @ 500 gr
- Masak sari kunyit sambil diaduk-aduk, setelah
mendidih masukkan 500 gr, aduk kembali sampai
membentuk gulali dan mulai mongering
- Masukkan sisa gula pasir sebanyak 500 gr lagi,
aduk rata, matikan api
- Aduk terus sambil ditekan-tekan saat wajan masih
panas, sampai kering membentuk butiran kristal
- Ayak butiran kristal untuk hasil yang lebih bagus
- Instan kunyit siap disajikan
c. Cara penyajian
1) Panas
- Masukkan 1 sdm instan kunyit ke dalam
cangkir/gelas
- Seduh dengan air panas 200 cc, aduk sampai
larut, hangat-hangat diminum
2) Dingin
- Masukkan 1 sdm instan kunyit ke dalam
cangkir/gelas
- Seduh dengan air matang 100 cc, aduk
sampai larut, tambahkan es batu atau seduh
instan kunyit dengan air dingin, aduk sampai
larut

94 Modul Pelatihan Asuhan Mandiri Kesehatan Tradisional Bagi Fasilitator Kesehatan


3. Kunyit Asem
Langkah-langkah yang dilakukan :
a. Menyiapkan bahan dan peralatan
Bahan :
- Empu Kunyit 3 rimpang
- Asam Jawa 50 gr
- Gula Jawa 3 buah
- Garam secukupnya
- Air matang 1 liter
Peralatan :
- Pisau 1 buah
- Parutan 1 buah
- Baskom kecil 2 buah
- Saringan 1 buah
- Mangkok kecil 1 buah
- Kendil 1 buah
- Pengaduk kayu 1 buah
b. Cara kerja
- Cuci bersih kunyit dengan air mengalir sambil
disikat supaya tanah yang melekat hilang, tiriskan
- Kupas kunyit, jika masih kotor cuci kembali
- Parut kunyit
- Hasil parutan campur dengan 100 cc air matang,
remas-remas, kemudian diperas/disaring, sisihkan
- Pisahkan daging buah asam dari bijinya
- Aduk daging buah asam dengan sedikit air,
saring,sisihkan
- Sisir gula merah, sisihkan
- Campur sari asam, sari kunyit, garam, gula merah
dan sisa air
- Rebus sampai mendidih dan gula larut
- Angkat , saring dan siap disajikan
c. Cara penyajian
1) Panas
Tuangkan kunyit asam kedalam gelas sesuai
selera selagi panas, hangat-hangat diminum
2) Dingin
Tuangkan kunyit asam kedalam gelas sesuai
selera setelah dingin kemudian tambahkan es batu

Modul Pelatihan Asuhan Mandiri Kesehatan Tradisional Bagi Fasilitator Kesehatan 95


4. Kopi Stamina
Langkah-langkah yang dilakukan :
b. Menyiapkan bahan dan peralatan yang akan
digunakan
Bahan :
- Kopi bubuk 5 sdm
- Jahe 2 ibu jari
- Lengkuas 1 ibu jari
- Lada Hitam 3 butir
- Cabe Jawa 1 butir
- Kayu Manis 1 jari telunjuk
- Gula Aren secukupnya
- Air 800 cc
Peralatan :
- Pisau 1 buah
- Sendok makan 1 buah
- Parutan 1 buah
- Baskom kecil 2 buah
- Saringan 1 buah
- Cobek dan ulegan 1 buah
- Mangkok kecil 1 buah
- Kendil 1 buah
- Pengaduk kayu 1 buah
c. Cara kerja
- Cuci bersih semua bahan
- Jahe, lengkuas diparut, tambahkan 100 cc air,
peras, saring, Sisihkan
- Cabe jawa, Lada Hitam ditumbuk kasar, sisihkan
- Rebus seluruh bahan (kecuali gula aren ) dengan
500 cc air sampai mendidih, angkat saring
- Rebus lagi ramuan yang sudah disaring tadi dengan
200 cc air, masukkan gula aren, rebus sampai gula
aren larut, saring, siap disajikan
d. Cara penyajian :
Tuangkan kopi stamina kedalam gelas/
cangkir,minum selagi hangat
5. Sirup Temulawak
Langkah-langkah yang dilakukan :

96 Modul Pelatihan Asuhan Mandiri Kesehatan Tradisional Bagi Fasilitator Kesehatan


a. Menyiapkan bahan dan peralatan yang akan
digunakan
Bahan :
- Temulawak 50 gr
- Gula pasir 1 kg
- Garam secukupnya
- Air bersih 600 cc
Peralatan :
- Pisau 1 buah
- Parutan 1 buah
- Baskom kecil 2 buah
- Saringan 1 buah
- Mangkok sedang 1 buah
- Kendil 1 buah
- Pengaduk kayu 1 buah
b. Cara kerja
- Cuci bersih temulawak dengan air mengalir sambil
disikat supaya tanah yang melekat hilang, tiriskan
- Kupas temulawak, jika masih kotor cuci kembali
- Parut temulawak, tambahkan 100 cc air, aduk rata
dan peras agar keluar sari temulawak , tampung
dalam mangkok.
- Siapkan 500 cc air matang dalam kendil, masukkan
air perasan temulawak, garam sedikit, rebus
sampai mendidih kemudian masukkan gula pasir,
aduk rata.
- Aduk sampai gula sudah larut dan mengental,
angkat dan dinginkan, jika sudah dingin simpan
dalam botol steril .
c. Cara Penyajian
1) Panas
Tuangkan 2 sdm sirup temulawak kedalam gelas/
cangkir, tambahkan air panas, aduk sampai larut
2) Dingin
Tuangkan 3 sdm sirup temulawak kedalam gelas/
cangkir, tambahkan air matang dingin aduk
sampai larut atau bias ditambahkan es batu

Modul Pelatihan Asuhan Mandiri Kesehatan Tradisional Bagi Fasilitator Kesehatan 97


REFERENSI

Kemenkes 2011 Pedoman Pengelolaan & Pemanfataan TOGA


Januwati, N.M. dan M. Yusron. 2002. Mengenal jahe dan perkembangan
teknologi budidaya. Makalah disampaikan pada Seminar Sehari
“Peluang Ekspor Jahe Asal Indonesia Melalui Sistem Agribisnis Bagi
Hasil Yang Aman”Jakarta 20 Juli 2002, 23 h.
Mejaya, M. J. 2000. Respon of sorghom genotype for tolerance to drought.
Agravita, Jour. On Agri. Sci. 21(2):1-4.
Oldeman, L.R. 1975. An agro-climatic map of Java. Contributions, Central
Research Institute for Agriculture, No.7, 22p.
Rahardjo, M dan E. R. Pribadi. 2010. JURNAL PENELITIAN TANAMAN
INDUSTRI (INDUSTRIAL CROPS RESEARCH JOURNAL),
14(4):125-162-170, Badan Penelian dan Pengembangan Pertanian,
PUSLITBANGBUN
Rahardjo, M da n I. Darwati. 2000b. Pengaruh cekaman air terhadap
produksi dan mutu simplisia tempuyung (Sonchus arvensis L.). Jurnal
Peneltian Tanaman Industri, 6(3):73-79.
Rahardjo, M., Rosita SMD dan Sudiarto. 2000a. Produktivitas dan kadar
flavonoid simplisia tempuyung (Sonchus arvensis L.) yang diperoleh
pada berbagai tingkat kondisi stres air. Warta Penelitian dan
Pengembangan Tanaman Industri, 6 (2):13-15.
Rahardjo, M., Rosita SMD, R. Fatahan dan Sudiarto. 1999. Jurnal Peneltian
Tanaman Industri,56(3):92-97.
Simarmata, T. 2002. Rancang bangun teknologi budidaya tanaman jahe
untuk memenuhi pasar ekspor. Makalah disampaikan pada Seminar
Sehari “Peluang Ekspor Jahe Asal Indonesia Melalui Sistem Agribisnis
Bagi Hasil Yang Aman”Jakarta 20 Juli 2002, 19 h.

98 Modul Pelatihan Asuhan Mandiri Kesehatan Tradisional Bagi Fasilitator Kesehatan


MATERI INTI 3
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
DAN KEMITRAAN UNTUK
ASUHAN MANDIRI AKUPRESUR
DAN PEMANFAATAN TOGA
MATERI INTI 3
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN KEMITRAAN
UNTUK ASUHAN MANDIRI AKUPRESUR DAN
PEMANFAATAN TOGA

I. DESKRIPSI SINGKAT
Pemberdayaan masyarakat adalah upaya membantu atau proses
memfasilitasi masyarakat dengan pemberian informasi secara terus-
menerus dan berkesinambungan sehingga memiliki pengetahuan
(aspek knowledge), mampu untuk mencegah dan mempunyai
kemauan (aspek attitude), dan mampu melaksanakan perilaku yang
diperkenalkan (aspek practice) sehingga masyarakat berperan aktif
dalam menyelesaikan masalah kesehatannya.
Pemerintah mendorong peningkatan peran aktif masyarakat dalam
pelayanan kesehataan tradisional dengan bertanggung jawab
memberdayakan masyarakat dalam asuhan mandiri akupresur
dan pemanfaatan TOGA. Untuk itu perlu dijalin kemitraan dengan
pemangku kepentingan yang berlandaskan prinsip dasar, yaitu
kesamaan kepentingan, kejelasan tujuan, kesetaraan kedudukan
dan keterbukaan/transparansi. Wadah pemberdayaan dan kemitraan
dapat menggunakan forum-forum yang sudah ada di masyarakat
seperti Forum yang ada di desa, di kecamatan maupun yang ada
di kabupaten/kota. Wadah ini dapat dioptimalkan agar terlaksana
koordinasi, integrasi, sinkronisasi dan sinergisme antar mitra sehingga
dapat mengembangkan asuhan mandiri kesehatan tradisional
akupresur dan pemanfaatan TOGA.
Oleh karena itu peserta pelatihan asuhan mandiri akupresur dan
pemanfaatan TOGA perlu mendapatkan kemampuan melakukan
pemberdayaan masyarakat dan kemitraan, sehingga mampu
mendorong dan memfasilitasi masyarakat untuk berperan aktif
meningkatkan kesehatannya.

Modul Pelatihan Asuhan Mandiri Kesehatan Tradisional Bagi Fasilitator Kesehatan 101
II. TUJUAN PEMBELAJARAN
A. Tujuan Pembelajaran Umum
Setelah selesai mengikuti materi ini peserta mampu melakukan
pemberdayaan masyarakat dan kemitraan untuk asuhan mandiri
akupresur dan pemanfaatan TOGA.
B. Tujuan Pembelajaran Khusus
Setelah selesai mengikuti materi ini peserta mampu:
1. Menjelaskan konsep dasar pemberdayaan masyarakat
dan kemitraan di bidang kesehatan
2. Melakukan langkah-langkah kegiatan pemberdayaan
masyarakat dan kemitraan dalam penyelenggaraan
asuhan mandiri akupresur dan pemanfaatan TOGA.
3. Menggalang kemitraan dalam asuhan mandiri akupresur
dan pemanfaatan TOGA

III. POKOK BAHASAN DAN SUB POKOK BAHASAN


A. Pokok Bahasan 1: Konsep Dasar Pemberdayaan Masyarakat
di Bidang Kesehatan
1. Pengertian Pemberdayaan Masyarakat
2. Prinsip Dasar Pemberdayaan Masyarakat
3. Unsur-Unsur Pemberdayaan Masyarakat
B. Pokok Bahasan 2: Langkah-Langkah Pemberdayaan
Masyarakat Dalam Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan
Tradisional Asuhan Mandiri Akupresur dan Pemanfaatan
TOGA di Puskesmas
1. Analisis Situasi melalui survey mawas diri ( SMD)
2. Pertemuan Forum
3. Musyawarah Desa/Kelurahan
4. Perencanaan Partisipatif
5. Pelaksanaan Kegiatan
6. Pembinaan Kelestarian (kader, kelompok, aturan lomba
TOGA)Pengelolaan dan Pengembangan TOGA
C. Pokok Bahasan 3: Menggalang Kemitraan dalam Pelayanan
Kesehatan Tradisional Akupresur dan Pemanfaatan TOGA
1. Pengertian, tujuan, dan prinsip kemitraan
2. Identifikasi mitra
3. Perencanaan bersama

102 Modul Pelatihan Asuhan Mandiri Kesehatan Tradisional Bagi Fasilitator Kesehatan
IV. METODE
Ceramah Tanya Jawab (CTJ), Curah pendapat, Diskusi kelompok,
Simulasi, Bermain peran

V. MEDIA
LCD dan kelengkapannya, laptop, White board, kertas meta plan,
kertas flipchart, spidol (ATK), lembar diskusi, skenario bermain peran,
slide presentation

VI. WAKTU
360 menit (8 Jam Pelajaran x 45 menit)

VII. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN PEMBELAJARAN


A. Langkah 1: Pengantar (10 menit)
Fasilitator memperkenalkan diri, kemudian menjelaskan kepada
peserta tentang judul, tujuan umum serta tujuan khusus pokok
bahasan pemberdayaan masyarakat dan kemitraan di dalam
penyelenggaraan asuhan mandiri akupresur dan pemanfaatan
TOGA dengan menggunakan PPT 3.1
B. Langkah 2: Konsep Dasar Pemberdayaan Masyarakat
dalam asuhan mandiri akupresur dan pemanfaatan TOGA
(40 menit)
• Fasilitator meminta kepada peserta untuk melakukan
curah pendapat dengan menuliskan pada flipchart tentang
pengertian pemberdayaan masyarakat secara umum
kemudian dikaitkan dengan pemberdayaan dalam asuhan
mandiri akupresur dan pemanfaatan TOGA
• Fasilitator merangkum hasil curah pendapat tersebut dan
menyampaikan penegasan singkat tentang pengertian
pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan dalam
penyelenggaraan dalam asuhan mandiri akupresur dan
pemanfaatan TOGA dengan menggunakan PPT 3.1
• Fasilitator meminta kepada peserta untuk melakukan
curah pendapat dengan menuliskan pada flipchart tentang
unsur-unsur dalam melakukan pemberdayaan masyarakat
secara umum kemudian dikaitkan dengan pemberdayaan
masyarakat dalam asuhan mandiri akupresur dan

Modul Pelatihan Asuhan Mandiri Kesehatan Tradisional Bagi Fasilitator Kesehatan 103
pemanfaatan TOGA.
• Fasilitator merangkum hasil curah pendapat tersebut
dan menyampaikan penegasan singkat tentang unsur-
unsur dalam melakukan pemberdayaan masyarakat di
bidang kesehatan dalam asuhan mandiri akupresur dan
pemanfaatan TOGA dengan menggunakan PPT 3.1
• Fasilitator menutup sesi pembelajaran dengan memberikan
apresiasi pada peserta.
C. Langkah 3: Langkah-Langkah Pemberdayaan Masyarakat
dalam asuhan mandiri akupresur dan pemanfaatan TOGA
(85 menit)
• Fasilitator membagi peserta menjadi 4 kelompok, dengan
meminta peserta untuk berhitung 1 sampai 4, kemudian
tiap nomor yang sama yaitu nomor 1 bergabung dengan
nomor 1, nomor 2 bergabung dengan nomor 2, demikian
selanjutnya sampai terbentuk menjadi 4 kelompok.
• Dengan menggunakan lembar kasus yang disediakan,
peserta diminta melakukan diskusi dan ditulis pada kertas
flipchart, dan melakukan identifikasi masalah, merumuskan
masalah dan membuat urutan-urutan prioritas masalah.
• Setiap kelompok mempresentasikan hasil diskusinya dan
anggota kelompok lainnya diminta memperhatikan dan
memberikan masukan-masukan
• Sebelum mengakhiri kegiatan, fasilitator memberikan
penegasan terhadap indentifikasi masalah, cara
merumuskan masalah dan teknik prioritas masalah dengan
menggunakan PPT 3.2.
• Fasilitator menutup sesi pembelajaran dengan memberikan
apresiasi pada peserta.
D. Langkah 4: Simulasi Langkah-Langkah Pemberdayaan
Masyarakat Dalam Pengelolaan dan Pengembangan Asuhan
Mandiri Akupresure dan Pemanfaatan TOGA (120 menit)
• Masih dalam kelompok yang sama, fasilitator melakukan
undian untuk menentukan tugas kelompok dalam
mensimulasikan kegiatan-kegiatan pemberdayaan
masyarakat dalam Asuhan Mandiri Akupresure dan
Pemanfaatan TOGA, yaitu: 1) Pertemuan Forum, 2)
Musyawarah Masyrakat Desa/Kelurahan, (MMD) 3)

104 Modul Pelatihan Asuhan Mandiri Kesehatan Tradisional Bagi Fasilitator Kesehatan
Perencanaan Partisipatif, 4) Pembinaan untuk kelestarian
TOGA, (sesuai dengan panduan).
• Masing-masing kelompok di berikan waktu 30 menit
untuk berdiskusi persiapan simulasi terutama terhadap
pemahaman peran-peran yang akan di mainkan oleh
kelompok.
• Setelah selesai mensimulasikan, kelompok diminta
merasakan apa saja yang menjadi penghambat dan
pendukung dalam pelaksanaan di masyarakat.
• Sebelum mengakhiri kegiatan, fasilitator merangkum
dan memberikan penegasan terhadap materi yang
disimulasikan.
• Fasilitator menutup sesi pembelajaran dengan memberikan
apresiasi pada peserta.
E. Langkah 5: Kemitraan untuk asuhan mandiri akupresur dan
pemanfaatan Toga (90 menit)
• Fasilitator meminta kepada peserta untuk melakukan
curah pendapat dengan menuliskan pada flipchart tentang
pengertian dan prinsip kemitraan kemudian dikaitkan
dengan pemberdayaan dalam pelayanan kesehatan
tradisional asuhan mandiri.
• Fasilitator merangkum hasil curah pendapat tersebut dan
menyampaikan penegasan singkat tentang pengertian
pengertian dan prinsip kemitraan dalam penyelenggaraan
pelayanan kesehatan tradisional asuhan mandiri
denganmenggunakan PPT 3.3.
• Fasilitator meminta kepada peserta untuk melakukan curah
pendapat dengan menuliskan pada flipchart mitra-mitra
potensial dalam pelayanan kesehatan tradisional asuhan
mandiri
• Berdasarkan daftar mitra potensial yang telah dituliskan
pada flipchart, fasilitator membagikan papan nama (dapat
berupa metaplan yang diberi tali raffia dan dikalungkan
atau diberi double tape untuk ditempelkan) dan menuliskan
mitra-mitra potensial tersebut.
• Setelah menuliskan mitra potensial pada papan nama,
fasilitator meminta seluruh peserta membentuk lingkaran
dengan mengalungkan papan nama mitra tersebut sambil

Modul Pelatihan Asuhan Mandiri Kesehatan Tradisional Bagi Fasilitator Kesehatan 105
bernyanyi lagu-lagu gembira,sehingga suasana kondusif
untuk menggalang kemitraan.
• Fasilitator memberi instruksi pada peserta (sebagai
fasilitator) untuk melemparkan gulungan (bola) tali raffia
kepada peserta lain sambil menyebutkan dukungan apa
yang diharapkan dari mitra tersebut, dengan salah satu
ujung tali tetap dipegang. Peserta yang mendapat lemparan
bola tali raffia melakukan hal yang sama kepada peserta
lain. (Perlu diingat posisi lemparan harus diatas lemparan
sebelumnya). Fasilitator mencatat dukungan oleh masing-
masing mitra pada kertas flipchart.
• Setelah semua peserta mendapat kesempatan dan
terbentuk jaring, fasilitator meminta peserta untuk mundur
selangkah dan menanyakan apa perasaan mereka, lalu
fasilitator meminta peserta untuk maju dua langkah dan
kembali menanyakan perasaan mereka apakah kemitraan
seperti ini yang mereka harapkan. (perlu gambar)
• Fasilitator mengakhiri penyampaian materi kemitraan
dengan penegasan pentingnya menggalang kemitraan
untuk asuhan mandiri akupresur dan pemanfatan Toga.
F. Langkah 6: Penutup (15 menit)
• Fasilitator meminta peserta untuk menanyakan hal-
hal yang kurang jelas, dan memberikan jawaban atas
pertanyaan peserta.
• Fasilitator mengevaluasi penyerapan peserta terhadap MI
3 dengan mengajukan 3 pertanyaan terkait pokok bahasan
secara bergantian dan minta peserta adu cepat untuk
menjawab pertanyaan tersebut.
• Fasilitator menutup sesi pembelajaran dengan memberikan
apresiasi pada peserta dan ucapan terimakasih atas peran
aktif peserta mengikuti MI3 sampai selesai.

106 Modul Pelatihan Asuhan Mandiri Kesehatan Tradisional Bagi Fasilitator Kesehatan
VIII. URAIAN MATERI
A. POKOK BAHASAN 1:
KONSEP DASAR PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
DIBIDANG KESEHATAN
1.1. Pengertian Pemberdayaan Masyarakat
Istilah “pemberdayaan masyarakat” sebagai terjemahan
dari kata “empowerment” mulai ramai digunakan dalam
bahasa sehari-hari di Indonesia bersama-sama dengan
istilah “pengentasan kemiskinan” (poverty alleviation) sejak
digulirkannya Program Inpres Desa Tertinggal (IDT). Sejak
itu, istilah pemberdayaan dan pengentasan kemiskinan
merupakan “saudara kembar” yang selalu menjadi topik
dan kata kunci dari upaya pembangunan.
Sejalan dengan itu, pemberdayaan dapat diartikan sebagai
upaya peningkatan kemampuan masyarakat (miskin,
marjinal, terpinggirkan) untuk menyampaikan pendapat
dan atau kebutuhannya, pilihan-pilihannya, berpartisipasi,
bernegosiasi, mempengaruhi dan mengelola kelembagaan
masyarakatnya secara bertanggung-gugat (accountable)
demi perbaikan kehidupannya.
Dalam pengertian tersebut, pemberdayaan mengandung
arti perbaikan mutu hidup atau kesejahteraan setiap
individu dan masyarakat baik dalam arti :
1. Perbaikan ekonomi, terutama kecukupan pangan
2. Perbaikan kesejahteraan sosial (pendidikan dan
kesehatan)
3. Kemerdekaan dari segala bentuk penindasan
4. Terjaminnya hak asasi manusia yang bebas dari rasa
takut dan kekhawatiran, dan lain-lain
Dalam promosi kesehatan, pemberdayaan (empowerment)
merupakan proses di mana masyarakat “diposisikan”
mempunyai peran yang besar dalam pengambilan
keputusan dan menetapan kegiatan/tindakan yang
mempengaruhi kesehatan mereka. (Health Promotion
Glossary, WHO, 1998). Pemberdayaan didefinisikan
pula sebagai : a) To give power or authority (memberikan
kekuasaan, mengalihkan kekuatan, atau mendelegasikan
otoritas ke pihak lain); b) To give ability to or enable (upaya

Modul Pelatihan Asuhan Mandiri Kesehatan Tradisional Bagi Fasilitator Kesehatan 107
untuk memberikan kemampuan atau keberdayaan).
Pemberdayaan (empowerment) adalah proses pemberian
informasi secara terus-menerus dan berkesinambungan
mengikuti perkembangan sasaran, serta proses membantu
sasaran, agar sasaran tersebut berubah dari tidak tahu
menjadi tahu atau sadar (aspek knowledge), dari tahu
menjadi mau (aspek attitude), dan dari mau menjadi mampu
melaksanakan perilaku yang diperkenalkan (aspek practice).
Pemberdayaan adalah sebuah proses agar setiap orang
menjadi cukup kuat untuk berpartisipasi dalam, berbagi
pengontrolan atas, dan mempengaruhi, kejadian-kejadian
serta lembaga-lembaga yang mempengaruhi kehidupannya
dan kehidupan orang lain yang menjadi perhatiannya.
Pemberdayaan masyarakat memiliki keterkaitan erat
dengan sustainable development dimana pemberdayaan
masyarakat merupakan suatu prasyarat utama yang akan
membawa masyarakat menuju keberlanjutan secara
ekonomi, sosial dan ekologi yang dinamis.
Proses dan Keterkaitan Pemberdayaan Masyarakat dan
Sustainable Development

108 Modul Pelatihan Asuhan Mandiri Kesehatan Tradisional Bagi Fasilitator Kesehatan
Proses pemberdayaan masyarakat terkait erat dengan
faktor internal dan eksternal. Kedua faktor tersebut saling
berkontribusi dan mempengaruhi secara sinergis dan
dinamis. Proses pemberdayaan masyarakat didampingi
oleh tim pelatih (bersifat multi disiplin) yang merupakan
salah satu faktor eksternal dalam proses pemberdayaan
masyarakat. Peran Fasilitator pada awal proses sangat
aktif tetapi akan berkurang secara bertahap selama proses
berjalan sampai masyarakat sudah mampu melanjutkan
kegiatannya secara mandiri.
Dengan demikian, pemberdayaan masyarakat dapat
menjadi upaya meningkatkan kesehatan masyarakat
melalui suatu proses pemberian informasi secara terus-
menerus dan berkesinambungan membantu sasaran, agar
berubah dari tidak tahu menjadi tahu atau sadar (aspek
knowledge), dari tahu menjadi mau (aspek attitude), dan
dari mau menjadi mampu memelihara kesehatannya
dengan asuhan mandiri akupresur dan pemanfaatan
Taman Obat Keluarga (TOGA).
1.2. Prinsip Dasar Pemberdayaan Masyarakat
Prinsip dasar pemberdayaan masyarakat dalam asuhan
mandiri akupresur dan pemanfaatan Taman Obat Keluarga
(TOGA) yang perlu dipahami yaitu : pengorganisasian
masyarakat (community organization) dan pengembangan
masyarakat (community development). Keduanya
berorientasi pada proses pemberdayaan masyarakat
menuju tercapainya kemandirian melalui keterlibatan dan
peran serta aktif dari keseluruhan anggota masyarakat.
Lima prinsip dasar pemberdayaan masyarakat tersebut
yaitu :
1. Menumbuh kembangkan kemampuan, peran serta
masyarakat dan semangat gotong royong dalam
pelayanan kesehatan tradisional (pemanfaatan
akupresur dan TOGA).
2. Melibatkan partisipasi masyarakat baik dalam
perencanaan maupun pelaksanaan. Berbasis
masyarakat (community based), memberikan
kesempatan mengemukakan pendapat, memilih

Modul Pelatihan Asuhan Mandiri Kesehatan Tradisional Bagi Fasilitator Kesehatan 109
dan menetapkan keputusan bagi dirinya (voice
and choice), keterbukaan (openness), kemitraan
(partnership), kemandirian (self reliance).
3. Menggalang kemitraan dengan berbagai pihak untuk
memaksimalkan sumber daya, khususnya dalam
dana, baik yang berasal dari pemerintah, swasta
maupun sumber lainnya.
4. Petugas harus lebih memfungsikan diri sebagai
katalis yang menghubungkan antara kepentingan
pemerintah dan kepentingan masyarakat dalam
upaya pemeliharaan kesehatannya.
5. Untuk mempertahankan ekstensinya, pemberdayaan
masyarakat memerlukan break even dalam setiap
kegiatan yang dikelola. Tidak sebagai organisasi
bisnis/profit.
1.3. Unsur-Unsur Pemberdayaan Masyarakat
a) Penggerak Pemberdayaan : Pemerintah Kecamatan,
Puskesmas, Desa dan Kelurahan, masyarakat, dan
PKK, Paramuka, swasta, Ormas dan lintas sektor
lainya menjadi inisiator, motivator, dan fasilitator
yang mempunyai kompetensi memadai dan dapat
membangun komitmen dengan dukungan para
pemimpin, baik formal maupun non formal.
b) Sasaran pemberdayaan : Perorangan (tokoh
masyarakat, tokoh agama, politisi, figur masyarakat,
dan sebagainya), kelompok (organisasi
kemasyarakatan, organisasi profesi, kelompok
masyarakat), dan masyarakat luas serta pemerintah
yang berperan dalam pelayanan kesehatan
tradisional.
c) Kegiatan hidup sehat dengan memanfaatkan
asuhan mandiri akupresur dan TOGA sebagai
upaya pemeliharaan kesehatan secara mandiri
meningkatkan kesehatan masyarakat, membentuk
kebisaan dan pola hidup, tumbuh dan berkembang,
serta melembaga dan membudaya dalam kehidupan
bermasyarakat.

110 Modul Pelatihan Asuhan Mandiri Kesehatan Tradisional Bagi Fasilitator Kesehatan
B. POKOK BAHASAN 2:
LANGKAH-LANGKAH PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
DALAM PENYELENGGARAAN ASUHAN MANDIRI
AKUPRESUR DAN PEMANFAATAN TOGA
Dalam melakukan upaya pemberdayaan masyarakat untuk
meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat, khususnya di wilayah
kerja Puskesmas, tidak terlepas dari kegiatan pemberdayaan yang
sudah ada di Desa dan Kelurahan Siaga Aktif. Hanya saja lebih
menekankan terhadap aspek pemanfaatan terhadap akupresur
dan tanaman obat dalam TOGA yang ada di wilayah sekitarnya agar
dapat dimanfaatkan dalam menanggulangi maupun mencegah
masalah kesehatan masyarakat. Ada beberapa langkah kegiatan:
1) Analisis situasi, 2) Pertemuan forum, 3) Musyawarah desa, 4)
Perencanaan partisipatif, 5) Pelaksanaan kegiatan, 6) Pembinaan
kelestarian kader kesehatan yang memanfaatkan asuhan mandiri
kesehatan tradisional.
2.1 Analisis situasi dalam bentuk SMD (Survei Mawas
Diri) terfokus pada potensi pengembangan dan
pemanfaatan asuhan mandiri akupresur dan TOGA
Sebelum melaksanakan kegiatan pemberdayaan asuhan
mandiri kesehatan tradisional, Kepala Puskesmas
melakukan persiapan petugas untuk diperlukan adanya
persamaan persepsi tentang langkah-langkah kegiatan
pemberdayaan dan pengenalan situasi dan masalah yang
berkaitan dengan pemanfaatan asuhan mandiri akupresur
dan pemanfaatan TOGA. Kegiatan ini merupakan upaya
agar provider/stakeholder terutama di tingkat kecamatan
seperti : Camat, Aparatur Kecamatan, Penyuluh Pertanian,
Penyelenggara Pendidikan, Kelompok Profesi, PKK,
Pramuka, Lembaga Swadaya Masyarakat, dan lintas
sektor lainya, dapat mengenal sosial budaya dan situasi
permasalahan, dan sumberdaya yang ada di masyarakat.
Hasil pengamatan ini mempunyai beberapa manfaat, yaitu :
• Pengaruh psikologis yakni provider/stakeholder mulai
menjalin keakraban dengan masyarakat melalui
pengenalan situasi setempat dan permasalahan
dalam pemanfaatan asuhan mandiri akupresur dan
pemanfaatan TOGA yang dihadapi masyarakat.

Modul Pelatihan Asuhan Mandiri Kesehatan Tradisional Bagi Fasilitator Kesehatan 111
Informasi yang diperoleh merupakan data awal yang
nantinya dapat digunakan sebagai pembanding dalam
menilai keberhasilan kegiatan, serta sebagai titik
tolak pembahasan dengan masyarakat, berdasarkan
kenyataan yang ada.
• Terjadinya proses belajar. Petugas menyadari pentingnya
pengenalan situasi dan masalah terkait asuhan mandiri
kesehatan tradisional yang nantinya digunakan sebagai
bahan merencanakan kegiatan. Petugas mengenal
dan mempunyai wawasan yang konkrit tentang
masalah yang ada di masyarakat. Petugas mempunyai
keterampilan dalam mengumpulkan, mengolah dan
menganalisa data secara sederhana.
Adapun data – data yang dikumpulkan meliputi :
• Data Umum, yaitu data tentang keadaan daerah;
luas pekarangan, penduduk, pemuka masyarakat
setempat, saluran komunikasi dan geografi.
• Data Khusus, yaitu data yang terkait dengan
kepentingan pelayanan kesehatan tradisional,
misalnya: Jumlah rumah tangga yang memiliki TOGA,
jumlah jenis tanaman obat di TOGA, jumlah keluarga
yang memanfaatkan asuhan mandiri akupresur dan
TOGA untuk kesehatan, jumlah kader yang membina
TOGA, dan bentuk dukungan dalam pengelolaannya.
Data tentang pemanfaatan akupresur.
• Data perilaku, meliputi pengetahuan, sikap dan
perilaku masyarakat tentang pemanfaatan akupresur
dan TOGA, pengetahuan, dukungan para tokoh
masyarakat, kepedulian LSM, PKK, Pramuka,
dan swasta/dunia usaha, dukungan pemerintah
kecamatan dan Desa/Kelurahan.
Data tersebut dikumpulkan kemudian diolah dan disajikan
pada pertemuan masing-masing kelompok kerja disetiap
jenjang administrasi, sehingga setiap sektor mempunyai
wawasan yang luas tentang pemanfaatan asuhan mandiri
dalam memanfaatkan akupresur dan pemanfaatan TOGA.
Dengan data yang ada maka dapat disusun program kerja
pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan yang
lebih konkrit dan operasional.

112 Modul Pelatihan Asuhan Mandiri Kesehatan Tradisional Bagi Fasilitator Kesehatan
2.2 Pertemuan forum
Dalam pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif,
telah dibentuk forum di tingkat Kecamatan dan Desa/
Kelurahan, untuk itu kegiatan pemberdayaan masyarakat
dalam pemanfaatan asuhan mandiri akupresur dan TOGA
juga dapat memanfaatkan forum yang sudah ada. Pertemuan
forum di laksanakan secara berjenjang, dari tingkat
Kecamatan ke tingkat Desa/Kelurahan diharapkan adanya
pemahaman dari masing-masing tingkatan administrasi,
sehingga terjalin pembinaan secara berkelanjutan.
Pertemuan forum diperlukan sebagai bentuk pendekatan
terhadap para pelaksana dari sektor–sektor dari tingkat
Kecamatan, Desa dan Kelurahan agar sektor–sektor
tersebut memahami dan memberikan dukungannya untuk
merumuskan kebijakan dan pola pelaksanaan upaya
pemberdayaan masyarakat dalam penyelenggaraan TOGA
di masyarakat. Untuk itu pertemuan forum Kecamatan
dan Desa/Kelurahan dilaksanakan dengan melakukan
pembahasan terhadap penyelenggaraan asuhan mandiri
akupresur dan TOGA hasil analisis situasi.
Hal-hal yang perlu di bahas dalam pertemuan forum adalah:
• Hasil analisis situasi
• Dimasukannya kegiatan asuhan mandiri akupresur
dan pemanfaatan TOGA dalam rencana kerja forum
di tingkat Kecamatan dan Desa/Kelurahan
• Dukungan forum, dan rencana tindak lanjut
Peran petugas puskesmas adalah memfasilitasi, dalam
penyelenggaraan pengembangan serta melakukan
pembinaan pelayanan kesehatan tradisional di masyarakat.
2.3 Musyawarah Masyarakat Desa/Kelurahan (MMD)
Musyawarah Masyarakat Desa/Kelurahan membahas
masalah-masalah hasil analisis situasi yang dilakukan
oleh forum Desa/Kelurahan, petugas puskesmas sebagai
fasilitasi. Bila perlu musyawarah Desa/Kelurahan dalam
pelayanan kesehatan tradisional dapat dilaksanakan
secara berjenjang dengan terlebih dahulu dilaksanakan
pada tingkat RW/Dusun. Musyawarah Masyarakat Desa/
Kelurahan bertujuan :

Modul Pelatihan Asuhan Mandiri Kesehatan Tradisional Bagi Fasilitator Kesehatan 113
1) Mensosialisasikan tentang adanya masalah-masalah
penyelenggaraan asuhan mandiri akupresur dan
pengembangan TOGA.
2) Mencapai kesepakatan tentang urutan prioritas
masalah dalam penyelenggaraan asuhan mandiri
akupresur dan pengembangan TOGA.
3) Mencapai kesepakatan tentang pembentukan TOGA
di setiap rumah tangga
4) Mencapai kesepakatan tentang pemanfaatan TOGA
dalam pemeliharaan kesehatan.
5) Menetapkan kader sebagai pengelola TOGA
6) Menetapkan dukungan dana dan sumber daya dalam
pembuatan TOGA
7) Menggalang semangat gotong royong dalam
penyelenggaraan dan pengembangan TOGA untuk
selfcare.
Penyelengggaraan Musyawarah Masyarakat Desa/
Kelurahan di hadiri oleh Kepala Desa/Lurah, perangkat
Desa/Kelurahan, LPM, PKK, Dasa Wisma, kader, karang
taruna, kelompok pengajian, arisan, bidan desa/puskesmas,
lintas sektor terkait, penyuluh pertanian, pengelola sekolah,
dan tokoh masyarakat seluruh komponen masyarakat dan
masyarakat lainnya. Makin banyak masyarakat terlibat
semakin baik hasil yang didapat.
2.4 Perencanaan partisipatif
Setelah di peroleh kesepakatan dari warga Desa/Kelurahan,
kader pemberdayaan masyarakat (KPM) dan LPM
mengadakan pertemuan, guna menyusun rencana kerja
dalam penyelenggaraan dan pengembangan pelayanan
kesehatan tradisional. Rencana penyelenggaraan dan
pengembangan kesehatan tradisional mencakup:
• Pembuatan TOGA
• Orientasi asuhan mandiri akupresur dan pemanfaatan
TOGA
• Pengangkatan kader pengelola TOGA
• Menetapkan sarana dan prasarana yang di butuhkan
dalam penyelenggaraan dan pengembangan
pelayanan kesehatan tardisional

114 Modul Pelatihan Asuhan Mandiri Kesehatan Tradisional Bagi Fasilitator Kesehatan
• Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan dan
membutuhkan dana operasional penyelenggaraan,
berikut jadwal
• Menentukan sumber pendanaan kegiatan dari:
masyarakat, dunia usaha dan swasta, kemudian
dibuat dalam dokumen tersendiri, sedangkan
kegiatan yang memerlukan dukungan dana dan ADD
dan APBD, dimasukan dalam dokumen Musrenbang
Desa atau kelurahan untuk ditetapkan dalam RJPM
desa atau kelurahan.
Komponen yang ada dalam program kerja dalam mengatasi
masalah meliputi jenis kegiatan yang akan dikerjakan
dalam mengatasi permasalahan yang ada, yaitu:
a. Tujuan yang diharapkan.
b. Sasaran kegiatan, dapat berupa orang, rumah tangga,
wilayah, dan lain-lain.
c. Siapa yang terlibat dalam kegiatan tersebut, dan apa
peran serta tanggung jawabnya.
d. Waktu atau jadwal pelaksanaan kegiatan.
e. Sumber dana atau jumlah dana yang diperlukan
dalam pelaksanaan kegiatan.
f. Pencatatan dan pelaporan kegiatan dilaksanakan
sesuai dengan Pelaporan UKBM TOGA di Puskesmas.
2.5 Pelaksanaan Kegiatan
Pelaksanaan kegiatan pemecahan masalah kesehatan
oleh masyarakat, merupakan rangkaian penerapan
kegiatan sebagai penjabaran dari rencana yang telah
disusun dan disepakati untuk dipergunakan sebagai dasar
pelaksanaan kegiatan di Desa/Kelurahan.
Rangkaian kegiatan didampingi oleh kader kesehatan dan
fasilitator, dengan jangka waktu pendek, sedang dan lama.
Namun minimal 1 tahun berjalan harus diadakan penilaian.
Jenis kegiatan bervariasi mulai dari yang sangat sederhana
sampai yang rumit, semua tergantung pada kesepakatan
yang ditetapkan dalam musyawarah masyarakat desa
dan perencanaan partisipatif. Pelaksanaan kegiatan
pemberdayaan masyarakat perlu dipersiapkan:
• Kesiapan dari kader pelaksana

Modul Pelatihan Asuhan Mandiri Kesehatan Tradisional Bagi Fasilitator Kesehatan 115
• Mobilisasi masyarakat yang akan terlibat dalam
kegiatan
• Peralatan dan sarana yang dibutuhkan dalam
pelaksanaan
• Memilih waktu yang tepat bagi masyarakat
2.6 Pembinaan Kelestarian Pengelolaan dan
Pengembangan TOGA
Langkah terakhir serangkaian kegiatan pemberdayaan
masyarakat dalam pengembangan TOGA untuk
selfcare di masyarakat adalah adalah pembinaan dan
kelestarian. Setiap pelaksanaan program harus dibina
agar dapat berjalan dengan baik dan berkesinambungan.
Pembinaan juga bermaksud untuk memantapkan dan
membina pengetahuan, sikap, keterampilan, motivasi dan
kemandirian para tenaga pengelolaan dan pengembangan
TOGA untuk selfcare dalam mewujudkan desa yang sehat.
Dalam melakukan pembinaan perlu dilakukan analisis
tingkat perkembangan kemandirian UKBM TOGA untuk
selfcare, yaitu melalui tingkat perkembangan UKBM TOGA
sesuai klasifikasi TOGA.
Indikator keberhasilan Desa TOGA mengacu pada
Klasifikasi TOGA sebagai berikut:

INDIKATOR PRATAMA MADYA PURNAMA

Jumlah KK ada TOGA < 30 % 30 – 60 % >60 %

Jenis Tanaman Obat 50 - 100


< 50 jenis > 100 jenis
per Desa jenis

Jumlah KK
< 10 % 10 - 50 % >50 %
memanfaatkan TOGA

Jumlah Kader
penggerak TOGA per <5 5-10 >10
Desa

Keterangan:
● Jenis tanaman obat adalah macam-macam tanaman
obat yang memiliki khasiat obat dan kandungan kimia
berbeda.

116 Modul Pelatihan Asuhan Mandiri Kesehatan Tradisional Bagi Fasilitator Kesehatan
● Contoh jenis tanaman: temu hitam, temu putih, temu
mangga, temulawak, jahe, kunyit, kencur.
● Terdapat 4 variabel yang harus dipenuhi pada setiap
tingkat pengembangan TOGA.
● Jumlah KK yang mempunyai TOGA dapat diketahui
bahwa setiap keluarga di halaman atau sekitar
pekarangannya menanam tanaman obat minimal 5
jenis tanaman obat.
● Jumlah Kader penggerak TOGA per Desa dapat
diketahui dari Pengelola Program Yankestradkom.
Analisis Perkembangan Stratifikasi UKBM TOGA untuk
Puskesmas.
Stratifikasi TOGA
Nama Desa Pratama Madya Purnama
Frek % Frek % Frek %
A
B
C
D
Dengan mengetahui jumlah (%) tingkatan UKBM TOGA
dilakukan analisis kasus dari 4 indikator perkembangan
yaitu TOGA mana yang paling berpengaruh sehingga
tingkatan TOGA terendah dapat ditingkatkan dalam
usaha mewujudkan TOGA Purnama. Setelah diketahui
penyebabnya, baru dapat dibuat rencana intervensi dan
pembinaan oleh Petugas Puskesmas/Penanggung Jawab
Program Yankestrad Puskesmas.
Pembinaan dapat dilakukan dengan berbagai cara
antara lain :
a. Supervisi
Banyak hasil penilaian mengungkapkan bahwa
supervisi petugas sangat menentukan tingkat
keberhasilan program. Oleh karena itu, supervisi
secara berkala perlu dilakukan. Bila memungkinkan,
pada saat melakukan supervisi, petugas sebaiknya
melakukan sistem pemantauan dan penilaian yang
utuh.

Modul Pelatihan Asuhan Mandiri Kesehatan Tradisional Bagi Fasilitator Kesehatan 117
b. Forum komunikasi
Forum komunikasi antara petugas lintas program
dan sektor di tingkat kecamatan merupakan wahana
pemantauan yang baik. Pada forum ini dapat dibahas
rencana supervisi terpadu, hasil supervisi dari petugas
yang turun ke lapangan, sekaligus dapat membahas
upaya untuk memperbaiki kekurangan-kekurangan
yang ditemui di lapangan. Di lapangan atau desa,
forum komunikasi ini juga perlu dibentuk sebagai
wadah berkumpulnya pelaksana pembangunan desa
dengan tokoh masyarakat baik formal maupun non
formal. Dalam forum ini pelaksana pembangunan desa
dapat menyampaikan rencana kegiatan yang telah
disusun, hambatan-hambatan serta keberhasilan
yang telah dicapai. Forum ini sekaligus sebagai
wadah untuk pemecahan masalah, menyempurnakan
rencana yang disusun dan lain-lain sehingga dapat
berfungsi untuk pemantauan dan penilaian oleh
masyarakat sendiri.
c. Menunjukkan film-film tentang pemberdayaan
masyarakat di bidang pelayanan kesehatan
tradisional
Film tersebut bisa diangkat dari dokumentasi kegiatan
masyarakat desa yang telah melakukan upaya
pemberdayaan masyarakat di bidang pelayanan
kesehatan tradisional di wilayahnya.
Dengan menunjukkan film tersebut diharapkan dapat
meningkatkan memotivasi dan semangat pelaksana
pembangunan desa dan masyarakat dalam
melakukan kegiatan pemberdayaan masyarakat di
bidang pelayanan kesehatan tradisional di waktu
mendatang.
d. Kunjungan tamu dari luar
Kegiatan ini dapat merangsang masyarakat untuk
membenahi desanya karena akan kedatangan tamu,
namun harus dijaga jangan sampai terlalu sering,
bisa membosankan dan mengganggu kegiatan
masyarakat.

118 Modul Pelatihan Asuhan Mandiri Kesehatan Tradisional Bagi Fasilitator Kesehatan
e. Wisata karya ke tempat lain yang lebih maju
Kegiatan ini dapat memperluas wawasan, dan
memotivasi masyarakat untuk lebih maju.
f. Perlombaan-perlombaan TOGA tingkat
Puskesmas, Kelurahan/Kecamatan
g. Penerbitan majalah dinding buatan sendiri yang
memuat antara lain:
Kegiatan-kegiatan pemberdayaan masyarakat di
bidang pelayanan kesehatan tradisional yang telah
dilakukan di puskesmas, desa bersangkutan, termasuk
pembangunan desa, pimpinan/tokoh masyarakat
dalam mewujudkan penyelenggaraan pelayanan
kesehatan tradisional dan pengembangan TOGA.
Indikator keberhasilan pemberdayaan masyarakat
dalam pelayanan kesehatan tradisional:
• Di Tingkat Kecamatan:
1) Terkoordinasinya dan terintegrasinya
pelaksanaan pelayanan kesehatan
tradisional dengan kegiatan pemberdayaan
masyarakat lainnya.
2) Terkoordinasinya penerapan kebijakan
pelayanan kesehatan tradisional dengan
pengembangan desa dan kelurahan siaga.
3) Terintegrasinya pelayanan kesehatan
tradisional dalam program kerja forum
kecamatan.
4) Adanya pembinaan pelayanan kesehatan
tradisional di tingkat desa dan kelurahan
secara berjenjang.
• Di Tingkat Desa dan Kelurahan:
1) Adanya kader pengelola TOGA
2) Kemudahan akses masyarakat
untuk mendapatkan informasi terkait
pemanfaatan TOGA.
3) Adanya pendanaan untuk pengembangan
dan pengelolaan TOGA.
4) Peraturan di desa atau kelurahan tentang
pengelolaan dan pemanfaatan TOGA.
5) Adanya pembinaan TOGA di rumah tangga

Modul Pelatihan Asuhan Mandiri Kesehatan Tradisional Bagi Fasilitator Kesehatan 119
C. POKOK BAHASAN 3:
MENGGALANG KEMITRAAN DALAM ASUHAN MANDIRI
AKUPRESUR DAN PEMANFAATAN TOGA
3.1 Pengertian, tujuan, dan prinsip kemitraan
a. Pengertian
Kemitraan adalah kerjasama antara dua pihak atau
lebih yang diikat dalam aturan hukum berbentuk
perjanjian, nota kesepahaman (memorandum
of understanding) yang dilandasi prinsip dasar
kesamaan kepentingan, kejelasan tujuan, kesetaraan
kedudukan dan transparansi.
Sebagaimana disebutkan di atas, kemitraan harus
digalang baik dengan individu-individu, keluarga,
pejabat-pejabat atau instansi-instansi pemerintah
yang terkait dengan urusan kesehatan (lintas sektor),
kelompok profesi, pemuka atau tokoh masyarakat,
swasta, media massa, dan lain-lain.
Kemitraan dalam Pelayanan Kesehatan tradisional
adalah kerjasama antara dua pihak atau lebih dalam
pengembangan pelayanan kesehatan tradisional
yang diikat dalam aturan hukum berbentuk perjanjian,
nota kesepahaman (memorandum of understanding)
yang dilandasi prinsip dasar kesamaan kepentingan,
kejelasan tujuan, kesetaraan kedudukan dan
transparansi.
b. Tujuan
Percepatan pencapaian sasaran asuhan mandiri
akupresur dan pemanfaatan TOGA dalam rangka
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang
setinggi setingginya.
c. Prinsip Dasar Kemitraan
a) Kesamaan kepentingan
Ikatan yang kuat antara satu pihak dengan pihak
lainnya adalah berupa kesamaan kepentingan
(common interest) yaitu suatu visi atau misi
yang dapat menyatukan seperti atau setidak-
tidaknya merangkai visi atau misi dari masing-
masing pihak. Perumusan visi dan misi bersama
merupakan sesuatu yang sangat penting karena

120 Modul Pelatihan Asuhan Mandiri Kesehatan Tradisional Bagi Fasilitator Kesehatan
dengan inilah masing-masing pihak menjadi
terikat untuk bersatu dan bahu-membahu.
Kesamaan kepentingan juga akan menciptakan
rasa memiliki dan komitmen yang kuat terkait
kesehatan tradisisional asuhan mandiri
akupresur dan pemanfaatan TOGA.
b) Kejelasan tujuan
Tujuan bersama harus dirumuskan dengan
jelas dan terukur sehingga semua pihak yang
bekerjasama dapat memantau kemajuan dari
upaya-upaya kerjasama dalam kesehatan
tradisisional asuhan mandiri akupresur dan
pemanfaatan TOGA. Tujuan bersama dapat
dinyatakan dalam tujuan umum dan kemudian
dirinci dalam tujuan khusus. Dengan kejelasan
tujuan dapat diciptakan kerjasama yang saling
menguntungkan dan kejelasan peran/fungsi
masing-masing pihak dalam bermitra.
c) Kesetaraan kedudukan
Azas demokrasi harus benar-benar dipegang
dalam menyelenggarakan kemitraan.
Pengambilan keputusan dilakukan secara
demokratis, musyawarah dan mufakat tanpa ada
satu pihak pun yang memaksakan kehendak.
Masing-masing pihak saling menghargai dan
menghormati. Kesetaraan kedudukan akan
memperkuat rasa kebersamaan, sehingga
tercipta perasaan sama-sama bertanggung
jawab dan sama-sama menanggung risiko
serta menghadapi tantangan yang muncul
dalam kesehatan tradisisional asuhan mandiri
akupresur dan pemanfaatan TOGA.
d) Transparansi
Tidak ada hal-hal yang disembunyikan dalam
kerjasama apabila dikehendaki berlangsungnya
kemitraan yang lestari. Informasi tentang apapun
(termasuk tentang hambatan, kelemahan atau
kegagalan) harus dibagi (shared) di antara
pihak-pihak yang bekerjasama agar dapat

Modul Pelatihan Asuhan Mandiri Kesehatan Tradisional Bagi Fasilitator Kesehatan 121
diambil keputusan bersama secara cepat. Hal
ini berarti perlu dikembang sistem pencatatan
dan pelaporan yang terkoordinasi serta forum
pemantauan dan evaluasi bersama dalam
kesehatan tradisional asuhan mandiri akupresur
dan pemanfaatan TOGA.
3.2 Identifikasi dan Peran Mitra
a. Identifikasi Mitra dalam kesehatan tradisional
asuhan mandiri akupresur dan pemanfaatan
TOGA.
Identifikasi mitra ini bertujuan untuk mengenali dan
menetapkan pihak-pihak yang sesuai diajak bermitra
dalam rangka melaksanakan gagasan kemitraan.
Mitra potensial yang dipilih adalah:
a) Peduli terhadap masalah kesehatan tradisional
asuhan mandiri akupresur dan pemanfaatan
TOGA yang dihadapi dan pemecahan masalah
tersebut melalui gagasan bermitra.
b) Bersedia mengembangkan komunikasi dua
arah.
c) Memiliki pemikiran dan cara kerja yang sistimatis.
d) Secara internal memiliki pembagian kerja dan
koordinasi yang baik.
e) Memiliki kesediaan yang tulus untuk membantu
kegiatan asuhan mandiri akupresur dan
pemanfaatan TOGA melalui kemitraan.
f) Siap memberikan saran-saran yang yang
konstruktif dan dukungan bagi terlaksananya
gagasan kemitraan.
g) Fleksibel, informal dan mudah dihubungi.
h) Bersedia dan dapat menyediakan waktu,
tenaga dan sumber daya lain untuk kepentingan
kemitraan dalam kesehatan tradisional asuhan
mandiri akupresur dan pemanfaatan TOGA.
i) Mengetahui cara-cara bermitra, lebih baik
lagi jika memiliki pengalaman bermitra dalam
kesehatan tradisional asuhan mandiri akupresur
dan pemanfaatan TOGA.

122 Modul Pelatihan Asuhan Mandiri Kesehatan Tradisional Bagi Fasilitator Kesehatan
j) Bersedia dan dapat memberikan kontribusi
untuk gagasan atau “proyek kemitraaan” sesuai
dengan kesepakatan.
k) Memiliki atau bersedia membangun kedekatan
(setidaknya secara sosial psikologis) dan
kesiapan akses.
l) Dalam tim yang kompak, satu konsep dan satu
bahasa.
m) Kontribusinya berkelanjutan dan taat kepada
kesepakatan yang telah dirumuskan bersama
dalam kemitraan kesehatan tradisional asuhan
mandiri akupresur dan pemanfaatan TOGA.
Mitra potensial ditingkat Puskesmas tersebut adalah:
Camat, Dinas Pertanian, Guru/Kepala Sekolah, Dinas
Pendidikan, Tim Penggerak PKK, KepalaDesa/Lurah,
Kader, Tokoh Masyarakat/Forum Peduli Kesehatan
Kecamatan (apabila telah terbentuk), Organisasi
Profesi, Organisasi Kemasyarakatan/LSM/Asosiasi
(Aspetri , AP3I), Swasta/Dunia Usaha,, Media Massa, dll
b. Peran Mitra
Setelah dirumuskan tujuan kemitraan maka ditetapkan
peran mitra yang sesuai kewenangan,tupoksi masing-
masing mitra, antara lain sebagai berikut :
• Pengagas kemitraan (dari program/sektor
kesehatan): berperan sebagai: inisiator,
pemasok input teknis seperti pengembangan
NSPK, pedoman, penyedia sarana prasarana.
• Camat,Kepala Desa/Lurah berperan
sebagai pembuat kebijakan, dinamisator/
penggerakkemitraan.
• Dinas Pertanian, Guru/Kepala Sekolah, Dinas
Pendidikan, sebagai fasilitator
• Kelompok/Organisasi Profesi: berperan dalam
mengembangkan ilmu pengetahuan dan
teknologi, standar serta kode etik profesi terkait
dengan pelayanan kesehatan tradisional.
• Tim Penggerak PKK, Kader, Tokoh Masyarakat/
Forum Peduli Kesehatan Kecamatan (apabila

Modul Pelatihan Asuhan Mandiri Kesehatan Tradisional Bagi Fasilitator Kesehatan 123
telah terbentuk), Organisasi Kemasyarakatan/
LSM sebagai penggerak masyarakat, memberikan
penyuluhan,pemberdayaanmasyarakat
• Asosiasi (Aspetri , AP3I) berperan sebagai
Pembina anggotanya,Memberikan sanksi
kepada anggota bila melakukan pelanggaran,
Menjaga citra profesi dan mutu pelayanan,
Meningkatkan pengetahuan/ketrampilan/
kompetensi anggotanya, Mediator antara
anggota Asosiasi, Menggali dan mengkaji
pengobatan tradisional asli Indonesia
• Swasta/Dunia Usaha, penyedia sumber daya
Peran pelayanan kesehatan swasta dibutuhkan
untuk pengembangan integrasi pelayanan
kesehatan tradisional di fasilitas kesehatan.
pelayanan kesehatan swasta
• Media Massa berperan dalam penyebarluasan
informasi tentang pelayanan kesehatan
tradisional asuhan mandiri akupresur dan
pemanfaatan TOGA.
3.3. Perencanaan (kemitraan) bersama
Setelah kesepakatan dicapai dan dinyatakan secara tertulis
(MoU), kesepakatan ini digunakan sebagai titik awal untuk
menyusun rencana kerjasama.
Hal-hal penting yang perlu diperhatikan dalam merumuskan
rencana kerjasama dalam pelayanan kesehatan tradisional
asuhan mandiri akupresur dan pemanfaatan TOGA adalah:
a. Kejelasan tujuan
Tujuan bersama dapat dinyatakan dalam tujuan
umum dan kemudian dirinci dalam tujuan khusus.
Dengan kejelasan tujuan dapat diciptakan kerjasama
yang saling menguntungkan dan kejelasan peran/
fungsi masing-masing pihak dalam bermitra.
b. Kejelasan dan sinkronisasi kegiatan
Setelah tujuan-tujuan khusus dirumuskan yang
berasal dari rumusan peran para mitra maka langkah
selanjutnya adalah menetapkan kegiatan-kegiatan
untuk mencapai tujuan khusus tersebut. Penetapan

124 Modul Pelatihan Asuhan Mandiri Kesehatan Tradisional Bagi Fasilitator Kesehatan
kegiatan dilakukan oleh para mitra agar kegiatan-
kegiatan ini merupakan bagian dariprograminternal
masing-masing mitra tersebut. Sinkronisasi kegiatan-
kegiatan yang ditetapkan ini dengan program dan
kegiatan internal masing-masing mitra sangat penting
agar tidak terlepas dari system internal.
b. Kejelasan alokasi sumber daya
Kegiatan-kegiatan yang telah ditetapkan akan dapat
terlaksana dengan baik apabila sumber daya (tenaga,
dana, sarana dan prasarana) untukkegiatan-kegiatan
tersebut dialokasikan secara memadai.
c. Kejelasan waktu pelaksanaan
Penetapan jadwal kegiatan sebaiknya dibahas
bersama .
Selain keempat hal tersebut diatas juga perlu
ditetapkan dalam merumuskan rencana adalah forum
dan mekanisme kerjasama.
• Forum kerjasama akan berfungsi dengan baik,
apabila unsur organisasi, system informasi dan
media komunikasi dapat dipenuhi.
• Mekanisme kerjasama
Mekanisme kerjasama yang terpenting adalah
mekanisme dalam pemantauan dan penilaian
terhadap pelaksanaan kegiatan-kegiatan, baik
yang dilaksanakan oleh masing-masing mitra
maupun yang dilaksanakan secara bersama.

Modul Pelatihan Asuhan Mandiri Kesehatan Tradisional Bagi Fasilitator Kesehatan 125
REFERENSI

• Departemen Kesehatan RI, ARRIF Pedoman Manajemen Peran


Serta Masyarakat
• Puskesmas, Jakarta, 1999
• Soekidjo Notoatmodjo, et.al., Promosi Kesehatan, Teori dan Aplikasi,
Rineka Cipta, Jakarta,2005
• Kementerian Kesehatan RI, Pedoman Umum Pengembangan Desa
dan Kelurahan Siaga Aktif, Tahun 2010
• Kementerian Kesehatan RI, Second Decentralized Health Services
Project, Modul Pelatihan Pemberdayaan Masyarakat Bagi Petugas
Puskesmas, Jakarta, 2010
• Totok Mardikanto, Konsep-konsep Pemberdayaan Masyarakat,
Surakarta,2010
• Surat Mendagri No 140/1508/SJ, Tanggal 27 April 2011. Hal :
Pedoman Pelaksanaan Pembentukan Kelompok Kerja Operasional
dan Forum Desa dan Kelurahan Siaga Aktif
• Kementerian Kesehatan RI, Pelatihan Bagi Pelatih Self Care Ramuan
dan Pemanfaatan Toga,Jakarta, 2012
• Kementerian Kesehatan RI, Pedoman Menggalang Kemitraan di
Bidang Kesehatan, Jakarta, 2012

126 Modul Pelatihan Asuhan Mandiri Kesehatan Tradisional Bagi Fasilitator Kesehatan
LEMBAR KASUS

PELAYANAN KESEHATAN TRADISIONAL


DI PUSKESMAS SEVIA
KECAMATAN MAKUTA DEWA KOTA BROTOWALI

Kota
Brotowali

Kel.Daun
Dewa Kel.Daun
Kec.Makuta Dewa Sendok

Puskesmas
Stevia

Kel.Daun Ungu

Modul Pelatihan Asuhan Mandiri Kesehatan Tradisional Bagi Fasilitator Kesehatan 127
Puskesmas Stevia
• Merupakan Puskesmas Rawat Jalan yang terletak di Kecamatan
Makuta Dewa Kota Brotowali. Terdiri dari 3 Kelurahan yaitu, Kelurahan
Daun Dewa, Kelurahan Daun Ungu dan Kelurahan Daun Sendok.
• Luas wilayah kerja Puskesmas 1.198 Km² , Jumlah Penduduk + 25
763. Masyarakat kecamatan Makuta Dewa lebih banyak yang bekerja
di perdagangan, layananjasa, pabrik garmen dan di perusahaan jamu
tradisional yang terletak di tetangga Kabupaten namun dekat wilayah
kecamatan Makuta Dewa.

• Jumlah tenaga di Puskesmas Sevia, 32 orang meliputi :


Kepala Puskesmas, Dokter Umum : 2 Orang, Dokter Gigi : 2 Orang,
Perawat Umum : 5 Orang, Perawat Gigi : 3 Orang, Bidan : 5 Orang,
Asisten Apoteker : 2 Orang, Sanitarian: 1 Orang, Nutrisionis : 1 Orang,
Laborat : 1 Orang, Staf Umum : 4 Orang, Tenaga Honorer Daerah : 1
Orang, Tenaga Kontrak : 4 Orang
• Visi Puskesmas Sevia adalah “ Tercapainya masyarakat sehat yang
mandiri dan berkeadilan di Kecamatan Tapakdewa menuju MDG’s
2015”
• Misi:
1. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan tingkat pertama baik
preventif, promotif, kuratif & rehabilitatif bagi seluruh lapisan
masyarakat. dgn berorientasi pada kepuasan konsumen
2. Memberdayakan & mendorong kemandirian masyarakat dalam
pembangunan kesehatan
3. Menjalin kemitraan dengan semua pihak yang terkait dalam
pelayanan kesehatan
• Upaya kesehatan yang diselenggarakan Puskesmas Sevia dalam
mencapai visi dan mengemban misinya antara lain adalah : Promosi
kesehatan, Kesehatan lingkungan, KIA/KB, Gizi, Pencegahan dan
pengendalian penyakit, UKS, Pelayanan kesehatan tradisional
• Data yang tersedia di Puskesmas Sevia terkait dengan kegiatan yang
dilakukan adalah sebagai berikut:

128 Modul Pelatihan Asuhan Mandiri Kesehatan Tradisional Bagi Fasilitator Kesehatan
NO DATA JUMLAH
1 Jumlah Penduduk 25.763
2 Jumlah Penduduk Perempuan 12.780
3 Jumlah Wanita Usia Subur (WUS) 5.486
4 Jumlah Ibu Hamil 525
5 Jumlah Bumil dengan Anemi 20
6 Jumlah Bumil dengan KEK 18
7 Prediksi Bumil Risti ( Komplikasi) 82
8 Bumil Risti Yang ditangani 136
9 K1 525
10 K2 492
11 Jumlah Ibu Bersalin 371
12 Persalinan Ditolong Nakes 371
13 Bulin Risti ditangani 82
14 Prediksi Neonatal Risti ( Komplikasi) 79
15 NeoNatal Risti ditangani 79
16 Jmulah Ibu Nifas 370
17 Ibu Nifas yang mendapat pelayanan Faskes 370
18 Bufas Risti ditangani 82
19 KN 1 369
20 KN Lengkap 368
21 Jumlah Kematian Ibu Maternal ( Hamil, Bersalin , Nifas ) 1
22 Jumlah Bayi Lahir Hidup 365
23 Jumlah Bayi Lahir Mati 6
24 Jumlah Kematian Bayi 4

NO DATA BAYI (<1 th) BALITA (1-4 Th)


1 Jumlah 280 1.432
2 Pemberian ASI Ekslusif 28,9 % -
3 Jumlah Gizi Kurang - 9
4 Jumlah Gizi Buruk 0 -
5 Jumlah Gizi Kurang Ditangani - 9
6 Jumlah Gizi Buruk Ditangani 0 -
7 Imunisasi BCG 87,8 % -
8 Imunisasi DPT I + Hb 1 83,9 % -
9 Imunisasi DPT 3 + Hb 3 80,6 % --
10 Imunisasi Polio 4 82,0 %
11 Imunisasi Campak 76,3 % -
12 Pemberian Vit A 98,7 % 99,7 %
13 Jumlah D/S 82, 9 % -
14 Jumlah Posyandu 42 42

Modul Pelatihan Asuhan Mandiri Kesehatan Tradisional Bagi Fasilitator Kesehatan 129
• Kegiatan yankestard di Puskesmas Sevia meliputi:
1. Membuat kebun percontohan TOGA di Puskesmas maupun di
Pustu
2. Mengadakan sosialisasi yankestard pada staf Puskesmas,
Kader Kesehatan dan Toma
3. Membuat Media untuk ditempel didinding Puskesmas /ruang
tunggu pasien,membuat spanduk “Ajakan pada masyarakat
unyuk memanfaatkan pekarangan rumah dengan TOGA”
(dipasang di ruang tunggu bagian luar/di tempat yang mudah di
baca pengunjung),membuat lembar balikTOGA
4. Pendataan TOGA
5. Mengadakan kegiatan kelas pengenalanTOGA
6. Membuat buku panduan sederhana tentang pemanfaatan
TOGA dan cara penggunaannya
7. Melakukan pelayanan kesehatan tradisional dengan
menggunakanobat-obatan herbal sesuai OAI
Di kecamatan Makuta Dewa juga terdapat sarana pengobatan
tradisional pijat/urut,warung-warung jamu, Tukang pijat/urut yang
memasang iklan(noHP) di pohon-pohon. Kebiasaan masyarakat
dalam pencarian pengobatan/menangani masalah kesehatan seperti
pusing, diare, gatal-gatal, susah tidur adalah dengan membeli obat
bebas di toko atau warung-warung obat dan kedukun urut apabila
keseleo atau capai, bila tidak sembuh baru ke Puskesmas. Dalam
memelihara ataumeningkatkan kesehatannya sebagian ada yang
berlangganan minum jamu gendong atau membuat ramuan sendiri
di rumah masing-masing.

130 Modul Pelatihan Asuhan Mandiri Kesehatan Tradisional Bagi Fasilitator Kesehatan
Lembar Kerja

Pedoman Diskusi Kelompok


Rumusan Masalah dan Membuat Urutan Prioritas Masalah
1. Peserta dibagi menjadi 4 kelompok, masing-masing kelompok
memilih ketua, sekretaris dan penyaji
2. Masing-masing kelompok diskusi identifikasi masalah, merumuskan
masalah dan membuat urutan prioritas masalah dengan menggunakan
lembar kasus PELAYANAN KESEHATAN TRADISIONAL DI
PUSKESMAS SEVIA KECAMATAN MAKUTA DEWA KOTA
BROTOWALI.
3. Setiap kelompok mempresentasikan hasil diskusinya dan anggota
kelompok lainnya diminta memperhatikan dan memberikan masukan-
masukan.
4. Waktu diskusi dan presentasi 70 menit.

Modul Pelatihan Asuhan Mandiri Kesehatan Tradisional Bagi Fasilitator Kesehatan 131
MATERI INTI 4
TEKNIK FASILITASI
MATERI INTI 4
TEKNIK FASILITASI

I. DESKRIPSI SINGKAT
Fasilitasi adalah ilmu dan seni untuk membuat suatu proses menjadi
lebih mudah, lebih sederhana untuk mendampingi atau peningkatan
orang lain. Fasilitasi Asuhan Mandiri Akupresur dan Pemanfaatan
TOGA merupakan proses untuk membantu/menguatkan masyarakat
agar mampu merawat dirinya sendiri sesuai kebutuhan masing-masing
dengan memanfaatkan teknik akupresur sederhana dan TOGA.
Oleh karena itu Petugas Penanggung Jawab Pelayanan Kesehatan
Tradisional Puskesmas perlu mendapatkan keterampilan fasilitasi
sehingga dapat berperan sebagai Fasilitator Asuhan Mandiri
Akupresur dan Pemanfaatan TOGA diwilayah kerjanya dengan baik.

II. TUJUAN PEMBELAJARAN


A. Tujuan Pembelajaran Umum
Setelah mengikuti materi ini peserta mampu melakukan Teknik
fasilitasi dalam asuhan mandiri akupresur dan pemanfaatan
TOGA
B. Tujuan Pembelajaran Khusus
Setelah mengikuti materi ini peserta mampu:
1. Menjelaskan peran dan fungsi fasilitator
2. Menjelaskan proses fasilitasi di masyarakat
3. Melakukan teknik fasilitasi

III. POKOK BAHASAN


A. Pokok Bahasan 1.Peran, fungsi dan kemampuan fasilitator
1.1. Peran fasilitator
1.2. Fungsi dan kemampuan fasilitator
B. Pokok Bahasan 2. Proses fasilitasi di masyarakat
1.1 Proses Fasilitasi di Masyarakat
1.2 Fasilitasi dalam pertemuan di masyarakat

Modul Pelatihan Asuhan Mandiri Kesehatan Tradisional Bagi Fasilitator Kesehatan 135
C. Pokok Bahasan 3. Teknik fasilitasi
3.1 Komunikasi efektif
3.2 Presentasi Interaktif
3.3 Metode pembelajaran

IV. METODE
A. Ceramah Tanya Jawab (CTJ)
B. Curah Pendapat
C. Demonstrasi
D. Simulasi
E. Bermain Peran

V. MEDIA DAN ALAT BANTU


A. Komputer
B. USB / flashdisk
C. LCD Projektor
D. Audio Visual
E. Tanaman Obat
F. Bahan Simplisia
G. White Board
H. Spidol
I. Kertas Metaplan
J. Flip Chart
K. Panduan Praktik Kelas

VI. WAKTU
180 menit (4 Jam Pelajaran x 45 menit)

VII. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN


A. Langkah 1: Pengantar (5 menit)
• Fasilitator menyapa peserta dengan ramah dan hangat.
Apabila belum pernah menyampaikan sesi di kelas, mulai
dengan perkenalan. Perkenalkan diri dengan menyebutkan
nama lengkap, instansi tempat bekerja, materi yang akan
disampaikan.
Selanjutnya fasilitator menjelaskan kepada peserta tentang
judul, tujuan umum serta tujuan khusus pokok bahasan
dengan menggunakan PPT 4.1.

136 Modul Pelatihan Asuhan Mandiri Kesehatan Tradisional Bagi Fasilitator Kesehatan
B. Langkah 2: Peran, fungsi dan kemampuan fasilitator (45
menit)
• Fasilitator mengajukan petanyaan kepada peserta tentang
peran, fungsi dan kemampuan fasilitator dalam asuhan
mandiri akupresur dan pemanfaatan TOGA.
• Masing-masing peserta yang diminta menuliskan pada kertas
metaplan dan menempelkan pada tempat yang tersedia.
• Setelah semua kertas menempel, fasilitator meminta salah
seorang peserta untuk membacakan semua jawaban.
• Fasilitator mengulas dan menayangkan slide dengan
menggunakan PPT 4.2.
C. Langkah 3: Proses fasilitasi di masyarakat (105 menit)
• Fasilitator membagi peserta menjadi 4 kelompok dengan
meminta peserta untuk berhitung 1 sampai 4, kemudian tiap
nomor yang sama yaitu nomor 1 bergabung dengan nomor 1,
nomor 2 bergabung dengan nomor 2, demikian selanjutnya
sampai terbentuk menjadi 4 kelompok.
• Peserta diminta praktik kelas fasilitasi masyarakat dengan
menggunakan berbagai metode, dan terlebih dahulu diskusi
kelompok menyusun skenario.
- Kelompok 1: Ceramah Tanya Jawab/CTJ
- Kelompok 2: Curah pendapat
- Kelompok 3: Demonstrasi
- Kelompok 4: Simulasi dan bermain peran (role play)
• Setiap kelompok secara bergantian pratik kelas berdasarkan
skenario yg telah disusun. Setiap kelompok praktik, wakil
kelompok lain mengevaluasi. Setelah setiap kelompok
praktik, seorang wakil kelompok lainnya menanggapi.
• Setelah semua kelompok selesai praktik fasilitator
menyampaikan rangkuman pentingnya pemilihan metode
yang tepat dalam proses fasilitasi asuhan mandiri akupresur
dan pemanfatan TOGA dengan menggunakan PPT 4.3.
D. Langkah 4: Penutup (15 menit)
• Fasilitator meminta peserta untuk menanyakan hal-hal yang
kurang jelas, dan memberikan jawaban atas pertanyaan
peserta.

Modul Pelatihan Asuhan Mandiri Kesehatan Tradisional Bagi Fasilitator Kesehatan 137
• Fasilitator mengevaluasi penyerapan peserta terhadap MI
4 dengan mengajukan pertanyaan terkait pokok bahasan
secara bergantian dan minta peserta adu cepat untuk
menjawab pertanyaan tersebut.
• Fasilitator menutup sesi pembelajaran dengan memberikan
apresiasi pada peserta dan ucapan terimakasih atas peran
aktif peserta mengikuti MI4 sampai selesai.

VIII. URAIAN MATERI


A. Pokok Bahasan 1 :Peran Fasilitator, Fungsi dan Kemampuan
Fasilitator
1.1 Peran Fasilitator
a. Katalisator (catalist)
Fasilitator hendaknya dapat menjadi media yang
subur bagi tumbuh kembang individu yang sedang
dibimbingnya untuk mencapai harapan (pengetahuan/
kemampuan) untuk melaksanakan tupoksinya. Hal ini
dapat dimungkinkan jika fasilitator yang bersangkutan
menguasai isi materi yang difasilitasinya yaitu
akupresur dan pemanfaatan TOGA dengan
menggunakan model-model fasilitasi yang sesuai,
sehingga akan menimbulkan sikap positif bagi pihak
yang difasilitasinya.
b. Pemberi bantuan dalam proses (process helper)
Fasilitator hendaknya dapat membantu saat pihak
yang difasilitasi mengalami kesulitan dalam proses
penyelesaian tugas. Perbantuan diberikan terutama
pada individu yang mengalami kesulitan dalam proses
mempelajari dan memahami keterampilan atau
pengetahuan baru dalam mempraktikan akupresur
dan pemanfaatan TOGA. Fasilitator harus mampu
menyampaikan materi yang dibutuhkan sesuai
dengan kondisi dan bahasa yang mudah dicerna
oleh masyarakat serta mudah diterapkan tahap demi
tahap.

138 Modul Pelatihan Asuhan Mandiri Kesehatan Tradisional Bagi Fasilitator Kesehatan
c. Penghubung dengan sumber daya (resource
linker)
Fasilitator yang baik hendaknya dapat membantu pihak
yang dibimbing untuk dihubungkan dengan sumber-
sumber yang tepat manakali yang bersangkutan
mengalami kesulitan/keterbatasan sumber daya
saat melaksanakan tupoksinya. Bentuk dari peran ini
diantaranya fasilitator harus mampu berkomunikasi
secara efektif dalam advokasi. Advokasi yang
dilakukan dalam rangka menghubungkan provider
dengan pihak pemangku kepentingan (stakeholder)
seperti kepada Dinas Kesehatan , Dinas Pertanian
dan lain-lain untuk memperoleh dukungan sumber
daya yang dibutuhkan. Fasilitator juga diharapkan
dapat membantu masyarakat mengakses potensi–
potensi yang dapat mendukung pengembangan
akupresur dan pemanfaatan TOGA. Fasilitator harus
mampu menterjemahkan masalah yang timbul dalam
masyarakat ketika memanfaatkan akupresur dan
TOGA untuk merujuk ke tingkat rujukan yang lebih
tinggi.
d. Pemandu masyarakat untuk menemukan solusi/
Pemberi solusi (solution giver)
Fasilitator jika diperlukan harus memberikan solusi,
manakala pihak yang dibimbingnya menemukan
kendala dalam penerapan akupresur dan
pemanfaatan TOGA. Walaupun demikian solusi yang
disodorkan hendaknya berupa alternatif-alternatif
yang dihasilkan berdasarkan kesepakatan bersama.
e. Pendamping dalam proses Pemantauan dan
evaluator
Fasilitator harus melakukan pendampingan kepada
masyarakat dalam proses monitoring dan evaluasi
yang dilakukan secara berkala dan berkesinambungan
untuk mengetahui perkembangan maupun
keberhasilan dalam asuhan mandiri akupresur dan
pemanfaatan TOGA.

Modul Pelatihan Asuhan Mandiri Kesehatan Tradisional Bagi Fasilitator Kesehatan 139
1.2 Fungsi dan Kemampuan
Fasilitator dalam menjalankan peran tersebut diatas
mempunyai fungsi sebagai
a. Pemimpin, pembina dan pengembangan
masyarakat
Sebagai pemimpin fasilitator sebaiknya mampu
membimbing, memberi motivasi, menggerakkan
masyarakat dan pihak lain yang diperlukan. Beberapa
upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan
kepemimpinan antara lain: dengan menambah
pengetahuan melalui pelatihan-pelatihan, belajar
sendiri dengan banyak membaca buku, banyak
menimba atau mempelajari pengalaman dari luar
(studi banding,seminar- seminar), harus tanggap,
dapat menjabarkan ide-ide, konsep dan kebijakan,
melatih diri dengan berpikir kreatif, berpikir orisinil dan
selalu berwawasan masa depan – visioner – serta
tahan dan berjiwa besar menerima kritikan dari luar.
Kemampuan untuk dapat menjalankan fungsinya
dengan baik fasilitator hendaknya mempunyai
kemampuan
a) Mengenal isu-isu lokal
Seorang fasilitator perlu memahami benar serta
menghayati isu-isu yang berkaitan dengan
kearifan lokal untuk melestarikan budaya
masyarakat untuk memelihara kesehatannya
yang telah terbukti secara empiris.
b) Kemampuan identifikasi
Kemampuan mengidentifikasi potensi, masalah,
hambatan dan kebiasaan masyarakat dalam
memelihara kesehatannya merupakan bekal
bagi fasilitator dalam melakukan fasilitasi asuhan
mandiri kesehatan tradisional di masyarakat.
Kemampuan ini diperlukan untuk pendekatan
kepada masyarakat agar asuhan mandiri
kesehatan tradisional dapat berjalan optimal.
c) Kemampuan analitis
Melalui proses analitis maka seorang
fasilitator akan dapat mengantisipasi masalah,

140 Modul Pelatihan Asuhan Mandiri Kesehatan Tradisional Bagi Fasilitator Kesehatan
menemukan berbagai alternatif penyelesaian
serta mampu menjawab tantangan dan
kebiasaan dalam berperilaku hidup sehat yang
ada di masyarakat.
d) Adaptasi partisipatif
Menyesuaikan diri dengan kondisi, harapan
dan karakteristik masyarakat dalam asuhan
mandiri kesehatan tradisional merupakan
bekal yang sangat positif dalam fasilitasi. Hal
tersebut diharapkan dapat memberi manfaat
berupa keterlibatan dan rasa memiliki dari
masyarakat terhadap asuhan mandiri kesehatan
tradisional serta dapat mendorong keberhasilan
pelaksanaan program. Di sisi lain keberadaan
masyarakat sebagai orang dewasa menuntut
fasilitator untuk dapat melibatkan pemikiran
dan aksi mereka agar dapat memberi kontribusi
terhadap pelaksanaan program.
e) Berpandangan positif ke depan
Selalu berpandangan secara positif dalam
banyak hal sehingga fasilitator bisa mengarahkan
masyarakat untuk mengambil keputusan yang
benar ketika harus memilih cara pengobatan
yang berkembang di masyarakat.
f) Kemampuan hubungan antar manusia (“human
relationship”)
Seorang fasilitator harus memiliki kapasitas
untuk membina hubungan yang harmonis
dengan masyarakat. Berkaitan dengan
bagaimana memperlakukan dan berinteraksi
dengan mereka serta menempatkan mereka
dengan prinsip kesetaraan.
g) Mampu mampu menyediakan pengetahuan
dan informasi-informasi yang berkaitan
dengan akupresur dan pemanfaatan TOGA.
Fasilitator harus mampu menjawab pertanyaan,
memberikan penjelasan, saran atau nasehat
yang benar dan mudah dipahami dan diterapkan.

Modul Pelatihan Asuhan Mandiri Kesehatan Tradisional Bagi Fasilitator Kesehatan 141
b. Melakukan advokasi
Dalam fungsi melakukan advokasi fasilitator harus
mempunyai pemahaman yang baik dalam unsur
advokasi sehingga dapat mampu melakukan advokasi
efektif, seperti berikut :
a) Penetapan tujuan advokasi,
b) Pemanfaatan data dan riset untuk advokasi
c) Identifikasi sasaran advokasi
d) Pengembangan dan penyampaian advokasi
e) Membangun koalisi
f) Membuat presentasi yang persuasive
g) Penggalangan dana/dukungan
h) Evaluasi advokasi
c. Menggalang Komunikasi
Dalam fungsi menggalang komunikasi kemampuan
komunikasi yang dibutuhkan adalah:
a) Kemampuan menyampaikan pesan atau
informasi
Fasih dan jelas dalam menyampaikan pesan,
informasi, ide atau gagasan (intevensi informasi)
kepada masyarakat merupakan syarat mutlak
seorang fasilitator dalam menjalankan proses
fasilitasi. Dengan kemampuan itulah fasilitator
akan dapat menjelaskan dan memberikan
kontribusi kepada anggota dan kelompok
masyarakat.
b) Menjadi pendengar yang aktif
Jika seorang fasilitator mampu menjadi pendengar
yang aktif maka sangat memungkinkan akan
tahu apa yang terjadi dan peka terhadap
perasaan dan emosi dibalik ungkapan kata
yang disampaikan oleh masyarakat. Dengan
mengetahui apa yang terjadi dan peka terhadap
perasaan dan emosi dibalik ungkapan kata
yang disampaikan oleh masyarakat menjadi
dasar untuk mengambil sikap dan tindakan
apa yang seharusnya dilakukan. Untuk menjadi
pendengar yang baik dan aktif diperlukan suatu

142 Modul Pelatihan Asuhan Mandiri Kesehatan Tradisional Bagi Fasilitator Kesehatan
pengendalian terhadap emosi atau perasaan
diri serta bisa menghargai setiap pendapat dan
gagasan yang disampaikan masyarakat.
c) Bertanya efektif dan terarah
Dengan bertanya secara efektif akan
memudahkan seorang fasilitator untuk belajar
dan mengerti apa yang terjadi serta sekaligus
dapat memberi pemahaman untuk dapat memilih
dan menemukan alternatif tindakan. Bertanya
efektif dan terarah dapat dilakukan jika fasilitator
telah menguasai dan memahami program yang
disampaikan.
d. Melakukan pemantauan dan evaluasi
B. Pokok Bahasan 2: Fasilitasi di Masyarakat
2.1 Proses Fasilitasi di Masyarakat
Terdapat beberapa langkah atau tahapan dalam
memfasilitasi masyarakat melakukan suatu program,
yaitu:
a. Tahap Identifikasi
Merupakan proses awal dari fasilitasi yaitu mencoba
menemu kenali masyarakat termasuk kondisi dan
potensi serta lingkungannya. Bagi Fasilitator yang
biasanya berasal dari luar lokasi penerima program,
tahap ini sangat penting dan membantu dalam
kelancaran menjalankan tugas-tugasnya. Identifikasi
wilayah dapat dilakukan melalui kunjungan ke desa-
desa untuk mengamati (observasi) dan wawancara
dengan masyarakat guna mengetahui kondisi, potensi
serta kebiasaan yang berkembang di masyarakat
tersebut. Dalam tahapan ini sekaligus untuk
memperkenalkan diri kepada masyarakat mengenai
keberadaan seorang fasilitator.
b. Penyebarluasan dan Pendampingan
Setelah melakukan tahap identifikasi dan keberadaan
fasilitator diterima oleh masyarakat, maka langkah
berikutnya adalah melakukan penyebarluasan dan
pendampingan terhadap tahapan pelaksanaan
program yang dibawa, yaitu membantu masyarakat

Modul Pelatihan Asuhan Mandiri Kesehatan Tradisional Bagi Fasilitator Kesehatan 143
untuk :
1) Menyadari keberadaan diri mereka sendiri
Untuk mengajak masyarakat melaksanakan
suatu kegiatan yang dapat menunjang kualitas
hidupnya, perlu adanya penyadaran kepada
masyarakat mengenai keberadaan diri mereka
sendiri. Seringkali masyarakat hanya dapat
merasakan tetapi tidak dapat mengungkapkan
keberadaan mereka sendiri. Dalam masyarakat,
di samping permasalahan-permasalahan yang
sering dirasakan sebenarnya ada juga daya dan
potensi yang dimiliki untuk mengatasinya. Seorang
fasilitator harus bisa memandu masyarakat untuk
menemukan keberadaan mereka sendiri.
Langkah-langkah yang diperlukan sebagai
berikut:
a) Ajaklah masyarakat untuk mengungkapkan
dan menyatakan kembali apa yang telah
dialaminya,
b) Mintalah kepada mereka untuk memberikan
tanggapan dan kesan terhadap pengalaman
yang telah diungkapkan tersebut,
c) Ajak masyarakat untuk mengkaji atau
mengolah semua pengalaman yang
diungkapkan tersebut, kemudian meng-
hubungkannya dengan pengalaman lain
yang mungkin bisa mengandung atau
memiliki kondisi serupa,
d) Pandu masyarakat untuk menemukan
pada dirinya ada daya dan potensi yang
bisa dikembangkan,
e) Bantu masyarakat untuk merumuskan,
merinci serta memperjelas kondisi dan
potensi, sesuai pengalaman yang ada.
Selanjutnya ajak masyarakat untuk me-
ngembangkan atau merumuskan hal-hal
yang dapat memberi manfaat di masa
datang.

144 Modul Pelatihan Asuhan Mandiri Kesehatan Tradisional Bagi Fasilitator Kesehatan
2.2 Fasilitasi dalam pertemuan masyarakat
Salah satu bentuk aktifitas masyarakat dalam kegiatan
asuhan mandiri kesehatan tradisional adalah mengikuti
pertemuan-pertemuan yang diselenggarakan oleh
puskesmas dan difasilitasi oleh petugas kesehatan yang
sudah terlatih asuhan mandiri kesehatan tradisional.
a) Fungsi dan peran seorang fasilitator dalam suatu
pertemuan masyarakat adalah:
1) Menyampaikan tujuan dan memandu jalannya
pertemuan.
2) Memotivasi peserta untuk mengemukakan
pendapat.
3) Memandu peserta dalam mengambil suatu
keputusan.
b) Faktor-faktor fasilitasi yang perlu diperhatikan dalam
suatu pertemuan:
1) Penguasaan materi yang akan disampaikan
2) Penguasaan terhadap kareteristik dan tipe
peserta yang hadir.
3) Teknik komunikasi:
• Gunakan bahasa yang sederhana (kalau
bisa bahasa setempat) sehingga mudah
dimengerti.
• Jangan terlalu cepat ketika berbicara.
• Perlu pengaturan suara, sesuikan dengan
kondisi tempat atau ruangan yang penting
bisa didengarkan semua peserta.
• Gunakan contoh-contoh yang sering
terjadi dalam keseharian sebagai analogi
menjelaskan suatu konsep.
• Berikan kesempatan peserta untuk bertanya.
• Bersikap netral tidak boleh hanya memihak
satu orang atau kelompok tertentu saja.
• Jangan memaksakan ide atau gagasannya
sendiri atau mempengaruhi peserta untuk
mengikuti ide-idenya.
• Tidak diperkenankan membuat keputusan
sendiri.

Modul Pelatihan Asuhan Mandiri Kesehatan Tradisional Bagi Fasilitator Kesehatan 145
C. POKOK BAHASAN : 3 Teknik Fasilitasi
3.1 Komunikasi Efektif
Komunikasi adalah penyampaian pesan dari seseorang
kepada orang lain melalui saluran tertentu. Definisi
komunikasi menurut Jhonson (1981) perilaku verbal dan
non verbal yang dilihat orang lain.
Jadi komunikasi ditentukan oleh kata-kata (verbal) sebesar
7(tujuh) %, suara (menyuaraka) sebesar 38%, bahasa
tubuh (body language) sebesar 55%.
Komunikasi mempunyai fungsi:
• Sebagai alat organisasi untuk menampung saran dari
bawah untuk meningkatkan organisasi.
• Sebagai alat untuk memahami perilaku anggota
organisasi.
• Sebagai alat untuk menyampaikan pesan dari pimpinan
kepada anggota organisasi.
Prinsip komunikasi:
- komunikasi harus jelas (clear).
- Komunikasi harus benar (correct).
- Komunikasi harus nyata (concrete).
Syarat komunikasi efektif:
a. Pesan yang dikirim oleh pengirim harus jelas dan
singkat.
b. Penerima pesan dapat menerima pesan seperti yang
dikehendaki oleh pengirim pesan.
c. Penerima pesan dapat menginterpretasikan isi pesan
sesuai dengan yang dikehendaki oleh pengirim pesan.
d. Pengirim pesan harus berulang kali mengirim pesan
dan menggunakan lebih dari satu saluran.
Komunikasi efektif merupakan kemampuan dasar yang
harus dipunyai dalam melakukan fasilitasi.
3.2 Presentasi Interaktif:
Pengertian presentasi interaktif terdiri dari 2 (dua) kata:
• presentasi : penyajian/ pemaparan
• Interaktif : saling mempengaruhi timbal – balik
[mutually].
Jadi presentasi interaktif merupakan Penyajian timbal balik/
bergantian antara penyaji dan peseta saling merespon.

146 Modul Pelatihan Asuhan Mandiri Kesehatan Tradisional Bagi Fasilitator Kesehatan
Peserta dapat merespon ditengah paparan penyaji, dan
penyaji dapat mengembangkan respon peserta sepanjang
masih dalam koridor pokok bahasan.
Tujuan :
• Memunculkan perhatian dan minat peserta terhadap
materi yang disajikan.
• Mengurangi kejenuhan / kebosanan.
• Menggali lebih banyak pendapat, sehingga pokok
bahasan menjadi lebih komprehensif.
Langkah awal menghantar sessi:
• Mereview tujuan bahasan.
• Mengajukan pertanyaan yang terkait dengan pokok
bahasan.
• Menghubungkan pokok bahasan dengan :
1) Materi/ topik kajian sebelumnya.
2) Pengalaman nyata penyaji.
3) Pengalaman kerja pembelajar.
4) Berbagi pengalaman.
• Menggunakan Alat bantu yang sesuai/ tepat.
• Libatkan peserta dlm topik sesegera mungkin.
• Bangun kepercayaan peserta : “menjelaskan manfaat
materi”.
• Pastikan peserta menyadari bahwa Anda memegang
kendali.
• Terbukalah mengenai diri Anda [jika diperlukan].
• Pastikan peserta mengetahui bahwa Anda sebagai
presentan senang berada di sini.
Merebut atensi /memberikan motivasi pada saat
presentasi:
1) Berikan pujian tulus kepada pembelajar secara kreatif.
2) Mengajukan pertanyaan “retorikal”.
3) Menceritakan pengalaman pribadi yang “traumatis”.
atau“dramatis” yang berkaitan dengan bahasan.
4) Memberikan definisi yang tidak “ghalib”.
5) Mengutip pendapat orang bijak.
6) Memberikan pertanyaan misterius.
7) Menceritakan lelucon yang ada kaitannya dengan
bahasan.

Modul Pelatihan Asuhan Mandiri Kesehatan Tradisional Bagi Fasilitator Kesehatan 147
8) Menangkap minat seluruh peserta.
9) Menyiapkan informasi agar peseta dapat meng-
ikutinya.
10) Membuat peserta menyadari harapan pelatih.
tentang pentingnya pencapaian tujuan pembelajaran.
11) Membantu peserta untuk mewujudkan suasana
pembelajaran yang positif dan kondusif.
3.3 Metode Pembelajaran
Proses fasilitasi juga merupakan proses pembelajaran.
Ada berbagai macam metode pembelajaran yang dapat
digunakan dalam melakukan fasilitasi, proses pembelajaran
yang sering digunakan antara lain:
• Kuliah (Ceramah Tanya Jawab/CTJ).
• Demonstrasi.
• Studi Kasus.
• Simulasi.
• Roleplay.
• Diskusi Kelompok.
KULIAH/CTJ/LECTURE: Cara pembelajaran dengan
sasaran utama terjadinya perubahan domain pengetahuan
yang lebih banyak mengandalkan pada kekuatan pelatih
dalam menggunakan bahasa verbal dan bahasa tubuh,
sedangkan peserta hanya pasif menerimanya dengan
mengandalkan indera penglihatan dan pendengaran.
KEGUNAAN :
□ Menyajikan pengetahuan dan pandangan.
□ Lebih banyak menyentuh domain Kognitif.
□ Sebagai pelengkap pada metoda pesertaan lain, yang
berfungsi sebagai penjelasan awal dan rangkuman akhir.
DEMONSTRASI: Cara pembelajaran dengan sasaran
utama terjadinya perubahan pada domain psikomotor atau
afektif dengan cara memperagakan suatu proses kegiatan
[opersionalisasi] kepada peserta secara senyatanya
dengan menggunakan alat/ benda sesungguhnya dalam
situasi yang sesungguhnya atau tiruan.

148 Modul Pelatihan Asuhan Mandiri Kesehatan Tradisional Bagi Fasilitator Kesehatan
KEGUNAAN :
Jika dilanjutkan dengan praktikum akan dapat menstimulir
domain psikomotor dan afektif secara mendalam, tetapi
jika tidak dilanjutkan, hanya akan menstimulir sebatas
domain pengetahuan yang mendalam sedangkan domain
afektif relatif dangkal.
SIMULASI: Cara pesertaan dengan sasaran utama
terjadinya perubahan pada domain psikomotor dan afektif
dengan melibat-aktifkan aspek “emosi” pada diri peserta
melalui perangsangan hampir semua indera penerima.
Pengalaman belajar yang didapat dengan cara melakukan
kegiatan “tiruan” dengan menggunakan alat/ benda
sesungguhnya/ tiruan dalam situasi dan lingkungan yang
tidak sesungguhnya [ tiruan ].
KEGUNAAN :
□ Melatih keterampilan dan membentuk sikap positif
pada diri peserta dengan situasi dan kondisi tiruan agar
terbebas dari bahaya dan kerugian jika peserta gagal
dlm melakukan kegiatan.
□ Sebagai prasyarat sebelum melakukan peragaan dan
praktikum.
ROLE PLAY: Cara pesertaan dengan sasaran utama
terjadinya perubahan pada domain afektif dengan
mengandalkan aspek “emosi” pada diri peserta
melalui perangsangan hampir semua indera penerima.
Pengalaman belajar yang didapat dengan cara melakukan
kegiatan “memerankan/ menjadi” figur/ sosok orang lain
dalam situasi dan lingkungan tiruan.
KEGUNAAN :
□ Melatih peserta untuk dapat merasakan/ menghayati
berbagai masalah yang mungkin dihadapi oleh peran
yang dimainkannya.
□ Melatih kesadaran dan kepekaan sosial yang sangat
dibutuhkan dlm dunia kerja nyata, sehingga dpt
memunculkan sikap positif yang tentang fenomena
sosial yang memang ada disekitarnya.

Modul Pelatihan Asuhan Mandiri Kesehatan Tradisional Bagi Fasilitator Kesehatan 149
DISKUSI KELOMPOK: Cara pembelajaran dengan
sasaran utama terjadinya perubahan pada domain kognitif
atau afektif dengan mengandalkan partisipasi para
anggotanya. Pengalaman belajar yang didapat melalui
tukar pikiran/ pengalaman diantara peserta untuk kemudian
disatukan dengan proses “take and give”
KEGUNAAN :
• Latihan mengemukakan pendapat yang bertanggung
jawab.
• Latihan untuk mau menerima dan memberi.
• Mengembangkan ide – ide baru.
• Membantu peserta dalam memahami diri sendiri &
orang lain.
STUDI KASUS: Cara pembelajaran dengan sasaran
utama terjadinya perubahan pada domain kognitif atau
afektif atau keterampilan berpikir dengan mengandalkan
daya nalar para pembelajar. Pengalaman belajar yang di
dapat oleh para pembelajar adalah “mengalami” karena
duhadapkan pada situasi dengan berbagai pilihan.
KEGUNAAN :
□ Membantu mengembangkan kemampuan analisis,
pemecahan masalah dan pengambilan keputusan
□ Menunjukkan kepada peserta akan adanya peranan/
pengaruh nilai – nilai dan persepsi terhadap pengambilan
keputusan kelompok

150 Modul Pelatihan Asuhan Mandiri Kesehatan Tradisional Bagi Fasilitator Kesehatan
REFERENSI

• Kementerian Kesehatan RI, Second Decentralized Health Services


Project, Modul Pelatihan Pemberdayaan Masyarakat Bagi Petugas
Puskesmas, Jakarta, 2010
• Totok Mardikanto, Konsep-konsep Pemberdayaan Masyarakat,
Surakarta,2010
• Kementerian Kesehatan RI, Modul Pelatihan Bagi Pelatih Selfcare
Ramuan dan Pemanfaatan TOGA, Jakarta, 2012
• Kementerian Kesehatan RI, Kurikulum dan Modul Pelatihan Fasilitator
Pemberdayaan Masyarakat di Bidang Kesehatan,Jakarta, 2013
• Kementerian Kesehatan RI, Pedoman Advokasi Kesehatan Bagi
Petugas Kesehatan Pusat, Provinsi dan Kabupaten/Kota, Jakarta,
2013
• Kementerian Kesehatan RI, Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor
65 Tahun 2013 Tentang Pedoman Pelaksanaandan Pembinaan
Pemberdayaan Masyarakat Bidang Kesehatan

Modul Pelatihan Asuhan Mandiri Kesehatan Tradisional Bagi Fasilitator Kesehatan 151
LEMBAR KERJA

Pedoman Praktik Metode Fasilitasi


1. Peserta dibagi menjadi 4 kelompok. Masing-masing kelompok
diminta diskusi menyiapkan skenario praktik metode fasilitasi
dengan menggunakan lembar kasus PELAYANAN KESEHATAN
TRADISIONAL DI PUSKESMAS SEVIA KECAMATAN MAKUTA
DEWA KOTA BROTOWALI.
2. Kelompok 1 diskusi menyusun skenario praktik ”Kepala Puskesmas
Sevia melakukan ceramah tanya jawab kepada Tokoh Masyarakat di
Kecamatan Makuta Dewa”
Kelompok 2 diskusi menyusun skenario praktik ”Curah pendapat
pada saat mini lokakarya tentang pengembangan yankestrad asuhan
mandiri akupresur dan pemanfaatan TOGA”
Kelompok 3 diskusi menyusun skenario praktik ”Demonstrasi asuhan
mandiri akupresur dan pemanfaatan TOGA dari Petugas Penanggung
Jawab Yankestrad Puskesmas Sevia ke masyarakat di salah satu
kelurahan”
Kelompok 4 diskusi menyusun skenario praktik ”Simulasi dan bermain
peran (role play) pada saat Petugas Puskesmas Sevia membina
kader kesehatan”
3. Masing-masing kelompok secara bergantian praktik kelas berdasarkan
skenario yg telah disusun. Setiap kelompok praktik, wakil kelompok
lain mengevaluasi.
4. Setelah semua kelompok selesai praktik fasilitator menyampaikan
rangkuman pentingnya pemilihan metode yang tepat dalam proses
fasilitasi asuhan mandiri akupresur dan pemanfatan TOGA.
5. Waktu yang diperlukan 105 menit.

152 Modul Pelatihan Asuhan Mandiri Kesehatan Tradisional Bagi Fasilitator Kesehatan

Anda mungkin juga menyukai