Anda di halaman 1dari 7

LEMBAR PENGESAHAN

Nomor : YANKESTRAD/01
Tanggal Terbit : 4 JANUARI 2023

Penanggung Jawab Upaya Kesehatan Pelaksana Pelayanan Yankestrad


Masyarakat

Yuliyana, S.Tr.Keb
Syifa Aulia Rahmi, S.SiT
NIP. 19930220 202203 2 017
NIP. 19940224 202203 2 019

Mengetahui

Kepala UPTD Puskesmas Citangkil II

dr. Muhammad Arief Gunawan

NIP: 19821112 201001 1 012


KERANGKA ACUAN KEGIATAN
PEMBINAAN PENYEHAT TRADISIONAL
DI WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS CITANGKIL II
TAHUN 2023

A. PENDAHULUAN
Pelayanan kesehatan tradisional merupakan warisan budaya bangsa yang
selama ini tumbuh dan berkembang serta terpelihara secara turun menurun dikalangan
masyarakat yang digunakan sejak dahulu sampai kini dengan kecenderungan yang
terus meningkat. dimana pelayanan kesehatan tradisional jenis keterampilan yang
banyak berkembang adalah ramuan herbal dan pijat.dimana pijat dikenal masyarakat yg
sejak dulu sebagai upaya untuk membuat mereka lebih sehat dan segar. Dalam
undang-undang kesehatan No 36 tahun 2009 disebutkan bahwa pembangunan
kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup
sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-
tingginya. sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang produktif
secara sosial dan ekonomis .hal ini mengandung makna bahwa semua upaya
pengobatan dan perawatan yang diberikan kepada masyarakat harus dapat di
pertanggung jawabkan manfaat dan keamanannya dan selalu di manfaatkan dan
dikembangkan untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat.
Pembinaan pengobatan tradisional adalah program pembinaan terhadap pelayanan
pengobatan tradisional, pengobat tradisional dan cara pengobat tradisional. Yang
dimaksud pengobat tradisional adalah pengobatan yang dilakukan secara turun
menurun baik yang menggunakan herbal (jamu), alat (tusuk jarum, juru sunat),maupun
keterampilan (pijat urat,dukun bayi, tenaga dalam,patah tulang dll).
Pengertian Program Pengobatan Tradisional adalah salah satu upaya pengobatan
dan/atau perawatan cara lain di luar ilmu kedokteran dan/atau ilmu keperawatan, yang
banyak dimanfaatkan oleh masyarakat dalam mengatasi kesehatan, pengobatan
tradisional yang dapat dipertanggung jawabkan manfaat dan keamanannya perlu terus
dibina, ditingkatkan, dikembangkan dan diawasi untuk digunakan dalam mewujudkan
derajat kesehatan yang optimal.
Peraturan pemerintah republik indonesia nomor 103 tahun 2014 tentang pelayanan
kesehatan tradisional peraturan menteri kesehatan republik indonesia nomor 61 tahun
2016 tentang pelayanan kesehatan tradisional empiris
Pengobatan tradisional sebagai salah satu pengobatan di luar ilmu kedokteran juga
dirumuskan pada Pasal 1 Ayat (3) permenkes No. 61 tahun 2016 tentang pelayanan
kesehatan tradisional empiris bahwa Penyehat Tradisional adalah setiap orang yang
melakukan Pelayanan Kesehatan Tradisional Empiris yang pengetahuan dan
keterampilannya diperoleh melalui pengalaman turun temurun atau pendidikan non
formal.
Pasal 3 Ayat (1), (2), (3), (4), dan (5) Permenkes No. 61 tahun 2016 tentang
Penyelenggaraan Pengobatan Tradisional empiris menyebutkan bahwa (1) Pelayanan
Kesehatan Tradisional Empiris dilaksanakan oleh Penyehat Tradisional berdasarkan
pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh secara turun temurun ataumelalui
pendidikan non formal. (2) Pengetahuan dan keterampilan secara turun temurun
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diperoleh melalui magang pada Penyehat
Tradisional senior yang telah memiliki pengalaman memberikan Pelayanan Kesehatan
Tradisional Empiris secara aman dan bermanfaat paling sedikit 5 (lima) tahun. (3)
Pengetahuan dan keterampilan yang didapat dari pendidikan non formal sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diperoleh melalui pelatihan atau kursus yang dibuktikan dengan
sertifikat kompetensi yang dikeluarkan oleh Lembaga Sertifikasi Kompetensi (LSK) yang
menjadi mitra dan diakui oleh Instansi Pembinaan Kursus dan Pelatihan Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(4) Kegiatan magang sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus dibuktikan dengan
surat keterangan dari tempat kegiatan magang. (5) Surat keterangan sebagaimana
dimaksud pada ayat (4) menyatakan kemampuan peserta magang telah cukup memadai
untuk melakukan praktik Pelayanan Kesehatan Tradisional Empiris secara mandiri.
Tujuan pengaturan pelayanan kesehatan tradisional empiris dirumuskan pada Pasal
2 Ayat (1) Permenkes No. 61 tahun 2016 tentang pelayanan kesehatan tradisional
empiris, bahwa tujuannya (a) mewujudkan penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan
Tradisional Empiris yang aman dan bermanfaat; (b) pedoman penyelenggaraan
Pelayanan Kesehatan Tradisional Empiris bagi pemerintah, pemerintah daerah, dan
penyehat tradisional; dan (c) pedoman pelaksanaan pembinaan dan pengawasan
secara berjenjang oleh pemerintah dan lintas sektor terkait terhadap penyelenggaraan
pelayanan kesehatan tradisional.
Pemerintah perupaya mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi setiap
orang. Pemerintah juga harus secara terus menerus memberikan perhatian bagi
penyelenggaraan pembangunan nasional yang berwawasan kesehatan.
Penyelenggaraan pembangunan nasional tentunya harus didukung dengan jaminan
atas pemeliharaan kesehatan dan ditingkatkannya profesionalisme. Kegiatan kegiatan
tersebut sudah tentu memerlukan perangkat hukum kesehatan yang memadai.
Perangkat hukum kesehatan dimaksudkan agar kepastian hukum dan perlindungan
yang menyeluruh baik bagi penyelenggara kesehatan maupun masyarakat penerima
pelayanan kesehatan.
Pengaturan pengobatan tradisional juga ditunjang dan dirumuskan oleh WHO pada
tahun 2000 telah menetapkan bahwa pengobatan tradisional adalah jumlah total
pengetahuan, keterampilan, dan praktik-praktik yang berdasarkan pada teori-teori,
keyakinan, dan pengalaman masyarakat yang mempunyai adat budaya yang berbeda,
baik dijelaskan atau tidak, digunakan dalam pemeliharaan kesehatan serta dalam
pencegahan, diagnosa, perbaikan atau pengobatan penyakit secara fisik dan juga
mental.
Pengobatan tradisional sebagai alternatif pengobatan di luar cara medis hanya dapat
dilakukan oleh pengobat/orang yang ahli di bidangnya. Menurut rumusan Pasal 1 Angka
16 UU No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan yang dimaksud dengan pengobatan
tradisional adalah pengobatan dan/atau perawatan dengan cara dan obat yang
mengacu pada pengalaman dan keterampilan turun temurun secara empiris yang dapat
dipertanggungjawabkan.
Pembangunan kesehatan di Indonesia bertujuan untuk meningkatkan kesadaran,
kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat
kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Selain itu kesehatan juga merupakan
investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan
ekonomi. Sebagaimana disebutkan dalam Pasal 1 angka 16 Undang-Undang Nomor 36
Tahun 2009 tentang Kesehatan, pelayanan kesehatan tradisional adalah pengobatan
dan/atau perawatan dengan cara dan obat yang mengacu pada pengalaman dan
keterampilan turun-temurun secara empiris yang dapat dipertanggungjawabkan dan
diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat.
Pelaksanaan kegiatan pembinaan penyehat tradisional dilaksanakan sesuai Visi
UPTD Puskesmas Citangkil II, yaitu “Mewujudkan Masyarakat Yang Sehat Dan Mandiri
Di Kecamatan Citangkil”; serta Misi yaitu: meningkatkan derajat kesehatan masyarakat
di wilayah UPTD Puskesmas Citangkil II, meningkatkan dan mewujudkan mutu
pelayanan yang baik, merata dan terjangkau, meningkatkan kompetensi SDM UPTD
Puskesmas Citangkil II dan mendorong kemandirian hidup sehat bagi kelaurga dan
masyarakat.
Visi dan misi tersebut dijalankan dengan membudayakan PASTI yaitu
PROFESIONAL bekerja keras untuk meningkatkan derajat kesehatan Masyarakat
melalui pelayanan TOGA, AKUNTABEL dalam memberikan pelayanan kesehatan
sesuai dengan pedoman dan standar pelayanan yang ditetapkan, dapat di ukur dan
dipertanggungjawabkan, SOLID berkomitmen untuk membangun hubungan kerjasama
yang produktif serta kemitraan yang harmonis dengan lintas sektor, TRANSPARAN
bahwa UPTD Puskesmas Citangkil II menjamin akses atau kebebasan bagi setiap
orang untuk memperoleh informasi tentang kesehatan, INOVATIF mendukung kreatifitas
dan mengambangkan inisiatif untuk selalu melakukan pembaharuan dibidang
kesehatan.

B. LATAR BELAKANG
DI era keterbukaan ini banyak bermunculan praktek pengobatan tradisional
sebagai penyelenggara pengobatan alternatif kepada masyarakat untuk meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan penyehat tradisional (HATTRA) dalam memberikan
pelayanan kepada masyarakat maka dilakukan monitoring evaluasi kegiatan hattra
kegiatan ini sebagai implementasi dari peraturan menteri kesehatan republik indonesia
nomor 61 tahun 2016 tentang pelayanan kesehatan tradisional empiris dan Peraturan
Pemerintah Nomor 103 tahun 2014 tentang Pelayanan Kesehatan Tradisional.dengan
adanya kegiatan ini diharapkan pelayanan penyehat tradisional (Hattra) terhadap
masyarakat lebih bermutu sehingga terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan.
Pelayanan kesehatan tradisional merupakan salah satu dari tujuh belas macam
penyelenggaraan upaya kesehatan yang diatur dalam Undang Undang Nomor 36 Tahun
2009 tentang Kesehatan. Pelayanan kesehatan tradisional merupakan pengobatan
dan/atau perawatan dengan cara dan obat yang mengacu pada pengalaman dan
keterampilan turun-temurun secara empiris yang dapat dipertanggungjawabkan dan
diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat. Pelayanan kesehatan
tradisional dibina dan diawasi oleh Pemerintah agar dapat dipertanggungjawabkan
maanfaat dan keamanannya serta tidak bertentangan dengan norma agama dan
kebudayaan masyarakat, hal tersebut sejalan Peraturan Pemerintah Nomor 103 tahun
2014 tentang Pelayanan Kesehatan Tradisional.
Pembangunan kesehatan merupakan bagian yang penting dan tak terpisahkan
dari pembangunan nasional. Pelayanan kesehatan tradisional merupakan bagian dari
upaya kesehatan secara menyeluruh. Keterpaduan seluruh pelaku upaya kesehatan
memastikan tercapainya tujuan pembangunan tersebut. Peningkatan kesadaran,
motivasi dan kemampuan masyarakat untuk hidup sehat akan mempercepat status
kesehatan yang optimal.
Untuk meningkatan kuliatas pelayanan penyehat tradisional (Hattra), agar
pelayanan penyehat tradisional (Hattra) terhadap masyarakat lebih bermutu sehingga
terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan maka disusunlah kerangka acuan pelayanan
prmbinaan Hattra UPTD Puskesmas Citangkil II yang disusun berdasarkan RUK/RPK
UPTD Puskesmas Citangkil II tahun 2023.

C. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Membina penyehat tradisional di wilayah kerja puskesmas Citangkil II
2. Tujuan Khusus
a. memberikan perlindungan kepada masyarakat
b. membina pengobat tradisional, keterampilan, jenis, dan cara pengobatannya.
c. Melaporkan pengobat tradisional, keterampilan, jenis, dan cara pengobatannya.
d. mengiventarisasi jumlah pengobatan tradisional keterampilan, jenis, dan cara
pengobatannya.
e.
D. VISI, MISI DAN TATA NILAI
VISI :
“ Mewujudkan Masyarakat Yang Sehat Dan Mandiri Di Kecamatan Citangkil“

MISI :

1. Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat di wilayah UPTD Puskesmas


Citangkil II
2. Meningkatkan dan mewujudkan mutu pelayanan yang baik, merata dan terjangkau
3. Meningkatkan kompetensi SDM UPTD Puskesmas Citangkil II
4. Mendorong kemandirian hidup sehat bagi kelaurga dan masyarakat
TATA NILAI
“PASTI”
P : Profesional
A : Akuntabel
S : Solid
T : Transapran
I : Inovatif

E. KEGIATAN POKOK DAN RINCIAN KEGIATAN


No. Kegiatan Pokok Rincian Kegiatan

1. Koordinasi o Koordinasi dengan PJ UKM dan Kepala


Puskesmas mengenai pembinaan Hattra
o Koordinasi dengan penyehat tradisional

2. Melakukan pembinaan o Pendataan


pada pelaksana HATTRA o Pembinaan agar memiliki izin penyehat
tradisional

3. Pencatatan dan o Merekap laporan kegiatan pembinaan Hatrra


pelaporan

F. CARA MELAKSANAKAN KEGIATAN


No Rincian Pelaksana Pelayanan Lintas Lintas Sektor Terkait
. Kegiatan TOGA dan akupresur Pelayanan
Terkait

1. Sebelum 1. Menyusun rencana Pelayanan o Dinas kesehatan


pelaksanaan kegiatan yankestrad  Memberikan
2. Koordinasi dengan PJ Koordinasi monitoring
UKM dan Kepala jadwal evaluasi dan
Puskesmas kegiatan pembbinaan
3. Koordinasi dengan pada saat kepada penyehat
kelompok asman toga pelaksanaan tradisional
2. Pembinaan 1. Menyiapkan materi dengan o Puskesmas Citangkil II
penyuluhan penyehat  Memberikan
2. Menyiapkan alat dan tradisional monitoring
perlengkapan evaluasi dan
penyuluhan pembbinaan
3. Penyuluhan dengan kepada penyehat
metode ceramah dan tradisional
demonstrasi
4. Diskusi
6. Pembuatan 1. Meminta tanda tangan
laporan daftar hadir kelompok
kegiatan asman toga
2. Mengisi buku tamu
kelompok asman toga
3. Menyusun laporan
kegiatan di
Puskesmas

G. SASARAN
A. SEMUA GRIYA SEHAT DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS CITANGKIL II

H. JADWAL PELAKSANAAN KEGIATAN

Bulan (Tahun 2023)


No. Kegiatan
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des

1. Penyuluhan √ √ √ √
TOGA dan
akupresur pada
kelompok asman
TOGA

I. MONITORING EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN DAN PELAPORAN


Evaluasi terhadap pelaksanaan kegiatan dilakukan tiap 1 bulan sekali sesuai dengan
jadwal kegiatan, dengan pelaporan hasil-hasil yang dicapai pada bulan tersebut.

J. PENCATATAN, PELAPORAN, DAN EVALUASI KEGIATAN


A. Pencatatan kegiatan pembinaan Hattra
B. Pelaporan dilakukan pelaksana pembinaan Hattra kepada Penanggung Jawab
UKM.
C. Evaluasi kegiatan dilakukan 3 bulan sekali oleh Kepala Puskesmas.

Anda mungkin juga menyukai