Abstrak
PENGANTAR
Penerjemahan adalah proses pemindahan yang bertujuan untuk mengubah teks bahasa
sumber (Bsu) tertulis menjadi teks bahasa sasaran (Bsa) yang sepadan. Sementara seorang
penerjemah perlu memiliki bakat dan rasa terhadap pengetahuan dan bahasanya sendiri.
Dalam menerjemahkan teks dari bahasa Inggris ke Bahasa Indonesia, penerjemah, dalam hal
ini mahasiswa, harus memiliki kompetensi menjadi penerjemah, khususnya bahasa Inggris ke
bahasa Indonesia, begitu pula sebaliknya. Dewasa ini, kebutuhan profesional seorang
penerjemah dalam hal penerjemahan interlingual semakin meningkat secara signifikan karena
perkembangan yang stabil di berbagai bidang ilmu pengetahuan, teknologi, bisnis, olahraga,
dll. Untuk mentransfer berbagai jenis informasi tersebut dari negara maju ke negara
berkembang, seperti Indonesia, akan sulit tanpa adanya terjemahan. Oleh karena itu, peran
penerjemahan cukup penting dalam menjembatani kesenjangan komunikasi ini (Adam, Emzir
& Ridwan, 2019).
Terjemahan itu sendiri adalah istilah umum yang mengacu pada pemindahan
pemikiran dan gagasan dari suatu bahasa ke bahasa lain, baik Bahasa yang tertulis maupun
lisan. Dalam bidang penerjemahan, ada syarat penting untuk menjadi penerjemah.
Penerjemah harus menguasai dua bahasa, artinya menjadi dwibahasawan agar memiliki
kompetensi untuk menemukan padanan bahasa sumber dalam teks bahasa sasaran. Mengenai
penerjemahan, Larson (1998) mendefinisikan penerjemahan sebagai proses pemindahan
makna dari bahasa sumber menjadi makna dalam bahasa sasaran. Lebih lagi, Farrokh (2011)
menyatakan bahwa penerjemahan ditulis untuk situasi, tujuan, penerima, dan budaya baru.
Selain itu, dalam penelitian ini, yang penulis lakukan adalah mengidentifikasi apakah
mahasiswa membutuhkan latar belakang pengetahuan untuk menerjemahkan teks dari Bsu ke
dalam Bsa. Berdasarkan permasalahan tersebut, teori utama yang dikemukakan oleh
Suksaeresup, dkk (2009) berkaitan dengan kasus bagaimana latar belakang pengetahuan
seorang penerjemah dapat mempengaruhi penerjemahan, seperti sejarah yang terjadi pada
tahun 1970-an. “Saat Akademi Motion Picture Arts and Sciences mengumumkan film-film
yang dinominasikan untuk penghargaan, mereka mengirimkan judul filmnya ke surat kabar di
seluruh dunia. Bertahun-tahun kemudian mungkin di awal 1980-an, sebuah anekdot lucu
muncul di sebuah surat kabar Thailand yang menceritakan terjemahan dari dua judul film:
Kramer vs Kramer (1979) dan The Deer Hunter (1978). Penerjemah menerjemahkan “rusa”
disalahartikan sebagai “sayang”, istilah sayang yang sering digunakan oleh Terntara Amerika
kepada kekasih Thailand selama cuti mereka selama Perang Vietnam. Masalah terjadi karena
penerjemah berasumsi bahwa film tersebut tentang seorang tentara Amerika dalam Perang
Vietnam yang mencari pacar, atau seseorang yang disebut sebagai kekasih. Film ini dibuat
pada tahun 1978, tak lama setelah berakhirnya Perang Vietnam (1965-1975)”. Dalam hal ini,
penerjemah mungkin terpengaruh oleh peristiwa perang pada terjemahannya dalam teks
bahasa sasaran.
Dari beberapa penelitian dan sejarah yang diriwayatkan di atas, disimpulkan bahwa
pengetahuan latar belakang memainkan peran yang sangat penting dalam penerjemahan
interlingual dalam penerjemahan Bsu ke dalam Bsa. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan
untuk mengidentifikasi teks bahasa sasaran mahasiswa terkait pengaruh latar belakang
pengetahuan bahasa Inggris sebagai Bahasa sumber ke dalam bahasa Indonesia sebagai
bahasa target.
Proses penerjemahan
Proses penerjemahan yang dimaksud di sini adalah model yang menjelaskan proses
berpikir internal manusia saat menerjemahkan. Nida dan Taber (1974) menjelaskan proses
penerjemahan yang disebut dengan penerjemahan dinamis. Diagram proses penerjemahan
diusulkan sebagai berikut:
Diagram: proses penerjemahan, Nida & Taber (dikutip dalam Kardimin, 2013)
METODE PENELITIAN
Desain penelitian
Analisis data