Anda di halaman 1dari 5

PENGARUH LATAR BELAKANG PENGETAHUAN PADA HASIL

TERJEMAHAN MAHASISWA: TERJEMAHAN ANTAR BAHASA


1
Abdurrahman Hi. Usman, 2*Suratman Dahlan, 2Abdulhalim Daud, 3Adi F. Mahmud
1
Dosen Bahasa Inggris, Fakultas Tarbiyah, Institut Agama Islam Negeri Ternate, Indonesia
2
Dosen Bahasa Inggris, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Khairun
Ternate, Indonesia
3
Dosen Bahasa Inggris, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Maluku
Utara, Indonesia
*Koresponden Penulis Email: suratmandahlan@unkhair.ac.id

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi apakah latar belakang


pengetahuan mahasiswa mempengaruhi teks terjemahan dari bahasa sumber
(Bsu) ke dalam bahasa sasaran (Bsa). Penelitian ini menggunakan desain metode
kualitatif deskriptif melalui penggunaan wawancara semi terstruktur dan
observasi di salah satu perguruan tinggi negeri di Indonesia Timur. 30
mahamahasiswa menjadi partisipan dalam penelitian ini. Dokumen sebagai teks
sasaran mahasiswa digunakan sebagai data primer dan transkrip wawancara
semi terstruktur digunakan sebagai data pendukung. Untuk menganalisis data,
peneliti menggunakan cara kualitatif. Pengumpulan data, penyajian data, dan
penarikan kesimpulan atau verifikasi digunakan untuk mengungkapkan latar
belakang pengetahuan penerjemahan mahasiswa. Data menunjukkan bahwa
sebagian besar mahasiswa membutuhkan latar belakang pengetahuan dalam
penerjemahan bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran. Alasan-alasan ini
menegaskan bahwa ada hubungan erat antara latar belakang pengetahuan dan
penerjemahan. Artinya, dalam penerjemahan antar bahasa, meskipun
penerjemah adalah dwibahasawan dan menguasai tata bahasa suatu bahasa,
latar belakang pengetahuan suatu teks juga harus diutamakan. Selain itu, latar
belakang pengetahuan bukanlah satu-satunya masalah bagi penerjemah, ada
juga masalah lain yang ditemukan dalam terjemahan mahasiswa yaitu kata-kata
baru, kalimat kompleks, pemahaman bacaan, dan ekspresi dalam target bahasa.
Cara mengutip: Usman, A.H., Dahlan, S., Daud, A., & Mahmud, A. F. (2022). The influence of
background knowledge on students’ translation results: an interlingual translation, JOLLT Journal of
Languages and Language Teaching, 10(3), pp. 453-460. DOI: https://doi.org/10.33394/jollt.v%vi%i.5189

PENGANTAR

Penerjemahan adalah proses pemindahan yang bertujuan untuk mengubah teks bahasa
sumber (Bsu) tertulis menjadi teks bahasa sasaran (Bsa) yang sepadan. Sementara seorang
penerjemah perlu memiliki bakat dan rasa terhadap pengetahuan dan bahasanya sendiri.
Dalam menerjemahkan teks dari bahasa Inggris ke Bahasa Indonesia, penerjemah, dalam hal
ini mahasiswa, harus memiliki kompetensi menjadi penerjemah, khususnya bahasa Inggris ke
bahasa Indonesia, begitu pula sebaliknya. Dewasa ini, kebutuhan profesional seorang
penerjemah dalam hal penerjemahan interlingual semakin meningkat secara signifikan karena
perkembangan yang stabil di berbagai bidang ilmu pengetahuan, teknologi, bisnis, olahraga,
dll. Untuk mentransfer berbagai jenis informasi tersebut dari negara maju ke negara
berkembang, seperti Indonesia, akan sulit tanpa adanya terjemahan. Oleh karena itu, peran
penerjemahan cukup penting dalam menjembatani kesenjangan komunikasi ini (Adam, Emzir
& Ridwan, 2019).

Terjemahan itu sendiri adalah istilah umum yang mengacu pada pemindahan
pemikiran dan gagasan dari suatu bahasa ke bahasa lain, baik Bahasa yang tertulis maupun
lisan. Dalam bidang penerjemahan, ada syarat penting untuk menjadi penerjemah.
Penerjemah harus menguasai dua bahasa, artinya menjadi dwibahasawan agar memiliki
kompetensi untuk menemukan padanan bahasa sumber dalam teks bahasa sasaran. Mengenai
penerjemahan, Larson (1998) mendefinisikan penerjemahan sebagai proses pemindahan
makna dari bahasa sumber menjadi makna dalam bahasa sasaran. Lebih lagi, Farrokh (2011)
menyatakan bahwa penerjemahan ditulis untuk situasi, tujuan, penerima, dan budaya baru.

Penerjemahan sebagaimana didefinisikan oleh Newmark (1988) yang dikutip dalam


(Kardimin, 2013) adalah keahlian berusaha menggantikan pesan tertulis dan/atau pernyataan
dalam satu bahasa dengan pesan yang sama dan/atau pernyataan dalam bahasa lain.
Selanjutnya, Ridha (2014) yang dikutip dalam (Wahid, Sofyan, & Karim, 2022)
mendefinisikan bahwa penerjemahan adalah proses pemindahan pesan dari Bsu ke dalam
Bsa. Bsu adalah bahasa asli yang diterjemahkan, sedangkan Bsa atau bahasa sasaran adalah
bahasa akhir yang digunakan untuk mengungkapkan hasil terjemahan. Selain itu, menurut
Catford (1965), penerjemahan adalah penggantian bahan tekstual dalam satu bahasa dengan
bahan tekstual yang sepadan dalam bahasa lain. Pada prinsipnya, penerjemahan adalah
menerjemahkan teks tertulis ke dalam bahasa lain sesuai dengan maksud penulis teks
tersebut. Dimana penerjemah memperhatikan kata-kata tertulis dengan mengkonstruksi
makna dan pesan dalam bahasa sasaran. Muhammad & Dahlan (2019) menyebutkan bahwa
penerjemahan merupakan tantangan bagi mahasiswa karena makna yang dimaksud dari
Bahasa sumber harus diperhatikan sebelum menerjemahkannya ke dalam bahasa sasaran.
Pada penjelasan selanjutnya, Pinchuck dikutip dalam Kardimin (2013:4) menyatakan
bahwa penerjemahan adalah proses menemukan bahasa sasaran yang sepadan dengan ucapan
bahasa sumber. Dalam pengertian penerjemahan, dalam menerjemahkan antar bahasa
penerjemah membutuhkan pengetahuan latar belakang karena jika penerjemah tidak memiliki
latar belakang pengetahuan yang cukup, maka dapat terjadi kekeliruan. Terkait dengan
pembahasan tersebut, (Hatim & Mason; Rubrecht, 2005) mengemukakan bahwa seorang
penerjemah yang kompeten harus memiliki rasa ingin tahu yang terus-menerus mencari
pengetahuan ensiklopedis, sehingga ia dapat memperoleh pengetahuan latar belakang yang
pantas untuk menafsirkan bahasa sumber. Tidak mungkin mengharapkan agar hanya
menggunakan kemampuan bahasa yang dimiliki untuk melakukan penerjemahan/penafsiran.
Ini menjadi persoalan untuk menambah dan menyempurnakan pengetahuan.

Selain itu, dalam penelitian ini, yang penulis lakukan adalah mengidentifikasi apakah
mahasiswa membutuhkan latar belakang pengetahuan untuk menerjemahkan teks dari Bsu ke
dalam Bsa. Berdasarkan permasalahan tersebut, teori utama yang dikemukakan oleh
Suksaeresup, dkk (2009) berkaitan dengan kasus bagaimana latar belakang pengetahuan
seorang penerjemah dapat mempengaruhi penerjemahan, seperti sejarah yang terjadi pada
tahun 1970-an. “Saat Akademi Motion Picture Arts and Sciences mengumumkan film-film
yang dinominasikan untuk penghargaan, mereka mengirimkan judul filmnya ke surat kabar di
seluruh dunia. Bertahun-tahun kemudian mungkin di awal 1980-an, sebuah anekdot lucu
muncul di sebuah surat kabar Thailand yang menceritakan terjemahan dari dua judul film:
Kramer vs Kramer (1979) dan The Deer Hunter (1978). Penerjemah menerjemahkan “rusa”
disalahartikan sebagai “sayang”, istilah sayang yang sering digunakan oleh Terntara Amerika
kepada kekasih Thailand selama cuti mereka selama Perang Vietnam. Masalah terjadi karena
penerjemah berasumsi bahwa film tersebut tentang seorang tentara Amerika dalam Perang
Vietnam yang mencari pacar, atau seseorang yang disebut sebagai kekasih. Film ini dibuat
pada tahun 1978, tak lama setelah berakhirnya Perang Vietnam (1965-1975)”. Dalam hal ini,
penerjemah mungkin terpengaruh oleh peristiwa perang pada terjemahannya dalam teks
bahasa sasaran.

Dari beberapa penelitian dan sejarah yang diriwayatkan di atas, disimpulkan bahwa
pengetahuan latar belakang memainkan peran yang sangat penting dalam penerjemahan
interlingual dalam penerjemahan Bsu ke dalam Bsa. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan
untuk mengidentifikasi teks bahasa sasaran mahasiswa terkait pengaruh latar belakang
pengetahuan bahasa Inggris sebagai Bahasa sumber ke dalam bahasa Indonesia sebagai
bahasa target.

Proses penerjemahan

Proses penerjemahan yang dimaksud di sini adalah model yang menjelaskan proses
berpikir internal manusia saat menerjemahkan. Nida dan Taber (1974) menjelaskan proses
penerjemahan yang disebut dengan penerjemahan dinamis. Diagram proses penerjemahan
diusulkan sebagai berikut:

Diagram: proses penerjemahan, Nida & Taber (dikutip dalam Kardimin, 2013)

METODE PENELITIAN
Desain penelitian

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif melalui wawancara semi


terstruktur dan observasi di salah satu perguruan tinggi negeri di Indonesia Timur. Mengenai
pengumpulan data dalam penelitian ini, penulis melakukan observasi untuk mengumpulkan
dokumen, sumber, dan bahasa sasaran dari mahasiswa. Wawancara dilakukan untuk
mendapatkan informasi tentang persepsi mahasiswa tentang pengaruh latar belakang
pengetahuan dalam menerjemahkan teks dari bahasa Inggris ke bahasa Indonesia. Setelah
terkumpul, data dianalisis melalui pemadatan, penyajian data, dan penarikan kesimpulan atau
verifikasi (Miles, Huberman, & Saldana, 2014). Subyek penelitian terdiri dari 30 mahasiswa
sebagai peserta untuk menerjemahkan teks bahasa Inggris ke dalam bahasa sasaran. Penulis
melakukan wawancara dengan 10 peserta tentang bagaimana pengaruh latar belakang
pengetahuan bagi penerjemah.

Analisis data

Untuk menganalisis data, peneliti menggunakan cara kualitatif. Pengumpulan data,


penyajian data, dan penarikan kesimpulan atau verifikasi digunakan untuk mengungkapkan
data kualitatif (Miles, Huberman, & Saldana, 2014). Pada langkah pengumpulan data, peneliti
mengumpulkan teks sasaran mahasiswa, dan mentransformasikan informasi dalam bahasa
sasaran ke dalam bentuk kalimat dan paragraf hingga pesan berisi poin-poin penelitian. Pada
tahap kondensasi data, peneliti menyeleksi data yang berkaitan dengan aspek penelitian.
Kemudian, data yang dipilih diabstraksikan dan difokuskan untuk menjawab pertanyaan
penelitian. Hasil ini ditampilkan pada sesi-sesi berikutnya. Terakhir, peneliti mengambil
kesimpulan dari data tersebut.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


Temuan Penelitian

Pengaruh Latar Belakang Pengetahuan dalam Penerjemahan.

Dalam menerjemahkan antar bahasa, seorang penerjemah perlu menemukan makna


yang akurat dalam bahasa sasaran. Penerjemahan dapat berupa kata demi kata dan atau
kalimat demi kalimat. Jika penerjemah tidak dapat menghasilkan makna yang akurat,
pembaca akan salah memahami maknanya dalam teks bahasa sasaran. Itu terjadi karena
penerjemah kurang memiliki pengetahuan dalam mentransfer ide. Transfer ide dapat berupa:

Anda mungkin juga menyukai