Anda di halaman 1dari 15

PRAKTIKUM LABORATORIUM METALURGI

UJI IMPAK

Oleh
Nama : Alexander Kevin
NRP : C12220020
Hari Praktikum : Selasa
Tanggal Praktikum : 16 Mei 2023

PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN


FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS KRISTEN PETRA
SURABAYA
2023
BAB I

ALAT DAN BAHAN, PROSEDUR PERCOBAAN

1.1. Alat dan Bahan

Alat:

• Mikroskop optic tipe Examet union 62023

• Kamera Nikon tipe FX/35 W

• Mesin amplas

• Kertas amplas grade 100-1200

• Mesin poles dan serbuk alumina

• Mesin gergaji

• Mesin bubut

• Kikir

• Alas kaca

• stopwatch

Bahan:

• Larutan etsa

• Malam

• Alkohol (90%)

• Kapas

• ST 42, ST 60, aluminium, kuningan, dan tembaga

1.2. Prosedur Percobaan

1. Menyiapkan specimen dari lonjoran bahan yang telah disediakan


2. Melakukan proses facing permukaan yang akan diuji dengan menggunakan
mesin bubut. Gunakan cairan untuk mendinginkan mesin bubut untuk
mencegah pemanasan setempat.
3. Menghaluskan permukaan tiap specimen dengan menggunakan amplas.
Gunakan amplas mulai dari grade 100-1200. Pengamplasan dilakukan dengan
menggunakan cairan pendingin berupa air. naikan grade amplas apabila
goresan permukaan telah seragam.
4. Membersihkan permukaan specimen dengan air lalu keringkan, apabila
permukaan tergores, haluskan lagi dengan amplas.
5. Membuat larutan alumina dengan mencampurkan serbuk alumina dengan air,
dengan perbandingan 1:3 dalam botol khusus.
6. Melakukan pemolesan dengan menggunakan alumina berukuran 3 mikro
meter.
7. Memutar roda poles lalu bersihkan dengan menuangkan air kurang lebih satu
liter. Lalu berikan larutan alumina sampai merata. Lakukan pemolesan sampai
goresan amplas hilang.
8. Membersihkan permukaan specimen dengan air. Menyiapkan larutan poles
alumina, laluu poles permukaan specimen sampai permukaan serupa dengan
cermin.
9. Membersihkan permukaan specimen dengan air, lalu alcohol, dan keringkan.
10. Menyiapkan larutan etsa sesuai dengan jenis logam. Tetap menjaga protocol
keamanan dalam menangani larutan kimia berkonsentrasi tinggi.
11. Melakukan proses pengetsaan pada tiap specimen sesuai dengan anjuran etsa
yang digunakan.
12. Membersihkan permukaan specimen dari sisa-sisa cairan etsa dengan
menggunakan air, lalu alcohol, dan keringkan. Jangan menyentuh permukaan
specimen yang telah dietsa.
13. Menyiapkan mikroskop dengan memasang lensa dengan pembesaran 10, 20,
dan 100 kali. Pasang lensa okuler dengan pembesaran10 kali. Siapkan kamera
dan jangan menyentuh lensa mikroskop atau kamera.
14. Membentuk ‘malam’ menjadi bulatan lalu tempelkan pada alas kaca.
15. Menempatkan specimen yang ingin diamati pada malam lalu turunkan alas
pengamatan dan tempatkan alas kaca diatasnya.
16. Memposisikan lensa pembesaran 10 kali diatas tengah-tengah specimen lalu
tekankan specimen pada lensa sehingga permukaan specimen tegak lurus
terhadap datangnya cahaya.
17. Menyalakan lampu mikroskop dan atur focus sehingga struktur mikro logam
terlihat jelas.
18. Melakukan pengamatan terhadapat struktur mikro pada seluruh penampang
specimen. Bila pengamatan sulit dilakukan, melakukan Kembali proses
pengamplasan, pemolesan, dan pengetsaan.
19. Melakukan pengamatan dengan menggunakan pembesaran yang lebih besar.
Turunkan alat pengamatan saat mengganti pembesaran.
20. Melakukan pemotretan pada bagian yang menjadi pengamatan.
21. Melakukan pengamatan dan pengambilan foto tiap specimen yang telah diuji.
22. Mengembalikan semua alat ketempat semula.
BAB II

HASIL PERCOBAAN

2.1. Pengolahan data

Melalui grafik Fe-𝐹𝑒3 𝐶, dapat diketahui jenis fasa, jumlah fasa, dan
komposisi fasanya. Dengan diketahuinya kandungan karbon dalam ST 42
dan ST 60, maka akan didapatkan hasil dari jumlah ferrite dan perlite.
Dengan menggunakan rumusan sebagai berikut:
Jumlah fasa ferit dalam persen pada ST 42:
𝑛𝑓 − 𝑛𝑝
𝑛= × 100%
𝑙
0.25 − 0.1
𝑛= × 100%
0.25 − 0.008
𝑛 = 62%

Jumlah fasa perlit dalam persen pada ST 42:


𝑛𝑝 − 𝑛𝑓
𝑛= × 100%
𝑙
0.1 − 0.008
𝑛= × 100%
0.25 − 0.008
𝑛 = 38%

Jumlah fasa ferit dalam persen pada ST 60:


𝑛𝑓 − 𝑛𝑝
𝑛= × 100%
𝑙
0.83 − 0.5
𝑛= × 100%
0.83 − 0.25
𝑛 = 57%

Jumlah fasa perlit dalam persen pada ST 60:


𝑛𝑝 − 𝑛𝑓
𝑛= × 100%
𝑙
0.5 − 0.25
𝑛= × 100%
0.83 − 0.25
𝑛 = 43%
BAB III

ANALISA DATA

3.1. Analisa data

Melalui hasil annotate dari grafik Fe-𝐹𝑒3 𝐶, didapatkan bahwa ST 42


dan ST 60 pada suhu ruang yaitu 25℃, memiliki jenis fasa yang sama yaitu
fasa 𝛼 + 𝐹𝑒3 𝐶. Setelah menganotate grafik Fe-𝐹𝑒3 𝐶 dapat dikatakan bahwa
ST 60 dan ST 42 hanya memiliki satu jenis fase pada suhu ruang. Komposisi
dari ST 42 memuat lebih banyak ferit dibanding dengan perlit dan selisihnya
terbilang lumayan jauh. Sementara untuk ST 60 juga memiliki lebih banyak
ferit, tetapi selisihnya terbilang lumayan kecil jika dibandingkan dengan ST
42. Dari hasil perhitungan dan juga hasil specimen di lab, terdapat perbedaan
yang lumayan jauh dari hasil perhitungan. Pada ST 42 permukaan mikronya
didominasi oleh ferit, dan kadar perlitnya sangat sedikit jika dibandingkan
dengan jumlah feritnya. Dalam ST 60 jumlah ferit dan perlit hampir sama,
hanya saja terlihat perlit berjumlah sedikit lebih banyak dibandingkan dengan
feritnya, sehingga hasil perhitungan berkebalikan dengan hasil percobaan di
lab. Meskipun selisih jumlah ferit dan perlit dari hasil perhitungan tidak
banyak, tetapi didapatkan jumlah ferit sedikit lebih banyak dan berkebalikan
dengan hasil percobaan.

Pada grafik Cu-Zn, diambil kadar Zn sebesar 40% dan dilakukan


dengan suhu ruangan yaitu 25℃. Didapatkan hasil pada grafik yaitu fasa
Beta, melalui garis perpotongan antara suhu dan kadar Zn. Hasil pengamatan
benar adanya karena masih berbentuk solid dan tidak terlihat fasa liquidnya,
fase beta masih dapat dikatakan solid dan hasil perpotongan belum melebihi
melting pointnya sehingga masih dibawah garis solidos dan Komposisinya
sendiri adalah 60Cu-40Zn.

Untuk diagram fasa Fe-𝐹𝑒3 𝐶 didapatkan fase 𝑌 + 𝐹𝑒3 𝐶 pada suhu


1089 K dan kadar Fe sebesar 97,5%. Sedangkan untuk diagram Cu-Zn pada
suhu 1562℉ dan komposisinya 45%Cu-55%Zn, didapatkan fase beta dan
hasil perpotonganya belum mencapai melting poinya. Pada grafik Al-Mn
didapatkan fase L atau liquid melalui hasil perpotongan garis vertical dan
horizontal pada suhu 1473 𝐾 dan komposisinya 66%Al-34%Mn.
BAB IV

KESIMPULAN

4.1. Kesimpulan

Melalui percobaan di lab pengujian metalografi, akan dapat


diketahui struktur mikro dari material. Struktur mikro material ini dapat
menentukan sifat, karakteristik, dan perubahan fasa dari material tersebut.
Melalui percobaan ini dapat disimpulkan bahwa komposisi dari material dan
suhu akan mempengaruhi perubahan fasa dari material tersebut. Melalui
grafik diagram fasa akan didapatkan fase-fase material saat terjadi perbuhan
suhu serta komposisi dari material tersebut. Serta didapatkan bahwa pada
material tidak murni serratus persen, ada yang Namanya pengotor didalam
material yang mempengaruhi sifat dari material tersebut, dan pengotor ini
dapat dilihat melalui mikroskop dan berwarna hitam.
BAB V

JAWABAN PERTANYAAN

5.1. Apa manfaat pengujian metalografi dan bagaimana aplikasinya dalam dunia
industri?

Banyak manfaat yang dapat diambil dari pengujian specimen dengan metode
metalografi. Jika specimen diuji dengan menggunakan metode metalografi maka
akan diperoleh informasi mengenai struktur mikro dari logam specimen. Dengan
diketahuinya struktur mikro logam maka akan dapat ditentukan karakteristik dari
logam tersebut. Dalam bidang industri pengujian metalografi dipakai untuk
menentukan sifat dan karakteristik suatu material agar material yang digunakan
sesuai dengan kebutuhan masing-masing.

5.2. Sebutkan macam-macam larutan etsa serta sebutkan kegunaan larutan etsa
tersebut pada metalografi material tersebut?

Untuk baja dan besi mikro digunakan etsa sebagai berikut:


1. Nital, digunakan untuk pengikisan batas butir pada baja karbon, komposisi
larutan ini terdiri dari asam nitrat dan alcohol.
2. Picral, digunakan untuk pengikisan batas butir pada baja karbon dan low alloy,
komposisinya terdiri dari asam picric dan alcohol.
3. Aqua regia, digunakan untuk pengikisan batas butir steinless stell,
komposisinya terdiri dari asam nitrat dan asam klorida.
Untuk Al alloy digunakan larutan eksa sebagai berikut:
1. Sodium hydroxide, dapat digunakan untuk aluminium pada umumnya (micro),
komposisinya terdiri dari natrium hidroksida dan air.
2. Asam nitrat, digunakan untuk mengikus batas butir Al Fe Si (micro),
komposisinya terdiri dari asam nitrat itu sendiri
Untuk Cu alloy digunakan larutan eksa sebagai berikut:
1. Aluminium Hidroxide, dapat digunakan pada kuningan dan perunggu,
kompoisisnya terdiri dari NHuOH.
2. Chromic acid, dapat digunakan untuk mengikus batas butir pada tembaga,
kompoisisnya terdiri dari 𝑪𝒓𝟐 𝑶𝟑 .
5.3. Apa pengaruh impurities (pengotor) terhadap sifat material?

Pengotor memiliki pengaruh dalam sifat dan karakteristik material itu sendiri
karena. Ada pengotor yang dikehendaki dan ada pengotor yang tidak dikehendaki.
Pengotor dapat menaikan kekerasan dari suatu material dan dapat membuat
kekerasan dari material tersebut juga menurun, sehingga ada pengotor yang
dikehendaki dan tidak. Pengotor cenderung menghilangkan kekerasan material
sehingga biasanya kurang dikehendaki.
BAB VI
LAMPIRAN
6.1. Anotate masing-masing hasil percobaan

Gambar 6.1.1. Kuningan Gambar 6.1.2. Baja ST 42

Gambar 6.1.3. Tembaga Gambar 6.1.4. Baja ST 60

Gambar 6.1.5. Aluminium


6.2. Anotate grafik diagram fasa

Grafik 6.2.1. Cu-Zn, komposisi 60Cu-40Zn

Grafik 6.2.2. Fe-Fe3C


Grafik 6.2.3. Al-Mn, komposisi 66Al-34Mn, suhu 1473 K

Grafik 6.2.4. Grafik 6.2.2. Fe-Fe3C, suhu 1089 K, kadar Fe 97.5%

Grafik 6.2.5. Cu-Zn, komposisi 45Cu-55Zn, suhu 1562℉


Daftar Pustaka

Komposisi kuningan atau alloy Cu-Zn

https://teknikjaya.co.id/logam-kuningan/

kadar karbon ST 60

https://proceeding.unpkediri.ac.id/index.php/inotek/article/view/144#:~:text=Baja%20ST%2060
%20tergolong%20baja,yamg%20memiliki%20kandungan%20karbon%200%2
C564%25

kadar karbon ST 42

https://ojs.unpkediri.ac.id/index.php/JMN/article/download/12293/956#:~:text=Baja%20ST%204
2%20adalah%20jenis,(Low%2DCarbon%20Steel)

Anda mungkin juga menyukai